Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENDIDIKAN ISLAM


PERSPEKTIF AL-QUR’AN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Manajemen Pendidikan

Dosen Pengampu :
Dr. Cecep Anwar, M.Ag

Disusun Oleh :
Afnan Nurul Akbar
2023020862

PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG

2023 M / 1445 H
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber daya manusia merupakan aset terpenting yang dimiliki oleh suatu negara dan
bangsa. Sumber daya manusia (SDM) dalam sebuah organisasi menempati posisi penting dalam
mendukung kesuksesan dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan sebuah organisasi. Suatu
organisasi agar mampu bertahan dan bersaing perlu di tunjang dengan SDM yang handal dari
berbagai bidang, oleh karena itu pembentukan SDM yang andal dalam suatu organisasi dimulai
sejak proses seleksi sampai yang bersangkutan menjalankan tugas masing-masing. (Goffar,
2020)

Manajemen merupakan kunci keberhasilan dalam suatu perusahaan untuk mencapai


suatu tujuan. Manajemen mengatur seluruh aspek dalam perusahaan dengan memanfaatkan
sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan. Adanya sumber daya yang melimpa tanpa
dibarengi dengan kemampuan manajemen yang baik maka akan sulit dalam mencapai tujuan yang
diinginkan oleh perusahaan.

Perkembangan pengetahuan tentang manajemen telah berkembang cukup pesat, berbagai


inspirasi terkait keilmuan manajerial menjadi sumber referensi bahkan sampai pada perspektif
agama. Manajemen yang dilakukan secara tertib, efisien dan teratur sangat sesuai dengan prinsip
agama Islam. Hal ini terbukti dengan adanya Al-Qur’an dan sunnah yang telah mengatur tentang
sekecil apapun urusan di dunia ini, contohnya adalah masalah tentang ibadah, masalah muamalah
dan sebagainya. Oleh sebab itu, Al-Qur’an sebaiknya menjadi pedoman atau rujukan dalam
setiap aspek kehidupan tak terkecuali manajemen. (Sugianto, 2020)

Berdasarkan kajian sematik konsep manusia di dalam Islam, manusia memiliki kelebihan
dibandingkan mahluk lain, baik kelebihan fisik jasmani maupun rohani. Manusia memiliki
potensi kebaikan yang diberikan oleh Allah SWT. Sejak dalam kandungan. Keyakinan potensi
ini melahirkan pandangan bahwa pada dasarnya manusia secara fitrah adalah mahluk yang taat
terhadap perintah Allah SWT. Manusia memiliki sifat-sifat yang baik yang dapat dikembangkan
dalam sebuah organisasi.

Sumber daya manusia (SDM) merupakan kekuatan terbesar dalam pengolahan seluruh
sumber daya yang ada di muka bumi. Manusia diciptakan oleh Allah swt. sebagai khalifah
di bumi untuk mengelola bumi dan sumber daya yang ada di dalamnya demi kesejahteraan
manusia sendiri, makhluk dan seluruh alam semesta, karena pada dasarnya seluruh ciptaan
Allah yang ada di muka bumi ini sengaja diciptakan oleh Allah untuk kemaslahatan umat
manusia. Melalui tulisan ini kami mencoba menjelaskan tentang Konsep / Manajemen Sumber
Daya Manusia dalam Pendidikan Islam Perspektif Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Sumber Daya Manusia dalam Islam?
2. Apa saja ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan Sumber Daya Manusia?
3. Bagaimana konsep Manajemen Sumber Daya Manusia dalam pendidikan Islam perspektif Al-
Qur’an?

C. Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui Pengertian Sumber Daya Manusia dalam Islam?
2. Untuk mengetahui Apa saja ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan Sumber Daya Manusia?
3. Untuk mengetahui bagaimana konsep Manajemen Sumber Daya Manusia dalam pendidikan
Islam perspektif Al-Qur’an?
BAB II
ISI
A. Sumber Daya Manusia
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam rangka menjadi khalifah dimuka bumi, hal ini
banyak dicantumkan dalam al-Qur’an dengan maksud agar manusia dengan kekuatan yang
dimilikinya mampu membangun dan memakmurkan bumi serta melestarikannya. Untuk mencapai
derajat khalifah di buka bumi ini diperlukan proses yang panjang, dalam Islam upaya tersebut
ditandai dengan pendidikan yang dimulai sejak buaian sampai ke liang lahat.

Sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki akal pikiran,
perasaan, pengetahuan, serta keterampilan. Semua potensi yang dimiliki SDM akan sangat
berpengaruh pada perkembangan suatu organisasi maupun usaha. Seberapa majunya teknologi,
modal, dan pekembangan informasi berkembang, jika tanpa didukung oleh SDM yang memadai
maka suatu organisasi atau usaha akan sulit untuk berkembang dan mencapai tujuan. Werther dan
Davis (1996), menyatakan bahwa sumber daya manusia adalah “pegawai yang siap, mampu, dan
siaga dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi”. Sedangkan sumber daya yang berkualitas tinggi
menurut Ndraha (1999) adalah sumber daya manusia yang mampu menciptakan bukan saja nilai
komparatif tetapi juga nilai kompetitif-generatif-inovatif dengan menggunakan energy tertinggi
seperti: intelligence, creativity dan imagination, tidak lagi semata-mata menggunakan energy
kasar, seperti bahan mentah, lahan, air, tenaga otot, dan sebagainya. (Sutrisno, 2009)

Sumber daya manusia (SDM) adalah daya yang bersumber dari manusia, yang berbentuk
tenaga atau kekuatan (energi atau power). Sumber daya manusia mempunyai dua ciri, yaitu : (1)
Ciri-ciri pribadi berupa pengetahuan, perasaan dan keterampilan (2) Ciri-ciri interpersonal yaitu
hubungan antar manusia dengan lingkungannya. Sementara Emil Salim menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan SDM adalah kekuatan daya pikir atau daya cipta manusia yang tersimpan dan
tidak dapat diketahui dengan pasti kapasitasnya. Beliau juga menambahkan bahwa SDM dapat
diartikan sebagai nilai dari perilaku seseorang dalam mempertanggungjawabkan semua
perbuatannya, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat dan berbangsa. Dengan demikian kualitas SDM ditentukan oleh sikap mental
manusia (T, 2001)

T. Zahara Djaafar menyatakan bahwa bila kualitas SDM tinggi, yaitu menguasai ilmu dan
teknologi dan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya dan merasa bahwa manusia mempunyai hubungan fungsional dengan sistem sosial,
nampaknya pembangunan dapat terlaksana dengan baik seperti yang telah negara-negara maju,
dalam pembangunan bangsa dan telah berorientasi ke masa depan. Tidak jarang di antara negara-
negara maju yang telah berhasil meningkatkan kesejahteraan bangsanya adalah bangsa yang pada
mulanya miskin namun memiliki SDM yang berkualitas.

Dalam Islam sosok manusia terdiri dua potensi yang harus dibangun, yaitu lahiriah sebagai
tubuh itu sendiri dan ruhaniyah sebagai pengendali tubuh. Pembangunan manusia dalam Islam
tentunya harus memperhatikan kedua potensi ini. Jika dilihat dari tujuan pembangunan manusia
Indonesia yaitu menjadikan manusia seutuhnya, maka tujuan tersebut harus memperhatikan kedua
potensi yang ada pada manusia. Namun upaya kearah penyeimbangan pembangunan kedua potensi
tersebut selama 32 tahun masa orde baru hanya dalam bentuk konsep saja tanpa upaya aplikasi
yang sebenarnya. Telah dimaklumi bahwa pendidikan Islam memandang tinggi masalah SDM ini
khususnya yang berkaitan dengan akhlak (sikap, pribadi, etika dan moral)

Kualitas SDM menyangkut banyak aspek, yaitu aspek sikap mental, perilaku, aspek
kemampuan, aspek intelegensi, aspek agama, aspek hukum, aspek kesehatan dan sebagainya
(Djaafar, 2001 : 2). Kesemua aspek ini merupakan dua potensi yang masing-masing dimiliki oleh
tiap individu, yaitu jasmaniah dan ruhaniah. Tidak dapat dipungkiri bahwa aspek jasmaniah selalu
ditentukan oleh ruhaniah yang bertindak sebagai pendorong dari dalam diri manusia. Untuk
mencapai SDM berkualitas, usaha yang paling utama sebenarnya adalah memperbaiki potensi dari
dalam manusia itu sendiri, hal ini dapat diambil contoh seperti kepatuhan masyarakat terhadap
hukum ditentukan oleh aspek ruhaniyah ini. Dalam hal ini pendidikan Islam memiliki peran utama
untuk mewujudkannya.

Tantangan manusia pada millennium ke-3 ini akan terfokus pada berbagai aspek kompleks.
Khusus dibidang pendidikan (Munzier, 2000) menyebutkan bahwa tantangan pendidikan Islam
terbagi atas 2, yaitu tantangan dari luar, yaitu berupa pertentangan dengan kebudayaan Barat abad
ke-20 dan dari dalam Islam itu sendiri, berupa kejumudan produktivitas keislaman.

Peningkatan kualitas manusia hanya dapat dilakukan dengan perbaikan pendidikan.


(Shaleh, 2000) menyatakan ada beberapa ciri masyarakat atau manusia yang berkualitas, yaitu :

a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, serta berakhlak mulia dan berkepribadian

b. Berdisiplin, bekerja keras, tangguh dan bertanggung jawab

c. Mandiri, cerdas dan terampil

d. Sehat jasmani dan rohani

e. Cinta tanah air, tebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial

Generasi yang berkualitas yang akan disiapkan untuk menyongsong dan menjadi pelaku
pembangunan pada era globalisasi dituntut untuk meningkatkan kualitas keberagamaannya (dalam
memahami, menghayati, dan mengamalkan agama yang tetap bertumpu pada iman dan aqidah).
Dengan kata lain masyarakat maju Indonesia menuntut kemajuan kualitas hasil pendidikan Islam.
A. R. Saleh menyatakan bahwa modernisasi bagi bangsa Indonesia adalah penerapan ilmu
pengetahuan dalam aktivitas pendidikan Islam secara sistematis dan berlanjut. Tujuan pendidikan
nasional termasuk tujuan pendidikan agama adalah mendidik anak untuk menjadi anak manusia
berkualitas dalam ukuran dunia dan akhirat.

B. Ayat Al-Qur’an tentang Sumber Daya Manusia

Qs : Rum ayat 30

ِ َ‫للا ذَلِكَ الدِين القَ ِيم َولَكِن أَكثَ َر الن‬


َ‫اس َل َيعلَمون‬ ِ ‫ق‬ ِ ‫علَي َها ۚ َل تَبدِي َل ِلخَل‬ َ َ‫ّللا الَتِي ف‬
َ َ‫ط َر الن‬
َ ‫اس‬ ِ ‫فَأَقِم َوج َهكَ لِلد‬
ِ َ َ‫ِين َحنِيفًا فِط َرت‬

Artinya :
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,”

Tafsir:

1) Tafsir Kemenag RI :

Ayat ini menyuruh Nabi Muhammad meneruskan tugasnya dalam menyampaikan dakwah, dengan
membiarkan kaum musyrik yang keras kepala itu dalam kesesatannya. Dalam kalimat “Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah”, terdapat perintah
Allah kepada Nabi Muhammad untuk mengikuti agama yang lurus yaitu agama Islam, dan
mengikuti fitrah Allah. Ada yang berpendapat bahwa kalimat itu berarti bahwa Allah
memerintahkan agar kaum Muslimin mengikuti agama Allah yang telah dijadikan-Nya bagi
manusia. Di sini “fitrah” diartikan “agama” karena manusia dijadikan untuk melaksanakan agama
itu. Hal ini dikuatkan oleh firman Allah dalam surah yang lain: Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (adz-dzariyat/51: 56) Menghadapkan wajah
(muka) artinya meluruskan tujuan dengan segala kesungguhan tanpa menoleh kepada yang lain.
“Wajah” atau “muka” dikhususkan penyebutan di sini karena merupakan tempat berkumpulnya
semua panca indera, dan bagian tubuh yang paling terhormat. Sehubungan dengan kata fitrah yang
tersebut dalam ayat ini ada sebuah hadis sahih dari Abu Hurairah yang berbunyi: Tidak ada seorang
anak pun kecuali ia dilahirkan menurut fitrah. Kedua ibu bapaknyalah yang akan meyahudikan,
menasranikan, atau memajusikannya, sebagaimana binatang melahirkan anaknya dalam keadaan
sempurna. Adakah kamu merasa kekurangan padanya.

2) Tafsir Quraish Shihab :

Dari itu, luruskanlah wajahmu dan menghadaplah kepada agama, jauh dari kesesatan mereka.
Tetaplah pada fitrah yang Allah telah ciptakan manusia atas fitrah itu. Yaitu fitrah bahwa mereka
dapat menerima tauhid dan tidak mengingkarinya. Fitrah itu tidak akan berubah. Fitrah untuk
menerima ajaran tauhid itu adalah agama yang lurus. Tetapi orang-orang musyrik tidak mengetahui
hakikat hal itu.

QS: Al-Mujadalah 11

‫ّللا الَذِينَ َءا َمنوا مِ نكم‬


َ ‫سح للا لَكم َو ِإذا قي َل أَنشَزوا فَأَنشَزوا يَرفَ ِع‬ َ ‫سحوا فِي ال َمجل ِِس فَأَف‬
َ ‫سحوا يَف‬ َ ‫يَأَيُّ َها الَذِينَ َءا َمنوا ِإذَا قِي َل لَكم ت َف‬
َ ‫َوا َلذِينَ أوتوا العِل َم دَ َر َجت ۚ َو‬
‫ّللا ِب َما تَع َملونَ َخ ِبير‬

Artinya :

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

1) Tafsir Jalalain : (Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepada kalian, "Berlapang-
lapanglah) berluas-luaslah (dalam majelis") yaitu majelis tempat Nabi saw. berada, dan majelis
zikir sehingga orang-orang yang datang kepada kalian dapat tempat duduk. (Maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untuk kalian) di surga nanti. (Dan
apabila dikatakan, "Berdirilah kalian") untuk melakukan salat dan hal-hal lainnya yang
termasuk amal-amal kebaikan (maka berdirilah) menurut qiraat lainnya kedua-duanya dibaca
fansyuzuu dengan memakai harakat damah pada huruf Syinnya (niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian) karena ketaatannya dalam hal tersebut
(dan) Dia meninggikan pula (orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat) di
surga nanti. (Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan).
2) Tafsir Quraish Shihab : Wahai orang-orang yang mempercayai Allah dan rasul-Nya, apabila
kalian diminta untuk melapangkan tempat duduk bagi orang lain agar ia dapat duduk bersama
kalian maka lakukanlah, Allah pasti akan melapangkan segala sesuatu untuk kalian! Juga
apabila kalian diminta untuk berdiri dari tempat duduk, maka berdirilah! Allah akan
meninggikan derajat orang-orang Mukmin yang ikhlas dan orang-orang yang berilmu menjadi
beberapa derajat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang kalian perbuat.

QS : As-Shaad ayat 27

‫ظ ُّن الَذِينَ َكفَروا فَ َويل للَذِينَ َكفَروا مِ نَ النَار‬ َ ‫س َما َء َواْلَر‬


َ َ‫ض َو َما بينَهما بَاطِ ًل ذَلِك‬ َ ‫َو َما َخلَقنَا ال‬

Artinya :

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah.
Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu
karena mereka akan masuk neraka.”

1) Tafsir Jalalain : Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dengan batil) dengan main-main. (Yang demikian itu) yakni penciptaan hal tersebut
tanpa hikmah (adalah anggapan orang-orang kafir) dari penduduk Mekah (maka neraka Waillah)
Wail adalah nama sebuah lembah di neraka (bagi orang-orang yang kafir karena mereka akan
masuk neraka.)

2) Tafsir Quraish Shihab : Kami tidak menciptakan langit dan bumi beserta semua yang ada di
antara keduanya dengan sia-sia. Itu hanya sangkaan orang-orang kafir sehingga mereka semena-
mena memberikan keputusan sesuai hawa nafsunya. Dari itu, mereka akan memperoleh siksa yang
pedih berupa api neraka.

QS : An-Nahl ayat 97

َ ‫ط ِيي َبة ۖ َولَنَج ِزينهم أَج َرهم ِبأَح‬


‫س ِن َما كَانوا َيع َملون‬ َ ً ‫صا ِل ًحا مِ ن ذَكَر أَو أنثَى َوه َو مؤمِ ن فَلَنح ِيينَه َح َياة‬
َ ‫عمِ َل‬
َ ‫َمن‬
Artinya :

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.”

1) Tafsir Jalalain : (Barang siapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik) menurut suatu pendapat dikatakan bahwa yang dimaksud adalah kehidupan di surga.
Menurut pendapat yang lain dikatakan adalah kehidupan dunia, yaitu dengan mendapatkan rasa
qana`ah atau menerima apa adanya atau ia mendapatkan rezeki yang halal (dan sesungguhnya
akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan).
2) Tafsir Quraish Shihab : Siapa saja yang berbuat kebajikan di dunia, baik laki-laki maupun
wanita, didorong oleh kekuatan iman dengan segala yang mesti diimani, maka Kami tentu akan
memberikan kehidupan yang baik pada mereka di dunia, suatu kehidupan yang tidak kenal
kesengsaraan, penuh rasa lega, kerelaan, kesabaran dalam menerima cobaan hidup dan dipenuhi
oleh rasa syukur atas nikmat Allah. Dan di akhirat nanti, Kami akan memberikan balasan pada
mereka berupa pahala baik yang berlipat ganda atas perbuatan mereka di dunia.

Qur’an Surat Al-An’am ayat 162

َ‫ب العَالَمِ ين‬


ِ ‫ِل َر‬
ِ ِ ‫اي َو َم َماتِي‬ َ ‫ل إِ َن‬
َ َ‫صلتِي َونسكِي َو َمحي‬

Artinya :

“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam.

1) Tafsir Jalalain (Katakanlah, "Sesungguhnya salatku, ibadahku) amal ibadahku, yaitu ibadah
haji dan lain-lainnya (hidupku) kehidupanku (dan matiku) meninggalku (hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam).

2) Tafsir Quraish Shihab Katakanlah, "Sesungguhnya salatku, seluruh ibadahku, ketaatanku


selama hidup, iman dan amal saleh yang akan aku bawa mati, semuanya murni hanya untuk
Allah yang telah menciptakan semua makhluk. Hanya Allah yang pantas disembah dan ditaati.

C. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Pendidikan Islam Perspektif Al-
Qur’an

Keberadaan SDM, baik pada aspek kualitas maupun kuantitas memang sangat menentukan
kinerja, produktivitas, dan keberhasilan suatu institusi. Bagi madrasah sebagai lembaga
pendidikan seharusnya berbasis nilai-nilai dan prinsip-prinsip syariah Islam, kualifikasi dan
kualitas SDM jelas lebih dituntut adanya keterpaduan antara "knowledge, skill dan ability" dengan
komitmen moral dan integritas pribadi.
Dalam praktik manajemen Islami, paling tidak penekanan pada aspek moralitas, yang
dewasa ini diyakini sebagai "key success factor paling tidak dalam pengelolaan lembaga
pendidikan, yaitu "shiddiq" (benar dan jujur), "amanah" (terpercaya, kredibel), "tabligh"
(komunikatif), dan "fathanah" (cerdas). Hal tersebut sama pentingnya dengan pengetahuan,
kemampuan, dan keterampilan. SDM Madrasah yang bekerja di lembaga-lembaga pendidikan
Islam (Madrasah) dewasa ini dianggap untuk sebagian besarnya hanya SDM "dadakan" dan
"karbitan" memenuhi kebutuhan yang mendesak, yang memperoleh ilmu kesyariahannya dalam
waktu yang sangat terbatas. Tidak mengherankan, atas dasar pertimbangan profesionalitas dan
keunggulan individu, di samping disebabkan keterbatasan jumlah dan kualifikasi yang diperlukan,
kasus pembajakan SDM sering terjadi di lingkungan lembaga pendi- dikan. Kondisi semacam ini
secara tidak langsung jelas menjadi salah satu penghambat perkembangan lembaga pendidikan
khususnya madrasah di Indonesia.

Dalam perspektif Islam, kesadaran bahwa manusia merupakan makhluk yang diciptakan
sebagai "hamba" yang semata-mata mengabdikan diri kepada Allah swt. Dan, dalam waktu yang
sama juga sebagai "khalifah" yang mendapat amanah untuk mengelola bumi, meraih keselamatan
dan kemaslahatan dunia dan akhirat (al-mashalih fi al-darain) adalah keyakinan yang melandasi
semua perilaku dan aktivitas manusia.

Melalui derivasi kedudukannya sebagai pengabdi Allah ('abd Allahı), manusia


menampilkan jati dirinya sebagai makhluk yang senantiasa menjunjung tinggi moralitas (al-akhlaq
al-karimah), sumber keunggulan, dan kemuliaan diri. Sementara dengan kesadaran sebagai
"khalifah Allah", manusia membangun dan mengembangkan ilmu pengetahuan serta
keterampilannya untuk memanfaatkan anugerah Allah. Kepada manusia sebagai khalifah, yang
dipresentasikan Nabi Adam as sejak semula memang diajarkan ilmu pengetahuan, lalu dengan
ilmu itu, manusia memperoleh keunggulaan.

Atas dasar keunggulan itulah, maka bumi dengan segala isinya, dimanfaatkan manusia
sesuai dengan amanah yang diberikan oleh Allah. SDM yang handal berbasis Islam pada
hakikatnya harus diletakkan di atas pondasi kesadaran emosional (hamba Allah) dan rasional
(khalifah Allah). Tidak ada pertentangan antara kesadaran emosional dengan kesadaran rasional
dalam mendidik. Sebagai hamba Allah, manusia menjadi makhluk yang ta'at dan senantiasa
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, dan sebagai khalifah Allah, manusia
menjadi makhluk yang sukses dan berhasil.

Perpaduan antara keunggulan rasionalitas dan keseimbangan emosional pada gilirannya


akan melahirkan spirit (jiwa) yang menghidupkan aktivitas yang mendapat pertolongan Allah
SWT. SDM Syariah yang beraktivitas, baik sebagai pemimpin madrasah, pemerhati pendidikan,
stakeholder yang ada, dan orangtua wali harus terpadu dalam kesadaraan ketuhanan (al-rabbaniy)
dan kesadaran rasional (al-'ilmiy). Orang-orang yang berilmu, mampu membaca, memahami, dan
memanfaatkan dengan tepat realitas kehidupan untuk kebaikan dan kemaslahatan hidupnya dan
dengan hatinya merasa "takut" kepada Allah, itulah yang disebut dalam al-Qur'an sebagai "ulama".
SDM handal yang akan dapat menumbuh kembangkan ekonomi syariah sejatinya adalah orang-
orang yang di dalam dirinya terpadu kualifikasi dan kualitas ulama, hal itu sama seperti yang
digambarkan al-Qur'an.

Dalam menyiapkan SDM yang handal, penguasaan aspek keilmuan yang berkaitan dengan
pengelolaan lembaga pendidikan sangat diperlukan. Ada standar yang harus digunakan untuk
dijadikan sebagai acuan. Standar itu sudah barang tentu berhubungan dengan tugas dan wewenang
yang akan dipertanggungjawabkan. Tinggi rendahnya pengetahuan, kesanggupan dan
keterampilan ditentukan oleh seberapa besar tanggung jawab yang akan diberikan. Segala sesuatu
yang berhubungan dengan manajemen SDM suatu lembaga pendidikan pada umumnya berlaku
secara universal.

Manajemen SDM dalam Islam dapat dijelaskan di dalam Qs Yusuf : 47-49

َ‫صدتُّ ۡم فَذَر ۡوه ف ِۡى س ۡۢۡنبلِه ا َِل قَل ِۡي ًل ِم َما ت َۡاكل ۡون‬ َ َ‫قَا َل ت َۡز َرع ۡون‬
َ ‫س ۡب َع ِسن ِۡينَ دَاَبًا ۚ فَ َما َح‬

َ َ‫ث َم يَ ۡات ِۡى مِ ۡۢۡن بَعۡ ِد ٰذلِك‬


ِ ‫س ۡبع ِشدَاد ي َۡاك ۡلنَ َما قَد َۡمت ۡم لَه َن ا َِل قَل ِۡي ًل ِم َما ت ۡح‬
َ‫صن ۡون‬

َ َ‫ث َم يَ ۡات ِۡى مِ ۡۢۡن بَعۡ ِد ٰذلِك‬


ِ ۡ‫عام ف ِۡي ِه يغَاث النَاس َوف ِۡي ِه يَع‬
َ‫صر ۡون‬

Artinya :

Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa, Maka apa yang
kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian
sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan
untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.
Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan
dimasa itu mereka memeras anggur."

Ayat ini menunjukan bahwa Nabi Yusuf as merencanakan program untuk beberapa tahun
ke depan. Bahwa perencanaan tidak menafikan keimanan, tetapi merupakan salah satu bentuk amal
kebajikan yang berupa ittikhadz al-asbab (menjalankan sebab). Perencanaan adalah tindakan yang
legas secara syar'i. Ayat ini juga mengajarkan kepada kita untuk mempunyai visi ke depan dan
mempunyai kemampuan untuk mengantisipasi masa depan.

Perencanaan SDM akan memberikan gambaran yang utuh dan menyeluruh bagi masa
depan sehingga mendorong seseorang untuk bekerja secara terencana, terukur dengan jelas,
maksimal, dan optimal dalam merealisasikan tujuan yang ditetapkan. Firman Allah swt yang
menyuruh kaum muslimin untuk mempersiapkan diri menjadi dalil yang kuat bagi pentingnya
perencanaan masa depan untuk kinerja yang lebih baik.

Perencanaan masa depan adalah bagian perintah al-Qur'an yang mewajibkan setiap muslim
untuk melaksanakannya, sesuai dengan kapasitas, profesi, dan spesialisasisnya. Dan, penting
diperhatikan oleh setiap orang yang melakukan perencanaan untuk mengingat firman Allah swt
berikut.
َ ‫سى أَن َيه ِد َي ِن َر ِبي ِْلَق َر‬
َ ‫ب مِ ن َهذَا َر‬
‫شدًا‬ َ ‫ِإ َل أَن َيشَا َء للا َواذكر َربَكَ ِإذَا نَسِيتَ َوقل‬
َ ‫ع‬

Artinya :

"Kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah" dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan
Katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat
kebenarannya dari pada ini”

Ungkapan 'insya Allah' menjadi penting, sebab ketika ia mampu merealisasikan


programnya, maka ia akan menyadari bahwa hal itu berkat karunia Allah swt. Tapi apabila
mengalami kegagalan ia menyadari bahwa pasti ada hikmah di balik kegagalan itu yang sangat
mungkin menyimpan kebaikan bagi dirinya. Maka ia pun tidak pernah putus asa.

Kandungan makna perencanaan juga Nampak pada QS: Al-Hasyr ayat 18

َ‫ّللا َخ ِب ۡي ۢۡر ِب َما ت َعۡ َمل ۡون‬ َ ٰ ‫ّللا َو ۡلت َۡـنظ ۡر ن َۡـفس َما قَدَ َم ۡت ِلغَد ۚ َواتَقوا‬
َ ٰ ‫ّللا ا َِن‬ َ ٰ ‫ٰياَيُّ َها الَذ ِۡينَ ٰا َمن ۡوا اتَقوا‬

Artinya :

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan"

Yang dimaksud dengan hari esok dalam ayat tersebut, dapat berarti akhirat dapat juga
berarti hari-hari yang mendatang saat masih di dunia. Bagaimanapun bila mempersiapkan segala
sesuatu untuk (waktu) yang akan datang, dapat disebut perencanaan.

Terkait dengan perencanaan SDM, sebaiknya seorang pemimpin mempertimbangkan


potensi SDM yang dimiliki untuk diberi tugas dan pekerjaan. Sebagaimana yang terkandung dalam
firman Allah SWT "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya".

Pemimpin harus memahami bagaimana berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda:


pikiran, emosional, kecenderungan, dan sebagainya. Karena tidak semua orang yang berada dalam
satu organisasi siap menerima dan memikul tugas atau menjalankan kebijakan yang berlaku. Tidak
mungkin dalam sebuah organisasi ditetapkan suaatu kebijakan yang mustahil dapat dilaksanakan
oleh para anggotanya. Pemimpin seharusnya bijaksana dalam memberikan tugas dan kebijakannya
yang disesuaikan dengan kapabilitas dan kompetensi anggotanya.

a. Rekrutmen dalam Perspektif Islam

Dalam pandangan Islam, Islam sangat mendorong umat- nya untuk melihat calon pegawai
berdasarkan pengetahuan, pengalaman, kompetensi, dan kemampuan teknis yang dimilikinya. Hal
tersebut sesuai dengan firman Allah swt dalam QS Al-Qashas : 26
‫َجره ِإ َن خَي َر َم ِن است َ َجرت القوى اْلمين‬ ِ ‫قَالَت ِإحدَه َما َيتَأ َ َب‬
َ ‫ت است‬

Artinya :

"Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku anbilah ia sebagai orang yang bekerja
(pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada
kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya"

Pemahaman kekuatan disini bisa berbeda sesuai dengan perbedaan jenis pekerjaan,
kewajiban, dan tanggung jawab yang dipikulnya. Amanah merupakan faktor penting untuk
menentukan kepatuhan dan kelayakan calon pegawai. Hal ini bisa diartikan dengan melaksanakan
segala kewajiban sesuai dengan ketentuan Allah swt dan takut terhadap aturan-Nya. Calon pegawai
harus dipilih berdasarkan kepatutan dan kelayakan, persoalan ini pernah diingatkan Rasullulah
Muhammad saw dalam sabdanya, "Barangsiapa memperkerjakan orang karena ada unsur
nepotisme, padahal di sana terdapat orang yang lebih baik daripada orang tersebut, maka ia telah
menghianati amanah yang diberikan Allah swt, Rasul-Nya, dan kaum muslimin.” (Meldona, 2009)

Dalam riwayat lain Rasulullah saw juga menyatakan tentang pentingnya penerapan kaidah
kepatutan, penempatan, dan kelayakan pegawai, seperti yang terdapat dalam Shahih Muslim
sebagai berikut: "Ya Rasullalah mengapa engkau tidak mengangkatku sebagai pegawai?"
kemudian berkata: "Wahai Abu Dzar, sesungguhnya kamu itu lemah, sedang yang kamu minta itu
adalah amanah, tidak lain hal itu hanyalah kehinaan dan penyesalan pada hari kiamat, kecuali
orang yang mengambilnya dengan haknya dan menunaikan kewajiban di dalamnya." (Meldona,
2009)

Dari hadis tersebut dapat ditarik sebuah pelajaran, bahwa standar pengangkatan pegawai
adalah kualifikasi, kompetensi kepatutan, dan kelayakan seseorang untuk memikul tanggung
jawab pekerjaan yang akan diberikan kepadanya. Sebagaimana nasihat Rasullulah kepada
sahabatnya tersebut, bahwa jabatan bisa menjadi nikmat tetapi bisa pula membawa kehinaan dan
penyesalan, bahkan bisa mendatangkan bencana bagi orang lain. Misalnya hancurnya sebuah
lembaga pendidikan, atau lainnya. Mencari Jabatan bukannya jalan untuk mencari uang dengan
cepat, tetapi jabatan adalah sebuah tanggungjawab yang akan dimintai pertanggungjawabannya,
baik selama masih di dunia maupun nanti di akhirat.

b. Seleksi SDM

Seperti namanya, seleksi, maka fungsi tahap ini adalah menyaring pelamar dengan setepat
mungkin sehingga organisasi dapat menerima orang yang tepat. Proses ini, seperti halnya
rekrutmen, merupakan kegiatan yang sangat penting bagi madrasah. Sebab hasil yang didapat dari
perekrutan tidak menjamin bahwa seluruh calon yang direkrut sesuai dengan harapan organisasi
madrasah. Di samping itu, seleksi juga tidak hanya berarti memilih pegawai yang tepat dilihat dari
sudut pandang organisasi sekolah, tetapi juga dari sudut pegawai yang memilih organisasi sekolah
yang sesuai dengan keinginan dan harapannya. Hal ini penting sebab unjuk kerja seseorang tidak
hanya dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki, tetapi juga oleh sikapnya terhadap organisasi
sekolah, dalam pengertian keyakinannya bahwa sekolah yang dimasuki akan dapat mewujudkan
harapan-harapannya yang mengakibatkan dia senang bekerja di sekolah tersebut. (Cahyani, 2005)
C. Perencanaan dalam Perspektif Islam

Dalam pandangan Islam obyektivitas perencanaan dapat dijelaskan dengan melihat


firman Allah swt Q.S. Yusuf:47-49 di bawah ini.

َ‫صدتُّ ۡم فَذَر ۡوه ف ِۡى س ۡۢۡنبلِه ا َِل قَل ِۡي ًل ِم َما ت َۡاكل ۡون‬ َ َ‫قَا َل ت َۡز َرع ۡون‬
َ ‫س ۡب َع ِسن ِۡينَ دَاَبًا ۚ فَ َما َح‬

َ َ‫ث َم يَ ۡات ِۡى مِ ۡۢۡن بَعۡ ِد ٰذلِك‬


ِ ‫س ۡبع ِشدَاد ي َۡاك ۡلنَ َما قَد َۡمت ۡم لَه َن ا َِل قَل ِۡي ًل ِم َما ت ۡح‬
َ‫صن ۡون‬

َ َ‫ث َم يَ ۡات ِۡى مِ ۡۢۡن بَعۡ ِد ٰذلِك‬


ِ ۡ‫عام ف ِۡي ِه يغَاث النَاس َوف ِۡي ِه يَع‬
َ‫صر ۡون‬

Artinya :

"Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; Maka apa yang
kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian
sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan
untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.
Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan
dimasa itu mereka memeras anggur"

Dari ayat ini menunjukkan bahwa Nabi Yusuf as merencanakan progam untuk beberapa
tahun ke depan. Bahwa perencanaan tidak menafikan keimanan tetapi merupakan salah satu bentuk
amal kebajikan yang berupa ittikhadzal asbab (menjalankan sebab). Perencanaan akan
memberikan gambaran yang utuh dan menyeluruh bagi masa depan sehingga mendorong
seseorang untuk bekerja secara maksimal dan optimal dalam merealisasikan tujuan yang telah
ditetapkan.

Kandungan makna perencanaan juga tampak pada ayat al-Qur'an Surat al-Hasyr ayat 18,
yang artinya :

َ‫ّللا َخ ِب ۡي ۢۡر ِب َما ت َعۡ َمل ۡون‬ َ ٰ ‫ّللا َو ۡلت َۡـنظ ۡر ن َۡـفس َما قَدَ َم ۡت ِلغَد ۚ َواتَقوا‬
َ ٰ ‫ّللا ا َِن‬ َ ٰ ‫ٰياَيُّ َها الَذ ِۡينَ ٰا َمن ۡوا اتَقوا‬

Artinya :

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan"

Yang dimaksud hari esok dalam ayat tersebut, dapat berarti akhirat tetapi dapat juga berarti
hari-hari yang akan datang saat masih di dunia. Dan, mempersiapkan segala sesuatu untuk hari
yang belum datang, dapat disebut perencanaan.

d. Rekrutmen SDM

Rekrutmen diartikan sebagai proses penarikan sejumlah calon yang berpotensi untuk
diseleksi menjadi pegawai. Proses ini dilakukan dengan mendorong atau merangsang calon yang
mempunyai potensi untuk mengajukan lamaran dan berakhir dengan didapatkannya sejumlah
calon. (William B Werther, 1996) Atau, dapat juga dikatakan sebagai upaya pencarian sejumlah
calon pegawai yang memenuhi syarat dalam jumlah tertentu sehingga dari mereka organisasi dapat
menyeleksi orang yang paling tepat untuk mengisi lowongan kerja yang ada.

Rekrutmen menjadi salah satu kegiatan yang sangat penting dalam manajemen SDM sebab
sebagai awal dari kegiatan yang dilakukan organisasi sekolah untuk mendapatkan pegawai yang
tepat untuk mengisi jabatan yang kosong. Hal ini menjadi sangat penting, khususnya ketika supply
SDM terbatas, di mana hanya sedikit jumlah pegawai yang tersedia. Sedangkan banyak lembaga-
lembaga pendidikan seperti sekolah atau sekolah lain yang membutuhkan tenaga kerja tersebut,
sehingga lembaga-lembaga tersebut dengan sendirinya bersaing untuk menarik calon pegawai
yang terbaik dari calon yang ada (persaingan).

Berdasarkan pengertian di atas, terdapat langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam


merekrut tenaga kerja untuk sekolah, langkah-langkah tersebut antara lain sebagai berikut.

1) Penentuan jabatan yang kosong

Rekrutmen dilakukan bilamana ada jabatan yang kosong atau dimulai dengan analisis
mengenai apakah ada jabatan yang kosong yang harus diisi oleh pegawai baru. Kekosongan bisa
terjadi akibat adanya pegawai yang mengundurkan diri, pensiun, mutasi, meninggal dunia, dan
akibat adanya pengembangan yang dilakukan madrasah, yang sebelumnya telah ditentukan dalam
perencanaan SDM.

2) Penentuan persyaratan jabatan

Persyaratan jabatan merupakan kriteria atau ciri-ciri yang dapat meliputi keahlian,
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan.
Persyaratan jabatan ini tentu saja harus ditentukan sebab hal itu akan membantu mengidentifikasi
pegawai yang dibutuhkan dan berkaitan dengan siapa yang dibutuhkan dan di mana mereka
berada.

3) Penentuan sumber dan metode rekrutmen

Langkah terakhir adalah menetukan sumber dan metode rekrutmen yang paling efektif dan
efisien. Efektif berarti saluran atau metode yang paling memungkinkan untuk mendapatkan calon
yang paling baik dan sesuai dengan kriteria persyaratan jabatan yang dibutuhkan sekolah. Efisien
berarti dengan pengorbanan baik waktu maupun biaya yang paling murah. Untuk sumber
rekrutmen calon tenaga kerja, secara umum meliputi sumber internal dan sumber eksternal. Sum-
ber internal adalah orang-orang yang sudah menjadi pegawai di sekolah, dan yang sudah
menduduki jabatan tertentu yang mungkin dapat dipindahkan (transfer), dipromosikan (promo-
si), atau didemosi (demosi) untuk mengisi jabatan yang kosong melalui proses seleksi yang akan
dilakukan.

4) Ukuran Keberhasilan Rekrutmen


Di antara ukuran keberhasilan rekrutmen dapat dilihat dari:
a) Banyaknya pelamar yang datang dan melamar.
b) Banyaknya pilihan-pilihan karyawan yang potensial.
c) Banyaknya penempatan karyawan yang berhasil."

e. Seleksi Pegawai dalam Perspektif Islam

Selanjutnya pandangan Islam tentang seleksi pegawai dijelaskan oleh Sinn (2006) bahwa
memberikan ujian seleksi kepada calon pegawai adalah persoalan pokok dalam Islam. Hal tersebut
setidaknya tercermin dari sikap Rasulullah saw ketika akan mengangkat Muadz bin Jabal menjadi
pejabat kehakiman. Rasulullah saw bertanya kepada Muadz: "Dengan apa engkau akan
memutuskan perkara hukum?" Muadz menjawab: "Dengan Kitab Allah." Rasulullah saw bertanya:
"Jika kamu tidak mene- mukan?" Muadz menjawab lagi," Dengan sunah Rasulullah." Rasulullah
saw bertanya lagi: "Jika Kamu tidak menemukannya? Muadz menjawab: "Aku akan berijtihad
dengan pendapatku. Rasulullah saw bersabda: "Alhamdulillah, Allah swt telah menolong
Rasulullah menjalankan agama sesuai dengan apa yang diridhai Allah dan Rasul-Nya. (Sinn, 2006)

Pernyataan Khalifah Ali bin Abi Thalib, kepada gubernur Mesir Atsar An-Nukhai,
memberikan petunjuk yang jelas tentang mekanisme penentuan calon pegawai, "Jika engkau ingin
mengangkat pegawai maka pilihlah secara selektif, janganlah engkau mengangkat pegawai karena
unsur kecintaan dan kemuliaan (nepotisme), karena ini akan menciptakan golongan durhaka dan
khianat. Pilihlah pegawai karena pengalaman dan kom- petensi yang dimiliki, tingkat
ketakwaannya dan keturunan orang shaleh, serta orang yang memiliki ahklak mulia, argu- men
yang shahih, tidak mengejar kemuliaan, serta memiliki pandangan yang luas atas suatu
persoalan","

Proses pemilihan calon pegawai dalam Islam memiliki beberapa ketentuan yang bersifat
mengikat, proses ini diawali dengan menentukan tugas dan tanggung jawab pekerjaan secara
terperinci. Kemudian dilakukan seleksi terhadap beberapa calon pegawai yang sedang
berkompetisi.

f. Penempatan Pegawai dalam Perspektif Islam

Pandangan Islam bahwa di dalam menempatkan seorang karyawan yang menjadi


pertimbangan adalah kinerja dan kemampuannya. Konsep ini pernah dijalankan pada masa
Khalifah Umar ra diriwayatkan bahwa Khalifah Umar, berkata kepada pegawainya:
"Sesungguhnya aku memilihmu untuk mengujimu, jika kamu dapat menunjukkan kinerja yang
optimal dan baik, maka akan aku tambahkan tanggung jawabmu. Namuh, jika kinerjamu jelek aku
akan memecatmu."

g. Pelatihan dan Pengembangan dalam Perspektif Islam

Pelatihan dan pengembangan di dalam Islam dijelaskan sebagai berikut, Islam sangat
mendorong untuk melakukan pelatihan (training) terhadap para pegawai/karyawan dengan tujuan
mengembangkan kompetensi dan profesionalitas dalam mengemban tanggung jawab dan
tugasnya. Rasullullah saw, selalu memberikan pelatihan terhadap orang yang mengurusi persoalan
kaum muslimin dan membekalinya dengan nasihat-nasihat dan petunjuk-petunjuknya.
Diriwayatkan dari Ali ra bersabda Rasullullah: Rasul- ullah mengutusku ke Yaman untuk
menjadi hakim, kemudian saya berkata: "Ya Rasulullah, engkau mengutusku sedangkan aku masih
muda belia, sedangkan aku tidak memiliki ilmu tentang peradilan?" Rasullullah menjawab:
"Sesungguhnya Allah akan memberikan hidayah kepadamu, dan menetapkan lisanmu. Ketika
datang kepadamu dua orang yang sedang ber- seteru maka janganlah engkau menetapkan
keputusan sampai engkau mendengankan perkataan pihak kedua, sebagaimana engkau
mendengarkan perkataan pihak pertama. Hal ini akan menjadikan lebih berhati-hati dan bersih
bagimu dalam memu- tuskan peradilan." Ali berkata: "Setelah itu tidak ada keraguan lagi bagiku
dalam memberikan keputusan".

h. Penilaian Kinerja dalam Perspektif Islam

Penilaian kinerja dalam pandangan Islam, bahwa kinerja merupakan persoalan penting
dalam hubungannya antara atasan dan bawahan pada suatu organisasi. Allah swt memberikan
dorongan untuk memberikan insentif bagi yang mampu menunjukkan kinerja yang baik dan
optimal sebagaimana firman-Nya berikut.

َ ‫طبِبَة َولَت َج ِريَت َهم أَج َرهم بِأَح‬


َ‫س ِن َما كَانوا يَع َملون‬ َ ً ‫ص ِل ًحا مِ ن ذَكَر أَو أنثَى َوه َو مؤمِ ن فَلَنحيِيَنَه َحيَ َوة‬
َ ‫عمِ َل‬
َ ‫َمن‬

Artinya :

Siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesung
guhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan

Islam mendorong umatnya untuk memberikan semangat dan motivasi bagi pegawai dalam
menjalankan tugas mereka. Kinerja mereka harus diakui dan mereka harus dimuliakan jika
memang bekerja dengan baik. Khalifah Ali ra memberikan wasiat kepada pegawainya: "Janganlah
engkau posisikan sama antara orang yang berbuat baik dan orang yang berbuat jelek, karena itu
akan mendorong orang berbuat baik senang menambah kebaikan dan sebagai pembelajaran orang
yang berbuat jelek. Maka pegawai yang menunjukkan kinerja yang baik, bisa diberikan bonus atau
intensif guna memberikan apresiasi terhadap kinerjanya.

j. Pengembangan Karir dalam Perspektif Islam

Pandangan Islam terhadap manusia adalah sebagai makhluk yang mulia yang memiliki
kehormatan dan berbeda dengan mahluk yang lain. Islam mendorong manusia untuk
memberlakukan manusia baik, membina hubungan kekeluargaan, saling tolong-menolong. Allah
swt berfirman:

ِ ‫شدِيد ال ِعقَا‬
‫ب‬ َ َ ‫ّللا ِإ َن‬
َ ‫ّللا‬ ِ ‫علَى‬
َ َ ‫اْلث ِم َوالعد َو ِن َواتَقوا‬ َ ‫علَى ال ِب ِر َوالتَق َوى َو َل ت َ َع َاونوا‬
َ ‫َوت َ َع َاونوا‬
Artinya :

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya"

Rasulullah saw juga bersabda: "Sesama muslim adalah saudara tidak saling mendhalimi
dan menghina". Di dalam al-Qur'an dijelaskan bahwa seseorang memberikan pekerjaan didasarkan
atas kepercayaan, penerima pekerjaan akan merasa dapat melaksanakan tugas dengan baik untuk
menjaga kepercayaan yang diberikan sedang pemberi pekerjaan akan mendapatkan hasil yang
maksimal dari terselesainnya pekerjaan tersebut.

Dan dalam hadis Bukhari dijelaskan yang maknanya, Apabila suatu urusan
(pekerjaan/jabatan) diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kerusakannya/
kehancurannya.

i. Kompensasi dalam Perspektif Islam

Rasullullah selalu mendorong para majikan untuk memberikan upah terhadap para
pegawainya setelah mereka menyelesaikan pekerjaannya. Beliau bersabda: "Berilah upah kepada
mereka sebelum keringatnya kering"

Ketentuan ini untuk menghilangkan keraguan pekerja atau kekhawatiran bahwa upah
mereka tidak akan dibayar. Pemberian upah yang sesuai juga akan meningkatkan motivasi kerja.
Upah ditentukan atas dasar jenis pekerjaannya, ini ketentuan upah sebagaimana tercantum dalam
al-Quran berikut.

َ‫عمِ لوا َولِي َوقِ ِهم أَع َملَهم َوهم َل يظلَمون‬


َ ‫َولِك ِل دَ َر َجت ما‬

Artinya :

"Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan
agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada
dirugikan"

Untuk itu, upah yang diberikan kepada para pegawai bisa berbeda menurut jenis pekerjaan
dan tanggung jawab yang diembannya. Upah yang diberikan berdasarkan tingkat kebutuhan dan
taraf kesejahteraan masyarakat setempat. Pada masa khalifah Umar ra gaji pegawai disesuaikan
dengan tingkat kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat setempat. Jadi apabila tingkat
kesejahteraan masyarakat setempat meningkat maka gaji yang diberikan juga dinaikkan supaya
mereka dapat memenuhi kebutuhannya. Hal inilah seharusnya menjadi perhatian para pimpinan
baik dilembaga pendidikan maupun diperusahaan, jika tingkat kesejahteraan tidak diperhatikan
maka akan terjadi berbagai kecurangan, dan tidak seriusnya dalam bekerja. Misalnya, karena gaji
sedikit guru nyambi menjadi tukang ojek, korupsi waktu sering terjadi, dengan cara datang
terlambat pulang terlalu cepat. Lebih mengerikan lagi adalah korupsi dana untuk madrasah.
KESIMPULAN

Sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki akal pikiran,
perasaan, pengetahuan, serta keterampilan. Semua potensi yang dimiliki SDM akan sangat
berpengaruh pada perkembangan suatu organisasi maupun usaha. Seberapa majunya teknologi,
modal, dan pekembangan informasi berkembang, jika tanpa didukung oleh SDM yang memadai
maka suatu organisasi atau usaha akan sulit untuk berkembang dan mencapai tujuan. Dalam Islam
sosok manusia terdiri dua potensi yang harus dibangun, yaitu lahiriah sebagai tubuh itu sendiri dan
ruhaniyah sebagai pengendali tubuh. Pembangunan manusia dalam Islam tentunya harus
memperhatikan kedua potensi ini. Jika dilihat dari tujuan pembangunan manusia Indonesia yaitu
menjadikan manusia seutuhnya, maka tujuan tersebut harus memperhatikan kedua potensi yang
ada pada manusia. Dalam menyiapkan SDM yang handal, penguasaan aspek keilmuan yang
berkaitan dengan pengelolaan lembaga pendidikan sangat diperlukan. Ada standar yang harus
digunakan untuk dijadikan sebagai acuan. Standar itu sudah barang tentu berhubungan dengan
tugas dan wewenang yang akan dipertanggungjawabkan. Tinggi rendahnya pengetahuan,
kesanggupan dan keterampilan ditentukan oleh seberapa besar tanggung jawab yang akan
diberikan. Segala sesuatu yang berhubungan dengan manajemen SDM suatu lembaga pendidikan
pada umumnya berlaku secara universal.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyani, A. (2005). Strategi dan Kebijakan Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Indeks.

Goffar, A. (2020). Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Islam. Islamic
Akademika: Jurnal Pendidikan & Keislaman, 7 (1), 41-57.

Meldona. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia Persfektif Integratif. Malang: UIN Maliki
Press.

Munzier, H. A. (2000). Watak Pendidikan Islam. Jakarta: Friska Agung Insani.

Shaleh, A. (2000). Pendidikan Agama dan Keagamaan : Visi, Misi dan Aksi. Jakarta:
Gemawindu Pancaperkasa.

Sinn, A. I. (2006). Manajemen Syariah: Sebuah Kajian Historis dan Komplementer. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.

Sugianto, Y. R. (2020). Peran Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Meningkatkan Kerja
Menurut Perspektif Islam. Arthavidya Jurnal Ilmiah Ekonomi, 286-298.

Sutrisno, D. E. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

T, Z. D. (2001). Pendidikan Non Formal dan Peningkatan Sumber Daya Manusia Dalam
Pembangunan. Padang: Penerbit FIP UNP.

William B Werther, K. D. (1996). Human resources and personal managament. New York.

Anda mungkin juga menyukai