Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KEUANGAN

PRIBADI, USAHA
by fia dialysa sulaksana, se., mm
PLANNING
ORGANIZING
DIRECTING KEUANGAN
CONTROLING

TUJUAN
ORGANISASI
Hasil dari Manajemen Keuangan
adalah LAPORAN KEUANGAN yang
bertujuan menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan
(NERACA), kinerja keuangan
(LAPORAN LABA/RUGI), dan
perubahan posisi keuangan (LAP.
ALIRAN KAS atau LAP. PERUBAHAN
MODAL)
KONTEN LAPORAN KEUANGAN
• NERACA: aset, kewajiban, dan ekuitas
• LAP. LABA/RUGI: pendapatan dan biaya
• LAP. ALIRAN KAS: kas masuk dan keluar dari
aktivitas operasi, invetasi, dan pembiayaan
• LAP. PERUB. MODAL: modal awal, (+) laba, (-)
rugi, (-) prive, dan modal akhir
• CATATAN ATAS LAP. KEU.: penjelasan atas
empat laporan di atas
CONTOH NERACA
C.V. MUTIARA
NERACA (Rp000.000)
31 Desember 2022
ASET KEWAJIBAN DAN EKUITAS
Kas 120 Utang Dagang 350
Piutang Dagang 160 Utang Pajak 160
Persediaan 430 Utang Gaji 90
Total Aset Lancar 710 Total Utang Lancar 600
Gedung 870 Utang Bank 300
Pabrik dan Peralatan 1.100 Utang Obligasi 200
Akumls. Penystn. A.T. (470) Total Utang Jangka Panjang 500
Total Aset Tetap 1.500 Total Kewajiban 1.100
Merk Dagang 50
Paten 140 Modal, Nyonya Mutiara 1.300
Total Aset Tak Berwujud 190 Total Ekuitas 1.300
Total Aset 2.400 Total Kewajiban & Ekuitas 2.400
CONTOH LAPORAN LABA RUGI
C.V. MUTIARA
LAPORAN LABA RUGI (Rp000.000)
Unt Periode yg berakhir 31 Desember 2022
Pendapatan Penjualan 950
Harga Pokok Penjualan (HPP) (325)
Laba Kotor 625
Biaya Iklan dan Promosi 60
Biaya Gaji Sales Person 130
Biaya Supplies Toko 15
Total Biaya Promosi dan Penjualan (205)
Biaya Administrasi 70
Biaya Gaji Karyawan Administrasi 110
Biaya Depresiasi Aset Tetap 35
Total Biaya Administrasi dan Umum (215)
Laba Operasi 205
Pajak Penghasilan (PPh) (15)
Laba Bersih 190
CONTOH LAPORAN ARUS KAS
C.V. MUTIARA
LAPORAN ARUS KAS (Rp000.000)
Unt Periode yg berakhir 31 Desember 2022
AKTIVITAS OPERASI
Saldo Kas Tahun Lalu (dari Neraca tahun 2021) 70
Kas Masuk: Pendapatan 670
Kas Keluar: Biaya-biaya untuk kegiatan operasional (570)
Kas Bersih dari Aktivitas operasi 100
AKTIVITAS INVESTASI
Kas Masuk: Penjualan Peralatan 25
Kas Keluar: Pembelian Furnitur Kantor (28)
Kas Bersih dari Aktivitas Investasi (3)
AKTIVITAS PEMBIAYAAN
Kas Masuk: Kredit dari BMT 46
Kas Keluar: Pembayaran bunga utang bank &obligasi (93)
Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan (47)
Saldo Kas 120
CONTOH PERUBAHAN MODAL

C.V. MUTIARA
LAPORAN PERUBAHAN MODAL (Rp000.000)
Unt Periode yg berakhir 31 Desember 2022
Modal Awal, Nyonya Mutiara (dari Neraca tahun 1.140
2021)
Laba 190
Prive (30)
Modal Akhir, Nyonya Mutiara 1.300

Prive adalah transaksi yang dilakukan oleh


pemilik dengan menggunakan sumber daya
(biasanya kas) perusahaan
KETERKAITAN EMPAT LAPORAN TSB

NERACA LAP. LABA/RUGI


Kas 120 ….. ….. …..
….. ….. ….. ….. …..
….. ….. Modal, Ny. Mutiara 1.300 ….. ….
….. ….. ….. Laba Bersh 190

LAP. PERUB. MDL.


LAP. ARUS KAS ….. …..
….. ….. Laba Bersh 190
….. ….. ….. …..
Kas 120 Modal Akh 1.300
Pemakai Laporan Keuangan
• Investor
• Kreditor
• Manajemen
• Supplier
• Customer
• Pemerintah
• Umum
Karakteristik Kualitatif Lap. Keu.
• Understandability (reasonable knowledge of user)
• Relevance (influence ec. decision, materiality, timeliness)
• Reliability (no material error, prudence, neutral, faithful
representation)
• Comparability (consistency, disclosure)
Asumsi Laporan Keuangan
• Accrual (vs. Cash Basis)
= Laporan keuangan accrual basis adalah pencatatan
pendapatan dan biaya pada periode saat terjadinya suatu
transaksi, bukan pencatatan laporan keuangan saat
pendapatan diterima ataupun dibayarkan seperti yang
biasa ditemukan dalam laporan keuangan berbasis kas
(cash basis).
• Going Concern (vs. Liquidation)
=Going concern adalah suatu keadaan di mana perusahaan
dapat tetap beroperasi dalam jangka waktu kedepan, hal
ini dipengaruhi oleh keadaan financial dan non financial.
• Historical cost (vs. Current and Future)
• Substance over form (vs “jugde a book by its cover”)
• Inflasi diabaikan (vs. daya beli menurun)
PAJAK
Pajak= iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan UU (sehingga
dapat dipaksakan), dengan tidak
mendapat balas jasa langsung.
Pajak dipungut penguasa dengan
landasan norma hukum guna
membiayai pengeluaran umum
dalam rangka mencapai
kesejahteraan.
Fungsi Pajak

• Budgetair (sumber pendapatan


negara) sumber pendanaanAPBN
• Regulerend (mengatur) supaya
investor tertarik, ada keringanan
pajak
• Stabilitas stabilitas harga, shg dpt
menekan inflasi
Beda Pajak dan Retribusi

• Pajak tidak dapat menunjuk langsung balas


jasanya. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh),
Pajak Pertambahan Nilai
• Retribusi dapat menunjuk langsung balas
jasanya. Contoh: Retribusi parkir, retribusi
pasar
Pajak Penghasilan (PPh)
Subjek PPh:
• Pribadi
• Harta Warisan yg belum dibagi
• Badan
• Bentuk Usaha Tetap
Objek PPh
PENGHASILAN= setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah
kekayaan WP ybs., dengan nama dan
dalam bentuk apapun
• Pajak penghasilan pribadi umumnya dikenal
sebagai pajak penghasilan orang pribadi (PPh OP).
PPh OP adalah pengenaan pajak terhadap subjek
pajak milik orang pribadi atas penghasilan atau
pendapatan yang diterima atau diperoleh dalam
tahun pajak.
• Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh Orang
Pribadi) adalah pajak yang dikenakan kepada setiap
orang pribadi yang menerima penghasilan dari
sumber-sumber tertentu di Indonesia. PPh Orang
Pribadi terbagi menjadi beberapa tingkatan tarif
yang berbeda, tergantung pada jumlah penghasilan
yang diterima oleh seseorang.
• Penghasilan yang dikenai PPh Orang Pribadi meliputi:
1. Penghasilan dari pekerjaan
2. Penghasilan dari usaha
3. Penghasilan dari jasa
4. Penghasilan dari sewa
5. Penghasilan dari dividen dan lain-lain.
• Setiap orang pribadi yang menerima penghasilan di
Indonesia harus mengajukan laporan pajak tahunan
dan membayar PPh Orang Pribadi sesuai dengan tarif
yang berlaku. Tarif PPh Orang Pribadi terdiri dari
beberapa tingkatan yang masing-masing memiliki
persentase pajak yang berbeda.
• Adapun, PPh terbagi menjadi dua kategori berdasarkan sumber
pendapatan atau penghasilan yang diperoleh wajib pajak. Dua kategori
tersebut yaitu PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 26.

1. Pada PPh Pasal 21 adalah pajak pemotongan atas penghasilan yang


berhubungan dengan jasa, pekerjaan, atau bahkan kegiatan dengan
nama atau dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh wajib
pajak orang pribadi dari dalam negeri.

• Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak


Penghasilan, pada Pasal 17 diterangkan bahwa besaran PPh 21 dan segala
rinciannya tertuang jelas di dalam Undang-Undang tersebut. Menurut
pasal tersebut, besaran pajak atau tarif PPh 21 ditentukan dalam beberapa
kondisi.
• Pertama, penghasilan kena pajak (PKP) untuk pemilik nomor pokok wajib
pajak (NPWP). pada lapisan PKP apabila penghasilan mencapai jumlah Rp
50 juta, maka besaran tarif yang dikenakan senilai 5 persen. Apabila di atas
Rp 50 juta hingga Rp 250 juta, maka besaran tarif senilai senilai 15 persen.
• Kemudian, apabila di atas Rp 250 juta hingga Rp 500
juta, maka besaran tarif senilai 25 persen. apabila di
atas Rp 500 juta, maka besaran tarif senilai 30 persen.
• Kedua, PKP bagi yang tidak memiliki NPWP. Menurut
Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor
PER/16/PJ/2016 Pasal 20 diterangkan bahwa bagi
penerima penghasilan yang dipotong PPh 21 yang tidak
memiliki NPWP akan dikenakan tarif pemotongan PPh
21 lebih dari 20 persen dibandingkan tarif yang sudah
ditetapkan.
• Pada jumlah yang dimaksud senilai dengan 120 persen
dari jumlah PPh 21 yang seharusnya. Sedangkan,
pemotongan PPh 21 yang dimaksud bersifat tidak final
dan hanya berlaku bagi pemotong PPh Pasal 21.
2. Sedangkan PPh Pasal 26 adalah pajak pemotongan atas penghasilan
yang diperoleh atau diterima wajib pajak luar negeri dari Indonesia
selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.

• Dengan demikian, PPh 26 merupakan PPh yang dipotong dari badan


usaha dalam bentuk apapun yang terdapat di Indonesia yang
melakukan transaksi pembayaran baik gaji, bunga, dividen, royalti
atau sejenisnya kepada wajib pajak luar negeri.
• Adapun tarif umum PPh 26 senilai 20 persen dan bersifat final. Pada
tarif final atas jumlah bruto yang dikenakan berdasarkan dividen,
bunga, royalti, sewa, dan pendapatan lain terkait jaminan, insentif
yang berkaitan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan, hadiah,
pensiun, premi swap, serta perolehan keuntungan dari
penghapusan utang.
• Sedangkan tarif final dari laba bersih berdasarkan dari pendapatan
dari penjualan aset di Indonesia dan premi asuransi atau reasuransi
yang dibayar langsung kepada perusahaan asuransi asing.
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
• Rp15.840.000/th untuk diri WP
• Rp1.200.000/th tambahan untuk WP yg menikah
• Rp13.200.000/th tambahan untuk seorang isteri
yang penghasilannya digabung dgn penghasilan
suami (sbg WP)
• Rp1.200.000/th tambahan untuk setiap anggota
keluarga sedarah dlm keturunan garis lurus serta
anak angkat yg menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga
TARIF PPh
BADAN
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif PPh
Sampai dengan Rp50.000.000 10%
Di atas Rp50.000.000 sampai dengan Rp100.000.000 15%
Di atas Rp100.000.000 30%

PRIBADI
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif PPh
Sampai dengan Rp25.000.000 5%
Di atas Rp25.000.000 sampai dengan Rp50.000.000 10%
Di atas Rp50.000.000 sampai dengan Rp100.000.000 15%
Di atas Rp100.000.000 sampai dengan Rp200.000.000 25%
Di atas Rp200.000.000 35%
CONTOH PENGHITUNGAN PPh (Pribadi)
Seorang WP dalam setahun memiliki penghasilan usahanya, sebesar
Rp120.000.000 dalam setahun, dia mempunyai seorang isteri yang
tidak bekerja dan 2 anak. Hitunglah PPh yang harus dibayar dalam
tahun tersebut.(lihat aturan di slide 24 dan 25 yg Pribadi)
Penghasilan Rp120.000.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
* Diri WP Rp15.840.000
* Isteri 1.200.000
* 2 anak: 2 x 1.200.000= 2.400.000
Jumlah PTKP (19.440.00)
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 100.560.000
PPh yang harus dibayarkan 5% X 25 juta= Rp1.250.000
10% X 25 juta= 2.500.000
15% X 50 juta= 7.500.000
25% X 560.000= 140.000
PPh WP tersebut Rp11.390.000
CONTOH PENGHITUNGAN PPh (Badan)
PT. ABADI memperoleh laba sebesar Rp180.000.000 dalam
setahun. Hitunglah PPh yang harus dibayar dalam tahun tersebut.
(lihat slide 25 yg Badan)
Laba Rp180.000.000
PPh yang harus dibayarkan adalah 10% X 50 juta= Rp5.000.000
15% X 50 juta= 7.500.000
30% X 80.000= 24.000.000
PPh PT. ABADI= Rp36.500.000

Jadi, PTKP hanya berlaku bagi WP Pribadi


PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)
PPN= pajak yg dikenakan atas setiap
pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam
peredarannya dari produsen ke konsumen.
Pajak PPN Keluaran= PPN yang dipungut ketika
menjual produknya
Pajak PPN Masukan= PPN yang dibayar ketika
membeli produk.
Di Indonesia, tarif PPN adalah 10 %
CONTOH PENGHITUNGAN PPN
PT. ABADI membeli barang dengan harga Rp100.000 dan PPN-nya
Rp10.000, margin Rp 10.000 jadi barang tersebut dijual Rp120.000.
Kemudian barang tersebut dijual dengan harga Rp132.000
(termasuk di dalamnya PPN sebesar Rp12.000). Hitunglah PPN yang
masih harus dibayar PT. ABADI

Pajak Keluaran Rp12.000


Pajak Masukan Rp10.000
PPN yang masih harus dibayar Rp2.000

Pertambahan Nilai dari barang tersebut sebetulnya adalah


Rp120.000 dikurangi Rp100.000= Rp20.000.
Tarif PPN adalah 10%, jadi 10% X Rp20.000= Rp2.000
PAJAK BUMI dan BANGUNAN (PBB)
PBB= pajak yang dipungut atas tanah dan
bangunan karena adanya keuntungan dan/atau
kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi
orang atau badan yang mempunyai suatu hak
atasnya atau memperoleh manfaat dari padanya.
Dasar pengenaan PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP), yang ditentukan berdasarkan harga pasar
per wilayah dan ditetapkan setiap tahun oleh
Menkeu.
Besar PBB= tarif X 0,5% X NJOP
CONTOH PENGHITUNGAN PBB
Tuan Bambang memiliki tanah seluas 300 m2 dengan harga
Rp400.000/m2, dan bangunan seluas 200m2 dengan harga
Rp300.000/m2. Hitunglah PBB yang harus dibayarkan Tuan
Bambang (misal tarif PBB= 20%)

Tanah= 300 x Rp400.000= Rp120.000.000


Bangunan= 200 x Rp300.000= 60.000.000
NJOP sebagai dasar pengenaan pajak= (dasar perhitungan dari 180.000.000
Dirjen Pajak )
NJOP Tidak Kena Pajak=(dasar perhitungan dari Dirjen Pajak ) 12.000.000
NJOP untuk penghitungan pajak= (dasar perhitungan dari Dirjen 172.000.000
Pajak )
Jadi PBB yang harus dibayarkan= 20% x 0,5% x Rp172.000.000= Rp172.000

Anda mungkin juga menyukai