Anda di halaman 1dari 9

RANCANG BANGUN ALAT PENDETEKSI KEBAKARAN DAN ASAP ROKOK BERBASIS SMS GATEWAY DI GEDUNG POLINES Ir.

Slamet Widodo, M Eng1), Ir. H. Endro Wasito 1) Febi Ade Kristy Dewi Puspita 2), Uswatun Khasanah 2) 1) Pengajar Jurusan Elektro, Politeknik Negeri Semarang 2) Mahasiswa Jurusan Elektro, Politeknik Negeri Semarang Email : febiade921@yahoo.com, uskhasanah17@yahoo.com ABSTRAK Rancang bangun alat pendeteksi kebakaran dan asap rokok ini dikontrol oleh Mikrokontroller ATmega 16. Alat ini dirancang untuk dua ruangan yang berbeda. Masing-masing ruangan menggunakan 4 buah sensor yang terdiri dari 3 sensor asap dan 1 sensor suhu. Masing-masing sensor akan diletakkan pada sisi-sisi ruangan yang berbeda, sehingga pendeteksian asap akan bekerja lebih baik. Pada saat terdeteksi adanya asap, alat ini secara otomatis akan mengirimkan sms berdasarkan besarnya asap yang terdeteksi dan suhu ruangan pada saat terdeteksi adanya asap. Pada saat terdeteksi adanya asap tebal dan suhu ruangan meningkat di atas 40 C, alat ini secara otomatis akan mengirimkan peringatan telah terjadi kebakaran dan secara otomatis akan membunyikan buzzer. ABSTRACT

Design of fire detection equipment and the smoke is controlled by a microcontroller ATmega 16. This tool is designed for two different rooms. Each room uses 4 pieces consisting of three sensor smoke sensor and a temperature sensor. Each sensor will be placed on the sides of the room is different, so the detection of smoke will work better. By the time smoke is detected, the tool will automatically send an sms based on the amount of smoke detected at room temperature and detected smoke. At the detected presence of thick smoke and the room temperature rises above 40 C, the tool will automatically send an alert had been a fire and automatically sounds a buzzer.
1. Latar Belakang Masalah Kebakaran merupakan suatu kelalaian atau kesalahan yang di akibatkan oleh manusia, yang di sebabkan oleh beberapa faktor kesalahan misalnya : membuang puntung rokok yang masih menyala secara sembarangan, kebocoran pada gas elpiji, short pada rangkaian listrik yang menimbulkan bunga api dan merambat ke bahan lainnya, dan sebagainya. Hal tersebut merupakan beberapa faktor yang mengakibatkan terjadinya kebakaran. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya kebakaran adalah dengan mendeteksi gejala-gejala awal kebakaran yaitu adanya asap dan meningkatnya suhu ruangan. Untuk merealisasikan hal tersebut, bisa dibuat suatu peralatan yang dapat mendeteksi asap dan temperatur ruangan, serta menyampaikan informasi tersebut kepada penanggung jawab (pengawas) gedung. Selanjutnya pengawas gedung dapat segera memeriksa kondisi ruangan yang dimaksud, sehingga bisa segera dilakukan langkah-langkah antisipasi secepatnya untuk menghindari kejadian buruk yang mengakibatkan kerugian besar. Untuk mengatasi permasalahan di atas, kami membuat suatu alat dalam kegiatan tugas akhir dengan judul RANCANG BANGUN PENDETEKSI KEBAKARAN DAN ASAP ROKOK BERBASIS SMS GATEWAY DI GEDUNG POLINES. 2. Landasan Teori 2.1. Catu Daya Pada prinsipnya catu daya terdiri dari empat bagian yaitu trafo, penyearah, kondensator sebagai tapis lolos rendah, dan regulasi elektronik. Trafo diperlukan untuk mentransformasikan tegangan AC dari 220 V menjadi lebih kecil sehingga bisa

dikelola oleh rangkaian regulasi linear. Penyearah yang terdiri dari dioda-dioda mengubah tegangan bolak-balik menjadi tegangan searah, tetapi tegangan dari penyearahan itu masih kurang konstan, artinya masih mengalami perubahan periodik yang besar. Sebab itu diperlukan kondensator sehingga tegangan tersebut cukup rata untuk diregulasi oleh rangkaian regulasi yang bisa menghasilkan tegangan DC yang baik dan konstan. Gambar 2.1. menunjukkan diagram blok catu daya.
Input Tegangan Jala-jala PLN 220 V AC

2.2.4. Sensor Suhu LM 35 adalah sebuah komponen pengindera suhu yang mempunyai karakteristik linier. Pada dasarnya IC ini adalah sebuah dioda zener yang mempunyai tegangan terbalik (reverse) tertentu. Tegangan ini akan berubah apabila terjadi perubahan suhu. 2.3. Mikrokontroler AVR ATmega 16 Mikrokontroler ATmega 16 memiliki arsitektur Harvard, yaitu memisahkan memori untuk kode program dan memori untuk data sehingga dapat memaksimalkan unjuk kerja dan paralelisme. Instruksiinstruksi dalam memori program dieksekusi dalam satu alur tunggal, di mana pada saat satu instruksi dikerjakan instruksi berikutnya sudah diambil (pre-fetched) dari memori program. Konsep inilah yang memungkinkan instruksi-instruksi dapat dieksekusi dalam setiap satu siklus clock. Konfigurasi Pin Mikrokontroler ATmega 16 ditunjukkan pada gambar 2.2.

Transformator

Penyearah

Filter

Output DC 5V

Penguat Arus

Regulator

Gambar 2.1. Diagram Blok Catu Daya 2.2. Sensor Sensor adalah jenis tranduser yang digunakan untuk mengubah besaran mekanis, magnetis, panas, sinar, dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik. 2.2.1. Sensor Figaro TGS 2600 Figaro TGS 2600 merupakan sebuah sensor kimia atau gas sensor. Sensor ini mempunyai nilai resistansi RS yang akan berubah bila terkena gas dan juga mempunyai sebuah pemanas (heater) yang digunakan untuk membersihkan ruangan sensor dari kontaminasi udara luar.

TGS 2600 memiliki sensitifitas tinggi pada konsentrasi rendah dari kontaminasi gas pada udara, seperti hydrogen dan karbon monoksida yang dihasilkan oleh asap rokok.
2.2.2. Sensor MQ 2 Sensor MQ 2 merupakan sebuah sensor kimia atau gas sensor. Sensor MQ 2 memiliki sensitifitas tinggi terhadap gas LPG, i-butane, propane, methane ,alcohol, Hidrogen, dan rokok. 2.2.3. Sensor MQ 135 Sensor MQ 135 merupakan sebuah sensor kimia atau gas sensor. Sensor MQ 135 memiliki sensitivitas tinggi terhadap gas Ammonia, Sulfida, dan rokok.

Gambar 2.2.Konfigurasi pin Mikrokontroler AVR ATmega 16 Sumber: Datasheet Fitur yang tersedia dalam mikrokontroler ATMega16, yaitu 1) Frekuensi clock maksimum 16 MHz. 2) Jalur I/O 32 buah, yang terbagi dalam port A, port B, port C, dan port D. 3) Analog to Digital Converter (ADC) 10 bit sebanyak 8 input. 4) Timer/counter sebanyak 3 buah. 5) CPU 8 bit yang terdiri dari 32 register. 6) Watchdog timer dengan osilator internal. 7) SRAM internal sebesar 1K byte.

8) Memori flash sebesar 8Kbyte dengan kemampuan read while write. 9) Interrupt internal maupun eksternal. 10) Port komunikasi SPI (Serial Pheripheral Interface) 11) EEPROM (Electrically Erasable Program-mable Read Only Memory) sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi. 12) Analog komparator. 13) Komunikasi serial standar USART dengan kecepaatan maksimal 2,5 Mbp. 2.4. Bahasa C Akar bahasa C adalah bahasa BCPL yang dikembangkan oleh Martin Richerds pada tahun 1967. Bahasa C adalah bahasa standart, artinya suatu program yang ditulis dengan versi bahasa C tertentu akan dapat dikompilasi dengan bahasa C yang lain dengan sedikit modifikasi. 2.5. Buzzer Buzzer merupakan sebuah komponen elektronik yang dapat mengkonversikan energi listrik menjadi suara yang di dalamnya terkandung sebuah osilator internal untuk menghasilkan suara dan pada buzzer osilator yang digunakan biasanya diset pada frekuensi kerja sebesar 400 Hz. Dalam penggunaannya dalam rangkaian, buzzer dapat digunakan pada tegangan sebesar antara 6V sampai 12V dan dengan tipical arus sebesar 25 mA. 2.6. GSM (Global Systems for Mobile communications) GSM (Global Systems for Mobile communications) merupakan suatu sistem telepon seluler yang berbasis teknologi digital. Perkembangan GSM dimulai sekitar tahun 1980-an yaitu ketika sistem seluler analog sedang berkembang dengan pesat di Eropa. Terdapat dua macam sistem GSM, yaitu GSM 900 dan GSM 1800. Sistem GSM merupakan teknologi digital yang menggunakan TDMA (Time Division Multiple Access) dan FDD (Frequency Division Duplex) untuk mentransmisikan dan menerima informasi. Sistem GSM terus mengalami perkembangan karena berbagai kelebihan dibandingkan dengan sistem telepon seluler

analog. Adapun kelebihan-kelebihan tersebut antara lain : Kualitas suara yang jernih. Biaya pembelian dan perawatan yang relatif murah. Mendukung roaming internasional Menawarkan kompatibilitas dengan ISDN. Mampu mengembangkan layananlayanan dan fasilitas-fasilitas baru. Dengan demikian, GSM merupakan sistem komunikasi wireless berbasis cell yang memiliki kemampuan untuk menyediakan layanan komunikasi bergerak antar cell, dimana pengguna mampu bergerak secara bebas di dalam area layanan sambil berkomunikasi tanpa terjadi pemutusan hubungan. Gambar 2.3. menunjukkan Diagram Blok Arsitektur Sistem GSM.

Gambar 2.3. Diagram Blok Arsitektur Sistem GSM Keterangan : MS : Mobile Station BTS : Base Transceiver Station BSS : Base Station Subsystem NSS : Network Switching Subsystem OSS : Operation Support Subsystem BSC : Base Station Controller MSC : Mobile Switching Center HLR : Home Location Register VLR : Visitor Location Register AUC : Authentication Center PSTN: Public Switched Telephone Network ISDN : Integrated Service Digital Network 2.4. Modem GSM GSM Modem Interface adalah sebuah perangkat yang berfungsi sebagai

antarmuka antara GSM Modem dengan PC ataupun system mikrokontroler. Pengguna dapat mengirimkan perintah-perintah AT Command ke GSM Modem melalui sistem mikrokontroler atau PC. 3. Perancangan dan pembuatan sistem 3.1. Prinsip Kerja Sistem Sistem pendeteksi kebakaran dan asap rokok terdiri atas bagian-bagian : a) Sensor Asap b) Sensor Suhu c) Sistem Pengontrol d) Sistem SMS Gateway e) HP Penerima f) Buzzer Bagian tersebut membentuk diagram seperti gambar 3.1.
Ruangan 1
SENSOR ASAP SENSOR ASAP SISTEM MINIMUM ATMEGA 16

Gambar 3.3. Blok rangkaian tampak atas 3.2.1. Catu Daya Catu daya yang digunakan dalam tugas akhir ini mempunyai tegangan keluaran +5 Volt dan 0 Volt (Ground). Rangkaian catu daya ini mendapatkan tegangan masukan AC (tegangan bolak-balik) sebesar 220 Volt dari tegangan jala-jala PLN. Rangkaian catu daya dapat ditunjukkan pada gambar 3.4.

SENSOR ASAP SENSOR SUHU

SISTEM SMS GATEWAY RS 232


HP PENERIMA

Ruangan 2
SENSOR ASAP BUZZER SENSOR ASAP

SENSOR ASAP SENSOR SUHU

Gambar 3.4. Rangkaian Catu Daya 3.2.2. Sensor TGS 2600 Sensor TGS 2600 memiliki sensitifitas tinggi pada gas hidrogen dan karbon monoksida yang dihasilkan oleh asap. Perubahan tegangan saat ada dan tidak ada asap akan dimonitor oleh mikrokontroler melalui ADC mikrokontroller. Rangkaian sensor TGS 2600 dapat ditunjukkan pada gambar 3.5.

Gambar 3.1. Diagram Blok Keseluruhan Sistem 3.2. Perancangan Perangkat Keras Berdasarkan prinsip kerja system di atas, maka di bawah ini akan dijelaskan perancangan perangkat keras untuk alat pendeteksi kebakaran dan asap rokok berbasis sms gateway.

T = 2 cm

T = 5,5 cm
P = 5,5 cm

L = 5 cm

L = 17 cm P = 20 cm

(a) (b) Gambar 3.2. (a) Box Pengontrol (b) Box Sensor Gambar 3.3. dapat dilihat sketsa peletakan perangkat keras rangkaian pengontrol tampak dari atas. Gambar 3.5. Rangkaian Sensor TGS 2600 3.2.3. Sensor MQ 2 Sensor MQ 2 memiliki sensitivitas tinggi terhadap gas LPG, propane, methane yang dihasilkan oleh asap. Perubahan tegangan

saat ada dan tidak ada asap akan dimonitor oleh mikrokontroler melalui ADC mikrokontroller. Rangkaian sensor MQ 2 dapat ditunjukkan pada gambar 3.6.

Gambar 3.8. Sensor LM35 3.2.6. Mikrokontroller Mikrokontroler ATMega 16 dipilih dengan pertimbangan bahwa sudah bersifat RISC (Reduce Instruction Set Computer), sehingga waktu akses program relatif lebih cepat. Rangkaian mikrokontroler ATmega 16 merupakan rangkaian yang bekerja jika pada memori flash diberi program aplikasi sesuai dengan ketentuan yang ada, atau juga dapat dihubungkan langsung ke personal komputer dengan sistem ISP yang dimiliki oleh mikrokontroler ATMega 16. Sistem minimum rangkaian mikrokontroler ATMega 16 dapat dilihat pada Gambar 3.9.

Gambar 3.6. Rangkaian Sensor MQ 2 3.2.4. Sensor MQ 135 Sensor MQ 135 memiliki sensitifitas tinggi terhadap gas ammonia dan sulfida yang dihasilkan oleh asap. Perubahan tegangan saat ada dan tidak ada asap akan dimonitor oleh mikrokontroler melalui ADC mikrokontroller. Rangkaian sensor MQ 135 dapat ditunjukkan pada gambar 3.7.

Gambar 3.7. Rangkaian Sensor MQ 135 3.2.5. Sensor Suhu Untuk mengetahui nilai temperature yang akan diukur, digunakan sensor suhu LM35. Sensor ini memiliki tegangan keluaran yang akan berubah sesuai dengan perubahan suhu lingkungan. Rangkaian sensor LM35 dapat ditunjukkan pada gambar 3.8.

Gambar 3.9. Sistem Minimum Atmega 16 3.2.7. Interface Serial RS232 Rangkaian serial interface RS232 berfungsi untuk mengubah level-level tegangan yang masih berupa tegangan -9 V dan 9 V pada jalur yang menuju PC menjadi level-level tegangan yang sesuai dengan TTL yaitu tegangan +5 V sehingga bisa dibaca oleh mikrokontroler dan perangkat lain. Rangkaian interface serial RS232 dapat ditunjukkan pada gambar 3.10.

C13
U9
1 C1+ 3 C1T1OUT R1IN T2OUT R2IN VS+ VSC2+ 4 C25 14 13 7 8 2 6

U10

RESET XTAL1 XTAL2 PA0/ADC0 PA1/ADC1 PA2/ADC2 PA3/ADC3 PA4/ADC4 PA5/ADC5 PA6/ADC6 PA7/ADC7 PB0/T0/XCK PB1/T1 PB2/AIN0/INT2 PB3/AIN1/OC0 PB4/SS PB5/MOSI PB6/MISO PB7/SCK

Ke Mikro

11 12 10 9

T1IN R1OUT T2IN R2OUT

Ke Modem
C15

Vcc

PC0/SCL PC1/SDA PC2/TCK PC3/TMS PC4/TDO PC5/TDI PC6/TOSC1 PC7/TOSC2 PD0/RXD PD1/TXD PD2/INT0 PD3/INT1 PD4/OC1B PD5/OC1A PD6/ICP1 PD7/OC2

Vcc
BUZ1

C16

R11

C14

Q1

AREF AVCC

Gambar 3.10. Rangkaian Interface Serial RS232 3.2.8. Interface ke Modem Kaki RXD dari modem GSM terhubung ke kaki R2 IN pada IC MAC 232 dan kaki TXD akan terhubung ke kaki T2 OUT pada IC MAC 232. Kaki PD0/RXD terhubung ke kaki R2 OUT pada IC MAC 232 dan PD1/TXD terhubung ke kaki T2 IN. Hal ini dikarenakan kaki PD0/RXD dan PD1/TXD berfungsi untuk komunikasi USART yaitu komunikasi serial yang dimiliki ATmega16 yang merupakan komunikasi untuk transfer data baik antar microcontroller maupun modul eksternal termasuk PC yang memiliki fitur USART.
U11

Gambar 3.13. Rangkaian Buzzer 3.3. Pembuatan Diagram Alur (Flow Chart) Flowchart keseluruhan sistem ditunjukkan pada gambar 3.14.
Start

INITIAL SERIAL PORT INITIAL MODEM

BACA SENSOR RUANG 1

HITUNG RATA-RATA

Y RATA-RATA < MIN KIRIM SMS ASAP TIPIS DI RUANG 1, SUHU=

C13
RXD TXD RTS

1 PC0/SCL PC1/SDA PC2/TCK PC3/TMS PC4/TDO PC5/TDI PC6/TOSC1 PC7/TOSC2 PD0/RXD PD1/TXD PD2/INT0 PD3/INT1 PD4/OC1B PD5/OC1A PD6/ICP1 PD7/OC2 22 23 24 25 26 27 28 29 14 15 16 17 18 19 20 21 C1+ 11 12 10 9 T1IN R1OUT T2IN R2OUT

3 C1T1OUT R1IN T2OUT R2IN VS+ VS-

CTS

U9
9 13 12 40 39 38 37 36 35 34 33 1 2 3 4 5 6 7 8 RESET XTAL1 XTAL2 PA0/ADC0 PA1/ADC1 PA2/ADC2 PA3/ADC3 PA4/ADC4 PA5/ADC5 PA6/ADC6 PA7/ADC7 PB0/T0/XCK PB1/T1 PB2/AIN0/INT2 PB3/AIN1/OC0 PB4/SS PB5/MOSI PB6/MISO PB7/SCK

U10

Vcc

14 13 7 8 2 6

C15 C16

RATA-RATA > MIN & RATA-RATA<MAX

KIRIM SMS ASAP SEDANG DI RUANG 1, SUHU=

C2+ 4

C2-

C14

N Y

AREF AVCC

32 30

RATA-RATA > MAX KIRIM SMS ASAP TEBAL DI RUANG 1, SUHU=

Gambar 3.11. Interface Ke Modem


N

3.2.9. Buzzer Ketika output mikro 5 Volt, maka transistor akan aktif sehingga mengalir arus dari colector ke emitor, kemudian arus akan mengaktifkan buzzer. Sehingga tegangan input DC 9 Volt mengalir dari input ke output. Ketika output 0 volt, maka transistor tidak akan mengalirkan arus.
A

RATA-RATA > MAX & SUHU1 > 40

NYALAKAN BUZZER N

KIRIM SMS AWAS KEBAKARAN DI RUANG 1

yang berbeda. Dalam pembuatan alat ini kami menggunakan sensor TGS 2600, MQ 2, dan MQ 135. 4.1.2.1. Pengujian dengan kertas terbakar Data mengenai pengujian sensor asap 1 dengan kertas terbakar ditunjukkan pada tabel 4.2.
KIRIM SMS ASAP TIPIS DI RUANG 2, SUHU= N

BACA SENSOR RUANG 2

HITUNG NILAI RATARATA

RATA-RATA < MIN2

Tabel

4.2. Pengujian sensor asap 1 dengan kertas terbakar


Jarak Kondisi awal V = 1,36V Kondisi awal V= 1,11V 50 cm 50 cm 50 cm 1 meter 1 meter 2 meter 2 meter Tegangan (Volt) 1,9 2,8 3,5 2,53 2,73 1,85 2,23 Kondisi Asap Tipis Sedang Tebal Sedang Sedang Tipis Sedang Keterangan : Kondisi asap didapat dari hasil penglihatan visual.

RATA-RATA > MIN2 & RATA-RATA < MAX2

KIRIM SMS ASAP SEDANG DI RUANG 2, SUHU= N

Y RATA-RATA > MAX2 KIRIM SMS ASAP TEBAL DI RUANG 2, SUHU= N

RATA-RATA > MAX2 & SUHU2 > 40

NYALAKAN BUZZER

KIRIM SMS AWAS KEBAKARAN DI RUANG 2

N N Y

4.1.2.2. Pengujian obat nyamuk bakar Data mengenai pengujian sensor asap 1 dengan obat nyamuk bakar ditunjukkan pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Pengujian sensor asap 1 dengan obat nyamuk bakar
Kondisi awal Jumlah (Volt) (batang) 1,41 1 Jarak 10 cm 20 cm 30 cm 40 cm 50 cm 10 cm 20 cm 30 cm 40 cm 50 cm 10 cm 20 cm 30 cm 40 cm 50 cm Tegangan (Volt) 4,85 4,37 3,85 3,42 3,24 4,97 4,58 4,28 3,72 3,47 4,97 4,83 4,39 3,78 3,32

RATA-RATA > MAX2 & SUHU2 > 40

END

Gambar 3.14. Flowchart Keseluruhan Sistem 4. Pengujian sistem 4.1. Pengujian Rangkaian Dalam langkah pengujian dilakukan secara berurutan dan bertahap pada semua blok rangkaian dimulai dari yang paling sederhana dengan tujuan menghindari kesalahan sejak awal. 4.1.1. Pengujian catu daya Data mengenai pengujian dari rangkaian catu daya ditunjukan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Pengukuran catu daya
No. 1. 2. 3. Titik pengukuran Tp 1 Tp 2 Tp 3 Hasil pengukuran 9 V AC 6,5 V DC 4,97 V DC

4.1.2.3. Pengujian dengan rokok Data mengenai pengujian sensor asap 1 dengan rokok ditunjukkan pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Pengujian sensor asap 1 dengan asap rokok
Kondisi awal (Volt) 0,88 Jumlah (batang) 1 Jarak 10 cm 20 cm 30 cm 40 cm 50 cm Tegangan (Volt) 3 2,4 1,8 1,6 1,6

4.1.2. Pengujian sensor asap Dalam pengujian sensor asap ini kami membandingkan tiga buah sensor gas yang masing-masing mempunyai konsentrasi gas

4.1.3. Pengujian sensor suhu LM 35 Setelah melakukan pengujian terhadap sensor suhu LM35, maka diperoleh hasil pengujian output sensor LM35 yang ditunjukan pada tabel 4.5.
Tabel 4.5. Hasil Pengujian Sensor LM35 Suhu Ruangan ( C) Tegangan (Volt) 34,5 0,357 34,7 0,359 34,9 0,363 35,6 0,367 36,2 0,368 36,5 0,375 36,7 0,389 37,4 0,398

Gambar 4.1. Tampilan pada hyperterminal 4.1.7. Pengujian SMS sebagai Laporan Dibawah ini terdapat tampilan isi SMS pada Handphone penerima yang dikirimkan modem sebagai Laporan pendeteksian asap. Tampilan pada handphone pada saat terdeteksi asap tipis di ruang 2 ditunjukkan pada Gambar 4.2.

4.1.4. Pengujian Mikrokontroller Pengujian mikrokontroller dilakukan dengan mengukur tegangan pada pin mikrokontroller. Hasil pengujian

tegangan pada pin-pin yang terdapat pada mikrokontroler ditunjukkan pada tabel 4.6.
Tabel 4.6. Hasil Pengujian Mikrokontroler Nama Pin Ground Pin Reset Pin Vcc Tegangan (Volt) 0,01 4,95 5 Kondisi Low High High

Gambar 4.2. Saat Terdeteksi Asap Tipis di ruang 2 5. Penutup 5.1. Kesimpulan a. Alat ini mampu mendeteksi keberadaan asap dan peningkatan temperatur. b. Alat ini mampu mengirimkan pesan sms keberadaan asap dan suhu ruangan kepada petugas. c. Alat ini mampu memberikan tanda peringatan berupa buzzer dan mengirimkan sms peringatan kebakaran pada saat terdeteksi adanya asap tebal dan suhu diatas 40C. d. Alat ini tidak bisa membedakan asap rokok, obat nyamuk dan kebakaran karena kemampuan sensornya. 5.2. Saran a. Sebaiknya jumlah sensor yang dipakai disesuaikan dengan luas ruangan. b. Perlu ditambahkan catu daya cadangan untuk menghindari pada saat terjadi pemadaman listrik.

4.1.5.

Pengujian Buzzer

Pengujian buzzer dilakukan dengan mengukur output keluaran pada saat input diberi nilai tegangan high dan low.
Hasil pengujian tegangan output pada buzzer ditunjukkan pada tabel 4.7.
Tabel 4.7. Hasil Pengujian Buzzer Input (Volt) Output (Volt) Low 9,9 High 0,03

4.1.6.

Pengujian Interface RS232 dan Modem

Pengujian RS232 dan modem dilakukan dengan cara memberikan data dari komputer melalui hyperterminal.
Tampilan pada hyperterminal ditunjukkan pada gambar 4.1.

DAFTAR PUSTAKA BAB II Tinjauan Pustaka, Universitas Sumatera Utara, www.repository.upi.edu/operator/u pload/s_d045_043543_chapter2.pdf tanggal 11 juli 2011 Blocher, Richard. 2004. Dasar Elektronika. Edisi Kedua. Yogyakarta : Andi. Budiharto, Widodo. 2011. Aneka Proyek Mikrokontroler. Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu. Datasheet FLM7805, www.fairchildsemi.com/ds/LM%2 FLM7805.pdf tanggal 10 Juni 2011 Datasheet LM 35, http://www.datasheetcatalog.org/da tasheet/nationalsemiconductor/DS0 05516.PDF tanggal 30 Juli 2011 Datasheet mikrokontroler ATmega 16, www.atmel.com/atmel/acrobat/doc 2466.pdf tanggal 14 Mei 2011 Datasheet modem wavecom M1206B, www.ozeki.hu/attachments/588/M1 206B_Manual.pdf tanggal 10 Mei 2011 Datasheet Sensor MQ135, www.Chinatotal.com/Product/meter/gassensor/M Q135.pdf tanggal 21 juni 2011 Datasheet Sensor MQ 2, www.seeedstudio.com/depot/datash eet/MQ-2.pdf tanggal 5 Juli 2011

Alb. Joko Santoso. Jakarta : Salemba Teknika. Tooley, Michael. 2002. Rangkaian Elektronik : Prinsip dan Aplikasi. Edisi Kedua. Terjemahan Irzam Harmein,S.T. Jakarta : Erlangga.

Datasheet TGS 2600, www.figarosensor.com/products/26 00pdf.pdf tanggal 14 Juli 2011 Kristanto, Andri. 2003. Algoritma dan Pemrograman dengan C++. Yogyakarta : Graha Ilmu. Malvino, A.P. 2003. Prinsip-Prinsip Elektonika, Jilid 1. Terjemahan

Anda mungkin juga menyukai