Anda di halaman 1dari 8

MAPPING, TRANSECT, DAN FIELD NOTES Oleh: Halid Alkaf, M.Ag.

Pengantar Dalam ilmu-ilmu sosial, termasuk pendidikan, seseorang biasanya membutuhkan gambaran ringkas (semacam visualisasi) untuk mempermudah pemahaman terhadap kondisi obyektif yang ada di lapangan sehingga menjadi lebih mudah dan sederhana. Proses penyederhanaan ini dikenal dengan sebutan diagram. Bentuk dan tatakerja diagram bermacam-macam, antara lain: mapping (pemetaan) dan transect (transeksi). Kedua bagian dari diagram ini sering dipakai oleh kalangan aktivis sosial di bidang lingkungan, kependudukan, gender, pendidikan, dan lainnya. Mapping dan transect bertujuan untuk mempermudah kalangan aktivis agar lebih mudah dalam mempermudah situasi dan kondisi penelitian yang ada di lapangan. Baik mapping, transect, maupun field notes; semuanya bisa digunakan untuk keperluan membantu berbagai aktivitas atau kegiatan penelitian lainnya, seperti: interview, observasi, FGD, dan lainnya. Berikut akan dijelaskan hal-hal yang terkait dengan mapping dan transect. Mapping (Pemetaan) Secara bahasa, kata mapping merupakan bentuk gerund dari kata map yang berarti peta. Dalam bahasa Indonesia, mapping berarti pemetaan yang mengandung arti proses melakukan pembuatan peta pada suatu kelompok atau unit analisis tertentu. Dalam istilah penelitian ilmu-ilmu sosial, mapping (pemetaan) berarti metode visual yang dilakukan pada suatu kelompok tertentu untuk memperoleh gambaran berbagai topik, seperti peta desa, peta lokasi, peta kawasan industri, dan sebagainya.

Dosen tetap Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Seorang atau kelompok tertentu yang ingin melakukan penelitian tertentu dengan menggunakan pemetaan, akan memperoleh informasi atau data secara lebih cepat dan ringkas. Di bidang pendidikan misalnya, bisa dibuat pemetaan tentang gambaran suatu topik tertentu, seperti: peta pendidikan masyarakat pedesaan, peta kota-kota yang terkenal dengan lokasi pendidikan unggulan, peta gedung perguruan tinggi, dan sebagainya. Seorang peneliti akan memperoleh gambaran data lebih sederhana. Dengan demikian, fungsi dan manfaat pemetaan antara lain: 1) mempermudah mengidentifikasi permasalahan penelitian; 2) memperjelas gambaran penelitian yang ada di lapangan; dan 3) membantu dalam menetapkan kebijakan dan agenda aksi yang akan dilakukan oleh si peneliti. Perhatikan illustrasi di bawah ini. Transect (Transeksi) Kata transect sebenarnya berasal dari dua kata: trans yang berarti antar dan sect yang berasal dari kata section yang berarti bagian. Dengan demikian, transect berarti antar bagian. Dalam istilah penelitian sosial, transect (transeksi) berarti metode visual yang memberikan informasi lebih rinci dan merupakan bagian (unit) dari mapping. Atau bisa juga diartikan bahwa transeksi adalah rincian dari bagian tertentu dari pemetaan yang dianggap perlu dan relevan bagi keperluan penelitian. Seperti telah disinggung di atas, bahwa bila seseorang ingin memperoleh gambaran yang lebih sederhana dan ringkas tentang suatu topik tertentu, maka diperlukan pemetaan. Ketika seseorang sudah melakukan pemetaan, dia masih perlu mencermati dan memilah antara yang dianggap penting dan relevan di satu sisi, dengan yang kurang atau tidak berkaitan dengan kepentingan penelitian di lain sisi. Misalnya seorang peneliti sudah membuat pemetaan (mapping) areal kampus UIN Jakarta (seperti pada pembahasan pemetaan di atas), maka dia masih harus memperjelas tema-tema sentral yang akan dirinci. Perincian bisa dibuat misalnya, dengan membuat garis vertikal yang berisi pesan apa yang ingin aku ketahui dan garis horizontal

yang berisi pesan apa yang aku lihat. Pesan garis vertikal bisa berisi beberapa kategori atau klasifikasi seperti: umur, gender, dan kelas sosial. Sedangkan pesan garis horizontal bisa berisi beberapa kategori atau klasifikasi seperti: gedung fakultas, perpustakaan, kantin kampus, dan lainnya. Dengan demikian, transeksi memiliki fungsi dan manfaat antara lain: 1) membuat bagian spesifik dari pemetaan; 2) membantu mempermudah mengidentifikasi topik yang akan diteliti; dan 3) mempercepat pemahaman terhadap situasi dan kondisi yang ada di lapangan. Untuk memperjelas gambaran transeksi, perhatikan ilustrasi berikut. Field Notes (Catatan Lapangan) Setelah peneliti selesai membuat pemetaan dan transeksi, langkah berikutnya adalah membuat catatan lapangan (field notes). Perlu diketahui bahwa pemetaan, transeksi, dan catatan lapangan, adalah serangkaian kerja observasi. Catatan lapangan dilakukan sejak si peneliti terjun melakukan observasi untuk memperoleh gambaran lokasi penelitian di lapangan yang dihimpun dalam gambaran visual berupa pemetaan dan transeksi. Langkah-langkah yang perlu dipersiapkan dalam catatan lapangan : 1. mempersiapkan pensil/pena, kertas buram/kertas manila, spidol warna, dan alat kerja lainnya. 2. memberi tanda khusus (seperti warna tertentu di transeksi) pada satu topik yang akan dibahas, misalnya kawasan PKL di jl Pesanggrahan yang menjadi bagian dari pemetaan areal kampus UIN Jakarta. 3. mencatat beberapa topik penting seputar: bentuk interaksi, karakteristik personal, relasi sosial, gender, jenjang pendidikan, aspek ekonomi, dan lainnya. Topik penting ini bisa didiskusikan bersama teman sejawat dalam bentuk FGD (focus group discussion).

4. membuat generalisasi dan evaluasi terhadap topik yang diteliti, misalnya terhadap kampus UIN dan pedagang kaki lima (PKL). Generalisasi bisa berupa kesimpulan umum seputar kondisi di lapangan, misalnya: a) sebagian besar pembeli adalah mahasiswa; b) mahasiswa menjadi kontribusi terbesar dalam meningkatkan taraf penghasilan ekonomi; c) sebagian besar PKL adalah orang-orang pendatang; d) beberapa stand masih ada hubungan kekerabatan antara satu stand dengan stand lainnya; dan sebagainya. Penutup Demikian penjelasan ringkas seputar pemetaan, transeksi, dan catatan lapangan yang merupakan bagian dari kerja observasi. Dengan penjelasan ini, semoga memberi arahan yang lebih jelas tentang tatakerja penelitian di bidang sosial. Penjelasan ringkas ini diharapkan memotivasi mahasiswa agar lebih bergairah dalam melakukan aktivitas riset dan kerja ilmiah lainnya, sehingga kampus yang memiliki peran akademik dan sosial, bisa diwujudkan dengan baik dan terarah.

ILUSTRASI MAPPING DAN TRANSECT : 1. Ilustrasi Mapping (untuk areal kampus UIN Jakarta dan sekitarnya): Klinik UIN Jakarta Masjid UIN Jakarta Komplek Perumahan Dosen dan Karyawan UIN Jakarta

Jl. Raya Ir. H. Juanda

Jl. Pesanggrahan Lokasi PKL, warung, dan pertokoan

Gedung Kampus I UIN Jakarta terdiri dari beberapa fakultas: FTIK, FAH, FSH, FDK, FUF, FST, dan lainnya.

Kantor BNI UIN Jakarta

Ket : Jika kita akan membuat transect, maka perlu dipilih satu atau beberapa lokasi yang akan dianalisis, misalnya seperti pada ilustrasi di bawah.

2. Ilustrasi transect (untuk Gedung Kampus dan PKL): garis horizontal (apa yang anda lihat) Kampus UIN Lokasi PKL

Terdiri dari 3 kategori: Mahasiswa usia antr 18 23 th. Sebagian besar berusia Umur Dosen usia antr 25 65 th. produktif antara 20 40 tahun. Karyawan usia antr 25 56 th. Sebagian besar yang berjualan adalah kaum laki-laki. Persentase berimbang antr lk2 Bagi yang berkeluarga, dan pr. Relasi Sosial biasanya istri si pedagang yang Tugas dan wewenang sama. & Gender menyiapkan masakannya. Kebijakan tdk timpang dan Sebagian besar dari mereka memihak. masih ada hubungan kekerabatan dan pertemanan. Sebagian besar dr kelas menengah dan bawah. Untuk mahasiswa, sebagian Hampir semuanya berasal dari besar dibiayai orang tua. Status kelas bawah. Untuk dosen, sebag. besar nyari ekonomi Berpenghasilan antara 1 juta tambahan penghasilan di luar hingga 3 juta per bulan. kampus dgn cara mengajar atau bekerja di sektor LSM atau wiraswasta. Untuk karyawan (satpam) berpendidikan SMP dan SMA. Untuk karyawan (administrasi) , Sebagian besar berpendidikan Status sebagian besar berpendidikan S1 SMA, SMP, dan jenjang ke bawah. pendidikan dan sebagian kecil S2. Untuk dosen berpendidikan S2, S3, dan profesor. Dll

garis vertikal (apa yang anda analisis)

Daftar Bacaan: Mikkelson, Britha. 1999. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upayaupaya Pemberdayaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Moleong, Lexy J. 2001 (cet. XIV). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Tickamyer, Ann dan Kusujiarti Siti, Qualitative Research Methods for Democratic Education: A Hands-On Approach to Gender Issues and Feminist Methods (bahan workshop Metodologi Penelitian Kualitatif Gender dan Feminisme, Jakarta, 13-15 Juli 2004.

Anda mungkin juga menyukai