Anda di halaman 1dari 21

http://ahlussunnah.web.

id

ROFIDHOH HUTSIYIN DI LUAR BARISAN MUSLIMIN


Ditulis oleh: Abu Ja'far Al-Harits bin Dasril Al-Minangkabawy Dammaj-Sho'dah, Shofar 1433

Pengantar .
Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman:


"Apabila Alloh menolong kalian maka tidak akan ada yang dapat mengalahkan kalian. Tetapi jika Alloh membiarkan kalian tidak memberi pertolongan, maka siapakah yang mampu menolong kalian setelah itu ?. Maka hanya kepada Allohlah orang-orang beriman bertawakkal" (QS Ali 'Imron ayat 160) Banyak orang yang terpukau dengan berbagai pergerakan yang mengatas-namakan perjuangan Islam, dan tidak sedikit juga yang hanyut dan memberi dukungan, padahal tak sedikit diantara pergerakan-pergerakan tersebut justru menusuk Islam, mengobarkan keonaran di negeri-negeri kaum muslimin. Nama Hutsiyin mencuat dengan peristiwa embargo dan penyerangan dengan senjata berat dari berbagai penjuru ke salah satu pusat dakwah Salafiyyah di dunia: Darul Hadits Dammaj. Hutsiyin di Yaman seperti Hizbullah di Libanon, keduanya adalah kepanjangan tangan Imammiyyah Itsnai Atsriyyah Iraniyyah, yang bertujuan mengoyak syariat Islam dari dalam. Sengaja tulisan ini disusun sebagai peringatan bagi kaum muslimin secara keseluruhan, juga sebagai penegasan bahwa permasalahan yang terjadi bukanlah sekedar perkara politik sebagaimana di gembar-gemborkan sebagian orang, akan
|Hal1

http://ahlussunnah.web.id

tetapi masalah bertolak dari akidah dan keyakinan. Sesungguhnya kokohnya kaum muslimin dan saling membantunya mereka dalam menghadapi bahaya yang menyerang agama mereka, merupakan perkara menyebabkan turunnya pertolongan Alloh, sesuatu yang sangat ditakuti oleh musuh-musuh Islam. Adapun jika dalam tulisan ini sisi pemberontakan terhadap pemerintah lebih ditonjolkan, karena sisi inilah yang menjadi syi'ar mereka yang terlihat jelas oleh kaum muslimin pada masa ini. Semoga tulisan ringan ini bermanfaat bagi pembaca, dan Alloh tempatkan pada timbangan kebaikan bagi penulisnya, sesungguhNya Dialah penolong orang-orang beriman.

Mengenal Syi'ah
Makna Syi'ah: Secara bahasa Syi'ah berarti para pengikut dan penolong. Setiap kaum yang bersatu dalam suatu perkara, dinamakan Syi'ah1. Adapun secara istilah, ditujukan kepada sebuah sekte yang mengutamakan 'Ali bin Abi Tholib Rodhiyallohu 'Anhu- dari sahabat yang lain. Benih Syi'ah Benih munculnya mazhab Syi'ah, dari 'Abdulloh bin Saba' seorang Yahudi dari Shon'a Yaman yang kemudian menampakkan keislamannya. Imam At-Thobary Rahimahulloh dan yang lainnya dari kalangan ulama sejarah islam -demikian juga para ulama syi'ah sendiri- menyebutkan bahwa namanya muncul di zaman 'Utsman Rodhiyallohu 'Anhu, setelah dia mengelilingi berbagai daerah islam mulai dari Hijaz, Basrah, Kufah, Syam dan Mesir. Sebagaimana disebutkan At-Thobary2 Rahimahulloh, bahwasanya setelah Ibnu Saba' tidak berhasil mengembangkan pemahamannya di beberapa kota Islam, akhirnya dia pergi ke Mesir. Diantara pemikiran yang disampaikannya ketika itu adalah keyakinan roj'ah (kembali ke dunia setelah kematian). Dia menyampaikan bahwasanya sungguh aneh orang yang meyakini bahwa 'Isa akan kembali sebelum hari kiamat namun mendustakan kembalinya Rosululloh. Bahkan menurutnya, beliaulah yang lebih berhak untuk kembali, dia berdalil dengan perkataan Alloh Ta'ala:

1 2

Lihat Al-Mishbahul Munir Tarikh At-Thobary, kejadian tahun 35

|Hal2

http://ahlussunnah.web.id

"Sesungguhnya (Alloh) yang mewajibkanmu (melaksanakan hukum-hukum) AlQur'an, benar-benar mengembalikanmu ke tempat kembali3" (QS Al-Qoshos Ayat 85) Setelah pemahaman itu diterima, dia mengatakan bahwa setiap Nabi memiliki washi (orang yang diwasiatkan), sementara washi Muhammad adalah 'Ali bin 'Abi Tholib4, dan tidak ada yang lebih zholim daripada orang yang tidak menunaikan wasiat nabinya. Maka mulailah dia mempropagandakan bahwa 'Utsman bin 'Affan kholifah ketika itu, telah merampas kekuasaan yang semestinya untuk 'Ali. Komentarkomentar miring terhadap 'Utsman dan wakil-wakilnya di daerah mulai menyebar, sehingga sebagian orang terutama di daerah Mesir- meyakini 'Ali lebih berhak menjadi khilafah dibandingkan 'Utsman, walaupun 'Ali berlepas diri dari pemikiran mereka itu dan beliau sendiri membai'at 'Utsman sebagai kholifah. Keyakinan inilah yang tampak dari sebagian besar kalangan syi'ah di masa itu. Adapun masalah penamaan, dikarenakan orang-orang yang memperlihatkan loyalitasnya kepada 'Ali ketika itu dikenal dengan syi'ah 'Ali (pengikut 'Ali) -yang kemudian masyhur dengan nama syi'ah-. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahulloh mengatakan5: "Syi'ah terdahulu, adalah orang-orang yang menemani 'Ali, atau orang-orang yang tidak berselisih tentang lebih berhaknya Abu Bakr dan 'Umar sebagai kholifah, namun penyelisihan mereka adalah pada lebih berhaknya 'Ali daripada 'Utsman sebagai kholifah. Inilah yang diakui ulama-ulama besar syi'ah" Sementara itu pemahaman yang ditebarkan Ibnu Saba' pun mulai berkembang sampai ke derajat ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap 'Ali6, meski demikian tetap ada pengikutnya yang dikenal dengan Saba'iyyah. Karena menampakkan kecintaan terhadap 'Ali, maka dia dan pengikutnya bisa masuk dalam barisan syi'ah 'Ali. Pergerakan Ibnu Saba' pun terus berjalan, sampai dia melakukan persetongkolan dengan para pemimpin khowarij dalam pembunuhan 'Utsman. Setelah terbunuhnya 'Utsman dan dibai'atnya 'Ali sebagai pengganti oleh sebagian kaum muslimin, Ibnu Saba' mulai memicu perpecahan dikalangan kaum muslimin terutama dalam menentang sebagian shohabat Rosululloh yang meminta 'Ali untuk mencari para pembunuh 'Utsman dan menegakkan hukum atas mereka. Diantara shohabat yang menuntut dicarinya pembunuh 'Utsman, adalah Mu'awiyah yang ketika itu merupakan pemimpin yang ditunjuk 'Utsman untuk wilayah Syam. Bahkan Mu'awiyyah tidak bersedia untuk membai'at kholifah baru sampai didapatkan

"Tempat kembali adalah Hari Kiamat". Dimana Alloh akan menanya Rosul-Nya tentang penunaian beban kenabian (tafsir Ibnu Katsir) 4 Sebagaimana keyakinannya ketika Yahudi pada Yusya' bin Nun di sisi Musa Alaihimassalaam 5 Minhahus Sunnah Jilid 1 hal 4 6 Terutama terlihat jelas setelah 'Ali menjadi kholifah akan datang penjelasannya Insya Alloh-

|Hal3

http://ahlussunnah.web.id

pembunuh 'Utsman. Meletusnya perang Jamal7 dan Shiffin di kalangan muslimin merupakan akibat provokasi Ibnu Saba' serta kalangan khawarij. Peran Penting Saba'iyyah Dalam Mempengaruhi Perkembangan Syi'ah Di zaman kekhilafahan 'Ali, Saba'iyyah sudah mulai menampakkan sikap ghuluwnya terhadap 'Ali di tengah-tengah kalangan syi'ah. Mereka pun memulai hujatannya terhadap Abu Bakr dan 'Umar8 Rodhiyallohu 'Anhum. Abdul Qodhir Al-Baghdady9 Rahimahulloh (meninggal th 429) mengatakan bahwasanya Saba'iyyah adalah pengikut 'Abdulloh bin Saba' yang ghuluw terhadap 'Ali Rodhiyallohu 'Anhu, sampai mereka menyangka 'Ali adalah nabi, bahkan sampai kederajat ilah (sembahan yang diibadahi). Ketika hal itu sampai ke 'Ali maka beliau memerintahkan untuk membakar mereka10, namun Ibnu Saba' lolos.11 Para ulama sejarah berbeda pendapat masalah lolos tidaknya Ibnu Saba' dari pembakaran itu, yang jelas mereka sepakat bahwa setelah meninggalnya 'Ali, muncul pemahaman baru dari kalangan Saba'iyyah bahwasanya 'Ali tidak mati, akan tetapi dia diangkat sebagaimana 'Isa Alloh angkat ke langit dan akan kembali sebelum hari kiamat12. Mereka meyakini merupakan bagian dari ketuhanan

7 8

Al-Bidayah wan Nihayah/ Ibnu Katsir/ jilid 7 hal 265-266 Imam Ibnu Hajar Rahimahulloh (Lisanul Mizan/ jilid 3 hal 344-345) menyebutkan sanad (silsilah periwayat) sampai ke Suwaid bin Ghoflah) bahwasanya dia menemui 'Ali di istananya,, lantas berkata: "Saya melewati sekelompok orang yang "berbicara" tentang Abu Bakr dan 'Umar. Mereka menyangka bahwa engkau menyembunyikan di hatimu tentang mereka berdua sebagaima mereka (orang-orang tersebut). Diantara orang-orang itu adalah 'Abdulloh bin Saba'". 'Ali menjawab: "Apa hubunganku dengan si keji hitam ini yaitu Ibnu Saba'-". Lantas beliau berkata lagi: "Aku berlindung kepada Alloh dari menyembunyikan sesuatu tentang mereka berdua selain kebaikan". 9 Al-Farq bainal Firoq Bab keempat sub pertama 10 Itu adalah ijtihad beliau semoga Alloh mengampuninya- Dalam Shohih Bukhori (6922), lewat riwayat 'Ikrimah, bahwasanya dia mengatakan: "Didatangkan kaum zanadiqoh kepada 'Ali, maka dia membakar mereka. Maka ketika hal itu sampai kepada Ibnu 'Abbas, beliau berkata: "Kalau saya, maka saya tidak akan membakar mereka, karena larangan Rosululloh: "Janganlah kalian mengazab dengan azab Alloh" Dan saya sungguh akan membunuh mereka, dikarenakan sabda Rosululloh: "Barangsiapa yang mengganti agamanya, maka bunuhlah dia". 11 Selesai dengan sedikit perubahan 12 Imam Ahmad Rohimahulloh (Fadho'ilus Shohabah 1127) menyebutkan sanad sampai ke 'Amr AlAshom, bahwasanya dia berkata kepada Al-Hasan bin 'Ali: "Sesungguhnya mereka para syi'ah (pengikut) menyangka bahwa 'Ali akau diutus sebelum hari kiamat. Al-Hasan berkata; "Demi Alloh mereka berdusta. Mereka bukanlah Syi'ah (pengikut 'Ali). Kalau kami tahu dia akan diutus, tidak akan kami nikahkan para wanitanya (istri atau budak perempuan 'Ali) dan tidak akan kami bagi-bagi hartanya" Salah seorang ulama Syi'ah Ibnu Abil Hadid (Syarh An-Nahjil Balaghoh/ Jilid 8 hal 120, sebagaimana dinukilkan penulis As-Syi'ah wat Tasyayyu' 149) mengatakan tentang Ibnu Saba' dan pengikutnya: "Mereka mengatakan: Sesungguhnya 'Ali tidak mati dan dia di langit. Halilintar adalah suaranya, dan

|Hal4

http://ahlussunnah.web.id

sebagaimana keyakinan kaum Nashoro terhadap 'Isa13 'Alaihis Salam. Diantara keyakinan Saba'iyyah bahwa Imam Mahdi yang akan datang di akhir zaman sebagaimana disebutkan di berbagai hadits shohih- adalah 'Ali bin Abi Tholib. Memang tidak semua Syi'ah diatas keyakinan mereka itu terlebih karena 'Ali dan anak-anaknya mengingkari keyakinan sesat itu14- namun sedikit banyaknya pola keyakinan Saba'iyyah berpengaruh pada pola keyakinan Syi'ah perlahan-lahan.

Anak Cucu 'Ali Rodhiyallohu 'Anhu dan Perkembangan Syi'ah


Pola Perkembangan Syi'ah Imam Ibnul Qoyyim Rahimahulloh mengatakan15: "Adapun Syi'ah lebih banyak terjadi perpecahan dan penyelisihan padanya daripada sekte Mu'tazilah, sampai dikatakan bahwasanya mereka mencapai tujuh puluh dua sekte. Hal itu disebabkan karena mereka adalah kelompok yang menasabkan diri mereka kepada agama iniyang paling jauh dari sunnah". Syi'ah terus berpecah seiring kematian anak cucu 'Ali. Karena Syi'ah berkeyakinan bahwa keimaman tak lepas dari tangan mereka. Setiap ada yang meninggal, mereka berselisih dalam menetapkan penggantinya. Perselisihan tersebut juga disertai dengan keyakinan-keyakinan yang tidak jauh dari pemahaman yang disusupkan Saba'iyyah. Contoh dekatnya, adalah perpecahan yang muncul di zaman yang masih dekat dengan zaman kenabian. Setelah kematian 'Ali Rodhiyallohu 'Anhu yang digantikan anaknya Al-Hasan, selain Saba'iyyah terdapat kelompok lain yang bernama Kaisaniyyah. Mereka berkeyakinan bahwa yang berhak menggantikan 'Ali adalah

kilat adalah cahayanya. Apabila mendengar halilintar, mereka berkata: Assalamu'alaika wahai Amirul Mukminin". 13 Diantara yang menyebutkan bahwa ini merupakan penjelasan para ulama tentang Saba'iyyah adalah Al-Baghdady/ Al-Farq bainal Firoq, Ibnu Hazm/ Al-Fashl, Al-isfirayini/ At-Tabshir. Hal ini juga disebutkan oleh para ulama besar Sy'iah terdahulu, seperti Al-Qumy, At-Thusy, At-Turtusy dan lainnya. 14 Ibnu Abi 'Ashim Rohimahulloh (As-Sunnah/ Jilid 2 hal 476) menyebut sanad sampai ke 'Alibahwasanya dia berkata: "Sengguh suatu kaum berlebihan mencintaiku sampai mereka masuk neraka gara-gara aku" dishohihkan Syaikh Muqbil Rohimahulloh Imam Ibnu Sa'ad Rohimahulloh (Thobaqot Al-Qubro/ Jilid 5 hal 214) menyebutkan sanad ke 'Isa bin Dinar- dia bertanya kepada Abu Ja'far tetang Al-Mukhtar (dedengkot Kaisaniyyah), maka dia menjawab: "Sesungguhnya 'Ali bin Al-Husain (Zainal Abidin) berdiri pintu Ka'bah melaknat AlMukhtar. Maka seorang lelaki berkata kepadanya: "Jadikanlah aku sebagai tebusanmu (ungkapan), apakah engkau melaknatnya sementara dia disembelih gara-gara kalian ?" Beliau menjawab: "Dia seorang pendusta, berdusta atas nama Alloh dan RosulNya". 15 Ash-Showa'iqul Mursalah/ Jilid 3 hal 838

|Hal5

http://ahlussunnah.web.id

Muhammad bin Al-Hanafiyah16 karena dia adalah washi 'Ali17. Adapun keumuman Syi'ah ketika itu- berloyalitas kepada Al-Hasan Rodhiyallohu 'Anhu. Setelah Al-Hasan Rahimahuloh menyatukan dua kelompok besar kaum muslimin18 yaitu yang kelompok yang bersama 'Ali dan kelompok yang bersama Mu'awiyahdengan membai'at Mu'awiyah sebagai kholifah kaum muslimin. Ketika itu kebanyakan orang mengikuti Al-Hasan dan melepaskan "baju" Syi'ah-Ali, menerima Mu'awiyyah sebagai pemimpin kaum muslimin. Sebagian orang tetap tidak mau menerima, mereka meyakini bahwa ke-Imam-an (kepemimpinan) haruslah pada anak-cucu 'Ali Rodhiyallohu 'Anhu. Dengan makna inilah selanjutnya Syi'ah dikenal, serta dengannyalah Saba'iyyah dan Kaisaniyyah berada dalam bendera Syi'ah. Selain masalah roj'ah, washi, keyakinan kenabian pada anak cucu 'Ali19, keyakinan lain yang menghiasi perselisihan sekte-sekte Syi'ah adalah ghibah. Keyakinan ini muncul di kalangan yang tidak meyakini Imam mereka telah mati. Mereka meyakini bahwa dia hanya tersembunyi luput dari pandangan mata, dan kelak akan menampakkan dirinya sebagaimana keyakinan Yahudi terhadap Nabi Ilyas 'Alaihis Salam.20

Zaidiyyah dan Rofidhoh


Penamaan Zaidiyyah: Zaidiyyah dinisbahkan kepada Zaid bin Al-Husein bin 'Ali bin Abi Tholib Rahimahulloh. Setelah terbunuhnya Al-Husein terjadi perpecahan di kalangan Syi'ah dalam menetapkan imam setelahnya. Sebagian mereka meyakini Zaid sebagai imam dan loyal kepadanya, sebagian meyakini Muhammad bin Al-Hanafiyyah Rahimahulloh (paman Zaid), sementara sebagian yang lain memilih Muhammad Abu Ja'far Rahimahulloh (saudara Zaid). Kelompok yang meletakkan loyalitasnya kepada Zaid dikenal dengan Zaidiyyah. Syi'ar Besar Zaidiyyah: MEMBERONTAK KEPADA PEMIMPIN YANG ZHOLIM

16 17

Anak 'Ali dari selain Fathimah Rodhiyallohu 'Anhuma Menunjukkan pengaruh Saba'iyyah pada mereka, dengan menganggap 'Ali sebagai Nabi, dan memiliki washi. 18 Sebagaimana telah dikhabarkan oleh Rosululloh sebelumnya, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Bakroh Rodhiyallohu 'Anhu, bahwasanya beliau melihat Rosululloh Sholallohu 'Alaihi wa allam di atas mimbar, dan Al-Hasan bin 'Ali di sisinya. Rosululloh Sholallohu 'Alaihi wa Sallam berkata: "Sesungguhnya anakku ini adalah seorang pemimpin, dan denganya Alloh akan mendamaikan dua kelompok besar dari kalangan muslimin" (HR Al-Bukhory 2704) 19 Pada sebagian sekte. Terkadang sampai tingkat keyakinan menempatkan mereka diatas para nabi dan rosul dan menyifatkan mereka dengan sifat sifat ketuhanan 20 Lihat Al-Fashl Fil Milal wal Ahwa' wan Nihal/ Ibnu Hazm/ jilid 1 hal 141

|Hal6

http://ahlussunnah.web.id

Diantara "ketergelinciran" yang dilakukan Zaid bin 'Ali Rahimahulloh semasa hidupnya adalah pemberontakannya terhadap pemimpin muslim. Perkara ini malah menjadi teladan bagi orang-orang setelahnya, dengan alasan menentang kezholiman penguasa. Tercatat setelah kematian Zaid sampai ke zaman Al-Mu'tashim (salah satu Kholifah pada dinasti 'Abbasiyyah), terdapat dua puluh delapan pemberontakan 21 terhadap pemerintah dengan Imam yang berbeda-beda, belum lagi di zaman para kholifah setelahnya: 'Al-Mu'taz billah, Al-Muhtadi, Al-Mu'tamad, Al-Mu'tadhod, AlMuktafi, Al-Muqtadir dan selain mereka. Penamaan Rofidhoh: Rofidhoh adalah penamaan kepada suatu kaum yang mencela para shohabat yang mereka anggap menyelisihi 'Ali terutama Abu Bakr dan 'Umar-, sehingga mereka menghukumi para shohabat sebagai para pendosa, bahkan sampai kepada kekafiran. Pemikiran ini muncul dari Sabai'yyah namun masyhur di zaman Zaid bin 'Ali bin AlHusein Rahimahulloh. Ketika itu orang-orang Syi'ah di Kufah menghasutnya untuk memberontak kepada sang penguasa: Hisyam bin 'Abdul Malik. Ketika mulai termakan hasutan, maka Zaid pun keluar bersama mereka. Dia lantas didatangi sebagian orang yang bersamanya ketika itu, memintanya untuk belepas diri dari Abu Bakr dan 'Umar. Zaid enggan, bahkan mengucapkan tarahhum22 kepada mereka berdua. Maka orang-orang itu mengatakan: "Kalau begitu kami menolakmu". Dia menjawab: "Kalau begitu kalian adalah Rofidhoh (orang-orang yang menolak). Sehingga memisahlah sekelompok besar dari Zaid ketika itu23, sampai akhirnya dia terbunuh. Pengaruh Akidah Rofidhoh terhadap keyakinan Zaidiyyah Setelah kematian Zaid bin 'Ali Rahimahulloh dan beberapa pemberontakan oleh yang gagal dari kalangan Zaidiyyah setelahnya maka perkembangan Zaidiyyah merosot, sementara di sisi lain mayoritas orang-orang yang berbaju Zaidiyyah ketika itu adalah orang yang berpemahaman Rofidhoh karena merekalah orang-orang tersisa karena keluar dari pasukan Zaid. Zaidiyyah kemudian terpecah menjadi beberapa sekte, beberapa diantaranya memiliki akidah Rofidhoh, diantara yang masyhur adalah Jarudiyyah. Tolak Ukur Bukan Sekedar Penamaan Tapi Keyakinan

21 22

Semuanya diebutkan oleh penulis Rofhidhoh Yaman hal 158-167 Perkataan Rahimahumulloh: Semoga Alloh merahmati mereka. Dalam riwayat lain: semoga Alloh mengampuni mereka. 23 Meninggalkan Zaid dengan sekitar dua ratusan orang saja dari empat puluh ribu yang telah membai'atnya. Baca: Al-Bidayah wan Nihayah/ Imam Ibnu Katsir kejadian tahun 122

|Hal7

http://ahlussunnah.web.id

Tak sedikit Rofidhoh yang menyandarkan dirinya kepada Zaidiyyah, atau nama-nama lain yang bisa mengelabui manusia dari hakikat mereka sebenarnya. Imam Syaukani24 Rahimahulloh (meninggal th 1250) salah seorang ulama Yaman yang tumbuh dari Syi'ah, sampai Alloh takdirkan dia menjadi ulama sunnah di tengah-tengah komunitas Syi'ah yang menyebar rata ketika itu, beliau mengingatkan: "Apabila engkau melihat seorang lelaki yang telah melakukan amalan Rofidhoh dalam mencela Salafus Sholih dan menghina mereka walaupun dia menasabkan diri kepada selain mazhab Imamiyyah- maka janganlah engkau ragu bahwa dia seperti mereka sebagaimana telah kami kemukakan. Cobalah (kaidah) ini jika kamu memang seorang yang paham, kami dan orang-orang yang sebelum kami telah mencobanya".

Dua Taring Rofidhoh di Zaman Ini


Sebagaimana telah disebutkan, bahwa sekte-sekte pecahan Syi'ah sangat banyak sekali. Akan tetapi kita hanya akan bersinggungan dengan dua sekte besar yang terkait dengan pembahasan: Jarudiyyah dan Itsnai 'Asyariyyah. Sekilas Tentang Jarudiyyah Jarudiyyah merupakan salah satu sekte pecahan Zaidiyyah yang terkena pemahaman Rofidhoh.25 Jarudiyyah nisbah kepada Ziyad Ibnul Mundzir Abul Jarud. Imam Ibnu Hibban Rahimahulloh mengatakan26: "Dia adalah seorang Rofidhoh, kerjanya memalsukan hadits-hadits dalam masalah Fadho'il (keutamaan-keutamaan) dan Matsalib (perbuatan-perbuatan tercela)" Imam Abul Hasan Al-Asy'ari27 Rahimahulloh berkata tentang Jarudiyyah: "Mereka menyangka bahwa Nabi telah menunjuk 'Ali bin 'Abi Tholib dengan menyiratkan sifat-sifatnya tidak langsung menyebutkan nama. Maka dialah yang menjadi imam setelah Rosululloh, sementara manusia telah sesat dan kafir karena tidak mengikutinya setelah Rosululloh. Kemudian Al-Hasan adalah imam setelah 'Ali, dan 'Al-Husein adalah Imam setelah Al-Hasan". Jarudiyyah sendiri, di awal-awal terpecah menjadi tiga28 yang semuanya memiiki keyakinan ghibah. Kelompok yang meyakini Muhammad29 bin 'Abdillah bin Al-Hasan bin Al-Hasan bin 'Ali bin Abi Tholib, tidak mati dan tidak akan mati sampai bumi dipenuhi keadilan sebagaimana dipenuhi kezholiman. Kelompok yang meyakini
24 25

Adabut Tholab hal 94 Sehingga ulama besar Rofidhoh Al-Mufid, tidak memasukkan kedalam nama Syi'ah kecuali Imamiyyah dan Jarudiyyah (Awa'il Maqolat hal 39) 26 Sebagaimana dinukil Imam Adz-Dzahaby Rohimahulloh dalam Al-Mizan / Jilid 2 hal 93 27 Maqolat Islamiyyin/ Jilid 1 hal 141 28 Lihat Al-Fashl/ Imam Ibnu Hazm/ Jilid 4 hal 179 29 Dia terbunuh karena memberontak kepada pemimpin muslimin ketika itu: Al-Manshur

|Hal8

http://ahlussunnah.web.id

Yahya30 bin 'Umar bin Yahya bin Zaid bin 'Ali bin Al-Husain bin 'Ali bin Abi Tholib, tidak mati dan tidak akan mati sampai bumi dipenuhi keadilan sebagaimana dipenuhi kezholiman. Kelompok yang meyakini Muhammad31 bin Al-Qosim bin 'Ali bin 'Umar bin 'Ali bin Al-Husain bin 'Ali bin Abi Tholib, tidak mati dan tidak akan mati sampai bumi dipenuhi keadilan sebagaimana dipenuhi kezholiman. Masing-masing sekte meyakini bahwa imam-imam mereka adalah Imam Mahdi, persis sebagaimana keyakinan Kaisaniyyah terhadap Muhammad bin Al-Hanafiyyah di awal-awal pecahnya syi'ah. Basis Jarudiyyah Zaman Sekarang Sekte Rofidhoh ini berkembang di Yaman, terutama karena banyaknya pengikut Zaidiyyah di negara tersebut. Hal ini tak terlepas dari sejarah Zaidiyyah lebih dari seribu tahun yang lalu. Pakar sejarah Yaman Muhammad bin 'Ali Al-Akwa'32 Rahimahulloh mengatakan: "Mereka dinamakan Zaidiyyah karena penisbatan mereka secara umum kepada Imam Terbesar Zaid bin 'Ali bin Al-Husein bin 'Ali bin Abi Tholib, padahal mereka adalah Hadawiyah, pengikut Imam Al-Hadi Yahya bin Husein. Mereka menyelisihi Imam Zaid di banyak masalah-masalah cabang, dan beberapa masalah pokok" Syaikh Muqbil Al-Wadi'iy33 Rahimahulloh mengatakan: "Mereka mengikutinya dalam masalah pemberontakan terhadap Hisyam bin 'Abdil Malik. Adapun masalah ibadah dan keyakinan, tidak dinukil mereka mengikutinya " Imam Al-Hadi bernama Yahya bin Al-Husain bin Al-Qosim bin Ibrohim bin Isma'il bin Ibrohim bin Al-Hasan bin Al-Hasan bin 'Ali bin 'Abi Tholib. Lahir di Madinah (tahun 245), kemudian pergi ke Yaman atas permintaan sebagian Syiah di sana, sampai akhirnya menetap (tahun 284) untuk mendirikan negara sendiri sampai mati di Sho'dah dan minta dikuburkan di mesjidnya (tahun 297). Dia tercatat sebagai pengasas mazhab Zaidiyyah di Yaman, yang ketika itu dikembangkan dengan melakukan peperangan terhadap penduduk Yaman 34 yang ketika itu yang kebanyakannya Ahlus sunnah. Pengikut Zaidiyyah sangat ghuluw terhadapnya, sampai-sampai mereka tidak takut membuat hadits palsu untuknya. Majduddin (salah seorang ulama Zaidiyyah)35
30 31

Dia terbunuh karena memberontak kepada pemimpin muslimin ketika itu: Al-Mu'tashim Dia ditangkap karena memberontak kepada pemimpin muslimin ketika itu: Al-Mu'tashim 32 Dalam bukunya Al-Yaman Al-Khadhro' hal 103, sebagaimana dinukil dalam buku Rofidhoh Yaman hal 152 33 Dalam komentarnya terhadap Ar-Risalah Wazi'ah hal 154 34 'Ali bin Muhammad dalam Shiroh Al-Imam Al-Hadi memaparkan sekitar empat puluh sembilan peperangan di wilayah Shon'a, Sho'dah dan sekitarnya yang dia pimpin langsung. Sebagaimana dinukilkan dalam buku Rofodhoh Yaman hal 198-200

|Hal9

http://ahlussunnah.web.id

menyebutkan: Rosululloh mengisyaratkan dengan tangannya ke arah Yaman, lantas berkata: "Akan keluar dari arah ini seseorang yang bernama Yahya Al-Hadi. Dengannya Alloh menghidupkan agama ini". Setelah kematian Al-Hadi, Zaidiyyah di Yaman terpecah menjadi tiga. Pakar sejarah Yaman yang lain, Al-Qodhi Isma'il Al-Akwa'36 Rahimahulloh menyebutkan: "Belum sampai seratus tahun sejak kedatangan Imam Al-Hadi Yahya bin Al-Husein ke Yaman, terpecah pengikutnya setelah berpindah ke mazhab Jarudiyyah- menjadi tiga sekte, sebagaimana dijelaskan Imam Mahdi Ahmad bin Yahya Al-Murtadho dengan perkataannya: "Kalangan Jarudiyyah belakangan terpecah menjadi Mutrofiyyah, Husainiyyah dan (Jarudiyyah) Mukhtaro'ah" Tiga sekte tersebut tidak lepas dari hinaan dan laknat terhadap shohabat, walaupun sebagian ahli sejarah menyebutkan dua sekte pertama sudah punah. Sakingnya menonjolnya Jarudiyyah sebagai cerminan Zaidiyyah Yaman, sekalangan ulama besar Yaman bahkan telah mencap tidak ada lagi Zaidiyyah di Yaman kecuali Jarudiyyah. Demikian juga 'Abdulloh bin Hamzah37 -salah satu ulama besar Zaidiyyah Yaman yang menonjol karena banyaknya karya tulisnya-: "Sesungguhnya Zaidiyyah adalah Jarudiyyah. Dan tidak diketahui pada Imam-imam setelah Zaid 'Alaihis Salam yang bukan dari Jarudiyyah, demikian juga dengan para pengikut mereka". Sekilas Tentang Itsnai 'Asyariyyah Itsnai 'Asyariyyah merupakan pecahan Imamiyyah, salah satu sekte besar Syi'ah yang berakidah Rofidhoh38. Imamiyyah meyakini bahwa 'Ali ditunjuk langsung tidak tersirat- oleh Rosululloh sebagai penggantinya, sehingga para shahabat menjadi kafir karena menyelisihi Rosululloh, tidak memiih orang yang telah disifatkan. Dinamakan Itsnai 'Asyariyyah (Dua Belas) karena mereka meyakini dua belas Imam yang ma'shum (tidak pernah berbuat dosa). Mereka itu adalah: 1. 2. 3. 4. 5.
35 36

'Ali bin 'Abi Tholib Al-Murtdho (meninggal th 40) Al-Hasan bin 'Ali Al-Mujtaba (meninggal th 40) Al-Husein bin 'Ali Asy Syahid (meninggal th 60) 'Ali bin Al-Husein Zainal Abidin (meninggal th 61) Abu Ja'far Muhammad bin 'Ali bin Al-Husein Al-Baqir (menginggal th 95)

Pada bukunya At-Tuhaf biografi Al-Hadi hal 63 Dalam bukunya Az-Zaidiyyah Nasy'atuha wa Mu'taqodatuha hal 73-75, sebagaimana diniukil dala buku Rofidhoh Yaman hal 469 37 Sebagaimana dinukilkan dalam buku Az-Zaidiyyah/ Al-Qodhi Al-Akwa' hal 75 38 Disamping akidah-akidah kekafiran lain yang sangat jauh dari ajaran Islam.

| H a l 11

http://ahlussunnah.web.id

6. Ja'far bin Muhammad bin 'Ali Ash-Shodiq (meninggal th 114) 7. Musa bin Muhammad Al-Kazhim (meninggal th 173) 8. 'Ali bin Musa Ar-Ridho (meninggal th 203) 9. Muhammad bin 'Ali bin Musa Al-Jawwad (meninggal th 220) 10. 'Ali bin Muhammad bin 'Ali bin Musa Al-Hadi (meninggal th 254) 11. Al-Hasan bin 'Ali bin Muhammad Al-'Asykary (meninggal th 260) 12. Muhammad bin Al-Hasan Al-Mahdi (?) Nama terakhir adalah yang diyakini oleh sekte Itsnai 'Asyariyyah sebagai Imam Mahdi yang akan keluar di akhir zaman. Pendapat ini muncul setelah berpecahnya Imamiyyah di masa kematian Al-Hasan Al-'Asykary menjadi belasan sekte. Mereka berselisih tentang mati tidaknya Al-Hasan. Bagi yang yang mengatakan masih hidup maka mereka berdalih dengan ghibah. Bagi yang berpendapat dia telah mati, ada yang mengatakan dia akan hidup lagi sebagai Imam Mahdi dan ada yang berpendapat dia benar-benar telah mati, kemudian mereka berselisih lagi tentang penggantinya. Itsnai 'Asyariyyah termasuk kedalam kelompok yang meyakini kematian Al-Hasan AlAsykari. Sebagai konsekwensi tersebut -dalam akidah mereka- maka keimaman harus jatuh kepada anaknya. Akan tetapi tidak diketahui bahwa Al-Hasan memiliki keturunan39. Itsnai 'Asyariyyah lantas berdalih bahwasanya Al-Hasan memiiki anak yang ghibah bernama Muhammad, dialah Imam Mahdi yang kelak akan keluar. Basis Itsnai 'Asyariyyah Zaman Sekarang Itsnai 'Asyariyyah merupakan sekte Rofidhoh yang terbesar di zaman ini, berkembang Irak, Libanon, Iran dan beberapa negara teluk yang lain. Tapi komunitas mereka banyak di Iran karena pengembangan pemahaman mereka telah sampai ke level negara. Sebagaimana disebutkan dalam UUD Iran materi ke 1240: "Agama resmi Iran adalah Islam, dan mazhab adalah Ja'fari Itsnai 'Asyariyyah. Materi ini tidak menerima perubahan selamanya". Imam dan pemimpin mereka Al-Khumainy pernah mengatakan41: "Masalah penyampaian tidak ditegakkan oleh kementrian Penerangan saja, akan tetapi ini
39

Imam Ibnu Hazm (sebagaimana dinukil dalam Siyar 'Alamin Nubala' biografi ke 60) mengatakan: "Sesungguhnya Al-Hasan wafat tanpa meninggalkan keturunan". Hal ini ditetapkan juga oleh seorang ulama besar Syi'ah di abad ke 3, orang pertama yang menulis tentang sekte Syi'ah: An-Nobkhaty (Firoqus Syi'ah/ 18-119, sebagaimana dinukil penulis Syi'ah wat Tasyayyu' 231), dia mengatakan: "Beliau meninggal, tidak terlihat bekas, tidak diketahui memiliki anak yang tampak., maka warisannya dibagi pada saudaranya Ja'far dan Ibunya". 40 Dikeluarkan oleh Kementrian Penerangan Islam cetakan pertama tahun 1406, sebagaimana dinukil dalam buku Ushul Madzaisy Syi'atil Imamiyyah Al'Itsnai 'Asyariyyah 'Arodh wan Naqd Bab 4, sub bab 4: Daulatul Ayat

| H a l 11

http://ahlussunnah.web.id

adalah tanggung jawab para ulama, khotib, penulis dan para ahli. Kementrian luar negri wajib untuk memenuhi penyebaran penyampaian di Kedutaan-Kedutaan Besar, untuk menjelaskan wajah yang bercahaya bagi Islam". Sekilas Tentang Keyakinan Pengasas Negara Islam42 IRAN Khumainy43 La'natulloh 'Alaihi mengatakan: "Sesungguhnya kesyirikan adalah meminta kebutuhan kepada selain Alloh bersamaan dengan keyakinan bahwa yang selain Alloh adalah Ilah (Dzat yang diibadahi) dan Robb (Dzat yang mencipta dan mengatur segala sesuatu). Adapun kalau meminta kebutuhan kepada selain tanpa disertai keyakinan ini maka itu bukanlah kesyirikan, dan tidak ada perbedaan dalam penerapan makna ini (baik kepada) yang hidup ataupun yang telah mati.44 Karena itulah kalau seseorang meminta kebutuhannya kepada batu atau tanah liat, maka itu bukanlah kesyirikan walaupun dia telah melakukan perbuatan yang salah." Khumainy45 La'natulloh 'Alaihi mengatakan: "Seorang Rofidhi yang faqih (berilmu), kedudukannya sama dengan Musa dan 'Isa". Khumainy46 La'natulloh 'Alaihi mengatakan: "Sesungguhnya diantara perkara yang sama-sama diketahui dalam mazhab kita, bahwasanya Imam-imam kita memiliki kedudukan yang tidak dicapai oleh para malaikat yang dekat dengan Alloh, tidak juga nabi yang diutus"

Hutsiyin47
Benih Asy-Syabaabul Mu'min Dalam Pergerakan Zaidiyyah:

41

Dalam bukunya Al-Washiyah As-Siyasiyah/ 40, sebagaimana dinukil 'Ali Shodiq/Madza Ta'rif 'Anil Hutsiyin / 6-7 42 Menurut sangkaan mereka 43 Kasyful Asror hal 50. Sebagaimana dinukilkan dalam buku Ushul Madzaisy Syi'atil Imamiyyah Al'Itsnai 'Asyariyyah 'Arodh wan Naqd Bab 4, sub bab 4: Daulatul Ayat 44 Justru keyakinan seperti ini yang terdapat pada musyrikin Quraisy (yang tidak musyrik menurut Khumainy). Alloh Ta'ala berfirman: * * * * * "Katakanlah (wahai Muhammad): "Milik siapakah bumi dan semua yang ada didalamnya jika kalian mengetahui ?". Mereka akan menjawab: "Milik Alloh". Katakanlah: "Maka mengapa kalian tidak mengingat ?". Katakanlah (wahai Muhammad): "Siapakah Robb langit yang tujuh dan 'Arsy yang agung ?". Mereka akan menjawab: "(Milik) Alloh". Katakanlah: "Maka mengapa kalian tidak bertaqwa ?". Katakanlah (wahai Muhammad): "Siapakah yang di tangannya berada kekuasaan segala sesuatu, dia melindungi dan tidak ada yang dapat melindungi (dari azabnya) jika kalian mengtahui ?". Mereka akan menjawab: "(Milik) Alloh". Katakanlah: "Kalau demikian mengapa kalian sampai tertipu ?". (Al-Mukminun 84-89) 45 Dalam bukunya Al-Hukumah Al-Islamiyyah hal 95 46 Dalam bukunya Al-Hukumah Al-Islamiyyah hal 52 47 Lihat Madza Ta'rifu 'Anil Hutsiyin/ 'Ali Shodiq/ hal 10-25, Darul Hadits Bi Dammaj Wa Harbur Rofidhoh Fi Tsaurihim As-Sadisah/ Ziyad Ar-Rodfany dan Sa'id Da'as/ hal 27-30

| H a l 12

http://ahlussunnah.web.id

Menyikapi banyaknya perkumpulan mazhab Zaidiyyah di Yaman, maka pada tahun 1987 M dirintis pergerakan dengan nama Ittihad Syabaabul Mukmin. Pada awal-awal pendirian mereka menempuh jalur pendidikan dengan membuka ma'had-ma'had48 untuk mengajarkan pemahaman mereka. Diantara pengajar ketika itu adalah Badruddin Al-Hutsi, salah seorang ulama besar Zaidiyyah dari sekte Jarudiyyah. Pada tahun 1990 M terbentuk "Yaman Bersatu" -antara Yaman Utara dan Yaman Selatan- sekaligus membuka peluang berkembang bebasnya partai politik, sehingga ketika itu pergerakan Asy-Syabaabul Mukmin diproklamirkan sebagai sebuah partai politik dengan dengan nama Hizbul Haqq. Diantara pemimpin politik mereka yang menonjol ketika itu adalah Husein anak Badruddin Al-Hutsi49. Sebab Perselisihan Badruddin Dan Anaknya Dengan Ulama Zaidiyyah Revolusi Iran tahun yang dipimpin Khumaini sangat berpengaruh terhadap Zaidiyyah, terlebih adanya keterkaitan latar belakang keyakinan. Sekitar tahun 1994 M Badruddin dan anaknya mengunjungi Iran dan sempat ke beberapa kota pusat Itsnai 'Asyariyyah seperti Teheran dan Qum. Pada masa-masa tersebut terjadi perselisihan yang sengit50 dalam beberapa perkara antara Badruddin dengan para ulama Zaidiyyah Yaman yang ketika itu dipimpin oleh Majduddin Al-Muaiyyid. Perselisihan mereka sampai puncaknya ketika Badruddin menulis buku Az-Zaidiyyah fil Yaman yang memaparkan kecocokan mazhab Zaidiyyah dengan Itsnai 'Asyariyah sekaligus bentuk pembelaan terhadap sekte tersebut, yang menunjukkan peralihan mazhabnya di mata Zaidiyyah. Walaupun demikian selimut Zaidiyyah tetap dipakai mengingat peluang disambutnya dakwah karena banyaknya pengikut Zaidiyyah di Yaman Akhirnya melihat penentangan yang keras dari para ulama Zaidiyyah terhadap dirinya, Badruddin pergi keluar Yaman dan tinggal di Teheran ibu kota Iran. Kejadian ini berlangsung sekitar tahun 1997 M. Perubahan Pola Pergerakan Asy-Syabaabul Mu'min: Sekitar setahun sebelum meninggalkan Yaman, Badruddin dan anaknya telah mengumumkan lepas diri mereka dari Hizbul Haqq, bahwasanya mereka tidak ada

48 49

Alias pondok pesantren Dia sempat masuk Majelis Perwakilan Propinsi Sho'dah tahun 1993-1997 M. 50 Kenapa Zaidiyyah tidak cocok dengan Itsnai 'Asyariyyah? Diantara sebabnya adalah Itsnai 'Asyariyah membatasi keimaman (setelah Al-Hasan dan Al-Husein) kepada anak cucu Al-Husein sebagai balasan bagi Al-Hasan yang membai'at Mu'awiyah sebagai kholifah. Adapun Zaidiyyah meyakini keimaman juga pada anak cucu Al-Hasan, bahkan bahkan Imam-Imam mereka yang aling banyak memberontak adalah anak cucu Al-Hasan. Dan Itsnai 'Asariyyah meyakini bahwa imam ma'shum hanya dua belas, dan sekarang pergerakan mereka di pimpin oleh Imam mereka yang ghoib, sementara Zaidiyyah berkeyakinan terus berlanjutnya keimaman pada anak Al-Hasan dan Al-Husein sampai hari kiamat.

| H a l 13

http://ahlussunnah.web.id

keterkaitan apapun dengan partai tersebut. Hal itu diikuti oleh para pengikut yang berpemahaman sekte tersebut. Walau tokoh besarnya sudah pergi, namun pemikiran Itsnai 'Asyariyah sudah terlanjur berkembang, terutama di Propinsi Sho'dah dan daerah sekitarnya. Dakwah mereka berlanjut di bawah pimpinan Husein bin Badruddin dengan membuat pergerakan bernama Asy-Syabaabul Mu'min yang dikenal juga dengan Hutsiyin, nisbah kepada pendirinya. Dia gencar menyebar pemahaman Itsnai 'Asyariyyah di Yaman, dengan membangun ma'had-ma'had baru di Yaman, yang diisi pengajarpengajar sekte Itsnai 'Asyariyyah dari Irak yang berdatangan ke Yaman setelah selesainya embargo Amerika terhadap Irak. Hal tersebut juga disertai dengan pengiriman sekelompok pengikutnya untuk mengambil pemahaman Itsnai 'Asyariyyah di Iran dan Libanon. Dalam rentang tahun 19992004 M telah tumbuh sekitar enam puluhan ma'had di penjuru Yaman dengan ribuan pengikut. Salah satu kegiatan Asy-Syababul Mukmin ketika itu adalah menghidupkan peringatan Yaumul Ghodir51, dimana pada hari itu mereka mengumpulkan kabilahkabilah Yaman yang loyal kepada mereka, serta unjuk kekuatan persenjataan baik senjata berat maupun ringan. Perubahan Pola Pergerakan Asy-Syabaabul Mu'min: Di bulan mei 2004 M mereka mulai melakukan pengembangan dakwah lewat pergerakan militer dengan mengadakan peperangan dengan tentara pemerintah, sehingga meletus enam peperangan sampai akhir tahun 2009 M. Empat peperangan pertama meletus di Sho'dah, dua peperangan setelahnya meluas ke berbagai wilayah bahkan di perang ke enam sampai ke wilayah Arab Saudi52.

Faktor Penyokong Berkembangnya Hutsiyin


Prinsip Pemberontak Pada Mazhab Zaidiyyah Secara Umum Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, bahwa merebut kepemimpinan dari selain mereka kepada keturunan Al-Hasan dan Al-Husein, adalah perkara yang agung di sisi Zaidiyyah. Hal itu muncul dikarenakan dalam keyakinan Zaidiyyah, yang berhak menjadi pemimpin hanyalah anak-cucu Al-Hasan dan Al-Husein. Al-Hadi53 mengatakan: "Kemudian yang wajib diketahui bahwasanya kepemimpinan hanya boleh bagi anak cucu Al-Hasan dan Al-Husein karena keutamaan yang Alloh mereka berikan kepada mereka berdua".

51

Bi'dah ini dimunculkan oleh seorang Rofidhoh: Mu'izud Daulah salah satu penguasa Negara Bani Bawaih di Iraq. Lihat Al-Bidayah wan Nihayah kejadian tahun 352 52 Propinsi Sho'dah berbatasan langsung dengan negara tersebut. 53 Majmu' Rosa'il Al-Hadi hal 54-55, sebagaimana dalam buku Rofidhoh Yaman hal 415

| H a l 14

http://ahlussunnah.web.id

Dia juga mengatakan54: "Alloh 'Azza wa Jalla lewat lisan nabi-Nya mewasiatkan makhluk-Nya kepada 'Ali bin Abi Tholib, Al-Hasan, Al-Husein dan orang-orang pilihan dari keturunan Al-Hasan dan Al-Husein. Awalnya adalah 'Ali bin Al-Husein dan akhirnya adalah Al-Mahdi, serta para Imam diantara mereka berdua" Dia juga mengatakan55: "Maka barangsiapa yang demikian dari keturunan Al-Hasan dan Al-Husein, maka dia adalah Imam yang wajib ditaati, dan wajib bagi umat menolongnya seperti Zaid bin 'Ali bin Al-Husein bin 'Ali bin Abi Tholib, imamnya orang-orang yang bertakwa dan berdiri dengan hujjah Robbul 'Alamin, Juga seperti anaknya Yahya56 yang meneladani perbuatannya, dan seperti Muhammad57 bin 'Abdullah bin Al-Hasan bin Al-Hasan bin 'Ali bin Abi Tholib, dan seperti dua saudaranya Ibrohim58 dan Yahya59 bin 'Abdillah, seperti Al-Husein60 bin 'Ali bin AlHasan bin Al-Hasan bin Al-Hasan bin 'Ali bin Abi Tholib seperti Muhammad61 dan Al-Qosim62 dua anak Ibrohim bin Isma'il bin Al-Hasan bin Al-Hasan bin 'Ali bin Abi Tholib. Maka barangsiapa yang demikian dari keturunan Al-Hasan dan Al-Husein, maka dia adalah Imam bagi muslimin seluruhnya, wajib ditaati, tidak ada kelapangan bagi mereka untuk menolaknya, haram meninggalkan pertolongan baginya, bahkan wajib loyal dan menaatinya". 'Abdulloh bin Hamzah63 mengatakan: "Ketahuilah dalam pandangan kami, bahwa cara mencapai keimaman -setelah Imam yang tiga yaitu: Amirul Mukminin (yang dimaksud adalah 'Ali), Al-Hasan dan Al-Husein 'Alaihimussalam- adalah dengan dakwah dan pemberontakan, disertai sempurnanya keutamaan-keutamaan yang dianggap dalam masalah tersebut". Itulah yang menyebabkan Khumainy begitu berharga di sisi Zaidiyyah sehingga memberikan pengaruh besar kepada mereka. Pengaruh Besar Revolusi Iran Terhadap Zaidiyyah

54 55

Majmu' Rosa'il Al-Hadi hal 62, sebagaimana dalam buku Rofidhoh Yaman hal 416 Majmu' Rosa'il Al-Hadi hal 56-70, sebagaimana dalam buku Rofidhoh Yaman hal 416 56 Terbunuh tahun 125, dalam pemberontakan di zaman kholifah Al-Walin bin 'Abdul Malik (lihat AlBidayah wan Nihayah Ibnu Katsir dan Tarikh At-Thobari) 57 Terbunuh tahun 145, dalam pemberontakan terhadap Abu Ja'far 'Ali Al-Manshur di Madinah (lihat Al-Bidayah wan Nihayah Ibnu Katsir) 58 Terbunuh tahun pada tahun yang sama dengan Muhammad, juga dalam pemberontakan terhadap Abu Ja'far 'Ali Al-Manshur di Madinah (lihat Al-Bidayah wan Nihayah Ibnu Katsir) 59 Memberontak di zaman Harun Al-Rosyid, ditangkap dan meninggal di penjara tahun 180. 60 Terbunuh tahun 169, dalam pemberontakan di zaman kholifah Al-Hadi (lihat Tarikh At-Thobari) 61 Meninggal akibat pengaruh luka tikaman tahun 199 melawan pasukan Al-Fadhl bin Al-Abbas bin Musa (Lihat Tarikh Ath-Thobary) 62 Kakek Al-Hadi. Ingin memberontak kepada pemerintah di Madinah, namun ketika itu ditahan oleh sebagian pengikutnya 63 Dalam Ma'mu' Rosail hal 336, sebagaimana dinukilkan dalam buku Rofidhoh Yaman hal 426

| H a l 15

http://ahlussunnah.web.id

Revolusi Rofidhoh Iran yang dipimpin Khumaini, sangat mempengaruhi pergerakan syi'ah di negara lain, sebagaimana halnya Hizbulloh di Libanon, demikian juga melanda Yaman. Muhammad bin 'Ali Al-Murtadho64 salah seorang ulama besar Zaidiyyahmengatakan: "Adapun kecintaan pengikut Zaidiyyah terhadap Khumainy dan sokongan mereka terhadapnya, muncul karena revolusi menghadapi zholim merupakan sesuatu yang mulia, kami mencintai, menghargai dan memuliakan pelakunya karena perbuatannya tersebut, jauh atau terlepas dari keyakinan dan prinsipnya. Dan karena Khumainy meninggalkan belenggu mazhab berupa taqiyyah65 dan ketundukan, dia pergi mengobarkan revolusi besar berupa pemberontakan kepada zholim. Landasan ini merupakan kepala mazhab Zaidiyyah. Revolusi Iran tidak akan sukses kecuali dengan prinsip ini". Keyakinan itulah yang dimanfaatkan Hutsiyin untuk memperkokoh barisannya dalam melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Yaman, terlebih lagi Husein AlHutsi menasabkan darahnya sampai ke Al-Husein bin 'Ali bin Ai Tholib. Husein bin Badruddin dalam salah satu orasinya66 mengatakan: "Sesungguhnya setiap yang berdiri menghadang revolusi Islam di Iran pada masa Imam Khumainy, kita lihat negara demi negara mengecap akibat buruk atas apa yang telah mereka lakukan. kemudian tambah lagi, Yaman sendiri bergabung dengan jumlah besar dari kalangan tentara pergi untuk memerangi orang-orang Iran, memerangi revolusi Islam di Iran". Dia juga mengatakan: "Dan sesuatu yang bakal terjadi bahwa presiden Yaman menerima hukuman atas apa yang dia perbuat". Dukungan Itsnai 'Asyariyyah dari luar Yaman Perpindahan Hutsiyin ke mazhab Itsnai 'Asyariyyah, sangat menguntungkan bagi target mazhab ke depan, karena daerah pemberontakan mereka adalah propinsi Sho'dah yang berbatasan langsung dengan selatan Arab Saudi. Sementara Saudi adalah target utama.

64

Dalam bukunya: Az-Zaidiyyah wal Imamah Wajhan li Wajhin hal 126-127, sebagaimana dinukilkan dalam Madza Ta'rif 'Anil Hutsiyin hal 57 65 Berdusta untuk melindungi diri, harta dan kedudukan mereka. Ini kalau mereka dalam kondisi lemah atau sedang membuat tipu daya 66 Berjudul Khotr Dukhulu Amrika Al-Yaman tanggal 3/ 2/ 2002, sebagaimana dinukil dalam buku Madza Ta'rifu 'Anil Hutsiyin hal 58

| H a l 16

http://ahlussunnah.web.id

Khumaini67 La'natulloh 'Alaihi mengatakan: "Sekarang adalah masa untuk merealisasikan wasiat para Imam Sholawatulloh 'Alaihim-.Kita akan menumpahkan darah Nawashib68, membunuh anak-anak mreka dan membiarkan hidup para perempuan mereka. Kita tidak akan meninggalkan satupun dari mereka yang lolos dari 'azab. Harta-harta mereka murni menjadi Syi'ah Ahlul Bait. Kita akan menghapus Makkah dan Madinah dari muka bumi, karena kedua kota ini menjadi pangkalan wahhabi69. Karbala mesti menjadi Bumi Alloh yang diberkahi dan disucikan, sebagai kiblat manusia ketika sholat. Kita akan mewujudkan mimpi para Imam 'Alaihimus Salam. Telah tegak negara yang kita usahakan susah payah dalam tahun-tahun yang panjang, tidak ada yang tersisa kecuali realisasi" Karena hal itulah diantara perkara yang akan diperbuat Imam ke Dua Belas mereka ketika muncul nanti. Al-Majlisi70 meriwayatkan: Al-Qoim (yakni gelar lain bagi Imam Mahdi mereka) akan merobohkan Masjidil Haram sampai kembali ke pondasinya, dan Masjid Nabawi sampai ke pondasinya"

Kafirnya para pelaknat shohabat


Alloh Ta'ala berfirman: "Orang-orang terdahulu lagi pertama (masuk Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Alloh ridho kepada mereka dan mereka pun ridho kepadaNya. Alloh telah mempersiapkan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, itulah kemenangan yang agung" (QS At-Taubah ayat 100) Alloh Ta'ala berfirman: * *
67

Sebagaimaa persaksian Sayyid Husein Al-Musawy (Lillahi Tsumma Lit Tarikh hal 83) langsung dari mulut Khumaini. Sayyid Husein termasuk ulama Itsnai 'Asyariyyah yang dekat dengan Khumaini kemudian tobat, meninggal dibunuh. 68 Setiap yang mereka anggap menentang Ahlul Bait (baca: mazhab mereka) 69 Maksudnya Ahlus Sunnah wal Jama'ah 70 Biharul Anwar jilid 52 hal 337, sebagaimana dinukil dalam Lillahi Tsumma Lit Tarikh hal 84

| H a l 17

http://ahlussunnah.web.id

"(Harta rampasan itu juga) bagi orang-orang fakir yang berhijroh (kaum muhajirin) yang terusir dari kampung halamannya dan meninggalkan harta bendanya demi mencari karunia Alloh dan keridhoanNya, serta demi menolong (agama) Alloh dan rosulNya, mereka itulah orang-orang yang benar. Dan orang-orang (Anshor) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijroh ke tempat mereka. Mereka tidak menaruh keinginan di dalam hati terhadap apa yang diberikan kepada Muhajirin, mereka mengutamakan (Muhajirin) di atas diri-diri mereka, walaupun mereka juga memerlukan. Barangsiapa yang dijaga dari kekikiran maka mereka adalah orang-orang yang beruntung. Dan Orang-orang yang datang setelah mereka (Muhajirin dan Anshor) mereka berdo'a: "Wahai Robb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang lebih dahulu beriman daripada kami, janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Wahai Robb kami sesungguhnya Engkau Ar-Rouf (Dzat yang Maha Penyantun) dan Ar-Rohiim (Dzat Yang Maha Penyayang)" (QS AL-Hasyr ayat 8-10) Seorang lelaki bertanya kepada Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam: "Siapakah sebaik-baik manusia?". Maka beliau menjawab: "Kurun yang aku ada padanya, kemudian (kurun) yang kedua71, kemudian (kurun) yang ketiga72" (HR Muslim dari 'Ummul Mukminin 'Aisyah Rodhiyallohu 'Anha) Dalam riwayat lain, beliau bersabda: "Sebaik-baik manusia manusia adalah kurunku, kemudian yang setelahnya, kemudian yang setelahnya" (HR Bukhory-Muslim dari 'Abdulloh bin Mas'ud, dan 'Imron bin Husain Rodhiyallohu 'Anhuma) Badruddin Al-Hutsi mengatakan: "Saya, dari lubuk hati meyakini bahwa mereka yaitu para shohabat- telah kafir, karena mereka menyelisihi Rosululloh Shollallohu 'Alaih wa Aalih " (Sebagaimana dinukil Abu-Ja'far Al-Mabkhut seorang Syi'ah, dalam situs mereka Al-Ma'shumin Al-Arba'ata 'Asyar)

71 72

Yaitu murid-muridnya para shohabat (Tabi'in) Yaitu murid-muridnya para tabi'in (Atba'ut Tabi'in). Ketiga generasi inilah yang dikenal dengan Salafus Sholih

| H a l 18

http://ahlussunnah.web.id

Husein Al-Hutsi mengatakan: "Dalam rangka menghargai komunitas lain dari kalangan sunny baik di Yaman maupun di luar Yaman kami dulu diam dalam keadaan kami berkeyakinan bahwa mereka berdua Abu Bakr dan 'Umar- keliru, telah bermaksiat, sesat " (Pelajaran ke 4 Surat Al-Ma'idah 12/ 2/ 2002 M) "Salafus Sholeh adalah orang-orang yang bermain-main dengan umat. Merekalah pondasi kezholiman dan perpecahan umat. Karena orang-orang yang paling menonjol pada benak orang yang menyebut salafus sholeh, yang dimaksud adalah: Abu Bakr, 'Umar, 'Utsman, Mu'awiyah, 'Aisyah, 'Amr bin Al-'Ash, Al-Mughiroh bin Syu'bah ." (Pelajaran ke 4 Surat Al-Ma'idah 12/ 2/ 2002 M) Kalau generasi terbaik di umat ini telah dicap sebagai orang kafir atau para pendosa, maka bagaimana dengan kaum muslimin setelah mereka ?? Banyak perbuatan kekafiran73 pada sekte-sekte yang terjangkiti akidah Rofidhoh, akan tetapi banyak disinggungnya masalah pengkafiran, pelaknatan, pelepas-dirian ataupun tuduhan pendosa terhadap para shohabat, karena mereka (Rofidhoh) semua terkumpul di atas hal tersebut. Selain mengingkari ayat-ayat Al-Qur'an dan sabda Rosululloh yang berisi pujian terhadap para shohabatnya, perbuatan ini menjauhkan umat Islam dari sunnah74 RosulNya yang merupakan penjelas Al-Qur'an, karena tidak ada cara lain bagi kita untuk mengetahui sunnah tersebut kecuali yang dinukilkan oleh para shohabat kepada murid-murid yang terpercaya dan seterusnya sampai dikumpulkan oleh para imam agama ini, seperti Al-Bukhory, Muslim, Ahmad dan yang lainnya. Karena itulah Rofidhoh sebagaimana keumuman sekte Syi'ah yang lain- banyak menggunakan hadits-hadits lemah bahkan palsu, yang diusahakan diriwayatkan lewat jalur anak cucu 'Ali untuk mendukung keyakinan mereka. Bahkan sebagian mereka sebagaimana yang digembar-gemborkan sebagian pengikut Hutsiyin- hanya beriman kepada Al-Qur'an, tidak butuh sunnah. Jadi sikap menjauhnya mereka dari pada shohabat pada hakikatnya adalah menjauhnya mereka dari Islam. Beberapa Perkataan Ulama Islam Tentang Para Penghina Shohabat Banyak sekali perkataan ulama Islam75 tentang hukum mereka terhadap Rofidhoh, akan tetapi kita cukupkan dengan beberapa nama yang masyhur di kalangan kaum muslimin.

73

'Abdul Qohir Al-Baghdadi Rohimahulloh mengatakan: "Kami tidak pernah melihat dan tidak pernah juga mendengar jenis kekafiran, kecuali kami dapati cabangnya pada mazhab Rofidhoh" (Al-Milal wan Nihal hal 53) 74 Meliputi metode, perkataan, perbuatan, atau tidak adanya pengingkaran Rosululloh terhadap perbuatan Shohabat. 75 Imam Ibnu Katsir Rohimahulloh (Al-Bidayah wan Nihayah kejadian tahun 11) setelah menyebutkan tuduhan Rofidhoh bahwa para shohabat menyembunyikan wasiat Rosululloh tentang kekhilafan 'Ali,

| H a l 19

http://ahlussunnah.web.id

Imam Malik76 Rahimahulloh mengatakan: "Barang siapa yang mencaci shohabat Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, maka tidak ada bagi mereka nama atau beliau mengatakan- bagian dari Islam" Abdulloh bin Ahmad bin Hanbal77 Rahimahulloh mengatakan: Aku bertanya kepada ayahku tentang seseorang yang mencaci salah satu dari shohabat Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, maka beliau menjawab: "Saya tidak melihatnya di atas Islam" Imam Al-Bukhory78 Rahimahulloh (meninggal 256) mengatakan: "Saya tidak peduli apakah saya sholat di belakang Jahmi dan Rofidhi, atau di belakang Yahudi dan Nashroni. Mereka jangan disalami, jangan dijenguk, jangan dinikahi, jangan disaksikan penguburannya dan jangan dimakan sembelihannya" Beliau79 juga mengatakan dari Imam 'Aburrohman bin Mahdi Rahimahulloh (meninggal tahun 198): "Jahmiyyah dan Rofidhoh keduanya adalah dua agama (tersendiri)" Al-Buwaithy80 Rohimahulloh bertanya kepada Imam Syafi'i Rahimahulloh: "Bolehkah aku sholat dibelakang (sebagai makmum pen) Rofidhi81 ?". Beliau menjawab: "Jangan kamu sholat di belakang Rofidhi, tidak juga Qodari, tidak juga Murji'i". AlBuwaithy berkata: "Sifatkanlah mereka kepada kami". Beliau menjawab: "Barang siapa yang berkata Iman cukup dengan perkataan saja maka dia adalah murji'i. Barangsiapa yang mengatakan Abu Bakr dan 'Umar bukan Imam, maka dia adalah Rofidhi. Barangsiapa yang menjadikan kehendak kembali pada dirinya82 maka dia adalah adalah Qodary". 'Abdul Qohir Al-Baghdady83 Rahimahulloh (salah seorang ulama besar Syafi'iyyah meninggal tahun 429) mengatakan: "Adapun pengikut hawa nafsu Jarudiyyah Hasyimiyyah, Jahmiyyah dan Imamiyyah, yang mereka mengkafirkan para shohabat pilihan maka kami mengkafirkannya, tidak boleh menyolati mereka di sisi kita, dan tidak boleh sholat di belakang mereka" Imam Al-Qurthuby Rahimahulloh (meninggal tahun 656) mengatakan: "Tidak ada perselisihan pada orang yang mengatakan: "Mereka (para shohabat) berada di atas
beliau mengatakan: "Barangsiapa dari kalangan manusia yang sampai pada kondisi ini, maka dia telah melepaskan tali Islam dan dia kafir menurut ijma' (kesepakatan) seluruh ulama" 76 Diriwayatkan Al-Khollal Rohimahulloh / As-Sunnah/ jilid 3 hal 557 dengan sanad shohih 77 Al-Khollal/ As-Sunnah/ jilid 2 hal 557) 78 Dalam bukunya Kholqu Af'alil 'Ibad hal 125 79 idem 80 Dinukilkan oleh Imam Adz-Dzahabi Rohimahulloh dalam Siyar 'Alam An-Nubala pada biografi Imam Syafi'i Rohimahulloh 81 Orang yang memiliki pemikiran Rofidhoh 82 Maksudnya semua amalannya hanya terkait dengan kehendaknya, tidak terkait dengan kehendak Alloh sama sekali 83 Al-Farq Bainal Firoq hal 359

| H a l 21

http://ahlussunnah.web.id

kekafiran atau kesesatan", (hukumnya) kafir, dibunuh84 !!, karena dia mengingkari sesuatu dari syari'at yang diketahui setiap muslim. Dia telah mendustakan Alloh dan rosulNya Shalallohu 'Alaihi wa Sallam- pada apa-apa yang telah beliau kabarkan tentang mereka. Demikian juga hukum bagi orang yang mengkafirkan atau mengatakan salah satu dari kholifah yang empat85 adalah orang sesat" Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah86 Rahimahulloh mengatakan: Barangsiapa yang menyangka bahwa para shohabat telah murtad setelah (wafatnya) Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam kecuali sekelompok kecil yang tidak mencapai belasan orang, atau bahwasanya mereka seluruhnya para pendosa, maka yang seperti ini juga tidak diragukan kekafirannya, karena dia mendustakan apa yang telah disebutkan di Al-Qur'an di berbagai tempat berupa keridhoan (Alloh) dan pujianNya terhadap mereka"

Penutup
Memang tidak gampang untuk memantau perkembangan dakwah mereka di tengahtengah kaum muslimin karena mereka menggunakan taqiyyah selama melihat penyebaran dakwah mereka bakal memunculkan pertentangan yang memberatkan mereka. Celah ini lebih terbuka lagi dengan lemahnya perhatian kaum muslimin untuk mempelajari agama Islam yang betul-betul di atas Al-Qur'an, Sunnah dan pemahaman Salafush Sholeh, karena tidak ada tameng untuk mengetahui dan menepis berbagai kesesatan kecuali pengetahuan seseorang tentang agamanya setelah taufik dari Alloh-. Alloh Ta'ala berfirman:


"Demikianlah kami jelaskan ayat-ayat kami dan agar terlihat jalan-jalan orang yang berdosa" (QS Al-An'am ayat 55)

84 85

Urusan ini, tanggung jawab pemerintah Abu Bakr, 'Umar, 'Utsman dan 'Ali Rodhiyallohu 'Anhum 86 As-Shorimul Maslul hal 536

| H a l 21

Anda mungkin juga menyukai