Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar belakang Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit (Siregar & Matondang, 2005). Program imuniasi merupakan sebuah keberhasilan dalam mencegah penyakit infeksi, hal ini terbukti dari menurunnya insiden penyakit menular di Amerika Serikat dan negara lain sejak pertengahan abad ke-20. Di Indonesia sejak tahun 1990, cakupan imunisasi dasar telah mencapai lebih dari 90% (Ranuh, 2005). Walaupun program imunisasi telah dibuktikan sebagai tindakan pencegahan yang paling cost-effective, tingkat imunisasi remaja masih rendah dibandingkan dengan imunisasi yang dilakukan pada bayi dan anak-anak (Lee et al,. 2008). Program imunisasi remaja telah direkomendasikan sejak tahun 1996, tetapi diestimasikan 35 juta remaja diseluruh dunia belum divaksinasi secara adekuat (Oster et al,. 2005).

1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang kami kemukakan dalam makalah ini adalah sebagai berikut : a. Apa yang dimaksud dengan imunisasi? b. Apa yang dimaksud dengan antigen dan imunogenisitas? c. Bagaimana imunisasi pasif dan aktif? d. Bagaimana perbedaan usia dan hal-hal yang harus diperhatikan saat vaksinasi? 1.3 Tujuan Dalam penulisan makalah ini, penulis memiliki tujuan penulisan yakni: a. Menjelaskan tentang imunisasi b. Menjelaskan tentang antigen dan imunogenisitas c. Menjelaskan tentang imunisasi pasif dan aktif d. Menjelaskan perbedaan usia dan hal-hal yang harus diperhatikan saat vaksinaasi 1.4 Manfaat Dengan mengetahui tentang pentingnya imunisasi diharapkan pembaca dapat mengetahui tentang imunisasi, dapat mengetahui macam-macam imunisasi, beberapa penyakit yangmembutuhkan imunisasi dan mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan saat vaksinasi.
1

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Imunisasi Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya. Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak. 2.1.1 Sejarah Imunisasi di Indonesia Sejarah Imunisasi di Indonesia telah dimulai sejak abad ke-19 yang dilaksanakan untuk pemberantasan penyakit cacar. Program Imunisasi di Indonesia memiliki sejarah panjang dan telah mencapai banyak keberhasilan selama empat dekade terakhir. Imunisasi merupakan teknologi yang sangat berhasil di dunia kedokteran oleh Katz (1999) dikatakan imunisasi adalah sumbangan ilmu pengetahuan yang terbaik yang pernah diberikan para ilmuwan di dunia ini. Tahun 1956 Pelaksanaan kegiatan imunisasi untuk penyakit cacar Indonesia berhasil dinyatakan bebas penyakit cacar oleh WHO (Badan Tahun 1956 Tahun 1956 Tahun 1973 Tahun 1974 Kesehatan Dunia) Penyelenggaraan program imunisasi BCG Pelaksanaan kegiatan imunisasi untuk penyakit cacar Program imunisasi vaksin TT kepada ibu hamil

Tahun 1976 Tahun 1977

Mulai dikembangkan imunisasi DPT pada beberapa kecamatan di pulau Bangka Penetapan fase persiapan Pengembangan Program Imunisasi (PPI) Program imunisasi secara rutin terus dikembangkan dengan memberikan

Tahun 1980

beberapa antigen, yaitu BCG, DPT, Polio dan Campak. Program imunisasi Hepatitis B mulai diperkenalkan kepada beberapa kabupaten

Tahun 1992 Tahun 1995 Tahun 1996 Tahun 1997 Tahun 1997

di beberapa propinsi Penyelenggaraan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) I Penyelenggaraan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) II Penyelenggaraan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) III Program imunisasi Hepatitis B dilaksanakan secara nasional

Pada tahun 1974, cakupan imunisasi di Indonesia baru mencapai 5% sehingga pemerintah pada tahun 1977 menyelenggarakan PPI atau Expanded Program on Immunization(EPI). Program PPI merupakan program pemerintah dalam bidang imunisasi guna mencapai komitmen internasional dalam rangka percepatan pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada akhir tahun 1982. Cakupan imunisasi terus meningkat dari tahun ke tahun. Sehingga setiap tahun minimal 3 juta anak dapat terhindar dari kematian dan sekitar 750.000 anak terhindar dari kecacatan. Keberhasilan pemerintah dalam mecapai UCI secara nasional dapat dicapai pada tahun 1990 dengan cakupan imunisasi mencapai 90%. Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti : 1. Imunisasi BCG

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya

penyakit

tuberkulosis (TBC) yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. TBC yang berat contohnya adalah TBC pada selaput otak, TBC milier pada seluruh lapangan paru atau TBC tulang. BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan. Vaksin BCG diberikan melalui intradermal. Efek samping pemberian imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus pada daerah suntikan, limfadenitis, regionalis, dan reaksi panas. 2. Imunisasi DPT Imunisasi DPT (diphtheria, pertussis, tetanus) merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid). Imunisasi DPT diberikan melalui intramuscular. Pemberian DPT dapat berefek samping ringan ataupun berat. Efek ringan misalnya terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan, dan demam. Efek berat misalnya terjadi menangis hebat, kesakitan kurang lebih 4 jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan syok. Upaya pencegahan penyakit difteri, pertusis, dan tetanus perlu dilakukan sejak dini melalui imunisasi karena penyakit tersebut sangat cepat serta dapat meningkatkan kematian bayi dan anak balita. 3. Imunisasi Polio Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi polio diberikan melalui oral. 4. Imunisasi Typhus Abdominalis Imunisasi typhus abdominalis merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit typhus abdominalis. Dalam persediaan khususnya di Indonesia terdapat 3 jenis vaksin typhus abdominalis, diantaranya kuman yang dimatikan, kuman yang dilemahkan (vivotif,berna), dan antigen capsular Vi poliysaccharida (Typhim Vi, Pastyeur Meriux). Vaksin kuman yang dimatikan dapat diberikan untuk bayi 6-12 bulan adalah 0,1 ml;1-2 tahun 0,2 ml; dan 2-12 tahun adalah 0,5 ml. pada imunisasi awal dapat diberikan sebanyak 2 kali dengan interval 4 minggu kemudian penguat setelah 1 tahun kemudian. Vaksin kuman yang dilemahkan dapat diberikan dalam bentuk capsul enteric coated sebelum makan pada hari ke-1, 2, dan 5 untuk anak diatas usia 6 tahun. Antigen kapsular diberikan untuk usia di atas 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh
4

Matt dkk bahwa terjdi multi drug resisten pada pengobatan typhus. Vaksin hanya bersifat sementara pada manusia. Dilakukanlah imunisasi yang dilakukan pada tikus dengan peptida epitop CD4+ T cell dapat melawan Salmonella. 5. Imunisasi Campak Imunisasi campak merupakan imunisai yang digunakan terjadinya penyaki campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi campak diberikan melalui subkutan. Imunisasi memiliki efek samping seperti terjadinya ruang pada tempat suntikan dan panas. Angka kejadian campak juga sangat tinggi dalam memengaruhi angka kesakitan dan kematian anak. 6. Imunisasi MMR Imunisasi MMR ( measles, mumps, rubella ) merupakan imunisasi yang digunakan dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit campak (meales), gondong,

parotisepidemika (mumps), dan campak jerman (rubella). Dalam imunisasi MMR,antigen yang dipakai adalah virus campak strain Edmonson yang dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3, dan virus gondong. Vaksin ini tidak dianjurkan intuk bayi usia dibawah 1 tahun karena dikhawatirkan terjadi interferensi dengan antibodi maternal untuk masih ada. Khusus pada daerah endemik, sebaiknya diberikan imunisasi campak yang monovalen dahulu pada usia 46 bulan atau 9-11 bulan dan booster (ulangan) dapat dilakukan MMR pada usia 15-18 bulan. 7. Imunisasi Hib

Imunisasi Hib (haemophilus influenza tipe b) merupakan imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit influenza tipe B. Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murni ( PRP: purified capsular polysaccharide) kuman H.influenzae tipe b. Antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan protein-protein lain seperti toksoid tetanus (PRP-T) toksoid difteri (PRD-D) atau PRPCR50) atau dengan kuman menongokokus (PRP-OMPC). Pada pemberian imunisasi awal dengan PRP-T dilakukan 3 suntikan dengan interval 2 bulan, sedangkan vaksin PRP OMPC dilakukan 2 suntikan dengan interval 2 bulan kemudian booster-nya dapat diberikan pada usia 18 bulan (Ismoedijanto, 2002). 8. Imunisasi Varicella Imunisasi varicella merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit cacar air (varicella). Vaksin Varisella merupakan virus hidup varicella zoozter strain OKA yang dilemahkan. Pemberian vaksin varicella dapat diberikan suntikan tunggal pada usia 12 tahun di daerah tropis dan bila diatas usia 13 tahun dapat diberikan 2 kali suntikan dengan interval 4-8 minggu.

9. Imunisasi hepatitis B Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis. Kandungan vaksin ini adalah Hbsag dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis sebanyak 3 kali dan penguatnya dapat diberikan pada usia 6 tahun. Imunisasi hepatitis ini diberikan melalui intramuscular. Angka kejadian hepatitis B pada anak balita juga sangat tinggi dalam memengaruhi angka kesakitan dan kematian balita. 10. Imunisasi hepatitis A Imunisasi hepatitis A merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis A. pemberian imunisasi ini dapat diberikan untuk usia diatas 2 tahun. Imunisasi awal menggunakan vaksin Havrix (berisi virus hepatitis Astrain HM175 yang dinonaktifkan) dengan 2 suntikan dan interval 4 minggu,booster pada 6 bulan setelahnya. Jika menggunakan vaksin MSD dapat dilakukan 3 kali suntikan pada usia 6 dan 12 bulan. Pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah). Teknik atau cara pemberian imunisasi umumnya dilakukan dengan melemahkan virus atau bakteri penyebab penyakit lalu diberikan kepada seseorang dengan cara suntik atau minum / telan. Setelah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh kita maka tubuh akan terangsang untuk melawan penyakit tersebut dengan membantuk antibodi. Antibodi itu umumnya bisa terus ada di dalam tubuh orang yang telah diimunisasi untuk melawan penyakit yang mencoba menyerang. Program imunisasi melalui PPI ini memiliki tujuan akhir (ultimate goal) sesuai dengan komitmen internasional melalui Global Programme for Vaccines and

Immunization(GPVI), yaitu :

Eradikasi Polio (ERAPO) Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal Elimination/MNTE) (Maternal and Neonatal Tetanus

Reduksi Campak (RECAM) Peningkatan mutu pelayanan imunisasi Penetapan standar pemberian suntikan yang aman (safe injection practices) Keamanan pengelolaan limbah tajam (safe waste disposal management)

Keberhasilan Indonesia dalam penyelenggaraan program imunisasi mampu menarik perhatian dunia. Sehingga Indonesia terlibat dalam mewujudkan aksebilitas, keterjangkauan dan akuntabilitas imunisasi di tingkat global. 2.2 Antigen dan Imunogenitasnya Secara spesifik imunogen adalah bahan yang dapat merangsang sel B atau sel T atau keduanya.Antigen adalah bahan yang dirangsang oleh imunogen spesifik seperti antibodi atau TCR.Antigen lengkap adalah antigen yang menginduksi baik respon imun maupun bereaksi dengan produknya.Yang disebut antigen inkomplit atau hapten,tidak dapat dengan sendiri menginduksi respons imun,tetapi dapat bereaksi dengan produknya seperti antibodi.Hapten dapat dijadikan imonogen melalui ikatan dengan molekul besar yang disebut molekul atau protein pembawa. Secara fungsional antigen dibagi menjadi imunogen dan hapten. Contoh hapten adalah dinitrofenol,berbagai golongan antibiotik dan obat lainnya dengan berat molekul kecil.Hapten biasanya dikenal oleh sel B,sedangkan protein pembawa oleh sel T.Hapten membentuk epitop pada protein pembawa yang dikenal sistem imun dan merangsang pembentukan antibodi. molekul pembawa sering digabung dengan hapten dalam usaha memperbaiki imunisasi. Respons sel B terhadap hapten memerlukan protein pembawa untuk dapat dipresentasikan ke sel Th. 2.2.1 Pembagian antigen Antigen dapat dibagi menurut epitop,spesifitas,ketergantungan terhadap sel T dan sifat kimiawi. 1. Pembagian antigen menurut epitop a.Unideterminan,univalen Hanya satu jenis determinan/epitop pada satu molekul. b. Unideterminan,multivalen Hanya satu jenis determinan tetapi dua atau lebih determinan tersebut ditemukan pada satu molekul. c. Multideterminan,univalen Banyak epitop yang bermacam macam tetapi hanya satu dari setiap macamnya. d. Multideterminan,multivalen Banyak epitop yang bermacam macam tetapi hanya satu dari setiap macamnya. Banyak macam determinan dan banyak dari setiap macam pada satu molekul.

2. Pembagian antigen menurut spesifitas a.Heteroantigen,yang dimiliki oleh banyak spesies b.Xenoantigen,yang hanya dimiliki spesies tertentu c.Aloantigen,yang spesifik untuk individu dalam satu spesies d.Antigen organ spesifik,yang hanya dimiliki organ tertentu e.Autoantigen,yang dimiliki alat tubuh sendiri 3.Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T a.T dependen,yang memerlukan pengenalan oleh sel T terlebih dahulu untuk dapat menimbulkan respons antibodi. Kebanyakan antigen protein termasuk dalam golongan ini. b.T independen,yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk membentuk antibodi. Kebanyakan antigen golongan ini berupa molekul besar polimerik yang dipecah di dalam tubuh secara perlahan lahan, misalnya

lipopolisakarida,ficoll,dekstran,levan,dan flagelin polimerik bakteri. 4.Pembagian antigen menurut sifat kimiawi a.Hidrat arang(polisakarida) Hidrat arang pada umumnya imunogenik.Glikoprotein yang merupakan bagian permukaan sel banyak mikroorganisme dapat menimbulkan respon imun terutama pembentukan antibodi. b.Lipid Lipid biasanya tidak imunogenik,tetapi menjadi imunogenik bila diikat protein pembawa.Lipid dianggap sebagai hapten,contohnya adalah sfingolipid. c.Asam nukleat Asam nukleat tidak imunogenik,tetapi dapat menjadi imunogenik bila diikat protein molekul pembawa.DNA dalam bentuk heliksnya biasanya tidak

imunogenik.Respon imun terhadap DNA terjadi pada penderita dengan LES. d. Protein Kebanyakan protein adalah imunogenik dan pada umumnya multideterminan dan univalen. 2.2.2Superantigen Superantigen adalah molekul yang merupakan pemacu respons imun

poten,memiliki tempat tempat untuk mengikat reseptor sel dari dua sistem imun yaitu rantai beta dari TCR dan rantai alpha atau beta dari molekul MHC-II,tidak memerlukan pengolahan intraselular oleh APC dan tidak terbatas pada alel MHC-II khusus.
8

Superantigen dapat merangsang sel T yang multipel terutama sel CD4+ yang menimbulkan penglepasan sejumlah besar sitokin.Superantigen dapat merangsang 10% sel CD4+ melalui ikatan dengan TCR dan timus dependen sehingga tidak memerlukan proses oleh fagosit. 2.2.3Alogen Aloantigen adalah antigen yang ditemukan pada beberapa species tertentu antara lain bahan golongan darah pada eritrosit dan antigen histokompatibel dalam jaringan tandur yang merangsang respons imun pada resipien yang tidak memilikinya. 2.2.4.Toksin Toksin adalah racun yang biasanya berupa imunogen dan merangsang pembentukan antibodi yang disebut antitoksin dengan kemampuan untuk menetralkan efek merugikan toksin dengan mengganggu sintesanya.

2.3 Imunogenitas Imunogenitas dan antigenitas mempunyai hubungan satu dengan yang lainnya tapi berbeda dalam sifat imunologi yang sering kali membingungkan. Imunogenitas adalah kemampuan untuk menginduksi respon imun humoral atau selular. Meskipun suatu bahan yang dapat menginduksi respon imun spesifik disebut antigen,tetapi lebih tepat disebut imunogen. Semua molekul dengan sifat antigenitas,namun tidak demikian sebaliknya.

2.4 Imunisasi pasif dan aktif Macam-macam dan jenis-jenis imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi pasif dan imunisasi aktif. Pembentukan antibodi akibat pejanan ke antigen disebut imunitas aktif terhadap antigen tersebut. Sedangkan seseorang yang memperoleh antibodi adalah dengan transfer langsung antibodi yang dibentuk sevara aktif oleh orang lain (atau hewan). Imunitas pinjaman dadakan ini yang dibentuk oleh antibodi yang sudah ada disebut imunitas pasif. Pemindahan antibodi kelas IgG semacam ini secara normal terjadi dari ibu kepada janin melewati plasenta selama perkembangan intrauteri. Selain itu, kolostrum ibu mengandung antibodi IgA yang juga memberi perlindungan bagi bayi yang mendapat ASI. Antibodi yang dipindahkan secara pasif biasanya diuraikan dalam waktu kurang dari sebulan, tetapi dalam kurun waktu itu neonatus mendapat proteksi imun penting (yang dimiliki sama dengan ibunya) sampai ia dapat secara aktif melancarkan respon imun sendiri. Kemampuan membentuk antibodi belum berkembang sampai sekitar sebulan setelah lahir.
9

2.5Perbedaan usia dan hal-hal yang harus diperhatikan saat vaksinasi Pada imun anak itu biasanya hanya toleransi artinya dia belum bereaksi jika ada antigen yang masuk,kalau orang dewasa imunnya sudah bagus bereaksi karena organnya sudah mendukung dan jika orang yang sudah tua itu bisa menurun reaksinya karena sudah mengalami degenerasi organ imunnya. Pertahanan non spesifik merupakan garis pertahanan pertama terhadap masuknya serangan dari luar. Sistem ini memiliki komponen-komponen yang mampu menangkal benda masuk ke dalam tubuh. a. Rintangan Mekanis Rintangan mekanis merupakan sistem pertahanan tubuh yang pertama dan umumnya terletak di bagian permukaan tubuh, terdiri atas :

1. Kulit :Terdiri dari lapisan tanduk yang tidak mudah ditembus oleh benda asing kecuali jika kulit dalam keadaan terluka.Asam lemak dan keringat yang dihailkan oleh kelenjar di kulit juga akan mencegah benda asing masuk ke dalam tubuh. 2. Selaput Lendir : Merupakan hasil sekresi dari sel yang terdapat di sepanjang saluran pernapasan dan saluran pencernaan.Pada saluran pernapaan, selaput lendir berfungsi dalam menangkap bakteri atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan.Contoh : Selaput lendir pada hidung. Selaput lendir pada saluran pencernaan berfungsi sebagai rintangan yang melindungi sel diluar system pencernaan. 3. Rambut-rambut halus : Sebagian besar terdapat pada saluran pernapasan. Contoh : di hidung,rambut-rambut halus berfungsi sebagai penyaring udara yang masuk melalui hidung. Fungsi organ-organ menurun sejalan dengan peningkatan usia manusia. Organ kurang efisien dibandingkan saat usia muda, contohnya timus yang menghasilkan hormon terutama selama pubertas. Pada lansia, sebagian besar kelenjar timus tidak berfungsi. Tetapi ketika limfosit terpapar pada hormon timus, maka sistem imun meningkat sewaktu-waktu. Sekresi hormon termasuk hormon pertumbuhan dan melatonin menurun pada usia tua dan mungkin dihubungkan dengan sistem imun. b.Rintangan Kimiawi 1.Hasil Sekresi :berperan untuk membunuh benda asing dengan menggunakan zat kimia dan enzim.

10

2.Bakteri yang terdapat di permukaan tubuh ( bakteri nonpatogen ) : Berfungsi untuk menekan pertumbuhan bakteri patogen yang akan masuk ke dalam tubuh. 3.Sel Darah Putih : merupakan system pertahanan tubuh kedua. Apabila benda asing berhasil melewati sistem pertahanan pertama dan masuk ke dalam tubuh,maka sel darah putih akan mencegah benda asing masuk lebih jauh lagi ke dalam tubuh. Sel darah putih akan menghancurkan peptipa benda asing yang masuk ke dalam tubuh dengan cara fagositosis. 4.Sel Natural Killer : merupakan sel pertahanan yang mampu melisis dan membunuh sel-sel kanker serta sel tubuh yang terinfeksi virus sebelum diaktifkanya sistem kekebalan adaptif. Sel ini membunuh dengan cara menyerang membrane sel target dan melepaskan senyawa kimia preforin. 5.Protein Komplemen :merupakan protein darah yang berfungsi membantu system pertahanan sel darah putih.Protein komplemen membantu system kekebalan tubuh dengan cara : a. Menghasilkan opsonin,kemotoksin, dan kinin. Opsonin untuk mempermudah terjadinya fagositosis. Kemotoksin berfungsi sebagai penarik sel darah putih menuju ke infeksi , sedangkan kinin untuk meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. b. Berperan dalam proses penghancuran membrane sel mikroorganisme yang menyerang tubuh. c. Menstimulasi sel darah putih agar menjadi lebih aktif. 6.Interferon : Sel yang berperan dalam mensekresikan sekumpulan protein saat tubuh kita terserang virus. Interferon akan bertindak sebagai antivirus dan bereaksi sengan sel yang belum terinfeksi oleh virus. Interferon juga dapat merangsang limfosit untuk mengahncurkan dan membunuh sel-sel yang terinfeksi virus. 2.5.1 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan pada Bayi atau Anak Sebelum Imunisasi Orangtua atau pengantar bayi atau anak dianjurkan dan memberitahukan hal-hal tersebut di bawah ini secara lisan tentang hal-hal yang berkaitan dengan indikasi kontra atau risiko kejadian ikutan pasca imunisasi tersebut di bawah ini. 1. Pernah mengalami kejadian ikutan pasca imunisasi yang berat pada imunisasi sebelumnya, 2. 3. 4. Alergi terhadap bahan yang juga terdapat di dalam vaksin, Sedang mendapat pengobatan steroid, radioterapi atau kemoterapi, Menderita sakit yang menurunkan imunitas (leukimia, kanker, hiv/aids),
11

5.

Tinggal serumah dengan orang lain yang imunitasnya menurun (leukimia, kanker, hiv/ aids),

6.

Tinggal serumah dengan oang lain dalam pengobatan yang menurunkan imunitas (radioterapi, kemoterapi, atau terapi steroid)

7.

Pada bulan lalu mendapat imunisasi yang berisi vaksin virus hidup (vaksin campak, poliomielitis, rubela)

8.

Pada 3 bulan yang lalu mendapat imunoglobulin atau transfusi darah

12

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan Dari pembahasan masalah di atas dapat di simpulkan: 1. Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat sistem pertahanan

tubuhkebal terhadap infasi mikroorganisme (bakteri dan virus). 2. Tujuan dari imunisasi adalah untuk menguranggi angka penderitaan suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa

menyebabkankematian pada penderitanya 3. Macam-macam dari imunisasi adalah imunisasi aktif dan pasif. 4. Jenis-jenis imunisasi adalah BCG,Hepatitis B,Polio,DTP,Campak. 5. Perlu diperhatikan dalam imunisasi pada perbedaan usia terutama bayi

3.2 Saran 3.2.1 Untuk pemerintah 1. Perlu adanya evaluasi terhadap program imunisasi yang dilakukan. 2. Meningkatkan promosi dan penyuluhan terhadap para orangtu mengenai imunisasi mulai dari tingkat yang paling dasar sampai berkelanjutan. 3. Memaksimalkan penyebaran informasi, melalui berbagai media, mengenai imunisasi kepada masyarakat, khususnya orangtua. 4. Memperluas daya jangkau program imunisasi. 3.2.2 Untuk orangtua 1. Mencari informasi dan pengetahuan mengenai imunisasi pada tempat dan orang yang tepat seperti mengikuti penyuluhan atau bertanya pada petugas kesehatan. 2. Memahami pentingnya imunisasi dan meningkatkan kesadaran untuk mau membawa anaknya diimunisasi mengingat pentingnya imunisasi agar tidak terjangkit penyakit infeksi.

13

3.2.3 Untuk institusi pendidikan Masih perlu diadakannya penelitian dengan memasukkan faktor-faktor yang lain yang belum diteliti dalam penelitian ini seperti jarak tempat tinggal dengan pusat pelayanan kesehatan, mutu vaksin yang diberikan, ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, daya jangkau program, serta faktor sosial lain yang berhubungan. Selain itu sampel yang digunakan harus lebih mewakili semua kategori yang akan diteliti.

14

DAFTAR PUSTAKA

American Academy Of Pediatrics. Active Immunisation. Dalam: Peter G, Lepow ML, Mccracken GH, Phillips CF., Penyunting. Red Book 1994, Report Committee On Infectious Diseases. Edisi Ke-23. Illinois: American Academy Of Pediatrics 1994. Baratawidjaja,Karnen Garna dan iris Rengganis. 2010. Imunologi Dasar. Edisi ke-9. Jakarta: FKUI Guwandi J. Tanya Jawab Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consert). Edisi Kedua. Jakarta, FKUI 1994. Hidayat Alimul Aziz A. 2008.Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan Bab 4 Imunisasi.Jakarta: Salemba Medika. Hal : 55-59. Menteri Kesehatan &Kesejahteraan Sosial RI. Permenkes No. 585/Menkes/ Per / IX/1989 Persetujuan Tindakan Medik. Jakarta: Depkes &Kesos RI 1990. National Health And Medical Research Council. MMR. Dalam: Watson C, Penyunting. The Australian Immunisation Handbook. Edisi Ke-6. Canberra: NHMRC 1997. Salamah, Ummu. Imunisasi Dampak Dan Konspirasi Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC www.repository.Usu.Ac.Id/Bitstream/123456789/16935/.../Chapter%20II.Pdf www.Scribd.Com/Doc/60707193/38/Pengertian-Imunisasi-Dasar www.Ekologi.Litbang.Depkes.Go.Id/Data/Vol%202/Supraptini2_2.Pdf

15

Anda mungkin juga menyukai