Anda di halaman 1dari 16

LI 1 Memahami dan Mengetahui Eritopoiesis LO 1.

1 Proses pembentukan Eritopoiesis dibentuk selama beberapa minggu pertama gestasi (pembentukan janin) selama trisemester kedua kehamilan, sel darah merah janin di produksi dalam hati, limpa,dan limponodus. Setelah lahir sum-sum tulang menjadi sisiprinsip dari produksi sel darah merah. Setelah remaja, sum-sum merah dari tulang membranosa antara lain pelvis, iga, sternum dan veterbrae mengambil alih fungsi ertitropoietik utama. Proses pematangan sel darah merah : Tahap Proeritroblas yaitu: Tahap pertama setelah koloni eritroit memb entuk unit suatu sel dengan nukleus yang sangat besar.
1.

Tahap eritroblas basofilik yaitu; Tahap dimana mulainya sintesis hemoglobin.


2.

Tahap eritroblas polikromatik(tahap normoblas) yaitu: Tahap akhir dari sintesis DNA, dan pembelahan sel.
3.

Tahap eritroblas ortokromatik yaitu: Menunjukkan pengisutan dan autolisis nu kleus. Nukleus sisa akan disingkirkan dan dipisahlkan dari sel.
4.

Tahap Retikulosit yaitu: Sel ini tidak memiliki nukleus dan memasuki sirkulasi tempat ia menjadi eritrosit matang dalam waktu sekitar 7 hari dan eritrosit dewasa akan hidup selama 100-120 hari.
5.

Eritrosit berbentuk diskus atau lempengan yang mana selnya dapat bergerak dalam ruang yang rapat untuk mengambil atau melepaskan oksigen.

LO 1.2 Faktor Pembentukan Untuk mempertahankan jumlah eritrosit dalam rentang hemostasis, sel-sel barudiproduksi dalam kecepatan yang sangat cepat yaitu lebih dari 2 juta per detik pada orangyang sehat. Proses ini dikontrol oleh hormone dan tergantung pada pasokan yang memadaidari besi, asam amino dan vitamin B tertentu. 1. Hormonal Control Stimulus langsung untuk pembentukan eritrosit disediakan oleh hormone eritropoetin( EPO ) dan hormon glikoprotein. Ginjal memainkan peranan utama dalam produksi EPO.Ketika selsel ginjal mengalami hipoksia ( kekura ngan O2 ), ginjal akan mempercepat pe lepasan eritropoetin. Penurunan kadar O2 yang memicu pembentukan EPO : Kurangnya jumlah sel darah merah atau destruksi eritrosit yang berlebihan Kurang kadar hemoglobin di dalam sel darah merah ( seperti yang terjadi pada defisiensi besi) Kurangnya ketersediaan O2 seperti pada daerah dataran tinggi & penderita pneumonia.

Peningkatan aktivitas eritropoesis ini menambah jumlah sel darah merah dalam darah,sehingga terjadi peningkatan kapasitas darah mengangkut O2 dan memulihkan penyaluranO2 ke jaringan ke tingkat normal. Apabila penyaluran O2 ke ginjal telah normal, sekresi eritropoetin dihentikan sampai diperlukan kembali. Jadi, hipoksia tidak mengaktifkan langsung sumsum tulang secara langsung, tapi merangsang ginjal yang nantinya memberikanstimulus hormone yang akan mengaktifkan sumsum tulang.Selain itu, testosterone pada pria juga meningkatkan produksi EPO oleh ginjal.Hormone

sex wanita tidak berpengaruh terhadap stimulasi EPO, itulah sebabnya jumlah RBC pada wanita lebih rendah daripada pria. 2. Eritropoeitin Dihasilkan oleh: sel interstisial peritubular ginjal,hati

Stimulus pembentukan eritroprotein: tekanan O2 dalam jaringan ginjal. penyaluran O2 ke ginjal merangsang ginjal mengeluarkan hormon eritropoetin ke dalamdarah merangsang eritropoiesis di sumsum tulang dengan merangsang proliferasi dan pematangan eritrosit jumlah eritrosit meningkatkapasitas darah mengangkut O2 dan penyaluran O2 ke jaringan pulih ke tingkat normal stimulus awal yang mencetuskansekresi eritropoetin hilang sampai diperlukan kembali. Pasokan O2 ke jaringan akibat peningkatan massa eritrosit/Hb dapat lebih mudah melepaskan O2 : stimulus eritroprotein turun Fungsi: mempertahankan sel-sel precursor dengan memungkin sel-sel tsb terus berproliferasi menjadi elemen-elemen yg mensintesis Hb. Bekerja pada sel-sel tingkat G1 Hipoksia: rangsang fisiologis dasar untuk eritropoeisis karena suplai O2 & kebutuhan mengatur pembentukan eritrosit. LO 1.3 Morfologi Eritrosit

Eritrosit normal berbentuk bulat atau agak oval dengan diameter 7 8 mikron (normosit). Dilihat dari samping, eritrosit nampak seperti cakram atau bikonkaf dengan sentral akromia kirakira 1/3 diameter sel. Pada evaluasi sediaan darah apus maka yang perlu diperhatiakan adalah 4S yaitu size (ukuran), shape (bentuk), warna (staining) dan struktur intraselluler. LO 1.4 Fungsi Eritrosit 1. Sel darah merah berfungsi mengedarkan O2 ke seluruh tubuh. Sel darah merah akan mengikat oksigen dari paruparu untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paruparu. Pengikatan oksigen dan karbon dioksida ini dikerjakan oleh hemoglobin.

2. Berfungsi dalam penentuan golongan darah.

3. Eritrosit juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika sel darah merah mengalami proses lisis oleh patogen atau bakteri, maka hemoglobin di dalam sel darah merah akan melepaskan radikal bebas yang akan menghancurkan dinding dan membran sel patogen, serta membunuhnya. 4. Eritrosit juga melepaskan senyawa S-nitrosothiol saat hemoglobin terdeoksigenasi, yang juga berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah dan melancarkan arus darah supaya darah menuju ke daerah tubuh yang kekurangan oksigen.

LO 1.5 Jumlah Normal Eritrosit Sel darah merah atau eritrosit berasal dari Bahasa Yunani yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung. Eritrosit adalah jenis se) darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan tubuh. Sel darah merah aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan. Pada orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen rendah maka cenderung memiliki sel darah merah lebih banyak. Nilai normal eritrosit : Pria Wanita 4,6 - 6,2 jt/mm3 4,2 - 5,4 jt/mm LO 1.6 Kelainan Morfologi dan Jumlah Eritrosit

Mikrosit o Diameter 6 m o Normal 10% o Biasanya pada Anemi Def Fe

Makrosit o Diameter 9-12 m o Normal 10% o Biasanya pada Anemi Def Vit12/ Def asam folat Hipokrom o Eritrosit pucat di tengah > 1/3nya o Normal 10% o Kurangnya Hb o Pada anemi def Fe Lakrimasit o Eritrosit berbentuk tetesan air o Nama lain Tear Drop cell

Basofilik Stipling o Eritrosit dengan granula biru-hitam granula ini dari kondensasi atau presipitasi RNA ribosom akibat dari defective hemoglobin syntesis Eliptosit o Eritrosit berbentuk oval (ovalosyt) atau lonjong (pensil cell/sel cerutu) o Osmotic fragility meningkat o Distribusi cholesterol dalam membrane akumulasi o Cholesterol dipinggir

Target Cell o Eritrosit yang gelap di tengah o Nama lain Target Cell (seperti sasaran) o Normal 2% o Akibat cytoplasmic aturation o Defects and liver disease

Acantocyt o Eritrosit dengan tonjolan sitoplasma yang runcing o Tonjolan tidak teratur o Akibat defisiensilowdencity betha Lipoprotein

Crenated Cell Burr Cell

o Eritrosit dengan tonjolan sitoplasma yang tumpul teratur o Akibat dari passage through fibrin network

o Eritrosit dengan sitoplasma mengkerut o Terjadi karena hipertronik larutan pada saat pengeringan apusan

LI 2 Memahami dan Mengetahui Hemoglobin LO 2.1 Pembentukan Sintesis hemoglobin dimulai dalam proeritoblas, kemudian dilanjutkan sedikit dalam stadium retikulosit. Ketika retikulosit meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah, maka retikulosit akan tetap membentuk hemoglobin selama beberapa hari berikutnya. Proses pembentukannya : 2 suksinil ko-A + 2 asam amino glisin Pirol 4 Pirol protoporfirin IX Protoporfirin IX + Fe 2+ Porfirin/ Heme Heme + Polipeptida/Globin Rantai Hb // / 2 Rantai + 2 Rantai HbA1 LO 2.2 Fungsi Hemoglobin berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru untuk dipakai sebagai bahan bakar, mengatur pertukaran oksigen dan karbondioksida didalam jaringanjaringan tubuh. LO 2.3 Peranan Besi dalam Pembentukan Zat besi (Fe) merupakan salah satu mineral penting yang sangat diperlukan tubuh bahkan sejak seseorang masih ada di dalam kandungan. Zat besi dengan konsentrasi tinggi terdapat dalam sel darah merah (disebut Hemoglobin). Zat besi dibutuhkan untuk pembentukan Hemoglobin yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh, termasuk otak. Hemoglobin mengangkut oksigen dari paru-paru dan dibawa ke sel-sel yang membutuhkannya untuk proses metabolisme glukosa, lemak dan protein menjadi energi. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah bewarna merah LO 2.4 Kadar Normal Hemoglobin Hemoglobin juga berperan penting dalam mempertahankan bentuk sel darah yang bikonkaf, jika terjadi gangguan pada bentuk sel darah ini, maka keluwesan sel darah merah

dalam melewati kapiler jadi kurang maksimal. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa kekurangan zat besi bisa mengakibatkan anemia. Nilai normal hemoglobin adalah sebagai berikut : Anak-anak Lelaki dewasa Wanita dewasa 11 13 gr/dl 14 18 gr/dl 12 16 gr/dl

Jika nilainya kurang dari nilai diatas bisa dikatakan anemia, dan apabila nilainya kelebihan akan mengakibatkan polinemis. LO 2.5 Reaksi Oksihemoglobin Tiap-tiap sel darah merah mengandung 200 juta molekul hemoglobin. Hemoglobin (Hb) merupakan suatu protein yang mengandung senyawa besi hemin. Hemoglobin mempunyai fungsi mengikat oksigen di paru-paru dan mengedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Jadi, dapat dikatakan bahwa di paruparu terjadi reaksi antara hemoglobin dengan oksigen.

2 Hb2+ 4 O2 ==> 4 Hb O2 (oksihemoglobin) Setelah sampai di sel-sel tubuh, terjadi reaksi pelepasan oksigen oleh Hb. 4 Hb O2 ==> 2 Hb2+ 4 O2 Kandungan hemoglobin inilah yang membuat darah berwarna merah. Amatilah Gambar 5.2 untuk mengenal struktur hemoglobin.

LI 3 Memahami dan Mengetahui Anemia LO 3.1 Definisi Anemia merupakan penyakit yang diakibatkan oleh rendahnya kadar hemoglobin (Hb) sampai dibawah batas normal. Anemia bisa juga disebabkan oleh kehilangan darah dalam jumlah banyak akibat kecelakaan, karena ketidakmampuan tubuh memproduksi sel darah merah yang cukup, dan bisa juga disebabkan oleh kelainan bawaan atau genetik (keturunan). LO 3.2 Klasifikasi

LO 3.3 Etiologi

Pada umumnya anemia disebabkan oleh tidak tersedianya zat-zat dalam tubuh yang berperan dalam pembentukan sel darah merah. Zat-zat yang berperan dalam pembentukan sel darah merah. Adalah protein, vitamin (asam folat, vitamin B12, vitamin C, vitamin Ekosistem) dan mineral. Tetapi dari sekian banyak penyebab terjadinya anemia dalam kehamilan sebagian besar adalah anemia defisiensi besi. Secara terperinci penyebab terjadinya anemia adalah sebagai berikut :

1. Jumlah besi dalam darah tidak cukup, hal ini disebabkan oleh : a. Ketersediaan zat besi dalam makanan yang kurang baik b. Praktek pemberian makanan yang kurang baik c. Sosial ekonomi rendah 2. Absorpsi zat besi rendah yang disebabkan oleh : a. Komposisi makanan yang kurang beragam b. Terdapat zat-zat penghambat absorbsi zat besi

3. Kebutuhan zat besi yang tinggi disebabkan oleh : a. Pertumbuhan fisik b. Kehamilan dan menyusui

4. Kehilangan darah yang disebabkan oleh : a. Perdarahan kronis b. Parasit c. Infeksi d. Pelayanan kesehatan yang rendah LO 3.4 Patofisiologi Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah

merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera. Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki LO 3.5 Gejala Gejala umum : 1. Pusing 2. Mudah berkunang-kunang 3. Lesu 4. Aktivitas kurang 5. Rasa mengantuk 6. Susah konsentrasi 7. Cepat lelah 8. prestasi kerja fisik/pikiran menurun 9. Konjungtiva pucat Gejala khas masing-masing anemia: a. Anemia def. besi: atrofi papil lidah (permukaan lidah menjadi licin dan mengilap karena papil lidah menghilang), disfagia (nyeri menelan karena kerusakan epitel nasofaring), stomatitis angularis (peradangan pada sudut mulut, sehinggatampak sebagai bercak pucat keputihan)

b. Anemia def folat: lidah merah/buffy tongue (akibat glossitis, yaitu suatu kondisi yang

di tandai dengan perubahan permukaan lidah yang membengkak dan berubah warna)
c. Anemia hemolitik: ikterus (meningkatnya kadar bilirubin indirek dalam darah/n= <1

mg/dl), hepatosplenomegali (kerja kedua organ dalam destruksi eritrosit dan metabolisme secara berlebihan dalam melawan infeksi untuk mencapai homeostatis)
d. Anemia

aplastik: perdarahan kulit/mukosa ( trombosit akibatkerusakan sel induk/gangguan lingkungan mikro/mekanisme imunologis)

LO 3.6 Diagnosa Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematik dan menyeluruh. Perhatian khusus diberikan pada berikut: a. Warna kulit (pucat,ikterus,tangan kuning seperti jerami) b. Purpura (petechie, echymosis) c. Kuku (koilonychias) d. Mata (konjungtiva pucat, ikterus) e. Mulut (atrofi papilla lidah, glossitis, stomatitis angularis) f. Limfadenopati g. Hepatomegali h. Splenomegali Pemeriksaan laboratorium a. Tes penyaring, dikerjakan pada tahap awal kasus anemia. Tes ini dapat memastikan adanya anemia dan bentuk morfologi anemia tsb. Pemeriksaan ini meliputi: Kadar hemoglobin Indeks eritrosit (MCV,MCH,MCHC,leukosit,trombosit) Apusan darah tepi

b. Pemeriksaan rutin, dikerjakan pada semua anemia. Untuk mengetahui kelainan pada system leukosit dan trombosit. Pemeriksaan ini meliputi: Laju endap darah

Hitung diferensial Hitung retikulosit

c. Pemeriksaan sumsum tulang, dikerjakan pada kasus anemia untuk mendapatkan diagnosis definitive d. Pemeriksaan indikasi khusus, pemeriksaan ini dikerjakan setelah kita telah mempunyai dugaan diagnosis awal sehingga fungsinya untuk mengkonfirmasi dugaan diagnosis tsb. Pemeriksaan ini meliputi: Anemia def. besi: serum ion, TIBC, saturasi transferin dan feritin serum Anemia megaloblastik: as. Folat darah/eritrosit, vit. B12 Anemia hemolitik: hit. Retikulosit, tes coombs, elektroforesis Hb Anemia leukemia akut: pemeriksaan sitokimia

LI 4 Memahami dna Mengetahui Anemia Defisiensi Besi LO 4.1 Definisi Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoiesis, karena cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. LO 4.2 Etiologi 1. Meningkatnya kebutuhan Fe atau hematopoiesis: pertumbuhan cepat pada bayi dan remaja, kehamilan, terapi eritropoietin. 2. Kehilangan Fe: hilangnya darah secara akut/kronik, menstruasi, donasi darah, phlebotomy sebagai pengobatan untuk polycythemia vera. 3. Turunnya pengambilan atau absorbsi besi: diet yang tidak adekuat, malabsorbsi karena penyakit (diare, Cohns disease), pembedahan (gastrektomi), inflamasi akut/kronik. LO 4.3 Patofisiologi Walaupun dalam diet rata-rata terdapat 10 - 20 mg besi, hanya sampai 5% - 10%(1 - 2 mg) yang sebenarnya sampai diabsorpsi. Pada persediaan besi berkurang maka besi dari diet tersebut diserap lebih banyak. Besi yang dimakan diubah menjadi besi fero dalam lambung dan

duodenum; penyerapan besi terjadi pada duodenum dan jejunum proksima l. Kemudian besi diangkut oleh transferin plasma ke sumsum tulang untuk sintesis hemoglobin atau ke tempat penyimpanan di jaringan. LO 4.4 Gejala Gejala umum penderita anemia defisiensi besi: 1. Pucat yang berlangsung lama tanpa manifestasi perdarahan 2. Mudah lelah, lemas, mudah marah, tidak ada nafsu makan, daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun, serta gangguan perilaku dan prestasi belajar 3. Gemar makanan yang tidak biasa (pica) seperti es batu, kertas, tanah, rambut
4. Memakan bahan makanan yang kurang mengandung zat besi, bahan makanan yang

menghambat penyerapan besi seperti kalsium dan fitrat (beras, gandum) serta konsumsi susu sebagai sumber energi utama sejak bayi sampai usia 2 tahun (milkaholic) Infeksi malaria, infestasi parasit seperti ankylostoma dan schistosoma Gejala khas yang hanya ada pada penderita anemia defisiensi besi, antara lain : - Koilinika (kuku jari tangan berbentuk seperti sendok) - Athropi papila lidah, sehingga lidah nampak mengkilap. - Susah konsentrasi - Stomachitis angularis. - Glositis (iritasi lidah), keilosis (bibir pecah-pecah), disfagia (nyeri menelan) LO 4.5 Diagnosa Kriteria diagnostik ADB menurut WHO : 1. 2. 3. 4. Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia konsentrasi Hb eritrosit rata rata 31% (N; 32 - 35%) Kadar Fe serum < 50mikrogram/dl (N: 80- 180 mikrogram/dl) Saturasi transferin < 15% (N: 2-0- 25%)

Kriteria ini harus dipenuhi paling sedikit nomor 1,3,4. Tes yang paling efisien untuk mengukur cadangan besi tubuh yaitu feritin serum. Pemeriksaan Fisik : 1. Gejala klinis ADB sering terjadi perlahan dan tidak begitu diperhatikan oleh keluarga. Bila kadar Hb < 5g/dl ditemukan gejala iritabel dan anoreksia. 2. Pucat ditemukan bila kadar Hb < 7 g/dl 3. Tanpa OrganomegaliGangguan pertumbuhan 4. Rentan terhadap infeksi

5. Penurunan aktivitas kerja 6. Dapat ditemukan koilonika (kuku sendok), atrofi glositis (lidah halus), angular cheilitis (ulkus di sudut mulut), takikardi (jantung berdebar debar), gagal jantung Pemeriksaan Laboratorium : Darah Lengkap : Hb rendah, MCV, MCH, MCHC rendah. RDW lebar dan MCV rendah merupakan skring Anemia defisiensi besi. RDW > 14,5% bila RDW normal (<13%) pada thalasemia trait Rasio MCV/ RBC (Mentzer index) >13% Apusan darah tepi : anemia mikrositik hipokromik, anisositosis, poikilositosis, sel pensil Kadar besi serum yang rendah, TIBC, Serum Feritin < 12ng/ml dipertimbangkan sebagai diagnostik defisiensi besi. Nilai retikulosit normal atau menurun Serum transferrin receptor (STfR) : sensitif untuk menentukan defisiensi besi mempunyai nilai tinggi untuk membedakan anemia defisiensi besi dan anemia akibat penyakit kronis. kadar Zink protophorphyrin (ZPP) akan meningkat Respon terhadap pemberian terapi besi dengan dosis 3 mg/kgBB/hari ditandai dengankenaikan retikulosit 5 - 10 hari diikuti kenaikan kadar hemoglobin 1 g/dl atau hematokrit 3% setelah 1 bulan, setelah 6 bulan terapi hemoglobin dan hematokrit dinilai kembali untuk menilai keberhasilan terapi. LO 4.6 Diagnosa Banding Anemia defisiensi besi perlu dibedakan dengan anemia hipokromik lainnya, seperti: 1.Thalasemia (khususnya thallasemia minor) : a. Hb A2 meningkat b. Feritin serum dan timbunan Fe tidak turun. 2.Anemia karena infeksi menahun : a. Biasanya anemia normokromik normositik. Kadang-kadang terjadi anemia hipokromik mikrositik. b. Feritin serum dan timbunan Fe tidak turun 3. Keracunan timah hitam (Pb) : a.Terdapat gejala lain keracunan P. b. Terdapat ring sideroblastik pada pemeriksaan sumsum tulang. c.Anemia sideroblastik

LO 4.7 Penatalaksanaan 1. Kausatif, terapi diberikan sesuai dengan penyebab terjadinya, misal perdarahan, nutrisi, dsb. 2. Transfusi PRC (packed Red Cell) merupakan terapi yang utama. 3. Pemberian preparat Fe : a. Fero sulfat 3*325 mg per oral dalam keadaan perut kosong b. Fero glukonat 3*200 mg peroral setelah makan. Bila terjadi intoleransi diberikan secara parenteral dengan dosis 250mg / 3mg per kg BB c. Iron Dextran dengan IM mula-mula 50mg sebagai percobaan, jika tidak ada hipersensitivitas dalam 3-5 menit diberikan 250mg.. 4. Suportif Makanan gizi seimbang terutama yang megandung kadar besi tinggi yang bersumber dari hewani (limfa, hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan). LO 4.8 Pencegahan Pencegahan Primer : ASI eksklusif selama 6 bulan Menunda pemberian susu sapi sampai usia 1 tahun Menggunakan sereal/ tambahan makanan yang difortifikasi (diberi tambahan suplemen besi) tepat waktu yaitu sejak usia 6 bulan sampai 1 tahun Pemberian vitamin C seperti jeruk, apel pada waktu makan dan minum preparat besi untuk meningkatkan absorbsi besi dan menghindari bahan yang menghambat absorbsi besi seperti teh, fosfat dan fitrat pada makanan. Menghindari minum susu berlebihan dan meningkatkan makanan yang mengandung kadar besi yang berasal dari hewani Meningkatkan kebersihan lingkungan

Sejauh ini ada empat pendekatan dasar pencegahan anemia defisiensi besi, yaitu (Arisman, 2008) :

1. Pemberian tablet atau suntikan zat besi Pemberian tablet tambah darah pada pekerja atau lama suplementasi selama 3- 4 bulan untuk meningkatkan kadar hemoglobin, karena kehidupan sel darah merah hanya sekitar 3 bulan atau kehidupan eritrosit hanya berlangsung selama 120 hari, maka 1/20 sel eritrosit harus diganti setiap hari atau tubuh memerlukan 20 mg zat besi perhari.

Tubuh tidak dapat menyerap zat besi (Fe) dari makanan sebanyak itu setiap hari, maka suplementasi zat besi tablet tambah darah sangat penting dilakukan. Suplementasi dijalankan dengan memberikan zat gizi yang dapat menolong untuk mengoreksi keadaan anemia gizi. Karena menurut hasil penelitian anemia gizi di Indonesia sebagian besar disebabkan karena kekurangan zat besi. 2. Pendidikan Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan zat besi melalui makanan Konsumsi tablet zat besi dapat menimbulkan efek samping yang mengganggu sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan. Agar mengerti, harus diberikan pendidikan yang tepat misalnya tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat anemia, dan harus pula diyakinkan bahwa salah satu penyebab anemia adalah defisiensi zat besi. Asupan zat besi dari makanan dapat ditingkatkan melalui dua cara : a. Pemastian konsumsi makanan yang cukup mengandung kalori sebesar yang semestinya dikonsumsi. b. Meningkatkan ketersediaan hayati zat besi yang dimakan, yaitu dengan jalan mempromosikan makanan yang dapat memacu dan menghindarkan pangan yang bisa mereduksi penyerapan zat besi. 3. Pengawasan penyakit infeksi Pengobatan yang efektif dan tepat waktu dapat mengurangi dampak gizi yang tidak diingini. Meskipun, jumlah episode penyakit tidak berhasil dikurangi, pelayanan pengobatan yang tepat telah terbukti dapat menyusutkan lama serta beratnya infeksi. Tindakan yang penting sekali dilakukan selama penyakit berlangsung adalah mendidik keluarga penderita tentang cara makan yang sehat selama dan sesudah sakit. Pengawasan penyakit infeksi memerlukan upaya kesehatan seperti penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi lingkungan dan kebersihan perorangan. Jika terjadi infeksi parasit, tidak bisa disangkal lagi, bahwa cacing tambang (Ancylostoma dan Necator) serta Schistosoma yang menjadi penyebabnya.

4. Fortifikasi makanan pokok dengan zat besi Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses secara terpusat merupakan inti pengawasan anemia di berbagai negara. Fortifikasi makanan merupakan salah satu cara terampuh dalam pencegahan defisiensi zat besi. Di negara industri, produk makana fortifikasi yang lazim adalah tepung gandum serta roti makanan yang terbuat dari jagung dan bubur jagung. Di negara sedang berkembang lain telah dipertimbangkan untuk memfortifikasi garam, gula, beras dan saus ikan.

Anda mungkin juga menyukai