Anda di halaman 1dari 16

50

VIII. PENGUJIAN HIPOTESIS

Hipotesis statistik merupakan dugaan atau pernyataan mengenai satu atau lebih populasi yang perlu diuji kebenarannya. Benar atau tidaknya suatu hipotesis statistic belum dapat diketahui dengan pasti, kecuali kita melakukan pengujian dengan menggunakan keseluruhan populasi. Hal ini seringkali tidak mungkin dilakukan karena perlu waktu lama dan biaya yang besar untuk meneliti seluruh populasi apabila populasinya berukuran besar. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengambilan sampel yang dapat mewakili populasi. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari sampel, kemudian dapat ditentukan apakah dugaan mengenai populasi didukung oleh informasi yang diperoleh dari data sampel atau tidak.Karena pernyataan dalam hipotesis bisa benar atau salah, ada dua hipotesis yang komplementer, yaitu : hipotesis nol ( H 0 ) dan hipotesis alternatif ( H1 ) . Hipotesis nol adalah hipotesis yang akan diuji, yang berkaitan dengan parameter populasi dan berupa pernyataan tentang nilai eksak dari parameter tersebut. Berdasarkan informasi dari sampel, pengambilan keputusan dilakukan dengan memilih satu dari dua keputusan , yaitu : gmenolak H 0 : berarti H 0 tidak didukung oleh data

gtidak menolak H 0 : berarti H 0 didukung oleh data Proses untuk sampai pada suatu pilihan diantara dua keputusan itu dinamakan : pengujian hipotesis stastistik. Dalam pengambilan keputusan kita dapat melakukan dua kesalahan, yaitu: 1.Kesalahan jenis I : menolak H 0 yang benar. 2.Kesalahan jenis II : tidak menolak H 0 yang salah. Probabilitas membuat kesalahan jenis I dilambangkan dengan dan disebut : tingkat signifikasi

51 Probabilitas membuat kesalahan jenis II dilambangkan dengan . Tabel 1. Tidak menolak Ho Menolak Ho Ho benar Keputusan benar Kesalahan tipe I Ho salah Kesalahan tipe II Keputusan benar

Uji hipotesis dengan Alternatif Satu Arah dan Dua Arah. Misalkan kita melakukan pengujian terhadap parameter dengan menggunakan distribusi normal. Penyusunan hipotesis : A. H 0 : = 0 H1 : 0 B. H 0 : 0 H1 : > 0 C. H 0 : 0 H1 : < 0

A disebut uji dua arah , B dan C disebut uji satu arah Hipotesis nol selalu dituliskan dengan tanda sama dengan, sehinnga menspesifikasi suatu nilai tunggal untuk parameter populasi. Dengan demikian, probabilitas melakukan kesalahan jenis I dapat dikendalikan. Penggunaan uji satu arah atau dua arah bergantung pada kesimpulan yang akan ditarik apabila Ho ditolak. Wilayah kritik/wilayah penolakan Ho dapat ditentukan sesudah H1 ditentukan.

Contoh : Misalkan akan diuji keunggulan suatu obat baru. Hipotesis yang dibuat adalah obat baru tersebut tidak lebih baik dari obat-obat serupa yang beredar di pasaran dan kemudian mengujinya lawan hipotesis alternative bahwa obat baru tersebut lebih unggul dari obat yang beredar di pasaran. Berarti uji yang digunakan adalah uji satu arah dengan wilayah kritiknya berada di ekor kanan. Note : tambahkan gambaran uji satu arah dan dua arah menggunakan kurva normal

VIII.1. Uji Hipotesis untuk Mean Populasi

52

Misalkan kita ingin menguji hipotesis mengenai yang merupakan parameter dari distribusi normal. Langkah-langkah dalam uji hipotesis ini adalah sebagai berikut; 1. Susun H 0 dan H1 memakai salah satu cara dibawah ini A. H 0 : = 0 H1 : 0 2. Pilih tingkat signifikasi 3. Gunakan statistik penguji : Kasus I : Sampel berasal dari populasi normal yang mempunyai variansi 2 yang diketahui X Z = Statistik ujinya : ~ N(0,1) n Kasus II : Sampel berukuran besar dari populasi mempunyai variansi 2 diketahui (menggunakan dalil limit pusat) Statistik ujinya : Z= X n N ( 0,1) B. H 0 : 0 H 1 : > 0 C. H 0 : 0 H1 : < 0

Kasus III : Sampel berukuran besar dari populasi yang mempunyai variansi 2 , tapi nilainya tidak diketahui (melalui suatu penurunan rumus, akhirnya diperoleh ...) Statistik ujinya:

X Z= N ( 0,1) S n

4. Wilayah kritik (Daerah Penolakan Ho) A. H 0 ditolak jika : z z2 atau z z 2 B H 0 ditolak jika : z z C. H 0 ditolak jika : z z 5. Buat kesimpulan. Contoh :

53

Ujian standar intelegensia telah diadakan beberapa tahun dengan hasil nilai rata-rata 70 dan standar deviasi 8. Sekelompok mahasiswa yang terdiri atas 100 orang diberi pelajaran yang mengutamakan bidang matematika. Kemudian ujian standar tersebut diberikan pada kelompok mahasiswa ini dengan hasil nilai rata-rata 75. Apakah cukup beralasan untuk menyatakan bahwa pengutamaan bidang matematika menaikkan hasil ujian standar ? Ujilah dengan menggunakan = 0, 05 . Jawab : X : hasil nilai ujian standar.

= 70 , = 8
1. Hipotesis :

n = 100

x = 75

H 0 : 70 H1 : > 70

2. = 0, 05 X Z = N ( 0,1) 3. Statistik penguji : n Perhitungan : z= x 0 75 70 = = 6, 25 8 n 100

4. Wilayah kritik : z z z = z0,05 = 1, 645 . Keputusan : karena z = 6,25 > 1,645 maka H 0 ditolak. 5. Kesimpulan : Dengan pengutamaan bidang matematika , nilai rata-rata ujian lebih besar dari nilai rata rata standar. Kasus IV: Sampel berukuran kecil diambil dari populasi normal dimana variansi diketahui X Statistik penguji : t = S n : tn 1
2

tidak

54 dengan wilayah kritik : A. H 0 ditolak jika : t t 2 atau t t 2 B. H 0 ditolak jika : t t ;n 1 C. H 0 ditolak jika : t t ;n 1

VIII.2. Uji Hipotesis untuk Beda Mean Dua Populasi Untuk membandingkan 1 dan 2 melalui uji hipotesis , langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Susun hipotesis dengan salah satu cara dibawah ini: A. H 0 : 1 = 2 H1 : 1 2 2. Pilih tingkat signifikasi 3. Gunakan statistik penguji : Kasus I: Bila Dua sampel acak diambil dari dua populasi yang saling bebas, berdistribusi
2 normal dengan variansi diketahui, masing-masing 12 dan 2

B. H 0 : 1 2 H1 : 1 > 2

C. H 0 : 1 2 H1 : 1 < 2

Statistik pengujinya :

Z=

(X

X 2 ) ( 1 2 )

12 22 + n1 n2

~ N(0,1)

Kasus II : Bila Dua sampel acak berukuran besar diambil dari dua populasi sebarang yang
2 saling bebas dengan variansi diketahui masing-masing 12 dan 2

Statistik pengujinya :

Z=

(X

X 2 ) ( 1 2 )

12 22 + n1 n2

N ( 0,1)

2 2 Kasus III : Pada kasus II, jika n1 , n2 besar dan 1 , 2 tidak diketahui , maka melalui

suatu penurunan rumus, diperoleh statistik pengujinya :

55

Z=

( X 1 X 2 ) (1 2 ) S12 n1
2 + S2

N ( 0,1)

n2

4. Wilayah kritik : A. H 0 ditolak jika : z z 2 atau z z 2 B. H 0 ditolak jika : z z C. H 0 ditolak jika : z z 5. Buat kesimpulan.

Kasus IV : Bila n1 dan n2 kecil, sampel diambil dari dua populasi normal yang saling bebas dimana variansi populasi tidak diketahui:
2 2 2 Kasus IV.A. Jika Diasumsikan 1 = 2 = , maka

Statistik penguji :

t=

(X

X 2 ) ( 1 2 ) 1 1 S + n1 n2
2 p

: tn1 + n2 2

dimana :
2 Sp =

( n1 1) S12 + ( n2 1) S22
n1 + n2 2

2 2 Kasus IV.B. Jika Diasumsikan 1 2 , maka

Statistik penguji :

t=

(X

X 2 ) ( 1 2 )
2 S12 S 2 + n1 n2

tk

56
2 s12 s2 + n n2 1 k= 2 2 2 2 s1 s2 n1 n2 + n1 1 n2 1 2

dimana :

Wilayah kritik : A. H 0 ditolak jika : t t 2 atau t t 2 B. H 0 ditolak jika : t t C. H 0 ditolak jika : t t

Contoh Seorang ahli agronomi melakukan eksperimen penanaman jagung dalam n1 = 40 petak tanpa pu puk dan n2 = 50 petak dengan pupuk. Pemilihan petak dilakukan secara acak diantara 90 petak yang ada. Hasil panen ( kwintal/petak ) ialah : tanpa pupuk : hasil panen rata-rata 6,1 dan variansi 3,9 dengan pupuk : hasil panen rata-rata 7,3 dan variansi 4,4 Apakah dapat disimpulkan bahwa panen jagung yang diberi pupuk pada waktu penanamannya lebih tinggi daripada jika tidak diberi pupuk ? Gunakan = 0, 05 Jawab X : hasil panen jagung Tanpa pupuk : n1 = 40 , x1 = 6,1 , s12 = 3,9
2 s2 = 4, 4

Dengan pupuk : n2 = 50 , x2 = 7,3 , 1. Hipotesis : H 0 : 1 2 H1 : 1 < 2 2. = 0, 05 3. Statistik penguji :

57 Z=

(X

X 2 ) ( 1 2 )
2 S12 S2 + n1 n2

N ( 0,1)

Perhitungan : z=

( 6,1 7,3) 0
3,9 4, 4 + 40 50

= 2, 79

4. Wilayah ktitik : z0,05 = 1, 645 H 0 ditolak jika z 1, 645 Karena z = - 2,79 < - 1,645 maka H 0 ditolak 5. Kesimpulan : Pada = 0, 05 kita cenderung untuk menyatakan bahwa hasil panen jagung yang pada waktu penanamannya diberi pupuk lebih tinggi daripada jika tidak diberi pupuk.

VIII.3. Uji Hipotesis untuk Proporsi Populasi Langkah-langkah untuk menguji proporsi populasi adalah sebagai berikut : 1.Susun hipotesis : A. H 0 : p = p0 H1 : p p0 2. Pilih tingkat signifikasi 3. Gunakan statistik penguji : Z= X np np ( 1 p ) N ( 0,1) , n cukup besar B. H 0 : p p0 H1 : p > p0 C. H 0 : p p0 H1 : p < p0

4. Wilayah kritik : A. H 0 ditolak jika : z z 2 dan z z 2 B. H 0 ditolak jika : z z

58 C. H 0 ditolak jika : z z 5. Buat kesimpulan. Contoh Perusahaan gas menyatakan bahwa dua-pertiga penduduk suatu kota menggunakan gas alam sebagai pemanas rumah selama musim dingin. Apakah cukup alasan untuk menerima pernyataan tersebut bila diantara 1000 rumah yang diambil secara acak dikota itu, ternyata 618 rumah meng gunakan gas alam ? Gunakan = 0, 05 . Jawab X : banyaknya rumah yang menggunakan gas alam n = 1000 , x = 618 g Hipotesis : H 0 : p = H1 : p g = 0, 05 g Statistik penguji : x np np ( 1 p ) 618 ( 1000 ) (
2 3 2 3 2 3

z=

1 ( 1000 ) ( 2 3) ( 3)

= 3, 27

g Wilayah kritik : z z 2 dan z z 2

z = z0,025 = 1,96
2

Karena z = - 3,27 < - 1,96 maka H 0 ditolak. g Kesimpulan : Pernyataan perusahaan gas tersebut tidak benar karena proporsi penduduk yang menggunakan gas alam sebagai pemanas rumah dikota tersebut tidak sama dengan
2 3

VIII.4. Pengujian untuk Selisih Proporsi Dua Populasi Untuk membandingkan proporsi p1 dan p2 melalui uji hipotesis,langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

59 1. Susun hipotesis dengan salah satu cara dibawah ini : A. H 0 : p1 = p2 H1 : p1 p2 2. Pilih tingkat signifikasi 3. Gunakan statistik penguji : Z= B. H 0 : p1 p2 H1 : p1 > p2 C. H 0 : p1 p2 H1 : p1 < p2

X1 n1

n1

X1 n1

X2 n2

1 1 X n1

) ( p p ) ) + ( 1 )
1 2 X2 n2 X2 n2

N ( 0,1)

n2

4. Wilayah kritik : sama dengan VIII.3 Contoh Di suatu Universitas, diantara 2000 lulusan mahasiswa pria terdapat 114 orang yang lulus dengan IPK 2,75 , sedangkan diantara 1000 lulusan mahasiswa wanita terdapat 61 orang lulus dengan IPK 2,75. Apakah dapat disimpulkan bahwa ada beda proporsi yang lulus dengan IPK 2,75 antara mahasiswa pria dan wanita di universitas tersebut ? Gunakan = 0, 02 . Jawab 1. Hipotesis : H 0 : p1 = p2 H1 : p1 p2 2. = 0, 02 . 3. Statistik penguji :

z=

( 0, 057 0, 061) 0 ( 0, 057 ) ( 0,943) + ( 0, 061) ( 0,939 )


2000 1000

= 0, 44

4. Wilayah kritik : z 2,33 dan z 2,33 Karena 2,33 < z = 0, 44 < 2,33 maka H 0 tidak ditolak.

60 5. Kesimpulan : Pada = 0, 02 tidak ada beda proporsi yang lulus dengan IPK 2,75 antara mahasiswa pria dan wanita di universitas tersebut.

VIII.5. Uji Hipotesis untuk Variansi Populasi Untuk menguji hipotesis mengenai variansi populasi normal , langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1.Susun hipotesis dengan salah satu cara dibawah ini:
2 2 A. H 0 : = 0 2 H1 : 2 0 2 2 B. H 0 : 0 2 H1 : 2 > 0 2 2 C. H 0 : 0 2 H1 : 2 < 0

2. Pilih tingkat signifikasi 3. Gunakan statistik penguji :

2 =

( n 1) S 2

2 : n 1

4. Wilayah kritik :
2 2 A . H 0 ditolak jika : 2 ;n 1 atau
2 2 B. H 0 ditolak jika : ;n 1 2 2 C. H 0 ditolak jika : 1 ;n 1

2 12 ;n 1
2

5. Buat kesimpulan . Contoh Pengalaman lalu menunjukkan bahwa waktu yang diperlukan oleh siswa kelas tiga Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk menyelesaikan suatu ujian tertentu merupakan variable acak normal dengan variansi 36 menit. Jika suatu sample acak 20 siswa menghasilkan variansi 20,25 menit , apakah dapat disimpulkan bahwa variansi waktu yang diperlukan oleh siswa kelas tiga untuk menyelesaikan ujian tersebut kurang dari 36 menit ? Gunakan = 0, 05 . Jawab X : waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan ujian.

2 = 36

, n = 20

, s 2 = 20, 25

61
2 1. Hipotesis : H 0 : 36

H1 : 2 < 36 2. = 0, 05 3. Statistik penguji :

2 =

( n 1) s 2 = ( 19 ) ( 20, 25 )
2
36

= 10, 6875

2 2 2 4. Wilayah kritik : H 0 ditolak jika 0,95;19 10,117

Karena 2 = 10, 6875 > 10,117 maka H 0 tidak ditolak pada = 0, 05 5. Kesimpulan : Variansi waktu yang diperlukan oleh siswa kelas tiga SMA untuk menyelesaikan ujian tersebut adalah 36 menit.

VIII.6. Pengujian Hipotesis untuk Ratio Variansi Populasi Untuk membandingkan variansi dua populasi normal melalui uji hipotesis , langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Susun hipotesis dengan salah satu cara dibawah ini :
2 2 A. H 0 : 1 = 2 2 H1 : 12 2 2 2 B. H 0 : 1 2 2 H1 : 12 > 2 2 2 C. H 0 : 1 2 2 H1 : 12 < 2

2. Pilih tingkat signifikasi 3. Gunakan statistik penguji : S12 F = 2 : F1 ,2 S2 4. Wilayah kritik : A. H 0 ditolak jika : F F2 ;1 ,2 atau B. H 0 ditolak jika : F F ;1 ,2 C. H 0 ditolak jika : F F1 ;1 ,2 5. Buat kesimpulan. F F1 ;1 ,2
2

, 1 = n1 1 , 2 = n2 1

62 Contoh Seorang peneliti ingin menggunakan tikus yang berat lahirnya mempunyai variabilitas rendah. Tersedia dua jenis tikus yang berbeda.Kemudian diambil secara acak 10 ekor tikus je-nis I yang mempunyai standar deviasi 0,36 gram dan 16 ekor tikus jenis II dengan standar deviasi 0,87 gram. Jenis tikus mana yang akan digunakan ? Gunakan = 0, 05 . Diasumsikan bahwa berat tikus berdistribusi normal. Jawab X : berat lahir tikus n1 = 10 , s1 = 0,36 , n2 = 16 , s2 = 0,87

2 2 1. Hipotesis : H 0 : 1 2 2 H1 : 12 < 2

2. = 0, 05 . 3. Statistik penguji : s 2 ( 0,36 ) F = 12 = = 0,1712 s2 ( 0,87 ) 2


2

4. Wilayah kritik : H 0 ditolak jika F F0,95;9,15 . F0,95;9,15 = 1 F0,05;15,9 = 1 = 0,33 3, 01

Karena F = 0,1712 < 0,33 maka H 0 ditolak pada = 0, 05 . 5. Kesimpulan : Peneliti akan menggunakan tikus jenis I.

VIII.7. Inferensi untuk Beda Dua Mean Populasi untuk Sampel Berpasangan Misalkan kita ingin menguji keefektifan suatu diet dengan menggunakan 7 individu yang diamati bobot badannya (dalam kilogram) sebelum dan sesudah mengikuti program diet itu selama 2 minggu. Datanya adalah sebagai berikut :

63

Bobot Sebelum ( X 1i ) Bobot Sesudah ( X 2i )

1 58,5 60,0

2 60,3 54,9

3 61,7 58,1

4 69,0 62,1

5 64,0 58,5

6 62,6 59,9

7 56,7 54,4

7 diambil dari indiKedua sampel diatas tidak bebas karena pengukuran X 1i dan X 2i ; i = 1, 2, vidu yang sama. Prosedur inferensi untuk persoalan ini adalah sebagai berikut. Misalkan dua kelompok variabel acak berdistribusi normal , X 1n } { X 11 , X 12 , dan

, X 2 n } berelemen sama atau berpasangan. Definisikan n variabel acak baru,yaitu : { X 21 , X 22 , Di = X 1i X 2i .n ; i = 1, 2,

Karena X 1 dan X 2 berdistribusi normal,maka Di juga berdistribusi normal. Jadi , Dn } merupakan sampel acak berukuran n dari suatu populasi normal dengan mean { D1 , D2 ,
2 D = 1 2 dan variansi D .

gD=

1 n Di n i =1

2 SD =

2 1 n Di D ) ( n 1 i =1

D D : tn 1 g t = SD n Interval kepercayaan ( 1 ) 100% untuk D dapat diperoleh dengan menyatakan : P t < t < t = 1
2 2

Dengan mensubstitusikan t , diperoleh : S S P D t D < D < D + t D = 1 2 2 n n Jadi interval kepercayaan ( 1 ) 100% untuk D adalah : d t
2

sd s < D < d + t d 2 n n

64

Contoh Lihat data diatas. Sebelum ( x1i ) Sesudah ( x2i ) di = x1i x2i 1 58,5 60,0 - 1,5 2 60,3 54,9 5,4 3 61,7 58,1 3,6 4 69,0 62,1 6,9
2

5 64,0 58,5 5,5

6 62,6 59,9 2,7

7 56,7 54,4 2,3

1 7 d = di = 3,5 7 i =1

2 sd =

( d
i =1

d )

7 1

= 7, 7

: sd = 2, 77

Dengan = 0, 05 diperoleh : t0,025:6 = 2, 447 Jadi interval kepercayaan 95% untuk D adalah : 2, 77 2, 77 3,5 ( 2, 447 ) < D < 3,5 + ( 2, 447 ) 7 7 0,94 < D < 6, 06

Langkah-langkah untuk menguji D : 1. Susun hipotesis dengan salah satu cara dibawah ini : A. H 0 : D = 0 B. H 0 : D 0 C. H 0 : D 0 H1 : D 0 2. Pilih tingkat signifikasi 3. Gunakan statistik penguji : t= D D : tn 1 SD n H1 : D > 0 H1 : D < 0

4. Wilayah kritik : A. H 0 ditolak jika : t t 2 atau t t 2

65 B. H 0 ditolak jika : t t C. H 0 ditolak jika : t t 5. Buat kesimpulan

VIII.8. Hubungan Antara Interval Kepercayaan dan Pengujian Hipotesis Ada kaitan antara rumus interval kepercayaan ( 1 ) 100% dengan daerah penerimaan H 0 pada tingkat signifikasi untuk pengujian hipotesis dua arah.

Pandang interval kepercayaan ( 1 ) 100% untuk mean populasi sebagai berikut :

x z

< < x + z

Misalkan akan diuji hipotesis : H 0 : = 0 H1 : 0 Pada tingkat signifikasi , daerah penerimaan untuk uji hipotesis diatas adalah : z <
2

X < z 2 n

atau X z
2

< < X + z 2 n n

Rumus interval ini menunjukkan bahwa hipotesis nol = 0 tidak ditolak pada tingkat signifikasi bila 0 terletak didalam interval kepercayaan. Jika 0 terletak diluar interval kepercayaan, maka H 0 ditolak.

Anda mungkin juga menyukai