Anda di halaman 1dari 8

BAB I LATAR BELAKANG Komunikasi kesehatan merupakan tahapan perpindahan informasi kesehatan dari tenaga kesehatan (komunikator) kepada

masyarakat (komunikan). Analisis dan perencanaan komunikasi dilakukan agar proses penyampaian informasi berlangsung optimal dan tepat sasaran. Media yang digunakan untuk menyampaikan sebauh informasi di antaranya berupa audio, visual, atau audiovisual yang mudah diterima dan dipahami serta sesuai dengan kondisi masyarakat yang menjadi sasaran. Saat ini Indonesia mengalami gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan gizi lebih. Masalah gizi kurang disebabkan oleh kemiskinan, persediaan pangan yang rendah, kualitas lingkungan yang buruk, dan adanya daerah yang miskin gizi (Almatsier, 2010). Penyakit kurang energi protein (KEP) merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang penting di Negara berkembang termasuk Indonesia. Prevalensi tertinggi terdapat pada anak-anak berumur di bawah lima tahun (balita), ibu yang sedang mengandung, dan menyusui (Adriani dan Wirjatmadi, 2012:2). Penyakit KEP atau Protein Energy Malnutrition (PEM) dikenal juga dengan nama kwashiorkhor yang berarti penyakit rambut merah. Masyarakat Indonesia menganggap penyakit ini sebagai kondisi yang biasa terdapat pada anak kecil yang sudah mendapat adik, biasanya terdapat pada kalangan ibu dan masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi. Kwashiorkor adalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan edema seluruh tubuh terutama di punggung kaki, wajah membulat dan sembab, perut buncit, otot mengecil, pandangan mata sayu dan rambut tipis/kemerahan. Di Purbalingga, Jawa Tengah, pada tahun 2005 meninggal dunia dan seorang penderita gizi buruk pada tahun 2007 tercatat 110 balita menderita gizi buruk dan

ditemukan secara merata di 18 kecamatan. Pengetahuan dan status ekonomi menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya masalah gizi di Purbalingga. Faktor pengetahuan akan mendapatkan perhatian khusus untuk dapat ditingkatkan dengan harapan adanya penurunan penderita kwashiorkhor di daerah tersebut.

BAB II ISI 2.1 Analisis SWOT Komunikasi kesehatan dapat berlangsung dengan baik bila poin penting dalam komunikasi seperti sumber informasi, media komunikasi, dan penerima komunikasi dapat salah berhubungan dengan baik. Bila dilakukan analisis SWOT maka dapat dilihat beberapa poin yang berpengaruh dalam kelangsungan komunikasi ini. 1. Strength ( S/ Kekuatan) Kekuatan yang bersumber pada pembuat program seperti a. Pengetahuan kesehatan yang baik b. Tenaga kesehatan yang berpengalaman c. Perencanaan yang matang 2. Weakness (W/Kelemahan) Kelemahan yang dapat timbul dalam program ini di antaranya a. Dana yang terbatas b. Waktu yang diplih tidak tepat 3. Oportunity (O/ Peluang) Peluang keberhasilan program ini bersumber pada sasaran program seperti a. Masyarakat yang berjumlah besar b. Sikap antusias terhadap perbaikan gizi c. Kebiasaan wilayah tersbut dapat menjadi media yang efektif untuk pendekatan kesehatan d. Kader yang berasal dari daerah tersebut lebih banyak tahu tentang perilaku sehari-hari masyarakat 4. Threat (T/ Ancaman) a. Ketidakpedulian masyarakat terhadap kesehatan sendiri b. Apatis terhadap tenaga kesehatan c. Masyarakat yang masih buta huruf 2.2 Analisis Masalah Kwashiorkhor mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sehingga diperlukan media yang efektif dan efisien yang komunikatif, informatif dan juga edukatif. Dengan beberapa aspek yang terkandung tadi dapat dilakukan komunikasi kesehatan dengan baik dan berdampak pada penurunan tingkat gizi buruk di Purbalingga. Sasaran masyarakat dengan

tingkat ekonomi lemah dan pendidikan yang rendah menjadi objek program komunikasi kesehatan ini. Secara demografi, jumlah penduduk di Purbalingga menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Jateng tahun 2011 sebesar 848.952 jiwa. Secara psikologis, sikap optimis dan mau bekerja keras menjadi ciri masyarakat Purbalingga. Lembaga yang dapat mendukung program kesehatan ini seperti Posyandu, Puskesmas, Kelurahan, acara pengajian rutin para ibu, dan kegiatan PKK. 2.3 Desain Strategi 2.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum pelaksnaan ini adalah peningkatan kualitas hidup masyarakat Purbalingga secara merata bagian lapisan ekonomi bawah, menengah, maupun atas. 2.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus yang dicapai di antaranya a. Penurunan angka penderita gizi buruk khususnya penderita kwashiorkhor b. Peningkatan pengetahuan tentang gizi di kalangan para ibu 2.3.3 Pemilihan Media Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dan strategi yang telah ditetapkan, maka media yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program ini seperti brosur, poster, atau hiburan yang beresensi kesehatan 2.3.4 Dukungan dan Penguatan Interpersonal Pendekatan pada para ibu melalui kegiatan rumah tangga yang besifat meningkatkan gizi balita dapat dilakukan melalui monitoring makan balita atau dapat pula diadakan lomba bayi sehat yang beresensi monitoring itu sendiri. Selain itu, tokoh masyarakat dan tokoh agama juga diikutsertakan dengan bahasa yang sederhana namun dapat dipahami oleh para ibu. 2.3.5 Rencana Kegiatan Desember Kegiatan Persiapan panitia Pengajuan proposal sponsorship Januari 2013 Februari 2013 2012 Minggu keMinggu keMinggu keI II III IV I II III IV I II III IV

Pembagian poster Pembagian brosur Hiburan spanduk Hiburan Evaluasi dan

pemasangan

dan

rencana ulang. Tindak lanjut dan ulang. 2.3.6 Metode KIE Metode penyampaian informasi dilakukan dengan metode penyuluhan karena yang menjadi sasaran program ini adalah perkembangan informasi pada para ibu. Selain penyuluhan, penyebaran media secara visual seperti brosur dan leaflet juga dilakukan untuk mengantisipasi para ibu yang tidak dapat menghadiri acara penyuluhan. 2.3.7 Rencana Penilaian Penilaian program komunikasi meliputi faktor waktu, kesesuaian media dengan karakteristik masyarakat Purbalingga, pengetahuan para ibu, dan anggaran biaya yang dikeluarkan. 2.3.8 Perencanaan Anggaran a. Pemasukan Sponsorship dari pihak swasta Sponsorship dari pihak lembaga Jumlah = Rp 20.000.000,00 = Rp 50.000.000,00 = Rp 70..000.000,00 rencana

b. Pengeluaran Sub-Kegiatan Jenis Sumberdaya Unit Estimasi Biaya Rp/Unit Jumlah

Persiapan Pelaksanaan Akomodasi

Proposal

50

10.000

500.000

Transportasi dan penginapan

10.000.000

Poster Brosur Spanduk Kelengkapan hiburan Konsumsi Kaos Dokumentasi Kesehatan

2000 2000 10

5.000 1000 50.000

10.000.000 2.000.000 500.000 17.000.000 10.000.000

500

20.000

5.000.000 3.000.000 2.000.000

Total 70.000.000

2.4 Pengembangan Pesan dan Materi, Tes Awal, dan Produksi 2.4.1 Pengembangan Pesan dan Materi Penyuluhan yang dilakukan berisi materi-materi yang pada intinya menghimbau pada para ibu yang ada di Kabupaten Purbalingga untuk senantiasa memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari terutama pada bayi dan balita agar terhindar dari kwasiorkhor dan masalah gizi kurang lainnya. Penyampaian materi melibatkan berbagai tokoh yang dijadikan sebagai panutan dalam masyarakat sekitar seperti kader, bidan, mantri, dan tokoh agama setempat. Untuk mengukur sejauh mana pengetahuan ibu mengenai gizi anak, maka dilakukan metode test dan nontest sebagai instrument evaluasi. Metode test yang digunakan adalah test formatif secara tertulis dalam bentuk questioner tentang pengetahuan gizi anak dasar pada awal pertemuan dengan tujuan mendapatkan umpan balik seberapa jauh pengetahuan dasar yang dimiliki masyarakat. Penyajian materi dibuat semenarik mungkin yaitu dengan mengadakan perlombaan kesenian kentongan yang setiap pesertanya diwajibkan membawakan lagu yang syairnya

diubah dengan syair-syair yang berisikan pesan-pesan kesehatan terutama yang berkaitan dengan gizi anak dan balita. Penyajian materi lain yaitu dengan mengundang pembicara sebagai penyampai materi mengenai masalah-masalah gizi bayi dan balita terutama kwashiorkhor. Dengan penyampaian materi yang beragam diharapkan ibu-ibu peserta penyuluhan dapat tertarik dengan materi yang disampaikan dan mengurangi kejenuhan peserta. Setelah pembicara selesai dibuka sesi tanya jawab untuk para peserta. Dengan demikian diharapkan materi dapat diterima dengan baik oleh ibu-ibu peserta penyuluhan. 2.5 Manajemen, Pelaksanaan dan Pemantauan Untuk mendukung kelancaran acara penyuluhan mengenai kwashiorkor ini, diadakan pelatihan dan penyuluhan pada kader-kader desa mengenai masalah-masalah gizi yang terjadi pada bayi dan balita khususnya kwashiorkor. Pelatihan ini diadakan agar kader desa bisa mengerti lebih jauh tentang masalah kwashiorkor sehingga lebih dapat mengatasi masalahmasalah gizi khususnya kwashiorkor. Sarana dan prasarana yang digunakan pada penyuluhan ini meliputi ruangan yang menggunakan aula kabupaten, sound system, meja dan kursi, pamflet, poster, dan sarana presentasi yang semuanya dipinjam dari kabupaten Purbalingga. Sebelum pelaksanaan, yang dilakukan adalah mengecek dan memastikan bahwa semua sarana dan prasarana yang dibutuhkan sudah tersedia dan siap untuk digunakan.

2.6. Evaluasi dan Perencanaan ulang Evaluasi dilakukan untuk mengukur seberapa bagus dan tercapai tujuan oleh program. Hal ini juga dapat untuk menjelaskan apakah program ini berjalan secara efektif atau tidak. Dari hasil evaluasi dapat dilakukan perencaan ulang berikutnya. 2.6.1 Hasil dan Dampak Evaluasi yang dilakukan akan dapat melihat hasil apakah ada perubahan yang terjadi pada masyarakat purbalingga. perubahan yang diharapkan kepada masyarakat purbalingga yaitu pada pengetahuan dan pola konsumsi yang sadar akan pentingnya zat gizi di dalam

tubuh dan dapat mengkonsumsi makanan yang mengandung zat gizi. selain itu juga ingin melihat apakah ada perubahan yang terjadi pada masyarakat purbalingga setelah adanya pamflet dan poster. Pada evaluasi di lakukan tiga tahap yaitu evaluasi pendek ,menengah, dan panjang. Evaluasi jangka pendek dilakukan jika belum berhasil yaitu kurangnya antusias dan perhatian sendiri dari masyarakat serta kurang ada hasil perubahan pada masyarakat. Maka dapat di lakukan evaluasi jangka menengah yaitu dengan melakukan program semacam ini dengan lebih menarik dan memberikan pengetahuan yang lebih baik kepada masyarakat. Akan tetapi jika evaluasi jangka menengah mendapatkan hasil yang semakin menurun, dengan di tandai masyarakat purbalingga masih melakukan kegiatan atau aktivitas yang masih kurang baik dan tidak sehat. Maka tanpa melihat evaluasi jangka panjang lagi maka harus diadakannya revisi/perbaikan ulang program-program kami agar dapat dipahami dan dimengerti masyarakat. 2.6.2 Perencanaan Ulang atau Perencanaan Lanjut. Hasil dari evaluasi akan menunjukkan kelemahan dari program sehingga untuk pelaksanaan program selanjutnya akan dilakukan revisi pada kelemahan program. Revisi yang dilakukan pada pemberian materi, pelatihan pada kader dan sarana yang lebih baik lagi. Dan harus juga melakukan revisi untuk mengidentifikasi ulang sumber daya potensial., serta menggunakan berbagai strategi komunikasi. Sehingga program yang dikembangkan agar dapat lebih efektif dan mencapai tujuan secara optimal. Jika perencaan lanjut sudah berhasil dengan evaluasi program berjalan baik dan terlihat efektif, maka program dilakukan tahap lanjut/teruskan hingga selesai dan tujuan tercapai.

Dasar-Dasar Komunikasi Perencanaan Komunikasi Model P - Process

Disusun oleh : Titik Kusmiatun Shasanti Ismi Pramesti Puri Rujipurwanti (G1H011010) (G1H011012) (G1H011029)

Pambayun Retno Ningtyas (G1H011006)

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI PURWOKERTO 2013

Anda mungkin juga menyukai