Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG
Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Pada dasarnya, setiap orang memiliki kebutuhan yang sama. Akan tetapi karena terdapat perbedaan budaya, maka kebutuhan tersebut pun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berfikir keras dan bergerak untuk berusaha mendapatkan. Kebutuhan fisiologis atau kebutuhan fisik manusia merupakan kebutuhan yang paling mendasar yang harus terpenuhi agar kelangsungan hidup bisa bertahan. Ada beberapa kebutuhan fisik manusia yang akan dibahas yaitu Mobilisasi yang merupakan suatu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur serta pengaturan posisi sebagai salah satu cara mengurangi resiko menghindari terjadinya dekubitus/pressure area akibat tekanan yang menetap pada bagian tubuh dan mempertahankan posisi tubuh dengan benar sesuai dengan body aligmen ( struktur tubuh ). Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau impairment ( gangguan pada alat/organ tubuh ) yang bersifat fisik atau mental. Keperawatan klinik menghendaki perawatan untuk menggabungkan ilmu pengetahuan dan keterampilan ke dalam praktik. Salah satu komponen dari ilmu pengetahuan dan keterampilan adalah mekanika tubuh, suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan usaha dalam mengkoordinasikan system musculoskeletal dan saraf. Imobilisasi dapat dilakukan terhadap sel maupun terhadap enzim, Imobilisasi enzim dapat dianggap sebagai metode yang mengubah enzim dari bentuk larut dalam air bergerak menjadi keadaan tak bergerak yang tidak larut. Imobilisasi mencegah difusi enzim ke dalam campuran reaksi dan mempermudah memperoleh kembali enzim tersebut dari aliran produk dengan teknik pemisahan padat/cair yang sederhana. Imobilisasi dapat

Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 1

dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui pengikatan kimiawi molekul enzim pada bahan pendukung, atau dengan menjebak enzim didalam membrane polimer.

B. RUMUSAN MASALAH
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, maka Tim Penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah, yaitu: a. Apa dan bagaimana itu Imobilisasi bagi seorang perawat? b. Bagaimana bentuk/kebutuhan dasar Imobilisasi dalam Keterampilan Dasar Keperawatan? c. Bagaimana jenis dan tingkatan imobilisasi? d. Seperti apa dampak fisik dan psikologis imobilisasi? e. Bagaimana posisi pasien berhubungan dengan imobilisasi?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dibentuknya makalah ini adalah sebagai berikut: a. Rekan-rekan mahasiswa keperawatan dapat memahami apa itu Imobilisasi b. Untuk memenuhi apa dan bagaimana Imobilisasi sesuai dengan Keterampilan Dasar Keperawatan c. Mengetahui tingkatan dan jenis dari Imobilisasi d. Mengetahui dampak fisik dan psikologis Imobilisasi e. Mengetahui posisi pasien pada Imobilisasi

Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 2

BAB II PEMBAHASAN A. DEFINISI IMOBILISASI


1. PENGERTIAN MOBILISASI Imobilisasi merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan atau aktifitas misalnya pada eltremitas dan sebagainya. Imobilisasi adalah keadaan dimana pasien berbaring lama ditempat tidur, tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan ( aktifitas ). Imobilisasi dapat disebabkan oleh penyakit yang dideritanya, trauma, fraktur pada ekstremitas, atau menderita kecacatan(Asmadi, 2008). Keadaan imobilisasi ini menyebabkan pasien tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri sehingga memerlukan bantuan perawat maupun keluarga dalam pemenuhan kebutuhannya termasuk dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri. Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada alat/organ tubuh) yang bersifat fisik atau mental. Imobilisasi dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan tidak bergerak/tirah baring yang terus-menerus selama 5 hari atau lebih akibat perubahan fungsi fisiologis. Di dalam praktek medis imobilisasi digunakan untuk menggambarkan suatu sindrom degenerasi fisiologis akibat dari menurunnya aktivitas dan ketidakberdayaan. Imobilisasi merupakakan ketidakmampuan seseorang untuk menggerakkan tubuhnya sendiri. Imobilisasi dikatakan sebagai faktor resiko utama pada munculnya luka dekubitus baik di rumah sakit maupun di komunitas. Kondisi ini dapat meningkatkan waktu penekanan pada jaringan kulit, menurunkan sirkulasi dan selanjutnya mengakibatkan luka dekubitus. Imobilisasi disamping mempengaruhi kulit secara langsung, juga mempengaruhi beberapa organ tubuh. Misalnya pada
Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 3

sistemkardiovaskuler, gangguan sirkulasi darah perifer, system respirasi, menurunkan pergerakan paru untuk mengambil oksigen dari udara (ekspansi paru ) dan berakibat pada menurunnya asupan oksigen ke tubuh (Lindren et al.2004). Gangguan mobilisasi ( Imobilisasi ) didefinisikan menurut North America Nursing

Association (NANDA) sebagai suatu keadaan ketika individu mengalami atau beresiko
mengalami keterbatasan gerak fisik (Kim et al.1995). Individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik, antara lain: lansia, individu dengan penyakit yang mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih, individu yang kehilangan fungsi anatomic akibat perubahan fisiologik ( kehilangan fungsi motorik, klien dengan stroke, klien pengguna kursi roda ), penggunaan alat eksternal ( seperti gips atau traksi ) dan pembatasan gerakan volunteer ( potter,2005 ). Imobilisasi merupakan suatu kondisi yang relative. Maksudnya, individu tidak hanya kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya. Ada beberapa alasan dilakukannya imobilisasi: Pembatasan gerak yang bertujuan untuk pengobatan atau terapi. Keharusan, ini biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan primer. Pembatasan secara otomatis sampai dengan gaya hidup.

Kesimpulan dari beberapa pengertian diatas bahwa imobilisasi merupakan keterbatasan fisik atau ketidakmampuan seseorang unttuk melaksanakan aktivitas sehari-hari yang disebabkan adanya gangguan fisik, penurunan fungsi fisik yang dikarenakan suatu proses penyakit atau sebagai proses terapi pasien. 2. EPIDEMIOLOGI Imobilisasi lama bisa terjadi pada semua orang tetapi kebanyakan terjadi pada orangorang lanjut usia, pasca operasi yang membutuhkan tirah baring lama. Dampak imobilisasi lama terutama dekubitus mencapai 11% dan terjadi dalam kurun waktu 2 minggu, perawatan emboli paru berkisar 0,9%, dimana tiap 200.000 orang meninggal tiap tahunnya.

3. PENYEBAB
Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 4

Berbagai perubahan terjadi pada system musculoskeletal, meliputi tulang keeropos ( osteoporosis ), pembesaran sendi, pengeseran tendon, keterbatasan gerak, penipisan discus intervetebralis, dan kelemahan otot, terjadi pada proses penuaan. Pada lansia, struktur kolagen kurang mampu menyerap energy. Kaartilagosendi mengalami degenarasi didaerah yang menyangga tubuh dan menyembuh lebih lama. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya osteoarthritis. Begitu juga masa otot dan kekuatannya juga berkurang. Istrahat di tempat tidur lama dan inaktivitas menurunkan aktivitas metabolism umum. Hal ini mengakibatkan penurunan kapasitas fungsional system tubuh yang multipel, dengan manifestasi klinis sindrom imobilisasi. Konsekuensi metaboliknya tidak tergantung penyebab untuk apa mobilisasi diresepkan. Hal ini bisa disebabkan oleh: a. Cedera tulang Penyakit reumatik seperti pengapuran tulang atau patah tulang ( fraktur ) tentu akan menghambat pergerakan. b. Penyakit saraf Adanya sroke, penyakit Parkinson, paralisis, dan gangguan saraf tapi juga menimbulkan gangguan pergerakan dan mengakibatkan imobilisasi. c. Penyakit jantung dan pernapasan Penyait jantung dan pernapasan akan menimbulkan kelelahan dan sesak napas ketika beraktivitas. Akibatnya pasien dengan gangguan pada organ-organ tersebut akan menggurangi mobilisasinya. Ia cenderung lebih banyak duduk dan berbaring. d. Gips ortopedk dan bidai e. Penyakit kritis yang memerlukan istrahat f. Menetap lama pada posisi gravitasi berkurang, seperti saat duduk atau berbaring. g. Keadaan tanpa bobot diruang hampa Yaitu pergerakan tidak dibatasi, namun tanpa gaya gravitasi.

B. JENIS IMOBILISASI
Secara umum, ada beberapa macam imobilisasi yaitu 1. Imobilisasi fisik Merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien dengan hemiplegia
Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 5

yang tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan. Kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang disebabkan oleh factor lingkungan maupun kondisi orang tersebut. 2. Imobilisasi intelektul Kondisi ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Dimana ketika seseorang mengalami keterbatasan daya piker, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit. 3. Imobilisasi emosional Kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan seseorang yang dicintai. Keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Sebagai contoh, keadaan stress berat dapat disebabkan karena bedah amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai. 4. Imobilisasi social Kondisi ini bisa menyebabkan penurunan interaksi social yang sering terjadi akibat penyakit.

C. TINGKATAN IMOBILISASI
Tingkatan imobilisasi bervariasi, diantaranya yaitu: 1. Imobilisasi complete Imobilisasi ini dilakukan pada individu yang mengalami gangguan tingkat kesadaran. 2. Imobilisasi parsial Imobilisasi ini dilakukan pada pasien yang mengalami fraktur 3. Imobilisasi karena alasan pengobatan Imobilisasi ini dilakukan pada individu yang menderita gangguan pernapasan atau pada penderita panyakit jantung.

D. DAMPAK FISIK DAN PSIKOLOGIS IMOBILISASI


1. DAMPAK IMOBILISASI BAGI FISIK Dampak dari imobilisasi dalam tubuh dapat mempengaruhi system tubuh, seperti perubahan pada metabolism tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan dalam kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan system
Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 6

pernapasan, perubahan kardiovaskular, perubahan system musculoskeletal, perubahan kulit, perubahan eliminasi ( buang air besar dan kecil ), vertigo ( pusing tujuh keliling ), dan perubahan perilaku. a. Perubahan Metabolisme Perubahan metabolism imobilisasi dapat mengakibatkan proses anabolisme menurun dan katabolisme meningkat. Keadaan ini dapat beresiko meningkatkan gangguan metabolisme. Proses imobilisasi dapat juga menyebabkan penurunan ekskresi urine dan peningkatan nitrogen. Hal tersebut dapat ditemukan pada pasien yang mengalami imobilitas pada hari kelima dan keenam. Beberapa dampak perubahan metabolism, diantaranya adalah pengurangan jumlah metabolism, atropi kelenjar dan katabolisme protein, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, demineralisasi tulang, gangguan dalam mengubah zat gizi, dan gangguan gastrointestinal. b. Ketidakseimbangan Cairan Dan Elektrolit Dampak dari imobilisasi akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsentrasi protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh. c. Gangguan Pengubahan Zat Gizi Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunynya pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel menurun, dimana sel tidak lagi menerima glukosa, asam amino, lemak dan oksigen dalam jumlah yang cukup untuk melaksanakan aktivitas metabolisme. d. Gangguan Fungsi Gastrointestinal Immobilisasi dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna, sehingga penurunan jumlah masukan yang cukup dapat menyebabkan keluhan, seperti perut kembung, mual, dan nyeri lambung yang dapat menyebabkan gangguan proses eliminasi. e. Perubahan Sistem Pernafasan Akibat imobilisasi, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya lemah otot yang dapat menyebabkan proses metabolism terganggu.
Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 7

Terjadinya penurunan kadar Hb dapat menyebabkan penurunan aliran oksigen dari alveoli ke jaringan, sehingga mengakibatkan anemia. Penurunan ekspansi paru dapat terjadi karena tekanan yang meningkat oleh permukaan paru.

f. Perubahan Kardiovaskuler Perubahan system kardiovaskuler akibat imobilisasi antara lain dapat berupa hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan thrombus, terjadinya hipotensi orostatik dapat disebabkan oleh menurunnya kemampuan saraf otonom. Pada posisi yang tetap dan lama, refleks neurovascular akan menurun dan menyebabkan vasokonstriksi, kemudian darah terkumpul pada vena bagian bawah sehinnga aliran darah ke system sirkulasi pusat terhambat. Meningkatnya kerja jantung dapat disebabkan karena imobilitas dengan posisi horizontal. Dalam keadaan normal, darah yang terkumpul pada ekstremitas bawah bergerak dan meningkatkan vena kembali ke jantung dan akhirnya jantung akan meningkatkan kerjanya. Terjadinya thrombus juga disebabkan oleh meningkatnya vena statis yang merupakan hasil penurunan kontraksi muscular sehingga meningkatkan arus balik vena. g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal. Gangguan Muskular. Menurunnya massa otot sebagai dampak imobilisasi dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara langgsung. Menurunnya fungsi kapasitas otot ditandai dengan menurunnya stabilitas. Kondisi berkurangnya massa otot dapat menyebabkan otopi pada otot. Sebagai contoh, otot betis seseorang yang telah dirawat lebih dari enam minggu ukurannya akan lebih kecil selain menunjukan tanda lemah atau lesu. Gangguan Skeletal. Akan mudah terjadi kontraktur sendi dan osteoporosis. Kontraktur merupakan kondisi abnormal dengan criteria adanya fleksi dan fiksasi yang disebabkan otropi dan memendeknya otot. Terjadinya kontraktur dapat menyebabkan sendi dalam kedudukan yang tidak berfungsi . Osteoporosis terjadi karena reabsorbsi tulang semakin besar, sehingga yang menyebabkan jumlah kalsium ke dalam
Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 8

darah menurun dan jumlah kalsium yang dikeluarkan malalui urine semakin besar. h. Perubahan Sistem Integumen. Perubahan system integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas dan terjadinya iskemia serta nekrosis jaringan superficial dengan adanya luka dekubitus sebagai akibat tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun ke jaringan. 2. DAMPAK IMOBILISASI BAGI PSIKOLOGIS Terjadinya perubahan perilaku sebagai akibat imobilisasi, antara lain timbulnya rasa bermusuhan, bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubahan siklus tidur, dan menurunnya koping mekanisme. Terjadinya perubahan perilaku tersebut merupakan dampak imobilisasi karena selama proses imobilisasi seseorang akan mengalami perubahan peran, konsep diri, kecemasan dan lain-lain. Beberapa pasien mengalami kemunduran dalam memecahkan masalah yang dihadapi dan sering kali mengekspresikan emosi dalam berbagai cara misalnya menarik diri, apatis atau agresif. Pada keadaan lebih lanjut pasien mengalami perubahan konsep diri.

E. UPAYA PENCEGAHAN AKIBAT IMOBILISASI


Beberapa upaya dapat dilakukan pengasuh pasien untuk mencegah timbulnya penyakit akibat imobilisasi. Bila memungkinkan berkonsultasilah selalu dengan dokter atau perawat. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh pengasuh, sebagai berikut: 1. Infeksi saluran kemih Pada keadaan tersebut pasien harus dimotivasi untuk minum cukup banyak cairan.

2. Sembelit Mengkonsumsi makanan tinggi serat seperti sayur dan buah, serta minum cukup dapat membantu mencegah atau paling tidak mengurangi timbulnya masalah sembelit akibat imobilisasi. 3. Infeksi paru

Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 9

Perubahan posisi dan tepuk-tepuk dada atau punggung secara teratur dapat membantu memindahkan sputum tersebut sehingga mudah dikeluarkan. 4. Masalah sirkulasi atau aliran darah Diperlukan fisioterapi dan mungkin kaos kaki khusus. 5. Luka tekan Untuk mencegah terjadinya luka tekan ini pasien yang mengalami imobilisasi harus diubah-ubah posisinya ( miing kanan-kiri ) sekitar setiap jam.

F. PENGATURAN POSISI PADA IMOBILISASI


Pada kasus imobilisasi ada beberapa posisi yang biasa dilakukan untuk membantu pasien, yaitu 1. Posisi Fowler Posisi Flower adalah posisi duduk atau setengah duduk ( semifowler ), di mana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.

Masalah umum yang terjadi pada klien dengan posisi Fowler: Meningkatnya fleksi servikal karena bantal di kepala tebal dan kepala terdorong ke depan. Ekstensi lutut memungkinkan klien meluncur ke bagian kaki tempat tidur. Tekanan lutut bagian posterior, menurunkan sirkulasi ke kaki. Rotasi luar pada piggul. Lengan menggantung di sisi klien tanpa disokong. Kaki yang ttidak tersokong. Titik penekanan di sacrum di tumit yang tidak terlindungi
Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 10

Cara pelaksanaan: Jelaskan produser yang akan dilakukan. Dudukkan pasien. Berikan sandaran/bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk posisi semifowler ( 30-450 ) dan untuk fowler ( 900 ). Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk. Tujuan: Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi. Meningkatkan rasa nyaman. Meningkatkan dorongan pada diagfragma sehingga meningkatnya ekspansi dad dan ventilasi paru. Menggurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap. 2. Posisi Sims Posisi miring ke kanan atau ke kiri. Dilakukan untuk member kenyamanan dan untuk mempermudah tindakan pemeriksaan rectum atau pemberian huknah atau obat-obatan lain melalui anus (suposutoria).

Masalah umum pada posisi Sims adalah sebagai berikut: Fleksi lateral pada leher Rotasi dalam, adduksi, atau kurang sokongan di bahu dan pinggul Kurang sokongan di kaki Kurang perlindungan dari titik penekanan di tulang ilium, humerus, klavikula, lutut dan pergelangan kaki. Cara Pelaksanaan
Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 11

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien. Pasien dalam keadaan sadar berbaring, kemudian ke kiri dengan posisi bdan setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada. Tangan kiri di atas kepala atau di belakang punggung dan tanggan kanan di atas tempat tidur. Bila pasien miring kekanan dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahkan ke dada. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri di atas tempat tidur.

Tujuan: Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi Menguranggi penekanan pada tulang sacrum dan trochanter mayot otot pinggang. Memasukan obat supositoria Mencegah dekubitus. 3. Posisi Trendelenburg Posisi pada pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki. Dilakukan untuk melancarkan peradaran darah ke otak, dan pada pasien shock dan pada pasien yang dipasang skintraksi pada kakinya.

Cara Pelaksanaan: Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien Pasien dalam keadaan terbaring terlentang, letakkan bantal di antara kepala dan ujung tempat tidur pasien dan berikan bantal dibawah lipatan lutut

Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 12

Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien. Tujuan: Supaya darah lebih banyak mengalir ke daerah kepala Memudahkan operasi di daerah perut. 4. Posisi Dorsal Rucumbent Posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau diranggangkan) diatas tempat tidur. Dilakukan untuk merawat dan memeriksa genitalia serta proses persalinan.

Cara Pelaksanaan: Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah dibuka Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat tidur, dan renggangkan kedua kaki. Pasang selimut. Tujuan: Meningkatkan kenyamanan pasien terutama dengan ketagangan punggung belakang. 5. Posisi Lithotomic Posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan dan memasang alat kontrasepsi.

Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 13

Cara Pelaksanaan: Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, kemudian angkat kedua pahanya dan tarik kea rah perut Tungkai membentuk sudut 900 terhadap paha Letakkan bagian lutut/kaki pada tenpat tidur khusus untuk posisi lithotomic Pasang selimut.

Tujuan: Memudahkan pemeriksaan daerah rongga panggul, missal vagina taucher, pemeriksaan rectum, dan sistoscopy. Memudahkan pelaksanaan proses persalinan, operasi ambeien, pemasangan alat

intra uterine device (IUD), dan lain-lain.


6. Posisi Genu Pectoral Posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian atas tempat tidur. Dilakukan untuk memeriksa daerak rectum dan sigmoid dan untuk membantu merubah letak kepala pada bayi yang sungsang.

Cara Pelaksanaan: Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.


Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 14

Anjurkan pasien untuk menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada kasur te mpat tidur. Pasang selimut pada pasien. Tujuan: Memudahkan pemeriksaan daerah rectum, sigmoid dan vagina.

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN


Imobilisasi merupakan keterbatasan fisik atau ketidakmampuan seseorang unttuk melaksanakan aktivitas sehari-hari yang disebabkan adanya gangguan fisik, penurunan fungsi fisik yang dikarenakan suatu proses penyakit atau sebagai proses terapi pasien. Imobilisasi terdapat 5 jenis serta beberapa tingkatan. Terdapat 2 dampak dari imobilisasi yaitu dampak psikologis ( penurunan motivasi, kemunduran kemampuan pengetahuan dalam memecahkan masalah, perubahan konsep diri, kesesuaian antara emosi dan situasi) dan dampak fisik (perubahan pada metabolism tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan dalam kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan system pernapasan, perubahan kardiovaskular, perubahan system musculoskeletal,
Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 15

perubahan kulit, perubahan eliminasi ( buang air besar dan kecil ), vertigo ( pusing tujuh keliling ), dan perubahan perilaku ). Pada immobilisasi juga terdapat beberapa posisi ( posisi Fowler, Posisi Sims, Posisi Trendelenburg, Posisi Dorsal Rucumbent, Posisi Genu Pectoral dan Posisi Lithotomic ) yang harus tepat pelaksanaannya, karena terdapat tujuan-tujuan tertentu di setiap posisi pasien.

B. SARAN
Pembaca dan terutama Tim Penulis dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang Imobilisasi, baik itu jenisnya, tingkatannya, dampaknya serta posisi pada pasien beserta semua prinsipnya agar dapat mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan dan memenuhi keterampilan keperawatan dasar.

Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 16

Anda mungkin juga menyukai