Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIKUM X

Topik : Menentukan Pola Penyebaran Spesies


Tujuan : Untuk menentukan pola distribusi suatu spesies.
Hari / Tanggal : 1-4 Maret 2007
Tempat : Daerah pantai Batakan
I. ALAT DAN BAHAN
Alat : 1. Meteran rol
2. Patok
3. Kertas koran
4. Etiket gantung
5. Sasak Herbarium
6. Kantung plastik
II. CARA KERJA
1. Menentukan area stand secara subyektif, yaitu pada vegetasi herba yang cukup
homogen.
2. Membuat area kajian seluas 100 x 100 m, dan menentukan sisi-sisi yang menjadi
sumbu X dan Y.
3. Mengambil plot sebanyak 100 buat plot ukuran 1 x 1 m
2
secara acak (sistem
undian) pada stand kajian tersebut.
4. Memperhitungkan kerapatan individu untuk setiap spesies dimulai dari 0, 1, 2, 3,
4, dan 5 individu. Bila jumlah individu suatu spesies dalam satu plot lebih dari 5
individu maka dianggap 5 individu.
5. Menyusun data yang didapat, untuk mengetahui apakah tumbuhan terdistribusi
secara acak atau non acak dengan menggunakan analisis poison dengan rumus:
X
2
=
80
(Pengamatan Harapan)
2
Harapan
Pada taraf signifikansi tertentu apabila X
2
hitung lebih besar dari X
2
tabel
maka spesies tumbuhan tersebut pola distribusinya adalah secara tidak acak,
dan sebaliknya bila X
2
hitung < X
2
tabel maka pola distribusinya adalah
secara acak.
6. Untuk mengetahui yang tersebar secara tidak acak tersebut apakah mengelompok
atau reguler, dilakukan perhitungan perbandingan varian : mean. Menurut
Blackman (1942) dalam Smith (1984), bila dari perhitungan rasio Varian : mean
hasilnya kurang dari 1, maka tumbuhan tersebut terdistribusi secara reguler, dan
sebaliknya bila hasilnya lebih dari 1, maka tumbuhan tersebut terdistribusi secara
mengelompok.
III. TEORI DASAR
Menurt Crawley (1986), bahwa lingkungan akan berubah dari suatu tempat ke
tempat yang lain. Bersamaan dengan itu terjadi pula perubahan vegetasi, baik
komposisi spesies penyusunnya maupun frekuensinya. Perbedaan kondisi lingkungan
tersebut dapat juga akan mempengaruhi pola distribusi suatu spesies. Di samping itu,
pola penyebaran tersebut juga dipengaruhi oleh cara dispersal dari spesies tumbuhan.
Pola distribusi spesies di alam secara garis besar dibedakan atas 3 pola, yaitu
pola acak, pola mengelompok dan teratur atau reguler.
1) Pola penyebaran secara acak
Pola ini menggambarkan penyebaran tumbuhan secara sembarang atau acak,
artinya setiap spesies tidak mempunyai arah dan posisi terhadap lokasi tertentu,
serta spesies yang sama.
2) Pola mengelompok
Pola ini terjadi dalam satu area yang cukup sempit di permukaan bumi oleh
beberapa spesies. Artinya dalam suatu wilayah tertentu, hadirnya suatu spesies
akan diikuti oleh spesies yang sama.
Barbour et al (2987) menyatakan bahwa ada dua alasan yang menyebabkan
timbulnya pola distribusi tumbuhan mengelompok yaitu : Pertama, apabila suatu
81
tumbuhan perkembangbiakannya dengan menggunakan biji atau buah yang ada
kecenderungan untuk jatuh di dekat induknya, dan bagi tumbuhan yang
berkembangbiak secara vegetatif melalui umbi, rhizoma yang tentunya individu
baru akan berada di sekitar induknya. Kedua, adalah berhubungan dengan
lingkungan mikro, di mana habitat yang homogen pada lingkungan makro terdiri
atas beberapa mikrositus yang berbeda yang memungkinkan tumbuhan tersebut
dapat tumbuh pada lingkungan yang sesuai. Pada mikrositus yang paling sesuai
kerapatan populasi spesies akan menjadi lebih tinggi.
3) Pola teratur
Pola distribusi tumbuhan secara teratur jarang terjadi di alam. Pola distribusi
secara teratur artinya jarak antara satu individu dengan individu lain pada spesies
yang sama dalam satu wilayah adalah sama atau hampir sama. Keadaan seperti ini
hanya terjadi pada ekosistem buatan, seperti persawahan dan perkebunan.
Untuk mengetahui pola penyebaran dapat digunakan metode acak ataupun
stratified random. Pengacakan dilakukan untuk memperoleh plot-plot pengamatan.
Cara pengacakan plot dilakukan dengan pencabutan nomor-nomor (undian) acakan
yang dibuat untuk sumbu x dan y, kemudian ditarik garis lurus pada kedua sumbu
tersebut sehingga didapat titik tertentu. Pengamatan yang dilakukan berdasarkan
densitas dari tiap-tiap spesies dpaat digunakan metode B B.
82
IV. HASIL PENGAMATAN
a. Perhitungan pola distribusi Fimbristylis sp
X 0 1 2 3 4 5

0 10 1 0 1 0 88 100
0.X 0 1 0 3 0 440 444
0.X
2
0 1 0 9 0 2200 2210
N
X
Means
0
=
100
444
= 4.44
Perhitungan Harapan :
Rumus
( ) 100 .
!
.
1
]
1


x
M
e H
x
m
H
1
= (2,718
-4.44
)
100 .
! 0
44 . 4
0

,
_

=
1 . 1 100
1
1 1 01 . 0

x

H
2
= (2,718
-4.44
)

,
_

100 .
! 1
44 . 4
0

884 . 4 100
1
44 . 4 011 . 0

x
H
3
= (2,718
-4.44
)

,
_

100 .
! 2
44 . 4
0

843 . 10 100
2
714 . 19 011 . 0

x
H
4
= = (2,718
-4.44
)

,
_

100 .
! 3
44 . 4
3

047 . 16 100
6
528 . 87 011 . 0

x
H
5
= = (2,718
-4.44
)

,
_

100 .
! 4
44 . 4
4

812 . 17 100
24
626 . 388 011 . 0

x
H
5
= = (2,718
-4.44
)

,
_

100 .
5
44 . 4
5

817 . 15 100
5
49 . 1725 011 . 0

x
Perhitungan X
2
hitung :
Rumus : X
2
=
H
H O
2
) (
83
X
1
2
= 018 . 2
827 . 16
) 827 . 16 11 (
2


X
2
2
= 109 . 14
047 . 16
) 047 . 16 1 (
2


X
3
2
= 812 . 17
812 . 17
) 812 . 17 0 (
2


X
4
2
= 417 . 329
817 . 15
) 817 . 15 88 (
2

NO X O H X
2
hitung X
2
tabel
1 0 10 1.1
2.018
9,488
2 1 1 4.884
3 2 0 10.843
4 3 1 16.047 14.109
5 4 0 17.812 17.812
6 5 88 15.817 329.417
Jumlah 100 363.356
Kesimpulan :
X
2
hit > X
2
tabel maka spesies tumbuhan Fimbristylis sp pola distribusinys secara
tidak acak
Analisa Blackman
Rumus varian : v =
1
) . 0 (
) . 0 (
2
2


N
N
X
X
V=
99
100
) 444 (
2210
2

= 2.410
Perbandingan varian dengan mean :
543 . 0
44 . 4
410 . 2

M
v
Kesimpulan :
Varian : Mean hasilnya <1 maka tumbuhan terdistribusi secara reguler
b. Perhitungan pola distribusi Erigerons sp
X 0 1 2 3 4 5

0 16 5 4 3 2 70 100
0.X 0 5 8 9 8 350 380
0.X
2
0 5 1
2
2
7
32 1750 1799
N
X
Means
0
=
100
380
= 3.8
Perhitungan Harapan :
Rumus
( ) 100 .
!
.
1
]
1


x
M
e H
x
m
H
1
= (2,718
-3.8
)
100 .
! 0
8 . 3
0

,
_

=
2 . 2 100
1
1 022 . 0

x

H
2
= (2,718
-3.8
)
100 .
! 1
8 . 3
1

,
_

=
36 . 8 100
1
8 . 3 022 . 0

x

H
3
= (2,718
-3.8
)
100 .
! 2
8 . 3
2

,
_

=
884 . 15 100
2
44 . 14 022 . 0

x

H
4
= (2,718
-3.8
)
100 .
! 3
8 . 3
3

,
_

=
119 . 20 100
6
3 022 . 0

x

H
5
= (2,718
-3.8
)
100 .
! 4
8 . 3
4

,
_

=
114 . 19 100
24
514 . 208 022 . 0

x

H
6
= (2,718
-3.8
)
100 .
! 4
8 . 3
4

,
_

=
526 . 14 100
120
351 . 792 022 . 0

x
Perhitungan X
2
hitung :Rumus : X
2
=
H
H O
2
) (
X
1
2
= 321 . 10
56 . 10
) 56 . 10 21 (
2


X
2
2
= 891 . 8
884 . 15
) 884 . 15 4 (
2


X
3
2
= 566 . 14
119 . 20
) 119 . 20 3 (
2


X
4
2
= 323 . 15
114 . 19
) 114 . 19 2 (
2

X
5
2
= 852 . 211
526 . 14
) 526 . 14 70 (
2

NO X O H X
2
hitung X
2
tabel
1 0 16 2.2
10.321
9,488
2 1 5 8.36
3 2 4 15.884 8.819
4 3 3 20.119 14.566
5 4 2 19.114 15.323
6 5 70 14.526 211.852
Jumlah 100 260.953
Kesimpulan :
X
2
hit > X
2
tabel maka spesies tumbuhan Erigeron sp pola distribusinys secara tidak
acak
Analisa Blackman
Rumus varian : v =
1
) . 0 (
) . 0 (
2
2


N
N
X
X
V=
99
100
) 380 (
1799
2

= 3.586
Perbandingan varian dengan mean :
943 . 0
8 . 3
586 . 3

M
v
Kesimpulan :
Varian : Mean hasilnya <1 maka tumbuhan terdistribusi secara reguler
c. Perhitungan pola distribusi Borreria alata
X 0 1 2 3 4 5

0 33 1 7 5 1 53 100
0.X 0 1 1
4
1
5
4 265 299
0.X
2
0 1 8 4
5
16 1325 1395
N
X
Means
0
=
100
299
= 2.99
Perhitungan Harapan :
Rumus
( ) 100 .
!
.
1
]
1


x
M
e H
x
m
H
1
= (2,718
-2.99
)
100 .
! 0
99 . 2
0

,
_

=
5 100
1
1 050 . 0

x

H
2
= (2,718
-2.99
)
100 .
! 1
99 . 2
1

,
_

=
95 . 14 100
1
99 . 2 050 . 0

x

H
3
= (2,718
-2.99
)
100 .
! 2
99 . 2
2

,
_

=
35 . 22 100
2
940 . 8 050 . 0

x

H
4
= (2,718
-2.99
)
100 .
! 3
99 . 2
3

,
_

=
276 . 22 100
6
731 . 26 050 . 0

x

H
5
= (2,718
-2.99
)
100 .
! 4
99 . 2
4

,
_

=
651 . 16 100
24
925 . 79 050 . 0

x
H
6
= (2,718
-2.99
)
100 .
! 5
99 . 2
5

,
_

=
957 . 9 100
120
977 . 238 050 . 0

x

Perhitungan X
2
hitung :Rumus :
X
2
=
H
H O
2
) (
X
1
2
= 895 . 91
95 . 19
) 95 . 19 34 (
2


X
2
2
= 542 . 10
35 . 22
) 35 . 22 7 (
2


X
3
2
= 398 . 13
276 . 22
) 276 . 22 5 (
2


X
4
2
= 199 . 28
608 . 26
) 608 . 26 54 (
2


NO X O H X
2
hitung X
2
tabel
1 0 33 5
9.895
9,488
2 1 1 14.95
3 2 7 22.35 10.542
4 3 5 22.276 13.398
5 4 1 16.651
28.199
6 5 53 9.957
Jumlah 100 260.953
Kesimpulan :
X
2
hit > X
2
tabel maka spesies tumbuhan Borreria alata pola distribusinys secara
tidak acak
Analisa Blackman
Rumus varian : v =
1
) . 0 (
) . 0 (
2
2


N
N
X
X
V=
99
100
) 299 (
1395
2

= 5.060
Perbandingan varian dengan mean :
692 . 1
99 . 2
060 . 5

M
v
Kesimpulan :
Varian : Mean hasilnya <1 maka tumbuhan terdistribusi secara mengelompok
d. Perhitungan pola distribusi Mitracarpus vilosus
X 0 1 2 3 4 5

0 34 2 5 3 6 50 100
0.X 0 2 1
0
9 24 250 295
0.X
2
0 2 2
0
2
7
96 1250 1395
N
X
Means
0
=
100
295
= 2.95
Perhitungan Harapan :
Rumus
( ) 100 .
!
.
1
]
1


x
M
e H
x
m
H
1
= (2,718
-2.95
)
100 .
! 0
95 . 2
0

,
_

=
2 . 5 100
1
1 052 . 0

x

H
2
= (2,718
-2.95
)
100 .
! 1
95 . 2
1

,
_

=
34 . 15 100
1
95 . 2 052 . 0

x

H
3
= (2,718
-2.95
)
100 .
! 2
95 . 2
2

,
_

=
626 . 22 100
2
7025 . 8 052 . 0

x

H
4
= (2,718
-2.95
)
100 .
! 3
95 . 2
3

,
_

=
249 . 22 100
6
672 . 25 052 . 0

x

H
5
= (2,718
-2.95
)
100 .
! 4
95 . 2
4

,
_

=
408 . 16 100
24
733 . 75 052 . 0

x

H
6
= (2,718
-2.95
)
100 .
! 5
95 . 2
5

,
_

=
681 . 9 100
120
413 . 223 052 . 0

x

Perhitungan X
2
hitung :Rumus :
X
2
=
H
H O
2
) (
X
1
2
= 096 . 27
54 . 20
) 54 . 20 36 (
2


X
2
2
= 731 . 13
626 . 22
) 626 . 22 5 (
2


X
3
2
= 654 . 16
249 . 22
) 249 . 22 3 (
2


X
4
2
= 293 . 34
089 . 26
) 089 . 26 56 (
2

NO X O H X
2
hitung X
2
tabel
1 0 34 5.2
27.096
9,488
2 1 2 15.34
3 2 5 22.626 13.731
4 3 3 22.249 16.654
5 4 6 16.408
34.293
6 5 50 9.681
Jumlah 100 91.774
Kesimpulan :
X
2
hit > X
2
tabel maka spesies tumbuhan Mitracarpus vilosus pola distribusinys
secara tidak acak
Analisa Blackman
Rumus varian : v =
1
) . 0 (
) . 0 (
2
2


N
N
X
X
V=
99
100
) 295 (
1395
2

= 5.301
Perbandingan varian dengan mean :
797 . 1
95 . 2
301 . 5

M
v
Kesimpulan :
Varian : Mean hasilnya >1 maka tumbuhan terdistribusi secara mengelompok
V. ANALISA DATA
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan perbandingan varian :
mean maka diketahui pada Fimbristylis sp dan Erigeron sp bahwa terdistribusi
90
secara reguler. pada tumbuhan Borreria alata dan Mitracarpus vilosus
terdistribusi secara mengelompok. Fimbristylis sp memiliki nilai varians terendah
yaitu 0.543 sedangkan nilai varian yang tertinggi Mitracarpus vilosus dengan nilai
varian yaitu 1.797.
Mitracarpus vilosus memiliki nilai tertinggi disebabkan habitat yang
homogen pada lingkungan makro terdiri atas beberapa mikrositus yang berbeda
yang memungkinkan tumbuhan dapat tumbuh pada lingkungan yang sesuai
dimana pada mikrositus yang paling sesuai. Maka menyebabkan kerapatan
populasi spesies dalam hal ini Mitracarpus vilosus menjadi lebih tinggi
Sedangkan Fimbristylis sp memiliki nilai varians terendah disebabkan
karena lingkungan tempat hidupnya kurang ssuai shingga menyebabkan kerapatan
populasi spesies menjadi lebih rendah
VI. KESIMPULAN
1. Tumbuhan yang memiliki nilai varian terendah adalah Fimbristylis sp yaitu
0.543
2. Tumbuhan yang memiliki nilai varian tertinggi adalah Mitracarpus vilosus
yaitu 1.797.
3. Pola distribusi secara reguler disebabkan perhitungan rasio varian : mean
hasilnya kurang dari 1 sedangkan spesies yang terdistribusi secara
menglompok disebabkan perhitungan rasio varian : mean hasilnya lbih dari
satu
91

Anda mungkin juga menyukai