Adeg-adeg adalah tanda yang dipakai untuk mematikan bunyi vokal /a/ atau // pada suatu aksara
wianjana (huruf konsonan) dalam sistem penulisan dengan menggunakan aksara Bali. Hal ini disebabkan karena semua huruf konsonan dalam aksara Bali diikuti dengan bunyi /a/ atau //. Tanda adeg-adeg hanya boleh ditulis pada akhir kalimat, atau tepat sebelum tanda carik. Sebagai pengecualian, tanda adeg-adeg boleh ditulis di tengah kata/kalimat untuk menghindari gantungan aksara yang bertumpuk tiga. Fungsi adegadeg sama seperti fungsi tanda wirama dalam aksara Dewanagari.
Penggunaan Adeg-Adeg
Dalam aksara Bali, huruf konsonan tidak ditulis seperti dalam huruf Latin atau Yunani, tetapi seperti dalam aksara Dewanagari. Selama huruf konsonan tersebut tidak dibubuhi oleh tanda vokal, maka huruf tersebut dibaca dengan bunyi // atau /a/. Untuk membuat suatu kata, cukup dengan merangkai huruf yang ada.
Aksara Bali Ejaan dengan huruf Latin
ma - na - ka
ba - pa ka
Untuk menghilangkan bunyi vokal /a/ pada huruf terakhir pada dua kata di atas, maka digunakanlah tanda adeg-adeg pada akhir kata, sebab vokal /a/ yang akan dihilangkan terletak di akhir kata.
Aksara Bali
ma - na k
ba - pa k
Adeg-adeg tidak boleh dipakai di tengah kata/tengah kalimat, karena masih ada aksara swara maupun wianjana yang mengikutinya. Aksara yang boleh dilekati tanda adeg-adeg harus terletak di akhir kata/akhir kalimat/sebelum tanda carik. Sebagai pengganti adeg-adeg, maka digunakanlah gantungan aksara. Fungsi gantungan sama seperti adeg-adeg, yaitu mematikan bunyi vokal /a/ pada aksara yang dilekatinya. Setiap huruf memiliki gantungannya sendiri, sebagian lagi tidak memilikinya.
Cecek merupakan huruf Nga yang sudah dimatikan bunyi vokal /a/-nya. Cecek Lambang cecek mewakili bunyi // ("ng").
Bisah merupakan huruf Ha yang sudah dimatikan bunyi vokal /a/-nya. Lambang Bisah bisah mewakili bunyi /h/.
Surang merupakan huruf Ra yang sudah dimatikan bunyi vokal /a/-nya. Surang Lambang surang mewakili bunyi /r/.
Maka dari itu, huruf Nga tidak perlu dilekati oleh adeg-adeg supaya dibaca //, sebab tanda cecek sudah mewakili huruf Ng. Demikian pula huruf Ha dan Ra, keduanya tidak perlu dilekati oleh adeg-adeg supaya dibaca /h/ dan /r/, sebab sudah diwakili oleh tanda bisah (untuk /h/) dan surang (untuk /r/). Namun, cecek dan bisah hanya boleh dipakai di akhir kata, sama seperti adeg-adeg. Selain itu, ada aturan khusus mengenai penggunaan cecek. Misalnya, cecek boleh dipakai di tengah kata dengan syarat untuk menghindari tumpukan gantungan (tumpuk telu) Adeg-adeg digunakan pada akhir kata, pada akhir bagian kalimat dan pada akhir kalimat, bila suku kata pada tempat-tempat tersebut, suku tertutup (matengenan). Bila suku tertutup itu terletak di tengah atau awal kata, di tengah atau awal bagian kalimat atau kalimat, maka fungsi adeg-adeg diganti oleh gantungan atau gempelan. Contohnya :
= adan = danta = padanda
Adin tiange numbas bantal di peken Adeg-adeg digunakan juga pada singkatan kategori ranah modem, menggunakan pasang jajar palas. Contohnya :
Refrensi : http://id.wikipedia.org/wiki/Adeg-adeg_%28Aksara_Bali%29