Anda di halaman 1dari 16

KAIDAH VOKAL DAN HARAKAT SERTA

KONSONAN ARAB-MELAYU

Nama: Rattia Puteri Aslam


Nim: 21026066
Prodi: Informasi Perpustakaan dan Kearsipan
Kelas/Seksi: Kodekologi Arab Melayu/202120260008

Semester II/2022
A. Identitas Mata Kuliah

Mata Kuliah : Kodekologi Arab Melayu


Bobot/SKS : 2
Kode : PII1.62.1013
Bahan Kajian : Karakter naskah/teks Arab-Melayu:
Pertemuan ke- : 12
Program Studi : Perpustakaan dan Ilmu Informasi
Fakultas : Bahasa dan Seni
Dosen Pengampu : Dr. Nurizzati, M.Hum
B. Materi

Kaidah vokal dan harakat serta konsonan dalam naskah


Arab-Melayu:

1. Vokal dan harakat


2. Konsonan Arab-Melayu
C. Resume
A. Vokal dan Harakat (Tanda Bunyi)
1. Meskipun jarang dipakai oleh orang Melayu, namun perlu juga kiranya mengenal vokal dan tanda harakat; bukan saja karena
sekali-sekali terdapat dalamnaskah Melayu, melainkan juga karena pemakaian bebcrapa konsonan erat hubungannya dengan
pemakaianvokal.
2. Vokal dan harakat yang dalam bahasa Melayu biasa disebut ‫ضْجبت‬sendjata, atau ‫رثص‬baris, adalah yang berikut : Berpikir kritis
dalam mengkaji dan mengidentifikasi kaidah vokal dan harakat serta konsonan dalam naskah Arab-Melayu
3. ‫فتخ‬Fatha (*) oleh orang Melayu disebut ‫ثبرش داتص‬baris di atas. Tanda ini diletakkandi atas konsonan dan dengan demikian
konsonan mendapat bunyi a-. atau é -. pendek; misalnya ‫فد‬pada, ‫ثطر‬besar. Tanda ini diperpanjang dengan jalan menambahkan
tandalain ‫ا‬di belakang konsonan tersebut; misalnya ‫ٍبت‬mata (lihat Bab IV): bila tanda ini menekankanbunyi é, tentu saja tidak
dapat diperpanjang. Bila suatu kata ' mulai dengan bunyi a atauěpendek, maka Fatha diiring, oleh sebuah tanda , ‫ا‬misalnya ‫اٍفت‬
empat atau ampat. Berbagai perubahan bunyi a tidak dapat ditunjukkan dengan tanda ini. Agar dapat menunjukkanucapan bunyi
é- pernah diusulkan agar ditambahkan huruf ًkecil (mimimâlah) atau(angkaimalän) lihat paragraph 11; hal yang terakhir ini
telah diterima oleh Tuan von de Wall dalamkamusnya. Hal yang sama dapat dicatat mengenai tanda-tanda yang dibahas
dalampasal-pasal 5 dan 6
4. ‫ ٍد‬.4Madda ( - ). Tanda ini sebenarnya adalah ‫ا‬datar, dalam bahasa Melayuhanyabertugas menyatakan bunyi a panjang pada
awal kata dan terletak di atas tanda ‫ا‬Yangditandainya; misalnya '‫ّق ا‬anaq' . Tanda Madda dengan demikian sebenarnya
menggantikanFatha dengan alif pemanjang ( 17 ); sebab itu Fatha juga digantikan oleh aliſ pemanjangini, bilamana karena
suatu perubahan tatabahasa bunyi a panjang tidak lagi terdapat padaawai kata, melainkan di tengah kata; misalnya ‫مبتص‬ke-
atas, dari ‫تص ا‬atas Mengamuk, ٌ‫اٍقڠ‬mengamoq, dari ‫اٍق‬amoq.
5. ‫مطرح‬kesrah (-) oleh orang Melayu disebut ٓٗ‫ثبرش دثب‬baris di bawah. Tandaitudiletakkan di bawah. Tanda itu diletakkan di
bawah konsonan dan member konsonanbunyii-, e- atau e; misalnya ‫د‬di ‫ضٔ ک‬kasih. ‫ثْتخ‬benteng. Tanda Kesrah
diperperpanjang denganjalanmeletakkan huruf ‫ي‬di belakang konsonan yang ditandainya; misalnya ‫ ُِ ثی‬Bini ‫ّرٌجت‬beri.
Bilasuatu kata mulai dengan ulai dengan bunyi i, è atau é pendek, maka Kesrah diiringi olehsebuah ‫إ‬misalnya ‫إّجق‬indjaq
(injak); jika suatu kata mulai dengan bunyi i atau é panjangmaka Kesrah tersebut ditulis juga tetapi diperpanjang oleh huruf
‫ي‬misalnya ‫ ِإي‬ini.
6. ًDlamma (,), oleh orang Melayu disebut ‫ ِثرضدٕداّق‬baris di hadapan ataubarisdi depan I'. Tanda itu diletakkan di atas
konsonan dan memberi konsonan itu bunyi oatauoependek misalnya ‫ثجْد‬bonda, ‫ثرغکع‬Rangkoeng. Tanda Dlamma
diperpanjang denganjalanmeletakkan tanda lain ٗdi atas konsonan yang ditandai, misalnya ٘‫ثرت ت‬toeroet. Bila suatukata
mulai dengan o atau oe pendek, maka Dlarnma diiringi oleh ‫أ‬misalnya ‫أٍجق‬oembag. ‫أّدر‬oendoer. Bila suatu kata mulai
dengan bunyi o atau oe panjang, maka tanda itu punditulis, tetapi diperpanjang oleh ٗMisalnya ‫أٗثجت‬obat, ‫أٗتص‬oetoes.
7. Dalam bahasa Arab ketiga tanda itu pada akhir kata seringkali terdapat secara rangkap; maka tanda (=) adalah an; (=)
adalalah in atau en:( ) ‫اا‬adalah oen atau on.
8. ‫َٕس‬Hamza () . ‫ء‬Tanda ini ditaruh dekat tanda ‫ا‬yang secara mandiri sama sekali tidakberbunyi, bila tugasnya adalah
mengiringi salah satu vokal yang telah disebutkandi atas. Dalam hal itu tanda Hamza menyatakan peranan
penghembusan nafas, gerak dada, yangdiperlukan untuk dapat menghasilkan vokal tersebut. Hamza adalah pelemahan
Ain(lihat Bab IV), sebagaimana gambarnya tidak lain dari pada ‫ع‬terpotong. Hamza diletakkanantara ‫ا‬dan vokal yang
bersangkutan, jadi pada Fatha dan Dlamma, tempatnya di atas Alif, padaKesrah di bawah alif. Misalnhya ‫ثَقت آ‬empat,‫ثر‬
‫إٌل‬ejkoer ‫ثرغ أ‬ôrang. Kalau kata yang demikianmendapat awalan yang berakhiran vokal, maka tanda ‫ا‬dihilangkan dan
hanya tanda‫ء‬dipertahankan. Misalnya ‫ثقتٔ ََت‬kaempat, ‫ثکر شءپ‬sa-ejkoer, ‫شءٗرغ‬sa-ôrang ‫مجري‬koe-adjâri. Di belakang
awalan ‫د‬di hal ini tidak terjadi, kemungkinan karena awalan ‫د‬tidakditulisbergandengan dengan kata; misalnya ‫دأجبري‬
di-adjäri: Juga pada akhiran an dan i, secaramandiri seharusnya ditulis ُ‫أ‬dan ‫إي‬sebaliknya bila timbul di belakang
suatu katayangberakhiran vokal, tanda ‫ا‬selalu dihilangkan 2), misalnya ً‫ ِ ِٔث‬kamoelaan َِ ٌ‫ ٍَٔت ٍَج‬memoela-i. Tanda
Hamza dalam hal seperti itu selalu harus ditulis, juga seperti biasanya vokal-vokal dihilangkan. Namun jika kata yang
bersangkutan berakhir dengan ٗatau , ‫ي‬meskipunsecarakurang tepat kadang-kadang Hamza dihilangkan, sehingga
ditulislah َ ٘‫ُ ٔک‬dan sebagainya, yang menyebabkan adanya ucapan kalakoewan, kapoedjijan, dan sebagainya.
9. ً‫جس‬Djezma ("atau '), cleh orang Melayu disebut ً‫تْد ٍبت‬tanda mati. Tanda ini diletakdi atas uatu konsonan untuk
menunjukkan bahwa di belakang konsonan itu tidak ada bunyi vokal, atau dengan kata lain, konsonan itu menutup suku
katanya; misalnya : ٌ‫ ِ ّڤط‬sam-pan, . ِ‫َٕتْجقن‬
10. ٗ ‫ صو‬.Weçla ( ~ ). Tanda ini terdapat di atas ‫ا‬pada awal sebuah kata untukditangkaikan dengan kata yang mendahuluinya
dalam ucapan. Tanda ‫ا‬yang dalamhal ituselalu harus diikuti oleh sebuah konsonan tanpa vokal, kehilangan vocal
pasangannya, sedangkan vokal akhir dari kata yang mendahuluinya luluh dengannya, sehingga sukukataakhir dari kata
pertama dan suku kata awal dari kata kedua lutúh menjadi satu sukukata. Misalnyaٌ‫اة ة إة ُِ َّي‬ibnoe'lmelik dan bukan
‫َِّيٌ ا ة إّت‬ibnoe almelik. ‫ا‬Jadi tanda í sejaunitusesuai dengan tanda apostrof.
11. ‫ تشدٌد‬.Tasjdid. Tanda ini dalam ucapan menggandakan konsonan yang ditandai diatasnya dan sekaligus menutup kata yang
langsung mendahuluinya Fatha atau Dlamma' Yangmengikuti konsonan tersebut diletakkan di atas Tasjdid sedangkan
Kesrah mempertahankantempatnya di bawah huruf. Misalnya ‫ َثجطْت‬soen-nat. Tanda Tasjdid seharusnya juga ditulis diatas ٗ
dan , ‫ي‬bila mana dua huruf terakhir ini sekaligus menjadi konsonan dantandapertanjang, misalnya ‫ت ٗٗ ثت‬boe-wat, ً‫ڠت‬ti-
jang.
12. Akhirya kami tambahkan di sini ‫دٗ ع ا‬angka dua atau tanda pengganda, yaituhurufangka. Meskipun ini tidak
termasuk tanda-tanda bunyi, namun banyak timbul dalamnaskah-naskah Melayu pada akhir kata, dan
memperlihatkan bahwa kata ini harus diucapkanduakali;misalnya ‫ثبپق‬٢ banjaq-banjaq. Bila tanda ini diletakkan
di belakang kata yang dibentukdengan menggunakan awalan dan akhiran, maka hanya kata dasarya yang harus
diulangdalam ucapan, misalnya ‫ضٖبري‬٢sahari-hari (bukan sahari-sahari) dari kata ‫ٕبري‬hari; ٢‫ّتٍڬجر‬berganti-ganti
(bukan berganti-berganti) dari kata ganti; ٢ ‫ ِ ٌَت‬beli-beli-an (bukanbelian-belian) dari kata ‫ ٌَت‬beli. Bila dalam
suatu kata dua suku kata sebunyi saling berturutan, makadalam naskah-naskah yang tidak cermat penulisannya
kadang-kadang hanya ditemukansatusuku kata dan di belakangnya diletakkan angka doewa;
B. Konsonan Arab-Melayu
1. Termasuk di dalamnya semua huruf abjad yang disebut dalambab I; tanda-tandatersebut dinamakan dalam bahasa Arab ‫درٗف‬
hoeroef atau dalam bahasa Sanskerta‫اقطبر‬aqsara, dan mempunyai kekuatan atau nilai sebagai berikut.
2. Tanda ‫ا‬jangan dicampukan dengan vokal a, adalah huruf saksi, yang secara mandiri sama sekali tidak berbunyi, sebaliknya
bunyinya menurut vokal pasangannya atauyangdianggap pasangannya. Huruf alif memiliki dua kegunaan yaitu :
memperpanjangbunyi a(fathah), alif bervokal/berbaris (alif bebaris hanya muncul di awal kata).
3. Untuk memperpanjang bunyi a yang mendahuluinya atau untuk mendukungnya, hurufAlif jarang berfungsi di tempat lain
selain pada akhir suku kata. Kekuatan itu terdapat misalnya dalam tulisan ‫مبت‬kata dan sebagainya.
4. Alif berbaris hanya muncul pada awal kata: misal ‫آتص‬atau ‫اتص‬atas. Jika alif befungsi sebagai pengiring vokal pendek maka
gugurlah kedua tanda alif dan hamzah, ketika kataitumendapat awal yang huruf akhirnya bunyi nasal/bunyi idung, misalnya :
‫ٍِڠَڤ‬mengampun. Jika awalan berakhir pada vokal, hanya alif yang gugur, misalnya : ‫مئَڤت‬ka-empat. Jikaalif berfungsi
mengiringi bunyi a panjang (madda), maka alif itu menjadi dibelakang awalanyangberakhir pada bunyi nasal atau vokal,
tetapi bukan lagi sebagai alif berbaris melainkansebagai huruf pemanjang, misalnya : ٔ‫ٍڠبض‬mengasuh Jika alif tampil sebagai
pengiring kasrah/dhammah yang dipepanjang oleh huruf yadanhuruf waw, maka alif gugur namun ya dan waw tidak berubah,
misalnya : ٔ‫ٍڠ٘ث‬mengubahdari . ٔ‫اٗث‬Dibelakang awalan yang berakhir pada konsonan lain, maka alif denganvokal pasangannya
tetap, misalnya : ‫آّقجر‬beranaq dari ‫اّق‬anak, ‫ترآٍت‬teramat dari ‫اٍت‬amat.
5. Huruf b misalnya terdapat dalam ‫ثبرش‬baris ٔ‫ث٘ث‬boeboeh.
6. Huruf t misalnya terdapat dalam ‫ت٘تف‬toetoep; ‫تتنبه‬tatkla. Huruf yang terdapat dalamakhiran jenis wanita at pada kata-
kata Arab, diucapkan sebagai t bila diikuti olehatribut; misalnya cedeqat atau cedeqah; kabat atau kabah; kabatoe'llah.
OlehorangMelayu huruf ini disebut ta bersimpoel, dan sering dikacaukan dengan huruf biasa, yang mereka namakan ta
pandjang.
7. Huruf ‫ڽ‬dalam melayu diucapkan sebagai huruf s tajam, misalnya :‫ ِضْی‬itsnein.
8. Huruf ‫ج‬sepadan dengan dj misalnya : ‫ثبچ‬baca.
9. Huruf ‫چ‬sepadan dengan tj, lebih keras daripada huruf ; ‫ج‬misalnya ‫ثبچ‬ba-tja.
10. Huruf ‫ح‬menggambarkan sesuatu yang kuat, perbedaan ‫ح‬dengan ٓitu dilihat saat penulisan Latin, tanda khususnya (h
yang ada diberi titik di bawahnya).
11. Huruf ‫خ‬lebih tajam dari , ‫ح‬sepadan dengan k, misalnya : ٌٍ‫ َِ خ‬kemah.
12. Huruf ‫د‬misalnya : ‫داد‬dada.
13. Huruf ‫ذ‬diucapkan sebagai dtunggal, misalnya : ‫ذٌت‬dzip atau (serigala).
14. Huruf ‫ر‬misalnya : ‫رات‬rata.
15. Huruf ‫ز‬misalnya dalam kata ً‫رزق‬rezeki, kadang digunakan orang melayu sebagai ‫ج‬lunak atau pada akhir suku kata
sebagai s.
16. Huruf ‫ش‬misalnya : ‫ضطق‬sesaq.
17. Huruf ‫ظ‬terdapat misalnya dalam kata ‫شن٘ر‬sjoekoer, kadang orang melayuseringmenggunakanya sebagai pengganti ‫ش‬
18. Huruf ‫ص‬berbunyi sepeti ts, tetapi sering digunakan sebagai s, misalnya : ‫صجر‬sabar.
19. Huruf ‫ض‬digunakan orang melayu sebagai dl dan l, misalnya : ‫ضٍر‬ridla.
َ ِ sultan.
20. Huruf ‫ط‬adalah T keras, misalnya : ‫طص‬
21. Huruf ‫ظ‬digunakan orang melayu sebagai Z dan L, misalnya : ٌ‫ظبى‬zalim.
22. Huruf ‫ع‬dihilangkan karna tidak relevan dalam pengucapan, orang melayumenyamakannya dengan alif, misalnya : ‫ٍعْى‬
ma’na.
23. Huruf ‫غ‬digambarkan dengan tanda GH atau GR, misalnya : ”‫غبىت‬galib”(pemenang).
24. . Huruf ‫ڠ‬digunakan sebagai ng, misalnya : ‫ثبرڠ‬barang.
25. Huruf ‫ف‬misalnya : ‫فنر‬fakir, orang melayu sulit mengucapkan huruf ini, makamereka gantikan bunyinya dengan bunyi p
sehingga menjadi pakir.
26. Huruf ‫ڤ‬digunakan untuk p, misalnya : ‫ ِڤبڤ‬papan, sedangkan pendudukniasmengucapkan huruf ‫ڤ‬sebagai f.
27.
27. Huruf ‫ڤ‬dinyatakan dengan q, dalam melayu digunakan pada akhiran kata, bila vokal yang
mendahuluinya adalah fathah atau dhammah, misalnya : ‫ثبپق‬banyak. Bila vokal yangmendahuli
adalah kasrah maka yang dipakai bukan ‫ڤ‬tapi , ‫ك‬misalnya : ‫ ٍِبه‬malik.
28. Huruf kaf, misalnya : ‫مبت‬kata.
29. Huruf ‫ڬ‬dibaca sebagai G, misalnya : ً‫ڬبر‬garam.
30. Huruf (‫ه‬sepadan dengan l) terdapat antara lain dalam kata ‫ىو‬laloe; ‫ىً ڠ‬lelang'.
31. Huruf (ًsepadan dengan m) ditemukan dalam kata ‫ٍَْت‬meminta : ‫ٌََجر‬memberi.
32. Huruf (ُsepadan dengan n) antara lain dalam kata ً‫ّْت‬nanti; ٘‫تْت‬tentoe.
33. Huruf (.ٗsepadan dengan w); w.yang didahului oleh bunyi u pendek sekali yangdapat diperpanjang
dengan tambahan (‫ا‬alif). Bagaimanapun penggambarannya dengan tanda w cukup teliti. Misalnya
‫ٗ ج‬wadja 'baja'; , ‫ٍبٗر‬mawar.
34. Huruf ٓpada awal beberapa kata sama dengan [...] h, dan dalambeberapa katalainbisu, sehingga di situ tugasnya
hanya mengiringi vokal, jadi sifatnya sepadan denganAlif -Ham-za. Maka dalam hal ini sering dihilangkan saja,
bila di belakang. nya terdapat Alifsebagai huruf pemanjang Alif pemanjang itu lalu menjadi Alif berbaris dan
mengambil alihvokal yang ada pada huruf Ha .
35. Huruf ‫ي‬pada awal suku kata ( . . . . . . . ) adalah bu-nyi i, yang didahului bunyi I pendek, tetapi biasanya hanya di-
gambarkan dengan j. Misalnya ‫تخ‬jang: ‫دي‬da-ja; ًّnajik. Dalam pada itu ada vokal sebagai pasangannya, dan kata
kata tersebut di atas seharusnyaditulis ‫ ٌل‬, ‫ داي‬, ‫ٌخ‬Pada akhir suku kata huruf ‫ي‬kebanyakan kali bertugas
memperpanjangKesrah pendahulu. Dalam itu tidak ada pasangan vokal bersamanya dan huruf ‫ي‬bisajugaditulis
tanpa Djezma. Misalnya ‫ٌت ا‬atau ‫اٌت‬itoe.
36. Huruf ‫ة‬sama dengan nj; misalnya ‫تت‬nja-ta ;‫ثٍق‬banjaq ‫ٌ٘اة‬njawa-nja.
D. Penutup

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat saya ambil adalah Pada materi ini membahas tentang Vokal dan
harakat kemudian juga membahas tentang Konsonan Arab-Melayu, yang mana dalam pembahasannya vokal
dan harakat terbagi menjadi 12 cara yang mana vokal dan harakat yang menjelaskan tentang bagaimana tanda
bunyi dalam membaca naskah arab melayu.

Kemudian materi selanjutnya adalah Konsonan Arab-Melayu yang mana disini dijelaskan
dalam 36 cara, pada materi ini lebih dijelaskan tentang bagaimana membaca huruf Arab-Melayu atau
bagaimana menerjemahkannya kedalam bahasa latin. Sekian kesimpulan dari saya terimakasih.
2. Opini

Pada materi ini membahas tentang Vokal dan harakat dan Konsonan Arab-Melayu, seperti yang telah
dibaca bahwa dalam kurikulum pengajaran disekolah-sekolah secara nasional, aksara/ejaan daerah tidak dibelajarkan
lagi (Kurikulum 1975), maka dari itu ha ini menjadi hambatan dalam pelajaran filologi yang mana berasal dari
aksara/ejaan yang digunakan dalam naskah, sebab untuk hambatan ini hanya satu cara yang bisa digunakan untuk
mengatasinya, yaitu mempelajarinya (menguasainya).

Menurut saya sebaiknya pemerintah harus lebih mengerti bahwa pelajaran atau materi ini sangat
penting/dibutuhkan bagi generasi muda saat ini agar lebih mengenal pembelajaran bahasa (aksara). Apabila tidak
dilakukan pembelajaran terhadap aksara/ejaan daerah mengakibatkan warisan pemikiran masyarakat lama yang
dibutuhkan untuk pengembangan budaya sekarang tidak segera bisa tergali, hanya dengan mengenal dan memahami
karakter aksara/ejaan naskah misteri yang ada dalam teks, ide-ide yang disampaikan Di dalamnya akan terpecahkan.
Sekian
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai