Airway
Kasus: Stimulus verbalairway clear Lookdada kiri tertinggal, listensuara nafas agak kecil, feelsuara nafas lemah Warna kulit, mukosa, kukupucat. Karena pasien mengalami penurunan kesadaranintubasi endotrakea.
Breathing
Kasus: Look, listen, feel Frekuensi nafas cepat Inspeksi, palpasi, perkusi dada sebelah kiri hipersonor, auskultasi suara paru sebelah kiri hilang (raba juga trakea)tension pneumotoraks. Jangan berikan VTP, lakukan segera dekompresi needle thoracostomy (plester 3 sisi). Oksigen tetap diberikan karena pasien sesak dan terjadi gangguan perfusi. Pasang oksigen + pulse oxymetry. Karena pasien shock. SpO2 88%100%lanjutkan oksigen.
Circulation Pasien berada dalam keadaan shock hipovolemik kelas IV (> 2000 cc), resusitasi segera dengan guyuran ringer laktat 39C sebanyak 9 L (teori). Pada pasien trauma multipel, guyur 10-12 L RL. Target normovolemia. Persiapkan transfusi darah. Pasang kateter, NGT, dan alat monitor TIK. Monitor terus tensi. Goal: CPP 70 mmHg, MAP > 90 mmHg.
Disability: GCS = 8severe head injury, refleks cahaya kiri (-), pupil anisokorherniasi tentorialcuriga hematoma epidural., tidak ada tanda brain death, Dolls eye phemonenon (-). Exposure: Adanya blunt trauma pada kepala dan dada sebelah kiri. Secondary survey + lakukan segera pemeriksaan penunjang: CT-Scan, foto toraks, pemeriksaan darah lengkap + AGDA, cross match, pemeriksaan elektrolit darah.
Hb = 8 g%anemiaPRC atau whole blood dengan rumus Rule of 5. Leukosit asumsi SIRShati-hati MODS. pH 7,1;, PaCO2 60, BE -10asidosis respiratorik dan metabolik berat. PaO2 70hipoksemia ringan. Foto toraks: area lusen avaskular paru kiri, mediastinum terdorong ke sisi yang sehattension pneumotoraks kiri, fraktur iga > 3, perselubungan sinus kostofrenikus dan diafragma kiriflail chest, hematotoraks?. CT Scan: hematoma epidural dengan herniasi unkus.
PneumotoraksLakukan pemasangan WSD. Fraktur igaanalgetik. Atasi TIKmanitol 1 g/kgBB bolus intravena dihabiskan dalam waktu 15 menit. Bila PaCO2 tidak turun setelah resusitasihiperventilasi artifisial sampai PaCO2 35-40 mmHg untuk mencegah secondary brain injury. Kontrol terus oksigen dan cairan jangan sampai overloaded. Pasang kateter, NGT. Bisa berikan fenitoin untuk antikonvulsan. Pembedahan dilakukan pada golden hour: flail chestfiksasi interna, bila pneumotoraks makin memburuktorakotomi, herniasi > 5 mmkraniotomi.
PAO2
= 713 x FiO2 (PaCO2 astrup x 1,25) = 713 x 0,24 ( 60 x 1,25) = 171,12 75 = 96,12 PaO2 yang diinginkan pada usia 22 tahun dapat kita gunakan rumus : PaO2 = 109 0,43 (usia) + 4 = 109 0,43 (22) + 4 = 109 9,46 + 4 = 103,54 Setelah itu kita masukkan hasil yang kita dapat ke rumus no 4 : PaO2 astrup = PaO2 yang diinginkan PAO2(1) PAO2 yang baru 70 = 103,54 96,12 PAO2 yang baru
= 96,12 x 103,54 70 = 142,18 PAO2 = 713 x FiO2 (PaCO2 astrup x 1,25) 142,18 = 713 x FiO2 (60 x 1,25) FiO2 = 0,305
Prioritas!!!
Chest, abdominal, pelvis Head injury (The trauma manual: trauma and acute care surgery)
Damage Control Surgery
Stabilkan terlebih dahulu dan terus monitor selama operasi.
GOLDEN HOUR!!!
Life threatening
Limb threatening
Function threatening
AIS SCORE 1 2 3 4 5 6
1 Head, 2 Face, 3 Neck, 4 Thorax, 5 Abdomen, 6 Spine, 7 Upper Extremity, 8 Lower Extremity, 9 External and other. Abbreviated Injury Scale Progress in Characterising Anatomic Injury
Thoracic Vascular Lung Heart Chest Wall Diaphragm Spleen Liver Abdominal Vascular Kidney Ureter Bladder Urethra
Kepala dan leher Wajah Dada Abdomen Ekstremitas Eksternal Jumlah kuadrat dari tiga skor AIS terbesar (kecuali bila terdapat angka 6) Skor = 1-75
Faktanya hanya 10-15% pneumotoraks yang butuh torakotomi. Bila pasien telah stabil (risiko tinggi hematoma epidural + hematoma subgaleal, 1-2 jam setelah stabilisasirujuk untuk kraniotomi. Boleh dilakukan secara bersamaan bila keadaan gawat!!!