PENDAHULUAN
I. 1.
Latar Belakang
Di seluruh dunia, kanker serviks merupakan kanker terbanyak (setelah kanker
payudara) yang terjadi pada wanita, dan merupakan penyebab utama kematian pada
wanita penderita kanker di Negara-negara berkembang (termasuk Indonesia). Hampir
1,5jt juta kasus baru terjadi setiap tahunnya, dengan angka kematian lebih dari 50%.
Mayoritas kasus terjadi di Negara berkembang yang kekurangan akses untuk
melakukan skrening Pap Smear secara rutin.1, 2
Kanker serviks merupakan penyakit yang dapat dicegah, dan mempunyai
angka kesembuhan yang baik jika ditemukan dan diobati pada stadium dini.3
Histerektomi radikal dan radiasi merupakan terapi pilihan yang ekivalen
untuk kanker serviks stadium IB dan IIA, yang menghasilkan angka ketahanan hidup
5 tahun dan interval bebas penyakit yang sama. Dengan angka kesembuhan sebesar
75% - 80% (dapat mencapai 85% - 90% pada tumor yang berukuran kecil).4,5
Pilihan antara histerektomi radikal atau radiasi tergantung pada banyak faktor
termasuk ukuran tumor, usia pasien, ketersediaan fasilitas pelayanan, dan sumber
daya manusianya serta ada tidaknya kondisi komorbid lainnya.5
Dengan munculnya konsep peningkatan kualitas hidup dalam bedah onkologi,
beberapa penelitian terbaru mempertanyakan histerektomi radikal dalam penanganan
karsinoma serviks karena tingginya komplikasi post operatif jangka panjang yang
melibatkan sistem nervus otonom pelvis. Telah diketahui bahwa histerektomi radikal
seringkali menyebabkan disfungsi kandung kemih, gangguan mobilitas anorektal,
dan ketidakpuasan seksual pada pasien yang selamat dari kanker serviks, keluhan
tersebut muncul akibat trauma yang melibatkan cabang inervasi saraf simpatik dan
parasimpatetik pada organ pelvis.4,5
Preservasi saraf pertama kali dilakukan oleh Takashi Kobayashi di Jepang
dan ahli bedah Jepang lainnya selama 2 dekade terakhir. Baru baru ini, ahli bedah
ginekologi di Eropa mulai menggunakan dan memodifkasi teknik ini, dan hasilnya
sangat memuaskan. Referat ini akan membahas preservasi nervus hipogastrik dalam
histerektomi radikal.6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.
Histerektomi Radikal
II.1.1. Sejarah
Histerektomi radikal pertama kali dilakukan oleh Clark di rumah sakit Johns
Hopkins pada tahun 1895. Pada tahun 1898 Wertheim menambahkan tindakan
pengangkatan KGB pelvis dan parametrium,dan pada tahun 1905 beliau melaporkan
luaran 270 pasiennya dengan angka mortalitas sebesar 18% dan morbiditas sebesar
31%.7,8
Pada tahun 1901, Schauta melakukan histerektomi radikal pervaginam dan
melaporkan angka mortalitas operatif yang lebih rendah bila dibandingkan
histerektomi radikal perabdominam. Pada akhir abad ke-20 , radioterapi lebih dipilih
dalam penatalaksanaan kanker serviks stadium awal oleh karena tingginya angka
mortalitas dan morbiditas tindakan operasi.7
Tahun 1944, Meigs kembali mempopulerkan tindakan operasi dengan
mengembangkan modifikasi operasi Wertheim dengan mengangkat semua KGB
(operasi Wertheim-Clark + Taussig). Meigs melaporkan angka ketahanan hidup
sebesar 75% untuk pasien kanker serviks stadium I dan angka mortalitas 1% bila
prosedur ini dilakukan oleh ahli ginekologi yang terlatih. 7
II.1.2. Klasifikasi
Tahun 1974, Piver dkk. mengklasifikasikan lima tipe histerektomi yaitu :
a. Histerektomi ekstrafasial ( tipe I)
Ini merupakan simple histerektomi . Maksud dari histerektomi tipe ini adalah
untuk mengangkat semua jaringan serviks. Defleksi dan retraksi ureter kearah lateral
tanpa diseksi dari ureteral bed memungkinkan clamping jaringan paraservikal tanpa
melakukan diseksi kearah jaringan serviks itu sendiri. Tindakan ini sesuai untuk
kanker serviks stadium IA1.3,9
b. Histerektomi radikal yang dimodifikasi ( tipe II)
Histerektomi tipe ini diperkenalkan oleh Ernst Wertheim. Tujuannya adalah
untuk mengangkat jaringan paraservikal lebih banyak, namun tetap mempertahankan
aliran darah ke ureter sebelah distal dan kandung kemih. Ureter dibebaskan dari
posisi paraservikal, namun tidak di diseksi di luar ligamentum pubovesikal.
Ligamentum uterosakral direseksi pada pertengahan antara uterus dan pertemuannya
dengan sakrum. Pertengahan medial ligamentum kardinale dan sepertiga atas vagina
diangkat. Tindakan ini biasanya dilakukan pada kanker serviks stadium IA2.3,9
b. Eksplorasi
Setelah memasuki rongga peritoneum, semua organ (hepar, ginjal dan lien) di
palpasi secara sistematis, dan jika diduga ada penyebaran metastase dilakukan
pemeriksaan potong beku ( frozen section). Plika vesikouterina dan peritoneum di
kavum Douglas diperiksa apakah ada infiltrasi tumor.Tuba dan ovarium dinilai
apakah ada abnormalitas atau tidak. Jika ditemukan pembesaran KGB pelvis atau
paraaorta, maka harus diangkat dan dilakukan pemeriksaan potong beku untuk
membedakannya antara proses inflamasi atau proses malignansi.3, 10
c. Histerektomi Radikal
Dengan uterus yang dilakukan traksi dengan cara membuat jahitan angka 8
pada fundus atau memasang klem oschner dijepitkan pada sisi uterus dekat pangkal
tuba dengan ujung klem setinggi ostium, kita memasuki retroperitoneum melalui
ligamentum rotundum kiri dan kanan yang dilakukan pengikatan dan dipotong,
lembar depan ligament latum diincisi dari pedikel ligament rotundum ke plika vesika
uterine, lembar belakang ligament latum diincisi dari pedikel ligament rotundum
sejajar ligament infundibulopelvicum. Ureter diidentifikasi, dan rongga paravesikal
dan pararektal dibuka dengan diseksi secara tumpul dan tajam.3, 10
Rongga paravesikal dibatasi oleh :
1) Disebelah medial oleh arteri umbilikalis yang telah mengalami obliterasi.
2) Disebelah lateral oleh muskulus obturator internus.
3) Disebelah posterior oleh ligamentum kardinale.
4) Disebelah anterior oleh simfisis pubis.
Gambar 1.
Dikutip dari : Hacker N.F, Cervical Cancer, dalam : Practical Gynecologic Oncology, fourth edition,
Berek S.J, 2005, hal : 337-86.
10
11
12
k. Dapat dilakukan radiasi eksternal. Jika tidak ada KGB yang dicurigai, maka
dilakukan limfadenektomi pelvis seluruhnya. Dengan diseksi tajam menggunakan
gunting Metzenbaum, seluruh jaringan lemak dibebaskan dari pembuluh darah
mulai dari arteri iliaka komunis sampai ke sirkumferensia vena iliaka sebelah
distal. Selanjutnya dengan melakukan retraksi arteri iliaka eksterna dan vena
kearah medial kita memasuki fosa obturatorius. Semua jaringan lemak dan
kelenjar getah bening pada fosa obturatorius dideseksi. 3
l. Post ekstirpasi : Rongga peritoneum di irigasi menggunakan air hangat atau
saline. Peritoneum pelvis tidak ditutup, dan tidak dipasang drain kecuali ada
kekhawatiran hemostasis. Ketika rongga retroperitoneum dibiarkan terbuka dan
telah diberikan antibiotik profilaksis, pemasangan drain dapat meningkatkan
morbiditas febris, selulitis pelvis,dan ileus post operasi yang memanjang. Kateter
supra pubik dipasang di kandung kemih, dan dinding abdomen ditutup. 3
II.2
13
14
Gambar 3. Ilustrasi nervus otonom pelvis dari organ pelvis dan lokasi yang mungkin mengalami
trauma selama histerektomi radikal
dikutip dari Fujii S, Takakura K, Matsumura N, et al. Anatomic identification and functionaloutcomes
of the nerve sparing Okabayashi radical hysterectomy. Gynecol Oncol.2007;107:4e13
Gambar 4. Ilustrasi skematik nervus hipogastrikus dan hubungannya dengan organ pelvis; gambar
disebelah kiri menunjukkan tampilan intraoperatif pleksus hipogastrik dan nervus hipogastrik
dikutip dari Dursun, Polat, Ali Ayhan, and Esra Kuscu. "Nerve-sparing radical hysterectomy for
cervical carcinoma." Critical reviews in oncology/hematology 70.3 (2009): 195-205
Sehingga, beberapa peneliti fokus pada upaya preservasi nervus pelvis untuk
mencegah kerusakan saraf dan mencegah disfungsi organ panggul dan untuk
mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik pada pasien yang selamat dari kanker.
Telah dikemukakan dua pendekatan untuk menurunkan kerusakan saraf post operatif
pada pasien yang menjalani histerektomi radikal yaitu menurunkan keradikalan
REFERAT ONKO; SERVIN PANDU DJAGANATA
15
16
17
sementara saat HR ligamentum yang mengandung saraf otonom pelvis terbagi lebih
lateral, yang berhubungan dengan peningkatan risiko kerusakan saraf pelvis dan
disfungsi organ pelvis.18,19
Diseksi ligamentum uterosakral atau ligamentum cardinal menyebabkan
deenervasi parsial saraf otonom rectal. Sementara itu, saraf pudendal yang mensuplai
sfingter anal eksternal, mungkin rusak selama HR. 18,19
c. Disfungsi seksual
Vagina bagian atas, serviks, jaringan parametrial disekitarnya, dan terkadang
ovarium mungkin tereseksi selama HR. Telah diketahui bahwa wanita yang
menjalani HR mungkin mengalami masalah koital dan orgasme, dispareunia, dan
ketidakpuasan seksual karena penurunan ukuran vagina dan kerusakan saraf panggul.
HR tampaknya juga berhubungan dengan gangguan aliran darah selama hubungan
seksual. Hilangnya fungsi ovarium juga dapat menyebabkan penurunan fungsi
seksual. Wanita yang menjalani oophorektomi selama HR mungkin menunjukkan
hasil luaran psikososial yang negatif, seperti penurunan ketertarikan seksual dan
orgasme, disertai dengan gejala depresif dan gangguan terhadap tubuh. HR juga
menyebabkan penurunan lubrikasi, penurunan elastisitas, dan pembengkakan
genitalia selama stimulasi seksual. Kesimpulannya, kesehatan seksual wanita dengan
riwayat kanker serviks perlu lebih diperhatikan untuk meningkatkan kualitas hidup.20
18
19
inferior dibangun oleh serat saraf dari nervus sacral ke 2, 3 dan 4, melalui rute nervus
splanchnic pelvis dan bersatu dengan ekspansi nervus hipogastrik. Pleksus
uterovaginal mengirim serat saraf untuk berinervasi ke uterus dan kandung kemih.
Reseksi jaringan ekstensif, termasuk serat saraf, diperlukan selama prosedur
histerektomi radikal. 19,20
a. Pleksus hipogastrik superior (PHS)19,20
Pleksus mesentrik inferior berlawanan dengan arteri mesentrik inferior, yang
menerima serat simpatik dari batang simpatik paravertebral. Serat saraf ini
membentuk dua filament saraf, yang berjalan ke permukaan anterior aorta langsung
bersatu dan bergabung dengan bagian lain yang berlawanan ke birufikasi aorta
didepan promontorium untuk membentuk PHS. Kemudian membentuk filament
fibrofatty, retroperitoneal dan terletak dibawah birufikasi aorta di titik kontak dengan
promontorium. Struktur ini tunggal dan median.
b. Nervus hipogastrik (nervus presakral).19,20
Dibawah promontorium, PHS terbagi menjadi dua filament dengan luas
variabel (4 7 mm bergantung pada subjek yang disebut nervus presakral (atau
hipogastrik). 19,20
Pleksus ini berjalan lateral dan didepan sacrum, diluar foramen sacral
anterior. Berjalan kearah anterior inferior oblik dengan jalur konkaf ke arah dalam.
Terletak dibawah dan didalam pembuluh darah iliaka internal dalam lemak
retroperitoneal. Didalam, nervus hipogastrik kontak dengan sigmoid dan dengan
rectum. Kemudian menyatu dengan pleksus hipogastrik inferior pelvis.
20
Tiga sudut
Sudut superior yang menjadi sumber pleksus pelvis dan berjalan dari nervus
hipogastrik lateral.Sudut anterior inferior, yang terletak pada titik masuk
ureter ke lapisan posterior ligament luas. Ini adalah bagian atas PHI.
Sudut posterior inferior pada titik kontak dengan akar sacral keempat. 19,20,21
21
Gambar 5. Bagian posterior PHI dan aferen utamanya, nervus hipogastrik. Tanda menunjukkan akhir
dari sudut dorsal PHI.
Dikutip dari Mauroy, B., X. Demondion, B. Bizet, A. Claret, P. Mestdagh, and C. Hurt. "The female
inferior hypogastric (= pelvic) plexus: anatomical and radiological description of the plexus and its
afferencesapplications to pelvic surgery." Surgical and Radiologic Anatomy 29, no. 1 (2007): 55-66
II.2.4.
22
23
Gambar 6. Identifikasi nervus hipogastrik (N). A, pada pelvis kanan, ruang pararektal Okabayashi
diakses melalui jaringan longgar yang menghubungkan ureter, B. Ilustrasi identifikasi melalui
ruang para rektal okabayashi
Dikutip dari Fujii S, Takakura K, Matsumura N, et al. Anatomic identification and functional
outcomes of the nerve sparing Okabayashi radical hysterectomy. Gynecol Oncol.2007;107:4e13
24
klem small-tip dengan sudut ke kanan (gambar 6C). kemudian kompleks ligament di
klem dekat dengan perlekatan posteriornya (gambar 7). 20,21
Gambar 7. Reseksi parametrial posterior. A. Memisahkan deep uterine vein, dan mengidentifikasi
Nervus splanchnic B. Ilustrasi identifikasi nervus splanchnic diantara ruang okabayashi dan ruang
paravesikal.
Dikutip Fujii S, Takakura K, Matsumura N, et al. Anatomic identification and functionaloutcomes of
the nerve sparing Okabayashi radical hysterectomy. Gynecol Oncol.2007;107:4e13
25
parametrium yang telah direseksi dibebaskan dari jaringan disekitarnya dan dibawa
ke atas bagian medial ureter (gambar 8 C). 20,21
Gambar 8. Reseksi parametrial lateral. A, nervus hipogastrik inferior cabang bladder branch dapat
diidentifikasi setelah reseksi vena vesikal inferior. B, Ilustrasi hubungan antara vena vesikal inferior
dengan cabang bladder branch dari nervus hipogastrika inferior
Dikutip Fujii S, Takakura K, Matsumura N, et al. Anatomic identification and functionaloutcomes of
the nerve sparing Okabayashi radical hysterectomy. Gynecol Oncol.2007;107:4e13.
26
Gambar 9. Identifikasi nervus plane pelvis. Pemisahan nervus hipogastrika, nervus splanchnic dan
bladder branch, dengan dengan jelas menunjukan pleksus hipogastrika inferior dan cabangnya uterine
branch. Persimpangan persyarafan itu sering kali disebut the pelvic nerve plane ( Gambaran pesawat
pada persyarafan pelvis ) B. Ilustrasi dari pelvis nervus plane.
Dikutip Fujii S, Takakura K, Matsumura N, et al. Anatomic identification and functionaloutcomes of
the nerve sparing Okabayashi radical hysterectomy. Gynecol Oncol.2007;107:4e13
27
Gambar 10. Menjepit pembuluh darah paracolpium. Cabang bladder branch sudah terpisah dari
paracolpium, B. ilustrasi pemisahan cabang plexus hiogastrika inferior dengan paracolpium
Dikutip Fujii S, Takakura K, Matsumura N, et al. Anatomic identification and functionaloutcomes of
the nerve sparing Okabayashi radical hysterectomy. Gynecol Oncol.2007;107:4e13
28
II.2.5.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Levine A. D. et al. The Uterine Cervix : Handbook for Principles and Practices of
Gynecology Oncology. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia; USA 2010. p 121-
58.
2. Decherney H. A. et al. Cancer of the Cervix : Current Diagnose and Threatment
Obstetrics and Gynecology. 11th edition, McGrawHill, Lange, USA 2013. p 819-31.
3. Hacker N.F, Cervical Cancer, dalam : Practical Gynecologic Oncology, fourth edition,
Berek S.J, 2005. hal : 337-86.
4. Cervical Cancer Treatment, dikutip pada tanggal 19 Mei 2014 http://www.uptodate.com/
5. Posadas E.M, Cervical Cancer dalam : Bethesda Handbook of Clinical Oncology, second
edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2005, page :246-55.
6. Raspagliesi, Francesco, Antonino Ditto, Rosanna Fontanelli, Eugenio Solima, Francesco
Hanozet, Flavia Zanaboni, and Shigeki Kusamura. "Nerve-sparing radical hysterectomy:
a surgical technique for preserving the autonomic hypogastric nerve." Gynecologic
oncology 93, no. 2 (2004): 307-314.
7. Sundborg M.J, Radical Hysterectomy, June 2006, dikutip pada 19 Mei 2014
http://www.emedicine.com/med/topic3343.htm
8. Okonkwo a.c, Review Article on Total Laparoscopic Radical Hysterectomy versus
Radical Abdominal Hysterctomy, dikutip dari http://www.laparoscopyhospital.com/
9. Burghardt E, Surgical Gynecologic Oncology, Thieme Medical Publishers, Inc., New
York, 1993, hal : 257-314.
10. Rasjidi H. I., Nurseta T. Histerektomi Radikal, Manual Histerektomi. Cetakan I, EGC,
Jakarta, 2008. hal 180-9.
30
31
cervical carcinoma in Taiwan." Taiwanese Journal of Obstetrics and Gynecology 51, no.
1 (2012): 55-59.
20. Charoenkwan. A simplified technique for nerve-sparing type III radical hysterectomy: by
reorganizing their surgical sequence, surgeons could more easily identify key nerves. Am
J Obstet Gynecol 2010;203:600.e1-6.
21. Mauroy, B., X. Demondion, B. Bizet, A. Claret, P. Mestdagh, and C. Hurt. "The female
inferior hypogastric (= pelvic) plexus: anatomical and radiological description of the
plexus and its afferencesapplications to pelvic surgery." Surgical and Radiologic
Anatomy 29, no. 1 (2007): 55-66.
22. Maas, C. P., J. B. Trimbos, M. C. DeRuiter, C. J. H. Van De Velde, and G. G. Kenter.
"Nerve sparing radical hysterectomy: latest developments and historical perspective."
Critical reviews in oncology/hematology 48, no. 3 (2003): 271-279.
23. Dursun, Polat, Ali Ayhan, and Esra Kuscu. "Nerve-sparing radical hysterectomy for
cervical carcinoma." Critical reviews in oncology/hematology 70.3 (2009): 195-205.
24. Jarruwale, Phanida, Kuan-Gen Huang, Doris R. Benavides, Hsuan Su, and Chyi-Long
Lee. "Nerve-sparing radical hysterectomy in cervical cancer." Gynecology and
Minimally Invasive Therapy 2, no. 2 (2013): 42-47.
25. Liang, Zhiqing, Yong Chen, Huicheng Xu, Yuyan Li, and Dan Wang. "Laparoscopic
nerve-sparing radical hysterectomy with fascia space dissection technique for cervical
cancer: description of technique and outcomes." Gynecologic oncology 119, no. 2
(2010): 202-207.
26. Fujii S, Takakura K, Matsumura N, et al. Anatomic identification and
functionaloutcomes of the nerve sparing Okabayashi radical hysterectomy. Gynecol
Oncol.2007;107:4e13
32