Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN

I.1

LATAR BELAKANG Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih kontroversial

dalam kedokteran. Pengelolaan yang optimal dan yang baku masih belum ada, selalu berubah. KPD sering kali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup tinggi. Kematian perinatal yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian akibat kurang bulan, dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dan partus buatan yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus KPD terutama pada pengelolaan konservatif . Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap aktif terutama pada kehamilan yang cukup bulan, atau harus menunggu sampai terjadinya proses persalinan, sehingga masa tunggu akan memanjang berikutnya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Sedangkan sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan pada KPD kehamilan kurang bulan dengan harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan janin yang cukup. Ada 2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu : pertama, infeksi, karena ketuban yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti pada KPD, flora vagina yang normal ada bisa menjadi patogen yang akan membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Oleh karena itu membutuhkan pengelolaan yang agresif seperti diinduksi untuk mempercepat persalinan dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan resiko terjadinya infeksi ; kedua, adalah kurang bulan atau prematuritas, karena KPD sering terjadi pada kehamilan kurang bulan. Masalah yang sering timbul pada bayi yang kurang bulan adalah gejala sesak nafas atau respiratory Distress Syndrom (RDS) yang disebabkan karena belum masaknya paru. Protokol pengelolaan yang optimal harus mempertimbangkan 2 hal tersebut di atas dan faktor-faktor lain seperti fasilitas serta kemampuan untuk merawat bayi yang kurang bulan. Meskipun tidak ada satu protokol pengelolaan yang dapat untuk semua kasus KPD, tetapi harus ada panduan pengelolaan yang strategis, yang dapat mengurangi mortalitas perinatal dan dapat menghilangkan komplikasi yang berat baik pada anak maupun pada ibu.
1

Sebenarnya ada banyak pertanyaan mengenai cairan ketuban. Apa fungsinya dan seberapa bahaya jika terjadi pecah dini atau pecah sebelum waktunya? Berbahayakan kondisi tersebut bagi ibu dan janin? Mengapa bisa terjadi dan bagaimana mengatasinya? Berikut penjelasan singkatnya mengenai cairan ajaib ini agar ibu hamil mendapatkan informasi yang jelas dan tepat. I.2 RUMUSAN MASALAH I.2.1 I.2.2 I.3 I.3.1 I.3.2 I.4 I.4.1 I.4.2 Bagaimana etiologi dan patofisiologi KPD pada kehamilan? Bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan KPD pada kehamilan? Mengetahui etiologi dan patofisiologi KPD pada kehamilan. Mengetahui cara mendiagnosis dan penatalaksanaan KPD pada kehamilan. Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu kebidanan dan kandungan pada khususnya Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti kepaniteraan klinik bagian ilmu kebidanan dan kandungan

TUJUAN

MANFAAT

BAB II
2

STATUS PASIEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI II.1 IDENTITAS PASIEN A. Identitas pribadi : No Reg : 316969 Nama penderita Umur penderita Alamat Pekerjaan penderita : Ny. HL : 21 tahun Nama suami Umur suami : Tn. NH : 28 tahun : Swasta :SMA tamat (12th)

: Tirtoyudo RT/RW 06/09 : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan suami Pendidikan suami

Pendidikan penderita : SD tamat (6th) B. Anamnesa : 1. 2. 3. 4.

Masuk rumah sakit tanggal : 1 April 2013 pukul 09.00 WIB Datang sendiri/dikirim oleh dukun/bidan/dokter/dokter ahli : Bidan puskesmas. Keluhan utama : rujukan dari bidan puskesmas oleh karena ketuban pecah dini Riwayat penyakit sekarang : Pada tgl 31 Maret 2013 jam 18.00 Saat di rumah perut terasa mulas dan kenceng kenceng lalu keluar cairan ketuban jernih byor dari jalan lahir. Pada jam 19.00 kenceng kenceng semakin sering dan perut semakin sakit, pasien diantar suami langsung ke puskesmas, dan bidan puskesmas mengatakan pembukaan 1 cm diawasi hingga pagi dan pada pukul 06.00 WIB pasien langsung dikirim ke RSUD.

5. 6. 7. 8. 9.

Riwayat kehamilan yang sekarang : hamil anak ke 1, ANC 5 kali ke bidan, pijat oyok tidak pernah. Riwayat menstruasi : menarche 15 tahun, HPHT : 4 Juli 2013, UK : 38-39 minggu Riwayat perkawinan : 1 kali, lama 1 tahun, umur pertama kawin 20 tahun. Riwayat persalinan sebelumnya : Riwayat penggunaan kontrasepsi : tidak pernah menggunakan KB

10. Riwayat penyakit keluarga : 11. Riwayat kebiasaan dan sosial : alcohol (-), Jamu (-), Kopi (-) 12. Riwayat pengobatan yang telah dilakukan : C. Pemeriksaan fisik
3

A.

Status present Keadaan umum : cukup, Kesadaran compos mentis Tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 84x/menit, suhu: 36,8C, RR: 20x/menit.

B. 1. 2. Mata Wajah Mulut 3. tyroid (-) 4. Paru :

Pemeriksaan umum Kulit : gatal (-) luka (-), sianosis (-), ikterik (-) warna : sawo matang. Kepala : : conjungtiva anemi -/-, sclera ikterik -/-, odem palpebra -/: simetris : kebersihan gigi geligi cukup, stomatitis (-), hiperemi pharyng (-), pembesaran tonsil(-) Leher : pembesaran kelenjar limfe di leher (-), pembesaran kelenjar Thorax Inspeksi : Pergerakan pernafasan simetris, tipe pernapasan normal. Retraksi costa -/Palpasi : teraba massa abnormal -/-, pembesaran kelenjar axilla -/Perkusi : sonor +/+, hipersonor -/-, pekak -/Auskultasi : vesikuler +/+, suara nafas menurun -/-, wheezing -/-, ronchi -/Jantung : Inspeksi : iktus cordis tidak tampak Palpasi : thrill Perkusi : batas jantung normal Auskultasi : denyut jantung regular, S1/S2 5. Abdomen Inspeksi : membujur, strie gravida (+), strie alba (+) Palpasi : (pemeriksaan leopod) Auskultasi : djj 140x/menit , reguler 6. Ekstremitas: odema -/- ; varises -/-

D.

Status obstetri
4

Pemeriksaan luar Inspeksi Leopold I Leopold II Leopold III Leopold IV HIS : membujur : diatas besar, bulat, lunak, kurang lenting, TFU : 3 jari dibawah prosesus xiphoideus (33 cm), kesan bagian teratas janin : bokong. : tahanan memanjang di sebelah kanan, bagian kiri teraba bagian kecil janin, punggung janin : punggung kanan, tunggal : di bagian bawah teraba besar, bulat, keras, melenting, bagian terendah janin : kepala belum masuk PAP : belum masuk PAP ( 0/5) Bunyi jantung janin: 138x/menit, regular, tunggal : 10 menit/2 kali/ 25 detik

Pemeriksaan Dalam Dilakukan oleh Vulva / vagina Penipisan portio Kulit Ketuban Bagian terdahulu Bagian terendah Hodge Molase E. Anamnesa : : bidan : blood (+), slym (+), cairan ketuban (+) : 25% : (-) : kepala : UUK jam 11 :I :Ringkasan Pada tgl 31 Maret 2013 jam 18.00 Saat di rumah perut terasa mulas dan kenceng kenceng lalu keluar cairan ketuban jernih byor dari jalan lahir. Pada jam 19.00 kenceng kenceng semakin sering dan perut semakin sakit, pasien diantar suami langsung ke puskesmas, dan bidan puskesmas mengatakan pembukaan 1 cm diawasi hingga pagi dan pada pukul 06.00 WIB pasien langsung dikirim ke RSUD. Pengeluaran pervaginam : Pembukaan waktu his : 2 cm

Bagian tersamping terdahulu : Tidak ada bagian kecil janin disekitar bagian terdahulu

. Pasien hamil anak ke 1, UK 38-39 minggu, ANC 5 kali ke bidan, tidak pernah oyok. Pasien tidak menggunakan kontrasepsi. Pemeriksaan fisik : Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum cukup, kesadaran compos mentis, tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi: 84x/menit, suhu: 36,8C, RR: 20x/menit. Pemeriksaan obstetrik luar: Inspeksi Leopold I : membujur : diatas besar, bulat, lunak, kurang lenting, TFU : 3 jari dibawah prosesus xiphoideus (33 cm), kesan bagian teratas janin : bokong. Leopold II : tahanan memanjang di sebelah kanan, bagian kiri teraba bagian kecil janin, punggung janin : punggung kanan, tunggal Leopold III Leopold IV HIS Pemeriksaan Dalam Pengeluaran pervaginam : V/V: blood (+), slym (+), cairan ketuban (+), 2 cm, Penipisan portio: 25%, kulit ketuban (-), Bagian terdahulu kepala, Bagian tersamping terdahulu: Tidak ada bagian kecil janin disekitar bagian terdahulu, Bagian terendah: UUK jam 11, Hodge : I. Diagnosa: GIP0000Ab000, UK 38-39 minggu dengan PRM belum inpartu. Rencana tindakan : 1. Infus RL 20 tpm 2. Antibiotik, Cefotaxim 1 gr IV, 3x1 3. Observasi tanda vital 4. Evaluasi 4 jam
6

: di bagian bawah teraba besar, bulat, keras, melenting, bagian terendah janin : kepala belum masuk PAP : belum masuk PAP ( 0/5) : 10 menit/2 kali/ 25 detik

Bunyi jantung janin : 138x/menit, regular, tunggal

Lembar Follow Up Nama pasien Ruang kelas Diagnose Bayi Ny.S : Jenis kelamin Berat lahir Panjang Apgar Score LK/LD/LLA Caput Anus Cacat Ketuban 02 April 2013 S : pusing (-), flatus (+), BAK (+) O : T = 120/80 mmHg N = 80x/menit S = 36,5C RR = 18x/menit Pemeriksaan obstetric luar : TFU setinggi 2 jari dibawah pusat. A = P1001Ab000 Post Partus P= 1. Infus RL 2. Antibiotik cefotaxim 3. observasi 2 jam pp 03 April 2013 S : pusing (-), flatus (+), BAK (+) O : T = 100/70 mmHg N = 80x/menit
7

: Ny. HL : IRNA B : P1001Ab000 Post Partus tanggal 2 April jam 07.00 : laki - laki : 3200 gram : 49 cm :7-8 : 34/34/11 : (+) : (+) : (-) : Jernih

S = 36,5C RR = 20x/menit Pemeriksaan obstetric luar : TFU setinggi 2 jari dibawah pusat. A = P1001Ab000 Post Partus P= BLPL

LAPORAN KELUAR RUMAH SAKIT KRS tanggal PPV Massa : 3 April 2012 ::Keadaan pasien waktu pulang: keadaan umum cukup, T = 100/70 mmHg, N = 80x/m, S = 36C

Diagnose saat pulang : P1001Ab000 post partus

BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Ketuban pecah prematur yaitu pecahnya membran khorio-amniotik sebelum onset persalinan atau disebut juga Premature Rupture Of Membrane = Prelabour Rupture Of Membrane = PROM. Ketuban pecah prematur pada preterm yaitu pecahnya membran Chorio-amniotik sebelum onset persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau disebut juga Preterm Premature Rupture Of Membrane = Preterm Prelabour Rupture Of Membrane = PPROM

Ketuban pecah dini merupakan pecahnya selaput janin sebelum proses persalinan dimulai. 1. KPD saat preterm (KPDP) adalah KPD pada usia <37 minggu 2. KPD memanjang merupakan KPD selama >24 jam yang berhubungan dengan peningkatan risiko infeksi intra-amnion. Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan

intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan mambran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina serviks. (Sarwono Prawiroharjo, 2002) Ketuban pecah dini atau sponkaneous/ early/ premature rupture of the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum partus : yaitu bila pembukaan pada primigravida dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. (Rustam Mochtar 1998)

B.

Etiologi Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau

meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut : 1. Serviks inkompeten.
10

2. 3. 4. 5. 6. 7. a. b.

Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan ganda, hidramion. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic disproporsi). Infeksi yang menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk preteolitik sel sehingga memudahkan ketuban pecah. (Amnionitis/ Korioamnionitis). Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik) Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas janin

C. Patofisiologi Banyak teori, mulai dari defect kromosom kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%) High virulensi : Bacteroides Low virulensi : Lactobacillus

11

Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringa retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin.Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan

aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/ amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan. E. Diagnosa Secara klinik diagnosa ketuban pecah dini tidak sukar dibuat anamnesa pada klien dengan keluarnya air seperti kencing dengan tanda-tanda yang khas sudah dapat menilai itu mengarah ke ketuban pecah dini. Untuk menentukan betul tidaknya ketuban pecah dini bisa dilakukan dengan cara :

12

Adanya cairan yang berisi mekonium (kotoran janin), verniks kaseosa (lemak putih) rambut lanugo atau (bulu-bulu halus) bila telah terinfeksi bau Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah, atau terdapat cairan ketuban pada forniks posterior

USG : volume cairan amnion berkurang/oligohidramnion Terdapat infeksi genital (sistemik) Gejala chorioamnionitis

Maternal : demam (dan takikardi), uterine tenderness, cairan amnion yang keruh dan berbau, leukositosis (peningkatan sel darah putih) meninggi, leukosit esterase (LEA) meningkat, kultur darah/urin Fetal : takikardi, kardiotokografi, profilbiofisik, volume cairan ketuban berkurang Cairan amnion: Tes cairan amnion, diantaranya dengan kultur/gram stain, fetal fibronectin, glukosa, leukosit esterase (LEA) dan sitokin. Jika terjadi chorioamnionitis maka angka mortalitas neonatal 4x lebih besar, angka respiratory distress, neonatal sepsis dan pardarahan intraventrikuler 3x lebih besar

Dilakukan tes valsava, tes nitrazin dan tes fern

Normal pH cairan vagina 4,5-5,5 dan normal pH cairan amnion 7,0-7,5

Dilakukan uji kertas lakmus/nitrazine test


o o

Jadi biru (basa) Jadi merah (asam)

: air ketuban : air kencing

Pemeriksaan Lain : a. Ultrasonografi : Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan ganda, anormaly janin atau melokalisasi kantong cairan amnion pada amniosintesis.
13

b. Amniosintesis : Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru janin. c. Pemantauan janin : Membantu dalam mengevaluasi janin d. Protein C-reaktif : Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan korioamnionitis F. Penatalaksanaan Perlu dilakukan pertimbangan tentang tata laksana yang paling tinggi mencapai well born baby dan well health mother. Masalah berat dalam menghadapi ketuban pecah dini adalah apabila kehamilan kurang dari 26 minggu karena untuk mempertahankannya memerlukan waktu lama. Bila berat janin sudah mencapai 2000 gram, induksi dapat dipertimbangkan. Kegagalan induksi disertai dengan infeksi yang diikuti histerektomi. Selain itu, dapat dilakukan pemberian kortikosteroid dengan pertimbangan. Tindakan ini akan menambah reseptor pematangan paru, meningkatnya maturitas paru janin. Pemberian betametason 12 minggu dilakukan dengan interval 24 jam dan 12 minggu tambahan, maksimum dosis 24 minggu, masa kerjanya sekitar 2-3 hari. Bila janin setelah satu minggu belum lahir, pemberian berakortison dapat diulang lagi. Indikasi melakukan pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut : 1. 2. Pertiimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan waktu apakah 6, 12, atau Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38c, dengan pengukuran per 24 jam. Berat janin sebaiknya lebih dari 2000 gram. rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan dan tanda infeksi intrauterin. Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan KPD ke RS dan melahirkan bayi yang berumur > 37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk memperkecil resiko infeksi intrauterin.

Tindakan konservatif (mempertahankan kehamilan) diantaranya pemberian antibiotik dan cegah infeksi (tidak melakukan pemeriksaan dalam), tokolisis, pematangan paru,
14

amnioinfusi, epitelisasi (vit C dan trace element, masih kontroversi), fetal and maternal monitoring. Tindakan aktif (terminasi/mengakhiri kehamilan) yaitu dengan sectio caesarea (SC) atau pun partus pervaginam.

Dalam penetapan langkah penatalaksanaan tindakan yang dilakukan apakah langkah konservatif ataukah aktif, sebaiknya perlu mempertimbangkan usia kehamilan, kondisi ibu dan janin, fasilitas perawatan intensif, kondisi, waktu dan tempat perawatan, fasilitas/kemampuan monitoring, kondisi/status imunologi ibu dan kemampuan finansial keluarga.

Untuk usia kehamilan <37 minggu dilakukan penanganan konservatif dengan mempertahankan kehamilan sampai usia kehamilan matur.

Untuk usia kehamilan 37 minggu atau lebih lakukan terminasi dan pemberian profilaksis streptokokkus grup B. Untuk kehamilan 34-36 minggu lakukan penatalaksanaan sama halnya dengan aterm

Untuk usia kehamilan 32-33 minggu lengkap lakukan tindakan konservatif/expectant management kecuali jika paru-paru sudah matur (maka perlu dilakukan tes pematangan paru), profilaksis streptokokkus grup B, pemberian kortikosteroid (belum ada konsensus namun direkomendasikan oleh para ahli), pemberian antibiotik selama fase laten.

Untuk previable preterm (usia kehamilan 24-31 minggu lengkap) lakukan tindakan konservatif, pemberian profilaksis streptokokkus grup B, single-course kortikosteroid, tokolisis (belum ada konsensus) dan pemberian antibiotik selama fase laten (jika tidak ada kontraindikasi)

Untuk non viable preterm (usia kehamilan <24 minggu), lakukan koseling pasien dan keluarga, lakukan tindakan konservatif atau induksi persalinan, tidak direkomendasikan profilaksis streptokokkus grup B dan kortikosteroid, pemberian antibiotik tidak dianjurkan karena belum ada data untuk pemberian yang lama)

Rekomendasi klinik untuk PROM, yaitu pemberian antibiotik karena periode fase laten yang panjang, kortikosteroid harus diberikan antara 24-32 minggu (untuk mencegah terjadinya resiko perdarahan intraventrikuler, respiratory distress syndrome dan necrotizing examinations),tidak boleh dilakukan digital cervical examinations jadi
15

pilihannya adalah dengan spekulum, tokolisis untuk jangka waktu yang lama tidak diindikasikan sedangkan untuk jangka pendek dapat dipertimbangkan untuk memungkinkan pemberian kortikosteroid, antibiotik dan transportasi maternal, pemberian kortikosteroid setelah 34 minggu dan pemberian multiple course tidak direkomendasikan

Pematangan paru dilakukan dengan pemberian kortikosteroid yaitu deksametason 26 mg (2 hari) atau betametason 112 mg (2 hari)

Agentokolisis yaitu B2 agonis (terbutalin, ritodrine), calsium antagonis (nifedipine), prostaglandin sintase inhibitor (indometasin), magnesium sulfat, oksitosin antagonis (atosiban)

Tindakan epitelisasi masih kotroversial, walaupun vitamin C dan trace element terbukti berhubungan dengan terjadinya ketuban pecah terutama dalam metabolisme kolagen untuk maintenance integritas membran korio-amniotik, namun tidak terbukti menimbulkan epitelisasi lagi setelah terjadi PROM

Tindakan terminasi dilakukan jika terdapat tanda-tanda chorioamnionitis, terdapat tandatanda kompresi tali pusat/janin (fetal distress) dan pertimbangan antara usia kehamilan, lamanya ketuban pecah dan resiko menunda persalinan

KPD pada kehamilan < 37 minggu tanpa infeksi, berikan antibiotik eritromisin 3250 mg, amoksisillin 3500 mg dan kortikosteroid

KPD pada kehamilan > 37 minggu tanpa infeksi (ketuban pecah >6 jam) berikan ampisillin 21 gr IV dan penisillin G 42 juta IU, jika serviks matang lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan SC

KPD dengan infeksi (kehamilan <37 ataupun > 37 minggu), berikan antibiotik ampisillin 42 gr IV, gentamisin 5 mg/KgBB, jika serviks matang lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan SC.

16

G. Prognosis dan Komplikasi Adapun pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin adalah : Prognosis ibu : Infeksi intrapartal/dalam persalinan Jika terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah maka bisa menyebabkan sepsis yang selanjutnya dapat mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas

Infeksi puerperalis/ masa nifas


17

Dry labour/Partus lama Perdarahan post partum Meningkatkan tindakan operatif obstetri (khususnya SC) Morbiditas dan mortalitas maternal

Prognosis janin : Prematuritas Masalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur diantaranya adalah respiratory distress sindrome, hypothermia, neonatal feeding problem, retinopathy of premturity, intraventricular hemorrhage, necrotizing enterocolitis, brain disorder (and risk of cerebral palsy), hyperbilirubinemia, anemia, sepsis.

Prolaps funiculli/ penurunan tali pusat Hipoksia dan Asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi)

Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry labour/pertus lama, apgar score rendah, ensefalopaty, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, renal failure, respiratory distress.

Sindrom deformitas janin

Terjadi akibat oligohidramnion. Diantaranya terjadi hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat (PJT)

Morbiditas dan mortalitas perinatal

18

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm. Penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predesposisi adalah: Infeksi, Servik yang inkompetensia, Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus), misalnya (trauma, hidramnion, gemelli), Kelainan letak, Keadaan sosial ekonomi, dan faktor lain. Diagnosa KPD ditegakkan dengan cara : 1. Anamnesa 2. Inspeksi 3. Pemeriksaan dengan spekulum. 4. Pemeriksaan dalam 5. Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan laboraturium, Tes Lakmus (tes Nitrazin), Mikroskopik (tes pakis),Pemeriksaan ultrasonografi (USG). Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sedehana. Komplikasi yang mungkin dapat terjadi : Tali pusat menumbung, Prematuritas, persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm, Oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry labor) karena air ketuban habis, infeksi maternal : (infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari vagina ke intrauterine, korioamnionitis (demam >380C, takikardi, leukositosis,
19

nyeri uterus, cairan vagina berbau busuk atau bernanah, DJJ meningkat), endometritis), penekanan tali pusat (prolapsus) : gawat janin kematian janin akibat hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong atau letak lintang), trauma pada waktu lahir dan Premature dan komplikasi infeksi intrapartum. Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur kehamilan tidak diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaann ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru-paru sudah matang, chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsis pada janin merupakan sebab utama meningginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban atau lamanya perode laten. 3.2 1. 2. SARAN Dilakukan penelitian epidemiologis tentang KPD di Indonesia Mahasiswa diharapkan lebih mengenalkan kepada masyarakat tentang KPD

20

DAFTAR PUSTAKA
1. 2. Andhi Juanda, 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta. FKUI Centers for Disease Control and Prevention (CDC); Update to CDC's sexually transmitted diseases treatment guidelines, 2006: fluoroquinolones no longer recommended for treatment of gonococcal infections.; MMWR Morb Mortal Wkly Rep; 2007; Vol. 56; pp. 332-6 3. Centers for Disease Control and Prevention, Workowski KA, Berman SM; Sexually transmitted diseases treatment guidelines, 2006.; MMWR Recomm Rep; 2006; Vol. 55; pp. 1-94 4. 5. 6. Freddy dinata. Kelainan pada kelenjar bartholini. diakses dari www.azramedicalcentre tanggal 4 maret 2011 Irma handayani. Radang genitalia pada wanita. Diakses dari www.google.com tanggal 8 maret 2011 Landay Melanie, Satmary Wendy A, Memarzadeh Sanaz, Smith Donna M, Barclay David L, "Chapter 49. Premalignant & Malignant Disorders of the Vulva & Vagina" (Chapter). DeCherney AH, Nathan L: CURRENT Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology, 10e. USA: McGraw-Hill 7. MacKay H. Trent, "Chapter 18. Gynecologic Disorders" (Chapter). McPhee SJ, Papadakis MA, Tierney LM, Jr.: CURRENT Medical Diagnosis & Treatment 2010. USA: McGrawHill 8. 9. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi 3 hal. 386. 2005. FK UI Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham FG, "Chapter 41. Surgeries for Benign Gynecologic Conditions" (Chapter). Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham FG: Williams Gynecology. USA: McGraw-Hill 10. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham FG, "Chapter 4. Benign Disorders of the Lower Reproductive Tract" (Chapter). Schorge JO,
21

Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham FG: Williams Gynecology. USA: McGraw-Hill

22

Anda mungkin juga menyukai

  • Pembukaan Uud
    Pembukaan Uud
    Dokumen25 halaman
    Pembukaan Uud
    zie_luph_taz13
    Belum ada peringkat
  • PSA Open Bur
    PSA Open Bur
    Dokumen12 halaman
    PSA Open Bur
    zie_luph_taz13
    Belum ada peringkat
  • MR Chainurridha
    MR Chainurridha
    Dokumen32 halaman
    MR Chainurridha
    zie_luph_taz13
    Belum ada peringkat
  • Infeksi & Radang
    Infeksi & Radang
    Dokumen70 halaman
    Infeksi & Radang
    zie_luph_taz13
    Belum ada peringkat
  • Chapter I - 9
    Chapter I - 9
    Dokumen9 halaman
    Chapter I - 9
    Amelia Kharismayanti
    Belum ada peringkat
  • PSA Open Bur
    PSA Open Bur
    Dokumen12 halaman
    PSA Open Bur
    zie_luph_taz13
    Belum ada peringkat
  • Referat Zilla Anestesiii
    Referat Zilla Anestesiii
    Dokumen36 halaman
    Referat Zilla Anestesiii
    zie_luph_taz13
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantaranestesi
    Kata Pengantaranestesi
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantaranestesi
    zie_luph_taz13
    Belum ada peringkat
  • Bronkitis PRESENTASI
    Bronkitis PRESENTASI
    Dokumen16 halaman
    Bronkitis PRESENTASI
    zie_luph_taz13
    Belum ada peringkat
  • Suci
    Suci
    Dokumen2 halaman
    Suci
    zie_luph_taz13
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Siadenitis
    Jurnal Siadenitis
    Dokumen4 halaman
    Jurnal Siadenitis
    zie_luph_taz13
    Belum ada peringkat
  • Periodontitis
    Periodontitis
    Dokumen10 halaman
    Periodontitis
    Dhonat Flash
    Belum ada peringkat
  • Blam
    Blam
    Dokumen1 halaman
    Blam
    zie_luph_taz13
    Belum ada peringkat
  • Blam
    Blam
    Dokumen1 halaman
    Blam
    zie_luph_taz13
    Belum ada peringkat
  • Kasuszilakaber
    Kasuszilakaber
    Dokumen3 halaman
    Kasuszilakaber
    zie_luph_taz13
    Belum ada peringkat
  • Ab Rasional PDF
    Ab Rasional PDF
    Dokumen41 halaman
    Ab Rasional PDF
    Poppy Pradina
    Belum ada peringkat
  • Dokumentasi Katarak Zilla
    Dokumentasi Katarak Zilla
    Dokumen6 halaman
    Dokumentasi Katarak Zilla
    zie_luph_taz13
    Belum ada peringkat
  • Tinea Zilla
    Tinea Zilla
    Dokumen35 halaman
    Tinea Zilla
    zie_luph_taz13
    Belum ada peringkat
  • Presentation 1 No Fix
    Presentation 1 No Fix
    Dokumen15 halaman
    Presentation 1 No Fix
    zie_luph_taz13
    Belum ada peringkat
  • Cover Zilla
    Cover Zilla
    Dokumen3 halaman
    Cover Zilla
    zie_luph_taz13
    Belum ada peringkat
  • Antropometri RS
    Antropometri RS
    Dokumen20 halaman
    Antropometri RS
    zie_luph_taz13
    Belum ada peringkat
  • Penggunaan Antibiotik Untuk Kehamilan
    Penggunaan Antibiotik Untuk Kehamilan
    Dokumen22 halaman
    Penggunaan Antibiotik Untuk Kehamilan
    zie_luph_taz13
    Belum ada peringkat
  • Hernia Scrotalis Dextra
    Hernia Scrotalis Dextra
    Dokumen38 halaman
    Hernia Scrotalis Dextra
    zie_luph_taz13
    Belum ada peringkat
  • BAB 3 Skripsi
    BAB 3 Skripsi
    Dokumen2 halaman
    BAB 3 Skripsi
    EdoPrimaOctaliawan
    Belum ada peringkat
  • Tfrdedrf
    Tfrdedrf
    Dokumen2 halaman
    Tfrdedrf
    zie_luph_taz13
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen3 halaman
    Cover
    zie_luph_taz13
    Belum ada peringkat
  • Antropometri RS
    Antropometri RS
    Dokumen20 halaman
    Antropometri RS
    zie_luph_taz13
    Belum ada peringkat
  • Polaasuhtinj
    Polaasuhtinj
    Dokumen16 halaman
    Polaasuhtinj
    zie_luph_taz13
    Belum ada peringkat
  • Radar Sorongh
    Radar Sorongh
    Dokumen1 halaman
    Radar Sorongh
    zie_luph_taz13
    Belum ada peringkat
  • Radar Sorongh
    Radar Sorongh
    Dokumen1 halaman
    Radar Sorongh
    zie_luph_taz13
    Belum ada peringkat