Anda di halaman 1dari 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan menjelaskan teori dasar tentang ECU, Input Sensor ECU, Fungsi Pengendalian ECU, Aktuator, Self Diagnosis system, dan Mikrokontroler. 2.1 Electronic Control Unit (ECU) Semua mobil-mobil baru saat ini telah menggunakan komputer mesin (Engine Control Unit ). ECU kadang-kadang disebut juga sebagai otak dari sistem pengendali motor. Komponen ini merupakan sebuah rangkaian elektronik yang sangat kompleks. Dialah yang memproduksi sinyal keluaran elektronik terprogram ketika menerima sinyal masukan elektronik dari sensor-sensornya. Kemampuan ECU ini membuat penyetelan sangat cepat, dan kinerja mobil tetap terjaga pada efisiensi maksimal.

Gambar 2.1 Komponen ECU E2T37875


Sumber: http://www.dsmtuners.com

Dalam banyak kasus, ECU sangat sensitif terhadap panas dan getaran, sehingga biasanya dia ditempatkan di ruang penumpang yang jauh dari mesin. Pada

6 umumnya diletakkan di sebelah kiri ruang kaki penumpang depan. Kadang-kadang ada juga yang diletakkan dibawah tempat duduk, di dash board ataupun di bagian depan mesin sebelah kiri dekat tempat baterai.1 2.1.1 Gambaran Umum ECU Engine Control Unit
Microprocessor
Output Interface

Aktuator

Sensor

Input Interface

Random Access Memory

Read Only Memory

Gambar 2.2 Diagram blok ECU mobil


Sumber: Technical Information Manual Laser/Talon Chrysler Motor. 1990: 14-27

Engine Control Unit (bagian pengendali motor) terdiri dari sebuah mikro komputer 8 bit, sebuah Randome Access Memory (Memori kerja) untuk menyimpan data sementara, sebuah Read Only Memory (memori data nonvolatile) yang dapat digunakan untuk menyimpan data saat mesin hidup dan tidak dapat terhapus meskipun mesin dimatikan maupun ketika baterai dilepas, dan sebuah input/output interface (driver sensor dan driver aktuator). ECU mengontrol kerja mesin berdasarkan bermacam-macam informasi (sinyal masukan) yang diterima dari sensor-sensor masukan, kemudian

menganalisa untuk mengendalikan dan mengaktifkan aktuator sesuai kebutuhan untuk mencapai kondisi operasi optimal motor seperti yang ditunjukkan dalam diagram blok di bawah ini.2
1

Probst, O. Charles. 1991. Bosch Fuel Injection & Engine Management. Robert Bentley, Inc. Cambridge, Massachusetts, hlm. 11. 2 Chrysler Motor. 1990. Technical Information Manual Laser/Talon, hlm. 14-27.

7
Input Sensor
Air Flow Sensor Barometric Pressure Sensor Intake Air Temperatur e Sensor Engine Coolant Temperatur e Sensor Crank Shaft Angel Sensor Daya Listrik / Kelistrikan

ENGINE CONTROL UNIT


BAGIAN YANG DIKONTROL Pengabutan Bahan Bakar KONTROL YANG DILAKUKAN Mengatur saat kerja injektor dan lama buka-tutupnya berdasarkan urutan titik pengabutan Untuk mengatur jumlah udara yang melewati saluran pintas (by pass) dengan mengaktifkan idle speed control servo. Untuk mengatur penyaluran daya listrik kepada sensor-sensor dan aktuator yang diatur melalui relay pengendali (control relay).

Aktuator

Injekor

Putaran Langsam

Idle Speed Control Servo

Control Relay

Relay AC (Air Conditioner) Saat / waktu Pengapian

Untuk mengatur posisi ON/OFF relay AC

Relay AC

Untuk mengatur waktu / saat pengapian

Power Transistor

Onboard self Diagnosis


Terutama untuk mendeteksi kegagalan dari sensor-sensor dan untuk mengeluarkan kode diagnose kesalahan Untuk mendeteksi kegagalan sensor-sensor dan menyalakan lampu peringatan (Mulfunction Identification Light)

Kode dapat dibaca dengan AVO-Meter

Menyalakan lampu indikator mesin (Check Engine)

Gambar 2.3 Fungsi Pengendalian ECU


Sumber: Technical Information Manual Laser/Talon Chrysler Motor. 1990: 14-27

2.1.2

Sensor-sensor Masukan (Input Sensors) ECU Sensor-sensor ini mendeteksi kondisi mesin dan mengirimkan sinyal yang

sesuai kepada ECU. Beberapa sensor tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.

8 2.1.2.1 Air Flow Sensor (AFS)

Gambar. 2.4 Prinsip Kerja Air Flow Sensor


Sumber: Technical Information Manual Laser/Talon Chrysler Motor. 1990: 14-15

Air Flow Sensor merupakan alat pembaca jumlah udara yang masuk intake manifold ke dalam engine dengan metode ukur karman vortex. Dengan sensor ini, ECU dapat menentukan periode pengabutan bahan bakar (injection timming) berdasarkan perhitungan yang dibuat dari sinyal (Pulse Width Modulation) ini dan sinyal dari putaran mesin. Sebuah sensor temperature (IATS) dan tekanan udara masuk (BPS) juga ditempatkan menjadi satu dengan sensor aliran udara masuk (AFS) ini. 2.1.2.2 Barometric Pressure Sensor (BPS)

Gambar 2.5 Barometric Pressure Sensor Unit dan Rangkaian


Sumber: Technical Information Manual Laser/Talon Chrysler Motor. 1990: 14-18

Barometric Pressure Sensor merupakan alat pengubah tekanan absolute manifold menjadi sinyal eletronik ke ECU. Dengan sinyal ini, ECU menghitung

9 ketinggian atau posisi dimana kendaraan berada dan memperbaiki kualitas pengabutan bahan-bakar untuk mengoptimalkan Air Fuel Rasio serta memperbaiki timing pengapian. 2.1.2.3 Intake Air Temperature Sensor (IATS)

Gambar 2.6 Prinsip Kerja IATS


Sumber: Technical Information Manual Laser/Talon Chrysler Motor. 1990: 14-17

Intake Air Temperature Sensor merupakan alat pembaca temperatur udara yang masuk ke intake manifold. IATS yang terletak pada AFS adalah sebuah thermistor, dimana nilai tahanannya berubah jika temperature udara masuk berubah. Berdasarkan pada tegangan yang keluar dari sensor ini, ECU akan menentukan jumlah bahan-bakar yang dikabutkan sesuai dengan kondisi lingkungan (temperature udara). 2.1.2.4 Engine Coolant Temperature Sensor (ECTS) Coolant Temperature Sensor merupakan resistor (thermistor) yang tergantung pada suhu. Thermistor nilai tahanannya akan turun saat suhu mesin meningkat. CTS diletakkan di saluran air pendingin pada rumah thermostat. ECU membaca temperature mesin berdasarkan tegangan keluaran sensor.

10

Gambar 2.7 Sensor Suhu Mesin dan Posisinya


Sumber: Technical Information Manual Laser/Talon Chrysler Motor. 1990: 14-18

2.1.2.5 Crank Angle Sensor (CAS)

Gambar 2.8 Konstruksi Sensor pendeteksi posisi piston (silinder 1 dan 4)


Sumber: Technical Information Manual Laser/Talon Chrysler Motor. 1990: 14-20

Sensor putaran mesin (CAS), terletak pada kepala silinder dan dihubungkan satu poros dengan poros nok saluran masuk. Sensor ini menggunakan prinsip optocoupler, yang terdiri dari sebuah piringan dan sensor model U .

11

Gambar 2.9 Cara Kerja dan Rangkaian Sensor Optocoupler


Sumber: Technical Information Manual Laser/Talon Chrysler Motor. 1990: 14-20

Piringan terbuat dari logam dan dilubangi memanjang bagian tepinya 4 buah dengan sudut 90o serta 2 lubang diantara ke-empat lubang paling tepi dengan jarak 180o. Dua lubang bagian dalam digunakan untuk mendeteksi posisi Top Dead Center piston silinder 1 dan 4. Sedangkan sudut putaran mesin dideteksi dengan ke-empat lubang yang paling tepi. 2.1.2.6 Vehicle Speed Sensor (V.S.S.)

Gambar 2.10 Sensor Kecepatan Mobil


Sumber: Technical Information Manual Laser/Talon Chrysler Motor. 1990: 14-22

12 V.S.S. merupakan alat untuk mendeteksi kecepatan mobil. Jenis sensor ini adalah saklar pembaca, dan letaknya pada speedometer. Ia merubah putaran speedometer dari transmisi menjadi sinyal pulsa kepada ECU. Satu putaran gigi penggerak dari transmisi menghasilakan empat sinyal pulsa. Sehingga sensor ini akan menghasilkan frekuensi yang meningkat apabila kecepatan mobil bertambah. 2.1.2.7 Throttle Position Sensor (TPS)

Gambar 2.11 Skema Rangkaian Throttle Body ke ECU


Sumber: Technical Information Manual Laser/Talon Chrysler Motor. 1990: 14-19

T.P.S. merupakan potensiometer yang dihubungkan ke throttle valve shaft. Saat posisi throttle berubah, sensor akan memvariasikan tegangan sinyal ke ECU. Sinyal ini dibaca oleh ECU untuk mendeteksi posisi throttle dan menentukan kerja engine pada mode akselerasi atau deselerasi sesuai nilai tegangannya (semakin lebar derajat buka katup, tegangangan semakin meningkat).

13 2.1.3 Fungsi Kontrol ECU ECU menggunakan sinyal dari sensor-sensor masukan untuk

memperhitungkan tindakan apa yang akan diambil untuk mengendalikan kerja engine. Berikut ini adalah fungsi-fungsi pengendalian ECU. 2.1.3.1 Pengabutan Bahan Bakar

Gambar 2.12 Skema Pengendalian Pengkabutan Bahan-bakar


Sumber: Technical Information Manual Laser/Talon Chrysler Motor. 1990: 14-33

ECU mengaktifkan injektor-injektor dan mengendalikan jumlah bahan bakar yang dikabutkan berdasarkan informasi dari sensor-sensor masukan sehingga memaksimalkan tercapainya Air Fuel Ratio optimal pada setiap perubahan kondisi operasi engine. Jumlah bahan-bakar yang dikabutkan dihitung berdasarkan frekuensi dan durasi pengabutan. Frekuensi pengabutan disesuaikan dengan putaran mesin, dan durasi pengabutan disesuaikan dengan volume udara yang masuk melewati intake manifold. Bahan bakar yang dikabutkan ke masing-masing silinder sesuai urutannya dan satu kali tiap silinder pada dua kali putaran poros engkol. Durasi pengkabutan

14 (dinamakan waktu pengaktifan injektor) adalah dasar waktu pengaktifan yang dihitung sesuai dengan volume udara yang masuk ke dalam silinder, yang telah dikoreksi sesuai dengan temperature udara yang masuk, temperature mesin dan factor-faktor yang lainnya. 2.1.3.2 Pengendalian Putaran Langsam

Gambar 2.13 Skema Pengendalian Putaran Langsam


Sumber: Technical Information Manual Laser/Talon Chrysler Motor. 1990: 14-44

Jika ada perubahan beban engine selama putaran langsam, idle speed control servo akan diaktifkan sesuai dengan seting awal (logika kontrol) untuk mengontrol aliran udara yang melewati saluran bypass katup throttle. Hal ini untuk menjaga optimalisasi putaran langsam engine.

15 2.1.3.3 Pengendalian Daya Kelistrikan

Gambar 2.14 Skema Pengendalian Daya Kleistrikan


Sumber: Technical Information Manual Laser/Talon Chrysler Motor. 1990: 14-54

Pada pengendalian suplai daya, ketika kunci kontak posisi ON, ECU memberikan daya listrik dari relay kendali dari kumparan L3 untuk menyalakan saklar S2. Suplai daya ini untuk injektor-injektor, air flow sensor, idle speed control servo dan lain-lain. Ketika menyalakan engine (Start), ECU mengirimkan energy pada kumparan L1 untuk menyalakan saklar S1 untuk mengaktifkan pompa bahan bakar. Ketika mesin beroperasi, sensor putaran mesin mengirimkan sinyal masukan ke ECU untuk mengaktifkan kumparan L1 dan seterusnya.

16 Kira-kira tujuh detik setelah sinyal masukan dari kunci kontak mati, ECU akan mematikan saklar S. Kumparan relai pengendali menjaga S1 pada posisi ON, hal ini digunakan untuk mengaktifkan pompa bahan-bakar. Ketika sensor putaran mesin gagal atau tidak mengirimkan sinyal masukan ke ECU selama 0,6 detik atau lebih yang dapat menyebabkan mesin gagal berputar atau mati. ECU akan segera mematikan pompa bahan bakar demi keselamatan kendaraan. 2.1.3.4 Pengendalian Relay AC

Gambar 2.15 Skema Pengendalian Relay AC


Sumber: Technical Information Manual Laser/Talon Chrysler Motor. 1990: 14-55

17 Ketika saklar AC ON, sinyal masuk ke ECU dan ECU akan menyalakan relay AC ON untuk mengaktifkan kompresor AC. Dalam rangka untuk menjaga getaran atau kegagalan mesin yang dapat menimbulkan kompresor AC aktif, ECU mengendalikan relay AC, sehingga kompresor diaktifkan oleh setelah interval yang ditetapkan sebelumnya sesuai dengan arus kondisi kerjanya. 2.1.4 Aktuator Aktuator merupakan peralatan mekanis untuk menggerakkan atau

mengontrol sebuah mekanisme atau sistem. Pada engine 4G63 (Mitsubishi Eterna 2.0L th 1992), aktuator sistem injeksi bahan bakar elektronik antara lain: injektor, pompa bahan bakar, dan power transistor (modul pengapian tanpa distributor). 2.1.4.1 Injektor Bahan Bakar

Gambar 2.16 Injektor dan Posisinya Pada Mesin


Sumber: Technical Information Manual Laser/Talon Chrysler Motor. 1990: 14-10

Injektor adalah suatu katup elektromagnetik yang letaknya di intake port (saluran masuk) pada tiap-tiap saluran hisap mesin sistem MPI. Tiap-tiap injektor membuka saat menerima sinyal dari ECU (bagian pengontrol mesin), dan tertutup karena gaya tekan pegas ketika sinyalnya berhenti. Lihat Gb. 2.16 bagian kiri.

18 Ketika ada arus listrik yang masuk ke kumparan, maka gaya elektromagnetik kumparan akan mengangkat Plunger dan Needle Valve terbuka sehingga bahanbakar dikabutkan. Terbukanya kira-kira 0,15 mm, dan ditahan kira 1 milidetik. Ketika Needle Valve tertutup oleh gaya tekan pegas, maka tidak ada bahan-bakar yang mengalir (Probst, O. Charles, 1991:11). 2.1.4.2 Pompa Bahan Bakar

Gambar 2.17 Pompa Bahan Bakar MPI


Sumber: Technical Information Manual Laser/Talon Chrysler Motor. 1990: 14-7

Seperti yang kita ketahui, jenis pompa bahan bakar ini disebut in thank, karena pompa bahan bakar terdapat di dalam tangki dikelilingi oleh bahan bakar itu sendiri. Hal ini dapat mereduksi bunyi yang disebakan kerja dari pompa dan mencegah penguapan dengan sempurna. Pompa jenis ini juga disebut tipe basah, karena semua komponen-komponennya bersentuhan dengan bahan bakar. Konstruksi pompa ini terdiri dari impeller yang digerakkan oleh motor DC dan katup pengaman (Relief Valve) untuk melindungi saluran tekanan bahan bakar dan sebuah katup searah untuk melindungi tekanan balik bahan bakar.

19 2.1.4.3 Ignition Output Signal Ini merupakan sinyal yang dikirim oleh ECU ke Power Transistor. Sinyal ini mengaktifkan Power Transistor untuk memutus arus yang masuk ke kumparan primer koil pengapian, sehingga koil melepaskan arus tegangan tinggi menuju Busi pada tiap-tiap silinder.

Gambar 2.18 Skema Rangkaian Sistem Pengapian Power Transistor


Sumber: Technical Information Manual Laser/Talon Chrysler Motor. 1990: 14-13

2.1.5

On Board Diagnostic ECU telah memiliki sistem penampil informasi diagnosa kesalahan, yang

dapat mendeteksi kesalahan-kesalahan yang berhubungan dengan sensor-sensor mesin atau aktuator-aktuator. Ketika sebuah kesalahan terdeteksi untuk pertama kali, maka data kode kesalahan tersebut akan disimpan di dalam memori ECU. Lampu indikator mesin (engine check / Mulfunction Identification Light) tidak akan menyala pada tahap ini. Jika kesalahan yang sama terdeteksi pada pendeteksian berikutnya, maka data kerusakan tersebut akan tersimpan di dalam memori ECU dan lampu indikator menyala. Lampu MIL menyala pada waktu yang sama ketika data kode kerusakan

20 tersimpan. Tahap kedua, kode ini tersimpan menjadi dua logika kode kesalahan. Artinya setiap mulai pengendaraan akan terdeteksi satu kesalahan yang tersimpan dalam memori ECU. 2.1.5.1 Engine Check Lamp

Gambar 2.19 Posisi Engine Check Lamp


Sumber: Mitsubishi Eterna Workshop Manual 4G63 [DOHC], TT: 13-10

E.C.U. memonitor dan memproses sinyal-sinyal dari sensor-sensor inputoutput tersebut untuk mengendalikan kerja dari mesin agar tercapai kondisi optimumnya. Dan jika terjadi kerusakan pada salah satu sistem atau sensor, maka ECU akan mengeluarkan tanda pada dashboard. Tanda tersebut adalah MIL (Malfunction Indicator Light) yang menyala terus-menerus. Tanda ini juga biasa disebut sebagai Engine Check Lamp.

21 2.1.5.2 Data Link Connector OBD 1

Gambar 2.20 Posisi Engine Check Lamp


Sumber: Mitsubishi Eterna Workshop Manual 4G63 [DOHC], TT: 13-11

Selanjutnya pada sistem OBD I, untuk mengetahui hasil diagnosa kerusakan mesin dengan cara manual (AVO-meter) atau tanpa alat Scanner dengan menggabungkan antara 2 pin konektor (No. 1 dan 12) terminal DLC yang ada di bawah dashboard sebelah kanan dekat kotak sekring. Setelah 2 pin tersebut di hubungkan, kode Self Diagnosis System (error code) bisa dibaca nilai tegangannya pada AVO-meter. Jika mesin dalam kondisi normal kode yang muncul seperti Gambar 2.21 dan apabila mesin dalam kondisi tidak normal kode yang muncul seperti Gambar 2.22.
12 V

0V 0,5 detik 0,5 detik

Gambar 2.21 Bentuk Kode Normal


Sumber: Mitsubishi Eterna Workshop Manual 4G63 [DOHC], TT: 13-11

22
1 kode puluhan 12 V 4 kode satuan

0V

Mulai 3 detik 1,5 detik 2 detik 0,5 detik

Selesai 3 detik

Gambar 2.22 Bentuk Kode Kesalahan


Sumber: Mitsubishi Eterna Workshop Manual 4G63 [DOHC], TT: 13-12

23 Kode kesalahan tersebut memiliki arti atau nilai masing-masing. Untuk lebih jelasnya dapat dibaca pada tabel kode kerusakan berikut ini:

Gambar 2.23 Nilai dan Arti Kode Kesalahan (12 25) ECU
Sumber: Mitsubishi Eterna Workshop Manual 4G63 [DOHC], TT: 13-13

24

Gambar 2.24 Nilai dan Arti Kode Kesalahan (41 - 44) ECU
Sumber: Mitsubishi Eterna Workshop Manual 4G63 [DOHC], TT: 13-14

2.1.6

Posisi Masing-masing Sensor Pada Mobil

Gambar 2.25 Posisi Masing-masing Sensor pada Mobil


Sumber: Mitsubishi Eterna Workshop Manual 4G63 [DOHC], TT: 13-35

25 Pada gambar diatas menunjukkan posisi dari sensor-sensor dan aktuator di mobil. Berikut ini urutan posisi sensor-sensor tersebut sesuai keterangan simbul diatas: Tabel 2.1 Lokasi Komponen Sensor-sensor Pada Mobil Simbul Nama Relay Air Conditioner A Saklar Air Conditioner B Air Flow Sensor (terasuk C I.A.T.S. dan B.P.S.) Lampu control mesin (M.I.L.) D Engine Coolant Temperature E Sensor (E.C.T.S) F G H I J K Engine Control Unit (E.C.U) Terminal cek pompa B.B Koil Pengapian (power transistor) Terminal setting timming pengapian Saklar putaran langsam Injektor Simbul Nama I.S.C. servo (motor stepper) L Kepala silinder M N O P Q R S T U Skrup penyetel udara Relay pengontrol MPI Chasis depan Saklar tekanan minyak power steering Terminal keluaran self diagnosis engine (D.L.C.) TDC sensor dan Crank Angel Sensor Throttle position Sensor Vehicle Speed Sensor

Sumber: Mitsubishi Eterna Workshop Manual 4G63 [DOHC], TT: 13-35

2.2

Sensor Optocoupler Ada kalanya pada situasi tertentu, suatu sinyal dan data perlu diubah dari

suatu sistem ke sistem yang lain dengan suatu komponen atau tanpa harus ada hubungan rangkaian elektronik. Hal ini tentu bisa, karena sumber tegangnya berbeda. Seperti mikrokontroler yang bekerja pada tegangan DC 5V, digunakan untuk mengontrol arus AC 240V. Pada situasi ini, hubungan antara keduanya harus dipisahkan, untuk melindungi mikrokntroler dari kerusakan akibat kelebihan tegangan.

26

Gambar 2.26 Konstruksi IC Sensor Optocoupler


Sumber: http://www.jaycar.com.au/images_uploaded/optocoupler

IC Optocoupler selain ukuranya yang kecil juga mampu beroperasi pada kecepatan tinggi. Sensor ini menggunakan sinar lampu untuk memindahkan sinyal atau data melewati rintangan elektronik dan mencapai pemisahan yang sempurna. IC ini ukurannya kecil, 6 atau 8 pin tetapi pada dasarnya kombinasi antara dua komponen yang nyata, yaitu sebuah pemancar cahaya khususnya sebuah gallium arsenide LED dan sebauh penerima cahaya seperti phototransistor atau pengubah sinyal cahaya. Keduanya dipisahkan dengan rintangan transparan yang menahan adanya arus elektronik diantara keduanya tetapi dapat meneruskan cahaya. Konsep dasarnya seperti pada gambar 2.26 (Simbul yang biasa dipakai untuk rangkaian optocoupler). Optocoupler biasa digunakan khususnya untuk saklar digital, sehingga cocok digunakan untuk mengirimkan sinyal On-Off atau data digital. Sinyal analog dapat dikirim dalam bentuk frekuensi atau PWM (Pulse Width Modulation).

27

2.3

Mikrokontroler AVR AVR merupakan salah satu jenis arsitektur mikrokontroler yang menjadi

andalan Atmel. Arsitektur ini dirancang memiliki berbagai kelebihan dan merupakan penyempurnaan dari arsitektur mikrokontroler-mikrokontroler yang sudah ada. Berbagai seri mikrokontroler AVR telah diproduksi oleh Atmel dan digunakan di dunia sebagai mikrokontroler yang bersifat low cost dan high performance. Di Indonesia, mikrokontroler AVR banyak dipakai karena fiturnya yang cukup lengkap, mudah untuk didapatkan, dan harganya yang relatif terjangkau. Antar seri mikrokontroler AVR memiliki beragam tipe dan fasilitas, namun kesemuanya memiliki arsitektur yang sama, dan juga set instruksi yang relatif tidak berbeda. Berikut tabel perbandingan beberapa seri mikrokontroler AVR buatan Atmel.

Tabel. 2.2 Perbedaan mega AVR dengan Tiny AVR


Seri ATmega8 ATmega8535 ATmega16 ATmega162 ATmega32 ATmega128 ATtiny12 ATtiny2313 ATtiny44 ATtiny84 Flash RAM EEPROM Pin Timer Timer ADC UART PWM SPI ISP (KBytes) (Bytes) (KBytes) I/O 16-bit 8-bit 10-bit 8 8 16 16 32 128 1 2 4 8 1024 512 1024 1024 2048 4096 128 256 512 0.5 0.5 0.5 0.5 1 4 0.0625 0.125 0.25 0.5 23 32 32 35 32 53 6 18 12 12 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 3 4 4 6 4 8 4 4 4 6/8 8 8 8 8 8 8 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya

Sumber: http://elm-chan.org/works/avrx/report_e.html

28 Keterangan: 1) Flash adalah suatu jenis Read Only Memory yang biasanya diisi dengan program hasil buatan manusia yang harus dijalankan oleh mikrokontroler. 2) RAM (Random Acces Memory) merupakan memori yang membantu CPU untuk penyimpanan data sementara dan pengolahan data ketika program sedang running. 3) EEPROM (Electrically Erasable Programmable Read Only Memory) adalah memori untuk penyimpanan data secara permanen oleh program yang sedang running. 4) Port I/O adalah kaki untuk jalur keluar atau masuk sinyal sebagai hasil keluaran ataupun masukan bagi program. 5) Timer adalah modul dalam hardware yang bekerja untuk menghitung waktu/pulsa. 6) UART (Universal Asynchronous Receive Transmit) adalah jalur komunikasi data khusus secara serial asynchronous. 7) PWM (Pulse Width Modulation) adalah fasilitas untuk membuat modulasi pulsa. 8) ADC (Analog to Digital Converter) adalah fasilitas untuk dapat menerima sinyal analog dalam range tertentu untuk kemudian dikonversi menjadi suatu nilai digital dalam range tertentu. 9) SPI (Serial Peripheral Interface) adalah jalur komunikasi data khusus secara serial secara serial synchronous.

29 10) ISP (In System Programming) adalah kemampuan khusus mikrokontroler untuk dapat diprogram langsung dalam sistem rangkaiannya dengan membutuhkan jumlah pin yang minimal. Keunggulan AVR adalah pengkombinasian banyak instruksi dengan 32 general purpose working registers. Kesemua 32 register tersambung langsung ke Arithmetic Logic Unit (ALU), Mengijinkan dua register bebas dapat diakses dengan intruksi yang dieksekusi hanya dengan satu siklus clock. Hasilnya adalah suatu arsitektur dengan kode yang lebih efisien dan 10 kali lebih cepat dibandingkan dengan mikrokontroller konvensional CISC (Complex Instruction set Computing). 2.4 Liquid Crystale Display (LCD) LCD adalah modul penampil yang banyak digunakan karena tampilannya menarik. LCD yang paling banyak digunakan saat ini ialah LCD M1632 refurbish karena harganya cukup murah. LCD M1632 merupakan modul LCD dengan

tampilan 2X16 (2 baris X 16 kolom) dengan konsumsi daya rendah. Modul tersebut dilengkapi dengan mikrokontroler yang didesain khusus untuk mengendalikan LCD.

Gambar 2.27 Modul LCD 16 X 2

30 Mikrokontroler LCD juga memiliki CGROM (Character Generator Read Only Memory), CGRAM (Character Generator Random Acess Memory), dan DDRAM (Display Data Randome Acess Memory). LCD yang umum ada yang panjangnya hingga 40 karakter (2 X 40 dan 4 X 40), dimana tempat penyimpanan karakternya menggunakan DDRAM. CGRM merupakan memori untuk

menggambarkan pola sebuah karakter, dimana bentuk dari karakter dapat diubahubah sesuai dengan keinginan. Namun, memori akan hilang saat power suplai tidak aktif, sehingga pola karakter akan hilang.

Gambar 2.28 Susunan Alamat Pada LCD


Sumber: www.iddhien.com

Alamat awal karakter 00H dan alamat akhir 39H. Jadi, alamat awal di baris kedua dimulai dari 40H. jika inggin meletakkan suatu karakter pada baris ke-2 kolom pertama, maka harus diset pada alamat 40H. Jadi meskipun lcd yang digunakan 2x16 atau 2x24 atau bahkan 2x40, maka penulisan programnya sama saja.

31 Berikut ini adalah table pin lcd 16x2 standar: Tabel. 2.3 Konfigurasi Pin LCD Pin No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Nama Vss Vdd Vo RS R/W E D0 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 A K Power Power Analog Input Input Input I/O I/O I/O I/O I/O I/O I/O I/O Power Power I/O Keterangan GND +5V Contras Control Register Select Read/Write Enable (Strobe) Data LSB Data Data Data Data Data Data Data MSB LED + LED (GND)

Sumber: LCD Modul M1632 User Manual.Pdf. 1987:2

2.5

Break Even Point Break Even Point adalah suatu keadaan di mana penghasilan dari penjualan

hanya cukup untuk menutup biaya, baik bersifat variable maupun bersifat tetap (kondisi jumlah penghasilan total sama dengan biaya total).

Gambar 2.29 Grafik Break Even Point


Sumber : Imam Soeharto, 1999:401

32 Faktor-faktor yang menunjukkan perubahan jumlah keuntungan yang diperoleh sebagai berikut: 1) Harga jual produk, naik turunnya harga jual akan berpengaruh terhadap penghasilan dari penjualan. 2) Jumlah unit yang terjual, juga perubahan dari jumlah terjual akan secara langsung mempengaruhi penghasilan penjualan. 3) Biaya produksi, yang ini akan mempengaruhi biaya keseluruhan yang harus diperhitungkan terhadap hasil penjualan. Biaya produksi dikelompokkan menjadi: a) Biaya tetap Biaya jenis ini besarnya tetap, dalam arti tidak tergantung volume produksi. Misalnya pajak PBB b) Biaya variable atau tidak tetap Biaya ini mempunyai hubungan erat dengan tingkat produksi. Misalnya sewa listrik, rumus yang digunakan sebagai berikut: TVC = VC Q ...................................................................................... (2.1)
Sumber: Imam Suharso, 1999:400

Dimana: TVC : total biaya variable VC Q : biaya tidak tetap per unit : jumlah produksi

Kegunaan BEP yang telah dibuat yaitu: 1) Untuk memberikan gambaran tentang batas jumlah penjualan minimum yang harus diusahakan agar perusahaan tidak menderita rugi.

33 2) Untuk menentukan jumlah penjualan yang seharusnya diperoleh pada persyaratan tertentu, misalnya penjualan yang memberikan sejumlah laba tertentu. Jumlah penjualan yang seharusnya diperoleh akan sama dengan jumlah penjualan pada keadaan break even point ditambah dejumlah penjualan lain yang diperlukan untuk memperoleh laba yang dimaksud. Perhitungan BEP, dengan asumsi bahwa harga penjualan per unit produksi adalah konstan. Maka jumlah unit pada titik impas/BEP sebagai berikut: Berdasarkan unit:

Qi

FC .............................................................................. (2.2) P VC
Sumber: Imam Suharso, hlm. 401

Dimana: Qi FC P VC : jumlah unit yang dihasilkan dan terjual pada titik impas : biaya tetap : harga penjualan per unit : biaya tidak tetap per unit

Berdasarkan rupiah:

BEP( Rp)

F ......................................................................... (2.3) P V
Sumber: Imam Suharso, 1999:401

Dimana: BEP F V : break even point : fixed cost : vaiable cost

Anda mungkin juga menyukai