Anda di halaman 1dari 25

TUGAS KELOMPOK 2

MATA KULIAH SISTEM KONTROL ELEKTRONIK

SENSOR PADA POWERTRAIN B

Disusun Oleh:

1. Angga Dwi Maulana 5202419012


2. Alfiya Ramadhani 5202419043
3. Nanda Aji Kusuma 5202419061
4. Aldika Mosya Saputra 5202419066
5. Abdur Rohman Robbani A 5202419068
6. Dhafanito Prameidya M 5202419078
7. Doni Yudi Irawan 5202419080

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem kontrol adalah suatu sistem yang dibentuk atau dirancang
sedemikian rupa untuk menghasilkan daya mesin yang optimal dengan
melihat pengeluaran emisi gas seminim mungkin, efisiensi bahan bakar, mesin
dalam siap pakai, dan dapat mendiagnosa permasalahan dengan mengevaluasi
permasalahan yang terjadi (Sutiman, 2005). Sistem kontrol juga berfungsi
untuk alat mengendalikan, memerintah, dan mengatur keadaan suatu sistem
dengan tetap menjaga kualitas dan kuantitas sistem (Utomo, 2019). Jadi dapat
disimpulkan bahwa sistem kontrol adalah suatu sistem pengendalian,
pemerintahan, dan pengaturan untuk mendapatkan hasil yang maksimal
namun tetap terjaga hasil yang telah didapatkan.
Sistem kontrol elektronik adalah pengembangan ilmu untuk mengontrol
keefektifan bahan bakar sesuai dengan perbandingan campuran jumlah bahan
bakar dan udara, akselerasi yang normal pada mesin, efisiensi bahan bakar
yang didapatkan, serta pembuangan emisi gas buang sedikit. Sistem kontrol
elektronik terdiri dari komponen ECU, sensor dan aktuator. ECU yang
berfungsi mengevaluasi data-data yang masuk dari sensor untuk dilakuka
perhitungan yang akurat yang selanjutnya mengaktifkan aktuator untuk
menghasilkan sistem kerja mesin yang baik (Sutiman, 2005). Pendapat lain
juga mengemukakan sistem kontrol elektronik terdapat tiga bagian yaitu input,
proses, dan output. Input terdiri dari sensor-sensor yang terpasang pada mesin
sebagai signal, proses terdiri dari ECU yang berfungsi menerima signal listrik
dari sensor berupa signal input yang kemudian diolah untuk selanjutnya
sebagai perintak kepada aktuator apa yang harus dilakukan oleh aktuator, yang
terakhir yaitu output yang terdiri dari aktuator berfungsi melaksanakan
pekerjaan yang diperintah oleh ECU (Fikri, 2019). Maka untuk komponen-
komponen sistem kontrol elektronik ini terdiri dari ECU, sensor, dan aktuator.
ECU sebagai otaknya, sensor sebagai pemberi signal. Dan aktuator sebagai
eksekutornya.
Jadi dapat dismpulkan bahwa sistem kontrol elektronik adalah suatu
sistem yang bekerja untuk mengontrol serta mengevaluasi hasil yang
didapatkan komponennya terdiri dari ECU untuk mendapatkan sinyal dari
sensor, memproses sinyal tersebut, dan menyuruh aktuator untuk bekerja, lalu
sensor untuk pemberi sinyal kepada ECU, dan aktuator untuk melaksanakan
pekerjaan apa yang harus dilakukan.
1.2. Tujuan
1.2.1. Mengidentifikasi Crankshaft Position Sensor.
1.2.2. Mengidentifikasi Sensor Oksigen.
1.2.3. Mengidentifikasi Oil Pressure Control.
1.2.4. Mengidentifikasi Engine Coolant Temperature Sensor.
1.2.5. Mengidentifikasi Fuel Tank Level Sensor.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Crankshaft Position Sensor ( CKPS )


2.1.1 Pengertian crankshaft atau poros engkol

(Sumber : https://www.seat.com )

Crankshaft adalah sebuah bagian pada mesin yang mengubah gerak


vertikal atau horizontal dari piston menjadi gerak rotasi (putaran). Fungsi
poros engkol atau crankshaft adalah untuk merubah gerak naik turun piston
(fly wheel). Tenaga yang dipergunakan untuk menggerakkan roda kendaraan
dihasilkan oleh pembakaran (langkah usaha), kemudian hasil pembakaran ini
dapat menggerakkan torak, kemudian melalui batang torak dan dirubah
menjadi gerakan putar oleh poros engkol atau crankshaft.

2.1.2 Fungsi Crankshaft Position Sensor ( CKPS ) 

(Sumber : https://www.otospeedcar.com )

Fungsi Crankshaft Position Sensor (CKPS) bukan hanya satu


melainkan memiliki 3 (tiga) fungsi penting. Adapun tiga fungsi utama
Crankshaft Position Sensor yaitu sebagai berikut : 
a. Pembacaan sudut posisi poros engkol
Fungsi crankshaft position sensor yang pertama adalah mendeteksi
sudut poros engkol, seperti mengetahui posisi piston  setiap silinder.
Data inilah yang nantinya dikirim oleh CKPS ke ECU untuk
mengetahui piston yang berada di Titik Mati Bawah dan Titik Mati
Atas pada setiap selinder. 
b. Menentukan waktu pengapian dan penginjeksian bahan bakar
Fungsi crankshaft position sensor yang kedua adalah sebagai
penentu waktu pengapian dan penginjeksian bahan bakar pada setiap
silinder sesuai dengan feering order (susunan pengapian). Setelah
ECU mengetahui setiap posisi piston pada setiap silinder, maka ECU
pun mengirimkan sinyal ke injektor untuk menyemprotkan bahan
bakar dan coil untuk memercikan bunga api. 
c. Mendeteksi putaran mesin ( RPM )
Tacho meter yang terdapat di panel instrumen yang berfungsi
mengukur putaran mesin datanya diperoleh dari sensor CKPS. Round
Per Minutes (RPM) pada mesin ini juga berpengaruh terhadap sistem
yang lain.

2.1.3 Cara Kerja Crankshaft Position Sensor ( CKPS )

Secara umum cara kerja crankshaft position sensor (CKPS) hampir


sama seperti cara kerja camshaft sensor (CMPS). Namun sedikit yang
membedakan bahwa pada piringan rotor poros engkol memiliki jumlah gigi
yang lebih banyak yaitu 34 yang ditempatkan setiap 10 ° Crank Angle (CA)
dan ditambah dua gigi yang hilang untuk mendeteksi Titik Mati Atas (Top
Dead Centre) yang diletakkan di sekitar diameter luar rotor. 
Oleh karena itu, 34 gelombang AC dikeluarkan dari sensor untuk
setiap putaran poros engkol. Gelombang AC ini dikonversi menjadi bentuk
gelombang persegi panjang oleh sirkuit pembentukan gelombang di dalam
ECU mesin, dan digunakan untuk menghitung posisi poros engkol, TDC, dan
kecepatan putaran mesin.
Dari mekanisme type kerjanya, crankshaft position sensor terbagi
menjadi 2 ( dua ) jenis yaitu : 
a. Type Inductive / Variable Reluctance Sensor 

Pada tipe ini tegangan yang dihasilkan adalah tegangan bolak -


balik (AC) rendah. Naik dan turunnya tegangan ini sangat dipengaruhi
oleh kecepatan putaran pada piringan rotor. Tegangan yang diperoleh
murni berasal dari gaya induksi magnet yang terjadi pada pick up coil
sensor tersebut ketika rotor berputar. Tegangan variatif inilah dikirim
oleh CKPS ke ECU dan dengan mudah ECU mengetahui kondisi
putaran mesin dari jumlah tegangan yang dikirim. Semakin cepat
putaran mesin maka tegangan induksi yang terjadi semakin besar,
sebaliknya semakin lambat putaran mesin maka semakin kecil pula
tegangan induksi yang dihasilkan.
b. Type Hall Effect Sensor
Pada CKP sensor tipe hall effect tidak  menggunakan magnet
permanen. Sehingga ini tidak terpengaruh oleh perubahan medan
magnet. Pada jenis ini, telah terpasang perangkat yang mampu
merubah tegangan tergantung kecepatan putaran mesin. Nilai
tegangan yang dihasilkan pun tetap (tidak variatif), hanya
frekuensinya saja yang berbeda - beda. Umumnya CKP sensor type
hall effect menggunakan tiga kabel. Hal ini dikarenakan sensor jenis
ini membutuhkan tegangan input 5 Volt agar dapat bekerja. Tiga
terminal yang digunakan yaitu tegangan input (VC +)  ground atau
massa (VC -) , dan tegangan output. Selain itu, crankshaft position
sensor tipe hall effect membutuhkan amplifier untuk memperkuat
sinyal tegangan  yang dihasilkan.
2.1.4 Mendiagnosa Kerusakan Crankshaft Position Sensor ( CKPS )
a. Adapun beberapa gejala kerusakan yang terjadi pada mesin mobil jika
crankshaft position sensor rusak yaitu sebagai berikut : 
 Saat distater mesin dapat berputar namun tidak menyala. Jika pun
mesin menyala, idle mesin akan tersendat-sendat dengan RPM
yang naik turun tidak normal. Ini terjadi karena ECU tidak
mendapatkan sinyal yang baik dari CKP sensor, sehingga ECU
tidak memberikan sinyal kepada injektor untuk menyemprotkan
bahan bakar dan coil untuk memercikan bunga api. 
 Membutuhkan waktu yang lama untuk menghidupkan mesin
karena sinyal yang dikirim ke ECU tidak sesuai. Bisa juga terjadi
karena koneksi kabel yang rusak karena panas dan getaran. 
 Lampu check enggine yang menyala, ini adalah indikator paling
mudah untuk mengetahui
b. Cara memeriksa crankshaft position sensor yang rusak, berikut ini
cara menguji sensor posisi crankshaft dengan atau tanpa kode.
 Kode Kerusakan ( CKP Trouble Code )
Jika lampu check enggine mobil menyala, itu artinya ECU
telah mencatat kode kesalahan dari sensor yang bermasalah. Anda
dapat memeriksa kode ini dengan bantuan alat onboard diagnostic
(scan tool ataupun yang sejenisnya). Biasanya, kode CKP yang
bermasalah yaitu P0335 dan P0338.
 Gas Mesin dan Lihat RPM Pada Scan Tool
Anda bisa mencoba melakukan ini yaitu menekan gas
dengan kisaran yang bisa Anda prediksi dan lihatlah nilai RPM
pada scan tool. Jika putaran mesin cukup tinggi dan ternyata yang
terbaca pada scan tool 0 (Nol) maka CKP sensor dipastikan rusak.
Mengukur CKP Sensor Menggunakan Multi Tester.
o Pemeriksaan Pada Sensor Jenis Inductive

Untuk memeriksa CKP sensor tipe inductive, Anda bisa


mengukur hambatan pada sensor tersebut. Lepaskan konektor
sensor dan periksa tahanan gulungan coil yang berkisar antara
500 – 1500 ohm, jika hasil pengukuran sangat berbeda jauh, atau
nol/tak terhingga, sensor harus diganti. Pada beberapa kasus
tahanan terendah dapat mencapai 200 ohm dan tahanan tertinggi
mencapai 2500 ohm.  Sedangkan jika Anda mengukur
tegangannya, maka tegangan output yang dihasilkan pada range 1
- 2 Volt. 
o Pemeriksaan Pada Sensor Jenis Hall Effect
Pada jenis hall effect, Anda bisa memeriksa tegangan
inputnya, range tegangan sekitar 5 Volt (terkadang untuk
beberapa jenis mobil tegangannya 12 Volt). Untuk memeriksa
tegangan outputnya, caranya saat mobil distater ukurlah tegangan
outputnya.  Ini juga bisa Anda ukur dengan menggunakan
oskiloskop atau lampu LED. Jika lampu berkedip berarti CKP
sensor dalam kondisi baik, sebaliknya jika tidak ada sama sekali
maka CKP sensor rusak. 

2.2. Exhaust/Sensor Oksigen


2.2.1 Pengertian Sensor Oksigen

Sensor oksigen juga dikenal sebagai lamda sensor ataupun air fuel ratio
sensor. Pada kendaraan yang menggunakan tipe control close loop, sensor oksigen
terletak pada bagian exhaust manifold. Sedangkan pada kendaraan yang
menggunakan catalytic converter, sensor oksigen ini terpasang sebelum catalytic
converter dan sesudahnya.

Sistem Gas Buang

Fungsi dari sensor oksigen ini adalah untuk mengukur jumlah oksigen dalam
gas buang, selain itu juga bertugas untuk mengirim sinyal ke ECU sebagai umpan
balik terhadap produk campuran yang sudah diberikan ke mesin. Hal tersebut
didasarkan pada perhitungan agar didapatkan komposisi yang ideal atau
stoichiometric antara campuran udara dan bahan bakar (14,7:1).
Menurut bahan pembuatannya, sensor oksigen ini terdiri dari beberapa jenis,
antara lain Zirconia (elemen ZrO2), dan Titania (TiO2). Zirconia menyensor secara
berurutan pada gaya elektromotif yang dibangkitkan karena perbedaan konsentrasi
oksigen. Sedangkan Titania menyensor secara berurutan pada perubahan resistansi
karena perbedaan konsentrasi oksigen.
a. Gambar kontruksi sensor oksigen

kontruksi sensor oksigen

b. bagian sensor oksigen

Tipe sensor oksigen berbeda tergantung jenis mesin yang


digunakan. Sensor oksigen zirconia ada yang menggunakan pemanas
heater yang memanaskan elemen zirconia. Pemanas ini dikontrol oleh
ECU. Bila volume udara masuk rendah (bila temperatur gas buang
rendah, maka arus listrik mengalir ke pemanas (heater) untuk
memanaskan sensor). Heater sudah terintregasi didalam beberapa tipe
oksigen sensor yang erfungsi untuk membantu oksigen sensor segera
bekerja pada saat setelah engine start.
Zirconia semacam material keramik dimana zirconia untuk
melindungi elemen sensor, sebuah cover untuk mengarahkan emisi
exhaust dan sebuah terminal penghubung untuk menyalurkan gaya gerak
listrik. Elemen ini dilapisi elemen tipis platina pada bagian dalam dan
luarnya.
2.2.2 Cara kerja sensor oksigen
Sensor oksigen menghasilkan sinyal tegangan berdasarkan jumlah
oksigen yang berada didalam dan diluar sensor. Unsur zirconia satu sisi
terkena aliran gas buang, sisi lain yang terbuka ke atmosfer. Masing-masing
pihak memiliki elektroda platinum yang melekat pada unsur zirconia, Apabila
elektroda platinum atau elemen zircona kotor atau korosi makaoutput sinyal
tegangan akan berkurang.
Bila konsentrasi oksigen pada permukaan dalam elemen zrconia lebih
berbeda dari pada konsentrasi oksigen diudara luar disaat temperatur elemen
zirconia 400 °C atau lebih, maka elemen zirconia akan membangkitkan
tegangan yang bekerja berdasarkan sinyal ECU.
Bila perbandingan campuran udara dan bahan bakar kurus didalam
gas buang terdapat banyak oksigen, karena itu sedikit sekali perbedaan
konsentrasi antara oksigen pada bagian dalam dan luar sensor. Sehingga
tegangan yang terbentuk oleh elemen zirconia rendah mendekati 0 V.
Sebaliknya jika campuran udara dan bahan bakar gemuk, oksigen didalam gas
buang hampir tidak ada. Hal ini terjadi perbedaan konsentrasi oksigen yang
besar dibagian dalam dan diluar sensor sehingga tegangan yang dihasilkan
elemen zirconia sebesar ± 1 V.
Platinum yang dilapisi elemen zirconia bekerja sebagi catalyst,
menyebabkan oksigen dan CO dalam gas buang bereaksi. Hal ini akan
mengurangi volume oksigen dan sensivitas sensor. Berdasarkan sinyal dari
sensor ini, engine ECU menambah atau mengurangi volume penginjeksian
agar perbandingan udara dan bahan bakar ideal (mendekati perbandinga
teoritis).
Gas buang yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar dan udara
terdiri dari banyak komponen gas yang sebagian besar merupakan polusi bagi
lingkungan, dimana hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari
karbon mnoksida dan sekitar 15% dari hidrokarbon. Kandungan gas buang
yang dihasilkan kendaraan yang umumnya terdiri dari gas yang beracun
yaitu:
a. Karbon Momoksida (CO), karbon monoksida adalah gas yang tidak
berwarna, tidak berbau dan juga tidak berasa. Gas karbon monoksida
dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah 192 °C. Gas karbon
monoksida sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil
dengan udara.
b. Nitrogen Oksida, nitrogen oksida adalah emisi yang dihasilkan oleh
pembakaran yang terjadi pada temperatur tinggi. Udara bebas yang
digunakan untuk pembakaran mengandung nitrogen sekitar 80%. Pada
temperatur yang cukup tinggi sekitar 1370 °C atau lebih, nitrogen dan
oksigen dalam campuran bahan bakar dengan udara akan bersatu dan
membentuk Oksida Nitrogen akan menghasilkan warna coklat kotor
pada gas buang. Disamping itu juga terasa pedas dimata dan
mengganggu paru-paru. Nitrogen Oksida ini akan bertambah apabila
campuran bahan bakar dengan udara yang kurus.
2.2.3 Mendignosa kerusakan

Adapun beberapa gejala dan cara untuk memeriksa kerusakan pada


sensor oksigen antara lain:

a. Gejala:
o Mengecek MIL (Malfungtion Indicator Lamp), jika lampu check
engine menyala berarti sensor oksigen tidak berfungsi.
o Kandungan emisi gas buang yang meningkat
o Performa mesin yang turun, ditandai dengan mesin yang
mengalami mogok, gas tidak mau akselerasi.
b. Cara memeriksa secara visual:
o Kondisi oksigen yang berwarna hijau, bisa disebabkan karena
adanya kebocoran pada cairan di system pendingin yang masuk ke
ruang bakar.
o Kondisi sensor oksigen yang berwarna kehitaman, bisa disebabkan
karena terkontaminasi oleh oli mesin yang berlebihan.

o Kondisi sensor oksigen yang berwarna kecoklatan, bisa disebabkan


karena campuran udara dan bahan bakar yang terlalu kaya.

o Kondisi sensor oksigen yang berwarna kemerahan atau putih,


disebabkan karena bahan bakar yang diguankan memakai additive
atay zat tambahan untuk menaikkan angka oktan bahan bakar dan
menghilangkan kerak pada ruang bakar.

o Kabel sensor oksigen yang putus, disebabkan karena adanya


tekanan yang berlebihan pada kabel sensor.
2.3. Oil Pressure Control
2.3.1 Pengertian pelumas (Oli)
Secara garis besar pelumas digunakan untuk mengurangi gesekan. Mesin
mobil terdiri dari banyak komponen, terdapat komponen yang diam dan ada
yang bergerak, gerakan komponen satu dengan yang lain akan menimbulkan
gesekan, dan gesekan akan mengurangi tenaga yang dapat menimbulkan
keausan dan menghasilkan kotoran dan panas, guna mengurangi gesekan
maka antara bagian yang bergesekan dilapisi pelumas. Untuk mengetahui
bahwa system pelumasan berjalan baik, terdapat komponen Sensor Oil
Preassure yang berperan sebagai sensor system control elektronik pada
system pelumasan.

2.3.2 Fungsi Sensor Oil Pressure

(Sumber : https://www.howacarworks.com )

Sensor oil pressure atau sensor tekanan oli bertugas untuk membaca
tekanan oli didalam mesin dan mengirim informasi ini ke ECU untuk diolah.
Tekanan oli yang lemah menunjukkan bahwa terdapat permasalahan pada
system pelumasan diantaranya kurangnya volume oli, oil pump lemah,
tersumbatnya saluran oli, dll. Jika tekanan oli berada dibawah level yang
seharusnya, maka akan lampu tanda peringatan akan menyala pada
dashboard saat mesin hidup. Sensor ini terletak pada bagian blok silinder
yang biasanya terpasang pada bagian samping.

2.3.3 Cara kerja OPS (Oil Pressure Control)


a. Oil Pressure Sensor bekerja dengan normal
o Pada saat kunci kontak ON, mesin mati lampu oli harus hidup
(menyala)
o Pada saat kunci kontak ON, mesin berputar lampu oli harus mati
(jika meredup, ini pun harus segera dilakukan pemeriksaan)
b. Oil Pressure Sensor bekerja tidak normal
o Pada saat kunci kontak ON, mesin mati lampu oli tidak menyala
o Pada saat kunci kontak ON, mesin berputar lampu oli juga tidak
menyala
o Pada saat kunci kontak ON, mesin mati lampu menyala dan pada
saat kunci kontak ON mesin berputar lampu tetap menyala.
c. Jenis - jenis dan cara kerja oil pressure sensor (sensor tekanan oli)
Jenis Oil pressure sensor (sensor oli) terbagi menjadi 2 (dua) yaitu :
o Oil Pressure Sensor jenis mekanik

Tekanan oli yang masuk kedalam sensor melalui main oil galery
akan menggeraknna changing resistansi yang berada didalam sensor.
Tahanan yang terjadi pada changing resistance ini berubah - ubah
sesuai dengan tekanan oli.
Nilai tahanan pada changing resistance ini selanjutnya dikirim ke
oil pressure gauge yang bisa dilihat oleh pengemudi untuk mengetahui
kuantitas ( volume ) oli pada mesin. Jika tekanannya sesuai dengan
standart maka volume oli baik. Sedangkan bila tekanannya lebih kecil
berarti oli sudah mulai berkurang dan harus segera diambil tindakan.
o Oil Pressure Sensor jenis elektronik ( digital )

Pada jenis digital, volume oli tidak ditunjukkan dengan jarum


analog melainkan hanya dengan hidupnya lampu indikator oli pada
cluster instrumen mobil. Jadi pada jenis ini, sensor tidak memiliki
resitansi yang dapat berubah - ubah, hanya bersifat seperti saklar On
dan Off.
Pada saat mesin mati, maka tidak ada tekanan oli pada ruang apply
oil pressure sehingga contac point masih dalam kondisi bersatu ( pada
konsisi normal ). Menempelnya contac point tersebut akan
menyebabkan lampu indikator oli menyala.
Sedangkan pada saat mesin hidup, terjadi tekanan oli pada Apply
Oil Presure yang akan mendorong Diafragma. Dorongan ini akan
menyebabkan contac point terpisah ( putus ) yang mengakibatkan
lampu indikator oli mati. Dan ketika mesin dimatikan, contac point
akan kembali menyatu akibat dari dorongan pegas ( spring ) yang ada
diatasnya.

2.3.4 Gejala Kerusakan Oil Pressure Sensor ( Sensor Tekanan Oli )


Berikut ini adalah gejala - gejala kerusakan oil pressure sensor :
a. Lampu indikator oli terus menyala
Lampu oli akan memberikan informasi kepada pengemudi tentang
kondisi volume oli pada mesin. Jika pada saat mesin hidup lampu oli
tetap menyala, sedangkan ketika Anda periksa volume oli ternyata
masih dalam batas yang baik berarti terjadi kerusakan pada lampu
indikator oli.
b. Lampu indikator oli terus berkedip
Dalam beberapa kasus, lampu tekanan oli terus menerus berkedip
saat mesin hidup. Ini sangat mengkhawatirkan bagi pengemudi karena
mengindikasikan level oli lebih rendah dari level standar. Dari pada
Anda stres karena harus terus menerus memerika level oli, maka kami
anjurkan segeralah ganti sensor dengan yang baru.
c. Pengukur tekanan oli nol ( Untuk Jenis Mekanis )
Sebagian besar mobil yang lebih tua memiliki pengukur mekanik
yang sebenarnya yang membuat pengemudi membaca tekanan oli.
Jika pengukur ini membaca nol bahkan ketika level oli ada pada level
yang sudah sesuai, maka sensor tekanan oli mungkin bermasalah.

2.4. Engine Coolant Temperature Sensor


2.4.1 Pengertian
Sensor engine coolant temperature untuk mendeteksi temperatur
silinder. Sensor ini merupakan tipe thermistor dan memberikan sinyal ke
ECU (Electronic Control Unit) sebagai nilai tegangan. Sinyal ini dipakai
untuk memberikan kompensasi durasi waktu injeksi bahan bakar, waktu
pengapian dan lain sebagainya. Sensor ini juga dipakai untuk mendeteksi
panas mesin yang berlebihan, mengingat ECU mampu mendeteksi suhu dan
gradient perubahan suhu. 
2.4.2 Fungsi Engine Coolant Temperature Sensor
Engine Coolant Temperature Sensor (ECT) berfungsi mengirim signal
tegangan berupa informasi kepada ECU tentang temperature cairan pendingin
(engine coolant) pada bagian engine. Bahan sensor ECT terdiri dari solid-
state variable resistor semiconductor NCT (Negative Temperature
Coefficient). NCT adalah thermistor yang nilai tahanannya berkurang bila
temperature naik (nilai tahanan berbanding terbalik terhadap temperatur).

2.4.3 Cara Kerja Engine Coolant Temperature Sensor

Sensor ECT menggunakan komponen elektronik berupa thermistor


yang digunakan sebagai pendeteksi dan pengukur temperatur cairan
pendingin. Besar kecilnnya hasil tahanan pada komponen thermistor akan
berubah-ubah menyesuaikan dengan tinggi rendah dari suhu atau temperatur
cairan pendingin. Pada thermistor terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Thermistor PTC (Positif Temperature Coefisien), merupakan
thermistor yang nilai tahanannya akan tinggi jika suhu disekitar panas,
dan tahanan akan rendah jika suhu disekitar dingin.
b. Thermistor NTC (Negative Temperature Coefisien), merupakan
thermistor yang memiliki nilai terbalik terhadap suhu. Apabila suhu
disekitar panas, maka hasil tahanan pada thermistor rendah. Dan
ketika suhu disekitar dingin maka tahanan pada thermistor tinggi.

Thermistor yang digunakan pada sensor ECT adalah jenis NTC


(Negative Temperature Coefisien). Dengan kerja apabila suhu cairan
pendingin meniningkat, maka hasil tahanan pada thermistor pada sensor WTS
akan rendah. Sedangkan jika cairan pendingin menurun, maka hasil tahanan
thermistor akan tinggi.

Semakin tinggi dari temperatur cairan pendingin akan menyebabkan


tahanan pada thermistornya menjadi rendah dan tegangan output akan rendah
juga. Efeknya volume penginjeksian dari bahan bakar akan semakin sedikit.
Sedangkan jika semakin rendah temperatur cairan pendingin maka tahanan
pada thermistornya akan tinggi dan tegangan output makin besar, efeknya
volume pengunjeksian bahan bakar akan diperbanyak.
Sensor WTS yang dihubungkan ke ECU (Engine Control Unit) pada
sistem injeksi. Dimana ECU memberikan signal tegangan sumber sebesar 5
volt ke sensor WTS melalui terminal THW. Sedangkan tegangan output dari
sensor WTS akan berubah-ubah besarnya sesuai dengan perubahan cairan
pendingin serta berubah-ubah sesuai dengan nilai tahanan atau resistansi yang
ada pada sensor WTS.
Output signal sensor WTS ini (pada terminal E2)dikirim kembali ke
ECU menjadi signal input yang akan digunakan sebagai data masukkan untuk
mengontrol aktuator-aktuator pada mesin injeksi seperti injektor, coil
pengapian, Idle speed control valve (ISC), serta kipas pendingin.

2.4.4 Cara Menganalisis Kerusakan Pada Engine Coolant Temperature


Sensor
a. Jarak tempuh kendaraan menjadi pendek
Sensor ECT yang rusak dapat mengirim sinyal palsu ke ECU yang
terpasang sehingga menghasilkan pengatur tekanan bahan bakar yang
salah. Sebagai contoh, sensor yang rusak dapat mengirim sinyal yang
menunjukkan mesin dingin (temperatur normal) padahal sebaliknya.
Akibatnya, lebih banyak bahan bakar akan digunakan untuk
memanaskan mesin dengan cepat. Dengan demikian, mesin
mengalami pemborosan bahan bakar dan menyebabkan jarak tempuh
kendaraan menjadi pendek.
b. Check engine lamp menyala
Salah satu gejala utama dari kerusakan sensor ECT adalah dengan
menyalanya check engine lamp. Tetapi ingat check engine lamp
menyala bukan hanya karena ini ya. Jika ECU mendeteksi kerusakan
pada rangkaian sensor termasuk kerusakan sensor itu sendiri, maka
akan mengakibatkan check engine lamp menyala. Jika ini terjadi,
sebaiknya diperiksakan ke bengkel untuk penanganan lebih lanjut.
c. Asap hitam dari knalpot
Karena sinyal temperatur yang salah, ECU dapat memperkaya
campuran bahan bakar ke titik di mana proses pembakaran menjadi
sulit terjadi. Bahan bakar yang berlebihan akan terbakar di pipa
knalpot dan akan menghasilkan asap hitam pekat yang keluar dari
knalpot.
d. Terjadi overheat engine
Kipas pendingin yang ada di belakang kisi radiator menghilangkan
panas dari cairan pendingin engine. Kipas ini dikendalikan secara
elektrik dan mengandalkan sinyal dari komputer yang terpasang. Jika
kipas menerima sinyal palsu, kipas memungkinkan untuk tidak
menyala menyebabkan mesin overheat. Beberapa kendaraan dapat
memiliki sensor suhu cairan pendingin (ECT) terpisah untuk kipas,
tetapi banyak mobil menggunakan sensor yang sama.
e. Idle mesin buruk
Karena sensor ECT yang rusak, campuran bahan bakar akan
menyesuaikan. Ini akan menyebabkan mesin bergetar atau ‘kincat’
ketika mobil berada pada kecepatan rendah atau kondisi idle dan
memberikan kehilangan daya dan perilaku aneh lainnya pada mesin
mobil Anda.
2.5. Fuel Tank Level Sensor
2.5.1 Pengertian Fuel Tank
.Fuel Tank adalah salah satu komponen penting dalam kendaraan
yang memiliki peran sebagai tempat untuk menampung bahan bakar. Salah
satu komponen system control elektronik yang terdapat pada fuel tank
adalah Fuel Tank Level Sensor

2.5.2 Fungsi Fuel Tank Level Sensor

Fuel Level sensor pada kendaraan merupakan komponen yang sangat


penting yang berfungsi untuk memudahkan mengetahui jumlah bahan bakar /
bensin yang berada di tangki. Untuk dapat digunakan sesuai dengan
fungsinya fuel level harus dihubungkan dengan pengukur bahan bakar (fuel
gauge).

2.5.3 Cara Kerja Fuel Tank Level Sensor


Fuel Level bekerja menggunakan prinsip variable resistor / potensio
meter (yang biasa digunakan untuk mengatur volume suara pada radio/tape)
jika diputar ke kiri maka suara akan pelan dan jika diputar ke kanan maka
suara radio akan semakin keras.
Pada saat diputar ke kiri berarti nilai tahanan pada variable resistor
membesar maka suara radio menjadi pelan, pada saat diputar ke kanan nilai
tahanan pada variable resistor mengecil sehingga suara dapat lebih keras,
begitu juga pada fuel level pada saat bensin habis atau permukaan bensin
berada dibawah nilai tahanannya besar sehingga jarum pada fuel meter
menunjuk ke huruf “E / empty”, begitu sebaliknya jika bensin di tangki penuh
atau permukaan bensin berada diatas maka nilai tahanan pada fuel level kecil
sehingga jarum pada fuel meter menunjuk ke huruf “F / full”.
Bekerjanya variable resistor pada gambar berdasarkan tinggi
rendahnya bahan bakar dalam tangki melalui perantaraan pelampung, lengan
pelampung dan lengan penghubung (moving contact arm). Pergeseran ke kiri
dan ke kanan dari lengan penghubung tersebut akan merubah besarnya
tahanan pada variable resistor.
Aliran arus listriknya mulai dari baterai – fuse/sekring – kunci kontak
– voltage regulator/pengatur tegangan listrik dari baterai – fuel meter – fuel
level – massa.

2.5.4 Mendiagnosis kerusakan Fuel Level Sensor

Tanda-tanda bahwa Fuel Level Sensor bermasalah adalah

a. Indikator bensin berkedip walaupun bensin di tanki penuh.


b. Terkadang pada posisi tertentu misal 3/4 jarum indikator langsung
turun.
c. Jarum Indikator bensin tidak turun turun padahal perkiraan bensin
sudah habis.
d. Jarum Indikator bensin tidak bergerak naik.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
a. Crankshaft Posision Sensor adalah sebuah sensor dimana berfungsi
sebagai sensor pembacaan posisi atau titik crankshaft yang digunakan
untuk menentukan waktu pengapian sesuai olahan data dari Elektronik
Control Unit.
b. Sensor oxygen adalah sensor yang digunakan untuk mengukur
perbandingan udara dan bahan bakar (A/F Ratio) pada bagian gas buang
dan untuk mengendalikan kondisi optimal dari A/F Ratio demi
sempurnanya gas buang setelah perlakuan yang dilakukan catality-
converter.
c. Sensor oil pressure atau sensor tekanan oli bertugas untuk membaca
tekanan oli didalam mesin dan mengirim informasi ini ke ECU untuk
diolah. Jika tekanan oli berada dibawah level yang seharusnya, maka akan
muncul lampu oli mesin di dashboard yang memperingatkan Anda. Dan
terletak pada bagian blok silinder yang biasanya terpasang pada bagian
samping.
d. Engine Coolant Temperature Sensor (ECT) berfungsi mengirim signal
tegangan berupa informasi kepada ECU tentang temperature cairan
pendingin (engine coolant) pada bagian engine.
e. Fuel Level sensor pada kendaraan merupakan komponen yang sangat
penting dalam memudahkan mengetahui jumlah bahan bakar / bensin yang
berada di tangki, untuk dapat digunakan sesuai dengan fungsinya fuel level
harus dihubungkan dengan pengukur bahan bakar (fuel gauge).
DAFTAR PUSTAKA

5 Tanda Sensor ECT Rusak, Apa Saja? (2020). Retrieved from Teknisi Mobil
Web Site: https://teknisimobil.com/perbengkelan/5-tanda-sensor-ect-rusak-apa-
saja-14899

(2009). Level-Measurement Level-Sensor. Dikutip dari Inaparts:


https://inaparts.com/level-measurement/level-sensor/

(2020, Juli). Fungsi Dan Cara Kerja Oil Pressure. LKS OTOMOTIF :
https://www.lksotomotif.com/2020/07/fungsi-dan-cara-kerja-oil-pressure.html

Afastworld. (2013). CARA KERJA FUEL LEVEL. Retrieved from:


http://afastworld.blogspot.com/2013/10/cara-kerja-fuel-level.html?m=1

ANALISA GANGGUAN SISTEM PELUMASAN PADA MESIN TOYOTA


AVANZA 1300 CC. Dikutip dari https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=fungsi+sensor+tekanan+oli&btnG=#d=gs_qabs&u=
%23p%3DPwOo--aWESwJ

Aplikasi Manipulator Sensor Engine Coolant Temperature Terhadap Konsumsi


Bahan Bakar Dan Emisi Gas Buang. Dikutip dari
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pengertian+engine+coolant+temperature+sensor&oq=p
engertian+engine+coolant+temperature+senso#d=gs_qabs&u=%23p
%3DaW6JGPrRIv4J

Edy Susanto, E., & Ahmad, F. R. (2009). Analisa Kegagalan Main Bearing
Crankshaft Pada Kendaraan Roda Empat. Jurnal Flywheel, 2(1), 1–9.

Fikri, M. Muzakki Al. 2019: Bab 2 Landasan Teori.


http://repository.unim.ac.id/198/3/BAB%20II.pdf.

Fungsi dan Cara Kerja Water Temperature Sensor (WTS) pada Mobil EFI.
(2021). Retrieved from Gerai Teknologi Web Site:
https://www.geraiteknologi.com/2021/04/water-temperature-sensor.html

Kerapu, K. R. I., Mwm, M., Tbd, V., & Performance, T. (2019). Jurnal Midship.
2(4), 13–19.
Otomotif, T. (n.d.). 427 - Teknik Otomotif.

https://www.otospeedcar.com/2018/10/Gejala-oksigen-sensor-rusak.html

Putra, D. S., Fernandez, D., & Giantoro, G. 2015. Analisa Pengaruh Penggunaan
Sensor Oksigen Terhadap Kandungan Emisi Gas Buang CO dan HC. Poli
Rekayasa. 10 (2): 1858-3709.

Studi, P., Mesin, T., Teknik, F., Muhammadiyah, U., & Utara, S. (2019). Analisa
Tegangan pada Poros Engkol Motor Bakar Satu Silinder Dengzn Daya
Maksimum 1HP Menggunakan Metode Elemen Hingga.

Sutiman. 2005: Kumpulan Modul Sitem Kontrol Elektronik. Fakultas Teknik


UNY.http://staffnew.uny.ac.id/upload/132296046/pendidikan/Modul+Sistem+Ko
ntrol+Elektronik.pdf

Tristanto Prasetya, Sarifuddin, & Budi Joko Raharjo. (2018). Keausan Crank Pin
Journal Crankshaft Pada Diesel Engine Generator Di. Mv. Kartini Baruna.
Dinamika Bahari, 9(1), 2126–2136. https://doi.org/10.46484/db.v9i1.81

Wahyu. 2012: Pengertian Sistem Kontrol Elektronik. 123dok. https://text-


id.123dok.com/document/oy80ppwrq-pengertian-sistem-kontrol-elektronik.html

Waluyo. (2017). ANALISA SISTEM KERJA EMS (ENGINE MANAGEMENT


SYSTEM) DENGAN VARIASI TEMPERATUR AIR PENDINGIN DAN
BEBAN KERJA PADA KONDISI STATIONER (ISC) KENDARAAN
DAIHATSU XENIA. Teknik Mesin.

Anda mungkin juga menyukai