Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH

ENGINE MANAGEMENT SYSTEM


CKP SENSOR

Disusun Oleh :
Wahab Al Srofi H 16509134047

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
A. Pengertian Crankshaft Position Sensor

Sensor CKP (Crankshaft Position Sensor) merupakan salah satu sensor utama dalam mesin
PGM-FI. Kenapa? Karena sensor ini mendeteksi posisi dari crankshaft atau poros engkol yang
selanjutnya sensor ini akan mengirimkan sinyal pada ECM. Dari sinyal yang di kirimkan oleh
CKP, ECM akan memprosesnya menjadi perintah kepada aktuator seperti pompa bahan bakar
(fuel pump) dan injektor untuk menentukan penyemprotan bahan bakar pada intake manifold.
Selai itu dalam hal pengapian, ECM akan mengirimkan sinyal ke IG Coil untuk menentukan
waktu pengapian agar sesuai.

Jika sensor CKP tidak bekerja dengan kondisi nyata pada mesin, maka bisa dipastikan bahwa
mesin tidak akan bisa menyala karena ECM tidak bisa menentukan kapan penyemprotan bahan
bakar dan waktu pengapian. Hal tersebut merujuk pada Jonali (2013) “Sensor CKP berfungsi
untuk mendeteksi keberadaan poros engkol, dimana sensor ini akan selalu mengirimkan sinyal
kepada ECM, kemudian ECM menentukan kapan waktu pengapian dan kapan waktu bahan
bakar di injeksikan melalui injektor. Kerusakan pada sensor ini akan membuat ECM buta
membaca sinyal dari CKP,dan ECM tidak mau berfungsi,akibatnya si engine akan mati”.

Gambar CKP sensor


(Sumber: http://img.alibaba.com/img/pb/785/648/365/365648785_334.JPG)

Dalam mendeteksi posisi crankshaft sensor CKP menggunakan magnet pada ujungnya dan di
dekatkan dengan pulley dari crankshaft yang telah di lengkapi dengan permukaan yang sensitif
terhadap magnet. Pada saat permukaan dari pulley berdekatan dengan permukaan ujung dari
sensor CKP yang di dalamnya telah dilengkapi dengan magnet, maka akan timbul arus listrik
yang akan di kirimkan ke ECM
Gambar Pulley Crankshaft
(Sumber: https://pridesonline.files.wordpress.com/2010/11/img_30861.jpg)

Gambar Pemasangan Sensor CKP Pada Mesin


(Sumber:
http://repairguide.autozone.com/znetrgs/repair_guide_content/en_us/images/0996b43f/80/e4/2
0/90/medium/0996b43f80e42090.gif)
Sensor CKP ini pada umumnya di pasang berdekatan dengan posisi crankshaft dan menempel
dengan blok mesin secara langsung. Sensor ini harus tahan terhadap panas yang di hasilkan oleh
mesin, jika sensor ini tidak tahan panas bisa di pastikan bahwa sensor ini akan lebih cepat rusak.
Pemasangan sensor CKP ini bisa dilihat seperti pada gambar di atas, antara sensor dan blok
mesin tidak langsung menempel, namun terdapat sebuah o-ring yang berguna memberikan sekat
antara sensor dengan blok mesin agar tidak menempel secara langsung.

Pada sensor terdapat sebuah soket atau konektor yang berfungsi untuk menghubungkan sensor
CKP dengan kabel yang bertugas untuk mengirimkan sinyal berupa arus listrik ECM. Bentuk
dari konektor sensor CKP ini bisa dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar Konektor CKP


(Sumber:
https://w05.dealerconnect.chrysler.com/service/mds2002/serviceInfo/en_US/819a12d8.gif)

Bisa dilihat pada konektor sensor CKP pada gambar diatas pada soket sensor ini terdapat tiga
buah pin konektor yang memiliki fungsi berbeda-beda dan menghubungkan ke masing-masing
koneksi yang berbeda-beda pula.
Gambar Terminal CKP
(Sumber: http://2.bp.blogspot.com/-6RqX-
teI6LE/UPd1MF9UHsI/AAAAAAAAAGQ/nLIXnkeWYX8/s1600/ckp.png)

Masing-masing pin konektor berfungsi sebagai berikut:

 Pin konektor nomor 1 berfungsi untuk menerima tegangan dari ECM sebesar 5 V – 8 V
 Pin konektor nomor 2 atau bisa juga di sebut dengan pin konektor ground, karena
konektor ini berfungsi menerima arus minus (ground)
 Pin konektor nomor 3 atau pin konektor output karena pin inilah yang berfungsi
mengirimkan sinyal posisi crankshaft pada ECM

ECM menggunakan sinyal yang dikirim dari CKP Sensor untuk mengaktifkan Relay Auto Shut
Down (ASD) atau yang lebih sering dikenal dengan Relay EFI. Rela EFI itulah yang bertugas
untuk mengaktifkan IG Coil yang berfungsi untuk memulai proses pengapian di dalam silinder
mesin (ruang bakar).

Maka dari itu, jika sensor CKP tidak mengirimkan sinyal posisi crankshaft maka ECM tidak bisa
mengaktifkan rela EFI dan akibatnya IG Coil tidak bisa aktif dan membangkitkan tegangan arus
listrik yang akibatnya mesin juga tidak bisa menyala. Menurut Wibowo (2013) sensor CKP
(sinyal) sangat penting untuk menghidupkan mesin.

Sinyal yang dikirim oleh sensor CKP hanya berupa sinyal On dan Off, dimana pada saat on
sinyal yang dikirim berupa arus listrik sebesar 5 Volt sedangkan jika for maka sinyal yang
dikirim dari sensor CKP menuju ke ECM hanya sebesar 0,5 Volt saja. Cara mengecek sinyal dari
sensor CKP bisa menggunakan beberapa alat seperti osiloskop, multimeter, dan bisa juga
menggunakan lampu LED. Cara dalam mengecek sinyal dari sensor CKP adalah sebagai berikut:

1. Cara mengecek sinyal tegangna dari sensor CKP


 Usahakan roda belakang terangkat (tidak menempel pada permukaan jalan)
 Lepaskan konektor pengapian kabel tegangan tinggi dari IG Coil
 Cari letak CKP, keluarkan kabel yang ditutupi oleh plastik titam atau isolasi hitam, jika
kesulitan lepaskan konektor terlebih dahulu kemudian lepas kabel dan pasangkan kembali
konektor ke sensor CKP
 Atur multimeter pada tegangan DC, tusukkan peniti ke kabel sensor CKP nomor 1,
tempelkan lead multimeter merah (positif) ke peniti tadi dan pasangkan juga lead
multimeter hitam (negatif) ke massa atau ground (bodi kendaraan/blok mesin)
 Putar pulley crankshaft searah jarum jam perlahan-lahan sambil mengamati layar pada
multimeter untuk melihat hasil pengecekan. Jangan pernah mengecek sinyal dengan
menstart mesin karena bisa menyebabkan hasil pengecekan tidak akurat

2. Memeriksa tegangan CKP


Dalam pemeriksaan tegangan berhati-hatilah dengan kabel yang menempel dengan ground atau
dengan korsleting karena bisa berpotensi merusak ECM. Gunakan multimeter yang baik jangan
menggunakan lampu LED Langkah dalam melakukan pemeriksaan sinyal adalah sebagai
berikut:

 Atur multimeter ke arah DC, hubungkan kabel nomor 3 dengan lead multimeter merah,
jangan memeriksa pada pin konektor. Lakukan penusukan pada kabel nomor 3 dengan
peniti
 Tempelkan lead multimeter hitam pada groud atau massa (bodi/blok mesin)
 Putar kunci kontak pada posisi On Jika sensor dalam keadaan baik maka layar pada
multimeter akan menunjukkan angka 5 sampai 8 volt

3. Pemeriksaan Ground (massa)

 Masih tetap sama, atur multimeter pada DC dan hubungkan lead multimeter hitam ke
kabel nomor 2 dengan cara menusukkan peniti ke kabel
 Tempelkan lead merah multimeter pada terminal positif baterai
 Posisikan kunci kontak pada On Apabila rangkaian dalam keadaan baik, maka layar pada
multimeter akan menunjukkan angka tegangan sebesar 12 Volt ke atas

B. Cara Kerja Crankshaft Position Sensor

Sistem kontrol mobil menggunakan berbagai macam jenis sensor yang memberikan informasi ke
ECU.
Salah satu jenis sensor yang digunakan adalah position sensor atau RPM sensor, sensor ini
berfungsi untuk membaca kecepatan putaran dan posisi komponen dan selanjutnya informasi ini
akan dikirim ke ECU

Salah satu komponen yang termasuk jenis sensor ini yang digunakan di mesin adalah Crankshat
sensor dan Camshaft sensor.

Crankshaft sensor memberikan informasi ke ECU tentang kecepatan putaran mesin dan Timing
pengapian.

Camshaft sensor memberikan informasi ke ECU tentang posisi silinder yang sedang berada pada
posisi TOP 1, dan pada mobil yang sudah menggunakan teknologi VVTI, pembacaan dari sensor
ini juga akan mempengaruhi kerja dari sistem VVTI.

Sistem ABS juga menggunakan sensor jenis ini, dimana wheel sensor yang dipasang pada
masing-masing roda akan membaca putaran tiap roda dan meneruskannya ke Control Unit ABS.
Rpm sensor yang digunakan terdiri dari dua type yaitu :

1. Rpm sensor Tipe Induksi


2. Rpm Sensor Tipe Hall Effect

Prinsip kerja dari kedua jenis sensor tersebut pada dasarnya sama, hanya kontruksinya saja yang
berbeda, tergantung desain dan kebutuhan aplikasi pabrikan kendaraan.

1. RPM Sensor Tipe Iduksi (Inductive Sensor)

Prinsip kerja dan spesifikasi.


Rpm sensor tipe induksi disebut juga Magnetic Pickup Sensor, saat bekerja sensor ini
menghasilkan tegangan listrik AC akibat dari efek induksi magnet pada gulungan coil di dalam
sensor.

Saat gigi triger wheel mendekati kutub sensor pada jarak yang cukup dekat ( G ) medan magnet
yang mengelilingi gulungan coil akan berubah.

Akibat dari perubahan medan magnet tersebut, maka gulungan coil akan menghasilkan tegangan
induksi, besarnya tegangan induksi tergantung pada kekuatan dan kecepatan perubahan medan
magnet, satu gelombang penuh akan dihasilkan setiap satu gigi triger wheel melewati kutub
magnet sensor.

Gambar dibawah menunjukkan komponen dasar sensor type inductive dan bentuk gelombang
yang dihasilkan.
Inductive sensor:

1. Sensor housing

2. Output signal wires

3. Coaxial coated protection

4. Permanent magnet

5. Inductive coil

6. Pole pin

7. Trigger wheel

G. Air gap

Tahanan gulungan sensor berkisar antar 500 – 1500 ohm tergantung dari aplikasi sensor tersebut.
Dalam beberapa kasus ada sensor yang menggunakan tahanan terendah 200 ohm dan tahanan
tertinggi mencapai 2500 ohm.

Tegangan listrik yang dihasilkan oleh sensor tergantung dari kecepatan putaran trigger wheel dan
jumlah gulungan coil di dalam sensor.

Tegangan output yang dihasilkan berkisar antara 1 – 2 volt pada saat mesin distarter, namun pada
saat putaran tinggi tegangan yang dihasilkan bisa lebih tinggi lagi.

Tegangan yang dihasilkan oleh sensor sangat lemah sehingga mudah terganggu oleh sinyal
tegangan yang lebih tinggi, contohnya sinyal tegangan dari sistem pengapian.

Oleh karena itu untuk mencegah gangguan tersebut kabel dari sensor yang menuju control unit
biasanya dilindungi oleh cable shield ( coaxial coated wire ).

2. Hall Effect Sensor


Prinsip kerja dan spesifikasi.
Tergantung pada komponen elektronik yang terdapat didalam sensor, sinyal ouput yang
dihasilkan dapat berupa positif dan negatif dengan nilai tegangan tertinggi mencapai 5 atau 12
Volt tergantung jenis komponen elektronik dan kebutuhan sistem yang membutuhkan.

Berbeda dengan inductive sensor, sinyal output yang dihasilkan hall effect sensor tidak
tergantung pada perubahan medan magnet.

Tegangan output yang dihasilkan biasanya berkisar dalam milli volt ( mV ) yang kemudian
diperkuat oleh komponen elektronik yang dipasang di dalam sensor housing.

Gambar dibawah menunjukkan jenis sensor tipe hall effect. Tipe sinyal yang dihasilkan
berbentuk sinyal digital ( square form ).

Lebar sinyal yang dihasilkan selalu tetap , namun frekuensi sinyal akan berubah sesuai dengan
kecepatan putaran. Berbeda dengan sensor tipe induksi yang dapat memproduksi tegangan
sendiri, hall effect sensor membutuhkan suplai tegangan external yang dibutuhkan komponen
elektroniknya.

Biasanya tegangan suplai ( Vcc ) sebesar 5v namun pada beberapa sistem ada yang memakai
tegangan suplai 12 v.

Figure 3. Hall Effect sensor:

1. Sensor housing

2. Output wires (+Vcc, −Vcc and signal)

3. Integrated electronics
4. Permanent magnet

5. Hall Effect device

6. Trigger wheel

G. Air gap

3. Prosedur pemeriksaan dan pengetesan

1) Pemeriksaan Sensor tipe induksi


Lepaskan konektor sensor dan periksa tahanan gulungan coil yang berkisar antara 500 – 1500
ohm, jika hasil pengukuran sangat berbeda jauh, atau nol/tak terhingga, sensor harus diganti.

Catatan :

Pada beberapa kasus tahanan terendah dapat mencapai 200 ohm dan tahanan tertinggi mencapai
2500 ohm.

Periksa celah air gap ( G ) antara sensor dengan triger wheel (G = 0.8 – 1.5 mm.)
Periksa kebersihan dari ujung sensor ( kadang banyak terdapat serpihan metal yang berputar )

Periksa hubungan dan kondisi kabel, konektor, terminal dan shield pelindung.

Lepaskan konektor sensor dan periksa terdapat output tegangan AC saat mesin distarter ( sensor
Rpm mesin ) atau saat roda diputar ( untuk ABS sensor ) .

Sinyal tegangan output dapat mencapai 1- 2 V saat mesin distarter, namun pada saat putaran
tinggi tegangan yang dihasilkan lebih besar lagi. Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan dengan
konektor sensor terpasang.

2) Pemeriksaan Hall Effect Sensor

Periksa power suplai ke sensor. Pada umumnya berkisar 5 V (pada beberapa sensor 12V)

Periksa celah air gap (G) antara sensor dan trigger wheel (G = 0.8 – 1.5 mm)

Periksa hubungan dan kondisi kabel, konektor dan terminal

Periksa kebersihan ujung sensor dari serpihan logam.

Periksa sinyal output saat starter mesin ( untuk rpm sensor ) atau saat roda diputar untuk Sensor
ABS

Catatan:
Berbeda dengan sensor type inductive, konektor hal effect sensor harus terpasang saat
melakukan pemeriksaan, karena sensor ini membutuhkan power supply untuk komponen
elektronik yang terdapat didalam sensor.
1999 Chevy 1500 Silverado Code 0336 Crank Position Sensor I Fine
Wiring Diagram
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.google.com/search?q=pengertian+Crank+Position+Sensor&client=firefox-b-
ab&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjsktbls_jbAhWNdn0KHU7JAJYQ_AUICig
B&biw=1366&bih=654#imgrc=L3tFhyU5VIAaRM:

2. http://naufalwidodo.blogspot.com/2017/02/fungsi-crankshaft-position-
sensor.html#.WzXnF_UyXIU

3. https://www.teknik-otomotif.com/2017/01/sensor-sensor-pada-siste-efi.html

4. http://britishpanto.org/crank-position-sensor-wiring-diagram.html/1999-chevy-1500-silverado-
code-0336-crank-position-sensor-i-fine-wiring-diagram/

Anda mungkin juga menyukai