Anda di halaman 1dari 41

Gambar2.

4 Shock Absorber

2.2.3 Hanger Spring

Hanger spring adalah penghubung antara arm dengan chasis agar bias

bergerak dengan fleksibel. Penggunaan hanger spring hanya berlaku pada system

suspensi udara dengan dua air spring pada satu axle, akan tetapi untuk system

suspensi udara dengan empat air spring pada satu axle menggunakan cross

member yang terhubung dan membentuk segi empat sehingga di setiap sudutnya

dipasangi air spring dan system suspensi udara yang digunakan pada bus-bus

Volvo.

Tugas Akhir 9
Gambar 2.5 sistem suspensi udara dengan empat air spring

2.2.4 Lateral Rod

Fungsi lateral rod pada system suspensi udara sama seperti pada supensi

lainnya yaitu menjaga axle agar stabil terhadap gaya dari samping, akan tetapi

lateral rod pada system suspensi udara terikat antara axle dengan frame.

2.2.5 U Bolt

U Bolt pada system suspensi udara berfungsi mengikat axle dengan arm

2.2.6 Load Sensing

Ini merupakan komponen utama dalam system pengaturan udara pada

suspensi udara, karena load sensing mendeteksi beban yang terjadi di air spring

kemudaian memberikan supply data ke ECU untuk mengatur pasokan tekanan

Tugas Akhir 10
udara dari tangki / kompresor agar tekanan udara dan ketinggian body kendaraan

tetap stabil pada saat menerima beban.

Selain memberikan input data ke ECU air suspension, load sensing juga

memberikan input data pada ECU rem, hal ini bertujuanuntuk menyesuaikan

kekuatan rem dengan beban yang diterima oleh air spring.

2.2.7 Boogy Lift

Boogy lift berfungsi untuk menaikan tinggi kendaraan secara langsung

dengan cara menambahkan tekanan udara pada air spring, boogy lift adalah

sebuah alat yang memiliki prinsip kerja seperti solenoid yang dipakai pada system

pneumatic pada dunia industri.

2.2.8 Vehicle Height Control

Fungsinya hampir sama dengan load sensing, akan tetapi VHC hanya

memberikan input pada katup pengaturan agar tekanan udara bisa disesuaikan

pada saat menerima beban kemudian katup akan terbukan dan tekanan udara dari

kompresor ditambah.

Gambar 2.7 Vehicle height control

Tugas Akhir 11
2.2.9 Electronic Control Unit

Biasa disingkat ECU, alat ini berfungsi untuk mengatur segala aktivitas

system suspensi udara, karena di ECU ini akan mengatur supply udara dari

kompresor, mendeteksi beban yang diterima, mengatur ketinggian kendaraan dan

mendeteksi kerusakan yang terjadi pada system suspensi udara.

2.2. 10 Kompresor

Umumnya kompresor yang digunakaan pada system suspensi udara adalah

kompresor yang juga digunakan untuk system rem, system pneumatic dan seluruh

air system yangada pada sebuah kendaraan. Kompresor ini memiliki kapasitas

pengisian sampai 12 bar.

Gambar 2.8 Kompresor

Tugas Akhir 12
2.2.11 Air Tank

Pasokan tekanan udara dari kompresor merupakan pasokan udara yang

stabil, kaena tekanan udara dari kompresor akan berubah-ubah bersamaan

perubahan putaran mesin. Untuk mengatasi masalah ini maka dibuat tangki udara

yang berfungsi menyimpan udara bertekanan dan menjaga pada tekanan tertentu.

Gambar 2.9 Air Tank

2.2.12 ECAS (Electrically Controler Air Ssupension)

ECAS atau biasa disebut remote control unit adalah alat untuk mengontrol

dan mengendalikan ketinggian body kendaraan, terutama pada saat menghadapi

medan yang tidak normal (off road). ECAS biasanya terpasang pada cabin dekat

pengemudi sehingga pengemudi dapat dengan mudah menyesuaikan ketinggian

kendaraan. ECAS ada dua macam yaitu digital dan analog, umumnya ECAS yang

dipakai pada kendaraan komersial seperti bus adalah ECAS analog.

Tugas Akhir 13
Gambar 2.10 Electronically Controler Air Suspension

2.2.13 Leveling Valve

Untuk menyesuaikan tekanan udara pada air bellow ECU harus

mengetahui ketinggian kendaraan sehingga pada saat ada penurunan secara

otomatis ECU membuka katup yang ada di tangki untuk menambah tekanan.

Leveling Valve adalah alat untuk mendeteksi ketinggian kenadaraan dan

mengatur masuk dan keluarnya udara yang digunakan untuk mengisi air bellow.

Keberadaan leveling valve hampir sama dengan load sensing, tapi leveling valve

hanya mengatur tekanan dalam air bellow saja, tidak untuk system rem.

Gambar 2.11 Leveling Valve

Tugas Akhir 14
2.3 Jenis-Jenis Sistem Suspensi Udara

Sama seperti system suspensi dengan pegas baja, system suspensi udara

juga memiliki berbagai tipe yang aplikasinya disesuaikan dengan medan yang

ditempuh dan beban yang diterima oleh sebuah kendaran adapun jenis jenisnya

akan ditampilkan pada gambar-gambar berikut ini:

1 2

3 4

2.12 Macam-macam model suspensi udara

Tugas Akhir 15
Keterangan Gambar 2.12

1. Air Suspenion Off Road, Biasa Digunakan Untuk Kendaraan di

Medan Off Road

2. Heavy Suspension Class, Biasa digunakan untuk kendaraan kelas

berat seperti kontainer

3. Medium Suspension Class, biasa digunakan untuk kendaaraan

dengan beban kelas medium

4. Light Class, biasa digunakan untuk kendaraan dengan beban

ringan

5. Bus air suspension, biasa digunakan untuk suspensi bus terutama

pada bagian belakang

Fokus Pembahasan kita ada pada sistem suspensi nomor 5

2.4 Instalasi Pengaturan Udara Pada Sistem Suspensi Udara

Diawal BAB II penulis telah menjelaskan sekilas mengenai sistem udara

pada air suspension. Umumnya air bellow yang digunakan pada sebuah bus

berjumlah enam buah dengan distribusi dibelakang empat dan didepan dua,

seperti yang terlihat pada gambar dibawah pada sebuah sistem suspensi udara

terdiri dari tiga buah tangki udara, dua untuk sistem suspensi belakang dan satu

untuk sistem suspensi depan, ketiganya terpantau oleh ECU dan dikendalikan

oleh remote controller dan distributor untuk setiap dua air bellow

Tugas Akhir 16
Gambar 2.13 Rangkaian Sistem Suspensi Udara

Selain system diatas suspensi udara ada juga yang sistemnya hanya terpasang

pada bagian belakang saja sedangkan suspensi depannya masih menggunakan

pegas daun (leaf spring).

2.5 Prinsip Dasar Kerja Suspensi Udara

Setelah kita mengetahui seluruh koponen yang ada disistem suspensi

udara, penting bagi kita untuk mengetahui prinsip dasar kerja suspensi udara.

Pada dasarnya system suspensi udara menggunakan dasar hukum pascal yang

biasa kita kenal persamaannya

( F = P x A).................................................. (1)

Tugas Akhir 17
Sedangkan prinsip kerjanya hampir sama dengan prinsip kerja rangkaian

pneumatic, gambar 2.13 menunjukan komponen-komponen system suspensi

udara. Lifting bellow adalah sebuah silinder / actuator karet yang dapat berubah

bentuk berdasarkan tekanan udara yang dimasukan, dengan daya maksimum pada

compressor akan ditentukan oleh tkana udara dan luas penampang air bellow.

Tekanan operasi dalam system suspensi udara biasanya sekitar ; 10 bar adalah

tekanan yang tipikal dan tekanan sebesar itu dapat mengangkat beban 10 kg/cm2

luasan air bellow, sehingga sebuag air bellow berdiameter 16 cm dibutuhkan

untuk mengangkat beban 2000 kg. oleh sebab itu , pada system suspensi udara

dipasang empat buah air bellow di roda belakang dan dua buah air bellow diroda

depan.

Sementara leveling valve yang berfungsi mengirimkan udara ke air bellow

denhan cara yang serupa ke ekuivalen hidroliknya. Salah satu perbedaan penting

muncul dari kenyataan sederhana bahwa jika pada system pneumatic udara yang

telah dipakai dilepas ke atmosfer. Pada system suspensi udara, udara yang ada

diair bellow dikembalikan ke tangki melalui leveling valve, dan hal ini membuat

jumlah udara yang terdapat pada system tidak banyak terbuang.

Sedangkan untuk pasokan udara ke tangki dan air bellow didapat dari

kompessor, dengan menghisap udara dari atmosfer lewat filter udara dan dinaikan

ke tekanan yang dibutuhkan oleh system, biasanya compressor ini digerakan oleh

poros engkol. Temperature udara dinaikan cukup banyak oleh compressor ini.

Udar juga mengandung udap air dalam jumlah besar. Sebelum dapat digunakan,

udara harus didinginkan, dan ini menyebabkan kondensasi. Jadi, compressor

Tugas Akhir 18
udara harus dilengkapioleh sebuah sebuah unit pendingin dan pengolah udara,

dalam hal ini adalah tangki dan air dryer.

Kompresibilitas suatu gas membuat kita perlu menyimpan sejumlah udara

bertekanan didalam tangki untuk didistribusikan ke berbagai system. Tanpa

tangki ini, suatu kenaikan eksponensial tekanan yang lambat menghasilkan

gerakan / respon air bellow yang lambat bila katup pada leveling valve terbuka

dan hal inilah yang membuat penting peran tangki dalam sebuah system

pneumatic termasuk system suspensi udara.

2.6 Tekanan Yang Terjadi Pada Air Bellow

Gambar 2.14 Tekanan Yang Terjadi Pada Air Bellow

Tekana yang terjadi dalam suatu fluida bila fluida tersebut dikenai suatu

gaya. Pada gambar 2.14 sebuah gaya diberikan pada fluida tertutup lewat sebuah

piston yang dalam suspensi udara di analogikan sebagai beban yang diterima dari

Tugas Akhir 19
body kendaraan dengan luasan A sesuai dengan diameter air bellow. Ini

menghasilkan tekanan P dalam fluida. Jelaslah bahwa dengan menaikan gaya,

maka tekanan akan naik disesuaikan oleh leveling valve secara proporsional.

Namun masih kurang jelas apakah megurangi luasan piston juga akan menaikan

tekanan. Tekanan dalam fluida dengan demikian dapat didefinisikan sebagai gaya

yang bekerja persatuan luas, atau:

P = F/A ....................................................... (2)

Dari persamaan diatas kita dapat mengetahui tekanan yang terjadi pada air bellow

dengan sebuah perhitungan yang sederhana dibawah ini:

F = 2000 kg

A = 0,125 m2

Maka kita dapat megetahui tekanan pada air bellow:

P=F/A

P = 20000 / 0,125

= 160000 N / m2

Walaupun persamaan diatas sangat sederhana, terdapat banyak satuan

tekanan berbeda yang biasanya digunakan. Akan tetapi dalam system SI biasanya

tekanan dinyatakan dalam N/m2 .

Tugas Akhir 20
2.7 Prinsip Kerja Sistem Suspensi Udara Berdasarkan Teori Pegas

Pada prinsipnya cara kerja system suspensi udara sama seperti system

suspensi lain pada umumnya. Akan tetapi fungsi pegas pada system suspensi

konvensional digantikan oleh air spring yang memiliki banyak kelebihan

fungsi.yang tidak dimiliki oleh pegas konvensional.

Sebelum kita mengetahui teori pegas pada air spring, perlu kita

mengetahui cara kerja pegas konvensional pada suspensi yang umum digunakan

pada kendaraaan konvensional.

2.8 Cara Kerja Suspensi

Sistem suspensi terletak diantara body kendaraan dan roda-roda, dan

dirancang untuk menyerap kejutan dari permukaan jalan sehingga menambah

kenikmatan dan stabilitas berkendara serta memperbaiki kemampuan daya

cengkram roda terhadap permukaan jalan. Suspensi terdiri dari pegas, shock

absorber, stabilizer, dan sebagainya. Pada umumnya suspensi dapat digolongkan

menjadi suspensi tipe rigid (rigid axle) dan tipe bebas (independent suspension).

Suspensi menghubungkan body kendaraan dengan roda-roda dan berfungsi

sebagai berikut:

Tugas Akhir 21
 Selama berjalan kendaraaan secara bersama-sama dengan roda, menyerap

getaran, oskilasi dan kejutandari permukaan jalan, hal ini untuk

melindungi penumpang dan barang agar aman, serta menambah

kenyamanan dan stabilitas. Ini semua dilakukan oleh pegas.

 Memindahkan gaya pengereman dan gaya gerak ke body melalui gesekan

antara jalan dengan permukaan roda.

 Menopang body pada axle dan memelihara letak geometris antara body

dan roda-roda.

Gambar 2.15 Perbandingan mobil yang menggukanan suspensi dengan

yang tidak

Adapun teori untuk pegas daun yang umum digunakan pada kendaraan

komersial adalah sebagai berikut:

2.8.1 Gcrak Translasi Pada Suspensi

Gerakan translasi diartikan sebagai suatu gerak yang terjadi sepanjang

garis lurus. Variabel yang digunakan untuk menguraikan gerak translasi adalah

percepatan, kecepatan dan perpindalian. hukum Newton tentang gerak

Tugas Akhir 22
menyatakan bahwa penjumlahan aljabar dan gaya yang terjadi pada suatu benda

kaku pada arah yang diberikan sama dengan hasil kali massa benda dan

percepatanya pada arah yang sama hukum tersebut dinyatakan sebagai

Gaya = M.a .................................................. (3)

dengan M menyatakan massa dan a adalah percepatan pada arah yang. dimaksud.

Untuk gerak translasi, elemen sistem berikut biasanya terlibat I. Massa. Massa

dianggap sebagai modal hagian-bagian yang menyimpan enegi kinetic

translasional. Massa analogi dengan induktansi dengan induktansi jaringan listrik.

Jika W merupakan berat dari suatu benda maka M adalah

W
M = g ………………………...……. (4)

dengan g adalah percepatan jaluh bebas suaiu benda terhadap grafitasi g =9,8066

m/det dalam satuaan Internasional.

Gambar 2.16 mcngilustrasikan situasi dengan suatu gaya bereaksi pada suspensi

kendaraan

  2f ………………………………… (5)

Pegas linear dapat berupa suatu model dari pegas atau suatu belitan kabel atau

ban. Pada umumnya, pegas dianggap sebagai elemen yang menyimpan energi

potensial. Dengan frekwensi natural pada kendaraan menggunakan persamaan

Tugas Akhir 23
k
n  ............................................... (6)
m

dengan kemudian persamaan tersebut dirubah untuk mendapatkan m

m =  n .K 2 .............................................. (7)

Gambar 2.16 Sistem Pegas

2.8.2. Gesekan untuk gerak translasi

Ketika terjadi gerakan atau kecenderungan bergerak antara dua elemen fisis, maka

terdapat gaya gesek. Gaya gesek yang ditemui pada sistem fisis merupakan gejala

alami yang nonlinear. Karakteristik gaya gesekan antara dua permukaan yang

bersentuhan sering bergantung pada faktor seperti komposisi permukaan,

tegangan antar permukaan, kecepatan relatifhya, dan lainnya, sehingga suatu

penjabaran matematis yang pasti dari gay;a gesekan sulit. Tiga jenis gesekan yang

berbeda sering digunakan pada sistem. praktis: gesekan viskos, gesekan statik, dan

gesekan Coulomb.

Tugas Akhir 24
Gambar 2.17 Daspot untuk gesekan viskos

1. Gesekan viskos

Gesekan viskos menyalakan suatu gaya perlambat yaitu suatu hubungiin linear

antara gaya yang diterapkan dan kecepatan. Diagram skematik elemen untuk

gesekan viskos sering direpresentasikan dengan suatu daspot. seperti ditunjukkan

pada gambar 2. . ekspresi matematis gesekan viskos adalah

dy (t )
f(t)=B …………………… (8)
dt

dengan B adalah koefisien gesekan viskos.

Gambar 2.17 menunjukkan hubungan fungsional antara gaya gesekan viskos dan

kecepatan.

2. Gesekan statik

Gesekan statik menyatakan suatu gaya perlambat yang cenderung untuk

mencegah gerakan dari memulai. Gaya gesekan stalik dapat direpresentasikan

dengan ekspesi.

f (t ) = + ( Fs) | y = 0 .......................... (9)

yang diartikan sebagai suatu gaya gesek yang hanya ada kelika benda diam tetapi

mempunyai kecenderungan untuk bergerak. Tanda dari gesekan bergantung pada

Tugas Akhir 25
arah gerak atau arah awal kecepalan. Hubungan gaya kecepatan dari gesekan

statik. Perhalikan bahwa ketika saat gerakan dimula , gaya gesekan stalik

menghilang dan gaya gesekan yag lain mengambil alih.

2.9 Peran Air Bellow dalam menggantikan kekuatan pegas

Pada sub bab diatas telah dijelaskan tentang kerja suspensi secara umum

berdasarkan teori getaran. Dapat kita ketahui kekuatan dari sebuah pegas daun

atau pegas ulir didapat dari bahan pegas dan dimensi yang digunakan dalam

pemakaiannnya dan ini merupakan parameter kinerja suspensi konvesional dan ini

bisa kita dapatkan pada literatur tentang material

f (t) = K . y (t) ....................................... (10)

sedangkan pada sistem suspensi udara kekuatan air bellow didapat dari

kompresibilitas fluda, dalam hal ini adalah udara. Kompresibilitas itu sendiri

adalah perubahan volume zat akibat perubahan tekanan yang dialami. Perubahan

volume relatif per-satuan tekanan disebut angka kompresibilitas ; ( p b ) yang

dinyatakan dengan rumus :

1 dW
p   [ KN / m 2 ] .................................... (11)
W dP

Tanda ( – ) karena kenaikan tekanan mengakibatkan kerutnya volume. Kebalikan

dari angka kompresibilitas dinamakan MODULUS ELASTISITAS VOLUME

( VOLUME OR BULK MODULUS OF ELASTICITY ) :

1 dp
K  [ KN/m2]……… …………….. (12)
p d

Tugas Akhir 26
Harga ( K ) sedikit terpengaruh oleh ( T ) dan ( p ).

Sedangkan kekuatan air bellow dalam menahan beban didapat dari rumus dasar

hokum pascal:

F = P.A ........................................... (13)

Tugas Akhir 27
BAB III

METODOLOGI ANALISA

3.1 Prosedur Analisa

Menentukan Jenis Bus


Bersuspensi Udara

Pemilihan Dua bus


bersuspensi udara dari
merek yang beda

Mencari data spesifikasi Mencari data spesifikasi


bus Volvo bus Scania

Analisis Analisis

Perbandingan

Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram alur prosedur analisa

Tugas Akhir 28
Urutan analisa pada gambar 3.1 diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Menetukan jenis bus bersuspensi udara; pada tahap ini penulis

menentukan bus yang bersupensi udara rancangan asli dari pabrik.

 Menentukan dua bus bersuspensi udara; Setelah didapat beberapa

merek bus bersuspensi udara, maka ditentukan dua bus yang akan

diperbandingkan, khususnya bus yang beroperasi diIndonesia dan

didapat dua merek bus yaitu Volvo dan Scania.

 Mencari data bus volvo; pencarian data yang akan diolah penulis, hal

ini dilakukan melalui berbagai cara, data utama didapat dari PT

Indotruck Utama.

 Mencari data bus scania; pencarian data yang akan diolah penulis, hal

ini dilakukan melalui berbagai cara, data utama didapat dari PT United

Tractors.

 Analisis; data suspensi udara dari dua bus tersebut diolah sesuai

dengan analisa pustaka pada bab sebelumnya

 Perbandingan; hasil analisa dibandingkan dan didapat prestasi / kinerja

suspensi udara.

 Kesimpulan; penyimpulan hasil analisa dan perbandingan.

3.2 Model Matematis

Perhitungan pada Tugas Akhir ini dilakukan dengan Model Matematis

sebagai berikut:

3.2.1 Model Matematis untuk menghitung kapasitas beban air bellow

F = P . A …………………………….. (1)

Tugas Akhir 29
3.2.2 Model Matematis yang digunakan untuk menghitung kompresibilitas

1 dp
K  [ KN/m2]………….…………… (2)
p d

3.2.3 Model Matematis yang digunakan untuk menghitung Perbandingan

GVW dengan air Bellow

GVW : F depan + F Belakang

3.3 Bus Bersuspensi Udara

setelah kita mengetahui apa yang dimaksud suspensi udara, kini saatnya

mengetahui bus apa saja yang menggunakan suspensi udara. Dalam dunia

transportasi diIndonesia khususnya dunia perbisan banyak dikenal jenis

suspensi udara. Dalam hal ini ada beberapa jenis yaitu:

 Suspensi udara hasil rancangan dan pembuatan dari mereki produsen

chasis bus sendiri, dalam hal ini merek yang menggunakan suspensi

udara buatan pabrik baru ada tiga yaitu Scania, Man, Volvo

 Suspensi udara hasil rancangan karoseri. Suspensi ini adalah hasil

modifikasi karoseri yang mengambil referensi dari suspensi asli pabrik

3.4 Spesifikasi Bus Volvo B7R dan Scania K124i

3.4.1 Volvo B7R

Tugas Akhir 30
Bus Volvo B7R

Model Volvo B7R

Drive 4x2

Specifications Bus chassis

Gross Vehicle Weight (kg) 18,000

Engine Volvo D7C 290 hp

Net Output (HP) 213 kW (290 hp) pada putaran 2200 rpm

Max Torque (Nm) 1200 Nm pada putaran 1320 rpm

Mechanical 6 speed fully synchronized.


Transmission
With or without Voith Retarder 120.

Axle R 660 with gear ratio (3.07)

Suspension Air Suspension

Air Spring Control Mechanical (optional : ELC)

Frame (mm) 803 x 1303

Tire 295/80 x R22.5 complete with spare tire

Depan : 296
Diameter Suspensi Udara
Belakang : 290

Depan: 75 mm
Diameter Peredam Kejut
Belakang : 75 mm

Depan : 10000 kg
Beban poros
Belakang : 8000 kg

Tugas Akhir 31
3.4.2 Scania K124i

Bus Scania K124i

Model K 1241IB-4x2-360

Drive 4x2

Spesifikasi Bus chassis

Gross Vehicle Weight (kg) 25,000

Mesin Scania DSC1202 - Euro 2

Tenaga Maximum (HP) 360 pada putaran 1,500 - 1,900 rpm

Torsi Maximum (Nm) 1,665 pada putaran 1,300 – 1,500 rpm

GR801R (8 speed) comfort shift control with hydraullic

Transmisi retarder

Optional: Opticruise transmission

Axle R 660 with gear ratio (3.07)

Suspension Air Suspension

Kontrol Suspensi Udara Mechanical (optional : ELC)

Rangka (mm) 803 x 1303

Ban 295/80 x R22.5 complete with spare tire

Depan : 290 mm
Diameter Suspensi Udara
Belakang : 280 mm

Depan : 70 mm
Diameter Peredam Kejut
Belakang : 70 mm

Depan : 10000 kg
Beban poros
Belakang : 15000 kg

Tugas Akhir 32
3.5 Tujuan Analisa

Tujuan analisa ini adalah untuk mengetahui prestasi dari system suspensi

udara pada dua unit bus yang berbeda dengan suspensi asli rancangan pabrik.

Analisa perbandingan dilakukan dengan mengukur dimensi komponen suspensi

yaitu air spring dan shock absorber. Dari sini kita bisa dapatkan kekuatan suspensi

sesuai dengan dasar hukum pascal. Kemudian kuatan suspensi tersebut

dibandingkan dengan berat kendaraan dan hasil dari analisa ini adalah

perbandingan antara berat kendaraan dengan kekuatan suspensi udara .

3.6 Fasilitas Analisa

Fasilitas anlisa merupakan faktor utama yang mempengaruhi relevannya data

hasil analisa terhadap karakteristik hasil analisa yang didapat. Fasilitas yang

digunakan dalam analisa perbandingan suspensi adalah sebagai berikut :

a. jangka sorong khusus suspensi udara

b. kamera digital.

c. Bus Volvo B7R dari PO Budiman

d. Bus Scania K124i dari PO Harapan Jaya.

Tugas Akhir 33
BAB IV

ANALISA PERHITUNGAN

Pada bab ini akan membahas hasil pengamatan, contoh perhitungan dan

analisa perbandingan antara suspensi volvo dengan scania yang beroperasi

diIndonesia.

4.1 Perhitungan

Berikut ini adalah merupakan perhitungan dari data pengukuiran dimensi

yang diambil dari bus volvo dan scania yang beroperasi di Indonesia dengan data

spesifikasi seperti pada sub bab 3.2

4.1.1 Perhitungan suspensi volvo

Data suspensi volvo adalah sebagai berikut:

Tugas Akhir 34
Depan : 296
Diameter Suspensi Udara
Belakang : 290

Depan: 75 mm
Diameter Peredam Kejut
Belakang : 75 mm

Depan : 8000 kg
Beban poros
Belakang : 10000 kg

Tekanan Udara Di Tangki


784000 N/ m2
Utama

Tekanan Udara di Air Bellow 705600 N/ m2

4.1.1.1Perhitungan kapasitas suspensi

dari data diatas kita bisa dapatkan kekuatan suspensi udara berdasarkan

prinsip kerja pneumatik dengan dasar hukum pascal. Adapun perhitungan

sedernanya sebagai berikut:

Diketahui

 diameter air bellow volvo : Depan : 296 mm (29,6 cm )

Belakang : 290 mm ( 29 cm )

Maka luas permukaan air bellow tersebut adalah:

Depan :  .R2 ………………………………... (1)

:  . 0.2962

0.275 m2

Belakang :  . 0.292

0.264 m2

Tugas Akhir 35
Kemudian dengan luas seperti diatas maka didapat kapasitas air

bellow sebagai berikut:

Depan F = P . A…………..……………. (2)

= 705600 N/m2 . 0,275 m2

= 194040 N . 2 Buah

= 388080 N

Belakang F=P.A

= 705600 N/m2 . 0,264 m2

= 186278,4 Kgf .4 Buah

= 745113,6 N

4.1.1.2 Perhitungan konstanta air spring ( kompressibilitas udara)

Seperti yang telah dibahasa pada BAB II, kompresibilitas itu sendiri

adalah perubahan volume zat akibat perubahan tekanan yang dialami. Perubahan

volume relatif per-satuan tekanan disebut angka kompresibilitas ; ( p b ) yang

dinyatakan dengan rumus

1 dW
p   [ KN / m 2 ]
W dP

Tugas Akhir 36
Tanda ( – ) karena kenaikan tekanan mengakibatkan kerutnya volume. Kebalikan

dari angka kompresibilitas dinamakan MODULUS ELASTISITAS VOLUME

( VOLUME OR BULK MODULUS OF ELASTICITY ) :

1 dp
K  [ KN/m2]
p d

Untuk kondisi pada suspensi volvo yang kita bahas saat ini maka didapat

persamaan berikut ini:

1 78400
Suspensi Depan p=- .................................... (3)
78400 705600

= - 0.00001275 . 0.11

= 0,000001467 N /m2

1 1
K= = .................................... (4)
p 0.000001467

= 6,77506 KN/m2

1 98000
Suspensi Belakang p=-
98000 705600

= - 0,0000102 . 0,138

= 0,000001416 N/m2

Tugas Akhir 37
1 1
K= =
p 0.0000138

= 7,05882 KN/m2

4.1.1.3 Perbandingan kekuatan suspensi udara dengan GVW kendaraan

Dari perhitungan diatas kita bisa dapatkan perbandingan kekuatan

kapasaitas air bellow dengan GVW dari sebuah bus Volvo adalah sebagai

berikut

Kekuatan air bellow sebenarnya : berat total kendaraan (GVW)

18000 kg : Kapasitas suspensi depan + Kapasitas Suspensi

Belakang

176400 N : 388080N + 745113,6 ................................................ (5)

176400 N: 1133193,6

1 : 6,49

Gambar 4.1 Air Bellow Volvo B7R

Tugas Akhir 38
4.1.2 Perhitungan suspensi Scania

Data suspensi Scania adalah sebagai berikut:

Depan : 290
Diameter Suspensi Udara
Belakang : 280

Depan: 70 mm
Diameter Peredam Kejut
Belakang : 70 mm

Depan : 10000 kg
Beban poros
Belakang : 15000 kg

Tekanan Udara Di Tangki


882 KN/ m2
Utama

Tekanan Udara di Air Bellow 784 KN /m2

4.1.2.1 perhitungan kapasitas suspensi

dari data diatas kita bisa dapatkan kekuatan suspensi udara berdasarkan

prinsip kerja pneumatik dengan dasar hukum pascal. Adapun perhitungan

sedernanya sebagai berikut:

Tugas Akhir 39
Diketahui

diameter air bellow scania : Depan : 290 mm (29 cm )

Belakang : 280 mm ( 28 cm )

Maka luas permukaan air bellow tersebut adalah:

Depan :  . R2

:  . 0.292

0.264 m2

Belakang :  . 0.282

0.246 m2

Kemudian dengan luas seperti diatas maka didapat kapasitas air

bellow sebagai berikut:

Depan F= P.A

= 725200 N/m2 . 0,264 m2

= 191452,8 N. 2 Buah

= 382905,6 N

Belakang F=P.A

= 725200 N/m2 . 0,246 m2

= 178399,2 N .4 Buah

= 713596,8 N

Tugas Akhir 40
4.1.2.2 Perhitungan konstanta air spring ( kompressibilitas udara)

Seperti yang telah dibahasa pada BAB II, kompresibilitas itu sendiri

adalah perubahan volume zat akibat perubahan tekanan yang dialami.

Perubahan volume relatif per-satuan tekanan disebut angka kompresibilitas

yang dinyatakan dengan rumus

1 dW
p   [ KN / m 2 ]
W dP

Tanda ( – ) karena kenaikan tekanan mengakibatkan kerutnya volume.

Kebalikan dari angka kompresibilitas dinamakan MODULUS

ELASTISITAS VOLUME ( VOLUME OR BULK MODULUS OF

ELASTICITY ) :

1 dp
K  [ KN/m2]
p d

Untuk kondisi pada suspensi scania yang kita bahas saat ini maka didapat

persamaan berikut ini:

1 98000
Suspensi Depan p=-
98000 725200

= - 0.0000102 . 0.135

= 0,1377 KN/m2

Tugas Akhir 41
1 1
K= =
p 0.135

= 7,25925 KN/m2

1 147000
Suspensi Belakang p=-
147000 725200

= - 0,0000068027 . 0,2027

= 0,13789 KN / m2

1 1
K= =
p 0.13789

= 7,25211 KN/m2

4.1.2.3 Perbandingan kekuatan suspensi udara dengan GVW

kendaraan

Dari perhitungan diatas kita bisa dapatkan perbandingan kekuatan

kapasaitas air bellow dengan GVW dari sebuah bus Volvo adalah sebagai

berikut

Kekuatan air bellow sebenarnya : berat total kendaraan (GVW)

25000 kg : Kapasitas suspensi depan + Kapasitas Suspensi

Belakang

245000 N : 382905,6 N + 713596,8 N

245000 N: 1096502,4 N

1 : 4,475

Tugas Akhir 42
Gambar 4.2 Air Bellow Scania K124i

4.2 Model Matematis

Dari data yang telah didapat dari sub bab diatas, kali ini kita lakukan

perhitungan yang mensimulasikan kerja suspensi kondisi jalan yang ada dengan

kecepatan 20 km/jam, amplitudo = 0,09, rasio peredaman   0.5 untuk kemudian

kita akan mencari defleksi / langkah gerakan suspensi yang terjadi X & Y=?

4.2.1 Model Matematis Volvo B7R

vX 1000 1
  2f  2 ( )  0,290889 v rad/s
3600 6

Untuk kecepatan 20 km/jam,  =5,81778 rad/s, untuk kemudian di

bandingkan dengan frekwensi natural  n

K 691694
n = = =6,19 rad/s
M 18000

Tugas Akhir 43
Dan frekwensi rasionya

 5,81778
r= = = 0,9398
n 6,19

dari persamaan diatas kita bisa dapatkan defleksi suspensi X & Y dengan

mengunakan persamaan dibawah ini

1 1
X  1  (2. .r ) 2
 1  (2.0,5.0.9398) 2
 
2 2
 
Y  (1  r 2 ) 2  (2.r ) 2  (1  0,9398 )  (2.0,5.0,9398)
2 2 2

X = 0,65202

Y = 0,09 . X = 0,05868

4.2.2 Model Matematis Scania K124i

vX 1000 1
  2f  2 ( )  0,290889 v rad/s
3600 6

Untuk kecepatan 20 km/jam,  =5,81778 rad/s, untuk kemudian di

bandingkan dengan frekwensi natural  n

K 725568
n = = =5,38 rad/s
M 25000

Dan frekwensi rasionya

 5,81778
r= = = 1,08
n 5,38

dari persamaan diatas kita bisa dapatkan defleksi suspensi X & Y dengan

mengunakan persamaan dibawah ini

1 1
X  1  (2. .r ) 2  1  (2.0,5.1,08) 2
 
2 2
 
Y  (1  r 2 ) 2  (2.r ) 2  (1  1,08 )  (2.0,5.1,08)
2 2 2

Tugas Akhir 44
X = 1,346948

Y = 0,09 . X = 0,1212

4.3 Rekapitulasi Perhitungan

Dari perhitungan diatas maka kita dapatkan data perbandingan pada tabel

dibawah ini

No Parameter Perbandingan Volvo B7R Scania K124 i

1 Luas Perm Air Bellow depan ( A ) 0,275 m2 0,264 m2

Luas Perm Air Bellow Belakang ( A ) 0,264 m2 0,246 m2

2 Kapasitas Beban Air Bellow Depan ( F ) 388080 N 382905,6 N

Kapasitas Beban Air Bellow Belakang (F) 745113,6 N 713596,8 N

3 Komprebilitas Udara pada Air Bellow 6,77506 KN/m2 7,25925 KN/m2

Depan ( K)

Komprebilitas Udara pada Air Bellow Blkg 7,05882 KN/m2 7,25211 KN/m2

( K)

4 Gerakan Air Bellow pada model matematis 0,05868 m 0,1212 m

(X)

5 Perbandingan Kekuatan Air Bellow dengan 1 : 6,49 1 : 4,475

beban GVW

Tugas Akhir 45
4.4 Batas Kenyamanan

Dari data diatas, untuk kedua armada yang diperbandingkan, pada perbandingan

GVW : Kekuatan air bellow diatas 1:4, untuk mendapatkan kenyamanan dan

kemanann dalam perancangan suspensi udara.

Tugas Akhir 46
BABV

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari analisa yang telah dilakukan penulis memberikan kesimpulan dan

saran.

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa perbandingan terhadap kekuatan air bellow bus Volvo B7R

dengan Scania K124i dapat diperoleh kesimpulan, yaitu:

1. Perbedaan antara perbandingan kekuatan air bellow yang cukup besar

Volvo B7R dengan Scania K124i

2. Dengan perbandingan kekuatan yang kecil, air bellow scania dapat

diperkirakan lebih cepat rusak.

3. Ukuran Air Bellow untuk scania semestinya harus lebih besar dari yang

ada

Tugas Akhir 47
4. untuk air bellow Volvo K124i dapat dikatakan lebih baik jika melihat

parameter perbandingan kekuatan air bellow dengan beban GVW

5. Dengan Nilai perbandingan kekuatan air bellow dan beban GVW yang

lebih besar dapat diprediksikan air bellow Volvo B7R lebih lama

6. Perbandingan ini sama- sama dilakukan pada bus kelas eksekutif dengan

karoseri Adi Putro.

5.2 Saran- saran

1. Perlu dilakukan penelttian lebih lanjut dalam memilih armada bus suspensi

udara sesuai penggunaan kelas dan kapasitas

2. Perlu dikaji kembali tentang perbandingan suspensi udara yang yang lebih

merinci sehingga didapat hasil penelitian yang lebih baik.

Tugas Akhir 48
DAFTAR PUSTAKA

1. Thomson, William., Theory of Vibration With Applications. Simon A &

Schuster. New Jersey 1993

2. Paar, Andrew., Hidrolika Dan Pneumatika Pedoman Untuk Teknisi Dan

Insinyur. Erlangga. Jakarta 2003

3. Daryanto,., Teknik Service Mobil. Bumi Aksara. Jakarta 2001

4. Harinadi,., Mekanika Fluida. Erlangga. Jakarta 2003

5. Budiman, Eko., Suspensi Udara. Indotruck Utama, Jakarta 2002

Tugas Akhir 49

Anda mungkin juga menyukai