Anda di halaman 1dari 29

Faal Sensorik

sensasi kulit

I. Pendahuluan
A.

Receptor (generator) potential:


Perubahan lokal pada potensial membran reseptor sensorik Ditransformasi (ditransdusi) dari energi stimulus

1)

Berfungsi sbg suatu stimulus untuk penurunan aksi

potensial atau pelepasan neurotransmiter


2)

Ditransmisikan ke Susunan Saraf Pusat (CNS/SSP)

Digunakan untuk menimbulkan respons refleks /


mengubah perilaku / menghasilkan sensasi kesadaran

II. Mekanisme Sensorik Umum


A.
1.

Klasifikasi Reseptor (diklasifikasikan dlm 4 cara):


Sumber rangsang:
a. b.

Exteroceptors: mata, hidung, pengecapan, dan reseptor kulit. Enteroceptors: kemoreceptors, baroreceptors, dan proprioceptors. Mechanoreceptors: mendeteksi deformasi kulit dan suara. Thermoreceptors: mendeteksi suhu lingkungan. Photoreceptors: mendeteksi cahaya Chemoreceptors: mendeteksi bahan-bahan yang menghasilkan sensasi bau dan pengecapan .

2.

Jenis sumber energi :


a.
b. c. d.

3.

Jenis sensasi : reseptor sentuhan, panas, dingin, nyeri, cahaya, suara, pengecapan, dan bau.

4.

Kecepatan adaptasi :
a.

Reseptor Adaptasi lambat (tonic, static) : secara terus menerus membakar aksi potensial selama pamberian rangsang Reseptor beradaptasi cepat (phasic, dynamic) : Membakar aksi potensial pada kecepatan yang menurun selama pemberian stimulus

b.

B.

Klasifikasi Neuron sensorik

Classification Diamet. Velocity I II III IV A A Fiber type Myelinated Myelinated Myelinated Unmyelinated Axon diameter 12 -20 um 6 12 um 1 6 um < 1 um Propagation velocity 80 120 m/sec 35 75 m/sec 5 30 m/sec 0.5 2 m/sec

A
C

C.
1)

Transduksi energi
Rangsang adekuat (appropriate)

Setiap reseptor dikhususkan menerima suatu jenis rangsang yang khas . Dapat merespons thdp bentuk2 lain energi jika intensitasnya cukup tinggi .

2)
a.

Konversi (perubahan) energi stimulus


The transducer region: mengubah energi stimulus menjadi suatu sinyal listrik (potensial generator) . The spike generator region: mengubah potensial generator menjadi rentetan aksi potensial :
1)

b.

2)

Potensial reseptor menyebar secara pasif dari the transducer region ke the spike generator region. Pelepasan berulang dari aksi potensial dapat diturunkan oleh adanya rangsang yang terus menerus.

Generator Potentials
Stimulus intensity ~ Frequency of AP
Transducer region Spike generator region

Stimulus

Action Potentials

Generator Potentials

Threshold

Stimulus

3. Adaptasi
a.

Fungsi
1)

Menyandi informasi tentang laju aplikasi dari suatu rangsang

Reseptor beradaptasi cepat/lambat

2)

Mengurangi jumlah informasi yang mencapai otak Mekanisme transduksi gagal memelihara / mempertahankan suatu potensial reseptor . The Spike generator gagal untuk meneruskan rentetan aksi potensial

b.

Mekanisme
1)

2)

Encoding (penyandian): intensitas, lokasi, dan kualitas rangsang


a.

Intensitas rangsang : disandi oleh firing frequency & jumlah neuron sensorik yang diaktifkan

Stevens Power Law


V = k. [I I0]n

Weber-Fechner law
V = k. log I / I0 V = Besarnya potensial reseptor I = Intensitas rangsang I0 =Nilai ambang

Encoding (penyandian): intensitas, lokasi, dan kualitas rangsang


b.

Lokasi rangsang : disandi terutama oleh proyeksi sensorik di korteks serebri


1)

Receptive field (lapang reseptif) : Semakin kecil maka semakin tepat penyandian lokalisasi rangsang

2)

Lateral inhibition (inhibisi lateral) : Membuatnya

semakin lebih tepat

Encoding (penyandian): intensitas, lokasi, dan kualitas rangsang


b.

Kualitas rangsang: disandi oleh berbagai mekanisme


1)

Mekanisme paling sederhana menggunakan a labeled line

2)

Mekanisme yang lebih kompleks menggunakan pattern of activity (membawa informasi ke otak) .

3)

Mekanisme yang paling canggih: menggunakan


feature detectors

Sensory and Motor Areas of the Cerebral Cortex

Figure 7.14
Copyright 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings

Slide 7.31

III. Sensasi Kulit


A. Mekanoreseptor 1. The Pacinian corpuscle: Beradaptasi cepat; lapang reseptif luas; menyandi sensasi vibrasi (getaran) 2. Meissners corpuscle: Beradaptasi cepat; lapang reseptif kecil; menyandi kecepatan (laju) pemberian rangsang (rate of stimulus application).

III. Sensasi kulit (Lanjutan)


A. Mekanoreseptor:

3.

4.

Merkels Disk: Beradaptasi lambat:; lapang reseptif kecil ; menyandi lokasi rangsang . Ruffinis corpuscle: 4.Beradaptasi lambat; lapang reseptif besar; menyandi large receptive field; to encode besarnya rangsang .

Sensasi kulit (lanjutan)


B. Termoreseptor
1.

2.

Serabut hangat (warm fiber) : untuk suhu kulit 30 0C 43 0C. Serabut dingin (cold fiber) : untuk suhu kulit 15 0C 38 0C

Discharge frequencies at different skin temperatures

Warmth receptor
10

Heat-pain

Impulse per second

Cold receptor Coldpain

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

Freezing cold

Cold - Cool -

Indiffer- Warm --rent -Temperature (0C)

Hot --- Burning hot

Sensasi kulit (lanjutan)


B.

a)

Nociceptors: Mekanisme perifer a. Reseptor utk nyeri: ujung saraf bebas dari serabut A & C 1) Spesifik utk rangsang nyeri (noxious) : merespons thdp rangsang mekanik, kimia dan suhu yng merusak atau potensial merusak 2) Rangsang yng asekuat belum diketahui: histamine atau bradykinin yng dilepaskan dari sel yang dirusak oleh rangsang nyeri mengaktifkan nociceptor.

RESEPTOR NYERI :
Melchanical nociceptors Thermal nociceptors Polymodal nociceptors DISINI TIDAK BERLAKU ADAPTASI Karena berhubungan dengan survival Free nerve endings

KARAKTERISTIK NYERI

FAST PAIN

SLOW PAIN

A-delta fibers
Sharp, prickling sensation Easily localized

C Fibers Dull, aching burning sensation Poorly localized Occurs second, persists for longer time; more unpleasam Occurs upon stimulation of polymodal nociceptors

Occurs first
Occurs upon stimulation of mechanical and thermal nociceptors

Jalur sensasi nyeri ke pusat kesadaran di otak


1)

Sensasi somatik
a)
b)

Fast pain
Slow pain Kulit secara topografis dipetakan, sedangkan visera tidak dipetakan

2)

Sensasi viseral : Referred pain (nyeri alih)


a)

b)

Diagnosis penyakit visera dapat ditegakkan dengan bertolak pada lokasi dari referred pain.

Jalur sensasi nyeri ke pusat kesadaran di otak

3) Projected pain: hasil dari rangsang secara langsung serabut saraf di dalam suatu jalur nyeri
a)

Mekanisme labeled-line digunakan utk menyandi kualitas nyeri Phantom limb sensation

b)

Refleks terhadap sensasi nyeri


1)

Fast pain membangkitkan withdrawal reflex (refleks penarikan diri) dan respons simpatis

2)

Slow pain menghasilkan nausea, keringat


yang banyak (profuse sweating),

penurunan tekanan darah, dan penirinan


tonus otot rangka secara umum

Referred pain
Nyeri yang dirasakan terletak jauh dari organ penyebab nyeri Mekanisme terjadinya: Dermatomal rule = struktur embryonal segment Misal: diafragma, leher, bahu, jantung dan lengan segmen C5 - T5

CONTOH KLINIS
1. Hyperalgesia - sangat sensitif thdp nyeri - primer : dari kulit - sekunder : dari thalamus, spinal cord 2. Thalamic syndrome - trombosis pada cab A. Cerebralis posterior - kehilangan rasa sensasi dari bag. Kontralateralnya - ataxia (kehilangan kontrol u/ gerakan singkat) - unpleasantness, emosional - Dementia senilis 3. Herpes Zoster - infeksi virus pada dorsal root ganglion ----------> dermatomal - sebab: merusak mechanoreceptor afferent --> / inhibisi efek nyeri dan iritasi sel body akar ganglion ----> / nyeri

Analgesia (Penekanan Rasa nyeri)


Reaksi terhadap nyeri sangat individual Tergantung kemampuan otak untuk mensupresi sinyal nyeri ke sistim saraf oleh aktivasi sistim kontrol nyeri * yaitu: 1. Periaqueductal gray & periventricular area 2. Raphe magnus nucleus & nucleus reticularis para gigantocellularis 3. Pain inhibitory complex di dorsal horn (medula spinalis)

b. The Brain-Opiate system


VENTRICLE 3 PADA PERIAQUEDUCTAL GRAY AREA : b. Morphine receptor morphine-like neurotransmiter . Propiomelanocortin . Proenkephalin (brain stem -spinal cord) . endorphin (hypothalamus, kel. Pituitary) c. Inhibisi transmisi oleh sinyal tactile (Medula spinalis) - stimulasi serat tipe A local-lateral inhibition Misal: menggosok bagian yang nyeri, akupunture d. Stimulasi elektrik - stimulasi dorsal sensory column, periaqueductal area di diencephalon

Lobes of the Cerebrum

Anda mungkin juga menyukai