Anda di halaman 1dari 3

KARAWANG BEKASI

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi Tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami Terbayang kami maju dan berdegap hati? Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu. Kenang, kenanglah kami Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa Kami cuma tulang-tulang berserakan Tapi adalah kepunyaanmu Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan Atau tidak untuk apa-apa Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata Kaulah sekarang yang berkata Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kenang, kenanglah kami Teruskan, teruskan jiwa kami Menjaga Bung Karno Menjaga Bung Hatta Menjaga Bung Syahrir Kami sekarang mayat Berilah kami arti Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian Kenang, kenanglah kami Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi
Karya Chairil Anwar

Jangan Takut Ibu (Ws. Rendra) Matahari musti terbit. Matahari musti terbenam. Melewati hari-hari yang fana ada kanker payudara, ada encok, dan ada uban. Ada gubernur sarapan bangkai buruh pabrik, Bupati mengunyah aspal, Anak-anak sekolah dijadikan bonsai. Jangan takut, Ibu! Kita harus bertahan. Karena ketakutan meningkatkan penindasan. Manusia musti lahir. Manusia musti mati. Di antara kelahiran dan kematian bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, serdadu-serdadu Jepang memanggal kepala patriot-patriot Asia, Ku Klux Klan membakar gereja orang Negro, Terotis Amerika meledakkan bom di Oklahoma Memanggang orangtua, ibu-ibu dan bayi-bayi, di Miami turis Eropa dirampok dan dibunuh, serdadu Inggris membantai para pemuda di Irlandia, orang Irlandia meledakkan bom di London yang tidak aman. Jangan takut, Ibu! Jangan mau gigertak. Jangan mau diancam. Karena ketakutan meningkatkan penjajahan. Sungai waktu menghanyutkan keluh-kesah mimpi yang meranggas. Keringat bumi yang menyangga peradaban insane Menjadi uranium dan mercury. Tetapi jangan takut, ibu! Bulan bagai alis mata terbit di ulu hati. Rasi Bima Sakti berzikir di dahi. Aku cium tanganmu, Ibu! Rahim dan susumu adalah persemaian harapan. Kekuatan ajaib insan Dari zaman ke zaman. (Hamburg, 30 September 2003)

Mustofa Bisri Negeriku mana ada negeri sesubur negeriku? sawahnya tak hanya menumbuhkan padi, tebu, dan jagung tapi juga pabrik, tempat rekreasi, dan gedung perabot-perabot orang kaya didunia dan burung-burung indah piaraan mereka berasal dari hutanku ikan-ikan pilihan yang mereka santap bermula dari lautku emas dan perak perhiasan mereka digali dari tambangku air bersih yang mereka minum bersumber dari keringatku mana ada negeri sekaya negeriku? majikan-majikan bangsaku memiliki buruh-buruh mancanegara brankas-brankas ternama di mana-mana menyimpan harta-hartaku negeriku menumbuhkan konglomerat dan mengikis habis kaum melarat rata-rata pemimpin negeriku dan handai taulannya terkaya di dunia mana ada negeri semakmur negeriku penganggur-penganggur diberi perumahan gaji dan pensiun setiap bulan rakyat-rakyat kecil menyumbang negara tanpa imbalan rampok-rampok dibri rekomendasi dengan kop sakti instansi maling-maling diberi konsesi tikus dan kucing dengan asyik berkolusi

Anda mungkin juga menyukai