Anda di halaman 1dari 11

Sekali Lagi, Gaza

Gaza, tak kan hangus oleh nafsumu hai Israel yang haus darah!
Gaza, tak kan pernah mati oleh kelicikanmu wahai laknatullah!
Bumi Palestina takkan surut menyeru!, mengguncang! memporak porandakanmu!
Bumi Islam tak kan habis mengikis semangat menggempurmu!
karna mereka adalah pilihan
sebab mereka adalah seruan...
Biarpun kemaren kau bangga bisa membunuh 230 mujahid
dan melukai 750 lainnya..
Tak kan ada artinya..
bagi mereka adalah surga
tetapi bagimu mati adalah akumulasi ketakutan.
Kebanggaan picisan yang kau propagandakan pada dunia!
Sekali lagi Gaza,
Sekali lagi Palestina!
Sekali lagi kukatakan 'telah jelas yang haq dan yang bathil'

Maju, Palestina!
Mata terbelalak melihat aksi si Israel Keparat!
Telinga menjadi panas mendengar peluru arogansi itu berdesing.
Nafas tertahan sesaat menelaah berita Bumi Palestina yang bersimbah darah syuhada
Seolah gemuruh suara terdengar dari sana," Jika Allah menitipkanku seribu nyawa, dan
kuhembuskan nafas terakhirku satu persatu, takkan kulayangkan ia kecuali untuk syahid
fisabiliLlah"
Walau kumengerti alasan saudaraku Mujahidin Palestina mempersembahkan nyawa
Meskipun aku tahu bau surga tercium di ranah Jihad Fii sabiliLlah
Aku pun yakin janji Allah selalu benar adanya
Tapi tetap hati ini tak rela jika pemuda-pemuda gagah kami itu hanya bertelanjang dada
berbekal batu dan senapan usang di bahu
hati tersayat menyaksikan para umm tergopoh-gopoh mencari bayi mereka yang lapar tak
pulang

diriku tak sudi para pemimpin di dunia hanya memberi salam keprihatinan saja.
Mana keadilan itu? Mana pembelaan itu?
.... Mana harga diri itu?
Ayooo maju!! Lawan si Israel keparat yang bengis itu! Cegah aksi menjijikan itu!
Walau secuil infaq dan seuntai doa, masihkah berat untuk bisa mencium bau surga?

Palestina, Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu


Ketika rumah-rumahmu diruntuhkan bulldozer
dengan suara gemuruh menderu, serasa pasir
dan batu bata dinding kamartidurku bertebaran
di pekaranganku, meneteskan peluh merah dan
mengepulkan debu yang berdarah.
Ketika luasan perkebunan jerukmu dan pepohonan
apelmu dilipat-lipat sebesar saputangan lalu di
Tel Aviv dimasukkan dalam fail lemari kantor
agraria, serasa kebun kelapa dan pohon manggaku di kawasan khatulistiwa, yang dirampas
mereka.
Ketika kiblat pertama mereka gerek dan keroaki bagai
kelakuan reptilia bawah tanah dan sepatusepatu serdadu menginjaki tumpuan kening
kita semua, serasa runtuh lantai papan surau
tempat aku waktu kecil belajar tajwid Al-Quran
40 tahun silam, di bawahnya ada kolam ikan
yang air gunungnya bening kebiru-biruan kini
ditetesi
air
mataku.
Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu
Ketika anak-anak kecil di Gaza belasan tahun bilangan
umur mereka, menjawab laras baja dengan timpukan batu cuma, lalu dipatahi pergelangan
tangan dan lengannya, siapakah yang tak
menjerit serasa anak-anak kami Indonesia jua yang

dizalimi mereka tapi saksikan tulang muda


mereka yang patah akan bertaut dan mengulur
kan rantai amat panjangnya, pembelit leher
lawan mereka, penyeret tubuh si zalim ke neraka.
Ketika kusimak puisi-puisi Fadwa Tuqan, Samir AlQassem, Harun Hashim Rashid, Jabra Ibrahim
Jabra, Nizar Qabbani dan seterusnya yang dibacakan di Pusat Kesenian Jakarta, jantung kami
semua berdegup dua kali lebih gencar lalu tersayat oleh sembilu bambu deritamu, darah kami
pun memancar ke atas lalu meneteskan guratan
kaligrafi
Allahu Akbar!
dan
Bebaskan Palestina!
Ketika pabrik tak bernama 1000 ton sepekan memproduksi
dusta, menebarkannya ke media cetak dan
elektronika, mengoyaki tenda-tenda pengungsi
di padang pasir belantara, membangkangit resolusi-resolusi majelis terhormat di dunia, membantai di Shabra dan Shatila, mengintai Yasser
Arafat dan semua pejuang negeri anda, aku pun
berseru pada khatib dan imam shalat Jumat
sedunia: doakan kolektif dengan kuat seluruh
dan setiap pejuang yang menapak jalanNya,
yang ditembaki dan kini dalam penjara, lalu
dengan kukuh kita bacalah
laquwwatta illa bi-Llah!
Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu
Tanahku jauh, bila diukur kilometer, beribu-ribu
Tapi azan Masjidil Aqsha yang merdu
Serasa terdengar di telingaku.

"DEBURAN ASA DALAM KATA"

Bocah-bocah kecil itu


Berlari, melompat, dan menyerbu
Lihat kawan,mereka beradu dengan bom dan peluru
Hanya dengan batu-batu

Bocah-bocah kecil itu


Menerjang tiada gentar
Memburu tiada ragu
Ini semua bukan di negeri khayalan
Ini semua kejadian nyata yg ada di sana,
Di tanah kelahiran para Nabi,di Palestina

Tak ada paksaan untuk mereka bergerak


Tak ada pula hadiah pengganti luka-luka mereka
Itu semua hanya karena mereka inginkan keridhoan-Nya
Dan semata-mata inginkan surga-Nya
Dan bumi Palestina merdeka,dr tangan yahudi Laknatullah

Jangan tanya kapan mereka akan berhenti


Jangan tunggu kapan mereka akan mengeluh

Karna mereka akan selalu kembali


Tuk bebaskan tanah suci dan bebaskan saudara/i mereka

Dan disana akan selalu terdengar


Lemparan batu dan teriakan Allahu Akbar..!!

Siapa bilang meraka kalah.?


siapa bilang mereka menangis.?
Bahkan lawanpun ketakutan
dan gemetar mencari tempat perlindungan karena keberanian mereka
Siapa bilang mereka salah.? siapa bilang mereka cengeng
Bahkan para Malikat dan langitpun memujinya,memuji semua keberanianya

Karena mereka selalu percaya,akan janji Allah


Mereka percaya bahwa Allah akan selalu bersama mereka
Menemani hari-hari meraka, desah nafas-Nya, di relung hati-Nya
Allahhu Albar ,, Allahhu Akbar ,,!!!
gemuruh takbir itu akan selalu terdengar di bumi Palestina Tercinta_

Rintihan Hati Anak Palestina

Ayah !! Kata mereka kau penjahat.


Padahal sebenarnya engkau bukanlah penjahat
Ayah..!! mengapa mereka jauhkan aku darimu
mereka menagkapmu tanpa memberi kesempatan untuk menciumku meskipun hanya sekali,
atau mengusap air mata Ibu

Ibu!! aku melihat air mata dikelopak matamu setiap pagi


Apakah Palestina tidak berhak diberi Pengorbanan ??
setiap hari aku bertanya kepada matahari
Ibu,!! apakah ayah akan kembali pada suatu hari
ataukah dia akan pergi selamanya sampai hari qiyamat
atau dia akan mengusap air mata ibu yang terus menetes setiap hari ??
Wahai Ayah !!! dimanakah engkau ???
Oohhh., Bayi-bayi yang dijajah
kini telah datang hari raya baru setelah hari raya tahun lalu
dan bayi baru pun terlahir setelah bayi yang itu
dan para syuhada berguguran setelah gugurnya syahid yang lalu
sedang ayah masih disembunyikan dibalik jeruji besi
dalam sel mengerikan yang tidak layak dihuni manusia
mana hari kemenangan dan kehancuran penjara besi itu ??
Malulah Kalian
Malulah kalian .
Malulah Kalian .,
Aku ingin ayah pulang
Aku ingin ayah pulang
Aku ingin ayah pulang
Untukmu Gaza Sebuah Puisi dan Renungan untuk Palestina
Ya Rabbi
tak akan pupus dari ingatanku..
saat saudaraku terbujur kaku,terdiam,dan merasa bisu

Ya Rabbi
tak akan pernah hilang dari benakku..
saat ribuan malaikat turun menjemput mereka di negeri sejuta syuhada
Ya Rabbi
tak akan pudar dalam pandanganku
saat bidadari berbaris menyambut wajah putih nan asri
negeri itu masih penuh darah
namun dunia ini pun masih bungkam layaknya sungai yang suram,
bisu layaknya nisan kuburan yang semu,
sunyi sunyi seperti nyanyian yang tak keluar dari hati
ribuan doa telah terpancar
jutaan tangan telah tertengadah beribu harapan
namun apa yang terjadi ya Rabbi..
negeri poros setan itu terus meluluh lantahkan bayi-bayi itu,
mayat-mayat itu..
terus bertambah dan bertambah bergelimpangan
entah berapa banyak lagi darah ini harus mengalir di negeri para Nabi,
entah berapa banyak anak-anak dan bayi-bayi itu terpaku kehilangan ayah dan ibu
entah berapa banyak lagi tatapan dunia harus tertuju
hingga kalimahmu terhujam..
takbirmu menggema..
tasbihmu menggelora..
berkumandang di bumi merdeka Palestina..
Senyum Getir Palestina Untuk Dunia
karya: Shalahuddin Umar
Di atas penyembahan modernitas dan pengagungan idealisme liberal
Di atas sendawa kenyang dan tawa riang anak-anak dunia
Di atas kemesraan bangsa Arab dan Amerika di meja-meja makan malam
Di atas cumbu manja Simon Peres dan pemimpin-pemimpin Eropa
Di atas kebisuan Indonesia dan negara-negara berlabel syariat Islam

Di atas idiotisitas Perserikatan Bangsa Bangsa dan autisitas Organisasi Islam Dunia
Palestina berdiri sendiri dalam tangis dan cucuran air mata
Terpekur dalam simbahan darah dan tusukan peluru

Disaat dentuman peluru laknat jagal-jagal cast leads masih terdengar hafal ditelinga
Dunia masih belum juga menemukan nurani kemanusiaannya.
Label pemuja hak asasi manusia hanyalah semboyan kosong yang ada dikantong-kantong
anak cucu Amerika dan kroni-kroninya.

Dan Palestina pun sendiri


Berdiri tegak diantara kemahatololan badut-badut pemuja ketiak zionis
Dan Palestina pun berdiri
Melululantakkan kehamasombongan putra-putri kera yang lahir dari rahim kerakusan dan
disusui asi kezaliman

Biarlah kami sendiri, Kata generasi Shalahuddin Al Ayyubi itu.


Cukuplah batu-batu intifadah ini yang menjadi teman setia kami membebaskan Al Aqsa
Karena harga diri kami terlalu mahal jika dibayar dengan air mata
Karena senyuman kami tak semurah tegukan coca cola atau kekhusukkan kalian dalam
berfacebook ria

Palestina,
Bahkan Indonesia yang baik hati pun sedikit hilang ingatan atas kebaikan putramu
Bukankah dulu Muhammad Amin Al Hussein yang lantang mengucap selamat pertama atas
kemerdekaan negeri ini?

Bukankah karena dia pula akhirnya gelombang dukungan bangsa bangsa dunia membanjiri
kemerdekaan negeri ini?
Atau rasa-rasanya bahkan rakyat negeri ini pun sudah tak berselera mengingat keikhlasan
uang lima juta warga Gaza atas gempa mengguncang bumi Yogya.

Oh Palestina
Di saat kami begitu lelap melewati sepertiga malam,
di sana kau tengah bercanda dengan kebiadaban badut-badut penghisap darah
Disaat kami begitu lahap menikmati hidangan sarapan pagi,
disana kau masih harus tiarap untuk melanjutkan hari-hari

Kami yakin tidak banyak yang kau minta,


Karena kau terlalu gagah untuk menjadi pengemis atas kemerdekaanmu.
Kami pun yakin tidak banyak yang kau harap,
Karena kau terlalu mulia untuk meninakbobokan keimanan hanya demi urusan perut.

Maafkan kami
Maafkan kami yang hanya bisa membantumu lewat air mata
Maafkan kami yang hanya bisa menolongmu dengan sisa uang yang ada di saku celana
Maafkan kami yang hanya bisa mengingatmu saat ada kajian dan unjuk rasa
Maafkan kami yang sering melewatkan namamu dalam setiap bait doa-doa

Allahummantsur Ikhwana Mujahiddina fi Filistin


Allahummantsur Ikhwana Mujahiddina fi Filistin

Allahummantsur Ikhwana Mujahiddina fi Filistin

"Semua orang didunia tahu, aku anak PALESTINA..!!"


Palestina Ya Palestina.
Tuhan menghendaki aku terlahir di Palestina.
Negeriku, Palestina, darahku, Palestina.
Aku terlahir di tengah desing peluru dan aroma kematian. Aku tak tahu, mungkin saat aku
dilahirkan, tak jauh dari sisiku, ada saudaraku sesama anak Palestina yang meregang nyawa
dengan luka menganga di dada dan kepala akibat peluru yang meghujam atau pecahan bom
yang mendera.
Aku menangis saat dilahirkan, itulah garis hidupku, untuk menangis diawal kehidupanku.
Mungkin tak jauh dari sisiku, ada juga yang menangis. ya, Ibu dari anak Palestina yang
kehilangan anak akibat kejamnya peperangan. Anak itu sudah tidak bisa lagi menangis, mana
mungkin, dia sudah terbujur kaku, tak berdaya dengan darah mengalir dari luka yang pasti sakit
tak terkira&
Ibuku, pasti tersenyum saat aku lahir ke dunia, meski aku yakin, ia tak akan menampakkan nya
saat melalui lorong kematian di rumah sakit yang penuh sesak dengan gelimpang korban anak
Palestina. Ibuku, pasti menangis jua, meski tertahan sesak di dada.
Ayahku, saat itu tak ada, kelak aku tahu bahwa saat aku memandang dunia, dia tengah
memandang kematian dengan sekedar batu melawan tank dan tentara yang membabi buta,
menyerang menggila.
Aku beruntung, masih bisa bertemu ayahku, meski pada akhirnya aku harus rela, ayahku kelak
juga terbujur di tengah deru pesawat tempur yang memuntahkan bom kemana saja, di kota
yang kucinta.
Gaza, itu tercatat dalam buku kelahiranku, aku terlahir di Gaza.
Masa kecilku, kulalui dengan mainan senjata dan perang-perangan, ya, bagaimana tidak. Kotaku
dikuasai pasukan asing bersenjata. Sesekali kulihat senjata itu menyalak, memuntahkan isinya,
ada gas air mata, dan tentu ada yang peluru tajam meminta nyawa, warga Palestina, dan tak
jarang anak Palestina.
"Cita-cita ku kelak adalah INTIFADAH..INTIFADAH...INTIFADAH....!!!"

Aku tak tuli,


kudengar tangisan dimana-mana, kudengar jerit teman sebaya,

Ibu-ibu Palestina menggendong anak dan orang tua paruh baya yang terpaksa harus terpapah
tanpa daya.
Dan kudengar lenguh terakhir nyawa di dada.
Aku tak buta, kulihat luka, kulihat jasad dimana-mana, kulihat merah itu ada dan tak terkira,
kulihat kotaku tak lagi indah mempesona. Dan harapan itu sepertinya sirna. Aku tak menangis,
meski ayahku menjadi jasad tersisa di tengah gempuran melanda kota.
Tak ada lagi tangis, aku sudah terbiasa, seperti juga anak Palestina lainnya.
Waktu itu tiba, kata orang mulai ada perang kota !
Aku berlindung dibalik reruntuhan bangunan rumah ibadah, yang hancur oleh tembakan
serdadu nista, aku lihat, ada orang Palestina bersenjata, dengan tutup wajah dimuka, kutahu
juga ada remaja Palestina memanggul senjata.
Mereka sigap, lincah, berlari ke sudut-sudut tak terjamah, melawan pasukan asing yang
menyerbu kedalam kota.
Aku tahu, mereka siap mati di tanah tercinta.
Ah, seandainya aku bisa melalui hari-hari ini, tanpa sebutir peluru mengenai dada, tanpa
pecahan bom menerpa kepala, mungkin aku tak-kan lupa, ini catatan kelam manusia di tanah
terjajah, Palestina.
Tuhan,
perkenankan aku menjadi remaja, agar aku bisa berlari membawa bendera Palestina, berikat
kepala, bolehlah juga bersenjata, apa adanya, melawan pasukan Israel sampai tetes terakhir itu
tiba.
Kalau Kau berbaik hati Tuhan,
ijinkan aku menjadi dewasa, agar aku mengikat keras bendera Palestina di tiang dan sisa
bangunan menjulang ke angkasa.
Kulekatkan ikat kepala, selekat jiwa dan raga, senjata, apapun bisa kuguna, melawan hingga
gelora di dada sirna bersamaan dengan hembusan nafas yang tersisa.
Aku anak Palestina,
selamanya Palestina,
darahku, merahnya Palestina..adalah kehidupanku..

Anda mungkin juga menyukai