Abstract Therapeutic regimens for the treatment of pulmonary TB is a gradual and done regularly, and done in accordance with the standards illustrate to people with pulmonary TB. In the treatment of pulmonary tuberculosis, there are 3 Therapeutic Regimen, namely: Regimen I, Regimen II, and Regimen III. This study aims to describe knowledge about pulmonary TB Pulmonary TB therapeutic regimen in Herna General Hospital Medan. This research is descriptive. The study was conducted in April 2012 to July 2012. The population in this study were all patients with pulmonary TB is in the General Hospital Herna field of 25 people. By using the technique of sampling the total sample of 25 people. From this research it is known that of the 25 respondents, there were 13 people (52%) either knowledgeable, 9 people (36%) knowledgeable enough and 3 people (12%) are less knowledgeable. Suggested for Hospitals that do counseling to improve patient knowledge about TB Pulmonary Therapeutic Regimen as 48% of patients there is less knowledge.
Pendahuluan TB Paru merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health telah sebagai
terdapat 250.000 kasus baru TB Paru dan sekitar 140.000 kematian akibat TB Paru. Di Indonesia TB Paru adalah merupakan diantara pembunuh penyakit nomor menular satu dan
Organization mencanangkan
(WHO) TB Paru
Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru TB Paru, pada tahun 2002 3,9 juta kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif dalam dahak. Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB Paru dan menurut Regional WHO jumlah terbesar kasus TB Paru di dunia. Namun penduduk bila dilihat dari jumlah per
pernapasan akut pada seluruh kalangan usia (Soedarsono, 2006). Pengobatan TB Paru dilakukan secara bertahap dan teratur, tahapan pengobatan TB Paru diantaranya tahap intensif dan tahap lanjutan. Untuk itu para penderita harus mengenal, memahami, bagaimana cara pencegahan, penatalaksanaan Regimen tanda dari gejala TB TB dan Paru. Paru
terdapat 182
kasus
100.000 penduduk. Di Asia Afrika ditemukan kasus TB Paru 2 kali lebih besar dari Asia Tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk (Soedarsono, 2006). Di perkirakan angka kematian akibat TB Paru adalah 8.000 setiap hari dan 2,3 juta setiap bulan. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar kematian akibat TB Paru terdapat di Asia Tenggara yaitu 625.000 orang dan angka mortality tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000. Indonesia menempati urutan ke-3 di dunia untuk jumlah kasus TB Paru setelah India dan Cina. Setiap tahun
Terapeutik
merupakan pengobatan yang bertahap dan dilakukan secara teratur, dan di lakukan sesuai dengan penjelasan yang standard (Jhon 2000). Akibat kurang baiknya penderita penanganan TB Paru pengobatan dan lemahnya
implementasi strategi DOTS (Drug Observed Treatmen Strategy), pasien yang mengidap BTA (Bakteri Tahan Asam) yang resisten terhadap OAT (Obat Anti Tuberkulosis) akan
menyebarkan infeksi TB Paru dengan kuman yang bersifat resisten. Sehingga membutuhkan obat lain selain obat standard TB Paru dan perlunya PMO 2
(Pengawas
Makan
Obat)
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
memperhatikan para penderita TB Paru dalam penggunaan obat-obat TB Paru selama di Rumah Sakit maupun setelah perawatan memperhatikan pengobatan (Murniasih, di rumah perkembangan TB untuk dari Paru hasil
gambaran pengetahuan penderita TB Paru terhadap regimen terapeutik TB Paru di Rumah Sakit Umum Herna Medan. Tujuan Penelitian Penelitian mengetahui ini bertujuan untuk
penderita 2010)
Menurut
observasi di Rumah Sakit Umum Herna Medan menunjukkan bahwa penyakit TB Paru merupakan salah satu penyakit yang masih banyak ditemukan, dari januari 2011 sampai dengan desember 2011 jumlah pasien TB Paru sebanyak 90 orang. Pasien cenderung mengalami penyakit kronis atau menahun dan berobat atau opname berulang Manfaat Penelitian Dapat memberikan informasi pada para penderita TB Paru sehingga penderita mengetahui informasi tentang Regimen TB Paru sehingga dapat melakukan upaya pencegahan dan perawatan. Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit Umum Herna Medan agar para petugas kesehatan di Rumah sakit Umum Herna Medan dapat
gambaran
pengetahuan
penderita TB Paru tentang regimen terapeutik TB Paru di Rumah Sakit Umum Herna Medan.
dikarenakan pengobatan yang tidak rutin oleh karena pasien sering lupa, dan juga sering berhenti minum obat karena dianggap sudah sembuh dan apabila habis obat tidak dilanjutkan dan tidak kontrol secara rutin. Hal inilah yang membuat, penelit tertarik untuk
terhadap Regimen Terapeutik TB Paru di Rumah Sakit Umum Herna Medan tahun 2012.
Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian dilaksanakan dirumah sakit umum Herna Medan pada bulan April 2012 sampai Juli 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang ada di Rumah Sakit Umum Herna Medan sebanyak 25 orang, dengan menggunakan Tehnik total sampling maka sampelnya
1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari ke dari dalam adalah
sebelumnya. pengetahuan
Termasuk tingkat
mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
djterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan rendah. 2. Memahami Memahami diartikan sebagai suatu tingkatan yang paling
sebanyak 25 orang. Tinjauan Pustaka Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil yang
kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil atau sebenarnya. 4. Analisis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi
berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefe), takhayul (superstitions), dan penerangan-penerangan yang keliru.
Pengetahuan merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan penggunaan kekuatan pemikiran,
pengetahuan mana yang selalu dapat diperiksa dengan tujuan untuk lebih mengetahui dan mendalami segala segi kehidupan (Soerjono, 2002). Tingkatan DalamPengetahuan Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu (Arikunto, 2006).
masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Sintesis Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di
lebih berbahaya dari mereka yang baru positif pada pemeriksaan (WHO 1999). Komplikasi TB Paru 1. Batuk Darah (Haemoptoe)
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. TB Paru TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan infeksi mycobacterium
Pada dasar nya proses TB Paru adalah proses nekrotis, dan jaringan yang mengalami nekrotis terdapat pada
pembulub darah. Jumlah darah yang dibatukkan keluar bervariasi mulai dari sangat sedikit sampai banyak sekali, tergantung pada pembuluh darah yang terkena. 2. Hematogen
tuberklosis yang menyerang jaringan paru. TB Paru merupakan penyakit menular yang menyebar melalui batuk dan dahak (Soedarsono 2006). Cara Penularan TB Paru Penderita TB Paru yang menular adalah penderita dengan basil-basil TB dalam dahaknya dan bila mengadakan ekspirasi paksa berupa batuk-batuk, bersin, akan
Penyebaran hematogen terjadi bilamana proses nekrotis mengenai pembuluh darah. Bahan-bahan nekrotis yang
penuh basil-basil TB akan tertumpah dalam aliran darah. Basil-basil ini kemudian akan bersarang di organorgan tubuh. hariya ada dua organ tubuh yang memang secara alamiah tidak dapat diserang TB, yaitu otot sekiet dan otot jantung. 3. TB Larings tiap kali basil dahak TB maka yang
menghembus keluar, percikan-percikan dahak halus yang melayang-layang di udara (Droplet ini Neucleid). mengandung Droplet basil
Neucleid
mempengaruhi
transmisi.
yaitu: basil dan virulensinya. Makin banyak basil dalam dahak seseorang maka penderita makin besar bahaya penularan. Maka para penderita yang sudah positif pada pemeriksaan
Karena
mengandung melalui
lanings,
4.
Penumootoraks
memperhatikan
keadaan
klinisnya
Apabila proses riekrotis dekat dengan pleura maka pleura akan bocor.
(Crofton, 2002). Pengobatan pada TB Paru terbagi menjadi 2 fase yaitu intensif (2- 3) dan fase lanjutan (4 atau 6 bulan dengan menggunakan paduan obat yang terdiri dan paduan obat utama dan paduan obat tambahan (Soedarsono, 2006; Surya, 2008), yaitu: 1. Tahap intensif (awal)
Sehingga (pecahnya
terjadilah dinding
Infeksi sekunder dapat pula mengenai jaringan nekrotis itu langsung, sehingga terjadi abses paru. Pencegahan TB Paru Orang dewasa lebih sering ditimbulkan oleh reinfeksi endogen (80%) daripada eksogen (20%). Maka perlu untuk mencegah TB yaitu dengan
Pada tahap intensif penderita menelan obat setiap hari dan diawasi langsung oleh PMO (Pengawas Minum Obat) untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua obat. Pengobatan tahap intensif ini berlangsung selama 2
sampai 3 bulan dengan pemberian OAT (Obat Anti Tuberkulosis) setiap hari. 2. Tahap lanjutan
mempertahankan sistem imunitas dalam keadaan optimal, kurang gizi. Pada penderita Diabetes Mellitus dan AIDS dianjurkan agar mengurangi pengobatan kortikostarood dan INH. Regimen Terapeutik TB Paru Regimen terapeutik adalah merupakan perawatan yang dilakukan secara
Pada tahap lanjutan ini penting untuk membunuh kuman sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.Pada tahap
lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit tetapi dalam waktu yang lebih lama yaitu 4 sampai 5 bulan. Pada tahap lanjutan ini penderita menelan obat secara berselang seling tiga kali seminggu. Dalam pengobatan TB Paru terdapat 3 regimen pedoman karena mencakup pengobatan intermiten antara lain:
bertahap dan teratur dengan penjelasan secara benar dan standard. Regimen terapeutik pengobatan adalah pada merupakan dengan
penyakit
1. Regimen I yang diberikan pada 2 bulan pertama yaitu seperti isoniasid, rifampisin, pirazinamed yang diberikan sekali sehari dalam keadaan kosong lambung. 2. Regimen II yang diberikan pada 2 bulan pertama yaitu seperti etambutol, isoniasid, rifainpisin, pirazinamed
4.
Yaitu
bersifat
bakterisida
Yaitu bersifat bakterisida dengan dosis I 5mglkgbb. Penyembuhan TB Paru Dalam penyembuhan TB Paru ada 2 komponem penyembuhan yaitu
semuanya diberikan dosis tunggal 3 kali seminggu dan dilanjutkan isoniasid dan rifampisinn pada 4 bulan berikutnya, keduanya bersama 3 kali seminggu. 3. Regimen III yaitu mengawasi setiap pemberian Isoniasid, dosis yaitu Etambutol, Pirazinamid
kepatuhan dan komponem obat. 1. Kepatuhan Tentang kepatuhan penderita meminum obat di dasari betapa vital perananya Apabila penderita tidak tekun meminum obat-obatnya maka hasil akhir hanyalah kegagalan penyembuhan dengan
Rifampisin,
diberikan 3 x seminggu selama 6 bulan. Regimen ini merupakan pengobatan yang dilakukan tiap hari secara
terusmenerus (Crofton, 2002). Jenis dan Dosis Obat TB Paru 1. Isoniasid (h)
timbulnya basil-basil multiresisten. 2. Komponem obat Obat-obat TB Paru diberikan secara massa yaitu sebanyak 5 buah yaitu INH,
Obat yang bersifat bakterisida dan dapat membunuh 90% kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan 2. Rifampicin
Rifampicin, Streptomicin, Pirazinamid, Etambutol, semua obat-obat ini bekerja secara bakterisida terhadap basil-basil yang mempunyai efek sterilisasi yang membunuh basil-basil sehingga tidak
Yaitu bersifat bakterisida yang dapat membunuh kuman yang tidak dapat di bunuh oleh isoniasid dengan dosis 10mg/kg bb 3. Pirazinamid
terjadi 2002).
perkembangbiakan
(Crofton,
Efek samping pengobatan Efek samping biasanya di anggap sebagai gejala-gejala yang muncul
dilakukan pada akhir tahap intensif, sebulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan. Dan adanya kemajuan berkurang/hilang, bertambah,nafsu ketika berat makan keluhan badan meningkat,
pemeriksaan dahak pada akhir tahap awal juga menunjukkan hasil negatif (Murniasih, 2010). Pasien TB Paru dikatakan sudah sembuh apabila pasien sudah melakukan program pengobatan dengan baik, tanda-tanda dan gejala
(Murniasih, 20l0). Obat TB Paru dan efek sampingnya: 1. INH mempunyai efek samping
yang dialami sudah hilang, penderita mengikuti tes tuberculin yang bertujuan untuk memeriksa kemampuan reaksi
ringan seperti kesemutan, rasa terbakar dikaki dan nyeri otot 2. Rifampicin mempunyai efek
hipersensitivitas tipe lambat. Apabila penderita sudah tidak terinfeksi kuman TB Paru maka tes tuberculin akan
samping berupa sakit perut, mual, gatalgatal kemerahan pada kulit. 3. Pirazinamid mempunyai efek
negatif.
Selain
itu
penderita
juga
samping gangguan pada penglihatan. Streptomicin mempunyai efek samping gangguan keseimbangan dan
infiltrate ddalam paru. Apabila infitrat dalam paru sudah tidak ada lagi maka penderita dinyatakan sembuh dan sudah Nsa menghentikan pemakaian obat (Soedarsono,2006). Pasien TB Paru
pendengaran (Soedarsono, 2006). Pemantauan kemajuan dan basil pengobatan Pemantauan kemajuan ha.sil
yang
telah
dinyalakan
sembuh
sebaiknya tetap dievaluasi minimal 2 tahun pertama setelah sembuh, agar mengetahui ada atau tidaknya 8
kekambuhan.
Hal
yang
perlu
Penilaian menggunakan skala Guttman yang bersifat tegas dengan memberikan jawaban yang benar nilai 1 dan jawaban yang salah nilainya 0 (Hidayat, 2007). Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan mendiskriptifkan data yang telah di kumpulkan. dalam dalam analisa tabel Untuk data
Pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan, kemudian permohonan izin yang di peroleh di kirim ke Rumah Sakit Umum Henna Medan. Kemudian peneliti menentukan responden yang memenuhi kriteria. Data yang telah dikumpulkan di olah dengan cara: Editing, untuk mengevaluasi
memudahkan digunakan
Jistribusi
frekuensi relatif. Hasil dan Pembahasan Karakteristik Pengetahuan Responden berdasarkan Umur Berdasarkan hasil penelitian didapatkan mayoritas responden yang memiliki pengetahuan baik pada umur 21-40 yaitu 8 orang (32%) sedangkan
kelengkapan data yang telah terkumpul lalu bila terdapat kesalahan dalam pengumpulan data diperbaiki dan
dilakukan pendataan ulang terhadap responden.Coding hasil jawaban dan setiap pertanyaan dibuat dalam bentuk kode (angka sesuai petunjuk).
minoritas yang memiliki pengetahuan baik umur 61-80 tahun sebanyak 1 orang (4%). Menurut Imbalo, umur adalah variabel yang diperhatikan dalam penyelidikan Epidemiologi yang dicapai seseorang dalam kehidupannya, maka bila ditinjau dan faktor umur maka semakin tinggi umur seseorang maka akan semakin baik pula pengetahuan yang diperoleh dan pengalaman
Tabulating, analisa
untuk data,
pengambilan kesimpulan, untuk hasil pengumpulan dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi. Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah kuesioner. instrumen Pada berisi bagian data pertama demografi
kehidupan sehari-hari. Berdasarkan data yang diperoleh penulis maka hasil penelitian tidak sesuai dengan pendapat Imbalo yang mengatakan bahwa
pekerjaan, alamat. Sedangkan kuesioner yang pengetahuan penderita TB Paru tentang regimen terapeutik TB
semakin tinggi pula pengetahuan yang dimilikinya, dikarenakan dan seluruh responden yang didapat oleh penulis terdapat lebih banyak responden yang berumur 21-40 Tahun sebanyak 8 orang (30%). Karakteristik Responden Kelamin Berdasarkan Jenis kelamin didapatkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan memiliki Pengetahuan Berdasarkan Jenis
pengetahuan bertambah.
yang
dimiliki data
akan yang
Berdasarkan
diperoleh penulis maka hal ini sesuai dengan pendapat Imbalo apabila
seseorang berintraksi dengan orang lain maka pengetahuan yang dimiliki akan bertambah. Karakteristik Pengetahuan Responden Berdasarkan Pendidikan Berdasarkan pendidikan mayoritas Responden memiliki pengetahuan baik, pada penguruan tinggi yaitu sebanyak 6 orang (24%) dan minoritas responden pengetahuan baik pada SLTP sebanyak 1 orang (4%). Menurut Imbalo
pengetahuan baik sebanyak 7 orang (28%) dan responden yang berjenis kelamin laki-laki memiliki pengetahuan baik sebanyak 6 orang (24%). Karakteristik Pengetahuan Responden Berdasarkan Pekerjaan Berdasarkan pekerjaan mayoritas
masyarakat sehingga dapat melakukan apa yang diharpkan Maka oleh pelaku tinggi
pendidikan.
semakin
responden sebagai wiraswasta memiliki pengetahuan baik sebanyak 5 orang (20%) dan minoritas responden yang bekerja sebagai IRT yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 1 orang (4%). Menurut Imbalo pekerjaan adalah kegiatan formal yang dilakukan oleh seseorang guna dalam memenuhi
pengetahuan yang dimilikinya. Dari hasil yang diperoleh penulis maka semakin tinggi pendidikan yang dicapai seseorang maka akan semakin tinggi pada pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan Responden Tentang Regimen Terapeutik TB Paru Berdasarkan pengetahuan responden bahwa dari 25 responden terdapat 13 orang (52%)
kebutuhan sehari-hari, sesuai dengan teori ini bahwa apabila seseorang berinteraksi dengan orang lain, maka
10
berpengetahuan baik, 9 orang (36%) berpengetahuan cukup dan 3 orang (12%) berpengetahuan kurang. Menurut penulis dari hasil penelitian sesuai dengan pendapat adalah Soerjono kesan bahwa didalam DAFTAR PUSTAKA
Alimul A Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan, Salemba Medika, Jakarta 2003 Arikunto, S. Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Yogyakarta, 2005 Crofton J, dkk, Tuberkulosis Klinik, Widya Media, Jakarta 2002 ____________, Ilmu Penyakit Paru, Widya Media, Jakarta, 2002 Imbalo, Jaminan Mutu Layanan Kesehatan, EGC Jakarta, 2007 Murniasih, E. 2010 Pengenalan Tuberkulosis Paru , Widya Media, Jakarta Notoadmodjo, S. Pengantar Pedidikan Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003 _____________. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta, 2003 Setiadi Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2003
pengetahuan
pikiran manusia hasil pengguna panca indranya yang diterapkan berdasarkan buah pikiran dari setiap orang dengan tujuan untuk lebih mengetahui dan medalami segala segi kehidupan. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa mayoritas pengetahuan responden tentang Regimen Terapeutik TB Paru tergolong baik 13 orang (52%) Saran Disarankan kepada instansi Rumah Sakit untuk lebih untuk meningkatkan meningkatkan
penyuluhan
pengetahuan pasien, khususnya tentang Regimen Terapeutik TB Paru karena masih ada 48 % pasien pengetahuan nya kurang.
Soedarsono, Diagnosa dan Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru, Indah Offset, Jakarta, 2006 Soerjono, Sosioslogi Suatu Pengantar, PT.Raja Grafindo Persada Jakarta, 2001 Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. penerbit Alfa Beta, bandung Surya, Pengobatan Tuberkulosis Paru, Jakarta, Kawan Pustaka, 2008
11
12