Anda di halaman 1dari 27

SIMPANG JALAN POLITIK RUMAH IBADAH DI INDONESIA 1 1. Latar Sosiologis dan H !

" Sebagai sebuah bangsa yang majemuk, Indonesia menempati posisi yang penting dalam diskursus hubungan antar agama di dunia. Indonesia sering dijadikan model pengelolaan keragaman yang dianggap berhasil, bahkan masyarakat Indonesia sering dijadikan objek penelitian terkait toleransi beragama. Sejumlah Indonesianis telah melahirkan belasan buku yang menggambarkan success story upaya dari berbagai pihak di Indonesia menjaga harmoni dan kerukunan umat beragama. Fakta ini bisa difahami, karena pada masa Orde Baru, Pemerintah secara serius meminimalisir konflik melalui pendekatan keamanan. Konflik konflik antar agama dalam skala yang besar relatif sedikit karena !ngkatan Bersenjata "I #!B"I$ tidak segan segan menggunakan kekerasan kepada pihak pihak yang dicurigai memicu konflik. Konflik konlik yang ada lebih banyak bernuansa etnisitas, meskipun ada juga symbol simbol agama yang muncul. Secara umum, umat beragama seolah dapat bekerjasama satu sama lain mensukseskan pembangunan yang digalakkan pemerintah orde baru. %ereka turut serta menga&al trilogi pemangunan yang menekankan stabilitas, pertumbuhan dan pemerataan. 'apat dikatakan bah&a seluruh energy bangsa tersedot mensukseskan program pemerintah di berbagai bidang termasuk bidang agama. %inimnya ketegangan dan konflik antar agama pada era orde baru bukan berarti tidak ada sama sekali konflik bernuansa agama. Beberapa konflik di sejumlah daerah dinilai bernuansa agama atau setidak tidaknya melibatkan dua kelompok agama secara berhadap hadapan masih terjadi. Konflik konlik ini juga memicu kekerasan yang memakan korban ji&a dan kerusakan materil. Konfrontasi fisik pertama kali terjadi di !ceh yang kemudian dikenal sebagai Insiden %eulaboh pada (uli )*+,. Suatu insiden yang dipicu oleh pembangunan gereja dalam komunitas Islam, dimana para pemuda menghancurkan dan merusak, serta menolak penggunaan bangunan tersebut sebagai tempat ibadah. Pada ) Oktober )*+, terjadi insiden %akassar. Sumber Islam mengklaim kejadian tersebut merupakan ungkapan protes pada seorang pendeta Protestan -.K. %angunbahan yang menghina .abi %uhammad. Kejadian tersebut menimbulkan beberapa reaksi dari daerah daerah lainnya. 'alam insiden ini, beberapa gereja dan sekolah Kristen dibakar. %enurut laporan kompas, insiden ini mengakibatkan kerusakan yang serius terhadap beberapa gereja dan peralatannya.

%. Subhi !/hari 0 .urun .isa, Peneliti 1he 2ahid Institute

Pada September )*+3 juga terjadi kasus di !sahan, Sumatera 4tara. %ajalah Katolik, Peraba, melaporkan adanya gereja Protestan di !sahan Sumatera 4tara dan sebuah gudang Sekolah Katolik di Samarinda, Kalimantan 1imur, dibakar oleh sekelompok %uslim. 'alam majalah itu dilaporkan, para %uslim pendemo menyatakan bah&a bangunan bangunan seperti tempat ibadah, sekolah, klinik dan asrama disponsori oleh agama yang ditempat itu tidak ada. Pada 53 !pril )*+*, kasus yang hampir sama terjadi di Slipi (akarta. Beberapa kelompok Islam menyerang dan membakar bangunan 6PIB #6ereja Protestan Indonesia Barat$. %enurut %uhammad .atsir, kejadian tersebut bisa terjadi karena pihak Kristen melanggar hokum. Sementara pihak Kristen menganggap kejadian tersebut sudah direncanakan sehari sebelumnya. Kemudian pada tanggal )7 Oktober )**+, terjadi kerusuhan anti Kristen dan anti orang keturunan 1ionghoa di Kabupaten Situbondo, (a&a 1imur. Peristi&a itu mulai karena massa tidak puas dengan hukuman penjara lima tahun untuk terdak&a Saleh, #yang beragama Islam$ yaitu tuntutan maksimal yang dapat dijatuhkan atas kasus penghinaan terhadap agama Islam. Oleh karena ketidakpuasan itu serta kesalahpahamannya bah&a Saleh disembunyikan di dalam gereja, massa mulai merusak dan membakar gereja gereja di Kabupaten Situbondo. Pada akhirnya, 58 gereja di lima kecamatan dibakar atau dirusak, serta beberapa sekolah Kristen dan Katolik, satu panti asuhan Kristen, dan toko toko yang milik orang keturunan 1ionghoa. Selanjutnya, lima orang dite&as dalam pembakaran salah satu gerejanya.5 Beberapa kerusuhan inilah konflik besar yang kental dengan simbol agama di era orde baru. Beberapa konflik lain sebelumnya lebih kental nuansa etnisitas yakni isu etnis 9ina dan pribumi seperti yang terjadi di Bandung )7 %ei )*+:, Pekalongan :) 'esember )*,5, Palu 5, (uni )*,:, Bandung ; !gustus )*,:, 4jungpandang !pril )*37, %edan )5 !pril )*37, Solo 57 .o<ember )*37, Surabaya September )*3+, Pur&akarta ) .o<ember )**;, Pekalongan 58 .o<ember )**;, Bandung )8 (anuari )**+, Sanggauledo :7 'esember )**+, "engasdengklok :7 (anuari )**,, 4jungpandang ); September )**, dan (akarta, ): )8 %ei )**3. %inimnya konflik antar agama ini memang tidak lepas dari pendekatan keamanan yang diterapkan pemerintah kala itu. Stabilitas dan kerukunan adalah situasi yang harus dijaga secara total meskipun situasi tersebut bersifat semu. Berbagai peraturan dilahirkan guna =memaksa> stabilitas dan kerukunan umat beragama benar benar ter&ujud. 'alam kaitan ini

http?@@id.&ikipedia.org@&iki@Peristi&aASitubondoA)**+

Pemerintah Orde Baru memetakan sejumlah isu agama yang berpotensi menimbulkan kera&anan dan instabilitas. Isu isu tersebut adalah? a. b. c. d. e. f. g. Penyiaran agama Bantuan Buar .egeri Perka&inan Beda !gama Perayaan hari besar keagamaan Penodaan agama Kegiatan aliran sempalan Pendirian rumah ibadah

Pemetaan isu tersebut didasarkan pada pengamatan dan pemetaan yang dilakukan lembaga pemerintah seperti 'epartemen !gama. Pemetaan juga didasarkan pada kasus kasus keagamaan yang muncul di tengah masyarakat. Setelah isu isu tersebut dipetakan, kemudian dirumuskan aturan aturan yang mengatur masing masing isu. 'alam bidang penyiaran agama, Pemerintah menerbitkan SKB %enteri !gama dan %enteri 'alam .egeri .o. ) tahun )*,* tentang 1atacara Pelaksanaan Penyiaran !gama dan Bantuan Buar .egeri kepada Bembaga Keagamaan di Indonesia. 'iperkuat dengan Surat Keputusan %enteri !gama .o. ,7 tahun )*,3. Poin pertama SK ini mengatakan? =4ntuk menjaga stabilitas nasional dan demi tegaknya kerukunan antar umat beragama, pengembangan dan penyiaran agama supaya dilaksanakan dengan semangat kerukunan, tenggangrasa, tepaselira, saling menhargai, hormat menghormati antarumat beragama sesuai dengan Pancasila. 'alam hal memperoleh bantuan luar negeri, Pemerintah menerbitkan beberapaaturan antara lain? Keputusan %enteri !gama .o. ,, tahun )*,3 tentang Bantuan Buar .egeri Kepada Bembaga Keagamaan di Indonesia, 44 .o. 3 tahun )*3; tentang Ormas, PP .o. )3 tahun )*3+ tentang Pelaksanaan 44 .o. tahun )*3;, SKB %enteri !gama dan %enteri 'alam .egeri .o. ) tahun )*,*. Kemudian menyangkut perka&inan beda agama, lahir 44 .o. ) tahun )*,8 tentang Perka&inan yang menutup peluang terjadinya perka&inan antar agama secara resmi. %enyangkut perayaan hari besar keagamaan, lahir Surat Cdaran %enteri !gama .o. %!@8:5@)*3) tentang Penyelenggaraan Peringatan -ari hari Besar Keagamaan dan Instruksi %enteri !gama .o ); tahun )*3) tentang Peningkatan Penerangan dan Bimbingan %engenai Penyelenggaraan Peringatan -ari hari Besar Keagamaan. 'an terkait penodaan agama dan kegiatan aliran sempalan, lahir 44 .o. ) P.PS tahun )*+; tentang Barangan Penyalahgunaan dan Penodaan !gama.
:

Sementara dalam kaitan dengan pendirian rumah ibadah, Pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Bersama #SKB$ !gama dan %enteri 'alam .egeri .o. )@Ber@%'. %!6@)*+* pada ): September )*+*. 'alam SKB itu antara lain disebutkan bah&a pembangunan rumah ibadah di suatu daerah harus memperoleh i/in dari kepala daerah atau pejabat pemerintah di ba&ahnya yang diberi kuasa untuk itu. Keluarnya peraturan ini di&arnai oleh persaingan terselubung antara Islam dan Kristen baik secara sosial maupun politik. .atsir minsalnya menuding telah terjadi Kristenisasi yang mengancam umat muslim dalam bentuk pendirian gereja di &ilayah yang dihuni mayoritas muslim. 'alam kondisi sosio keagamaan yang demikian, melalui %enteri !gama %ohammad 'achlan, diselenggarakan musya&arah antaragama pada :7 .o<ember )*+, untuk mencari jalan keluar dari konflik agama yang lebih besar. 'alam pidatonya, Presiden Soeharto menyamaikan? =secara jujur dan dengan hati terbuka, kita harus berani mengakui bah&a musya&arah antaragama ini justru diadakan oleh karena timbul berbagai gejala di berbagai daerah yang mengarah pada pertentangan pertentangan agamaDSebab bila masalah tersebut tidak segera dipecahkan secara tepat, maka gejala tersebut dapat menjalar kemana mana yang dapat menjadi masalah nasional. Bahkan, mungkin bukan sekedar masalah nasional malainkan dapat mengakibatkan bencana nasional> !da beberapa pokok pikiran yang disampaikan dalam musya&arah tersebut, antara lain? propaganda agama tidak dilakukan dengan tujuan meningkatkan jumlah pemeluk masing masing agama tetapi untuk memperdalam pemahaman serta pengamalan ajaran agama masing masing dan penyebaran agama hendaknya dilakukan di daerah yang penduduknya belum memeluk suatu agama. %usya&arah tersebut gagal mencapai kesepakatan dan kemudian menjadi latar belakang lahirnya SKB 5 menteri tahun )*+* tersebut.: Kesemua aturan di atas bermuara pada tujuan penciptaan stabilitas keamanan dan meminimalisir konflik antar agama. Karena itu di dalam konsideran masing masing aturan menekankan pada stabilitas tersebut meskipun harus membatasi hak hak beragama &arga negara. 'alam konsideran =%enimbang> 44 .o. ) P.PS tahun )*+; dinyatakan bah&a dalam rangka mengamankan .egara dan masyarakat, cita cita "e<olusi .asional dan Pembangunan .asional Semesta menuju masyarakat adil dan makmur, perlu mengadakan peraturan untuk mencegah penyalahgunaan atau penodaan agama. %eskipun 44 ini lahir pada era orde lama, aturan ini tetap dipertahankan re/im orde baru karena masih dianggap rele<an. Bagi
:

Saifullah %aEshum #ed$. %enapak (ejak %engenal 2atak, Sekilas Biografi 5+ 1ahun 1okoh .ahdlatul 4lama, #(akarta? Fayasan Saufidin Guhri. )**8$, -al. 5)+

siapa saja yang melanggar peraturan ini berarti mengancam keamanan .egara. Karena itu harus dikenai sanksi pidana. Keberhasilan Pemerintah Orde Baru meredam konflik antaragama juga tidak lepas dari keberhasilan mengkampanyekan istilah kerukunan melalui berbagai sarana dan kesempatan. Sedemikian intensif kampanye ini, sehingga istilah =kerukunan> seakan menjadi doktrin politik dan sisial. Kerukunan dan stabilitas seperti dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Istilah ini muncul pertama kali dalam pidato %enteri !gama K-. %. 'ahlan pada :7 .o<ember )*+,. Ia mengatakan? =!danya kerukunan antara golongan beragama adalah merupakan syarat mutlak bagi ter&ujudnya stabilitas politik dan ekonomi yang menjadi program Kabinet !%PC"!D>. Istilah ini kemudian dibakukan Pemerintah Orde Baru dalam 6aris garis Besar -aluan .egara #6B-.$. Bahkan sejak "CPCBI1! ) telah diadakan satu royek dengan nama Proyek Pembinaan Kerukunan -idup Beragama, 8 salah satunya melalui Penataran P8 bagi pelajar dan mahasis&a. 'alam terminology kerukunan yang digunakan pemerintah secara resmi konsep kerukunan umat beragama mencakup )$ Kerukunan Intern 4mat BeragamaH 5$ Kerukunan !ntar 4mat BeragamaH dan :$ Kerukunan !ntara 4mat Beragama dan Pemerintah. Ketiga pembagian ini dipopulerkan oleh pemerintah dalam istilah =trilogi kerukunan>. .amun berbagai upaya Pemerintah Orde Baru meredam konflik antar agama ternyata tidak efektif menghilangkan benih benih konflik di berbagai daerah. Sebaliknya, pendekatan keamanan yang diterapkan hanya melahirkan rasa takut ketimbang kesadaran untuk membangun harmoni dan saling menghormati antar agama di tengah masyarakat. 1erbukti tidak lama setelah Soeharto menyerahkan jabatan presiden kepada B( -abibie pada 5) %ei 5773, terjadi kerusuhan di Ketapang, (akarta Pusat pada 5) .o<ember )**3. Kerusuhan ini bermula dari pemukulan penjaga bulu tangkis, yang berasal dari !mbon, terhadap seorang &arga Ketapang. Peristi&a tersebut berubah menjadi amuk massa ketika ada isu tentang masjid yang dibakar oleh &arga !mbon. Isu pembaaran masjid tersebut memicu perkelahian kecil tersebut membesar dan mengarah kepada perusakan gereja tempat &arga !mbon. 1erjadilah bentrokan antara &arga dan berbagai tindak perusakan. 1ercatat ada )+ orang meninggal, 3) luka luka, 85, orang ra&at jalan, )+ gereja dibakar, ) masjid rusak, : sekolah rusak, selain, kantor koramil, bank, dan rumah serta kendaraan.;
8

1im Puslitbang Kehidupan Beragama, Kompilasi Kebijakan dan Peraturan Perundang 4ndangan Kerukunan 4mat Beragama, #Badan Bitbang dan 'illat Kementrian !gama "I? 57*$, -al. ;
;

http?@@kimyuliade<iristanti.blogspot.com@57))@)5@konflik antara agama islam dan kristen.html

Berikutnya pada :7 .o<ember )**3 kembali terjadi kerusuhan di Kupang .11. Kerusuhan tersebut bermula dari aksi perkabungan dan aksi solidaritas &arga Kristen .11 atas peristi&a Ketapang, yaiti bentrok antara &arga %uslim dan Kristen dengan disertai perusakan berbagai tempat ibadah. !ksi perkabungan dan solidaritas itu sendiri diprakarsai oleh organisasi organisasi kemahasis&aan dan kepemudaan Kristen, seperti 6%KI, P%K"I, Pemuda Katholik .11, dan mahasis&a di Kupang. 1erba&a emosi oleh kabar pembakaran gereja di Ketapang, massa kemudian bergerak menuju masjid di perkampungan muslim kelurahan Bonipoi dan Solor, setelah sebelumnya melakukan perusakan masjid di Kupang. !muk massa tanggal :7 .o<ember tersebut mengakibatkan setidaknya )) masjid, ) mushola, dan beberapa rumah serta pertokoan milik &arga muslim rusak. !muk massa tersebut tidak hanya berhetnti pada tanggal :7 .o<ember itu saja. 'ua hari setelahnya, yaitu tanggal ) dan 5 'esember )**3 kerusuhan masih terjadi dan mengakibatkan beberapa kerusakan. Sasaran amuk massa tersebut mencakup rumah milik ketua Partai Persatuan Pembangunan #PPP$, masjid dan toko toko milik orang Bugis.+ 'ua kerusuhan ini seakan memberi sinyal bah&a era reformasi akan banyak di&arnai konflik bernuansa agama. 'an memang demikian faktanya. 'iberbagai &ilayah meletus kerusuhan dan konflik antar agama seperti di !mbon dan Poso. 'i beberapa daerah terutama (a&a Barat juga terjadi rangkaian penutupan rumah ibadah umat Kristen karena dianggap tidak memiliki i/in. Persekutuan 6ereja gereja Se Indonesia #P6I$ melaporkan hingga tahun 577; telah ratusan rumah ibadah umat Kristen ditutup baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Keberadaan SKB 5 %enteri tahun )*+* tidak dapat menja&ab berbagai persoalan keagamaan pasca reformasi. Bahkan khusus dalam hal pendirian rumah ibadah umat Kristen Katolik merasa dipojokkan dengan SKB tersebut. 1erlebih lagi umat Kristen yang memiliki banyak sekte, aturan ini dianggap sangat membatasi. .amun hal ini tidak terbatas di lingkungan Kristen saja, umat Islam yang minoritas di sebuah &ilayah juga akan terkena dampak yang menyulitkan dari SKB tersebut. Karena umat Kristen dianggap yang paling dirugikan, maka tidak mengherankan kalau umat Kristen senantiasa menghendaki agar SKB tersebut dicabut. Setidaknya ada tiga problem yang masih tersisa? pertama, dari sisi aturan itu sendiri masih menyimpan masalah. 'iktum yang paling problematik adalah ayat : yang bisa ditafsirkan bermacam macam. Kata =setempat> untuk menunjuka organisasi keagamaan dan ulama@rohania&an, tidak jelas ruang lingkupnya, apakah desa, kecamatan, kabupaten, atau propinsi. Karena masalah ini muncul problem kedua, pada tingkat
+

http?@@ kimyuliade<iristanti.blogspot.com@57))@)5@konflik antara agama islam dan kristen.html

impelentasi kelompok Kristen merasa sering dihalang halangi untuk mendirikan tempat ibadah dengan pasal ini. Bahkan sering terjadi, pendirian tempat ibadah di satu lokasi dihalang halangi oleh organisasi atau ulama@rohania&an dari daerah lain. Ketiga, kelompok Kristen merasa dipersulit untuk mendirikan tempat ibadah oleh aparat birokrasi yang tidak sepenuhnya steril dari interst keagamaan., 1erlepas dari itu, faktanya memang SKB tersebut banyak menimbulkan masalah, baik pada dirinya sendiri maupun implementasinya. Karena itu, masuk akal kalau pemerintah mere<isinya meski agak terlambat. 'alam re<isi yang kemudian menjadi Peraturan Bersama %enag dan %endagri no. 3 dan * tahun 577+, ada semangat untuk memerinci aturan aturan guna menghindari adanya multitafsir sebagaimana pernah terjadi dalam SKB )*+*. %eski begitu banyak kalangan, terutama dari pihak Kristen, masih merasa belum =puas> dengan Perber itu karena di dalamnya ada beberapa hal yang dianggap merugikan pihaknya.3 #. P$ta Pro%l$" R "a& I%ada& Pas'a PBM #(() Bahirnya PB% tahun 577+ adalah salah satu upaya Pemerintah dalam rangka memelihara kerukunan umat beragama. Salah satu faktor yang melatar belakangi lahirnya PB% ini adalah respon atas beberapa permasalahan yang timbul di masyarakat khusus terkait masalah pendirian rumah ibadah.. PB% merupakan pedoman bagi kepala daerah@&akil kepala daerah dalam memelihara kerukunan umat beragama di daerahnya.* Sebagaimana banyak dilaporkan, 5 : tahun sebelum PB% ini keluar, terjadi peningkatan konflik antar agama terutama menyangkut pendirian rumah ibadah umat Kristen. %araknya konflik tempat ibadah yang memuncak pada tahun 577; menjadi isu yang fenomenal hingga menyulut polemic dan raksi beragam dari berbagai pihak. Satu pihak menyatakan, maraknya penutupan rumah ibadah tersebut tidak akan terjadi jika rumah ibadah tersebut memenuhi aturan yang sudah ditentukan, sementara di lain pihak mereka yang ingin mendirikan rumah ibadah menyatakan aturan tersebut sangat sulit untuk dilaksanakan, sementara kebutuhan akan ibadah dan saranya tidak dapat ditunda tunda dan termasuk hak kebebasan beragama yang dijamin konstitusi negara. 4ntuk itu tidak ada pilihan lain
,

Bihat 6omar 6ultom #ed$, Seputar I/in "umah Ibadah, 'ari SKB ke Perber 'ua %enteri, #(akarta? P6I, 577+$, -al. )5.
3

"umadi, =Politik 'indin 1empat Ibadah>, (urnal -armoni CdisiD. #(akarta? Puslitbang Keagamaan Kementrian !gama "I, $ -al.
*

'ra. Kustini, %.Si #ed$, Cfektifitas Sosialisasi PB% .o. * dan 3 tahun 577+, #(akarta? 'epartemen !gama "I Badan Bitbang dan 'iklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 577*$, -al. <.

kecuali ibadah tersebut tetap dijalankan meskipun sarananya tidak memiliki peri/inan yang diharuskan. Konflik tempat ibadah ini memicu ketegangan social terutama antara Islam dan Kristen. 4ntuk itulah, akhirnya pada 5) %aret 577+ Pemerintah mengambil langkah menerbitkan PB% ini. !turan ini dianggap lebih baik dari SKB sebelumnya karena dianggap lebih rinci sehingga dapat menghindarkan multitafsir seperti yang terjadi pada SKB. !turan baru ini juga dususun bedasar pengalaman penerapan SKB sebelumnya, sehingga diharapkan kekurangan kekurangan yang ada dapat diperbaiki.)7 Secara garis besar, peraturan bersama ini mengatur dua hal yang saling berkaitan, yaitu pembinaan kerukunan umat beragama melalui pembentukan Forum Kerukunan 4mat Beragama #FK4B$ dan prosedur pendirian tempat ibadat. (ika dalam SKB )*+* tidak ada ketentuan tentang FK4B, dalam Perber ini FK4B diatur secara khusus. 'i samping menjadi forum lintas agama untuk membicarakan berbagai persoalan umat, FK4B juga mempunyai otoritas untuk menilai apakah tempat ibadah layak didirikan atau tidak. Semangat untuk melakukan birokratisasi tempat ibadah begitu kuat. Pendirian tempat ibadah bukan hanya melalui birokrasi resmi dalam struktur pemerintah, tapi juga harus melalui =birokrasi tidak resmi> yaitu FK4B.)) 'alam PB% ini, prosedur pendirian tempat ibadah diatur secara rinci dalam Bab II pasal ): ),. PB% misalnya menetapkan adanya sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi dalam pendirian rumah ibadah yakni? )$ persyaratan administrati<e, 5$ persyaratan teknis bangunan, :$ persyaratan khusus meliputi? a. daftar nama dan Kartu 1anda Penduduk pengguna rumah ibadat paling sedikit *7 #sembilan puluh$ orang yang disahkan oleh pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas &ilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal ): ayat #:$H b. dukungan masyarakat setempat paling sedikit +7 #enam puluh$ orang yang disahkan oleh lurah@kepala desaH c. rekomendasi tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten@kotaH d. rekomendasi tertulis FK4B kabupaten@kota #Pasal )8$. 'alam pasal ini juga ditekankan bah&a dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat #5$ huruf a terpenuhi sedangkan persyaratan huruf b belum terpenuhi, pemerintah daerah berke&ajiban memfasilitasi tersedianya lokasi pembangunan rumah ibadat. 'ari ketentuan di atas, hal yang paling problematis adalah soal jumlah calon pengguna tempat ibadah minimal *7 orang yang dibuktikan dengan K1P yang disahkan pejabat sesuai dengan tingkat &ilayah, dan juga
)7

%. Subhi !/hari 0 'indi !. 6ha/ali, =Berebut Kue FK4B? FK4B Kota 'epok dan Kabupaten Bandung Pasca PB%> dalam !gama dan Pergeseran "epresentasi? Konflik dan "ekonsiliasi di Indonesia, #(akarta? 1he 2ahid Institute, 577*$, -al. :;* :+7. )) "umadi, =Politik 'indinD-al.

dukungan +7 orang di &ilayah setempat. Ketentuan dukungan +7 orang merupakan pengganti dari ketentuan SKB )@)*+* yang mempersyaratkan apabila dianggap perlu, Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuknya itu dapat meminta pendapat dari organisasi-organisasi keagamaan dan ulama/rohaniawan setempat. 'ukungan +7 orang itu bisa berasal dari masyarakat yang seagama #diluar *7 orang pengguna$ dan boleh juga berasal dari agama yang berbeda.)5 'alam banyak kasus, persyaratan +7 orang ini sering memicu pertentangan antara umat yang mengajukan i/in rumah ibadah dengan masyarakat sekitar lokasi yang tidak setuju pendirian tempat ibadah tersebut. Pemohon i/in merasa persyaratan +7 persetujuan masyarakat sekitar sudah mereka peroleh dengan bukti bukti yang kuat. .amun masyarakat yang tidak setuju menuding pemohon i/in telah memalsukan tandatangan &arga sehingga syarat persetujuan tersebut tidak sah. %ereka sering berargumen, kalau memang pemohon i/in telah memperoleh persetujuan &arga, lalu mengapa masih banyak &arga yang tidak setuju. %ereka yang tidak setuju pendirian rumah ibadah kemudian berusaha menghalangi dan melarang pemohon i/in untuk melanjutkan proses peri/inan yang akhirnya membuka konflik baru di tempat tersebut. Persayaratan *7 pengguna dan +7 persetujuan &arga sekitar dalam peraturan ini diperoleh dari hasil kompromi majelis majelis agama ketika PB% ini dirumuskan. !ngka ini dianggap me&akili kearifan local di tanah air. %enteri !gama kala itu %aftuh Basyuni memberi argument? =!ngka ini diperoleh setelah mempelajari kearifan local di tanah air. Sebagaimana diketahui, sejumlah gubernur telah melakukan pengaturan tentang hal ini. 'i Pro<insi "iau diatur jumlah syarat minimal 87 KK, di Sula&esi 1enggara diatur jumlah syarat minimal ;7 KK dan di Bali diatur jumlah syarat minimal )77 KK>. Sementara untuk syarat dukungan +7 %enteri !gama mengatakan? =1erkait dengan dukungan masyarakat setempat minimal +7 orang, dapat kami jelaskan bah&a angka itu sebenarnya tidak mutlak, karena pada bagian berikutnya diketahui bah&a apabila dukungan masyarakat setempat yaitu +7 orang tidak terpenuhi sedangkan calon pengguna rumah ibadah sudah memenuhi keperluan nyata dan sungguh sungguh, maka pemerintah daerah memfasilitasi tersedianya lokasi pembangunan rumah ibadah. ): !pa yang ditegaskan %enteri !gama tersebut menunjukkan syarat dukungan +7 orang lebih sebagai syarat pelengkap. Syarat yang paling utama adalah adanya calon pengguna tempat ibadah yang telah memiliki keperluan nyata dan sungguh sungguh terhadap tempat ibadah. !tas alasan tersebut, pemerintah daerah memiliki ke&ajiban memfasilitasi tersedianya lokasi pembangunan. 'ari pernyataan %enteri !gama tersebut dapat dikatakan bah&a PB% ini dapat ditafsirkan sebagai uapaya pemerintah memberi kemudahan pendirian rumah ibadah.
)5 ):

"umadi, =Politik 'indinD-al. %. Subhi !/hari 0 'indi !. 6ha/ali, =Berebut Kue FK4BD-al. :+: :+8.

Kecendrungan ini juga nampak pada pasal )+ ayat #5$ PB% yang menyatakan? Bupati/walikota memberikan keputusan paling lambat ! "sembilan puluh# hari sejak permohonan pendirian rumah ibadat diajukan sebagaimana dimaksud pada ayat #)$. Pasal ini bisa menjadi semacam jaminan bah&a i/in rumah ibadah tidak berlarut larut sebagaimana sering dikeluhkan kelompok Kristen. Ketentuan ini juga diperkuat pasal ): ayat #:$ yang menyatakan jika ketentuan huruf #b$ pasal ): ayat #5$ tidak terpenuhi, Perber memerintahkan Pemerintah 'aerah untuk menfasilitasi lokasinya. Ketentuan ini sesungguhnya sangat jelas bertujuan mempermudah proses peri/inan dan memberi jaminan setiap umat beragama dapat memperoleh tempat ibadah mereka secara legal. .amun dalam kenyataannya, pemerintah daerah sering tidak mengindahkan aturan ini. Bahkan sebagian kepala daerah terkesan menghalangi pendirian rumah ibadah. !lasan yang sering dipakai adalah masih adanya penolakan dari &arga sehingga pemerintah daerah belum bisa mengeluarkan i/in. Bebih ironis lagi, &alaupun rumah ibadah tersebut telah memperoleh i/in legal dalam bentuk I/in %endirikan Bangunan #I%B$, kemudian ada sekelompok masyarakat yang menolak keberadaan rumah ibadah tersebut, beberapa pemerintah daerah malah membekukan i/in yang sudah dikeluarkan dan mengakibatkan posisi hokum rumah ibadah bersangkutan menjadi lemah. Kasus seperti ini terjadi di Kota 'epok. Pada 5, %aret 577*, 2alikota 'epok .ur %ahmudi Ismail mengeluarkan SK pencabutan I%B 6ereja -KBP 9inere dengan alasan adanya penolakan dari masyarakat sekitar. Pencabutan I%B ini mengakibatkan 6ereja -KBP 9inere tidak bisa melanjutkan pembangunan gereja karena tidak memiliki i/in. %ereka harus menempuh jalur hokum dengan menggugat 2alikota 'epok ke Pengadilan 1ata 4saha di Bandung. Kasus serupa juga terjadi di Bogor menimpa 6ereja Kristen Indonesia $6KI$ 1aman Fasmin Bogor. Pada pertengahan 5773, 2alikota Bogor 'iani Budiarto membekukan I%B 6KI Fasmin yang sudah diperoleh pada a&al 577+. Bahkan ketika 6KI Fasmin menggugat ke pengadilan dimana %ahkamah !gung memerintahkan 2alikota Bogor mencabut pembekuan tersebut, 'iani Budiarto pada pertengahan 57)7 malah membekukan I%B 6KI Fasmin secara permanen. Kedua kasus ini menunjukkan bah&a dasar legal tidak bisa mengalahkan aspirasi sebagian masyarakat. 'i samping itu, Perber ini juga menfasilitasi kemungkinan adanya rumah ibadah sementara. Ketentuan i/in sementara ini untuk mengakomodasi kenyataan bah&a banyak tempat tempat yang tidak diperuntukkan sebagai tempat ibadah tapi kenyataannya difungsikan sebagai tempat ibadah karena berbagai alasan. Sebagian mereka ada yang sekedar menggunakan, tapi ada juga yang sudah i/in tapi tidak pernah keluar. 1empat ibadah seperti ini yang dikatakan sebagai tempat ibadah liar
)7

dan sering menjadi sasaran aksi kelompok yang tidak senang. )8 I/in sementara ini dikeluarkan oleh bupati@&alikota dengan sejumlah persyaratan yakni? ). laik fungsi bangunan, 5. syarat pemeliharaan kerukunan beragama serta ketentraman dan ketertiban masyarakat. Syarat pemeliharaan kerukunan ini juga memiliki sejumlah persyaratan yakni? a. i/in tertulis pemilik bangunanH b. rekomendasi tertulis lurah@kepala desaH c. pelaporan tertulis kepada FK4B kabupaten@kotaH dan d. pelaporan tertulis kepada kepala kantor departemen agama kabupaten@kota. !da beberapa hal yang penting untuk dicatat soal i/in sementara tempat ibadah. Pertama, ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan ruang bagi umat beragama yang belum mampu mendirikan tempat ibadah permanen untuk tetap beribadah. Kedua, proses perijinan tidak mensyaratkan jumlah pengguna dan dukungan masyarakat setempat. Fang penting adalah adanya kebutuhan nyata umat beragama akan rumah ibadah itu. Ketiga, ketentuan dua tahun batas berlakunya i/in sementara bukan berarti tidak dapat diperpanjang. Keempat, ketentuan ini bisa membatasi munculnya =gereja ruko> dan meminimalisir konflik akibat kesalahpahaman soal tempat ibadah. Ketentuan ini meskipun terlihat cukup sederhana namun pada kenyataannya sangat potensial menimbulkan permasalahan di lapangan. Bahkan ketentuan ini telah banyak menimbulkan masalah baik karena ketentuan ini sering diabaikan baik oleh ppengguna maupun pemerintah atau karena perysratan tersebut terlalu birokratis dan cenderung menyulitkan pengguna rumah ibadah. 'alam banyak kasus, rumah rumah ibadah yang dipermasalahkan di berbagai daerah adalah rumah yang difungsikan sebagai rumah ibadah. -al seperti ini banyak terjadi di lingkungan Kristen dalam bentuk kebaktian %inggu dan muslim dalam kegiatan kegiatan pengajian mingguan. .amun yang paling banyak dipermasalahkan adalah kebaktian umat Kristen, mereka sering dituding mengalihfungsikan rumah sebagai tempat ibadah. Pengalihfungsian ini dianggap melanggar hokum, karena itu harus dilarang. 4mat Kristen sendiri mengakui bah&a mereka sering melaksanakan kebaktian di rumah rumah jemaat. -al ini mereka lakukan dengan sejumlah alasan, seperti? adanya sejumlah umat Kristen di satu ka&asan namun belum memenuhi persyaratan mendirikan gereja sendiri baik menurut aturan internal gereja mereka maupun aturan pemerintah. .amun dikarenakan adanya kebutuhan untuk melaksanakan ibadah, merekapun beribadah di rumah rumah jemaat secara bergiliran. !lasan lainnya, karena i/in rumah ibadah mereka belum keluar atau dalam proses peri/inan. %ereka kemudian beribadah di rumah rumah jemaat untuk sementara &aktu sambil menunggu peri/inan selesai. !ktifitas seperti ini sering mendapat pertentangan dari
)8

"umadi, =Politik 'indinD-al.

))

masyarakat yang tidak setuju. %ereka juga sering mendapat stigma melakukan ibadah secara liar. -arus diakui bah&a ketentuan mengenai i/in sementara ini banyak tidak diketahui oleh masyarakat termasuk pengguna rumah ibadah. %asyarakat yang tidak toleran menganggap bah&a ibadah di rumah rumah sebagai problem hokum dan problem sosial dimana jalan keluarnya adalah menghentikan kegiatan ibadah tersebut. Bahkan masyarakat menganggap ibadah liar ini sebagai gangguan terhadap kerukunan umatberagama. 'i lain pihak, banyak oknum pemerintah terutama di tingkat desa@kelurahan atau kecamatan juga tidak memahami ketentuan semacam ini. Sehingga ketika ada penolakan dari masyarakat terhadap satu kegiatan ibadah bukan pada tempatnya, mereka cenderung berpihak kepada masyarakat yang menolak ketimbang menfasilitasi pengurusan i/in sementara. Berbeda dengan umat Kristen yang sering dipersoalkan, ibadah di rumah rumah juga diakukan umat muslim dalam bentuk pengajian dan majelis taklim baik mingguan maupun harian. Bahkan kegiatan ini lebih <ulgar karena menggunakan pengeras suara. Bedanya, kegiatan ini tidak pernah dipermasalahkan oleh umat lain. -al lain yang perlu mendapat perhatian adalah soal gedung rumah ibadah yang telah dipergunakan secara permanent tapi belum memiliki I%B rumah ibadah. -arus diakui selama ini banyak rumah ibadah yang tidak memiliki ijin karena berbagai alasan. !lasan yang paling sering muncul adalah karena sulitnya mendapat ijin itu. !da tempat ibadah yang sudah bertahun tahun digunakan meski tanpa ijin rumah ibadah. .ah, ketentuan ini digunakan untuk mengatasi hal ini. Pasal 53 ayat #:$ Perber disebutkan? dalam hal bangunan gedung rumah ibadat yang telah digunakan se$ara permanent dan/atau memiliki nilai sejarah yang belum memiliki %&B untuk rumah ibadat sebelum berlakunya Peraturan Bersama ini, bupati/walikota membantu men'asilitasi penerbitan %&B untuk rumah ibadat dimaksud. "umah rumah ibadah yang telah berdiri lama namun tidak memiliki i/in banyak tersebar di berbagai tempat di tanah air. "umah ibadah seperti ini bahkan ada yang sudah puluhan tahun beraktifitas tanpa ada masalah. %asalah muncul ketika ada sekelompok orang yang mengetahui bah&a rumah ibadah tersebut tidak memiliki i/in, sehingga mereka melihat ada peluang mempermasalahkannya. 'an biasanya kelompok yang mempermasalahkan keberadaan rumah ibadah tersebut berasal dari luar &ilayah namun mengajak masyarakat sekitar rumah ibadah mempersoalkan kasus tersebut. Kasus kasus ini banyak terjadi paska reformasi )**3 dimana kebebasan menyampaikan pendapat semakin terbuka. %ereka yang tidak setuju dengan keberadaan satu rumah ibadah merasa memiliki ruang untuk menyampaikan aspirasinya saat ini. 1erlebih, aspirasi semacam ini ditopang
)5

oleh institusi keagamaan yang tertata rapi, sehingga mampu menggalang dukungan social dan politik. *. P$risti+a A'$& Sing!il Peristi&a penyegelan dan penutupan 57 gereja dan rumah ibadah kepercayaan local di !ceh Singkil oleh Pemerintah Kabupaten tidak pelak merupakan cermin buram toleransi beragama sekaligus catatan merah penegakan kebijakan tentang rumah ibadah di !ceh khususnya dan Indonesia pada umumnya. !palagi penyegelan tersebut dilakukan sebagai respon atas desakan sebuah ormas keagamaan setempat menyiratkan betapa lemahnya pemerintah berhadapan dengan kelompok kelompok keagamaan intoleran. !kibatnya, ribuan jemaat Kristen di !ceh Singkil tidak bisa melaksanakan ibadah di rumah ibadah mereka dan diliputi rasa tidak aman karena ketegangan social yang makin meningkat. Penyegelan itu terjadi pada tanggal ) : %ei 57)5 dilakukan oleh sebuah tim yang terdiri dari %4SPI'!, %4SPIK!, S!1POB PP dan FPI atas persetujuan Pj. Bupati !ceh Singkil Ir. -. "a/ali !". 6ereja gereja yang disegel antara lain? 6PP' Biskang di .agapaluh, 6ereja Katolik di .agapaluh, 6ereka Katolik di Bae %balno, 6KPP' Siatas, 6KPP' 1ubuhtubuh, 6KPP' Kuta 1inggi, K6PP' 1uhtuben, -KI unung %eriah, 6%II %andumpang, 6ereja Katolik %andumpang, "umah ibadah Pambi J aliran kepercayaan local dan beberapa gereja lainnya. !lasan penyegelan ini adalah dalam rangka penertiban rumah ibadah yang tidak memiliki i/in. !lasan lain sang bupati yang disampaikan ketika bertemu para pmpinan gereja tanggal 5 %ei 57)5 adalah bah&a umat Kristen telah melanggar Perjanjian bersama umat islam yang ditandatangani pada tahun )*,* dimana dalam perjanjian tersebut disepakati bah&a di !ceh Singkil hanya boleh ada ) gereja dan 8 undung undung #rumah doa$. Bupati juga menyebutkan bah&a !ceh adalah daerah istime&a dimana pro<insi ini berbeda dengan pro<insi lain termasuk dalam pengaturan rumah ibadah. Pada kesempatan ini, bupati juga membenarkan adanya aksi damai dari umat Islam yang meminta supaya Perjanjian tahun )*,* ditegakkan kembali dan meminta pembongkaran gereja gereja yang tidak memiliki i/in. 'engan berbagai alasan tersebut, bupati memerintahkan para pimpinan gereja yang hadir untuk membongkar sendiri gereja mereka. 'an jika tidak, maka pemerintah akan membongkar secara paksa. !liansi Sumut Bersatu dalam laporanya juga menyebutkan bah&a penyegelan 57 rumah ibadah ini tidak lepas dari adanya demonstrasi ratusan umat Islam pada :7 !pril 57)5 di Kantor Bupati !ceh Singkil. %ereka berorasi menuntut ketegasan Pemkab !ceh Singkil menegakkan kembali Perjanjian tahun )*,*. %ereka juga menyampaikan kekece&aannya
):

terhadap FK4B dan %P4 yang tidak bertindak demi Islam dan membiarkan gereja menjamur di mana mana. 'alam demonstrasi ini, ada peristi&a tidak la/im dimana pejabat negara yang seharusnya berada dalam posisi netral justru memihak para demonstran. Pejabat tersebut adalah Kapolres !ceh Singkil !KBP Bambang Syafrianto yang tampil sebagai orator dan mengusulkan sebuah solusi untuk masalah ini. 'alam orasinya, Bambang mengatakan? =Bagaimana kalau kita berikan toleransi bagi umat Kristem membongkar gerejanya yang tidak beri/in : K 58 jam dan kalau tidak kita bentuk tim untuk membongkarL> 1a&aran yang kemudian disetujui dan menjadi keputusan para pendemo. Keputusan demonstrasi ini kemudian ditindaklaunjuti oleh Bupati pada tanggal :7 !pril dengan mengeluarkan Surat kepada Ketua Pembangunan @ Pimpinan 6ereja perihal pemberitahuan bah&a pada tanggal ) %ei akan diturunkan 1im Penyelesaian Sengketa Pembangunan "umah Ibadah di 2ilayah Kabupaten !ceh Singkil untuk melakukan penertiban @ penyegelan rumah ibadah yang tidak memiliki i/in pendirian rumah ibadah. 'an memang benar, pada tanggal ) : %ei, tim yang dimaksud turun ke gereja gereja guna melakukan penertiban. Selain menanyakan i/in, tim tersebut juga menanyakan sumber keuangan pembangunan apakah berasal dari luar negeri atau tidak. Kedatangan tim monitoring ini mendapat penentangan dari para jemaat gereja. 'i 6KPP' Siatas misalnya +7 orang ibu ibu histeris menangis ketika tim akan menyegel gereja mereka. Ketua Pembangunan, 6uru (emaat dan Kepala 'esa Siatas dan Pertabas ikut menentang tindakan tim ini. 6uru (emaat St. .orim Berutu mengatakan, jika gereja disegel maka jemaat tidak akan bisa beribadah sehingga mereka bisa terjerumus dalam kesesatan. Kepala 'esa Siatas dan Perbatas mengatakan bah&a selama ini tidak pernah ada masalah di desa tersebut sebab semua &arga memiliki ikatan kekeluargaan &alaupun berbeda agama. -armoni di tengah masyarakat telah terbangun puluhan tahun. 'alam pertemuan dengan Bupati, 'P"K, %P4, Kapolres dan Kasdim pada tanggal 5 %ei, pimpinan gereja juga menyampaikan bah&a Indonesia adalah negara yang menjamin kebebasan beragama sebagaimana tertuang dalam 44' )*8; dan dokumen -!% yang telah diratifikasi Indonesia. Karena itu tidak ada alasan untuk membatasi rumah ibadah. %engenai Perjanjian tahun )*,* saat ini sudah tidak rele<an dan harus ditinjau lagi, karena umat Kristen di !ceh Singkil sudah lebih dari );77 KK, dimana ) gereja dan 8 undung undung tidak cukup lagi. Bebih jauh lagi Perjanjian tersebut betentangan dengan 4ndang 4ndang. Pembongkaran gereja hanya akan melahirkan ketegangan dan konflik di !ceh Singkil.
)8

Pimpinan gereja lain menyatakan bah&a Perjanjian )*,* tidak murni hasil musya&arah melainkan diba&ah tekanan. (ika aparat datang merobohkan gereja dan jemaat mempertahankannya, maka bukan tidak mungkin akan terjadi konflik seperti di !mbon. !dapun mengenai i/in, gereja telah berupaya memenuhi persyaratan yang diminta dalam SKB termasuk rekomendasi dari berbagai lembaga, namun hingga saat ini i/in belum keluar. Begitupula para Kepala 'esa yang turut hadir dalam pertemuan tersebut mengatakan bah&a di daerah tersebut tidak ada umat islam yang keberatan dengan keberadaan gereja. %enyikapi peristi&a ini, sejumlah kalangan telah menyampaikan penyesalan dan kecaman terhadap tindakan Pemkab !ceh Singkil. %enteri 'alam .egeri 6ama&an Fau/i menyayangkan penyegelan tersebut. %enurutnya, tiap umat berhak mendirikan rumah ibadah masing masing. 4mat mayoritas tidak boleh memaksa umat minoritas. #oke/one.com, "abu, ): (uni 57)5$ Pada :) %ei 57)5, Komisi .asional !nti Kekerasan 1erhadap Perempuan juga telah melayangkan surat kepada Bupati !ceh Singkil. 'alam Suratnya Komnas Perempuan menyatakan bah&a tindakan penyegelan sejumlah rumah ibadah di !ceh Singkil dapat berpotensi pengingkaran tanggungja&ab .egara untuk menjamin kemerdekaan tiap tiap &arga .egara sebagaimana diamanatkan oleh 4ndang 4ndang 'asar .egara "I )*8; untuk dapat memeluk agama dan keyakinan dan untuk beribadah menurut agama dan keyakinannya itu. !nggota 'P" C<a Kusuma Sundari mengatakan, salah satu sumber masalah adalah Peraturan 6ubernur 5;@577, tentang Pedoman Pendirian "umah Ibadah. Peraturan ini berisi syarat sayat yang lebih berat dibanding SKB 5 %enteri tentang hal yang sama. =Kalau SKB mensyaratkan +7 anggota jemaat gereja untuk mengajukan permohonan I%B, maka Pergub tersebut meminta );7 jemaah. Fang lebih menyedihkan ada fat&a lokal yang menyatakan pengharaman bagi umat muslim untuk memberikan tandatangan persetujuan. !rtinya, upaya meminta *7 tandatangan persetujuan dari masyarajat setempat tidak mungkin tercapai,> ungkapnya #1ribunne&s.com, Selasa )5@+@57)5$. Sebagaimana disinyalir C<a, selain adanya Pergub !ceh yang mematok syarat yang lebih berat ketimbang Perber 5 %enteri tahun 577+, meruncingnya persoalan rumah ibadah umat Kristen di !ceh Singkil karena adanya konflik antara hukum negara dengan hokum masyarakat dalam hal ini Perjanjian )*,* dan 577). 4mumnya masyarakat yang menentang gereja gereja di sana memilih untuk menegakkan kembali perjanjian tersebut ketimbang mengikuti aturan negara. Bahkan Pemerintah Kabupaten !ceh Singkil mengakui tidak bisa mengambil posisi yang tegas dalam konflik hokum ini. (ika mengikuti aturan yang ada, maka dengan memenuhi persyaratan yang digariskan, pembangunan gereja dapat diteruskan. .amun
);

dengan begitu umat Kristen akan dianggap telah melanggar isi perjanjian yang mana berpotensi menimbulkan konflik di tengah masyarakat. Peristi&a !ceh Singkil ini adalah kasus pertama dimana Perber 5 %enteri tahun 577+ berhadapan secara diametral dengan hokum masyarakat. Karena itu hingga saat ini, belum ada solusi yang efektif untuk menyelesaikannya dimana masing masing pihak dapat menerima dengan lapang dada.

,. U-a.a Ad/o!asi Mas.ara!at Si-il Dala" dan L ar N$g$ri !d<okasi menyangkut tempat ibadah ini menyangkut segala permasalahan di dalamnya? penutupan, perusakan, pembongkaran, dan i/in membangun. !d<okasi yang dimaksud dilakukan melalui beberapa cara. Pertama, pendampingan hukum. Pendampingan hukum dilakukan terutama kepada tempat ibadah yang sudah memasuki ranah hukum seperti 6KI 1aman Fasmin dan -KBP Filadelfia. 4paya ini dilakukan oleh rela&an yang sebagian besar dari BB- #Bembaga Bantuan -ukum$ (akarta yang sudah terlatih dan memiliki perspektif mumpuni soal -!%, terutama bagian hak untuk beragama dan berkeyakinan. Selain itu, beberapa pengacara bergabung dalam 1PKB #1im Pembela Kebebasan Beragama$ untuk melakukan upaya ini. %ereka menjadi kuasa hukum di pengadilan, mengadakan konferensi pers rutin, dan menyebarkan siaran pers. Selain itu, mereka juga mengirim surat kepada pihak terkait untuk memberikan perhatian pada kasus yang sedang didampingi khususnya menyangkut pentingnya penghargaan kepada hak beribadah minoritas. Kedua, lobi kepada para pemangku keputusan # stake-holders$. Bobi ini dilakukan kepada Komisi III 'P" "I, para tokoh ormas, dan tokoh pemuda. Bobi dilakukan melalui hearing atau audiensi kepada para anggota 'P" yang terkait dengan bidang ini guna mendesakkan beberapa point penting terkait konflik tempat ibadah. Bobi jenis diharapkan memanen dukungan politik, dan dalam beberapa kasus memicu pencabutan dukungan politik kepada kepala daerah yang didukung oleh partai dari anggota 'P" seperti terjadi di Bekasi. 6erakan ini penting mengingat pendekatan hukum tidak cukup ampuh &alaupun sifatnya mengikat. Bobi juga dilakukan kepada tokoh ormas semacam .4 dan %uhammadiyahMmengingat kapasitas dan integritas mereka sebagai ormas yang peduli pada keberagamaan Indonesia. Bobi kepada mereka diharapkan mampu menekan ormas ini agar peduli kepada isu isu tempat ibadah untuk selanjutnya diteruskan kepada pengurus di daerah daerah sehingga sikap semacam ini menyebar. Banyak BS% melakukan lobi semacam ini, secara sendiri sendiri maupun dalam bentuk
)+

aliansi, di tingkat nasional maupun lokal. %isalnya, 2!-I' Institute, !.B1I, Setara Institute, !%!. Indonesia, Clsam, 9 %ars, dan eBS! Semarang. Bobi juga dilakukan kepada aparat, termasuk Polri, guna memastikan adanya jaminan keamanan dalam peribadatan dan rumah ibadat mereka. 2antimpres #'e&an Pertimbangan Presiden$ dan 2antannas #'e&an Ketahanan .asional$ juga disambangi untuk keperluan lobi. Ketiga, kampanye melalui media alternatif. Kampanye dilakukan dengan melakukan pendekatan kepada redaktur media serta penyediaan berita alternatif yang memihak korban, di samping situs yang diperbarui setiap saat untuk menjadi penyedia berita yang memiliki perspektif yang pluralis. Sebagian besar yang bergerak dalam bidang ini adalah &arta&an di harian nasional yang tergabung dalam Sejuk #Serikat (urnalis untuk Keberagaman$.); !nggota anggota !(I #!liansi (urnalis Independen$ turut berkontribusi dalam gerakan semacam ini, demikian juga dengan kantor berita KB" +3- yang konsisten merekam suara korban yang kerap kali dibungkam. Kampanye media ini juga ditempuh melalui jaringan so$ial media seperti dilakukan oleh Perkumpulan +5)) melalui kicauan kicauan #tweets$ secara langsung dan terus menerus.)+ Keempat, penyediaan jasa keamanan. (asa keamanan yang dimaksud dilakukan sukarela oleh sayap ormas yang memiliki anggota terlatih untuk melakukan tugas ini. %ereka melakukan tugas di lapangan untuk memastikan jaminan keamanan bagi para korban yang dirampas haknya. 4paya ini merupakan reaksi ketidakpercayaan kepada aparat keamanan yang sah secara legal formal tetapi tumpul dalam praktek? mereka gagap melindungi &arganya sendiri, bahkan memihak kelompok yang melakukan intimidasi. 6P !nsor melalui sayap Banser #Barisan !nsor Serbaguna$ menjaga beberapa tempat ibadah yang menjadi bulan bulanan kelompok intoleran. Kelima, penelitian dan publikasi tentang isu isu KBB. Penelitian yang dimaksud bukan pengertian penelitian yang berorientasi pada penggalian informasi melalui beragam cara guna menja&ab permasalahan atau hipotesis tertentu. Penelitian yang dimaksud berorientasi pada upaya untuk memastikan suara korban hadir dalam bentuk artikel, buku, kertas kerja #working paper$, 'a$tsheet, dan terbitan semacamnya sehingga didengar oleh masyarakat luas. Penelitian ini juga melampaui paradigma penelitian pada umumnya, yang mensakralkan adanya penjarakan, karena tidak semata mata ditujukan untuk menja&ab kebutuhan akademis. Penelitian semacam ini juga seringkali menjadi bahan materi ad<okasi sekaligus kampanye bagi yang bergelut di media karena menjanjikan perspektif yang komprehensif sekaligus adil atau tidak bias. BS% semacam 9"9S, the 2!-I'
); )+

Sejuk beralamat di sejuk.org 1&eet yang dimaksud disebarluaskan melalui NPerkumpulan+5))

),

Institute, Setara Institute, Clsam, Kontras, BB- (akarta, dan Fayasan Paramadina turut serta dalam upaya ini.), Keenam, pemantauan hak KBB. Pemantauan ini dilakukan untuk meneropong aksi negara dalam pemenuhan hak KBB dan persoalan persoalan kehidupan beragama di Indonesia serta tindakan masyarakat sipil dalam merespons isu yang sama. 'i dalamnya dibahas pelanggaran KBB, intoleransi, kemajuan kemajuan dalam ranah KBB, dan regulasi yang lahir dalam kurun tertentu. 'ihadirkan secara berkala dalam bentuk laporan dengan metode kuantitatif dan kualitatif, model pemantauan ini hendak memberi informasi kepada publik perihal kenyataan keberagaman di Indonesia. %enggunakan basis -!% 4ni<ersal, laporan ini beberapa kali dikritik sebab banyak menghadirkan data dan fakta yang menyorot perilaku kelompok tertentu yang menggunakan identitas agama tertentu atau tempat ibadah kelompok minoritas. 'ata dan fakta semacam ini kemudian ditafsirkan sebagai sesuatu yang menyakiti kelompok agama mayoritas. BS% yang secara konsisten melakukan pemantauan antara lain !SB #!liansi Sumut Bersatu$, 9 %ars Surabaya, eBS! Semarang, B!P!" %akassar, Bensa %ataram, Incres Bandung, the 2!-I' Institute, Setara Institute, 9"9S, dan %%S #%oderate %oslem Society$, dan Clsam. Ketujuh, pemberdayaan korban. Pemberdayaan korban dimaksudkan untuk membekali para korban konflik rumah ibadah dengan pengetahuan dan informasi mengenai hak hak mereka untuk beribadah, termasuk memiliki rumah ibadah. Pada gilirannya, mereka akan menjadi pihak yang mampu menjadi pelapor untuk dirinya sendiri sehingga suaranya dapat didengar lebih nyaring. Pada tingkatan lanjutan, mereka juga mampu mengad<okasi dirinya dan kelompok minoritas lain. Komnas Perempuan membekali para korban untuk melakukan pemantauan kepada korban dengan mengkhususkan perhatian kepada perempuan. IB"9 melakukan hal senada dengan fokus pernyataan kebencian #hate spee$h$. !mnesty International merupakan salah satu BS% internasional yang aktif dalam memantau permasalahan tempat ibadah di Indonesia. 'alam salah satu siaran persnya bertajuk ='emand Protection for 9hurch 9ongregation> pada :7 !pril 57)5. %ereka mengajak masyarakat internasional untuk turut serta mendorong aparat yang ber&enang di dalamnya untuk melakukan sesuatu bagi jemaat -KBP Filadelfia Bekasi.
1he 2!-I' Institute secara berkala menerbitkan penelitian pluralisme di berbagai daerah mitra yang bertajuk Seri !gama dan Konflik yang sudah hadir dalam tiga seri masing masing bertajuk Politisasi !gama dan Konflik Komunal? Beberapa Isu Penting di Indonesia #Seri )$, !gama dan Pergeseran "epresentasi? Konflik dan "ekonsiliasi di Indonesia #Seri 5$, dan !gama dan Kontestasi di "uang Publik? Islamisme, Konflik, dan 'emokrasi #Seri :$. Sementara 9"9S, %P"K 46%, dan Fayasan Paramadina mempulikasikan penelitiannya dalam bentuk buku Problematika Pendirian 6ereja di (akarta dan Sekitarnya untuk meneropong lebih jauh mengenai konflik dan ketegangan dalam soal tempat ibadah di &ilayah &ilayah ini
),

)3

%enurut !mnesty International =jemaat gereja terancam dengan protes protes dari kelompok yang kontra>. )3 %ereka juga menerbitkan Baporan 1ahunan dengan Indonesia sebagai salah satu bagian di dalamnya untuk disebarkan kepada dunia internasional.)* -"26 #-uman "ights 2orking 6roup$ dan -"2 #-uman "ights 2atch$ merupakan salah satu pihak yang berkontibusi dalam pemantauan isu KBB melalui mekanisme 4P" #4ni<ersal Periodic "e<ie&$ di (ene&a pada %ei lalu. %elalui momentum ini, Indonesia menerima :+ rekomendasi utamanya menyangkut isu kebebasan beragama, termasuk di dalamnya soal tempat ibadah. 0. Analisa Sosiologis 'alam persoalan konflik tempat ibadah, beberapa hal menarik untuk dianalisa secara sosiologis maupun dalam perspektif hukum. Secara sosiologis, kasus peri/inan tempat ibadah sering dikaitkan dengan anggapan pemalsuan dokumen dengan beragam cara, terutama dari kelompok masyarakat yang kontra. !nggapan ini bukan hanya mendominasi pembicaraan soal I%B gereja, namun masjid tak luput dari dugaan negatif ini. 6KI 1aman Fasmin dianggap memalsukan dukungan &arga sekitar sehingga mendapatkan I%B. Pemalsuan ini sudah dibantah oleh pihak 6KI 1aman Fasmin dengan menyatakan bah&a dokumen yang diajukan sebagai bukti pemalsuan ini diperuntukkan bagi pembangunan "S -ermina dan pada saat yang sama dokumen ini baru muncul setelah proses permohonan rekomendasi untuk gereja ini masih berlangsung. 1etapi bantahan ini tidak begitu bergema mengingat penolakan, baik oleh &alikota maupun masyarakat, selalu diidentikkan dengan dengan kasus pemalsuan ini. Pemalsuan ini juga menimpa %asjid .ur %usafir di Kupang. Karang 1aruna setempat keberatan dengan pembangunan masjid ini karena dokumen dukungan &arga sekitar dianggap palsu? dokumen untuk I%B masjid diperoleh dari tanda tangan &arga untuk pembagian daging kurban. Bila gereja disegel, maka pembangunan masjid kini dihentikan meskipun keduanya sudah pernah memperoleh I%B dari pihak yang ber&enang. !dapun obyek penutupan atau penyegelan kasus tempat ibadah juga rentan dengan nuansa mayoritas dan mayoritas. 1erma minoritas ini menunjuk pada kelompok yang tidak dominan dalam internal agama tertentu maupun antar agama tertentu. 6ereja gereja dan masjid !hmadiyah masuk dalam definisi ini. 9ontoh paling dramatis dalam soal ini adalah
Bihat selengkapnya dalam http?@@&&&.amnesty.org@en@library@info@!S!5)@7)3@57)5@en )* 'alam laporan tahunan !mnesty International hlm. ),) dinyatakan bah&a sekitar :7 gereja diserang atau ditutup paksa sepanjang tahun 57))
)3

)*

penutupan )+ gereja di Kabupaten !ceh Singkil. Penutupan tempat ibadah ini didasarkan pada sebuah perjanjian pada )*,* pasca pembakaran gereja yang dibuat melalui mekanisme =musya&arah untuk mufakat berdasarkan Pancasila> dengan butir butir kesepakatan sebagai berikut?57
Pertama, umat Islam dan umat Kristen dalam &ilayah Kecamatan Simpang Kanan menjamin ketertiban dan keamanan dan terujudnya stabilitas &ilayah dan kerukunan beragam. Kedua, meminta kepada pemerintah supaya para pelaku pelaku akibat terjadinya gangguan ketertiban dan keamanan baik di pihak umat Islam maupun umat Kristen agar dapat ditindak menurut hukum yang berlaku. Ketiga, pendirian @ rehab gereja dan lain lain tidak kami laksanakan sebelum mendapat i/in dari pemerintah daerah tk. II !ceh Selatan, sesuai dengan materi dari keputusan bersama %enteri !gama dengan %enteri 'alam .egeri .omor ) tahun )*+*. Keempat, pelanggaran dari perjanjian@pernyataan tersebut di atas kami bersedia dituntut menurut hukum yang berlaku. Kelima, kami tidak menerima kunjungan baik pastur atau pendeta atau ulama ulama yang memberikan kuliah@pemandian@pembaptisan@sakramen kepada umatnya dalam &ilayah kecamatan Simpang Kanan, kecuali sudah mendapat i/in dari pemerintah setempat.

'okumen yang digadang gadang ini kemudian menjadi legitimasi utama bagi kelompok Islam yang tergabung dalam F4I, di dalamnya terdapat FPI, untuk menuntut penutupan gereja. 'okumen lainnya adalah =Surat Perjanjian Bersama 4mat !gama Islam dan Kristen Kecamatan Simpang Kanan, 6ung %eriah, dan 'anau Paris Kabupaten !ceh> yang nasakhanya disipakan %uspida !ceh Singkil. !parat keamanan dan pemerintah setempat bersikap hampir senada. Kepada para pendemo yang berorasi di depan Kantor Bupati !ceh Singkil, Kapolres !ceh Singkil !KBP Bambang Syafrianto SIK menyatakan? =Bagaimana kalau kita berikan toleransi bagi umat Kristen membongkar gerejanya yang tidak berijin :K58 jam, dan kalau tidak kita bentuk tim untuk membongkar dalam &aktu dua mingguL>. 4sulan ini disetujui sekalgius menjadi keputusan. Pemkab Singkil sendiri membentuk 1im %onitoring Pemda Kab. !ceh Singkil untuk menutup gereja gereja yang dikeluhkan. Sikap semacam ini bermasalah sekaligus cacat sebagaimana cacatnya dasar yang digunakan sebagai pembenaran. 9acat yang dimaksud adalah kesepakatan yang bias dengan kepentingan mayoritas? kesepakatan diarahkan untuk menertibkan gereja. 6ereja yang dibakar, gereja pula yang ditertibkanMartinya, sudah diasumsikan bah&a gereja adalah sumber permasalahan meskipun oknum pembakar belum ditemukan sehingga motif pembakaran juga tidak terjelaskan. %asjid at 1aO&a milik !hmadiyah di (akarta 1imur juga menjadi korban penertiban berdasarkan Perber 577+ meskipun sudah dibangun pada )**7. 5) Sampai hari ini, tindakan semacam ini tidak terjadi pada masjid masjid lain
Bihat 'okumen Penyegelan 57 "umah Ibadah di Kabupaten !ceh Singkil oleh !SB #!liansi Sumut Bersatu$
57

57

yang berafiliasi dengan ormas arus utama #main-stream$ meskipun status I%B masjid masjid ini patut ditelisik lebh lanjut. Selain disegel atas nama I%B, lima masjid !hmadiyah juga ditutup dan dirusak karena dianggap melanggar Pergub dan aturan semacamnya yang melarang !hmadiyah berakti<itas sebagaimana biasanya.55 %asjid yang dimaksud adalah %asjid .urhidayah #9ianjur$, %asjid al %ujahidin #1asikmalaya$, %asjid al Kautsar #Kendal$, %asjid Baiturrahim #1asikmalaya$, dan %asjid al IstiOomah #Banjar$. Sampai hari ini, masjid milik mayoritas hampir tidak mengalami gangguan yang berarti terkait terbitnya Perber pembangunan tempat ibadah ini. 6angguan terhadap masjid jenis ini justru ketika berhadapan dengan faktor luar, misalnya agresi para pemodal besar. Kasus perubuhan %asjid "audhatul Islam di %edan oleh P1 (atimasindo untuk dipindahkan ke tempat lain meskipun dilalui dengan mekanisme tukar guling pada 57)). %asjid dipindahkan dengan alasan banyak umat sekitar yang pindah ke tempat lain dan masjid ini terletak di tengah tengah aset pemilik ketiga. %asjid Khairiyah mengalami nasib sama namun dilakukan oleh pihak tertentu yang memiliki hubungan dengan pengembang yang sama pada tahun 5778. Sayangnya, pada kasus masjid pertama, Forum 4mat Islam #F4I$ bukan hanya mendemo pihak pengembang dan pemerintahan setempat namun juga membebankan persoalan ini kepada agama lain. 4mat Konghucu yang hendak menyelenggarakan Kongres Konghucu sedunia di %edan dituntut untuk membatalkannya. F4I mengaku tak berkeberatan dengan acara ini sembari terus menekankan bah&a penyelenggaraan kongres ini akan menyakiti umat Islam karena diselenggarakan di sebuah hotel yang menjadi kantor si pengembang sekaligus berdekatan dengan masjid yang baru saja dirubuhkan ini.5: Panitia pada akhirnya membatalkan kongres ini karena terlalu banyaknya pro dan kontra di dalamnya. Satu satunya masjid yang tercatat digusur adalah %asjid .urul (annah di Perumahan (atinegara Indah, 9akung, (a&a 1imur. %asjid ini dibuldoser oleh Satpol PP, Polsek 9akung, dan Polres (aktim pada !gustus 577* karena tidak memiliki I%B sebagaimana dituliskan dalam Perber 577+.58 Keadaan semacam ini tidak tertolong banyak dengan kehadiran media atau pers #baca? surat kabar$ sebagai agen informasi. Kecuali beberapa media alternatif, media media cenderung memberitakan peristi&a ini sebagaimana adanya. Sebagiannya lebih banyak menghadirkan persepsi
Pemkot (akarta 1imur Segel %asjid !hmadiyah dalam http?@@&&&.<hrmedia.com@57)7@detail.phpL.eP8*;8 55 Bihat Baporan 1engah 1ahunan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Indonesia 57)5 5: Bangun %asjid "audhatul Islam, 1olak Kongres Koghucu dalam http?@@&&&.beritasumut.com@indeK.php@youne&s@:3 peristi&a@,857 bangun masjid raudhatul islam tolak kongres konghucu 58 1idak Punya I%B, %asjid di (atinegara 'igusur dalam http?@@ne&s.detik.com@read@577*@73@)5@)7::55@))3)+88@)7@tak punya imb masjid di jatinegara digusur
5)

5)

mayoritas daripada menafikan korban yang sudah mengalami kerugian fisik dan psikis. Sebagaiannya lagi, di&akili media Islam, mengeluhkan liputan yang tidak berimbang terhadap penutupan tempat ibadah yang hanya mempublikasikan gereja saja. 2alhasil, media hanya menjadi industri informasi ketimbang turut ambil bagian dalam tugas pencerahan umat. Singkat kata, media nampaknya lebih tertarik dengan gaya tradisionalnya? =koran adalah perusahaan pribadi yang tidak ada kaitannya dengan publik dan bukan &aralaba sehingga tidak hubungannya dengan kepentingan publik. Koran sendiri adalah properti pemiliknya yang menjual produk dan menanggung resikonya sendirian>.5;

). Analisa H ! " 'alam beberapa kasus, seperti penutupan %asjid at 1aO&a milik !hmadiyah di (akarta 1imur, alasan penyegelan berdasar pada Perber 577+ meskipun masjid ini didirikan sejak )**7. 'emikian juga dengan )+ gereja di Singkil, seperti dilaporkan !liansi Sumut Bersatu #!SB$, yang berdiri sekitar tahun )*:7. Penggunaan alasan hukum semacam ini merupakan perbuatan se&enang &enang mengingat dalam Perber tidak dikenal asas hukum =berlaku surut>. (ika asas ini dipakai, maka tindakan ini bisa diterima akal sehat dengan mekanisme hukum yang sudah ditentukan. .amun, pada kenyataannya, asas ini dipakai oleh kelompok sipil dan aparat sekaligus untuk menutup dan atau menyegel tempat ibadah tertentu. Berbeda dengan kasus penodaan agama, kasus tempat ibadah memiliki rumusan yang pelik ketika berhubungan dengan pengadilan. Pada kasus penodaan agama, hampir setiap keputusan majelis hakim diterima dengan tanpa syarat. Pada kasus tertentu, mereka keberatan dengan <onis yang dianggap terlalu rendah untuk tindakan menodai agama tetapi tidak berkeberatan dengan semua proses di pengadilan. Persoalan semacam ini kebanyakan selesai di tingkat pertama atau di tingkat Pengadilan .egeri. Persoalan tempat ibadah memiliki kerumitan yang berbeda. Pada kasus 6ereja -KBP Filadelfia dan 6KI 1aman Fasmin, proses peradilan dapat mencapai kasasi bahkan peninjauan kembali. 'i dalam proses ini pun sering terlontar dugaan dugaan negatif semacam =politik uang>, =suap>, dan =pengadilan yang tidak bisa dipercaya>. 'ugaan ini semacam terbit setelah lahir dugaan pemalsuan dokumen dalam pengurusan syarat syarat peri/inan tempat ibadah. 'ugaan pemalsuan dokumen ini tidak hanya meliputi kasus peri/inan gereja, tetapi juga masjid seperti kasus %asjid .ur %usafir di
Fred S. Siebert et.al., (our )heories o' the Press* )he +uthoritarian, ,ibertarian, -o$ial .esponsibility and -o/iet 0ommunist 0on$epts o' 1hat the Press -hould Be and Do , 4rbana and 9hicago? 4ni<ersity of Illinois Press, )*38, h. ,:
5;

55

Kupang. Pembangunan masjid ini dihentikan untuk sementara &aktu karena masalah ini. 'ualisme sikap ini sesungguhnya mencerminkan ambi<alensi dan keterbelahan pribadi pada saat yang bersamaan. 'ianggap ambi<alen karena mereka memiliki dua sikap dan dua asumsi yang berbeda kepada institusi yang sama. .amun dualisme ini ternyata juga berlaku pada material hukum pengaturan tempat ibadah. 'ualisme yang dimaksud adalah Perber 577+ di tingkat nasional dan peraturan sejenis di tingkat daerah dengan muatan yang berbeda. Perbedaan yang dimaksud adalah sebagai berikut? No . ). P$r%$r No.1 2 No. 3 T&. #(() 'aftar nama dan Kartu 1anda Penduduk pengguna rumah ibadat paling sedikit *7 #sembilan puluh$ orang yang disahkan oleh pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas &ilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal ): ayat #:$ 'ukungan masyarakat setempat paling sedikit +7 #enam puluh$ orang yang disahkan oleh lurah@kepala desa "ekomendasi tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten@kota "ekomendasi tertulis FK4B kabupaten@kota P$rg % NAD No. #0 T&. #((4 'aftar nama dan K1P pengguna rumah ibadah adalah sejumlah );7 orang dengan disahkan pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas &ilayah sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat #:$ 'ukungan masyarakat setempat paling sedikit )57 #seratus dua puluh orang$ yang disahkan oleh lurah@geuchik setempat "ekomendasi tertulis Kepala Kantor 'epartemen !gama Kabupaten@Kota "ekomendasi Kabupaten@Kota. tertulis FK4B

5.

:. 8.

'ualisme hukum ini tentu saja akan memberatkan mengingat dua hal? otonomi daerah yang kian menguat sekaligus berdampak pada menguatnya posisi kepala daerah. Pada saat yang sama, serta kurang kuatnya komitmen %endagri untuk melakukan harmonisasi peraturan pusat dan daerah agar tidak bertentangan. 'ualisme senada bahkan me&ujud pada sikap pemerintahan? pemerintah pusat yang di&akili presiden, pada kasus gereja di Bekasi, menyatakan bah&a kisruh gereja diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah. Pemerintah daerah sendiri melakukan pembangkangan
5:

hukum dengan mengingkari keputusan hukum dari %! yang sudah di tingkat kasasi.5+ Kisruh ini bertambah parah ketika pemerintah tunduk pada kekuatan kelompok penekan tertentu. Pemerintah mengikuti kemauan mereka dengan berbagai macam alasan? menghindari anarkhi, memelihara dukungan politik, dan menjaga ketertiban dan stabilitas dalam masyarakat. Singkatnya, tuntutan kelompok radikal yang garang bertemu pragmatisme para birokrat yang malas. Para birokrat membiarkan mereka bertindak seenaknya untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai pembenaran untuk tidak bertindak sebagaimana mestinya atas nama resistensi masyarakat. .egara pada gilirannya tidak hadir dengan berbagai cara melalui beragam jalur di dalamnya. 4. B$%$ra-a Saran dan R$!o"$ndasi Saran dan rekomendasi mula mula diarahkan kepada substansi Perber yang mengatur tempat ibadah. 'alam hal ini, substansi Perber perlu dikritisi pada soal persyaratan pembangunan rumah ibadah dan peran FK4B di dalamnya. Persyaratan tempat ibadah selama ini menunjuk pada persetujuan orang orang sekitar lokasi calon tempat ibadah, persetujuan pengguna rumah ibadah, dan rekomendasi dari otoritas setempat. .amun, perkembangan menunjukkan bah&a pertimbangan juga diarahkan pada ada tidaknya penolakan terhadap keberadaan suatu tempat ibadah. Sikap semacam ini tentu akan memicu munculnya penafsiran baru yang akan berdampak pada hak hak kelompok minoritas untuk memiliki tempat ibadah yang sesuai dengan aturan legal formal. %ereka bukan saja harus bekerja keras untuk mengumpulkan tanda tangan persetujuan dari masyarakat sekitar tetapi juga memastikan bah&a penolakan tidak muncul dengan ekstrem sehingga harapan memiliki ibadah menjadi terganjal. Pada aras ini, substansi Perber sudha semestinya die<aluasi untuk merespons masalah semacam ini dengan cara mere<isi atau bahkan menghapuskannya sama sekali. 'i sisi yang lain, FK4B mestinya menjadi representasi yang paling representatif dalam urusan sengketa rumah ibadah. 'alam hal ini, mereka seharusnya menjadi pihak yang tidak memiliki kepentingan terhadap pemberian I%B kecuali terhadap kesahihan syarat pemberian rekomendasi. Sayangnya, beberapa FK4B justru memihak salah satu kelompok sehingga menjadi kelompok kepentingan tersendiri dalam proses peri/inan tempat ibadah. Padahal, salah satu tugas utama FK4B adalah menampung aspirasi
Pembangkangan ini bukan hanya terdapat di jajaran Pemkab@Pemkot, namun sudah diinisiasi sejak tingkat kecamatan. 'alam sebuah kesempatan rapat, seperti terekam di sebuah <ideo, sang camat 1ambun 4tara dengan tanpa canggung mengajak para hadirin untuk mengabaikan hukum karena ketetapan hukum yang melegalkan pendirian gereja ini mendapat banyak resistensi sehingga tidak mungkin untuk realisasikan
5+

58

ormas keagamaan dan masyarakat.5, -arapan seperti ini sulit di&ujudkan jika pemihakan terjadi mengingat pemihakan seringkali memunculkan dominasi satu kelompok atas kelompok yang lain, terutama pemihakan pada kelompok mayoritas. Beberapa saran ditujukan kepada beberapa pihak. Pertama, Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan hendaknya menjalankan amanat 44' )*8; yang menjamin kebebasan beragama dan berkeyakinan bagi semua &arga negara. Karenanya, presiden mesti secara aktif mendorong pemenuhan hak hak beragama dan berkeyakinan Indonesia khususnya adalam pemenuhan rumah ibadah. 'alam hal ini, kekha&atiran inter<ensi terhadap penegakan hukum dan berbagai hal lainnya merupakan dalil yang tidak bisa dipergunakan untuk mengelak dari tanggung ja&ab ini, apalagi menyatakannya sebagai bagian dari urusan pemerintah daerah. Sikap ini juga mesti dipraktekkan oleh para pemimpin lokal di daerah. Kedua, sebagai bagian dari negara, polisi memiliki &e&enang istime&a berupa monopoli untuk legitimasi penggunaan kekerasan seperti dikemukakan 2eber #)*)*$. 2e&enang ini seharusnya digunakan secara proporsional dalam ranah kemajemukan beragama dan berkeyakinan di Indonesia. 'alam kapasitas ini, polisi seharusnya menindak segala usaha kelompok atau golongan tertentu yang berupaya untuk mengambil alih monopoli kekerasan ini, termasuk ormas atau paramiliter yang gemar menyegel atau menyerang aliran kegamaan atau komunitas agama tertentu yang memiliki cara pemahaman. Sikap ormas anarkhis ini sudah jelas jelas mencederai martabat polisi dan karenanya mesti ditindak sesuai hukum yang berlaku. Pada saat yang sama, pembiaran terhadap kekerasan terhadap &arga negara yang hendak beribadah juga harus dihentikan mengingat intensitasnya yang terus meningkat belakangan ini, mulai dari intimidasi bahkan ancaman pembunuhan. Ketiga, media seharusnya memerankan diri sebagai bagian dari agen yang mempromosikan penghargaan akan keberagamaan, termasuk keberagamaan dalam beragama dan berkeyakinan. 'alam hal ini, media seharusnya melakukan $o/erage yang memadai terhadap suatu insiden, misalnya pembakaran atau perusakan rumah ibadah. Pendeknya, media bukan semata mata sebagai industri semata mata tetapi juga dapat mengambil bagian dalam memberi informasi yang mencerdaskan public. Singkatnya, media dapat ambil bagian dalam konteks =tanggung ja&ab sosial>, mengutip Peterson #)*38$, yang menyeimbangkan konsep kebebasan berekspresi dan ke&ajiban moral untuk mendidik publik. 'alam hal ini, media tidak seharusnya bersifat pro<okatif dalam menuliskan situasi
Bihat selengkapnya dalam Bab III tentang FK4B pasal 3 J pasal )7 Perber .o.3 @ .o. * 1h. 577+ tentang Pedoman Pelaksaan 1ugas Kepala 'aerah@2akil Kepala 'aerah dalam Pemeliharaan Kerukunan 4mat Beragama. Pemberdayaan Forum Kerukunan 4mat Beragama, dan Pendirian "umah Ibadat
5,

5;

ketegangan antar umat beragama atau internal agama tetapi juga memikirkan soal pemihakan kepada korban dalam rangka menyebarkan pentingnya penghormatan kepada keberagaman. Keempat, ormas yang moderat semacam memiliki ke&ajiban moral untuk turut serta dalam silang sengkarut soal ini. Secara kultural, melalui &arganya, ormas semacam .4 dan %uhammadiyah memiliki dapat bertindak sebagai agen penyebar toleransi di masyarakat melalui kegiatan sosial dan kegiatan komunal tradisional yang dijalankan sehari hari dan hidup dalam lingkungan masing masing. Secara struktural, agenda semacam ini dapat ditempuh melalui desain kebijakan setiap ormas melalui berbagai jalur. 'alam institusi pendidikan, misalnya, pengurus pusat ormas dapat menginter<ensi materi pengajaran dan sikap perempuan agar selaras dengan nilai nilai toleransi, termasuk toleransi terhadap tempat ibadah. Pada sisi yang lain, secara struktural, diperlukan keselarasan antara kebijakan di tingkat daerah dan pusat. 'alam beberapa kesempatan, justru muncul sikap desersi. Sikap desersi ini bukan semata pembangkangan tetapi perpecahan dalam tubuh organisasi di mana sebagian pengurus bersikap moderat sementara sebagian yang lain bersikap radikal dengan mendiamkan perusakan tempat ibadah atau bahkan terlibat langsung. Sikap semacam ini akan merusak moderatisme ormas yang selanjutnya merusak pula moderatisme Indonesia pada umumnya. Kelima, pentingnya pelibatan perempuan dan anak muda dalam usaha usaha penyemaian toleransi beribadah. 'alam beberapa kesempatan, anak muda terlibat dalam kampanye anti keberagaman melalui beragam jeringan media sosial semacam 'a$ebook, twitter, dan youtube. Pada saat yang sama, sekelompok perempuan juga terlibat dalam demo disertai ancaman seperti terjadi pada hampir setiap peribadatan jemaat 6KI 1aman Fasmin belakangan ini. %ereka, bersama dengan pendemo yang berjenis kelamin laki laki, tidak sungkan sungkan meneriakkan ancaman perkosaan kepada jemaat, pendukung jemaat atau jurnalis yang dianggap mendukung jemaat gereja. Kenyataan semacam ini mesti diantisipasi agar tidak menerus tumbuh di masa depan dan pada saat yang sama, usaha penyemaian toleransi lebih banyak melibatkan tokoh agama dan atau tokoh masyarakat lokal mayoritas berjenis kelamin laki laki. Kehadiran kedua kelompok ini tentunya akan menambah amunisi penyebaran toleransi, mengingat mereka memiliki strategi strategi yang kreatif, di samping menambah jumlah =pasukan> toleransi yang kian melemah diserang kelompok anti toleransi. 'alam kelompok ini, diperlukan juga perhatian khusus untuk anak muda dan perempuan dari kalangan minoritas.

5+

5,

Anda mungkin juga menyukai