Anda di halaman 1dari 18

Macam-macam vegetasi dan ciri-cirinya- Sebelum melihat macam-macam vegetasi dan ciricirinya ada baiknya kita mengetahui dulu

pengertian dari vegetasi itu sendiri. Tumbuhan yang menutupi suatu daerah tertentu disebut vegetasi. Persebaran Tumbuhan ditentukan oleh faktor geologis, geografis (seperti ketinggian dan garis lintang) dan curah hujan. Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut dan letaknya semakin jauh dari garis lintang, di tempat tersebut suhunya semakin menurun. Setiap kenaikan ketinggian 100 meter dari permukaan laut dan kenaikan garis lintang maka sebesar 10 suhu daerah tersebut akan turun 50 C, dari perbdaanperbedan itulah muncul macam-macam vegetasi. Berikut 9 macam vegetasi yang ada di dunia beserta ciri-cirinya. Macam-macam vegetasi dan ciri-cirinya sebagai berikut. 1) Bioma Tundra, memiliki ciri-ciri vegetasi rumput dan lumut kerak (Lichenes) dan terdapat pada daerah Skandinavia, Rusia, Siberia dan Kanada. Bioma tundra terdapat di bumi bagian utara, yaitu di kutub utara yang memiliki curah hujan yang rendah. Oleh karena itu, hutan tidak dapat berkembang di daerah ini. Pada musim dingin, air dalam tanah dingin dan membeku sehingga tumbuhan tidak dapat tumbuh besar. Produsen utama di bioma ini adalah lichenes dan lumut. Binatang yang dapat ditemui di bioma ini, antara lain beruang kutub, reindeer (rusa kutub), serigala, dan burung-burung yang bermigrasi ketika musim-musim tertentu. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, lumut kerak, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin. Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang datang pada musim panas, semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki rambut atau bulu yang tebal, contohnya rusa kutub, beruang kutub, dan serangga terutama nyamuk dan lalat hitam. 2) Bioma Taiga, memiliki ciri-ciri vegetasi hutan hujan jarum (konifer) dan terdapat pada daerah Skandinavia, Alaska, Kanada dan Siberia. Bioma taiga dikenal sebagai hutan konifer, merupakan bioma terluas di bumi. Bioma ini memiliki curah hujan 35 cm sampai dengan 40 cm per tahun. Daerah ini sangat basah karena penguapan yang rendah. Tanah di bioma taiga bersifat asam. Bioma taiga terdapat di daerah yang beriklim sedang, dengan curah hujan sekitar 100 cm per tahun. Terdapat di Amerika bagian utara dan selatan, Eropa bagian barat, dan Asia bagian timur. Tumbuhan yang hidup di bioma taiga umumnya konifer dan pinus. Hewan yang hidup di bioma ini di antaranya adalah rusa, beruang hitam, salamander, dan tupai. Ciri-ciri lainnya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dan sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur. 3) Bioma Hutan meranggas (4 musim), Bioma hutan gugur memiliki ciri-ciri vegetasi hutan yang hijau pada musim panas dan menggugurkan daunnya pada musim dingin. Terdapat pada daerah iklim sedang, seperti Eropa, sebagian Asia dan Amerika. Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang dan tersebar di Amerika Timur, Eropa Tengah, dan Asia Timur. Bioma ini memiliki ciri-ciri suhu yang sangat rendah pada musim dingin dan sangat panas pada musim panas (-30C hingga 30C). Curah hujan tinggi dan merata, serta jenis pohon yang dapat menggugurkan daunnya pada saat musim panas (pada hutan gugur daerah tropis) dan pada saat musim dingin (pada hutan gugur iklim sedang). Hewan yang hidup di bioma ini antara lain tikus,

beruang, bajing, dan burung. Beberapa hewan pada bioma ini dapat melakukan hibernasi, yaitu tidur panjang selama musim dingin dengan terlebih dahulu mengonsumsi banyak makanan. Ciriciri lainnya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit dan tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak). 4) Bioma Padang rumput, memiliki ciri-ciri vegetasi tanpa pohon, tumbuhan berupa rumput (Graminae). Terdapat pada daerah Hongaria, Amerika Utara, Argentina dan Rusia Selatan. Ciriciri lainnya adalah curah hujan kurang lebih 25 30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herba) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus, dan ular 5) Bioma gurun, memiliki ciri-ciri vegetasi dengan jumlah pohon sangat sedikit yang tumbuh adalah jenis tumbuhan tahan kering (xerofit), berbunga dan berbuah dalam waktu pendek (efermer). Terdapat pada daerah gurun Gobi (RRC), gurun Sahara (Afrika Utara), gurun Kalahari (Afrika Selatan). Bioma gurun terdapat di Asia, Afrika, India, Amerika, dan Australia. Tanah yang tandus dan kandungan air yang sangat rendah membuat tumbuhan dan hewan-hewan tertentu saja yang dapat bertahan di daerah ini. Tumbuhan yang dapat bertahan di gurun di antaranya kaktus, sedangkan hewan yang dapat bertahan di gurun di antaranya adalah unta dan ular. Ciri-ciri lain bioma gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu siang hari tinggi (bisa mencapai 45C) sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat rendah (bisa mencapai 0C). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air, contohnya kaktus. Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan kalajengking. 6) Bioma Sabana, memiliki ciri-ciri vegetasi padang rumput dan pepohonan. Terdapat pada daerah Asia, Australia dan Indonesia. Bioma savana (padang rumput) terdapat di wilayah beriklim sedang sampai tropis dengan curah hujan 25 cm sampai 75 cm per tahun. Tumbuhan yang dominan di bioma ini adalah rumput . Hewan yang hidup di bioma ini adalah hewan-hewan yang bisa bertahan di kondisi padang rumput, di antaranya adalah kuda, zarafah, dan singa. Di Indonesia bioma savana dapat ditemukan di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). 7) Bioma Hutan hujan tropis, memiliki ciri-ciri vegetasi tumbuhan hijau sepanjang tahun, pohon- pohon tinggi, jenisnya sangat banyak, terdapat tumbuhan yang menempel (epifit) dan tumbuhan yang memanjat pohon lain (liana). Terdapat pada daerah Asia, Afrika, Indonesia, dan Amerika Selatan. Bioma hutan hujan tropis terdapat di kawasan garis khatulistiwa di seluruh dunia, seperti Asia tengah termasuk Indonesia, Amerika tengah dan selatan, Afrika, serta Australia. Hutan hujan tropis memiliki temperatur dengan kisaran 25C per tahun dan curah hujan yang tinggi sekitar 200 cm per tahun. Tumbuhan dan hewan yang hidup di bioma ini paling beragam dibandingkan dengan tumbuhan dan hewan yang hidup di bioma-bioma lainnya. Tumbuhan yang khas yang hidup di bioma ini adalah tumbuhan liana (tumbuhan merambat)

seperti rotan dan tumbuhan epifit seperti anggrek. Hewan yang khas di bioma ini adalah harimau, badak, babi hutan, dan orangutan. 8) Hutan bakau, memiliki ciri-ciri vegetasi yang memiliki akar nafas karena tanah dan airnya miskin oksigen, contohnya Pohon Bakau (Rhizipora), kayu api (Avicinea) dan Sonneratia/jenis tumbuhan tahan kering (xerofit). Terdapat di daerah tropik dan subtropik pada zona pasang surut di tempat landai pada pantai. 9) Hutan lumut, memiliki ciri-ciri vegetasi tumbuhan lumut dan terdapat di daerah pegunungan.

Gambar beberapa tipe ekosistem (searah jarum jam) yaitu taiga, padang rumput, hutan tropis, dan padang pasir Semua suku tumbuhan terwakili dengan baik di Indonesia. Karena pengetahuan tentang tumbuhan masih terbatas maka belum semuanya dapat dipelajari. Oleh karena itu, masih banyak jenis baru yang menunggu untuk dipelajari. Perkiraan jumlah lumut yang ditemukan di Indonesia sekitar 4.250 sampai 12.000 jenis dari 47.000 jenis yang ada di dunia. Tumbuhan lumut ditemukan hampir 3.000 jenis dari 15.000 jenis lumut yang ada di dunia. Sedangkan, tumbuhan paku-pakuan mencapai 4.000 jenis mewakili seperempat jumlah paku-pakuan yang ada di dunia. Kelompok terbesar terdiri dari tumbuhan berbiji dengan 20.000 jenis, mewakili 8% jumlah yang ada di dunia. Sebaran jenis tumbuhan di Indonesia sangat heterogen. Daerah terkaya adalah daerah hutan hujan primer dataran rendah Kalimantan yang terdiri atas 10.000 jenis tumbuhan berbiji yang 34%-nya merupakan jenis yang endemik. Sumber Bacaan:

Fictor F, dkk. Praktis Belajar Biologi SMA X: Jakarta. BSE 2009 Herni Budiati. Biologi SMA X: Jakarta. BSE 2009 Indun Kistinnah, dkk. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya SMA X: Jakarta. BSE 2009 Rikky F, dkk. Mudan dan Aktif Belajar Biologi SMA X: Jakarta. BSE 2009

Hutan tropika basah Tipe vegetasi ini merupakan formasi yang terdapat atau tersebar di daerah katulistiwa dan merupakan tipe vegetasi yang paling lebat dari semua tipe vegetasi yang ada. Vegetasi ini didukung oleh iklim tropis yang basah tanpa ada bulan kering dan suhu tinggi. Persebaran tipe vegetasi ini terdapat didaerah : -Daerah sungai Amazone di Amerika Selatan, daerah karibia dan teluk Meksiko, Brazilia sampai di Kolombia dan Ekuador. -Daerah sepanjang katulistiwa di Afrika Tengah, Afrika Barat dan Timur serta Malagasi. -Bagian barat India dan Srilangka -Daerah Malaysia terus ke pegunungan Himalaya, Indonesia dan Philipina. Kemudian kearah selatan dan ke timur. Sumatera timur, Kalimantan, Jabar, Sulawesi Tengah dan Irian. Walaupun didaerah-daerah ini hutan tersebut sudah mulai berkurang atau berubah karena campur tangan manusia melalui illegal loging dan perambahan hutan. Daerah yang ditempati hutan tropika ini biasanya mempunyai topografi agak rata sampai bergelombang serta pada lerenglereng gunung sampai ketinggian 1000 m. Hujan tahunan rata-rata 300 400 cm dengan suhu 25o 26o C dan kelembaban nisbi > 80 %. Di dalam hutan tropika basah ini berkembang subur serangga, burung dan binatang binatang seperti monyet, ular dan lain-lain. yang tak terhitung jumlah dan jenisnya. Tumbuhan utama penyusun hutan tropika basah biasanya terdiri atas tujuh kelompok yaitu : 1)Pohon-pohon hutan Pohon-pohon ini merupakan komponen structural utama. Yang disebut atap atau tajuk (canopy) yang terdiri atas tiga tingkat atap (tajuk) dengan tingkat tertinggi (A) sering agak berjauhan dan agak jarang. Tingkat kedua (B) membentuk massa dengan ketinggian antara 15 30 m. Kemudian pohon-pohon yang lebih pendek membentuk tingkat tiga (C); pada umumnya tingginya antara 5 15 m. Daun-daun umumnya berukuran sedang dan luas 2000 18000 mm2 Daun tersebut, biasanya tunggal, kaku berwana hijau tua dengan permukaan mengkilat. Pembuangan, pembuahan dan pergantian daun dapat kapan saja terjadi dalam setahun, sebab setiap jenis tumbuhan cenderung mempunyai waktunya sendiri-sendiri dalam hal berbunga, berbuah serta bertunas. 2)Terna Terna merupakan vegetasi yang lebih rendah yang terdiri dari berbagai jenis dan berkembang dibawah pohon-pohon yang lembab. Seperti paku-pakuan dan sejenisnya yang merupakan lapisan semak-semak yang menempati strata empat (D). Dibawah strata lapisan ini masih berkembang jenis-jenis lainnya seperti jahe, kunir dan sejenisnya. Biasanya tummbuhan golongan terna ini, tidak dapat berkembang dengan sempurna karena kekurangan cahaya. Tumbuhan terna ini lebih berkembang pada lereng-lereng karena kemungkinan lebih banyak mendapat cahaya matahari. 3)Tumbuhan pemanjat Tumbuhan ini merupakan tumbuhan hiasan utama pada hutan tropis. Tumbuhan ini berkayu yang memanjat disebut liana, memberikan salah satu sifat yang paling mengesankan dari hutan tropika basah. Tumbuhan ini dapat mencapai panjang 200 m memanjat dari pohon yang satu ke pohon yang lain, sehingga dapat dipakai oleh binatang seperti kera untuk bergelantungan dari

pohon ke pohon. Ada juga jenis lain yang berduri sebagai alat untuk mencekal (mencengkram) pohon yang dipanjat seperti tumbuhan rotan. Rotan ini merupakan tumbuhan tropis yang mempunyai nilai ekonomi tinggi khususnya Indonesia. 4)Epifita Tumbuhan ini tumbuh melekat pada batag, cabang dan bahkan pada daun-daun. Epifita pada umumnya tidak menimbulkan pengaruh buruk pada tumbuhan inang yang tumpanginya. Kehadiran epifita pada hutan ini merupakan ciri-ciri yang membedakan hutan tropika basah dari pada komunitas hutan didaerah hutan sedang tumbuhan itu seperti misalnya anggrek, paku epifit, lumut-lumut pohon dan lain-lain. 5)Pencekik pohon Tumbuhan ini, memulai kehidupannya sebagai epifita, kemudian mengirim akarnya tumbuh turun ke tanah, menyebabkan tidak lagi bergantung pada tumbuhan inangnya, tumbuhan seperti ficus 6)Saprofita Tumbuhan ini, mendapatkan zat haranya dari bahan organik yang mati, merupakan komponen heterotrop yang tidak berwarna hijau seperti cendawan, bunga raflesia mahillana. Bunga Raflesia ini tidak mempunyai daun atau batang, juga tanpa klorofil. Bunga langsung tumbuh dari akar inangnya. Bunga ini terkenal dengan nama bunga bangkai yang terdapat di Lampung Sumatera. Tumbuhan Raflesia ini termasuk endemik yaitu tumbuhan yang daerah agihannya hanya terbatas pada daerah terbatas atau pulau tertentu. 7)Parasit Tumbuhan ini seperti benalu (loranthaceae) yang terdiri atas sejumlah besar jenis-jenis dan kadang-kadang terdapat dalam jumlah yang banyak diseluruh wilayah hutan tropika basah. Benalu ini merupakan semak berkayu terdapat dan tumbuh pada cabang-cabang pohon, yang dapat merugikan petani buah-buahan pohon keras. Hutan tropika dengan irama musim Pada umumnya vegetasi ini tumbuh didaerah dengan adanya irama musim, dan lebih bervariasi dalam formasi tumbuhan. Tumbuhan didaerah ini sebenarnya meliputi wilayah yang lebih luas. Hutan disini dapat diklasifikasikan menurut ketersediaan air yaitu : 1)Hutan musim Hutan ini biasanya berkembang dengan adanya pergantian musim (musim kemarau dan hujan). Curah hujan biasanya lebih sedikit bila dibandingkan hutan tropika basah. Yaitu antara 100 200 cm setiap tahun. Hutan musim ini daerah persebarannya seperti di India, Birma, Indonesia dan juga terdapat pada tepi-tepi hutan tropika basah di Afrika, Malagasi, Indonesia khususnya Jawa Tengah dan Timur, Bali, Sulawesi Tenggara. Vegetasinya tidak terlalu lebat. Hutan musim cenderung lebih terbuka, dengan pohon-pohon penyusunnya lebih berjauhan, sehingga cahaya dapat sampai ke tanah, biasanya hutan ini akan meranggas (menggugurkan daunnya) pada musim kemarau. Namun demikian hilangnya daun tergantung pada keadaan air tanah, misalnya pohon jati (tectona grandis) yang daunnya gugur pada musim kemarau. Vegetasi pada bagian bawah lebih subur dibanding dengan vegetasi bawah hutan tropika basah karena adanya sinar. Pada umumnya terdiri dari semak belukar, tumbuhan berumbi lapis dan semak-semak umumnya berbunga pada permulaan musim hujan. Dalam hutan ini biasanya terdiri dari 40 sampai 50 jenis pohon. 2)Lahan hutan sabana atau bentang lahan taman (Park land)

Hutan ini sering diketemukan di daerah-daerah yang musim kemarau lebih panjang dengan curah hujan tahunan lebih rendah dari pada didaerah hutan musim. Pohon-pohon tumbuhnya berjauhan kecuali didaerah aliran sungai. Tumbuhan ini adalah tumbuhan yang tahan terhadap kekurangan air. Pada musim kemarau, juga sering meranggas. Vegetasi hutan sabana tampaknya seperti taman, sebab kaya akan padang rumput yang diselingi pohon-pohon sehingga banyak binatang (hewan) pemakan rumput. Jarang sekali dijumpai tumbuhan liana dan epifita dikawasan hutan ini. Lahan hutan sabana diketemukan secara luas didaerah tropika seperti Karibia, Brasilia, Argentina, Afrika Timur, Afrika Tengah, dan India. Untuk indonesia diketemukan di wilayah Nusa Tenggara Barat dan Timur, sebagian sempit wilayah Sulawesi Tenggara. Hutan sabana ini juga dapat muncul / terjadi pada daerah yang berhutan kemudian dirusak oleh manusia (dibakar). 3)Lahan hutan berduri Bentuk vegetasi ini diketemukan pada daerah tropik dengan iklim yang mempunyai musim kering yang panjang dan musim hujan lebat yang rendah dan singkat, dengan suhu tinggi sepanjang tahun 15 35o c dan presipitasi 40 90 cm/th. Hutan berduri ini di daerah tropika biasanya bersifdat meranggas. Akar tumbuhan ini masuk tanah cukup dalam untuk mendapat air. Semak-semak berduri ini mencapai ketinggian 3 5 meter. Pada umumnya semak berduri ini berkembang didaerah kering di Amerika Selatan tropik, Karibia, Meksiko, Sudan, India. Untuk wilayah Indonesia hutan berduri hanya dijumpai sedikit di wilayah Indonesia Timur seperti Nusa Tenggara Timur yang tanahnya terdiri dari kapur atau pasir dengan hujan yang sedikit dan jauh dari daerah aliran sungai (DAS) 4)Sabana dan lahan rumput lain didaerah tropika dan subtropika Oleh sementara para ahli, sabana dianggap sebagai sinonim dengan lahan rumput terna yang didalamnya terdapat pohon-pohon atau gerumbul-gerumbul tinggi. Daerah sabana terdiri dari kayu yang tinggi, terpincar dengan jarak yang cukup jauh kecuali pada daerah aliran sungai (DAS).Kajian para ahli bahwa padang rumput yang ada didaerah tropika bukanlah oleh faktor iklim, tapi diakibatkan oleh ulah manusia atau faktor kebakaran. Persebaran lahan rumput ini di Amerika Selatan disebut Kampo dan lano daerah persebarannya meliputi Sudan, Malagasi Tengah, Australia Tengah yang terkenal dengan peternakan biri-biri (domba). Kondisi curah hujan 100 Cm / th dan terbagi selama 120 190 hari dengan kekeringan selama 6 -7 bulan. Sabana tampak sebagai taman, dimana daerah aliran sungai lebih banyak ditumbuhi pohon-pohon. Rumput tingginya berkisar antara 1 3 meter. Pohonpohon yang ada biasanya tidak dijumpai seperti hutan dan umumnya banyak dijumpai dari jenis palma pohon-pohon khas dari jenis akasia. Semak kerdil setengah gurun Didaerah tropika, tipe vegetasi ini biasanya ditemukan dilereng-lereng perbukitan yang berbatu atau bercadas, maupun bentuk lahan yang bergelombang berpasir atau berkerikil. Semak-semak ini biasanya sudah berbatasan dengan gurun tropis Tipe vegetasi ini dijumpai disepanjang kaki pegunungan Andes serta daerah yang berbatasan dengan sahara, dan Australia. Curah hujan 50 cm setiap tahun, ciri semak-semak setengah gurun ini sering tumbuh terpisahpisah atau menggerombol yang sedikit banyak bersifat kontinu, dengan daun kaku dan tebal seperti agave, Aloe dan Yucca. Wilayah Indonesia tidak mempunyai tipe vegetasi setengah gurun, namun bila tidak hati-hati menjaga lingkungan tidak mustahil akan terbentuk lahan seperti setengah gurun.

Gurun tropika dan subtropika Gurun mempunyai curah hujan yang sangat sedikit sehingga hanya dapat menunjang tumbuhan khusus yang letaknya berserakan. Cuaca yang sangat ekstrem (perbedaan suhu siang dan malam), menyebabkan hanya tumbuhan dan hewan yang dapat beradaptasi dapat hidup disana. Pada umumnya gurun ini terdapat disebelah utara dan selatan dari mintakat khatulistiwa, sehingga dapat dikatakan bahwa daerah katulistiwa itu terkurung oleh gurun-gurun. Contoh: gurun Sahara, Gobi, Arab, Afrika Utara, India, Australia Tengah curah hujan 20 cm / th. dengan kelembaban 5 50 %. Tumbuhan yang ada di gurun seperti kaktus dengan berbagai jenisnya, semak-semak yang berbau dan berperekat (Larrea), ada juga tumbuhan berbiji terbuka yang disebut tumboa (Weltsitschia) dan semangka gurun (Acanthosicyos horrida). Kebanyakan tumbuhan gurun mempunyai ciri-ciri tertentu seperti jaringan serabut yang berlebih, epidermis yang tebal, mulut kulit yang tenggelam dan terlindung, perlapisan permukaan tertutup sebangsa lilin. Kesemua ciri-ciri itu sebagai adaptasi terhadap kekeringan (lingkungan). Dibeberapa tempat yang cukup ada air dapat tumbuh vegetasi yang cukup subur seperti kurma (Phoenix dactylifera) dan lain tumbuhan kayu, meskipun berdaun sempit dan tebal seperti daerah oase. Hutan bakau (mangrove) dan vegetasi lain ditepi pantai daerah tropis Tipe vegetasi ini mempunyai karakteristik tersendiri dan tersebar luas didaerah tropis dan subtropis yang disebut hutan bakau atau hutan mangrove (mangrove forest atau mangrove swamp forest). Vegetasi ini tumbuh dan berkembang pada sepanjang pantai aluvial (tempat bermuara sungaisungai) dan teluk-teluk. Hutan ini di Indonesia hampir didapati diseluruh pantai kecuali pantai-pantai curam. Misalnya pantai utara Jawa, pantai timur Sumatera, pantai Kalimantan dan Pantai selatan Irian. Hutan bakau di Indonesia sudah banyak yang rusak utamanya di pulau jawa. Hal ini menyebabkan terjadinya erosi (abrasi) pantai. Ciri hutan ini adalah pohon bakau banyak mempunyai akar tunjang, serta akar nafas yang timbul dari bawah lumpur. Hutan bakau ini sering tumbuh meluas sampai jarak cukup jauh dari pesisir, tergantung sejauh mana endapan aluvial dan pengaruh pasang surut air laut. Kadang-kadang hutan bakau diganti oleh palma seperti pohon-pohon nipa (nipafrunticaus), yang oleh penduduk pantai daunnya dipakai sebagai atap rumah dan buahnya dapat disadap untuk keperluan minuman atau gula. Pohon nipa ini lebih banyak dijumpai dipantai-pantai yang tidak terlalu berlumpur dan banyak dijumpai dipantai di wilayah Indonesia bagian timur, seperti pantai Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Irian. Termasuk jenis lain adalah sagu yang banyak tumbuh didaerah pantai merupakan bahan makanan penduduk Maluku (Indonesia Timur) setelah diolah melalui proses pengambilan sari patinya. Selain hutan bakau dan nipa serta sagu yang terdapat dipantai daerah tropika, terdapat juga vegetasi lain yang berkembang didaerah pesisir yang berpantai pasir seperti rumput gulung (Spinifex littoreus), tapak kambing (Ipomeaepes-caprae) yang tumbuhnya merayap, pohonpohon kecil seperti pohon pandan (pandanus) banyak diketemukan di pantai selatan Jawa dan pantai-pantai lain di Indonesia. Selain dari itu tumbuhan pantai yang paling terkenal di Indonesia yang banyak tumbuh adalah kelapa yang banyak memberi ciri khas untuk pantai-pantai didaerah tropika. Indonesia pernah

menjadi negara pengekspor utama kopra. Vegetasi rawa air tawar / danau daerah tropis Rawa-rawa air tawar di daerah cekungan atau tanah-tanah tergenang air sering ditumbuhi hutan rawa dan semak-semak gelagah (reed) serta berbagai macam komunitas gulma. Selain dari pada itu juga diketemukan tumbuhan kertas (Cyperus papyrus) ekor kucing (typha), maupun enceng gondok serta tumbuhan palma lain. Pada daerah ini biasanya terjadi gambut, yang banyak diketemukan di Kalimantan, di plato Dieng dan lain-lain. Suatu hal yang karakteristik pada rawa gambut, biasanya didominasi oleh pepohonan yang tergolong dalam dicotyledoneae pada tepi-tepi bekas rawa. Pada awal mulanya rawa dipenuhi tumbuhan air yang terapung, kemudian disusul dengan tumbuhan berakar dengan daun-daun yang terapung seperti teratai, enceng gondok, dan disusul tumbuhan tahap rawa gelagah dan pada gilirannya akan terganti menjadi semak-semak atau hutan rendah. Hal ini dapat dilihat dirawa pening atau bekas-bekas rawa yang rendah mulai punah oleh proses pengendapan dan suksesi tumbuhan (danau Tempe, danau sidenreng di Sulawesi Selatan). Demikian halnya dengan Kalimantan yang terkenal dengan tanah gambut yang cukup tebal. Jenis Vegetasi berdasarkan ketinggian tempat daerah Tropis Apabila kita mendaki gunung suhu akan semakin turun, presipitasi, keadaan angin, kabut dan intensitas penyinaran biasanya semakin tinggi keadaan bila kita kearah kutub dan kearah puncak gunung di daerah katulistiwa hampir sama namun vegetasi dan flora tidak identik. Hal ini disebabkan oleh perbedaan musim mengakibatkan tanah dan jenis vegetasi. Pada umumnya semakin tinggi kita naik ke gunung maka jumlah total floranya semakin berkurang. Daun-daun semakin tidak lebat (berkurang) dan berkecenderungan didominasi oleh tumbuhan terna terutama dari jenis paku-pakuan, lumut atau cryptogamae. Tumbuhan epfita yang memanjat banyak dijumpai. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan, bahwa tumbuhan yang ada di dataran tinggi mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1.Mempunyai pertumbuhan masif yang khas 2.Kaya akan cabang-cabang tetapi tidak memiliki akar-akar banir. 3.Vegetasinya berperawakan tidak begitu besar dan berdaun lebih sempit serta lebat. 4.Vegetasi lebat dan berdaun hijau 5.Cabang-cabang pohon cenderung membesar. 6.Pertumbuhan tidak teratur. Ikhtisar pembagian flora pegunungan daerah tropis menurut Good (1953) 0 - 600 m Zona vegetasi khatulistiwa murni seperti paku, pisang dan lain-lain. 600 - 1250 m Zona vegetasi yang masih tropis sifatnya tetapi sudah berkurang corak tropisnya seperti ficus, paku-pakuan. 1250 - 1900 m mulai bercorak vegetasi subtropis seperti myrtaeceae dan lauraceae. 1900 - 2600 m bercorak vegetasi iklim sedang, seperti jenis-jenis pohon yang selalu hijau. 2600 - 3200 m Zona vegetasi iklim sedang terdiri dari pertumbuhan pepohonan meranggas. 3200 - 4500 m Zona vegetasi kayu perdu alpina. 4500 - 5000 m zona vegetasi semak-semak alpina. 5000 - keatas zona salju abadi

Semakin tinggi kita naik gunung akan nampaklah kita pada suatu fenomena vegetasi pohonpohon pendek yang diselimuti lumut. Itulah sebabnya tipe hutan ini disebut hutan lumut. Akhirnya sampailah lita pada suatu mintakat alpin yang tidak berpohon lagi, tapi dengan vegetasi semak kerdil tundra serta batu-batu tanpa vegetasi yang diselimuti salju.

Jenis-Jenis Vegetasi
Vegetasi Pantai : Vegetasi pantai dapat dijumpai di sekitar Teluk Sukamade dan Teluk Meru. Vegetasi ini terdiri dari formasi Prescaprae dan formasi Baringtonia. Formasi Prescaprae terdiri dari tumbuhan rendah yang didominasi oleh jenis herba, sebagian tumbuhan menjalar dan jenis yang paling banyak adalah ubi pantai (Ipomoea prescaprae) dan rumput lari (Spinifex squarosus). Formasi Baringtonia terdiri dari keben (Baringtonia asiatica), nyamplung (Calophyllum inophyllum), waru (Hibiscus tiliaceus), ketapang (Terminalia catappa), pandan (Pandanus tectorius) dan lain-lain. Jenis-jenis tumbuhan yang dominan adalah Ipomea pescaprea, Svinivax litoralis, Terminalia cattapa, Pandanus sp, Casuarina equisetifolia . Formasi pantai antara lain formasi Barringtonia yang ditandai oleh keben (Barringtonia asiatica), ketapang (Terminalia catappa), nyamplung (Calophyllum inophyllum), dll. Formasi vegetasi hutan pantai terdiri dari 2 tipe utama yaitu formasi ubi pantai (Ipomea pescaprae), dan formasi Barringtonia (25 50 m) pada daerah pantai yang landai dan akan berkurang luasnya jika pantainya terjal dan berbatu.

Gambar vegetasi pantai

Jenis yang paling banyak adalah ubi pantai (Ipomoea pescaprae) dan rumput lari (Spinifex squarosus). Formasi Baringtonia terdiri dari keben (Baringtonia asiatica), nyamplung (Calophyllum inophyllum), waru (Hibiscus tiliaceus), ketapang (Terminalia catappa), pandan (Pandanus tectorius) dan lain-lain. Vegetasi Payau : Vegetasi ini dapat dijumpai di bagian timur Teluk Rajegwesi yang merupakan muara Sungai Lembu dan Karang tambak, Teluk Meru dan Pantai Sukamade merupakan vegetasi hutan yang tumbuh di garis pasang surut. Jenisjenis yang mendominasi adalah bakau (Rhizophora sp.), api-api (Avicenia sp.) dan tancang (Bruguera sp.). Semua jenis pohon yang terdapat dalam formasi vegetasi ini mempunyai bentuk akar yang spesifik. Di muara sungai Sukamade terdapat formasi nipah (Nypa fruticans) yang baik formasinya. Vegetasi Rawa : Vegetasi ini dapat dijumpai di belakang hutan payau Sukamade. Jenis-jenis yang banyak dijumpai diantaranya sawo kecik (Manilkara kauki), rengas (Gluta renghas), pulai (Alstonia scholaris), dan kepuh (Sterculia foetida). Flora terdiri dari tanaman mengapung seperti: Pistia, Nymphoides, sebagian lagi tanaman yang dalam air seperti Ottelia dan Hydrilla.

gambar vegetasi rawa

Sebagian lagi tanaman yang berakar didalam lumpur dan bagian tanaman lainnya terdapat diatas air. Termasuk yang terakhir adalah kebanyakan Cyperaceae seperti Elocharis. Beberapa tanaman mengakhiri umurnya dengan mengapung seperti Nymphaea: juga Nelumbium tetapi tanaman ini mempunyai akar rimpang yang dalam lumpur. Nelumbium tidak berasal dari Indonesia, asalnya adalah Asia. Tumbuhan-tumbuhan laian yang menarik yaitu Eichhornia, tanaman yang mengapung berasal dari Amerika. Meskipun tanaman ini di Indonesia tidak membentuk buah, mereka toh berkembang secara vegetatif denga sangat cepat. Vegetasi Gambut Lahan gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah yang dibentuk oleh adanya penimbunan/akumulasi bahan organik di lantai hutan yang berasal dari reruntuhan vegetasi di atasnya dalam kurun waktu lama. Akumulasi ini terjadi karena lambatnya laju dekomposisi dibandingkan dengan laju penimbunan

bahan organic di lantai hutan yang basah/tergenang tersebut. Seperti gambut tropis lainnya, gambut di Indonesia dibentuk oleh akumulasi residu vegetasi tropis yang kaya akan kandungan lignin dan nitrogen. Karena lambatnya proses dekomposisi, di ekosistem rawa gambut masih dapat dijumpai batang, cabang dan akar besar (Murdiyarso et al, 2004). Secara ekologis, hutan rawa gambut merupakan habitat bagi spesies langka orangutan (Pongo pygmaeus) baik di Sumatera maupun Kalimantan, pemijahan ikan, reservoir air, yang ditumbuhi oleh vegetasi hutan hujan selalu hijau (evergreen), serta sumber pencaharian penduduk sekitar.

Gambar vegetasi gambut

Pembentukan gambut di beberapa daerah pantai Indonesia diperkirakan dimulai sejak zaman glasial akhir, sekitar 3.000 - 5.000 tahun yang lalu. Untuk gambut pedalaman bahkan lebih lama lagi, yaitu sekitar 10.000 tahun yang lalu (Brady, 1997). Jika dilakukan drainase atau reklamasi, gambut berangsur-angsur

akan kempes dan mengalami subsidence/ambelas yaitu penurunan permukaan tanah. Kondisi ini disebabkan air. oleh proses dan pematangan gambut dan

berkurangnya

kandungan

Lama

kecepatan

penurunan

tersebut

tergantung pada kedalaman gambut. Semakin tebal gambut, penurunan tersebut semakin cepat dan berlangsungnya semakin lama. Rata-rata kecepatan

penurunan adalah 0,3-0,8 cm/bulan, dan terjadi setelah 3-7 tahun setelah drainase atau pengolahan tanah (Najiyati et al, 2005). Vegetasi Hutan hujan dataran rendah (lowland rain forest) Komposisi flora hutan hujan dataran rendah agak bervariasi ditandai jenis yang dikenal dengan mussaendopsis beccariana, ficus sp, myristica sp, pterospermum, canangium odoratum, arenga pinatta, arenga sp, dan lain-lain. Vegetasi pada hutan hujan dataran rendah ini meliputi kurang dari 10 % dari luas TNLL dan terutama dapat dijumpai pada jalur sempit yang terbentang sepanjang batas utara dan barat pada ketinggian antara 200 sampai 1.000 m komposisi tumbuhan dari zona ini agak beraneka ragam, tidak dijumpai jenis tertentu yang dominan. Ciri vegetasi ini ditandai oleh adanya pohon yang dikenal sebagai Pawa (Rubiaceace), Ntrode (Pterospermun celebicum), Ndolia (Cananga odorata), Ngkera (Horsfieldia sp), Lawedaru (Knema atau Myristica) dan juga Palma saguer (Arenga pinata) dan take (Arenga undulatifolia), Mpire (Caryota sp). Pada umumnya jenis tumbuhan tersebut tidak terdapat pada ketinggian lebih dari 1.000 m.

Jenis tumbuhan lain yang diketemukan dalam zona vegetasi ini adalah Tahiti (Disoxyllum sp), Uru (Elmerillia atau Manglietia), Luluna (Celtis sp), Maro (Garcinia sp), Kaupahi, Dango (Carralia brachiata), Palili (Lithocarpus sp), Nuncu (Ficus sp), Tingaloko (Leea sp), Tea Uru (Artocarpus sp), Huka (Gnetum gnemon), Pangi (Pangium edule), Kau mpangana (Ardisia). Di beberapa tempat juga terdapat Vatica sp (Dipterocarpaceae) Durio zibethinus (durian), Duabanga moluccana (Lekotu) dan Octomeles sumatrana (benoang). Vegetasi ini bergabung dengan vegetasi sekunder yang tumbuh setelah hutan asli dibuka untuk perladangan dan kemudian ditinggalkan. Komposisi tumbuhan dari vegetasi sekunder ini bervariasi menurut umur serta lokasi tegakan. Secara umum dalam tahun pertama setelah ladang ditinggalkan muncul kemudian rumput-rumput dan jenis tumbuhan yang tak berkayu. Pada tahun kedua atau ketiga, herba penutup ini akan diganti oleh semak belukar yang lebat, yang didominasi oleh walobira (Melastoma malabathricum) dan atau hinduru (Villebrunnea sp). Jenis pohon yang kelak menggantikan semak belukar ini diantaranya wulaya ( Trema orientalis), hinanu (Callicapra), kuo (Alphitonia zizyphoides), paili (Lithocarpus). Jenis-jenis ini dapat membentuk suatu tegakan campuran, atau tegakan yang didominasi oleh beberapa jenis saja, tetapi bisa juga masing-masing menguasai areal tertentu untuk membentuk suatu tegakan murni. Sebagai tambahan bahwa tanah terbuka yang dibiarkan sesudah longsor terjadi, mungkin langsung seluruhnya diambil alih oleh (Casuarina sumatrana atau Pigaffeta elata) Vegetasi Hutan hujan pegunungan (mountain rain forest) Hutan hujan pegunungan yang merupakan 90 % dari luas seluruh areal TNLL didominasi jenis vegetasi seperti misalnya castanopsis asgentea, lithocarpus sp. Juga terdapat beberapa jenis yang agak terbatas jumlahnya seperti misalnya podocorpus, elacorpus, adinandra, listea, callohyllun, eucaliptus deglupta dan lain-lain.

Pada vegetasi hutan hujan pegunungan, karena lebih dari 90 % dari TNLL ini berada pada ketinggian di atas 1.000 m (antara 1.000 - 2.600 m), maka bagian terbesar vegetasi yang menutupi Taman Nasional ini adalah hutan hujan pegunungan. Vegetasi di zona ini ditandai oleh adanya dominasi dari jenis pohon tertentu seperti kaha (Castanopsis argentea), palili bohe, palili nete, palili pence (Lithocarpus sp) dan berbagai jenis Syzigium. Jenis lain yang juga terbesar tetapi kurang begitu umum ditemukan adalah jenis-jenis dari Podocarpus, Elaeocarpus, Adinandra, Lasianthus, Cinnamomum, Letsea, Callophylium. Salah satu pohon yang tajuknya terbesar yaitu Aghatis celebica dan Agathis philippinensis biasanya terdapat dalam suatu tegakan atau sebagai individu-individu yang tersebar pada punggung bukit di atas ketinggian 1.500 m, bersama-sama dengan Phyllocladus hypophyllus dan Pandanus sp, Litsea sp. Vegetasi jenis lain yang

mendominasi kawasan ini adalah Rhododendron sp (R. malayanum, R.celebicum dan R. Zollingerii), dan Vaccinium sp. Vegetasi Dataran Tinggi Jenis vegetasi yang dapat ditemukan di daerah dataran tinggi misalnya: h utan cemara

Gambar hutan cemara

Bercabang lurus, berdaun jarum, bercabang pendek. Pohon berjenis sedikit ini berdiri tegak. Bentuk kerucutnya beradaptasi dengan angin besar dan badai

salju. Tumbuhan ini tumbuh secara tersebar. Hutan ini juga dapat menghasilkan buah berbentuk kerucut. Spesies utamanya ; Firpine, Spruce, Cedar dan Cypress. Savana

Gambar hutan savana

Pohon tumbuh dengan jarak yang jauh antara satu dengan lainnya, juga ditumbuhi dengan semak dan rumput yang tingi. Pohon yang tinggi, yang sedang berbentuk paying, berdaun kecil dan berduri. Beradaptasi d engan kondisi yang kering. Rumput mati dimusim kemarau dan tumbuh kembali dimusim hujan. Pohon baobab dan akasia dapat terus tumbuh walaupun dalam kondisi kekeringan . habitat pohon dan rumput sangat disukai oleh hewan liar.

Anda mungkin juga menyukai