Anda di halaman 1dari 21

A. Apa itu Bioma Tundra?

Bioma tundra adalah sebuah ekosistem yang berada di wilayah luas dan hanya
ditemukan dataran tanpa pepohonan. Secara etimologis tundra berasal dari
bahasa Finlandia yang berarti tunturia yakni dataran tanpa pohon.
Bioma tundra hanya berada di area dekat kutub utara dan sebagian area kutub
selatan. Lebih tepatnya di lingkaran sekitar Artik dan Greenland. Selain itu,
terdapa di pulau-pulau kecil sekitar wilayah Antartika, kutub selatan.
Pembentukan bioma tundra karena lingkungan alamiah yang tidak
disinari matahari atau gelap dalam jangka waktu sangat lama. Akibatnya,
daerah bioma tundra hanya ditumbuhi pohon kerdil, lumut kerak (linchens), dan
sphagnum.

B. Ciri-ciri Bioma Tundra


Berikut ini ciri-ciri bioma tundra supaya mudah dikenali, yakni:

1. Sebagian besar wilayahnya ditutupi es atau salju dan dikenal sebagai


gurun es.
2. Waktu musim dingin sangat panjang dan diselimuti kegelapan. Sama
halnya dengan waktu musim panas sangat panjang dan selalu diterangi
cahaya matahari.
3. Fenomena permafrost dimana permukaan tanah membeku secara
permanen.
4. Kecepatan angin tinggi dan suhu sangat dingin, akibatnya menciptakan
vegetasi tumbuhan yang sama yakni tundra alpine.
5. Intensitas hujan tahunan sangat kecil dan air hujan tidak menembus
permafrost. Biasanya curah hujan tahunan mencapai 15 – 25 cm.
6. Luas bioma tundra disinyalir mencapai 20% dari permukaan tanah
yang ada di bumi.
7. Terdapat keanekaragaman biotik yang rendah dan struktur vegetasi
sederhana.
8. Tanaman yang tumbuh di bioma ini berusia pendek, hanya hidup 30
hari – 120 hari.
9. Energi dan nutrisi untuk tumbuhan berasal dari bahan organik yang
sudah mati.
10. Nitrogen tercipta karena fiksasi biologis, sementara fosfor dibuat
dari curah hujan.
11. Tanamannya mampu berfotosintesis meskipun intensitas sinar
matahari dan temperatur rendah.

C. Iklim Bioma Tundra


Dilihat dari pembagian iklim, bioma tundra ada di wilayah dengan iklim es abadi
dan iklim tundra. Jadi, iklim yang ada dalam bioma tundra adalah musim panas
dan musim dingin. Musim dingin terjadi saat bulan November hingga Maret, saat
itu waktu malam hari lebih lama.

Apabila posisi matahari berada di bawah garis khatuslistiwa menyebabkan


kawasan Artik mengalami 24 jam waktu malam. Musim panas terjadi bulan Mei
hingga Juli dengan intensitas hujan kurang dari 250 mm/tahun.

D. Flora dan Fauna Hidup di Bioma Tundra


Bioma tundra juga memiliki flora dan fauna khas yang hidup didalamnya.

1. Flora
Beberapa flora atau vegetasi yang ada di bioma tundra berbeda dari bioma
lainnya, yakni:

 Wilayah rawa terdapat jenis vegetasi rumput kapas,rumput teki dan


hillock tundra atau gundukan gambut.
 Wilayah cekungan basah, misalnya Greenland ditemukan bentula dan
semak salik.
 Wilayah agak kering tumbuh jenis umut, teki-tekian, Ericeceae, dan
tumbuhan dengan daun agak lebar.
 Wilayah lereng-lereng batu ditemukan alga, kerak, dam lumut.
Adapun faktor penyebab tidak ada pohon di bioma tundra karena waktu musim
panas lebih pendek dan membuat musim tanam pendek. Disamping itu, angin
yang berhembus di bioma tundra cukup kuat, akibatnya pohon besar sulit
bertahan dan tumbuh. Lapisan es yang menyelimuti permukaan tanah
menyebabkan akar tanaman sulit berkembang.

2. Fauna
Beberapa fauna yang ada di bioma tundra yakni rusa, kelinci salju, caribou,
muskox, burung elang, pinguin, beruang kutub, burung hantu, paus narwhal,
dan paus beluga. Selain hewan tersebut, ditemukan juga
beragam spesies mengunjungi bioma tundra ketika melakukan migrasi.
Misalnya, ketika musim tundra ada banyak spesies burung melakukan
perjalanan dari dataran tundra di Amerika.

E. Macam Jenis Bioma Tundra


Secara garis besar bioma tundra terbagi menjadi dua macam, yakni tundra
arktik dan tundra alpin.

1. Tundra Arktik
Bioma tundra arktik sudah ada sejak 10.000 tahun lalu dan dianggap bioma
termuda di dunia. Letak bioma ini berada diantara kutub utara dan hutan jenis
taiga. Banyak yang menganggap tundra artik sebagai tundra basah yang hanya
ada di seluruh wilayah sub-Arktik.
Struktur lapisan tanahnya membeku secara permanen dan dikenal dengan
permafrost. Selain itu, terdapat semak arktik berupa daerah aliran sungai dan
lembah yang terlindungi. Vegetasi tundra arktik merupakan sekumpulan
tanaman yang bertahan ketika iklim dingin.
Disinyalir terdapat sekitar 1700 vegetasi tanaman, termasuk semak-semak
rendah, lumut rusa, rumput, dan sedge. Selain itu, ada 400 varietas bunga
diantaranya crustise dan foliose lumut.

2. Tundra Alpine
Bioma tundra alpine berada di atas pegunungan yang tinggi dan memiliki suhu
udara sangat  dingin di dunia. Permukaan tanah di tundra alpine terkuras dan
tidak ada nutrisi.

Jadi, sangat mustahil ada pohon yang tumbuh karena jenis tundra ini dikenal
lebih kering. Adapun vegetasi tanaman yang dapat hidup disana antara lain
perdu, alang-alang, lumut daun, dan lichen.
Pengertian Bioma Savana

Bioma savana merupakan salah satu sistem biotik di muka bumi yang paling
besar, untuk menempati daerah yang paling terbesar di Benua Afrika, Amerika
Selatan dan  Australia. Sedangkan Savana adalah suatu ekosistem yang
terbentuk secara struktural sangat kompleks.
Dengan demikian bisa di sebut juga sebagai padang rumput yang menutupi
lahan yang terbuka cenderung ke dalam permukaan yang sangat memungkinkan
untuk terjadi nya lahan savana,
Dalam hal yang semacam ini merupakan faktor utama untuk melakukan
pembibitan pohon seperti yang ada di padang pasir, dengan curah hujan
musiman dalam satu tahunnya mencapai 50 sampai 150c yang turun secara
musiman.
Yang di mana perkembangan bervariasi pada bumi untuk menimbulkan musim
hujan yang sangat berat yang selalu berganti-ganti dengan musim kering. 
Sehingga perkembangan ekosistem semak akan mengarah ke belukar padang
pasir.

Proses Terbentuknya Bioma Savana


Dalam perkembangan ekosistem yang terbesar di benua afrika dalam hal ini
membentuk Padang rumput sabana yang secara alami bisa terbentuk karena
disebabkan oleh cuaca pada musim hujan.
Curah hujan yang rendah ini sangat menyulitkan perkembangan flora dan fauna
untuk bertahan hidup di area tersebut. Sehingga dapat mengakibatkan hanya
beberapa jenis tumbuhan Rumput yang mampu bertahan hidup dengan
lingkungan alam yang kering.
Ciri ciri Bioma Savana
1. Curah hujan rendah (hanya sekitar 150 mm/th)
2. Tumbuhan besar di daerah itu tumbuh nya secara berjauhan
3. Terdapat di daerah iklim tropis
4. Jenis tumbuhannya hanya xerofit
5. Tumbuhan tersebar di daerah tersebut secara berjauhan
6. Hewan yang tinggal di dalamnya ada pula hewan herbivore
7. Bulan basah hanya terdapat 2-3 bulan saja

Adapun Jenis tumbuhan pada lingkungan ini adalah Semak belukar atau


Tumbuhan xerofit saja yang mampu beradaptasi dengan cara memiliki kekurangan Daun
yang tidak banyak sehingga terdapat banyak duri dibandingkan daun.

Manfaat Bioma Savana bagi Masyarakat


Dalam hal ini Masyarakat sekitar juga bisa memanfaatkan daerah
sabana pada umumnya adalah sebagai berikut :

Ladang Pertanian
Ladang Pertanian di daerah ini merupakan jenis salah satu usaha pertanian yang
di memanfaatkan pada lahan kering, dan tidak membutuhkan banyak air
sehingga biasanya yang ditanam pada lahan ini adalah seperti tanaman kacang
– kacangan.

Lahan Peternakan
Dalam menggunakan wilayah ini, sehingga masyarakat dapat bebas membiarkan
berbagai macam ternak yang akan mereka makan, adapun beberapa jenis
hewan yang di ternak biasanya berupa sapi, kambing dan biri – biri, domba,
kerbau, kuda, babi dan kelinci.  
Akan tetapi yang paling dominan adalah jenis domba, karena hampir seluruh
masyarakat sekitar yang tinggal pada daerah ini memelihara domba.

Musim Pada Bioma Savana


Curah Hujan
Dengan memiliki Curah hujan yang sangat besar sekitar 90-150 cm/dalam satu
tahunnya, sehingga sangat bergantung pada kondisi cuaca dan frekuensi dalam
suatu waktu.
Karena dalam kondisi ini akan mengakibatkan savana terkenal dengan kondisi
yang sangat kering dan menjadi habitat makhluk hidup yang sesuai dengan
kondisi tersebut. Dalam sepanjang tahun suhu disini tetap hangat sehingga
musim hujan rata-rata suhu 35°C, memiliki tingginya suhu di daerah ini
membuat curah hujan menjadi rendah.
Flora Dan Fauna Pada Bioma Savana
Jenis Flora
Pada umumnya jenis Flora yang berkembang biak dalam lingkungan ini adalah
salah satunya jenis flora Rumput semak belukar ( xerofit), dan tidak pernah bisa
lepas dari permukaan bumi.

Dalam kondisi yang seperti ini adalah memiliki lahan yang kering sehingga
semua jenis tumbuhan tidak bisa tumbuh pada habitatnya pada lingkunganini.
Tumbuhan yang mampu hidup di savana dengan beradaptasi untuk membentuk
morfologi secara khusus guna mencegah penguapan air yang berlebihan.
Hal tersebut bisa kita dilihat dari berbagai bentuk daun yang tidak lebar, dengan
adanya tempat penyimpanan air, dan akar yang panjang.

Jenis Fauna
Dalam jenis fauna sama halnya seperti tumbuhan, kenapa demikian karena
hewan yang hidup di lingkungan savana sangat mampu untuk beradaptasi
dengan kondisi yang kering kering.
Selain itu juga faktor hewan yang dapat hidup di bioma savana ini adalah berupa
hewan yang memakan rumput seperti hewan yang berjenis herbivora.
Contohnya : Zebra, rusa, gajah, dan kerbau.
Dari beberapa jenis hewan herbivora diatas bisa kita temui juga pada beberapa
bioma seperti, pada Bioma Tundra . Apabila ketersediaan air dan makanan di
sebuah lingkungan Bioma Sabana semakin menipis hewan-hewan yang mampu
bertahan hidup di lingkungan tersebut.
Apa saja ciri-ciri dari bioma savana? - Bioma di bumi sangat beragam, salah
satunya adalah bioma savana. Savana merupakan daerah berupa padang
rumput luas dan terkadang berdekatan dengan hutan. Tidak jarang ditemui
Savana bertumpang tindih dengan bioma lainnya. Anda dapat mengenali sebuah
savana dengan memperhatikan ciri ciri bioma savana yang khas.

Savana atau dikenal dengan nama lain sabana merupakan salah satu bioma
yang ada di bumi. Savana menjadi habitat bagi berbagai flora dan fauna. Lokasi
savana umumnya berada di daerah tropis dan beberapa area subtropis di
sekitarnya. Hal tersebut membuat savana memiliki ciri-ciri khusus yang
membedakannya dengan bioma lain.

1. Persebaran Savana di Indonesia


Savana tersebar di daerah kering. Biasanya ciri-ciri daerah ini terdapat di area
beriklim tropis. Kondisi cuaca sangat mendukung adanya bioma savana.
Beberapa bioma savana juga bisa ditemui di area subtropis yang tidak jauh dari
area tropis. Perbedaannya di area subtropis tidak ditemui adanya tumbuhan
berupa pohon.

Indonesia merupakan negara yang terletak di garis khatulistiwa. Hal tersebut


menciptakan adanya bioma savana yang tersebar merata di berbagai daerah
Indonesia. Berikut contoh savana yang terkenal di Indonesia.

Nama Savana Letak


Savana Sumba Timur Nusa Tenggara Timur
Savana Tanjung Ringgit Nusa Tenggara Barat
Savana Pulau Kenwa Nusa Tenggara Barat
Savana Gunung Bromo Jawa Timur
Savana Gunung Merbabu Jawa Tengah
2. Suhu dan Curah Hujan
Ciri ciri savana yang kedua adalah suhu dan curah hujan di bioma tersebut.
Savana termasuk daerah kering dan tropis sehingga jarang ada hujan kecuali
musim penghujan. Sepanjang tahun suhu savana tetap hangat termasuk saat
kondisi hujan. Saat musim penghujan, rata-rata suhu 35°C. Tingginya suhu di
savana membuat curah hujan menjadi rendah.

Curah hujan di savana sebesar 90-150 cm/tahun. Besarnya curah hujan


tergantung kondisi cuaca dan frekuensi terjadinya hujan dalam suatu waktu.
Akibatnya bioma savana terkenal dengan kondisi yang kering dan menjadi
habitat makhluk hidup yang sesuai dengan kondisi tersebut.

3. Flora yang Hidup di Savana


 Flora tidak pernah bisa lepas dari bioma bumi. Kondisi savana yang kering
membuat tidak semua tumbuhan bisa tumbuh. Di bioma savana, Anda akan
menemukan sedikit tumbuhan tinggi. Secara umum tumbuhan yang ada adalah
rumput. Beberapa pohon yang dapat hidup utamanya berasal dari spesies
Acacia, Coryphautan, dan Eucalyptus.

Tumbuhan yang hidup di savana beradaptasi dengan membentuk morfologi


khusus untuk mencegah penguapan air berlebihan, menyimpan cadangan air,
dan menjangkau sumber air tanah. Hal tersebut bisa dilihat dari bentuk daun
yang tidak lebar, adanya tempat penyimpanan air, dan akar yang panjang.

4. Fauna yang Hidup di Savana

Sama seperti tumbuhan, hewan yang hidup di savana mampu beradaptasi


dengan kondisi kering. Selain itu, ketersediaan makanan juga menjadi faktor
penentu hewan yang dapat hidup di bioma savana. Melihat adanya makanan
berlimpah berupa rumput, hewan yang dapat hidup kebanyakan adalah jenis
herbivora. Anda dapat menemui zebra, rusa, gajah, dan kerbau di bioma
savana.

Beberapa jenis hewan karnivora juga bisa ditemui, seperti singa dan cheetah.
Apabila ketersediaan air dan makanan di bioma savana dirasa semakin menipis,
hewan-hewan tersebut dapat pergi lama untuk mencari sumber air dan makanan
di tempat lain.

Itulah keempat ciri savana khas yang perlu diketahui. Ciri ciri savana sangat
mudah dikenali dan dibedakan dengan bioma lain.
Ekosistem Danau 
Di dalam bumi, terdapat berbagai macam makhluk hidup. Tidak hanya itu, bumi
juga meliputi lingkungan dan segala komponennya. Makhluk hidup dan
lingkungan melakukan hubungan timbal balik dan interaksi. Hubungan ini
dikenal dengan sebutan ekosistem.

Pada dasarnya, ekosistem dibedakan menjadi 2 yakni ekosistem air dan


ekosistem darat. Ekosistem air atau perairan sendiri dibagi menjadi beberapa
macam. Beberapa diantaranya adalah ekosistem sungai, ekosistem laut, rawa
dan ekosistem danau.

Ciri-Ciri Ekosistem Danau


Danau adalah bentukan alam berupa cekungan yang terisi oleh air. Cekungan ini
berada di tengah-tengah daratan. Menariknya, air danau tidak selalu tawar.
Karena ada beberapa daerah yang terisi dengan air asin. Setiap danau memiliki
asal muasal yang berbeda-beda. Oleh karena itulah kenapa danau
memiliki macam-macam ekosistem.

Ekosistem danau jika dilihat dari jenis airnya dibagi menjadi beberapa macam.
Jenis yang pertama adalah danau air asin. Danau ini tidak mempunyai aliran air
sebagai pelepasan. Pasalnya, danau air asin merupakan tujuan akhir setiap
sungai di sekitarnya. Pelepasan yang dilakukan pada danau ini adalah
penguapan.

Jenis selanjutnya adalah danau air tawar yang pelepasannya adalah sungai.
Selanjutnya, ada danau air asam yang airnya memiliki keasaman tingkat tinggi.
Danau ini terisi oleh air belerang. Biasanya danau air asam merupakan kawah
gunung berapi. Selain itu, danau juga dibedakan berdasarkan kapasitas air,
produksi kandungan organik, dan sebagainya.
Ekosistem danau terdiri dari komponen abiotik dan biotik.
Komponen abiotik meliputi cahaya matahari, batu, angin, suhu, dan sebagainya
yang tidak hidup tapi berperan penting dalam ekosistem. Sedangkan komponen
biotik meliputi alga, enceng gondok, ikan, fitoplankton dan lain-lain.

Ekosistem yang terjadi di danau memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda
dengan ekosistem lain. Di bawah ini adalah beberapa ciri ciri ekosistem danau,
yaitu:

1. Penetrasi cahaya yang terbilang kurang

Sekedar informasi, ekosistem danau mempunyai penetrasi cahaya matahari


yang kurang. Hal tersebut dikarenakan sinar matahai yang tidak menembus
permukaan danau secara maksimal. Sinar matahari hanya bisa menembus
permukaan danau sampai dengan beberapa meter saja.

 2. Variasi suhu tidak mencolok

Rata-rata, ekosistem air danau yang tawar memiliki variasi suhu yang tidak
begitu mencolok perbedaannya. Meskipun demikian, suhu di danau air asam dan
asin pun tidak jauh berbeda antara suhu malam dan siangnya. Hal tersebut
dikarenakan sinar matahari yang tidak bisa menembus air hingga dalam.
Sehingga suhu di malam hari dan siang hari tidak jauh berbeda.

3. Jenis tumbuhan

Dalam ekosistem, tumbuhan adalah komponen yang tidak bisa terlepaskan.


Sama halnya dengan ekosistem yang terjadi di danau. Dimana tumbuhan adalah
salah satu komponen yang berkaitan. Flora yang identik dengan ekosistem air
danau adalah tumbuhan biji dan ganggang.

4. Dipengaruhi cuaca dan iklim

Cakupan danau memang tidak begitu luas sehingga wajar saja jika ekosistem di
danau sangat dipengaruhi oleh cuaca dan juga iklim. Air di danau memang tidak
pernah habis jumlahnya. Tapi ketika musim hujan, jumlah air danau bertambah
dalam jumlah yang banyak.

Di negara yang memiliki musim dingin, danau bisa membeli karena udara yang
dingin disana. Atas dasar itulah kenapa ekosistem di perairan danau sangat
dipengaruhi cuaca serta iklim.

Ekosistem memang begitu dipengaruhi oleh lingkungan sebagai salah satu


komponennya. Jadi wajar saja jika setiap danau dengan komponen berbeda
memiliki ciri yang berbeda pula.

Ekosistem danau terdiri dari komponen abiotik dan biotik.


Komponen abiotik meliputi cahaya matahari, batu, angin, suhu, dan sebagainya yang
tidak hidup tapi berperan penting dalam ekosistem. Sedangkan komponen biotik
meliputi alga, enceng gondok, ikan, fitoplankton dan lain-lain.

Ekosistem yang terjadi di danau memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda dengan
ekosistem lain. Di bawah ini adalah beberapa ciri ciri ekosistem danau, yaitu:

1. Penetrasi cahaya yang terbilang kurang


Sekedar informasi, ekosistem danau mempunyai penetrasi cahaya matahari yang
kurang. Hal tersebut dikarenakan sinar matahai yang tidak menembus permukaan
danau secara maksimal. Sinar matahari hanya bisa menembus permukaan danau
sampai dengan beberapa meter saja.

(Baca juga tentang komponen ekosistem)

Ekosistem Rawa         
Ekosistem Rawa juga termasuk salah satu ekosistem yang ada di bumi.
Ekosistem ini bukan ekosistem buatan manusia.
Biasanya rawa dipenuhi dengan tumbuhan yang tidak umum atau sulit jika harus
tumbuh di  perairan maupun daratan. Inilah yang membuat organisme di
dalamnya juga beragam. 
Interaksi antar makhluk hidup di dalamnya pun juga tidak jauh berbeda dari
ekosistem lainnya, di mana di dalam rawa juga terjadi jalinan rantai makanan
antar organisme satu sama lainnya.
Rawa masih termasuk ke dalam perairan, meskipun diapit oleh darat dan juga
perairan. 

Pengertian Ekosistem Rawa


Rawa-rawa atau disebut juga dengan rawa adalah daerah rendah yang dipenuhi
oleh genangan air.
Umumnya, permukaan air yang ada di rawa berada di bawah atau setara dengan
permukaan air laut. 
Sehingga airnya akan selalu tergenang dan tertutup oleh jenis tumbuhan air.
Ekosistem rawa juga dapat diartikan sebagai lahan yang secara ilmiah tergenang
oleh air dan hal ini terjadi secara terus menerus akibat drainase yang
terhambat.
Ada pula definisi lainnya yaitu tanah berlumpur yang terbentuk secara alami
maupun buatan dengan mencampurkan air tawar dan air laut yang dilakukan
sementara maupun permanen.

Ciri – Ciri Rawa


Melihat dari pengertian diatas, bisa disimpulkan beberapa ciri-ciri rawa antara
lain adalah:
 Jika dilihat dari segi air, rawa mempunyai air berwarna coklat
hingga kehitaman dan asam.
 Berdasarkan tempatnya, lokasi rawa-rawa bisa di area pedalaman
yang ada di daratan namun juga banyak yang berada di sekitar
pantai.
 Air rawa yang lokasinya berada di dekat pantai akan sangat
dipengaruhi pasang surutnya air laut. 
 Saat air laut pasang, permukaan air rawa akan tergenang. Berbeda
saat air laut sedang surut maka kawasan ini bisa tampak kering
bahkan tidak terdapat air sama sekali.
 Rawa yang terletak di tepi pantai akan banyak ditumbuhi pohon
bakau. Sedangkan yang berada di pedalaman daratan banyak
dipenuhi pohon nipah atau palem. 

Rantai Makanan pada Ekosistem Rawa


Di dalam masing-masing ekosistem, pasti akan terdapat rantai makanan.
Hal ini dikarenakan rantai makanan akan menunjukkan keberlangsungan
hubungan ekologi yang terdapat di dalam sebuah ekosistem. 
Hal ini juga berlaku bagi ekosistem rawa, di dalamnya terdapat rantai makanan
yang terjalin antar organisme yang ada di dalam rawa tersebut.
Berikut ini beberapa contoh rantai makanan yang terjalin di dalam ekosistem
rawa. 

1. Alga  → Ikan → Manusia →  Pengurai


Bisa dikatakan ini menjadi rantai makanan yang paling sering terjadi di rawa-
rawa. Alga yang berperan sebagai produsen sudah menjadi salah satu
organisme yang sering ditemukan di rawa.
Alga menjadi sumber makanan bagi ikan-ikan yang ada di sekitarnya. 
Ikan menjadi salah satu sumber makanan bagi manusia. Setelah itu rantai
makanan akan dilanjutkan oleh pengurai atau dekomposer yang akan
menguraikan sisa-sisa organisme yang telah mati. 

2. Rumput →  Serangga → Kadal → Ular →  Elang →  Pengurai


Pada ekosistem rawa ini, rumput menjadi makanan yang paling utama bagi
serangga di sekitar rawa.
Selain itu, rumput sendiri berperan sebagai produsen karena berperan
menghasilkan makanan bagi dirinya sendiri dan menjadi sumber makanan bagi
organisme lainnya. 
Kadal menjadi hewan yang sering ditemukan di kawasan rawa, di mana
serangga menjadi makanan utamanya. Kemudian kadal dimangsa oleh ular yang
menjadi konsumen tingkat II.
Dilanjutkan dengan ular yang dimangsa oleh burung elang yang menjadi
predator tingkat atas, karena tidak mungkin dimangsa oleh organisme lainnya.
Setelah burung elang mati, maka jasadnya akan diuraikan oleh mikroba.

3.  Lumut →  Serangga →  Ikan →   Burung Bangau →  Pengurai


Dalam rantai makanan ini, lumut yang ada di rawa berperan menjadi produsen
karena menghasilkan makanan bagi dirinya sendiri dan menjadi sumber
makanan untuk organisme lainnya.
Lumut menjadi sumber makanan bagi serangga-serangga di kawasan ekosistem
rawa. 
Selanjutnya serangga menjadi sumber makanan bagi ikan yang hidup di rawa.
Burung bangau menjadi predator atau konsumen tingkat III pada rantai
makanan ini karena memangsa ikan-ikan di rawa.
Setelah burung bangau mati akan diuraikan oleh pengurai atau dekomposer. 

4. Ganggang →  Ikan Kecil →  Ikan Besar →  Buaya Rawa → 


Pengurai
Sama seperti sebelumnya, pada ekosistem rawa juga terdapat ganggang yang
menjadi produsen dan menjadi sumber makanan bagi ikan-ikan kecil di
sekitarnya. 
Ikan-ikan kecil tersebut kemudian dijadikan sumber makanan oleh ikan yang
berukuran lebih besar. Di mana ikan besar akan menjadi konsumen tingkat II.
Dan predator tingkat atas diduduki oleh buaya yang kemudian memangsa ikan-
ikan besar tersebut. 
Buaya menjadi salah satu predator tingkat atas dalam ekosistem rawa,
mengingat sangat kecil kemungkinannya jika buaya dimangsa oleh organisme
lainnya di rawa.
Setelah buaya mati, bangkai buaya akan diuraikan oleh mikroorganisme dan
menjadi zat penting untuk lingkungan sekitar. 

5. Fitoplankton →  Ikan Kecil →  Ular →   Burung Elang → 


Pengurai
Fitoplankton menjadi dasar dalam rantai makanan ini yang mana dijadikan
sumber makanan bagi ikan-ikan yang hidup di rawa.
Kemudian ikan-ikan kecil dimangsa oleh ular yang menjadi konsumen tingkat
II. 
Ular kemudian dimangsa oleh burung elang yang merupakan predator tingkat
atas di rawa-rawa. Burung elang yang sudah mati nantinya akan diuraikan
menjadi zat penting dan nutrisi bagi tanah. 

Tabel Rantai Makanan pada Ekosistem Rawa


Dari semua rantai makanan di atas,
Kita dapat menyusun tabel rantai makanan ekosistem rawa seperti berikut:

Tingkatan Organisme

Produsen Lumut, ganggang, fitoplankton, tumbuhan sekitar rawa

Konsumen Tingkat I Ikan kecil, cacing, serangga, kadal

Konsumen Tingkat II Ikan besar, ular, burung bangau

Konsumen Tingkat III Buaya rawa, burung elang

Dekomposer/Pengurai Mikroorganisme 

Contoh Organisme pada Ekosistem Rawa


Organisme yang ada di dalam rawa-rawa pun sebenarnya sangat beragam.
Satu sama lainnya saling bergantung menjalin rantai makanan seperti yang
dijelaskan sebelumnya.
Adapun organisme yang ada di dalam ekosistem rawa adalah sebagai berikut. 

1.  Produsen
Produsen di dalam sebuah rantai makanan pada ekosistem rawa menjadi
organisme yang memiliki kemampuan menghasilkan makanan untuk dirinya
sendiri.
Sehingga mereka tidak bergantung dari organisme lainnya, atau yang juga
dikenal sebagai autotrof. 
Makanan yang dihasilkan didapatkan dari proses fotosintesis dengan
menggunakan bantuan sinar matahari serta unsur-unsur hara di dalam tanah. 
Organisme yang termasuk produsen di dalam rawa-rawa antara lain adalah
tumbuhan air, fitoplankton, lumut, dan alga yang menjadi sumber makanan dan
energi utama untuk makhluk hidup lainnya di rawa agar bisa bertahan hidup.

2. Konsumen Tingkat I
Untuk tingkat kedua dalam rantai makanan dipegang oleh pemakan produsen
tingkat I, di mana dalam hal ini merupakan herbivora atau pemakan tumbuh-
tumbuhan.
Di dalam ekosistem rawa yang termasuk ke dalam konsumen tingkat I pun
cukup beragam.
Mulai dari ikan kecil, bekicot, keong, cacing, siput, tutut, serangga air, udang
kecil, dan lainnya.
Semuanya termasuk sebagai konsumen tingkat I dikarenakan
merupakan organisme heterotrof, yaitu hidupnya tergantung dari produsen
sebagai penyedia makan.

3. Konsumen Tingkat II
Organisme trofik ketiga pada ekosistem rawa merupakan konsumen tingkat II,
umumnya yang masuk ke dalam kategori ini adalah hewan karnivora atau
hewan pemakan daging.
Yang termasuk sebagai konsumen tingkat II adalah ular, bangau, katak, bebek,
burung, ikan besar, dan lainnya.
Sama halnya seperti konsumen tingkat II yang berada di ekosistem lainnya,
jumlah mereka lebih sedikit dibandingkan konsumen tingkat I.

4. Konsumen Tingkat III


Yang merupakan konsumen tingkat ketiga bisa dikatakan sebagai predator
tingkat atas. Yang termasuk tipe konsumen tingkat III di  rawa adalah buaya
rawa dan burung elang. 

5. Pengurai 
Pengurai menjadi konsumen terakhir yang berperan menguraikan jasad
organisme yang sudah mati pada ekosistem rawa.
Di dalam kehidupan di rawa-rawa, yang termasuk tipe pengurai adalah jamur,
bakteri, dan cacing, Ketiganya termasuk sebagai mikroba yang menguraikan
makhluk hidup mati. 
Sehingga energinya bisa kembali lagi ke lingkungan dalam bentuk nutrisi yang
dapat menyuburkan tanah serta karbondioksida di udara.
Selain organisme di atas, terdapat pula beberapa komponen pendukung dalam
rawa-rawa seperti:
 Biotik: Gulma, eceng gondok, nila, udang, serta mikroorganisme
pengurai.
 Abiotik: Garam, suhu, batu, air, iklim, tanah, sinar matahari.

Masing-masing organisme di dalam ekosistem rawa memiliki perannya masing-


masing yang nantinya berpengaruh bagi keberlangsungan kehidupan di rawa-
rawa.Karena itulah kehidupan di rawa-rawa perlu diperhatikan dengan baik. 
Mengingat ekosistem rawa memiliki banyak manfaat bagi manusia. Termasuk
menyediakan pasokan air bagi makhluk hidup di sekitarnya. 

Ekosistem Sungai
Ekosistem sungai adalah bagian dari ekosistem air,
Sungai memiliki peranan besar dalam kehidupan manusia, contohnya
untuk PLTA dan pengairan.
Wilayah perairan ini juga merupakan habitat flora dan fauna sehingga
keberadaannya harus dijaga oleh manusia.
Pengertian Ekosistem Sungai
Ekosistem sungai adalah sistem ekologi alami yang terbentuk oleh interaksi
antara komponen biotik dan abiotik sungai.
1. Komponen biotik ekosistem sungai meliputi tumbuhan air dan
hewan air.
2. komponen abiotik nya adalah cahaya matahari, kimia air, dan suhu.
Sungai memiliki ciri-ciri khusus, yaitu airnya mengalir ke lautan serta kondisi
fisik dan kimianya mengalami perubahan secara terus menerus.
Kualitas air sungai sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan aktivitas manusia.

Rantai Makanan pada Ekosistem Sungai


Komponen penyusun ekosistem sungai berinteraksi dengan berbagai cara,
namun yang paling utama adalah interaksi makan dan dimakan.

Seperti juga di ekosistem darat, rantai makanan di sistem ekologi sungai juga
terdiri dari produsen, konsumen, dan dekomposer.

Di bawah ini terdapat beberapa contoh rantai makanan di ekosistem sungai.

1. Alga → Ikan Sepat → Burung Bangau → Buaya → Pengurai


Pada interaksi ini, alga berperan sebagai produsen. Alga kemudian dimakan oleh
ikan sepat, yang merupakan konsumen tingkat I.
Selanjutnya, ikan ini dimakan oleh konsumen tingkat II, yaitu burung bangau. 
Buaya yang juga tinggal di sungai lalu memangsa burung tersebut. Lama-
kelamaan, buaya akan mati dan bangkainya diurai oleh dekomposer.
Proses penguraian ini akan menghasilkan senyawa yang penting bagi kehidupan
organisme air.

2. Ganggang → Ikan Pemakan Tumbuhan → Ikan Bawal →


Pengurai
Ganggang atau alga merupakan sumber makanan dalam rantai makanan di
atas. Tumbuhan air ini dimakan oleh ikan pemakan tumbuhan.

Pada ekosistem sungai ini, ikan tersebut selanjutnya dimakan oleh konsumen
yang lebih tinggi, yaitu ikan bawal.
Ikan bawal adalah salah satu ikan predator air tawar. Hewan air ini lama-lama
akan mati.
Selanjutnya, dekomposer akan menguraikan bangkai ikan tersebut hingga
menjadi partikel mikroskopis di dalam sungai. 
3. Lumut → Ikan Kecil → Ikan Gabus → Buaya → Pengurai
Produsen lain yang dapat ditemukan di sungai adalah lumut. Tumbuhan kecil ini
menjadi sumber makanan bagi ikan-ikan kecil yang berperan sebagai konsumen
tingkat I.

Ikan pemakan lumut selanjutnya akan dimangsa oleh ikan predator sungai, yaitu
ikan gabus.
Ikan predator ini nantinya akan dimakan oleh buaya. Sebagai konsumen
tertinggi, buaya akan mati dengan sendirinya dan diurai oleh dekomposer.

4. Tanaman Kangkung → Serangga Air → Katak → Ular →


Pengurai
kangkung sering tumbuh di pinggir sungai. Tanaman ini merupakan tempat
sembunyi hewan air dan juga penghasil makanan bagi beberapa hewan
tersebut.
Pada ekosistem sungai ini, contonya adalah serangga air. Serangga ini hidup
dengan memakan tanaman tersebut.
Sebagai konsumen yang paling rendah, serangga akan dimakan oleh konsumen
yang lebih tinggi, misalnya katak. 
Ular lalu memangsa katak tersebut. Selanjutnya, ular akan mati dan tubuhnya
diurai oleh dekomposer.

5. Fitoplankton → Keong → Bebek → Manusia → Pengurai


Fitoplankton menjadi sumber makanan bagi banyak hewan air yang hidup di
sungai, salah satunya adalah keong.

Pada rantai makanan tersebut, keong kemudian dimakan oleh bebek.


Unggas yang berperan sebagai konsumen tingkat II ini lalu dimakan oleh
manusia.
Manusia lama-lama akan mati dan kemudian dikubur. Di dalam tanah,
dekomposer akan menguraikan jasad manusia tersebut.

6. Alga → Ikan Kecil → Ikan Salmon → Beruang → Pengurai


Contoh rantai makanan pada ekosistem sungai di atas dapat ditemukan di
sungai yang terletak di iklim subtropis.

Pada interaksi tersebut, alga dimakan oleh ikan kecil. Selanjutnya, ikan kecil ini
dimakan oleh konsumen tingkat II, ikan salmon.
Beruang yang lapar kemudian memangsa ikan salmon. Selang beberapa lama,
hewan omnivora tersebut mati.
Dekomposer pun menguraikan tubuh besar beruang menjadi partikel
mikroskopik.
7. Fitoplankton → Udang → Ikan → Burung Kuntul → Pengurai
Fitoplankton adalah organisme mikroskopik yang bertindak sebagai produsen dalam
contoh rantai makanan di atas.

Organisme ini dimakan oleh konsumen pertama, yaitu udang.


Lalu udang dimakan oleh ikan. Burung kuntul sebagai konsumen yang lebih tinggi akan
memangsa ikan.
Setelah beberapa lama, burung ini akan mati. Bangkainya yang tergeletak di
tanah akan diurai oleh dekomposer.

8. Fitoplankton → Udang → Ikan  Salmon → Anjing Laut →


Pengurai
Rantai makanan ini dapat ditemukan pada ekosistem sungai di bagian estuari
wilayah sejuk. Pada interaksi tersebut, fitoplankton dimakan oleh udang.

Selanjutnya, ikan salmon akan memangsa udang tersebut. Ikan salmon akan
dimakan oleh konsumen tertinggi pada estuari, yaitu anjing laut.
Setelah berselang lama, anjing laut akan mati dan dekomposer pun akan
menguraikan bangkainya.

Tabel Rantai Makanan pada Ekosistem Sungai


Dengan melihat contoh rantai makanan pada ekosistem sungai di atas,
Kita dapat mengelompokkan organisme yang hidup di ekosistem sungai ke
dalam beberapa golongan seperti pada tabel berikut.

Tingkatan Organisme

Produsen Ganggang atau alga, lumut, dan fitoplankton

Ikan kecil, serangga air, ikan pemakan tumbuhan, ikan


Konsumen Tingkat I
sepat, udang, dan keong

Ikan salmon, ikan gabus, bebek, katak, ikan bawal,


Konsumen Tingkat II
burung pemakan ikan

Konsumen Tingkat III Ular, buaya, beruang, anjing laut, dan manusia
Dekomposer/
Bakteri, cacing, dan siput
Pengurai

Contoh Organisme pada Ekosistem Sungai


Ekosistem sungai yang satu dengan yang lainnya memiliki organisme yang
berbeda.
Hal tersebut dipengaruhi berbagai hal, misalnya suhu, kedalaman, kadar garam,
dan intensitas cahaya matahari.
Berikut beberapa contoh organisme yang hidup di sungai.

1. Eceng Gondok
Eceng gondok merupakan tumbuhan air yang mengapung di sungai.
Tumbuhan ini menjadi tempat bertelur bagi ikan-ikan di sungai dan tempat
bersembunyi ikan dan serangga air.

2. Ganggang
Ganggang adalah vegetasi air yang bentuknya panjang dengan daun kecil
berbentuk jarum.
Tanaman air tersebut merupakan salah satu sumber makanan bagi ikan kecil
atau ikan pemakan tumbuhan.

3. Ikan Bawal

Sekilas, ikan bawal nampak seperti ikan piranha. Ikan tersebut merupakan ikan
predator air tawar dan dapat ditemukan di sungai-sungai di Indonesia.
Ikan bawal juga sering dikonsumsi oleh masyarakat.

4. Ikan Gabus

Pada ekosistem sungai sungai ini, ikan gabus merupakan ikan predator air
tawar.
Di negara lain, ikan ini disebut sebagai snakehead karena bentuk kepalanya
seperti ular. 

5. Udang 

Selnjutnya adalah udang, hewan ini merupakan salah satu hewan krustasea
yang hidup di sungai. Udang kecil sering menjadi makanan bagi ikan predator
besar.
Selain itu, udang juga kaya akan protein sehingga dijadikan sumber makanan
oleh manusia.

6. Buaya

Buaya merupakan hewan amfibi besar dan berbahaya.


Hewan tersebut akan memangsa hewan apa saja yang ada di sungai atau di
tepinya, contohnya bebek, burung bangau, dan ikan.

Keseimbangan ekosistem sungai sangat penting bagi kelangsungan hidup


organisme yang hidup di dalam atau di sekitarnya.
Sehingga, manusia harus menjaga keseimbangan ekosistem sungai tersebut,
misalnya dengan tidak membuang sampah atau limbah ke sungai. 

Anda mungkin juga menyukai