Berita kedua sampai kelima adalah rangkaian berita dengan tema yang sama.
Urutan pertama (berita ke-2) yang ditayangkan adalah ”Kampanye Ricuh –Peserta kampanye
terlibat tawuran–”, alasannya karena niai beritanya lebih banyak dibandingkan dengan lima berita
yang lainnya. Seperti nilai berita people, konflik, proximity, peristiwa, dan komunitas.
Urutan kedua, (berita ke-3) ” Kampanye Pemilu –SBY bantah dana stimulus untuk kampanye–”,
nilai beritanya adalah people, konflik, proximity, dan peristiwa.
Urutan ketiga (berita ke-4) ” Sosialisasi PEMILU”, nilai beritanya adalah people dan proximity.
Urutan keempat (berita ke-5) ”Asyiknya Nyontreng (4 Hari Lagi) –Membersihkan Lingkungan 3
hari selama minggu tenang–”, nilai beritanya adalah people dan proximity.
Menurut pendapat saya, seharusnya berita ini menjadi berita keempat setelah berita Kampanye
Pemilu. Karena nilai berita ini lebih penting dan lebih erat kaitannya dengan Kampanye Pemilu, SBY
bantah dana stimulus untuk kampanye. Dibandingkan dengan Sosialisasi PEMILU ini lebih banyak
konflik di dalamnya.
Sumber: Kutehku.multipley.com//journal/item/15/KARAKTERISTIK_MEDIA_MASSA
1. SURAT KABAR
1 Publisitas
Penyebaran pada publik atau khalayak. Semua aktivitas manusia yang menyangkut kepentingan umum
dan atau menarik untuk umum adalah layak untuk disebarluaskan. Pesan melalui surat kabar harus
memenuhi kriteria tersebut.
2 Periodesitas
Menunjukan pada keteraturan terbitnya, bisa harian, mingguan, atau dwi mingguan. Setiap hari
manusia selalu membutuhkan informasi. Selama ada kehidupan, selama itu pula surat kabar terbit.
3 Universalitas
Menunjuk pada kesemestian isinya, yang beraneka ragam dan dari seluruh dunia. Isi surat kabar
meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Jika tidak, tidak dikategorikan media massa.
4 Aktualitas
Kini. Keadaan sebenarnya. Laporan tercepat menunjuk pada kekinian, atau terbaru dan masih hangat.
Khalayak memerlukan informasi yang paling baru.
5 Terdokumentasikan
Dari berbagai berita ada yang dianggap penting oleh pihak pikah tertentuuntuk diarsipkan atau
dikliping. Misalnya berkaitan dengan instansinya, atau artikel bermanfaat untuk menambah
pengetahuan. Pengklipingan biasanya dilakukan oleh public relations.
2. MAJALAH
3. RADIO SIARAN
a. Auditori
Sifat auditori sebagai konsekuensi dari radio siaran untuk didengar. Pesan radio siaran harus disusun
secara singkat dan jelas, atau concise dan clear, atau harus be cristal clear.
b. Radio is the now
Mestinya siaran radio dibandingkan media massa lainnya lebih aktual.Selain hitungannya dalam detik,
proses penyampaiannya lebih aktual. Sering kali melakukan liputan langsung sari tempat kejadian
( rewriting to update ).
c. Imajinatif
Pendengar radio siaran bersifat imajinatif. Imajinasi berbeda dari setiap pendengarnya sesuai dengan
frame of reference nya.
d. Akrab
Sifat yang lain adalah akrab dan intim. Seorang penyiar radio seolah-olah berada di kamar pendengar,
menemani pendengar yang sedang melakukan aktivitasnya.
e. Gaya Percakapan
“ keep it simple, keep it short, keep it conversational” adalah rumusan penulisan berita radio.
Penyampaian pesan harus bergaya percakapan( conversational style). Menulis naskah radio siaran
haruslah sebagaimana kita berbicara kepada khalayak sasaran ( write the way you talk)
f. Menjaga Mobilitas
Mobilitas pendengar terjaga, karena pendengar tidak meninggalkan pekerjaan ketika mendengarkan
radio.
4. TELEVISI
a. Audiovisual
Dapat didengar sekaligus dapat dilihat. Gambar dan kata-kata keduanya harus ada kesesuaian secara
harmonis. Karena sifatnya ini, maka acara siaran berita harus selalu dilengkapi dengan gambar.
Untuk TV digital, teknologi yang digunakan adalah DVB-T yang telah ditetapkan standarnya melalui
Permen 7/2007. Segera ditetapkan teknologi radio siaran digital menggunakan teknologi T-DAB,
sebagai solusi telah penuhnya kanal. T-DAB yang dialokasikan berdampingan dengan TV analog pada
pita VHFsudah diterapkan secara operasional di beberapa negara dan well-proven, maka trial di
Indonesia tidak diperlukan lagi.
Setiap kanal frekuensi selebar 8 MHz (band IV dan V UHF) dapat digunakan untuk membawa 6
program siaran TV dan pada frekuensi selebar 7 MHz (band III VHF), dapat membawa 28 program
siaran radio. Program siaran TV dan siaran radio ditempatkan dalam slot yang merupakan bagian dari
kanal.
Penerapan siaran TV digital sebagai pengganti TV analog pada pita UHF dilakukan secara bertahap
sampai suatu batas waktu cut-off TV analog UHF yang ditetapkan (2015 di kota besar dan 2020 secara
nasional). Sedangkan untuk siaran radio, penerapan digital menggunakan teknologi T-DAB bukan
menggantikan standar radio yang ada (FM dan AM) melainkan pengayaan terhadap layanan jasa
penyiaran radio.
Wilayah layanan TV digital penerimaan tetap free-to-air DVB-T dan wilayah layanan radio digital
penerimaan tetap free-to-air adalah sama dengan wilayah layanan TV analog UHF sesuai KM76/2003.
Alokasi kanal frekuensi untuk layanan TV digital penerimaan tetap free-to-air DVB-T di Indonesia
adalah pada band IV dan V UHF, yaitu kanal 28 – 45 (total 18 kanal) dengan lebar pita masing –
masing kanal adalah 8 MHz. Namun, setiap wilayah layanan diberikan jatah hanya 6 kanal, karena 12
kanal lain digunakan di wilayah – wilayah layanan sekitarnya (pola reuse 3 grup kanal frekuensi).
Penjadwalan migrasi (contoh : Jabodetabek).
Alokasi kanal frekuensi untuk layanan radio digital penerimaan tetap free-to-air T-DAB di Indonesia
adalah pada band III VHF, yaitu kanal 5 - 10 (total 6 kanal) dengan lebar pita masing – masing kanal
adalah 7 MHz. Namun, setiap wilayah layanan diberikan jatah hanya 2 kanal, karena 4 kanal lain
digunakan di wilayah – wilayah layanan sekitarnya (pola reuse 3 grup kanal frekuensi).
Setiap slot ditempati oleh program siaran DVB-T yang berbeda – beda.
Masing – masing warna merepresentasikan 1 jenis penyelenggara program
siaran, sehingga bila ada 1 warna yang menempati lebih dari 1 slot berarti
ada penyelenggara program siaran yang memiliki lebih dari 1 jenis program
siaran.
Slot T-DAB pada kanal 7 MHz band III VHF