MEDIA
(Studi Pada Penyiar Radio RRI Pro 2 Banjarmasin)
Disusun Oleh:
ANUGRAH TIRTAYASA
1710414210004
secara bebas, seperti menyebarkan foto, rekaman vidio, atau pun berupa
rekaman suara.
seperti yang dibahas oleh Hunter (2002) dalam Nasrullah (2006) dengan
world without secret bahwa kehadiran media baru menjadikan sesuatu mudah
dicari dan terbuka. Media baru membuat para audiens juga memiliki peran
seperti media konvensional yang pesannya hanya bersifat satu arah, dengan
adanya media baru para audiens dapat menerima pesan dan berinteraksi secara
aktif dan memungkinkan mereka terhubung dengan jaringan yang lebih luas.
dari media konvensional mulai tergeser dengan banyaknya media baru yang
berjalannya waktu, internet memberikan peluang baru bagi radio siaran untuk
kembali naik semenjak ada konten podcast. Podcast adalah sebuah berkas
mengunduh berkas audio dari podcast hasil rekaman audio dapat diputar
secara berulang. Ini lah yang menjadi salah satu kelebihan tersendiri dari
podcast.
gadget iMac dan iPod karena podcast sendiri adalah sebuah rancangan yang di
akses melalui beragam sistem operasi seperti Android ataupun Windows. Dan
nya konten podcast adalah saat Adam Curry, seorang mantan VJ MTV
sekaligus penyiar radio pada era 1980-an yang resah dan jenuh dengan dunia
penyiaran radio. Hingga Adam berpikir untuk membuat sebuah konten audio
yang dapat di pilih dan didengarkan kapan saja. Sampai akhirnya dia bertemu
bernama Daily Source Code, yang dianggap sebagai podcast populer pertama
di dunia.
atau menyiarkan suatu program acara di sebuah radio. Selain itu menurut
(Burhan, 2015:99) Penyiar juga harus mampu membawakan program siaran
dengan format yang sudah di tentukan oleh pihak radio. Penyiar juga harus
menarik dan mampu menarik pendengar lebih banyak. Salah satu metode
yang dapat dilakukan oleh radio untuk menjangkau lebih banyak pendengar
Market Reseach dan penyedia data populix membuat survei yang melibatkan
dengan podcast. Hal ini membuat podcast memiliki potensi yang besar
sebagai konten audio digital untuk dapat terus berkembang dan semakin
diminati di masyarakat.
kreator podcast. Sebagai contohnya adalah Suculen Podcast yang dibuat oleh
entertainment yang ada dimasyarakat. Ada juga Podcast TIGA PAGI, yang
dialaminya. Dan Podcast Ghibah Laki-Laki yang dibuat oleh Edho Rama, Ari
Fajrian, dan Cecen Aditya yang membahas tentang hal-hal terkini yang
yang dimiliki oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Radio ini
yang memiliki kedudukan yang cukup strategis, karena dalam realitanya RRI
hampir seluruh wilayah Indonesia. Eksistensi RRI berawal pada saat awal
Peran RRI sampai saat ini sangat jelas selain membantu menyampaikan
siarannya berisi hal-hal kreatif dan ditujukan untuk kalangan anak muda, Pro
3 di saluran 88.8 FM yang siarannya berisi tentang hukum dan isu-isu politik
yang ada di Indonesia, dan yang terakhir ada Pro 4 di saluran 87.7 FM dan
99.6 FM yang siarannya berisi hal-hal yang menyangkut agama Islam dan
podcast dari para penyiar radio di RRI Pro 2 Banjarmasin. Hal tersebut
dikarenakan program siaran yang ada di Pro 2 merupakan Siaran Pusat
Kreativitas Anak muda, dan rentang umur penyiarnya juga masih tergolong
muda yaitu antara 20-25 tahun. Yang di asumsikan penulis akan lebih relevan
Pro2 Banjarmasin)”
pesan tentang persepsi penyiar radio terhadap podcast sebagai media baru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PENELITIAN SEJENIS
a) Jurnal yang ditulis oleh Efi Fadilah dan kawan-kawan; mahasiswa Jurnalistik
Distribusi Konten Audio”. Jurnal ini berfokus pada meneliti Podcast sebagai media
Aplikasi Spotify). Tugas Akhir ini berfokus pada peran sebuah Podcast terhadap
c) Jurnal yang ditulis oleh Dewi Mayangsari dan Dinda Rizki Tiara; Mahasiswi
podcast sebagai media peningkatan hasil belajar dan juga minat belajar para
Peran Podcast Nadia Faradinna, Kualitatif Menggunakan teori Objek Penelitian Mendengarkan podcast
Dalam Membangun 2020 yang sama yaitu berbeda. menimbulkan dampak yang
Kasus
Podcast Sebagai Efi Fadilah, Pandan Kualitatif Sama-sama Penelitian Podcast dapat digunakan sebagai
Alternatif Distribusi Yudhapranesti, meneliti mengenai tersebut lebih media alternatif distribusi konten
Konten Audio Nindi Aristi, 2017 peran Podcast berfokus audio. Namun, di indonesia
audio.
Podcast Sebagai Dewi Mayangsari, Kuantitatif Meneliti Peran Objek penelitian Media podcast dianggap efektif
Media Pembelajaran Dinda Rizki Tiara, podcast terhadap Mahasiswa PG- untuk meningkatkan hasil belajar,
Di Era Milenial. 2019 pendengar podcast. PAUD namun belum signifikan untuk
menurut John r. Wenburg dan William W. Wilmot adalah suatu usaha untuk
memperoleh makna. Sedangkan menurut Jurgen Ruesch dalam buku yang sama,
Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian
adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau
lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (Nurudin, 2016: 118)
adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari
seseorang ke orang lain, yang melibatkan lebih dari sekedar kata-kata, tetapi juga
ekspresi wajah, intonasi, titik putus lokal dan sebagainya. Di dalam buku yang sama
juga, Ngalimun dan Harles juga mengutip paradigma yang dipakai oleh Harold D.
Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah
dengan menjawab pertanyaaan: Who Says What In Which Channel To Whom With
What Effect?
distorted by noise, within a context, with some effect and some opportunity for
feedback. The communication act, then, would include the following components:
Context, source (s), receiver (s), messages, channerls, noise, sending or encoding
secara keseluruhan, dari seseorang untuk orang lain dengan berbagai tujuan yang
hendak dicapai oleh pengirim pesan. Selain untuk menyampaikan pesan, pengirim
pesan atau bisa juga disebut “Komunikator” mungkin saja memiliki tujuan lain ketika
mengirim pesan kepada penerima atau yang disebut “Komunikan”. Salah satunya
adalah dengan tujuan untuk melihat atau memprediksi perilaku seseorang. Pesan yang
disampaikan haruslah mendapat umpan balik atau feedback agar bisa disahkan
kelembagaan dari aliran pesan berkelanjutan yang paling luas dibagikan dalam
Tujuan Komunikator:
1. Memberi Informasi
2. Mendidik
3. Mempersuasi
Tujuan Komunikan:
didalam masyarakatnya.
1. Efek Kognitif
2. Efek Afektif
agar menjadi tahu tentang suatu hal, tetapi lebih dari itu. Setelah
2.2.3 Media
Media adalah segala sesuatu yan dapat diindera yang berfungsi sebagai
oleh panca indera manusia agar pesan dapat tersalurkan dengan baik.
Panca indera yang paling dominan biasanya adalah mata dan telinga.
a. Media cetak
pembacanya.
b. Media Elektronik
berbentuk digital.
c. Media Online
Media online adalah segala jenis atau format media yang hanya
bisa diakses melalui internet berisikan teks, foto, video, dan suara.
penting untuk berlangsungnya komunikasi. Jika tidak ada media, maka proses
praktis dan efektif. Apalagi jika berkaitan dengan komunikasi massa. Komunikator
dalam komunikasi massa wajib mencari media yang efektif untuk menyampaikan
pesan kepada komunikan. Media yang dipilih dalam menyampaikan pesan kepada
massa ini sering disebut media massa. Masyarakat pun lebih sering menggunakan
Menurut Denis McQuail dalam bukunya Teori Komunikasi Massa (2001: 43),
ciri utama dari media baru adalah adanya saling keterhubungan, aksesnya terhadap
kegunaan yang beragam sebagai karakter yang terbuka, dan sifatnya yang berada
Pengertian media baru diungkapkan secara lebih luas oleh Croteau (!997:12)
bahwa media baru yang muncul akibat inovasi teknologi dalam bidang media
meliputi televisi kabel, satelit, teknologi optic fiber dan komputer. Dengan teknologi
seperti ini, pengguna bisa secara interaktif membuat pilihan serta menyediakan aksi
interpersonal yang terdiri dari telpon, handphone, dan e-mail. Kedua, media bermain
interaktif seperti komputer, videogame, dan permainan dalam internet. Ketiga, media
semata-mata untuk alat namun juga dapat menimbulkan afeksi dan emosional.
Dengan segala bentuk dan fungsi dari sebuah media baru tidak begitu saja
langsung menggeser peran media lama atau tradisional yang ada selama ini. Media
tradisional masih tetap dibutuhkan oleh masyarakat untuk menjadi sumber informasi
Dalam hal ini, internet mungkin menjadi media baru yang paling
pesan. Internet memberi kemudahan akses bagi penggunanya. Semua orang yang
informasi dari komunikator kepada komunikan. Salah satu media untuk menyebarkan
audioblogs dan radio online (Bonini,2015). Akan tetapi, semenjak saat itulah istilah
Klass,2007). Setelah itu, Podcast kembali berkembang pada tahun 2005 seiring
dengan kelahiran iPod buatan Apple yang diperkenalkan oleh Steve Jobs. Mulai saat
itu, Apple menambahkan materi Podcast pada iTunes dengan tema-tema terbatas
kemasan-kemasan baru dalalam sebuah Podcast seperti talkshow, monolog dan juga
story telling. Bahasan atau topik yang disampaikan dalam sebuah Podcast juga
semakin luas, mulai dari hal-hal ringan yang biasa ditemukan pada keseharian yang
pengetahuan.
Saat itu keberadaan Podcast baru populer di Amerika Serikat, Daratan Eropa
dan Australia. Pada tahun 2008, PEW Research Center Menyebutkan Jumlah
pendengar Podcast di Amerika mencapai 18% dan bertambah menjadi 36% di tahun
2016. Meskipun angka ini tidak terlalu besar, namun program dan respon audiens
mengakses materi materi Podcast melalui komputer meja, namun saat ini telah
media Podcast melalui berbagai macam gadget. Dan dengan semakin banyaknya
topik yang ada, masyarakat juga dapat mememilih untuk mendengarkan topik yang
sebagai materi berformat audio atau secara lebih lengkap, yaitu: “a digital audio file
tahun 2020 mulai membawanya pada materi dalam bentuk audio visual. Para kreator
Podcast mulai memproduksi Podcast ke dalam medium video. Seperti halnya seorang
stand up comedy-an Uus yang mulai memproduksi Podcast dalam bentuk video, yang
podcast adalah saat Adam Curry, seorang mantan VJ MTV sekaligus penyiar radio
pada era 1980-an yang resah dan jenuh dengan dunia penyiaran radio. Hingga Adam
berpikir untuk membuat sebuah konten audio yang dapat di pilih dan didengarkan
kapan saja. Sampai akhirnya dia bertemu dengan Dave Winer, seorang pengembang
Blog audio yang bernama Daily Source Code, yang dianggap sebagai podcast populer
pertama di dunia.
Podcast di Indonesia sendiri mulai populer pada tahun 2015 yang dipercaya
dipelopori oleh komika stand up comedy bernama Adriano Qalbi dengan Podcastnya
yang berjudul “Podcast Awal Minggu”. Podcast ini berisi seputar keresahan Adri
tentang hal-hal yang biasa ditemui di kegiatan sehari-hari, yang dituangkannya
akun tersebut kini telah memiliki lebih dari 12 ribu pengikut dan lebih dari 250 track
dengan durasi rata-rata 45menit sampai satu jam. Selainitu kanal Podcast yang tidak
kalah populer adalah “Podcast Subjective” milik Iqbal Hariadi. Pada akunnya ini
iqbal membagikan pendapat pribadinya mengenai berbagai isu dan persoalan yang
dibahas secara ringan. Kanal Podcast ini telah memiliki lebih dari 5000pengikut
dari new media. Munculnya new media merupakan efek dari semakin banyaknya
sebagai alat untuk menyampaikan pesan secara cepat dan luas. Dengan adanya
internet, maka kebutuhan akan informasi dapat dengan mudah terpenuhi. Ditambah
lagi, new media kini menjadikan media konvensional tidak lagi menjadi pilihan
utama. Masyarakat cenderung menikmati layanan streaming yang dinilai lebih mudah
Perkembangan new media dapat dirasakan dengan hadirnya Podcast yang saat
ini sedang banyak dinikmati oleh masyarakat. Podcast menjadi suatu media baru di
dunia siaran Indonesia, khususnya pada konten audio. Pada era digital, Podcast
menjadi sebuah sarana dalam menyediakan konten menarik yang berbasiskan audio
dan memiliki durasi yang cukup lama dibandingkan radio. Peran Podcast sebagai
new media bukanlah sebagai pengganti posisi rado, melainkan memberikan alternatif
tetap mendapatkan tempat bagi sebagian kalangan yang lebih suka mendengarkan
Berdasarkan karakter new media yang telah jelaskan oleh McQuail di atas, Podcast
dapat dikatakan sebagai salah satu dari produk new media. Karena sifatnya yang on-
demand dimana audiens dapat menentukan sendiri waktu dan topik yang diinginkan
platform yang menyediakan fitur kolom komentar juga membuat Podcast menjadi
media yang interaktif dan memungkinkan terjadinya interaksi secara luas. Selain itu,
karena tidak perlu lagi mengandalkan streaming yang membutuhkan kuota internet
2.2.7 Radio
Radio memiliki beberapa pengertian menurut para ahli. diantaranya adalah
menurut Fiske (2005) Radio merupakan media auditif (hanya bisa didengar), tetapi
murah, merakyat dan bisa dibawa dan didengar dimana-mana. Radio berfungsi
sebagai media Ekspresi, komunikasi, informasi, Pendidikan dan hiburan. Radio
memiliki kekuatan terbesar sebagai media imajinasi, sebab sebagai media yang buta.
penyiarnhya. Pendapat ini di tegaskan oleh Asep (dalam Romli 2008) yang
menjelaskan bahwa radio menciptakan imajinasi (theatre of mind) dan mudah akrab
dengan audiens. Karakteristik radio siaran, antara lain: auditori (untuk didengar), isi
siaran sepintas dan tidak bisa diulang, identic dengan music, mengandung gangguan
timbul-tenggelam (fading) dan teknis, akrab dan hangat, suara penyiar hadir di rumah
(2010) menjelaskan bahwa rabio merupakan alat untuk pengiriman sinyal dengan
cara modulasi dan radiasi elektromagnetik. Gelombang ini melintas dan merambat
lewat udara dan juga bisa merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena
Gelombang radio adalah suatu bentuk dari radiasi elektomagnetik, dan terbentuk
frekuensi yang terdapat dalam frekuensi gelombang radio dalam suatu spektrum
elektromagnetik.
Melalui penjelasan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa radio
dapat mengirimkan pesan dalam bentuk audio. Hal ini membuat Radio dan podcast
memandu acara di sebuah stasiun radio. Untuk menjadi seorang penyiar radio
professional seseorang harus bisa memiliki kecakapan atau kepandaian dalam hal
berbicara.
Pada dasarnya penyiar adalah juru bicara stasiun radio siaran. Penyiar juga
dianggap sebagai ujung tombak dari sebuah stasiun radio, seorang penyiar dapat
pembawa acara atau pelawak, menangani olahraga, pewawancara, diskusi, kuis dan
narasi. Jadi dapat di katakan bahwa seorang penyiar radio harus cakap dan serba bisa
dalam membawakan berbagai macam jenis acara yang ada di dalam sebuah radio.
dilakukan secara kelompok. Disebut kelompok karena output dari siaran yang
dilakukan melibatkan banyak orang seperti penyiar, produser, penulis naskah, penata
musik, dan lain-lain. Namun saat tampil siaran diwakili oleh satu ujung tombak yaitu
penyiar atau presenter. Didalam jurnah yang di tulis oleh Purdiningtyas (2018)
disebutkan bahwa terdapat tiga keahlian utama yang wajib dimiliki oleh seorang
penyiar, Yaitu:
a. Berbicara
melakukan komunikasi secara lisan. Karena seorang penyiar itu harus bisa
bicara dengan kualitas vocal yang baik seperti pengaturan suara, pengendalian
tertentu.
b. Membaca.
Dalam hal ini kemampuan spoken reading, yakni membaca naskah siaran
c. Menulis
Yang dimaksud menulis adalah menulis naskah siaran. Karena sering kali
dalam bentuk pesan untuk membuat komunikan menjadi paham atau berubah sikap,
dari sebuah acara di stasiun radio.Seorang penyiar radio harus cakap dalam berbicara
dan juga dapat mengetahui apa saja yang diperlukan sebelum melakukan siaran radio.
Keberhasilan di setiap acara yang ada di sebuah stasiun radio di tentukan melalui
seberapa cakap seorang penyiar dalam membawakan acara. Hal ini juga terjadi di
podcast, menarik atau tidaknya sebuah podcast juga tergantung dari pembawaan si
2.2.9 Persepsi
Persepsi memiliki makna yang berbeda-beda dari para ahli yang
proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang
penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa
persepsi merupakan penafsiran yang unik terhadap situasi, bukan pencatatan yang
dapat mengenali objek atau fakta objektif dengan menggunakan alat individu.
Persepsi seseorang terhadap suatu objek tidak berdiri sendiri akan tetapi dipengaruhi
oleh beberapa faktor baik dari dalam maupun dari luar dirinya. Pendapat lain
arti.
informasi dan pesan singkat. Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli
Dari pendapat para ahli diatas dapat didefinisikan bahwa persepsi merupakan
proses penggabungan informasi yang diterima oleh individu melalui panca indra yang
a. Komponen Kognitif
b. Komponen Afektif
c. Komponen Konatif
1. Persepsi positif
Hal ini akan diteruskan dengan keaktifan atau menerima dan mendukung
2. Persepsi Negatif
yang tidak selaras dengan objek yang dipersepsi. Hal itu akan diteruskan
dipersepsikan.
atau peristiwa dan reaksi mereka dapat didasari oleh oleh factor-faktor seperti:
1. Pengalaman
3. Nilai individu
pada system nilai yang dianut. Nilai adalah komponen evaluative dari
Nilai bersifat normative mengenai apa yang baik dan buruk atau benar dan
salah.
4. Harapan
yang menunjukan kepada mereka bahwa apa yang mereka harapkan telah
Ridwan (dalam Reza, 2021) menyatakan bahwa terdapat tiga sifat dari sebuah
persepsi, yaitu:
objek dengan makna lebih lengkap dari sudut manapun. Karena informasi
yang lengkap tidak pernah tersedia, dugaan diperlukan untuk membuat
pengaruh yang ada dalam persepsi kita, konteks merupakan salah satu
pengaruh paling kuat. Konteks yang melingkungi kita Ketika melihat individu
Ridwan (dalam Reza, 2021) juga menambahkan bahwa persepsi yang digunakan
1962 melalui tulisannya yang berjudul The Guttenberg Galaxy: The Making of
Typograpgic Man. Dalam Febriana (2018) dijelaskan bahwa teori ini memandang
perkembangan dan jenis teknologi yang dikonsumsi oleh masyarakat itu sendiri
(McLuhan, 1994). Dengan kata lain, teori ini berusaha menjelaskan bagaimana
Pada dasarnya, teori ini berawal dari asumsi bahwa teknologi adalah kekuatan
3. “We shape our tools amd they in turn shape us”, yaitu pernyataan yang
yang kemudian membentuk diri kita (cara berpikir, perilaku dan budaya)
1. Periode Triba. Periode ini ditandai dengan budaya ucap atau lisan yang
komunikasi
tertulis tanpa interaksi tatap muka. Melalui budaya baca dan tulisan
periode ini, sifat komunikasi masih bersifat linier atau satu arah.
linier tetapi tidak dapat dilakukan pada periode literatur. Pada periode ini,
Melalui mesin cetak ini, tulisan dapat dicetak secara massal dan
pesan yan sama ke banyak orang. Dalam periode ini, manusia mulai bisa
ditemukannya inovasi teknologi tertentu, mulai dari lisan dan tulisan hingga
wilayah di dunia ini dapat terhubung dengan mudah. Media baru yang muncul
akibat inovasi teknologi, seperti televisi kabel, satelit, dan komputer. Dengan
teknologi seperti ini, pengguna bisa secara interaktif membuat pilihan serta
2014).
terhadap penelitian dengan menghubungkan topik serta konsep dan teori terkait.
Penelitian ini berawal dari munculnya Podcast sebagai alternatif audio. Kemunculan
Podcast ternyata mulai diminati khalayak dan tanpa terkecuali para penyiar radio.
Sebagai seorang penyiar radio, sebuah podcast merupakan dunia yang hampir sama
dengan dunia penyiaran radio, karena dasar dari output-nya adalah sama-sama audio.
Maka dari itu, didalam penelitian ini akan diteliti bagaimana persepsi seorang penyiar
radio terhadap podcast sebagai newmedia yang merupakan sebuah media massa yang
Determinasi Teknologi yang masih berkaitan dengan efek dari komunikasi massa dari
segi kognitif, afektif, dan behavioral. Untuk memudahkan proses berpikir, berikut
Teori Determinasi
Teknologi
BAB III
METODE PENELITIAN
menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan pelaku yang dapat diamati. Kualitatif berarti sesuatu yang berkaitan
dengan aspek kualitas, nilai atau makna yang terdapat di balik fakta. Kualitas,
linguistik, bahasa, atau kata-kata (Fitrah dan Luthfiyah, 2017: 44). Data-data
yang digunakan dalam metode kualitatif berupa kata-kata deskriptif atau lisan
menjadi kunci terhadap apa yang diteliti, dimana penelitian ini akan
Melalui tipe ini, data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan
terhadap apa yang sudah di teliti. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2018:
11) bahwa laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi
podcast sebagai media baru, maka melalui deskriptif diharapkan fenomena yang
dihasilkan atau didapat dari hasil wawancara bersama informan dapat tergambarkan
peran aktif peserta penelitian dalam memberikan informasinya (Raco, 2010: 8).
Partisipan penelitian dapat saja mengubah arah penelitian, kemungkinan ini bisa
terjadi akibat praduga atau asumsi peneliti yang ternyata tidak sesuai dengan apa
yang disampaikan oleh partisipan, berkaitan dengan itu pula dimana tujuan metode
Informan yang diwawancara pada penelitian ini terdiri dari tiga (3) informan
yang dibagi menjadi 2 bagian, yakni informan kunci (key informan), dan informan
pendukung.
paling besar terhadap penelitian. Informan kunci dalam penelitian ini adalah
penyiar radio di stasiun radio RRI dan podcaster pada podcast Ghibah Laki-
b) Informan Pendukung
dan memberi bantuan selama penelitian, bantuan dalam hal ini ialah mereka
mereka yang masih tergolong menekuni, terlibat dan aktif dalam proses
Daftar Informan
Tabel 3.1
seperti dokumen dan lain-lain. Maka sumber data dalam penelitian ini dapat
a. Data Primer
Data Primer adalah data utama yang diperoleh langsung dari
b. Data Sekunder
penulis. Sumber tertulis ini bisa didapat melalui buku, jurnal ilmiah,
arsip, dokumen pribadi, dan lain-lain yang dengan topik yang relevan
yang memiliki kredibilitas yang tinggi. Maka dari itu, tahap ini harus
akan berakibat fatal, seperti perolehan data yang tidak kredibel dan hasil
menulis catatan singkat sepanjang penelitian. Analisis data ini adalah upaya
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dari penelitian tersebut.
Secara umum, analisis data dalam penelitian kualitatif bergerak secara
induktif, yakni dari data/fakta menuju ketingkat abstraksi yang lebih tinggi,
pernyataan tersebut, dijelaskan lebih lanjut oleh Hardani bahwa analisis data
pada penelitian kualitatif ini lebih bersifat open ended dan harus disesuaikan
dispesifikkan sejak awal. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2018: 246)
datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data ialah reduksi data,
1. Reduksi Data
yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari lapangan (Idrus, 2009: 150). Data
yang diperoleh dari lapangan jumlahya cukup banyak, untuk itu maka perlu
dicatat secara teliti dan rinci. Dapat diperjelas, bahwa mereduksi data berarti
kita merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
247).
Dalam penelitian ini, data yang akan digunakan adalah informasi mengenai
sudut pandang podcaster terhadap podcast sebagai media baru yang didapatkan
pendukung.
2. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian
hal tersebut, maka Miles dan Huberman menyatakan, bahwa yang paling sering
3. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan pada awal atau asumsi dapat saja bersifat sementara, dan
tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
Dalam penelitian ini, penarikan kesimpulan jika jawaban dari hasil penelitian
sudah dianggap valid dan telah melalui keterangan secara mendalam dari
pola yang didasarkan atas empiris dengan pola yang di prediksikan. Jika
bertujuan untuk memvalidasi data. Validitas data berarti data yang telah
dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber yang telah ada diantaranya
dokumentasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan
Metode.
dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, mana yang berbeda dan mana
yang spesifik dari sumber data tersebut. Sehingga data yang telah dianalisis
Tabel 3.2
Waktu Penelitian
No Kegiatan Waktu Pelaksanaan
Desember Januari
September 2021 Mei 2022
2021 2022
1. Observasi Awal
2. Pengajuan Judul
dan Outline
4. Seminar Proposal
Skripsi
Waktu Penelitian
2022
No Kegiatan
Juli s/d September
Juni November Desember
September s/d Oktober
6. Perijinan Penelitian
7. Observasi dan
Wawancara
8. Revisi dan
Bimbingan Bab 4-5
9. Penyusunan Final
Laporan
penelitian, baik berupa data primer maupun data sekunder kepada informan
memenuhi kriteria, yaitu seorang penyiar radio aktif di stasiun radio RRI Banjarmasin
dalam Progam siaran RRI Pro 2 Banjarmasin . Penelitian ini melibatkan tiga orang
Stasiun Radio RRI Banjarmasin yang merupakan tempat bekerja para narasumber
1) Informan 1
Usia : 24 Tahun
2) Informan 2
3) Informan 3
Usia : 25
Podcast Ghibah Laki-Laki hadir pertama kali pada bulan februari tahun 2020.
Semenjak kemunculannya pertama kali, podcast ini menjadi salah satu podcast yang
masih konsisten untuk terus membuat konten audio Podcast di Kota Banjarmasin
hingga saat penelitian ini di tulis. Nama “Podcast Ghibah Laki-Laki” diambil karena
para podcasternya yang semuanya laki-laki dan gemar membicarakan atau dengan
Podcast ini berisikan tiga orang pria diantaranya ada Muhammad Ridho
Ramadhan (Edho), Cecen Aditya (Adit), dan Arie Fajrian (Ari). Mereka merupakan
radio. Para caster pun tidak selalu bertiga dalam membuat podcastnya, terkadang
Podcast Ghibah Laki-Laki juga mengundang tamu atau narasumber untuk hadir di
konten audio saja. Hal tersebut menjadi prinsip tersendiri di tengah banyaknya
podcast yang sekarang sudah banyak menjadi konten audio visual. Karena Menurut
Edho dan kawan-kawan, sebuah podcast memang sejatinya adalah sebuah konten
yang ingin menyajikan bahasan ringan namun tetap bisa informatif untuk para
mengedit dan juga sekaligus jalur distribusi sebelum akhirnya bisa di dengarkan
analisis data menggunakan metode pattern matching. Pattern matching menurut Yin
(2011) merupakan sebuah metode yang mempertemukan pola potensial dengan pola
empiris. Jika kedua pola ini ada persamaan, maka hasilnya akan menguatkan validitas
internal studi kasus yang bersangkutan. Pada hasil temuan ini, peneliti menganalisis
memandang podcast sebagai sebuah new media. Dalam hal ini, asumsinya adalah
podcast menjadi sebuah media audio yang dapat menjadi alternatif untuk mencari
informasi atau hiburan. Disebut alternatif dikarenakan sudah ada media audio lain
yaitu radio yang telah hadir lebih dahulu dari pada podcast. Terlepas dari sifatnya
yang hanya menjadi alternatif, podcast tetap dapat memenuhi fungsinya sebagai
sebuah media massa yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan informasi dan
kelebihan untuk dapat memberikan kebebasan kepada para podcaster dalam memilih
tema percakapan apa yang ingin disajikan kepada para pendengar. Kebebasan
tersebut tidak hanya untuk si podcaster, namun juga kepada pendengarnya dalam
menerima informasi dan hiburan yang disajikan. Berbanding terbalik dengan radio,
dimana para penyiarnya hanya dapat memberikan informasi yang memang sudah
disiapkan dan juga adanya peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan oleh pihak
radio.
Asumsi tersebut kemudian didukung oleh hasil wawancara yang dilakukan
kepada 3 (tiga) orang informan yang aktif dalam membuat konten podcast dan juga
menjadi seorang penyiar radio. Secara umum, mereka mengartikan podcast sebagai
sebuah media audio terbarukan yang dapat lebih bebas dalam memberikan dan
menerima informasi dan hiburan dari seorang penyiar kepada pendengarnya. Seperti
mendapatkan informasi. Yaa itu menjadi salah satu kelebihan podcast yaa
jadi mereka masih bisa mendapatkan informasi tanpa harus terpaku untuk
“Kalo aku siih sebagai penyiar radio seneng banget yaah, karena
akhirnya ada platform lain yang tidak kaku. Karena di beberapa radio
ada beberapa peraturan yang kita gak bisa bebas membahas suatu hal.
Naah di podcast tuh kita bisa menyalurkan hal-hal yang gak bisa kita
bahas di radio. Jadi podcast tuh penyalurku disamping siaran dimana aku
bisa bahas topik-topik yang emang aku pengen bahas aja.” (Arini).
Walaupun podcast merupakan sebuah new media, bukan berarti podcast dapat
menggantikan peran dari media konvensional. Hal itu dikarenakan meskipun sama-
sama menjadi sebuah media massa yang sifatnya adalah audio, baik podcast maupun
informasi yang ingin diberikan dan diterima. Sedangkan untuk radio, media massa ini
memiliki kelebihan dalam memberikan informasi yang sifatnya faktual dan juga
aktual. Kelebihan lain yang yang dimiliki radio yang tidak dimiliki oleh media massa
lainnya adalah element of surprise, dimana informasi yang didapat tidak dapat
ditebak oleh pendengarnya dan juga hanya dapat didengarkan satu kali saja. Hal
tersebut lah yang membuat sebuah new media sebenarnya tidak selalu menjadi
pesaing dari media konvensioal, melainkan bisa juga menjadi penunjang. Seperti
terdahulu. Jadi gak selalu menjadi pesaing media lama, justru bisa jadi
memiliki peran sebagai media massa yang sifatnya alternatif media audio sama
pentingnya dengan radio. Podcast dapat memenuhi kebutuhan informasi dan hiburan
dalam menentukan dan memilih tema yang ingin disajikan oleh podcaster untuk dapat
diterima oleh pendengarnya. Podcast sebagai new media juga hadir bukan sebagai
sebuah new media. Dalam hal ini, isu utama yang diidentifikasi adalah alasan tertarik
mendengarkan podcast, jenis konten yang disukai, dan perbedaan yang dirasakan saat
mengapa menjadi tertarik untuk mendengarkan podcast. Salah satunya adalah bisa
“Karena yaa itu bisa mendapatkan sudut pandang baru walaupun masih
sesuai dengan opini yang disampaikan podcasternya. Pertnyataan ini didukung oleh
“Karena podcast tuh kan sudah banyak yaa, jadi kita bisa dapat informasi
dan sudut pandang baru dari para podcaster. Ditambah kita bisa memlilih topik
Selain itu menurut para informan, podcast mampu menyajikan konten yang
lebih beragam sesuai dengan kesukaan mereka. Jenis-jenis konten yang paling
diminati oleh para informan adalah konten yang isinya merupakan komedi ringan
dengan diselingi oleh konten inspiratif yang mengundang narasumber yang kredibel
di bidangnya untuk dapat mendapatkan insight baru dari podcast tersebut. Hal ini
“Aku biasanya siih Stand Up Comedy terus podcast yang inspiratif yang
“Yang pasti yang ringan-ringan aja karena sudah hectic sama pekerjaan.
Jadi yaudah lah podcast yang komedi kayak podcastnya podkesmas atau trio kurnia
“Aku random siih sebenernya, kayak komedi aku suka seperti podcast anak-
anak stand up namanya Podcast Agak Laen. Atau podcast yang isinya story telling
kayak Podcast Teman Tidur, itu seru menurut aku, aku suka pembawaannya. Terus
juga ada podcast yang isinya mantan penyiar radio semua, namanya Podcast Rapot.
Aku suka karena penyampaian topiknya tuh kayak siaran radio tapi dibikin versi
podcast, seru banget. Jadi intinya aku emang suka podcast yang isinya hiburan
mendengarkan podcast dengan tujuan mencari hiburan dan diselingi untuk mencari
informasi yang bisa mendapatkan insight baru dari podcast yang mereka dengarkan.
Jenis konten yang dikonsumsi merupakan salahsatu faktor penting untuk diteliti.
Dengan mengetahui jenis konten yang disukai, maka dapat diteliti sejauh mana para
podcast dikonsumsi karena memiliki kelebihan yang tidak dapat dimiliki oleh media
lain, yaitu dapat dikonsumsi sambil melakukan aktivitas, seperti berkendara, dalam
karena fleksibilitas dan keberagaman konten yang ada didalamnya. Pada dasarnya,
informasi dan hiburan akan semakin kompleks. Oleh karena itu, para pengguna media
baru memilih media yang lebih praktis dan efisien untuk memenuhi kebuthan
informasi dan hiburan. Dalam hal ini, podcast telah berperan dalam memenuhi
merupakan penyiar dan mantan penyiar radio yang merupakan media konvensional
pengalaman yang didapat informan dalam mendengarkan podcast ada dua hal, yaitu
tema yang ingin didengar, dan kebebasan mendengarkan dimana saja. Banyaknya
dalam menentukan tema yang ingin didengar. Kebanyakan pendengar podcast lebih
suka mendengarkan tema podcast yang memang cukup dekat dengan kehidupan atau
menarik untuk mereka. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Arini dan Arie:
“Yang aku rasain podcast itu tematik yaah. Jadi walaupun bebas bahasannya
tapi tetap ada tema di setiap episodenya. Itu siih enaknya jadi kita bisa milih topik-
“Kalo podcast kan pembahasannya bisa kita pilih sendiri, kayak pembahasan
yang seru-seruan atau mau pembahasan yang serius kayak konspirasi.” (Arie)
Dan yang dimaksud dengan dual fungsi adalah para pendengar podcast bisa
informasi melalui berita yang di bawakan dan hiburan berupa lagu-lagu yang diputar.
Podcast dapat memberikan informasi dan hiburannya sekaligus hanya dengan melalui
percakapan yang disajikan tanpa ada segmen tertentu. Hal ini didukung oleh
“Mungkin iya, karena ada beberapa topik yang saat aku dengerin podcast
aku baru tau ada sesuatu hal yang kecil-kecil lewat podcast mereka. Biasanya siih
lewat podcast komedi ringan karena mereka kan biasanya membahas hal yang lagi
tempat tersendiri dalam benak informan sebagai sebuah new media yang bergerak
Sub bab ini peneliti akan menjabarkan bagaimana seorang penyiar radio dapat
membuat dan mendapatkan hiburan secara lebih fleksibel dan praktis. Dari hasil
wawancara yang didapati beberapa faktor yang membuat seorang penyiar radio
ditetapkan oleh pihak radio, hal tersebut bisa membuat gerak dari seorang penyiar
radio menjadi cukup terbatas untuk dapat memberikan informasi dan juga hiburan
kepada pendengarnya. Sebagai sebuah media baru yang sifatnya sama-sama berupa
audio seperti radio, podcast hadir dengan sifatnya yang sama dengan radio namun
“Karena sebagai penyiar radio kita butuh tempat pelarian juga untuk bisa
ngobrolin apa yang kita inginkan melalui sebuah konten audio. Karna kalau di radio
kan kita gak bisa terlalu bebas berbicara karena ada peraturan-peraturan yang udah
ditetapin sama pihak radionya. Jadi dari pada cuman sekedar ngobrol doang
“Motivasi terbesarnya siih karena aku butuh tempat seru untuk ngobrolin
sesuatu yang bisa di bagikan ke orang lain. Tempat ngobrol yang aku maksud juga
itu yang aku dan temen-temen aku bisa bebas ngomong apa aja. kalau di radio kan
Dalam hal ini, motivasi yang membuat seorang penyiar radio membuat podcast
adalah kebebasan dalam menentukan topik dan juga bahasan untuk disampaikan.
dan di podcast. Hal ini sesuai yang telah diungkapkan oleh Arie:
“Iya itu pasti. Pas pertama kali dengerin podkesmas baru tau kalo ternyata
ada beberapa obrolan yang ternyata bisa di bikin konten. Terus akhirnya pengen
bikin deh podcast yaa buat diri sendiri aja dulu walaupun gak banyak yang dengerin,
tapi paling enggak ada karya yang bisa dibikin di media audio.” (Arie)
Dari hal yang diungkapkan oleh Arie tersebut membuktikan bahwa dengan
audio berupa podcast. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Arini melalui
ucapannya:
“…Karena aku juga kenapa jadi bikin podcast awalnya ngedengerin podcast
beragam, baik kepada pendengarnya maupun kreator podcast tersebut. Dampak yang
terjadi adalah adanya perubahan dari segi pola pikir maupun perilaku. Pernyataan ini
“Entah untuk mendengarkan atau membuat podcast itu pasti dapat merubah
pola pikir kita. Karena apa yang kita bicarakan atau dengarkan di podcast banyak
masukan yang bisa kita cerna. Entah apakah informasi yang kita dapatkan ini adalah
hal yang sudah pernah kita alami atau ternyata bisa jadi pertimbangan kita dalam
“Jelas banget, dengan tadi makin banyaknya podcast yang bermunculan kita
bisa dapet sudut pandang baru yang nisa merubah pola pikir kita. Kalau untuk
perilaku mungkin kurang yaa, tapi lebih kesikap siih. Jadi karena kita mendengarkan
podcast lain kita bisa tau harus bersikap bagaimana kalo nemuin hal yang sama
Dilihat dari hasil wawancara diatas, podcast memiliki implikasi dalam merubah pola
pikir dan juga perilaku. Para informan tidak menjadikan podcast hanya sebagai media
hiburan saja, tetapi juga meperoleh pengetahuan untuk aktualisasi diri. Namun,
implikasi podcast dalam ranah perubahan perilaku tidak begitu besar. Dengan kata
lain, kehadiran podcast saat ini belum sampai pada tahap perubahan perilaku dan
budaya.
membuat podcast adalah aksesnya yang digital. Akses podcast yang sifatnya adalah
digital memberikan kemudahan dalam membuat konten audio. Tidak seperti radio
yang masih analog karena masih harus menggunakan pemancar untuk siaran, dalam
membuat podcast alat yang digunakan pun lebih praktis dan pendistribusiannya juga
lebih mudah dan murah karena hanya menggunakan internet saja. Cukup dengan
bermodalkan smart phone dan akses internet siapapun sudah dapat membuat podcast.
“Iyah, awalnya itu. Karena bikin podcast kan gampang yaah, bisa pake hape
yang diberikan oleh podcast dapat membuat seorang penyiar radio yang sama-sama
memberikan informasi dan juga hiburan yang sifatnya adalah konten audio menjadi
4..2.4.4 Feedback
Podcast juga memberikan feedback yang lebih interaktif baik untuk
dibuatnya apakah banyak yang menyukai atau tidak karena dapat dilihat berdasarkan
like dan komentar yang diberikan oleh pendengar. Pernyataan ini sejalur dengan yang
“Bisa jadi, karena kalau radio kan kita yaa cuman bisa ngomong atau siaran
yaa di kantor aja, sedangkan podcast kita bisa bikin dimana aja dan kapan aja. Dan
juga kalau radio kan sifatnya satu arah, kita ngomong yaa yaudah cuman bisa di
dengerin, tapi kalau di podcast setelah kita keluarin episode baru bisa dapat
“Benar. Karena keseharian aku menjadi penyiar radio yang dimana kita tuh
kan Cuma bisa menyampaikan ke orang-orang yaa saat di radio aja, dan di tambah
cuman bisa di dengerin aja. Sedangkan di podcast kita bisa bikin kapan aja kita mau,
dan jadi tahu bahwa orang suka atau enggak dengan apa yang kita bahas melalui
para pendengar podcast memberikan dampak kepada para pembuat podcast menjadi
lebih termotivasi dalam membuat konten audio podcast karena adanya kedekatan
Berdasarkan hasil temuan dari wawancara yang telah dipaparkan diatas, dapat
diketahui motivasi dari penyiar radio dalam membuat podcast. Dengan menggunakan
logika Pattern Matching maka pola yang dapat dilihat adalah pola konsumsi
penggunaan podcast. Pola konsumsi ini kemudian memunculkan bagaimana proses
penyiar radio mengenal podcast hingga dapat termotivasi untuk membuat podcast.
Pola konsumsi ini menghasilkan 3 tahap yang dapat digambarkan pada bagan
yang ada di bawah ini:
Pengenalan
Podcast
Pengalaman
Mendengarkan
Podcast
Motivasi Membuat
Podcast
4.3.1 Pengenalan Podcast
Hadirnya podcast sebagai salah satu media baru khususnya dalam konten
audio ini memang sudah berkembang pesat. Aksesnya yang digital membuat podcast
banyak digandrungi oleh para penikmat konten audio. Seperti jawaban yang di
berikan oleh Edho dari hasil wawancara secara mendalam, salah satu hal yang
untuk dinikmati berbarengan dengan melakukan kegiatan lain. Hal ini menunjukan
bahwa para pendengar podcast merupakan khalayak aktif dan mempunyai hak untuk
menentukan media apa yang ingin dikonsumsi dalam hal mencari infromasi.
yang disampaikan oleh para informan cukup beragam. Salah satunya adalah
pandangan yang diberikan oleh para informan yaitu Edho, Arie, dan Arini yang
yang ingin didengar di podcast dapat disesuaikan dengan memilih topik yang dekat
dengan kehidupannya. Hal tersebut membuat pendengar podcast merasa kondisi yang
dialaminya juga dirasakan oleh si pembuat konten. Pandangan ini mengarah kepada
siaran radio. Hal ini sejalan dengan karakteristik media baru dalam (Vindiynasari,
2018), salah satunya jaringan (networking). Dalam hal ini jaringan terdapat dalam
media baru internet yang berfungsi untuk saling menguatkan serta mempermudah
orang untuk menemukan dan mencari informasi. Hal tersebut menandakan bahwa
informasi yang sama bisa di dapatkan pendengar tidak hanya melalui podcast saja
membuatnya jadi tertarik untuk terjun ke dunia podcast agar dapat kembali
merasakan dunia siaran yang memiliki nilai lebih pada aspek kebebasan.
2017:9)
teknologi itu sendiri. Seperti contoh yang telah dijelaskan di atas bahwa pandangan
setelah mendegarkan podcast salah satunya adalah mengarah pada sisi emosional
pendengarnya.
Pada tahap ini akan dijelaskan mengenai bagaimana pengalaman yang diterima
penyiar radio saat mengkonsumsi konten dan teknologi itu sendiri. Dengan informasi
yang diterima dari pengalaman penyiar radio mengkonsumsi podcast, maka dapat
mengarahkan penelitian ini untuk menjawab motivasi dari penyiar radio dalam
membuat podcast.
Salah satu faktor penting dalam dalam memproduksi kanal media adalah
konten yang menarik dan dekat dengan dunia pendengar. Menarik atau tidaknya
maka dapat dikategorikan konten apa saja yang digemari oleh pendengar.
podcast bukan lagi hanya untuk mendapatkan hiburan, tetapi juga mendengarkan
Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara yang disampaikan oleh masing-masing
informan mengenai jenis konten yang disukai. Jawaban dari informan memang cukup
beragam, namun ada persamaan dari jawaban yang diberikan oleh para informan.
Yaitu konten yang cukup diminati adalah jenis konten yang dapat memberikan insigh
atau masukan baru untuk diri dan cerita-cerita yang dekat dengan kehidupan sehari-
hari.
Seperti informan kunci Edho yang menyukai konten yang isinya mengundang
diyakini Edho dapat memberikan insigh baru dan juga sudut pandang baru karena
dirinya belajar dari pengalaman orang lain yang membuat pemikirannya tidak hanya
terpaku pada satu sudut pandang saja. Melihat hal tersebut bahwa pola konsumsi
podcast mengandalkan konten yang berkualitas. Pembawaan dari dari nama seorang
pembuat podcast atau narasumber yang diundang dapat mengundang semakin banyak
pendengar podcast tersebut dan juga menjadi faktor yang menentukan pola konsumsi
mendapatkan ilmu baru tanpa merasa digurui oleh si pembuat konten. Hal ini
Sedangkan untuk Arie dan Arini lebih cenderung menyukai jenis konten yang
bersifat hiburan ringan. Jenis konten ini biasanya didengarkan setelah menjalankan
aktifitas seharian yang cocok didengar saat istirahat menjelang tidur. Isi kontennya
yang membahas hal-hal ringan yang menghibur dan juga dekat dengan kehidupan
sehari-hari si pendengar, membuat para pendengarnya merasa memiliki teman
bercerita.
keunggulan terlebih dari pada radio. Fleksibilitas dan dapat didengarkan melalui
menyukai hal-hal yang serba cepat dan instan karena semakin padatnya aktivitas yang
dijalani. Salah satu alasan podcast dijadikan sebagai media audio pilihan adalah
aksesnya yang fleksibel dan bersifat on-demand atau bisa didengarkan kapanpun,
berbeda dengan radio yang harus mencari frekuensinya terlebih dahulu dan juga
oleh para narasumber dalam mendengarkan podcast, hal selanjutnya yang dapat
ditinjau adalah faktor apa saja yang dapat membuat seorang penyiar radio termotivasi
untuk membuat podcast. Berdasarkan pada konsep dan teori yang telah dijelaskan
pada bab sebelumnya, peran podcast pada tahap ini berfokus pada pengaruh
mendengarkan podcast.
Setelah melalui wawancara secara mendalam bersama para narasumber
menghasilkan faktor utama dari termotivasinya seorang penyiar radio dalam membuat
radio saat siaran radio dengan saat mendengarkan dan membuat podcast. Sebagai
seorang penyiar radio yang bekerja pada sebuah bidang yang output-nya berupa
audio, podcast hadir sebagai media alternatif yang lebih fleksibel. Saat siaran sebuah
radio seorang penyiar di tuntut harus dapat professional dengan mengikuti aturan-
membuat para penyiar radio dapat menyalurkan keresahan mereka yang tidak dapat di
ada hal-hal lain yang mungkin tidak dapat disampaikan saat sedang siaran radio
akhirnya dapat tersalurkan melalui sebuah podcast. Karena hal tersebut membuat para
penyiar radio menjadikan podcast sebagai “tempat pelarian” agar dapat berbicara
lebih bebas kepada para pendengarnya. Hal ini sejalan dengan Teori Determinasi
manusia”. Yang artinya saat seorang penyiar radio berbicara didalam podcast mereka
dapat lebih menjadi diri mereka sendiri. Hal tersebut yang akhirnya membuat para
pendengarnya lebih dapat mengetahui bagaimana karakter dari orang yang mereka
dengarkan.
Perbedaan lainnya yang dirasakan oleh para penyiar radio saat sedang siaran
radio dengan berbicara di podcast adalah kebebasan dalam menentukan topik yang
radio yang dimana topik atau berita yang akan disampaikan sifatnya lebih formal dan
informatif dan sudah di tentukan oleh pihak statsiun radio. Didalam podcast bahasan
yang disampaikan lebih bersifat hiburan dan lebih bebas memberikan opini dari para
budaya”. Perubahan budaya yang dimaksud disini adalah media audio yang awalnya
cenderung memberikan hal-hal yang sifatnya informatif dan factual akhirnya bergeser
menjadi sebuah obrolan yang sifatnya hiburan dan opini-opini pembuatnya yang
teknologi dalam bidang media massa khususnya yang output-nya adalah audio. Salah
satu jenis perkembangan teknologinya adalah akses podcast yang mudah dijangkau
oleh siapa saja karena berbasis digital. Karena aksesnya digital, sebuah podcast lebih
Pemancar dan sebagainya. Dan karena menggunakan internet sebuah podcast juga
dapat didengarkan oleh pendegar yang cakupannya lebih luas dan bisa didengarkan
kapan saja karena sifatnya yang on demand. Sedangkan untuk radio sendiri, rata-rata
stasiun radio cakupannya hanya berdasarkan domisili wilayah stasiun radio itu berada
dan sifatnya yang siaran langsung sehingga tidak dapat diputar ulang. Kenyataan
tersebut akhirnya merefleksikan apa yang telah disampaikan oleh Marshal McLuhan
(1964) bahwa “we shape our tools, than our tools shape us.”. Teknologi modern yang
semakin banyak yang dibuat oleh manusia akhirnya membuat manusia lebih memilih
penyiar radio dalam membuat podcast adalah adanya feedback dari para
feedback seperti like dan komentar kepada para pembuat podcast sehingga membuat
sang pembuat podact mengetahui bahwa pembahasan yang mereka bawakan seberapa
banyak yang menyukainya dan terkadang dapat memberikan ide baru untuk dapat
membahas hal selanjutnya. Interaksi seperti ini tidak bisa didapatkan melalui siaran
radio. Karena siaran radio sifatnya lebih ke satu arah saja. Hal ini sesua dengan
Dengan teknologi seperti ini, pengguna bisa secara interaktif membuat pilihan serta
menyediakan respon produk media secara beragam. Interaksi yang lebih beragam ini
dengan audiens yang mendengarkan sehingga dapat lebih memotivasi sang pembuat
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Teknologi khususnya media yang semakin berkembang saat ini telah membuat
sebuah perubahan yang cukup mendasar dari cara masyarakat dalam memenuhi
sebuah tempat yang luas bagi kemunculan bentuk media baru lainnya, dan tidak
terkecuali media podcast. Media yang berdasar pada audio ini berhasil mendapat
tempat untuk berkembang sebagai salah satuu media baru yang cukup populer untuk
diakses dan mendapatkan berupa hiburan dan informasi di tengah semakin banyaknya
Hal tersebut cukup dapat menjelaskan pernyataan Dalam Febriana (2018) yang
pengalaman berbeda bagi para pendengarnya. Disamping itu, internet sebagai wadah
beragam. Keragaman yang terdapat dalam konten tersebutlah yang menjadi daya tarik
tersendiri bagi audiens dalam memenuhi kebutuhan informasi dan hiburannya sesuai
sebagai media baru memberikan terobosan baru pada media berbasis audio dengan
aksesbilitasnya yang sangat fleksibel dan juga keberagaman isi yang ada di
dalammnya. Podcast juga memiliki kesan tersendiri di kalangan para penyiar radio.
penyiar radio dalam mencoba membuat konten podcast juga karena medianya
memiliki basis yang sama yaitu berupa audio. Dan kebebasan lebih yang ada di dalam
podcast yang tidak dimiliki oleh radio seperti memberikan wadah kepada para
seorang penyiar dalam menyampaikan opininya secara lebih leluasa tanpa harus
5.2 Saran
memberikan tempat tersendiri bagi sebuah podcast untuk bisa berdampak lebih
banyak. Oleh karena itu, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:
berbeda.
3. Sebagai sebuah media yang memiliki akses yang mudah dan juga
berbasis digital.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Grafindo Persada
Burhan, F. (2015). Buku Pintar Menjadi MC, Pidato, Penyiar Radio dan Televisi.
Araska
Croteau, David, and William Hoynes. 1997. Media/Society: Industries, Images, and
Said, Irwanti. 2012. Fungsi Sosial Siaran Radio. Makassar: Alauddin Universitas
Press.
John Fiske. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Kotler Philip dkk. 2012. Manajemen Pemasaran Perspektif Asia, Buku Dua, Edisi
Kriyantono, R. (2009). Teori Public Relations Perspektif Barat & Local: Aplikasi
Sage Publications.
Rosadakarya
Rosdakarya
Persada.
Prayuda, Harley. 2005. Suatu Pengantar Untuk Wacana dan Praktik Penyiaran.
Ridwan Anang. 2016. Komunikasi Antar Budayya: Mengubah Persepsi dan Sikap
Robbins, Stephen P & Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi, Edisi Kedua
Alfabeta
Yin, Robert K. 2011. Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Penerbit Ombak
Jurnal :
Amalia, Rizqi. 2015. Efek Tayangan On The Spot Terhadap Pesan Media Massa
Mayangsari, Dewi dan Dinda Riski Tiara. 2019. Podcast Sebagai Media
Faradinna, Nadia. 2020. Peran Podcast dalam Membangun Knowledge Society (Studi
Fadilah, Efi., Dkk. 2017. Podcast sebagai Alternatif Distribusi konten Audio. Kajian
http://jurnal.unpad.ac.id/kajianjurnalisme/article/view/10562
Makassar
Malang)
Internet :
Sejarah Podcast
https://www.dream.co.id/techno/apa-itu-podcast-inilah-sejarah-perkembangan-
WITA)
Kementrian Pemberdayaan PPA. 2018. Profil Generasi Milenial Indonesia. Dilansir
melalui: htpp://www.kemenppa.go.id/lib/upoads/list/9acde-buku-profil-
generasi-milenia.pdf
https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20200226151849-241-478352/sejarah-
Tak, D. Tren Pola Konsumsi Media Di Indonesia Tahun 2017. Diakses melalui
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/8e29272ca5ec1ded7
5ca43df89414a1c