Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

VISI-MISI

PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA

DAERAH (KPID) PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

DALAM LITERASI MEDIA UNTUK MENINGKATKAN ETIKA PENYIARAN

OLEH

DRS. GODLIEF RICHARD POYK

PERSYARATAN UNTUK MENGIKUTI SELEKSI CALON ANGGOTA

KOMISI PENYIARAN DAERAH (KPID)

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2022-2025.


KATA PENGANTAR

Puji Syukur, karena kebaikan dan Anugerah Tuhan, maka makalah Visi-Misi calon
anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Nusa Tenggara Timur, yang berjudul :
“ Peran Komisi Penyiaran Daerah (KPID) NTT Dalam Literasi Media Untuk
Meningkatkan Etika Penyiaran,” dapat diselesaikan dengan baik.
Saat ini dunia penyiaran sedang berada dalam suatu era yang disebut konvergensi
teknologi atau konvergensi media. Konvergensi media memungkinkan bergabungnya
berbagai konten pada platform beberapa media penyiaran seperti radio, televisi dan internet.
Era konvergensi telah melahirkan budaya atau perilaku masyarakat yang ingin lebih cepat,
lebih gampang dan sensasional.
Komisi Penyiaran Indonesia sebagai lembaga Negara atau State Auxiliary Institution,
bersifat independen yang berkedudukan di Pusat dan Daerah mempunyai kewenangan sesuai
undang- undang untuk menetapkan standar program dan peraturan perilaku penyiaran serta
mengawasi sistem penyiaran Indonesia berdasarkan UU No.32 tahun 2002, tentang
Penyiaran. Sistem penyiaran Nasional yang mengedepankan prinsip kebebasan individu,
kebebasan media dan bertanggung-jawab kepada masyarakat, maka perilaku atau etika
penyiaran perlu diatur dan ditingkatkan pengawasannya yang diamanatkan dalam pasal 7
ayat 2, UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran..
Saya berterima kasih kepada istriku Ellen dan mereka selalu mendoakanku, Rillen,
Ivel, Ricko, Geiz, Richie, Rudho, Richard Jr dan Ratu Rizka. Tak lupa juga kepada
sahabat-sahabatku para mentor, DR.Fritz Fanggidae, Ir.Hengky Benu, Nelson Matara SH,
dan rekan-rekan yang selalu memberikan motivasi yang tidak sempat disebutkan namanya
satu persatu dalam makalah ini.
Kiranya makalah sederhana ini dapat memberi kontribusi pada pembangunan di Nusa
Tenggara Timur dalam dunia penyiaran. Teriring salam dan doa.

Kupang, 2022

Penulis

Drs. Godlief Richard Poyk.

iii
DAFTAR ISI

Halaman
Judul………………………………………………………………………………………..…i

Kata Pengantar……………………………………………………………………………...iii

Daftar Isi ……………………………………………………………………………...….….iv

BAB I PENDAHULUAN Hal


A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Media Penyiaran Dalam Teori 3
B. Wewenang dan Tugas KPI / KPID 4
C. Etika Penyiaran Dan Regulasi 6

BAB III FUNGSI LITERASI MEDIA


A. Fungsi-Fungsi Literasi Media 8
B. Tantangan yang dihadapi KPI / KPID 9

BAB IV P U N U T U P
A. Kesimpulan 11
B. Saran-saran 11
C. Dafter Pustaka

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara defenisi penyiaran adalah suatu kegiatan penyelenggaraan siaran baik radio
maupun televisi yang diselenggarakan oleh organisasi penyiaran radio atau televisi.
Pengertian lain adalah pendistribusian audio atau video kepada publik atau pemirsa.
Undang-undang No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran pada Ketentuan Umum pasal
1 ayat 2, memberikan defenisi khusus yaitu : Penyiaran sebagai kegiatan pemancarluasan
siaran melalui sarana pemancaran dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara
serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran. Defenisi khusus
yang dimaksud adalah berkaitan dengan fungsi regulasi. Fungsi regulasi ini telah
diamanatkan kepada sebuah Lembaga Negara yang independen atau State Auxiliary
Institution yaitu Komisi Penyiaran Indonesia yang berkedudukan di pusat dan daerah.
Penyiaran atau broadcasting adalah keseluruhan proses penyampaian siaran
(informasi) dimulai dari penyiapan materi produksi, produksi, penyiapan bahan siaran,
pemancaran (distribusi) sampai kepada penerimaan siaran oleh pendengar atau pemirsa
disuatu tempat. Lembaga penyiaran adalah media komunikasi massa yang berperan penting
dalam kehidupan sosial, budaya, politik dan ekonomi masyarakat (publik) serta mempunyai
tanggung jawab sosial sebagai media informasi, pendidikan, hiburan serta kontrol dan
perekat sosial bangsa.

B. Rumusan Masalah
Di era konvergensi media, media mainstream seperti radio dan televisi tidak bisa
dipisahkan dari internet. Informasi-informasi yang disampaikan atau disiarkan oleh media
mainstream atau konvensional seringkali ditampilkan juga dalam media internet, atau bahkan
sebaliknya. Karakteristik internet yang sangat cepat, sulit ditandingi oleh media
konvensional, kadang tidak diimbangi dengan kode etik jurnalisme atau perilaku penyiaran.
Hal ini perlu dsikapi oleh Lembaga Penyiaran agar terwujud sistem penyiaran nasional yang
berkeadilan dan bermartabat bagi masyarakat. Padahal masyarakat mempunyai hak untuk
memperoleh informasi secara benar, terbuka, berimbang dan obyektif sebagaimana dalam
undang-undang, kepemilikan frekuensi yang dikuasai Negara dan harus digunakan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat (publik).
1
C. Tujuan Penulisan
Penulisan visi misi ini selain menjadi salah satu persyaratan uji kelayakan calon
anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Nusa Tenggara Timur juga
dapat dijadikan rujukan untuk peningkatan partisipasi masyarakat berupa kontrol positif dalam
penyelenggaraan siaran agar terwujud Kode Etik Penyiaran yang lebih baik. Disamping itu
diharapkan peran serta Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Nusa Tenggara Timur
dapat bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan untuk memberikan literasi media
kepada masyarakat agar berkemampuan menggunakan teknologi informasi secara cerdas,
cermat, tepat dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi kehidupan
sehari-hari melalui media penyiaran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Media Penyiaran dalam Teori


Terminologi media penyiaran menurut J.B. Wahyudi (1996) adalah kegiatan
penyelenggaraan siaran radio maupun televisi, yang diselenggarakan oleh organisasi
penyiaran radio atau televisi. Pengertiannya adalah proses komunikasi suatu titik ke audiens,
yaitu suatu proses pengiriman informasi dari seseorang atau produser kepada masyarakat
(audiens) melalui proses pemancaran elektromagnetik atau gelombang yang lebih tinggi.
Model komunikasi yang paling tua dikemukakan ahli ilmu Politik dan peletak dasar
ilmu komunikasi dari Yale University, Harold Laswell (1948), yaitu Who says What in wich
Channel to Whom with Effect. Walau teori ini dapat dikategorikan dalam sistim komunikasi
linear (one way), namun unsur-unsur penting dalam teori ini masih relevan digunakan dalam
proses penyiaran lembaga penyiaran Radio dan Televisi yaitu :
1. Unsur WHO adalah siapa atau orang yang berinisiatif memberi pesan atau sumber
(komunikator). Sumber bisa saja individu, kelompok atau bahkan sebuah
organisasi.
2. Unsur WHAT adalah pesan, yaitu simbol-simbol verbal maupun non verbal
berupa nilai atau gagasan dari komunikator.
3. Unsur CHANNEL atau saluran adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan
pesan kepada penerima. Saat ini sudah bisa dilakukan melalui media radio,
televisi atau tatap muka dan internet.
4. Unsur WHOM adalah orang, masyarakat, khalayak (audiens) yang menerima
pesan dari sumber pemberi pesan.
5. Unsur EFFECT adalah dampak atau reaksi penerima pesan meliputi penambahan
pengetahuan, terhibur, perubahan sikap, perubahan keyakinan dan perubahan
perilaku.

3
Seorang ahli radio siaran Ben H Henneke mengatakan bahwa proses penyelenggaraan
penyiaran (komunikasi) pada radio dan televisi, pesan yang disampaikan dapat mencapai
jutaan pendengar namun sesungguhnya ditujukan kepada perorangan (individu).
Proses komunikasi akan berhasil bila ada kesamaan makna antara pendengar (audiens)
dengan pemberi pesan (komunikator), sehingga apa yang disiarkan dapat dimengerti serta
melakukan apa yang diterima karena berada pada level persepsi yang sama. Pakar
Komunikasi Media dari City University of New York, Joseph A. Devito dalam The
Interpersonal Communication (1990) mengatakan: “Persepsi merupakan suatu proses di
mana seseorang sadar terhadap suatu benda, peristiwa, atau melihat, mencium,
merasakan, bahkan mendengar orang-orang di sekitarnya.” Dalam komunikasi, persepsi
diartikan sebagai tahapan tiap individu atau kelompok untuk mengenali dan memahami
lingkungannya melalui pancaindra. Persepsi adalah inti dari komunikasi dan faktor penentu
keberhasilan komunikasi

B. Wewenang dan Tugas KPI/KPID


Ruang lingkup wewenang dan tugas Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) adalah
mengatur penyiaran yang dilakukan oleh Lembaga Penyiaran Publik (LPP), Lembaga
Penyiaran Swasta (LPS), maupun Lembaga Penyiaran Komunitas (LPK) dan Lembaga
Penyiaran Berlangganaan (LPB).
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) Tahun 2012 adalah
pedoman dan standar bagi kegiatan penyelenggaraan penyiaran baik radio maupun televisi di
Indonesia. Adanya P3SPS ini diharapkan pemanfaatan frekuensi radio yang merupakan milik
Negara atau (publik) dapat digunakan sebaik-baiknya untuk kepentingan masyarakat.
Masyarakat berhak untuk memberikan keluhan atau aduan ketika tayangan radio atau televisi,
dirasa tidak memberi manfaat untuk kepentingan publik. Namun pada kenyataannya hak dan
partisipasi masyarakat belum sepenuhnya dimanfaatkan. Minimnya partisipasi masyarakat
menggunakan hak-haknya karena ketidaktahuan masyarakat atau merasa bukan bagian dari
proses penyelenggaraan oleh sebuah lembaga siaran karena minimnya literasi media kepada
masyarakat.

4
Salah satu misi yang ingin dilakukan adalah memberikan literasi media kepada
masyarakat agar paham akan hak-haknya. Sebagai Lembaga Negara yang berada di wilayah
Nusa Tenggara Timur maka Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) NTT, perlu
menjamin masyarakat agar memperoleh informasi yang layak dan benar sesuai dengan hak
asasi manusia. Berikut ini sadalah wewenang dan tugas Komisi penyiaran Indonesia :

Tugas Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) adalah :


1. Menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan benar sesuai
dengan hak asasi manusia.
2. Ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang penyiaran.
3. Ikut membangun iklim persaingan yang sehat antarlembaga penyiaran dan industri
terkait.
4. Memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan seimbang.
5. Menampung, meneliti, dan menindaklanjuti aduan, sanggahan, serta kritik dan
apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan penyiaran.
6. Menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang menjamin
profesionalitas di bidang penyiaran.

Wewenang Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) adalah :


1. Menetapkan standar program siaran.
2. Menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku penyiaran (diusulkan oleh
asosiasi/masyarakat penyiaran kepada KPI).
3. Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta standar
program siaran.
4. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman perilaku penyiaran
serta standar program siaran.
5. Melakukan koordinasi dan/atau kerjasama dengan Pemerintah, lembaga penyiaran,
dan masyarakat.

5
C. Etika Penyiaran dan Regulasi
Etika penyiaran bisa diartikan sebagai ilmu tentang norma yaitu baik dan buruk dalam
sebuah kegiatan pemancarluasan siaran melalui media radio ataupun televisi atau media
lainnya untuk diterima secara serentak oleh masyarakat melalui perangkat penerima siaran.
KPI sebagai wujud peran serta masyarakat berfungsi mewadahi aspirasi serta
mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran harus mengembangkan program-program
kerja yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002. Pasal 3: "Penyiaran
diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan
jati diri bangsa yang beriman dan bertaqwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan
kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil,
dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia". Sebagai pelaku utama
dalam proses penyiaran, lembaga penyiaran memegang peranan yang sangat penting,
terutama dalam mengendalikan informasi yang disiarkan. Lembaga penyiaran harus mampu
dan memahami regulasi serta kode etik penyiaran disamping ide-ide serta kreativitas dalam
mendesain dan memproduksi sebuah konten.
Menurut Richard West dan Lynn H. Turner dalam Introducing Communication
Theory : Analysis and Application (2008), bahwa ethos mengacu pada karakter,
inteligensia, serta niat baik yang dipersepsikan dari seorang pembicara ketika ia berpidato.
Etika merupakan nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Etika juga mempunyai peranan yang penting
dalam sebuah proses penyiaran. Melalui etika, proses penyiaran dapat diarahkan secara
otonom dan bertanggung jawab.
Menurut Riyanto (dalam Wibisono,2013), Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) lahir
sebagai pengawal moral Bangsa. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) harus mengawasi
penyiaran di Indonesia ditengah kemajuan pesat konvergensi media. Apalagi kemudahan dan
kecepatan menyampaikan informasi, saat ini banyak dimanfaatkan oleh media konvensional
yang menyatukan platformnya dengan media digital. Sehingga konsep distribusi informasi
satu untuk semua (linear) sudah tidak bisa dipertahankan.

6
Karenanya media penyiaran memegang peranan penting dalam komunikasi,
khususnya komunikasi massa. Beberapa fungsi media bagi masyarakat yaitu :
1. Fungsi informasi, terutama tentang peristiwa dan kondisi yang terjadi dalam
masyarakat.
2. Fungsi korelasi, media menjelaskan, menafsirkan, memberi komentar atas peristiwa.
3. Fungsi keberlanjutan, menampilkan budaya dominan yang berlaku dalam masyarakat
beserta perkembangannya.
4. Fungsi hiburan, media memberi kesenangan, pengalihan, dan sebagai sarana rekreasi.
5. Fungsi mobilisasi, media dapat mengkampanyekan tujuan-tujuan sosial dan lainnya
kepada masyarakat.
Dalam  pasal 7, Pedoman Perilaku Penyiaran disebutkan dengan jelas bahwa
lembaga penyiaran tidak boleh menyajikan program yang merendahkan, mempertentangkan
dan/atau melecehkan suku, agama, ras dan antargolongan yang mencakup keberagaman
budaya, usia, gender, dan/atau kehidupan sosial ekonomi.
Eksistensi Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) adalah bagian dari wujud peran serta
masyarakat dalam hal penyiaran, baik sebagai wadah aspirasi maupun mewakili kepentingan
masyarakat (UU Penyiaran, pasal 8 ayat 1). Legitimasi politik bagi posisi Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI) dalam kehidupan kenegaraan juga diatur oleh UU Penyiaran sebagai
Lembaga Negara independen yang mengatur hal-hal mengenai penyiaran (UU Penyiaran,
pasal 7 ayat 2). Dalam melakukan kesemua ini, KPI berkoordinasi dengan pemerintah dan
lembaga negara lainnya. KPI juga berhubungan dengan masyarakat untuk menampung dan
menindaklanjuti segenap bentuk apresiasi dan partisipasi masyarakat terhadap lembaga
penyiaran maupun terhadap dunia penyiaran pada umumnya.

7
BAB III

FUNGSI LITERASI MEDIA

A. Fungsi-fungsi Literasi Media


Sejarah literasi media dimulai tahun 1964 saat UNESCO mengembangkan model
program pendidikan media yang akan dijalankan di seluruh dunia (Hobbs: 1999 dalam
Lutviah; 2010). Di Indonesia, kegiatan literasi media dikenal sejak tahun 2000-an setelah
maraknya berbagai fenomena dampak media massa.
Banyak ragam defenisi tentang literasi media oleh banyak pihak namun secara garis
besar menyebutkan bahwa, literasi media adalah bagaimana khalayak (audiens) dapat
memberi dan mengontrol media dengan kemampuan menilai makna dalam setiap pesan,
mengorganisasikan makna tersebut dan kemudian membangun pesan untuk disampaikan
kepada orang lain. Di-era konvergensi media saat ini, setiap orang dengan mudah
mencitrakan dirinya melalui media (mengunggah) kegiatan-kegiatan yang menguntungkan
dirinya, maupun merugikan dirinya atau orang lain. Ini tentu berbeda dengan media
konvensional yang mengandalkan wartawan atau media untuk meliput berita dengan sebuah
persiapan yang matang, proses nya melalui Standard Operating Procedure (SOP).
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Nusa Tenggara Timur melalui fungsi
pengawasn dapat meningkatkan kesadaran kritis publik (audiens) dengan melakukan program
literasi. Program ini dapat dikolaborasikan dengan Pemerintah Daerah (GO), kelompok
masyarakat (NGO), lembaga-lembaga penyiaran yang di daerah Nusa Tenggara Timur.
Partisipasi publik melalui literasi akan melahirkan etika penyiaran yang bermutu.
Etika penyiaran bisa terjadi bila masyarakat berpartisipasi aktif memberi kontrol dan kritik
terhadap apa yang disajikan atau disiarkan oleh lembaga penyiaran agar tidak keluar dari
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS).
Saat ini tidak bisa dipungkiri bahwa telah terjadi afliasi media dengan kelompok-
kelompok pemilik modal, partai atau tokoh politik tertentu untuk menjadikan media
penyiaran sebagai alat politik dan kekuasaan, sehingga rentan memicu konflik dan ketidak
seimbangan informasi.

8
Untuk itu KPI perlu mengajak publik untuk turut serta dalam mengawasi dunia
penyiaran dengan menginisiasi Forum Masyarakat Peduli Penyiaran (FMPP). Forum ini
diharapkan dapat memfasilitasi masyarakat (publik) semakin peduli akan manfaat, dampak,
dan konten penyiaran.
B. Tantangan Yang Dihadapi KPI/ KPID

Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah kepulauan dan memilik 1.192
pulau besar-kecil. Jumlah penduduk yang mendiami provinsi ini berjumlah  5, 48 juta jiwa
(BPS NTT 2021). Mengingat kondisi wilayah seperti ini maka sistim penyiaran dan layanan
siaran harus dilihat secara spesefik menurut keadaan geografis Nusa Tenggara Timur..
Di wilayah Nusa Tenggara Timur terdapat 57 stasiun Lembaga Penyiaran yang tersebar
di beberapa Kota/Kabupaten seperti : Kota Kupang : 5 stasiun LPP (RRI 4 dan TVRI 1
stasiun), dan 8 stasiun LPS. Kota Atambua : 3 satiun LPP RRI, 5 stasiun LPS. Kabupaten
Kupang Oelmasi : 1 stasiun LPS. Kabupaten Timor tengah Selatan So’E : 1 stasiun LPP
(RRI), 3 stasiun LPS. Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) : 2 stasiun LPP (RRI), 1
stasiun LPS. Kalabahi Kabupaten Alor : 1 LPP (RRI), 2 stasiun LPS. Kabupaten Rote
Ndao : 1 stasiun LPP (RRI), 3 stasiun LPS/LPK. Kabupaten Sabu Raijua : 1 stasiun LPP
(RSPD). Kabupaten Manggarai Barat Labuan Bajo : 1 stasiun LPP (RRI), 1 LPP
(RSPD). Kabupaten Manggarai Ruteng : 4 stasiun LPS. Kabupaten Ngada Bajawa : 1
stasiun LPP (RRI), 4 stasiun LPS. Kabupaten Nagekeo Mbay : 1 stasiun LPS. Kabupaten
Ende : 3 stasiun LPP (RRI), 2 stasiun LPS. Kabupaten Sikka maumere : 1 stasiun LPP
(RRI), 3 stasiun LPS. Kabupaten Fleres Timur Larantuka : 1 stasiun LPP lokal.
Kabupaten Sumba Timur Waingapu : 1 stasiun LPP lokal (Pemda), 4 stasiun LPS.
Kabupaten Sumba Barat : 2 stasiun LPP lokal, 1 stasiun LPS.
Melihat data jumlah stasiun penyiaran yang tersebar diseluruh Kabupaten Kota di Nusa
Tenggara Timur maka dapat diuraikan beberapa tantangan yang dihadapi oleh Komiusi
Penyiaran Daerah (KPID) Nusa Tenggara Timur sesuai wewenang, tugas dan kewajibannya.
a) Wilayah : Wilayah layanan KPID sangat luas, berpulau-pulau, relatif dijangkau
dengan transportasi darat, laut dan udara namum membutuhkan biaya (cost) yang
tinggi. Sehingga kewenangan melakukan koordinasi serta tugas mengatur
infrastruktur penyiaran tidak maksimal.

9
b) Aspek programatis : Salah satu kewenangan KPI/KPID adalah mengawasi Peraturan
dan Perilaku Penyiaran. Hal ini tidak bisa dilakukan hanya dengan monitoring dan
menerima laporan perencanaan dan pelaksanaan siaran dari lembaga penyiaran saja
tetapi partisipasi publik (audiens) perlu diberdayakan melalui literasi media yang
terpola dan berkelanjutan agar kesadaran akan hak-hak publik untuk mendapatkan
informasi yang sehat dan mencerdaskan dapat ditingkatkan.
c) Perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat menjadi tantangan
tersendiri bagi Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Nusa Tenggara Timur,
untuk menyikapi UU No.32 tahun 2002, tentang Penyiaran terutama hak sensor dan
ketentuan-ketentuan afliasi media.
d) Tantangan bagi Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) adalah konvergensi
media yang berkembang begitu pesat, membuat lembaga penyiaran konvensional
harus mampu bertransformasi dalam berbagai platform siarannya sesuai dengan
perkembangan teknologi informasi.

10
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan dunia penyiaran saat ini tidak bisa terlepas dari perkembangan
teknologi internet dan media sosial. Komisi Penyiaran Indonesia sebagai regulator berhak
mengatur semua daur proses kegiatan penyiaran, mulai dari tahap pendirian, operasionalisasi,
pertanggungjawaban dan evaluasi.
Berdasarkan penyajian data dan pembahasan dari visi dan misi ini maka dapat ditarik
simpulan bahwa lembaga penyiaran mampu bertransformasi secara platform di-era
konvergensi media jika difasilitasi dengan baik. Rendahnya partisipasi masyarakat untuk ikut
memiliki dan mengakses media massa konvensional maupun media baru dalam memberi
kritik dan saran serta atensi belum maksimal.
B. Saran-Saran
a) Diharapkan KPID secara terus menerus melakukan kerjasama atau koordinasi dengan
lembaga penyiaran, masyarakat dan pemerintah, kampus (mahasiswa) untuk
melakukan literasi media secara konsisten, terpola, terstruktur, hal ini bertujuan untuk
meningkatkan hak-hak publik mendapatkan informasi sekaligus menghindari berita-
berita hoax yang saat ini merajalela.
b) Perlu dilakukan upaya pendampingan kepada lembaga penyiaran dalam menerapkan
standar program siaran yang berkeadilan dan merata dalam bentuk pelatihan
penyusunan program siaran agar masyarakat dijamin memnperoleh informasi yang
layak dan benar sesuai hak azasi manusia.
Akhirnya saya berharap kiranya karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita,
sekaligus sebagai Visi dan Misi sebagai calon anggota Komisi Penyiaran Indonesia
Daerah (KPID) Nusa Tenggara Timur untuk ikut memberikan literasi media kepada
masyarakat. Kiranya Tuhan memberkati kita.

Kupang, Juni 2022

Penulis

Drs. Godlief Richard Poyk

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul Rachman, Dasar-Dasar Penyiaran (UNRI Press, 2009)

2. Morisson, Teori Komunikasi (Ghalia Indonesia 2013)

3. Harold D. Lasswell, Power And Personality (1948)

4. Joseph A. Devito, The Interpersonal Communication (1990)

5. Gan Gan Giantika, Mareta Puri Rahastine,Iin Soraya, Etika Penyiaran Inonesia (Graha
Ilmu Yokyakarta, 2019)

6. Birowo, Mario Antonius (2012), Perspektif Budaya Dalam Leterasi Media-Yogyakarta

7. Effendy, Onong Uchajana (1984), Ilmu Komunikasi (Teori dan praktek), Jakarta PT.
Remaja Karya.

8. Evert M. Rogers, Communication Technologi The New Media in Society (dalam


Mulyana,1999)

Anda mungkin juga menyukai