PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
meskipun pada akhirnya akan kembali lagi pada “cinta” semula. Demikian
panggung di bumi ini telah dimaknai sebagai mobilisasi yang benar-benar hidup.
ketika angin mengguncang dedaunan hingga rontok ke tanah, tapi kemudian hutan
yang rimbun melahirkan, dan musim semi hadir. Begitulah generasi manusia,
Dalam gerak ada kediaman tak berujung. Ia selalu singgah dalam keriuhan
apa saja. Begitulah, manusia tidak akan pernah sanggup untuk berdiri sendiri,
menjadi sesuatu yang tunggal. Sebuah hipotesapun, tidak lebih dari sebuah
Manusia dalam kekhusyukan alam fikir, seperti tangga berjalan yang tak
berujung dan bertujuan. Keselesaian akan segera menjadi sesuatu yang mengawali
Keabstrakan ini menjadi terlihat nyata terurai ketika “saat” yang bertepatan,
mencekik.
manusia yang pada titik tertentu akan berada pada kondisi bias. Anomali
dan akumulasi fenomena jiwani dalam kurun waktu tertentu akan menyublim
kehendak.
kehilangan makna. ‘Diam dalam absurditas’, sebuah embrio dari spirit yang tak
menuntut untuk tetap hidup, di tengah hingar bingar fenomena zaman yang
dalam absurditas’ itu mencipta rembulan bagi malamnya, mencipta matahari bagi
siangnya.
total merupakan salah satu jalan keluar. Sebab, sebuah keberuntungan karena
pembebasan, dengan catatan nuansa cahaya itu masih khidmat menghadap langit.
mendung yang mencekam, bahkan dalam terik yang panas justru terkadang ada air
yang berlimpah siap mengguyur, menjadikan basah apa dan siapa saja yang tidak
Maka jika ‘diam dalam absurditas’ berdaya cahaya, tentunya tidak ada
kegelapan yang tidak dapat dilalui. Karena ketakutan adalah cahaya itu sendiri,
yang telah menjadi “roh” dalam prosesi artistika, ke dalam bentuk karya seni
lukis.
Sebuah tanda (karya) adalah metamorfosa pikir dan rasa dalam bentuknya
yang paling jernih, ‘diam dalam absurditas’ seperti mata air, mencipta atau tidak
mencipta tidak mengubah apapun. Kreator absurd tidak terikat pada karyanya. Ia
dirinya. Cukuplah suatu tempat untuk bermimpi, dan tidak harus selamanya dalam
mimpi.
pembahasan ini tidak melebar dan tetap fokus maka batasan pengantar karya
Tugas Akhir ini bersandar pada definisi ‘diam dalam absurditas’ dalam
artikulasinya ‘diam adalah gerak’ sebagai kulminasi dari berbagai kehendak, yaitu
tercapainya pada eksatase ‘gerak adalah diam’. Adapun batasan absurd dalam
proses artistik ini adalah sesuatu yang memiliki sifat senantiasa kontradiktif.
adalah kontekstual.
C. Rumusan
kekuatan yaitu :
seni lukis?
Tujuan penulisan tentang ‘Diam dalam absurditas’ dalam konsep karya ini
adalah untuk :
eksistensial.
seni lukis.
D. Manfaat Penulisan
kontemplasi eksistensial.