PENUTUP
A. Simpulan
terakhirnya haruslah savoir-vivre (seni hidup) harus lebih tinggi daripada savoir-
faire (seni melakukan sesuatu), dan dalam kondisi itu yang ‘diam dalam
nihilis dalam dinamika ultim, dimana akhir dari segala absurditas adalah
keberpihakan tanpa memihak. Selalu ada tempat untuk kembali. Semua karya
dalam absurditas akhirnya harus difahami sebagai kehidupan yang hidup, yang
39
40
B. Saran
diupayakan sebagai sebuah itikad yang baik, yang terbebas dari tuntutan duniawi
sebuah wacana kefatalistikan, namun justru adalah sebuah media optimistik dalam
memandang hidup yang senantiasa berada dalam sinergi ruang dan waktu.
Memahami “ada” sebagai sebuah keadaan yang mampu mengantar kita pada
empirian Illahi yang lebih menjanjikan jalan terang, daripada sekedar manik-
manik gemerlap bumi yang semakin mengaburkan makna dalam esensi hidup
Pada akhirnya, setiap manusia haruslah selalu ingat akan jalan pertama ia
DAFTAR PUSTAKA
Mudji Sutrisno. 2006. Oase Estetis: Estetika dalam kata dan sketsa.
42
Yogyakarta: Kanisius.
Cobley, Paul dan Jansz, L. 1998. Mengenai Semiotika untuk Pemula (terj.).
Jakarta: Mizan.