Anda di halaman 1dari 2

Paradoks Kebudayaan by amadtattoo

KATALEPSI SINKRETISME

Sekiranya jika keniscayaan bahwa hukum yang dibuat


manusia mampu menjaminkan kejernihan peristiwa
kemanusiaan itu benar-benar ada.
Panjang sejarah sudah nampak selesai mengeluarkan segala
yang ia punya. Lintas bangsa. Pengertian terhadap teori-teori
kebangsaan yang dibangun toh hanya sekedar tidak lebih
menyiratkan mengenai definisi peristiwa
kemanusiaan pada tataran filosofis. Adapaun fakta yang terbukti tentangnya justru adalah serentetan
penafian tentang kebersamaan dalam arti sesungguhnya.
Betatapapun, nilai konspirasi yang dibangun kelompok militan super power yang memfokuskan diri
pada perdagangan sudah menguasi struktur dan elemen globalisasi.
Kebudayaan pada pertahanan terakhirnya hanya mempunyai fungsi perpanjangan tangan atas
sofisme (ucapan yang pura-pura, kosong belaka) modernitas. Sudah semestinya keberbaikansangkaan
terhadap segala citra yang masuk dalam sebuah negara harus segera diminimalisir. Tak ubahnya seperti
pasokan lautan besar yang dengan deras memasuki sungai perkampungan. Sehingga kualitas asin sebagai
rasa “baru” sialnya justru difahami sebagai sebuah kemajuan akal budi. Kebermaknaan palsu menghadiri
siapa saja.
Wabah globalisasi sudah menghentikan laju kemurnian budaya. Dominasi legitimasi palsu berujung
pada penyerahan keperawanan. Bencana kosmopolitan tanpa terkendali memasuki ruang-ruang pikir.
Semua lini mengejar dengan berebut berbagai informasi tanpa martabat. Banyak landasan teori bermanusia
didasarkan pada penyeragaman. Kesadaran keilmuan berambisi pada ekspansi mempengaruhi.
Jika pembangunan hanya melulu digairahkan pada intepretasi goblok sebuah budaya baru, bentuk
apakah yang akan menjadi wajah kekinian nantinya?
Perhatian dan kehati-hatian terhadap asupan definisi yang berkembang seperti banjir seharusnya
lebih dikuatkan lagi. Sebab modernitas yang hanya berpangkal pada motifasi agar diterima sebagai
masyakat dunia tidak lebih hanya akan menciptakan perilaku menjual apa saja yang ada disekelilingnya
sebagai tiket masuk menuju dunia baru tersebut, meskipun dengan mendustai. Dan inilah yang sedang
terjadi dengan begitu rapat.
Mungkin pemikiran akan sampai pada parodoks terakhirnya. Pasalnya, jika beberapa gelintir cara
fikir memperkenalkan dirinya dengan gaya masa lalu akan dianggap sebagai aliansi kolot dan radikal.
Sikap saling ejek dan bunuh yang dipersiapkan globalisasi sudah menjadi jantung bagi denyut
kehidupan masa kini. Ragam nilai telah lunas diturunkan nilainya.
Popularitas dan kepalsuan menjadi manekin-manekin yang dikoleksi jutaan manusia yang selalu
menganggap dirinya faham dengan perubahan.

Katalepsi Sinkretisme 2
Paradoks Kebudayaan by amadtattoo

Kalaupun kepesatan perubahan itu tidak mampu dibendung, bukankah manusia dengan akal
sehatnya masih mampu untuk sekedar duduk dan berfikir sejenak. Sabar untuk tidak terburu-buru
menyentuh dan menyetubuhi apa saja yang dianggap indah.
Sekiranya perkiraan tentang after philoshopy itu diketengahkan kembali pada meja diskusi kita.
Sebagai sebuah jembatan pengingat bahwa kebohongan tidak pernah menyerah pada tantangan yang
menghadangnya. Sehingga kearifan kemanusiaan yang seyogyanya menjauhkan diri dari sikap serakah,
culas dan rakus pada hal-hal baru dapat dengan landai kembali pada jalan awal. Pada sebuah takdir bahwa
pada jalan terakhirnya manusia akan mewujud menjadi rohani pertanggungjawaban.
Jika beberapa manusia masih sukar meyakini kematian sebagai awal kehidupan abadi, maka biarkan
kebangsaan yang manis jangan diusik dengan pesta gratis yang mengawali dan mewakili eksistensi
penghancuran dan kehancuran.
Faktanya telah banyak pemikir berpendapat bahwa budaya yang berkembang dari akar yang tidak
jelas hanya akan membawa pengendaranya pada jurang curam.
Republik ini bukan boneka. Jangan menjual yang kami punya untuk sekedar memanjakan kebutaan
mata yang menjijikkan pandangan.

Ahmad Junaidi

Katalepsi Sinkretisme 2

Anda mungkin juga menyukai