Misteri AIDS
Semua Orang Bisa Terkena AIDS Belum Ada Vaksin Pencegahannya Belum Ada Obatnya Penyebaranya Sangat Cepat
Pengetahuan tentang AIDS adalah langkah pertama untuk pencegahan penyebaran AIDS lebih meluas
Penis dan organ reproduksi laki-laki Vagina dan organ reproduksi perempuan Mulut dan tenggorokan Anus atau dubur
APA GEJALANYA?
Biasanya tanpa gejala yang jelas atau tanpa gejala sama sekali Keluar cairan yang tidak biasa keluar dari vagina. Bisa berwarna kekuning-kuningan dan berbau Keluar darah pada masa bukan menstruasi Rasa sakit muncul di vagina saat melakukan hubungan seksual Muncul rasa sakit di perut bagian bawah
PENYAKIT PERADANGAN
Apa nama penyakitnya:
Kencing nanah (GO), Vaginosis
Apa penyebabnya:
GO (gonore), Klamidia, Jamur, E. Coli,Trikhomonas Vaginalis, dll
Apa gejalanya?
Pada perempuan:
Sering tanpa gejala atau gejala sulit dilihat Keluar berwarna kekuning-kuningan dan berbau (seperti nanah) dari vagina Alat kelamin terasa sakit dan atau gatal Sakit bila melakukan hubungan seksual Muncul rasa sakit pada saat kencing
APA GEJALANYA
Pada laki-laki:
Keluar cairan seperti nanah dari penis Muncul rasa sakit dan atau panas pada saat kencing Buah pelir bisa menjadi bengkak, panas, merah dan terasa sakit
APA GEJALANYA
Pada laki-laki dan perempuan:
Bila dubur atau anus terkena maka dapat terjadi diare kronis atau diare yang mengandung darah Bila mulut atau tenggorokan terkena maka dapat terjadi tenggorokan terasa sakit dan berwarna merah
PENYAKIT EROSI
Apa nama penyakitnya:
Sipilis (raja singa) dan Herpes
Apa penyebabnya:
Treponema Pallidum dan Virus Herpes Simplek
SIPILIS
Fase I:
Muncul benjolan berair yang akan pecah dan menimbulkan erosi atau luka di alat kelamin Benjolan ini tidak terasa sakit dan akan hilang sendiri 1-4 minggu kemudian Bila tidak diobati bibit penyakit masih berada di dalam tubuh si penderita dan akan masuk fase II
SIPILIS
Fase II:
Muncul benjolan berair pada seluruh tubuh setelah 3-4 bulan dari fase I Benjolan tersebut tidak terasa sakit dan akan hilang sendirinya walaupun tidak diobati Bila tidak diaobati maka penderita akan memasuki fase III Akan memasuki fase III ini setelah kira-kira 10 tahun dari fase II Muncul dengan gangguan pada sistem syaraf dan bisa menimbulkan kematian
Fase III:
HERPES
Muncul beberapa benjolan berair dan akan pecah dan menimbulkan erosi dan luka di alat kelamin Benjolan tersebut terasa sakit dan akan hilang dengan sendirinya Benjolan tersebut akan muncul hilang seumur hidup tergantung kondisi kesehatan penderita Bibit penyakit Herpes ini tidak dimatikan dengan obat apapun
PENYAKIT LAIN
Apa penyakitnya?
Kutil disebabkab oleh Virus Pappiloma Humanus Hepatitis B disebabkan oleh Virus Hepatitis B Kutu disebabkan oleh Ptirus Pubis AIDS disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus
KUTIL
Pertama kali kutil muncul sangat kecil dan seperti mata ikan pada alat kelamin di bagian luar Bila dibiarkan kan bertambah besar dan berbentuk seperti bunga kol atau jengger ayam Kutil tersebut tidak menimbulkan rasa sakit dan akan muncul hilang seumur hidup tergantung kondisi kesehatan penderita Penyebab kutil ini belum bisa dibunuh oleh obat apapun
KUTU
Kutu muncul dan berdiam di rambut kelamin Akan muncul rasa gatal di sekitar alat kelamin Kadang juga muncul luka-luka kecil disekitar alat kelamin
Akan timbul sakit dan merasa lelah selama 1-2 bulan Muncul sakit kuning Pada beberapa orang dapat menimbulkan kematian
AIDS:
Fase I: 0-5 tahun terinfeksi tidak menimbulkan gejala Fase II: 5-7 tahun terinfeksi timbul gejala minor Fase III: 7 tahun lebih akan masuk fase AIDS dan muncul infeksi opportunistik dan menimbulkan kematian
PENGOBATAN PMS
PMS tidak bisa diobati sendiri Hanya dokter yang bisa menentukan seseorang mengidap PMS atau tidak Hanya dokter yang bisa memberi obat PMS Pengobatan harus dilakukan juga pasangan seksual, bila punya pasangan seksual tetap Lebih efektif mengobati pada tahap dini Pengobatan sendiri akan berakibat bakteri penyebab PMS kebal dengan obat biasanya
Kerusakan alat reproduksi yang berakibat kemandulan Gangguan syaraf, pikun, kebutaan dll Bayi bisa tertular sewaktu dikandungan ibunya, bila ibu mengidap PMS Diare terus menerus Menularkan ke pasangan seksualnya Kematian
PENCEGAHAN PMS
Bagi yang belum aktif melakukan kegiatan seksual: tidak melakukan hubungan seks sama sekali Bagi yang sudah aktif melakukan kegiatan seksual: melakukan hubungan seks mitra tunggal, mengurangi mitra seks, gunakan kondom setiap kali berhubungan seks dan segera mengobati PMS bila ada PMS Khusus yang menularkan lewat darah (Sipilis, Hepatitis B dan AIDS): hanya melakukan transfusi darah yang bebas bibit penyakit tersebut
Minum atau suntik antibiotik sebelum melakukan hubungan seks dengan melihat bersih atau tidaknya pasangan seks kita Mencuci alat kelamin sebelum dan atau sesudah berhubungan seks Meminum ramuan jamu baik sesudah ataupun sebelum berhubungan seks
Pertama kali kasus ditemukan tahun 1987 Perkembangan tajam mulai tahun 1993 Jumlah kasus sampai bulan Juni 2003 mencapai 3647 kasus 60% kasus adalah usia produktif bangsa
Penularan HIV
HIV Dalam jumlah yang bisa menularkan ada di
CAIRAN SPERMA CAIRAN VAGINA DARAH AIR SUSU IBU Kegiatan yang menularkan:
Hubungan seksual yang tidak aman dengan orang yang terinfeksi HIV Transfusi darah yang tercemar HIV Mengunakan jarum suntik, tindik, tatto bersamasama dengan penderita HIV dan tidak disterilkan Dari Ibu hamil yang terinfeksi HIV kepada anak yang di kandungnya
berpelukan, berciuman dengan penderita AIDS Mengunakan peralatan makan bersama-sama dengan penderita AIDS Gigitan nyamuk Terkena keringat, air mata, ludah penderita AIDS Berenang bersama-sama dengan penderita AIDS
Bagi yang belum aktif melakukan kegiatan seksual: tidak melakukan hubungan seks sama sekali Bagi yang sudah aktif melakukan kegiatan seksual: melakukan seks mitra tunggal, mengurangi mitra seks, menggunakan kondom, segera mengobati PMS kalau ada Hanya melakukan transfusi darah yang bebas HIV Mensterilkan alat-alat yang dapat menularkan: jarum suntik, tindik, tatto dll Ibu yang terinfeksi HIV perlu mempertimbangkan lagi untuk hamil
Menerapkan informasi pada diri sendiri Berperilaku bertanggung jawab Menyebarkan informasi tentang AIDS kepada orang lain Mendukung kegiatan pencegahan AIDS di lingkungannya
36
HIV/AIDS
Merupakan kumpulan gejala yang merusak kekebalan tubuh manusia Perkembangannya sangat cepat sekali terutama di negara berkembang Melakukan tes HIV merupakan satusatunya cara untuk mengetahuinya Tidak gejala yang khas untuk mengetahuinya
Mitos
Melakukan tes HIV merupakan vonis mati Tidak ada yang bisa dilakukan bila positif HIV termasuk dalam pengobatan Tidak perlu karena selama ini tidak ada gejala sakit Kerahasiaan tes HIV pasti bocor ke orang lain
Untuk mengetahui perkembangan kasus HIV/AIDS Menyakinkan bahwa darah untuk transfusi dan organ untuk transplantasi tidak terinfeksi HIV Untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi HIV atau tidak
Jenis Pelayanan
Skrining tes
Surveilence Penelitian
Jenis Tes
Mendeteksi antibodi
Antibodi HIV diproduksi begitu menginfeksi oleh tubuh Tes Elisa, tes sederhana/cepat dan tes konfirmasi
NAT dan PCR
Mendeteksi virusnya
Prinsip
Sukarela
Tidak boleh ada tekanan oleh sebab apapun Hasilnya hanya diketahui oleh yang tes dan konselor Semua keputusan baik sebelum dan sesudah tes merupakan keputusan klien
Rahasia
Konseling sebelum dan setelah Informed consent (persetujuan) Kerahasiaan Supervisi dan kontrol kualitas tes Kegiatan untuk perawatan dan pendukung untuk ODHA (orang dengan HIV/AIDS)
Tes Skrining
Mengurangi jumlah darah donor dan produk darah yang terinfeksi Melakukan skrining seluruh darah donor Mengurangi jumlah transfusi darah dan produknya yang tidak perlu
Tes Skrining
Memberikan informasi sebelum donor (faktor risiko penularan, pengetahuan HIV dan penyakit keturunan, perlakuan terhadap darah dan persoalan individu) Memberikan informasi dan konseling setelah donor Merujuk untuk melakukan tes sukarela
Tes Sukarela
Keuntungan
Merupakan titik awal untuk memperoleh pencegahan dan pengobatan infksi opportunistik Merupakan awal dimana dapat membuat keputusan yang berguna di masa depan
Tes Sukarela
Keuntungan
Dapat memperoleh dukungan dari konselor, keluarga dan sesama ODHA Dapat mencegah penularan ke pasangan Dapat merencanakan hidup lebih positif dengan membantu orang lain
Tes Sukarela
Kerugian
Pelanggaran HAM
ODHA perempuan merupakan kelompok yang rentan terhadap stigma, penolakan dan diskriminasi dari masyarakat
Tes Paksa
Kerugian
Tidak efektif Muncul diskriminasi Mahal dan tidak berguna Tidak membantu pasangan karena dikaitkan dengan hukum (dicegah/dilarang menikah)
Sebelum menikah
Surveilence
Gunanya
Untuk mengetahui perkembangan prevalensi/insidensi di suatu daerah Membuat lebih fokus program pencegahan
Prinsipnya anonymous/unlinked (tidak ada indentitas) Hanya mengetahui jumlah HIV positif dan negatif
SEJARAH
Opioid disalahgunakan sejak ratusan tahun yang lalu Nampak penggunaan oleh remaja di Jakarta pada tahun 1970, awal berdirinya RSKO dan keluarnya Instruksi Presiden 6/1971 tentang Bakolak Inpres- cikal bakal BNN
SEJARAH
1960 Vincent Dole dan Marie Nyswander dari Rockefeller University NY mulai menggunakan methadone pada unit rawat inap 1963 Vancouver British Columbia menggunakan methadone sebagai terapi jangka pendek
METHADONE TREATMENT
Terapi dengan methadone yang didampingi terapi non-farmakologik seperti : Konseling individu dan kelompok, terapi kelompok,program edukasi, VCT, Terapi terhadap fisik dan psikiatrik, termasuk pemeriksaannya : Hep C&B, HIV, urinalisis, TB
Setting RS : RSKO Jakarta dan RSU Sanglah Denpasar, 2002-2003 RSKO: peserta adalah pasien lama RSKO dan rujukan dokter, beberapa rujukan LSM RSU Sanglah : peserta datang dari kiriman LSM, jejaring kerja LSM
Manajemen Pasien
Konseling methadone Konseling HIV/AIDS Pemeriksaan adanya indikasi/kontra indikasi (sesuai SOP/Pedoman) Pemantapan pilihan terapi Informed Concent Edukasi klien dan keluarga Konseling kepatuhan berobat
HIV: Human Immunodeficiency Virus, adalah virus menyerang dan bertahap merusak sistem immunitas badan dan berkembang menjadi AIDS.
AIDS: Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan tanda atau gejala berat dan kompleks yang disebabkan oleh penurunan respon immunitas tubuh.
HIV tidak sama dengan AIDS
Tahap Serokonversi : infeksi awal, belum ada antibodi Tahap Asimtomatik : belum ada gejala yang dirasakan Tahap Simtomatik : Mulai merasakan gejala : Infeksi Oportunistik Tahap AIDS
CD4
CD4
0 1 2 3 4 5 Bulan
10
11
Ada kegiatan yang memungkinkan terjadinya pertukaran cairan tubuh Ada orang yang belum terinfeksi atau orang yang juga sudah terinfeksi HIV
Kegiatan Seksual tertentu Kontak Darah Kehamilan, kelahiran dan pemberian air susu ibu
Ada atau tidaknya infeksi alat kelamin Jenis aktivitas seks Risiko aktivitas seks yang memungkinkan terjadi perlukaan atau pendarahan Ada atau tidaknya darah Faktor lain
Penggunaan kembali jarum suntik dan tabungnya Penggunaan bersama perlengkapan menyuntik seperti : air, sendok dan filter Darah atau produk darah yang terinfeksi Perlengkapan bedah
Jumlah virus dari Ibu yang positif Tahapan HIV dari Ibu yang bersangkutan Pemberian ASI Kelahiran melalui vagina
Status HIV
Satu-satunya cara untuk mengetahui status HIV adalah melalui tes darah yang jenisnya antara lain :
Menggunakan kondom untuk seks yang penetratif Tidak berbagi jarum suntik dan perlengkapan menyuntik Perawatan HIV bagi ibu yang positif, mengganti ASI dengan susu formula jika memungkinkan. Menapis darah dan produk darah
HIV/AIDS di Indonesia
Jumlah Kasus AIDS di Indonesia 10 Tahun Terakhir Berdasarkan Tahun Pelaporan sd 31 Desember 2005
6000 5000 4000 3000 2000 1171 1000 0 1996 154 42 198 44 1997 258 60 1998 1999 352 94 607 255 2000 AIDS
Sumber : Lap P2PL sd 31 Desember 2005
5321
2682
2638
1195
2002
2003
2004
2005
48.9 39.4
40 30 20 10 0 Homosex 4.8
Faktor Risiko
Sumber : Lap P2PL sd 31 Desember 2005
Kesimpulan
Tingkat penularan HIV terus meningkat pada masyarakat yang terpantau Perilaku penularan HIV tidak berkurang secara bermakna sehingga mempengaruhi epidemi Sudah terasa peningkatan kebutuhan upaya dukungan dan pengobatan bagi ODHA yang membutuhkannya
Implementasi dilakukan oleh Konsultan WHO Indonesia Konsultan WHO SEARO Penelitian dilakukan oleh Peneliti WHO Geneva (dari Australia dan Swiss) Form evaluasi WHO sesuai studi kolaborasi WHO untuk 7 negara
Pelaksanaan
Langkah : -Pedoman, SOP -SDM : terlatih untuk implementasi dan penggunaan form penelitian -tempat: bentuk klinik, alur layanan -methadone cair:bantuan WHO, akses POMINCB -sosialisasi -pemantauan dan evaluas
Penggunaan methadone
Dosis induksi/awal : fase dimana pasien memulai methadone Dosis stabilisasi atau rumatan: fase dimana pasien menerima dosis stabil Dosis withdrawal atau detoksifikasi: fase dimana dosis methadone diturunkan sampai dihentikan
Dosis awal
Dole dan Nyswander memulainya 10-20 mg duakali sehari, ditingkatkan selama 4 minggu, 50-150 mg/hari. Kemudian diperbaharui menjadi dosis tunggal Goldstein mulai dengan 30 mg , naik 30 mg tiap hari sampai tercapai 100 mg Indonesia mulai dg 10-20 mg pada hari 1-3 ,pada masa stabilisasi, dosis tidak lebih dari 60 mg
Perubahan tekanan darah, bervariasi tergantung dari lama penggunaan methadone Konstipasi Penurunan volume ejakulat Penurunan debar jantung Penurunan Hb dan hematokrit
Penciutan diameter pupil Penurunan kecepatan pernafasan Penurunan sekresi vesikula seminalis dan prostat Meningkatkan sekresi keringat Menurunkan kadar serum testoteron pada laki-laki Sedasi, ggn tidur, EEG melambat
Komorbid
Penyakit dan atau gangguan yang menyertai penyalahgunaan zat: Organik : infeksi HIV,Hep C dan B, endocarditis, infeksi jaringan lunak lainnya, STDs, kekerasan, TB, paru Mental : gangguan schizophrenia, depresi, cemas, kepribadian, mood, ADHD Semua memerlukan terapi, perhatikan interaksi obat dengan methadone
Merujuk kepada bio-psiko-sosial Selain terapi farmakologi, diberikan psikoterapi, konseling individu dan kelompok, pelatihan ketrampilan, terapi keluarga, terapi manajemen kontigensi
30
25
20
22
15
10
10.3
7.3 6.4
1996/97
1997/98
1999
2000
2001
2002
IDU 47%
Jumlah total : 76,000 orang *) WB terkait dengan napza : 10,650 orang*) Laki-laki : 80% ; Perempuan : 20%*) Rata-rata 53,9 % warga binaan dikategorikan sebagai pengguna napza**) 26,8% dari mereka adalah pengedar napza**)
* : Dephukham, 2004 **: BNN, 2004
Permasalahan di Lapas/Rutan
Penuh sesak (lebih dari 150% dari kapasitas) memungkinkan terjadinya perilaku berisiko Fasilitas kesehatan sangat terbatas Pengendalian infeksi sangat lemah Dana yang sangat terbatas untuk kesehatan bagi warga binaan (Rp. 1,000/WB/tahun) Jaringan rujukan sangat terbatas
Seks tidak aman Menyuntik napza Tattoo Pemasangan asesoris penis perkelahian Ritual-ritual solidaritas
Intervensi Rutan :
Sessi pendidikan singkat
Prinsip Intervensi
Setiap warga binaan berhak untuk melindungi dirinya dari penularan HIV Setiap warga binaan berhak berhak untuk memperoleh akses untuk dukungan, pendidikan dan pengobatan sesuai dengan pilihan mereka. Setiap warga binaan berhak untuk merahasiakan status kesehatannya termasuk status HIVnya. Setiap warga binaan berhak untuk memberikan informed consent jika ingin memanfaatkan layanan tes HIV dan pengobatan HIV/AIDS. Setiap warga binaan dengan HIV/AIDS berhak untuk mempertahankan kesehatannya..
Pasan - Canada
Diseminasi Informasi
Substitusi Napza:
Dukungan
Kebijakan dari otoritas lapas/rutan. Peningkatan kapasitas staf lapas dalam HIV/AIDS melalui pelatihan. Membangun jaringan rujukan dengan institusi di luar lapas/rutan seperti rumah sakit, puskesmas, atau LSM
Terima Kasih
Semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi anda semua
Kami mohon supaya informasi ini dapat disebar luaskan kepada orang lain