Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam khazanah pemikiran ilmu ushul fikih, metode istishh! adalah salah satu dari
"" dalil #ang diperselisihkan untuk men$adi hu$$ah%sum!er penggalian hukum s#ariat Islam.
Para ulama fikih memandang dalil&dalil terse!ut se!agai pen#empurna empat dalil #ang telah
disepakati, #aitu al&'ur(an, al&)unnah, i$ma*, dan +i#s. )eandain#a +i#s dan se!elas dalil
terse!ut tidak men$adi metode konklusi hukum, nis,a#a s#ariat Islam akan !ersifat kaku.
Dengan demikian, keumuman nash #ang men$adi !ahan penggalian hukum harus diproses
melalui metode i$tihad, agar !ahan&!ahan terse!ut !isa diolah sedemikian rupa untuk
mem!erikan solusi terhadap peru!ahan zaman, tempat, dan hal&hal !aru #ang mem!utuhkan
pandangan hukum.
Istishh! mempun#ai !an#ak !agian, namun se,ara garis !esar ia !ermakna
penetapan hukum di masa se!elumn#a, kemudian ke!erlangsungann#a senantiasa
di!erlakukan di masa sekarang dan akan datang hingga ada dalil #ang meru!ahn#a. Dari
se!elas dalil terse!ut, ia $uga termasuk kategori metode i$tihad #ang mana kea!sahann#a
diperselisihkan oleh para ulama. Bagi ulama #ang sepakat pastin#a !erpendapat !ah-a
Istishh! !erperan se!agai instrumen penggalian konklusi hukum. )e!alikn#a, ulama #ang
menentang pastin#a $uga pun#a ,ara tersendiri dalam menghukumi permasalahan. Akhirn#a,
ke&hu$$ah&an Istishh! #ang diperselisahkan menghasilkan produk hukum #ang !er!eda&!eda
ketika diterapkan dalam permasalahan&permasalahan fikih.
Dalam makalah ini akan dipaparkan !e!erapa definisi .#ang maknan#a se!enarn#a
hampir sama/, ma,am&ma,am Istishh! #ang terdiri tu$uh !agian !eserta pendapat ulama
pada masing&masing !agiann#a. )elan$utn#a, penulis mengikuti metode Imam al&)#aukani
dalam menuliskan perselisihan para ulama mengenai kea!sahan Istishh! se,ara umum dan
terakhir adalah peranan Istishh! itu sendiri dalam -a,ana hukum fikih !eserta pengaruhn#a.
BAB II
PE0BAHA)AN
PEN1E23IAN I)3I)HAB
)e,ara !ahasa al&istisha! #aitu tuntunan pemeliharaan dan melan$utkan.
"
Istisha!
menurut !ahasa ara! ialah mengakui adan#a hu!ungan perka-inan. )edangkan menurut
istilah ulama ushul fi+h adalah menetapkan sesuatu menurut keadaan se!elumn#a sehingga
terdapat dalil untuk mengu!ah hokum terse!ut.
4
)edangkan se,ara istilah .terminologi/, terdapat !e!erapa definisi #ang dikemukakan
oleh para ulama, di antaran#a ialah5
". Imam Isna-i
Istisha! ialah melan$utkan !erlakun#a hukum #ang telah ada dan #ang telah ditetapkan
karena suatu dalil sampai ada dalil lain #ang mengu!ah hukum&hukum terse!ut.
6
4. I!n al&'a##im al&7auzi#ah
Istisha! ialah mengukuhkan menetapkan apa #ang pernah ditetapkan dan meniadakan
apa #ang se!elumn#a tiada.
8
6. A!dul&9arim :aidan
Istisha! ialah menganggap tetapn#a status sesuatu seperti keadaann#a semula selama
!elum ter!ukti ada sesuatu #ang mengu!ahn#a.
;
Istisha! $uga dapat !erarti melan$utkan !erlakun#a hukum #ang telah tetap di masa
lalu, diteruskan sampai #ang akan datang selama tidat terdapat #ang mengu!ahn#a.
<
)ehingga
dapat disimpulkan !ah-a istisha! adalah menetapkan !erlakun#a suatu hukum #ang telah ada
se!elum ada dalil atau !ukti #ang mengu!ah hukum terse!ut.
=ontoh tentang istisha! adalah se!agai !erikut5
a. Apa!ila telah $elas adan#a pemilikan terhadap sesuatu harta karena adan#a !ukti
ter$adin#a pemilikan seperti karena mem!eli, -arisan, hi!!ah atau -asiat, maka
pemilikan tadi terus !erlangsung sehingga ada !ukti&!ukti lain #ang menun$ukkan
perpindahan pemilikan pada orang lain.
1
7aih 0u!arok, Metodologi Ijtihad Hukum Islam. .>og#akarta5 UII Press. 4??4/, hal. "66
2
Prof. D2. A!dul @ahha! 9hallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam (Ilmu Ushul Fiqh), .7akarta5 P3 2a$a
1rafindo Persada. "ABB/, hal. "6C
3
=haerul Umam, dkk, Ushul Fiqih 1, .Bandung5 =D Pustaka )etia, 4???, =et. Ii/, hal. "88.
4
Amir )#arifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2, .7akarta5 9en,ana Prenada 0edia 1roup, 4??A, =et. D/, hal. 6<;.
5
)atria Effendi, Ushul Fiqh, .7akarta5 Prenada 0edia, 4??;, =et. I/, hal. ";A.
6
0oh. 2ifa(i, Ushul Fiqih, .Bandung5 P3 Alma(arif, t.t, =et. E/, hal. "8?.
!. Frang #ang telah hilang tetap dianggap hidup sehingga ada !ukti atau tanda&tanda lain
#ang menun$ukkan !ah-a dia meninggal dunia.
,. )eseorang #ang telah menikah terus dianggap ada dalam hu!ungan suami&istri sampai
ada !ukti lain !ah-a mereka telah !er,erai, misaln#a dengan talak.
C
0A=A0&0A=A0 I)3)HAB
a. Istisha! hukum al&i!ahah al&asli##ah lil as#&#a. 0aksudn#a adalah menetapkan
hukum sesuatu #ang !ermanfaat !agi manusia adalah !oleh, selama tidak ada dalil #ang
menun$ukkan keharamann#a. 0isalG seluruh pepohonan dihutan merupakan milik !ersama&
umat manusia& dan setiap orang !erhak mene!ang dan memanfaatkan pohon dan hutann#a,
sampai ada !ukti #ang menun$ukkan !ah-a hutan itu telah men$adi milik orang. Dalam
kaitan ini, alasan #ang dikemukakan adalah firman Allah '). Al&Ba+arah5 4A 5
HDia&lah Allah, #ang men$adikan segala #ang ada di !umi untuk kamu dan Dia !erkehendak
.men,iptakan/ langit, lalu di$adikan&N#a tu$uh langit. dan Dia 0aha mengetahui segala
sesuatu.I
Artin#aG IDialah,Allah, #ang men$adikan segala sesuatu #ang ada di!umi untuk kamuI. 9ata
JKL .untuk kamu/ dalam a#at itu menun$ukkan ke!olehan memanfaatkan apa&apa #ang ada
di!umi.
B
Dasar lain #ang digunakan untuk !agian ini adalah G MN OP QRS TUVW XY Z[LY \R]^_
`abcdL ebcfgLYh OP iWRLY .al&A(rafG64/. Artin#a GIkatakanlah5 siapakah #ang mengharamkan
perhiasan dari Allah #ang telah dikeluarkan&N#a untuk ham!a&ham!a&N#a dan .siapakah
#ang mengharamkan/ rizki #ang !aikI. dari a#at ini !isa kita fahami !ah-asann#a Allah
)@3 menegaskan !ah-a memanfaatkan perhiasan dan men,ari rizki #ang !aik adalah hak
setiap orang. Istisha! seperti ini, menurut para ahli ushul fi+h dapat di$adikan hu$$ah dalam
menetapkan hukum.
A
A#at lain #ang di$adikan para ulama se!agai dasar !entuk istisha! ini adalah firman Allah
!erikut ini5
"?
Artin#a5 H9atakanlah5 )iapakah #ang mengharamkan perhiasan dari Allah #ang telah
dikeluarkan&N#a untuk ham!a&ham!a&N#a dan .siapa pulakah #ang mengharamkan/ rezki
#ang !aikjI. .'.) Al&A(raf5 64/
Para ahli ushul fikih mengatakan !ah-a pemanfaatan seluruh ,iptaan Allah #ang ada di !umi,
perhiasan&N#a, dan hak men,ari rezeki, merupakan hak setiap orang dan hukumn#a halal
7
A. D$azuli, Ilmu Fiqh: Peggalia, Pe!kem"aga, da Pee!a#a Hukum Islam, .7akarta5 9en,ana Prenada
0edia 1roup, 4??<, =et. Di/, hal. A"&A4.
8
@ah!ah As :uhaili Usul Fiqh $l Islami% .Baerut5 Le!anon. 4??", Dol.4./, hal. BA?
9
@ah!ah As :uhaili Usul Fiqh $l Islami% hal. BA"
10
=haerul Umam, dkk, Ushul Fiqih 1, hal. "8C
selama tidak ada dalil #ang mengharamkann#a. Istisha! seperti ini menurut para ulama dapat
di$adikan hu$$ah dalam menetapkan hukum.
!. Istisha! terhadap dalil #ang !ersifat umum se!elum datangn#a dalil #ang
mengkhususkann#a dan istisha! dengan nas selama tidak ada dalil #ang menasakhn#a.
HHai orang&orang #ang !eriman, nafkahkanlah .di $alan Allah/ se!agian dari hasil usahamu
#ang !aik&!aik dan se!agian dari apa #ang 9ami keluarkan dari !umi untuk kamu. dan
$anganlah kamu memilih #ang !uruk&!uruk lalu kamu menafkahkan daripadan#a, Padahal
kamu sendiri tidak mau mengam!iln#a melainkan dengan memin,ingkan mata terhadapn#a.
dan ketahuilah, !ah-a Allah 0aha 9a#a lagi 0aha 3erpu$i.I .'). Al&Ba+arah5 4<C/
Allah )@3 men$elaskan5
Bah-a manusia -a$i! menafkahkan seluruh hasil usaha dan seluruh #ang diperoleh
melalui pengekploitasian sum!er da#a alam. 9alimat HnafkahI terse!ut, menurut kesepakatan
Ulama ushul fi+h !ersifat umum, karena nafkah -a$i! meliputi zakat, nafkah keluarga dan
nafkah kaun kera!at. 9alimat Hhasil usahaI disinipun !ersifat umum, meliputi seluruh $enis
hasil usaha dari !umi. 9andungan a#at #ang umum ini, menurut se!agian Ulama ushul fi+h
tetap !erlaku selama tidak ada dalil #ang mengkhususkann#a dan ini dinamakan istisha!.
Akan tetapi menurut se!agian Ulama ushul fi+h lainn#a, seperti Imam A!u al&0a(ali
al& 7uaini .madzha! )#afi(i/, Imam 0uhammad !in Al# As#&)#aukani mengatakan hal ini
!ukan merupakan istisha!, melainkan !erdalih !erdasarkan kaidah !ahasa, #aitu kaidah #ang
men#atakan Hsuatu dalil #ang umum tetap !erlaku sesuai dengan keumumann#a sampai ada
dalil #ang mengkhususkann#aI.
""
=ontoh istisha! nash selama tidak ada #ang menasakhn#a
adalah ke-a$i!an !epuasa dalam surat al&!a+arah a#at "B6. ke-a$i!an !erpuasa di !ulan
2amadlan #ang !erlaku !agi umat se!elum Islam tetap -a$i! !agi umat Islam !erdasarkan
a#at diatas, selama tidak ada nas lain #ang mem!atalkann#a.
"4
,. Istisha! #ang menurut akal dan s#ara( hukumn#a tetap dan !erlangsung terus. I!nu
'o##im al&7auziah .ahli ushul fi+h madzha! Ham!ali/ men#e!utn#a dengan Hsifat #ang
melekat pada suatu hukum, sampai ditetapkan hukun #ang !er!eda dengan ituI.
"6
0isaln#a,
hak milik pada suatu !enda adalah tetap dan !erlangsung terus, dise!a!kan adan#a transaksi
pemilikan, #akni akad, sampai ada se!a! lain #ang men#e!a!kan hak milik itu !erpindah
kepada orang lain. =ontoh hukum -udlu seseorang #ang sudah !er-udlu dianggap
!erlangsung terus sampai adan#a pen#e!a! #ang mem!atalkann#a. Apa!ila ia ragu apakah
-udlun#a masih ada atau sudah !atal, maka !erdasarkan istisha! -udlun#a tetap ada. 9arena
11
Ensiklopedi Hukum Islam.Dol.II. CC<
12
Ensiklopedi Hukum Islam.Dol.II. CC<
13
@ah!ah As :uhaili Usul Fiqh $l Islami, hal. BA"
keraguan #ang mun,ul terhadap !atal atau tidakn#a -udlu terse!ut, tidak !isa mengalahkan
ken#akinan seseorang !ah-a ia telah !er-udlu. Hal ini se$alan dengan sa!da 2asulullah
)A@. terhadap seseorang #ang merasa ragu terhadap keutuhan -udhun#a. 9etika itu
2asulullah )A@. men#atakan5 H7ika seseorang merasakan sakit perutn#a lalu ia ragu apakah
ada sesuatu #ang keluar atau tidak, maka sekali&kali $angan ia keluar dari mes$id
.mem!atalkan shalat/ sampai kamu mendengar suara atau men,ium !au .kentut/I .H2.
0uslim dari A!u Hurairah/.
"8
3erdapat per!edaan pendapat mengenai kehu$$ahan dari istisha! !entuk kedua ini.
I!nu 'a##im Al&7auzi##ah !erpendapat !ah-a istisha! !entuk ini dapat di$adikan hu$$ah.
Imam Al&1hazali men#atakan !ah-a istisha! han#a !isa di$adikan hu$$ah apa!ila didukung
oleh dalil, dan dalil itu menun$ukkan !ah-a hukum terse!ut masih tetap !erlaku dan tidak
ada dalil lain #ang mem!atalkann#a. Dan menurutn#a, istisha! tidak dapat di$adikan alasan
!erdasarkan anggapan !ah-a tidak ada dalil lain #ang mem!atalkan suatu hukum. )edangkan
ulama Hanafi##ah !erpendirian !ah-a istisha! seperti ini han#a !isa di$adikan kasus.
d. Istisha! al&!ara(ah al&ashli##ah .ke!e!asan dasar/, #akni umat manusia ter!e!as dari
ke-a$i!an&ke-a$i!an s#ar(i#, sampai ada dalil #ang menun$ukkan taklif atau sampai
datangn#a s#ara(, Anak ke,il ter!e!as dari taklif sampai ia men,apai usia !aligh. Frang #ang
!uta hukum atau !erasal di daerah musuh, ter!e!as dari taklif sampai ia melek hukum atau
sampai !erada didaerah Islam.
";
=ontoh lain Apa!ila si A menuduh !ah-asann#a B memiliki
hutang pada dirin#a, maka A !erke-a$i!an untuk mengemukakan !ukti&!ukti utang terse!ut.
Apa!ila A tidak sanggup mengemukakan alat !ukti, maka B !e!as dari tanggungan .tuntutan/
dan B din#atakan tidak pernah !erutang pada A.
e. Istisha! terhadap hukum #ang ditetapkan !erdasarkan i$mak. Istisha! ini
dipersilisihkan Ulama tentang kehu$ahann#a. 0isaln#aG Ulama fi+h !erdasarkan i$mak
menetapkan !ah-a ketika air tidak ada, seseorang !oleh !erta#amum dan apa!ila shalatn#a
telah selesai ia ker$akan, maka shalatn#a sah. Akan tetapi apa!ila dalam keadaan shalat ia
melihat air, tim!ul per!edaan apakah shalatn#a ia !atalkan untuk kemudian melakukan -udlu
ataukah ia teruskank
0enurut )#afi(i dan 0aliki orang terse!ut tidak !oleh mem!atalkan shalatn#a, karena
ada i$mak #ang mengatakan !ah-a shalat itu sah apa!ila diker$akan se!elum melihat air.
0ereka menganggap hukum i$mak itu tetap !erlaku sampai ada dalil #ang mengatakan !ah-a
14
=haerul Umam, dkk, Ushul Fiqih 1, hal. "8B&A.
15
0uhammad A!u :ahrah. Ushul &iqih% .Pustaka lirdaus5 Pasar minggu."AAA/, hal, 8;6
H apa!ila orang #ang !erta#amum melihat air pada -aktu shalat, maka ia harus mem!atalkan
shalatn#a untuk kemudian !er-udlu dan mengulangi shalatn#a.I
Akan tatapi Ulama A!u Hanifah dan Ahmad mengatakan !ah-a orang #ang
melakukan shalat dengan ta#amum dan ketika shalat melihat air, ia harus mem!atalkan
shalatn#a untuk kemudian !er-udlu dan mengulangi shalatn#a. 0ereka !eralasan karena
i$mak itu han#a terkait dengan sahn#a shalat !agi orang #ang tidak menemukan air, !ukan
dalam keadaan adan#a air.
"<
9EHU7AHAN I)3I)HAB
Ber!eda dari sum!er hukum #ang lain, istisha! didasarkan atas Hpersangkaan kuatI
!ah-a kontinuitas hukum asal tetap !erlaku terus sampai ada dalil #ang meru!ahn#a. Fleh
karena itu, sum!er hukum ini tidak dapat dipandang se!agai dalil #ang kuat untuk istin!ath
hukum.
"C
Dalam hal ini, imam al 9ha-arizmi !erkataG istisha! merupakan alternatime terakhir
untuk fat-a. )eorang mufti $ika ditan#a suatu masalah, maka ia se,ara !erurutan men,ari
ketetapan hukumn#a dari al&'uran, sunnah, i$mak dan +i#as. Apa!ila dari keempat sum!er
hukum terse!ut tidak ditemukan hukumn#a, maka ia !aru menerapkan dalil istisha!.
Fleh se!a! itu, seorang mufti apa!ila menghadapi masalah #ang diragukan adalah
.masih atau tidak adan#a suatu perkara/, maka #ang asal adalah tetapn#a perkara
terse!ut. 0isalkan ragu antara masih pun#a -udlu atau tidakn#a, maka #ang asal adalah ia
masih memiliki -udlu. =ontoh lain apa!ila seorang -anita diragukan masih pera-an atau
tidakn#a, maka #ang asal adalah ia masih pera-an sampai ada dalil #ang meru!ah sifat
kepera-anann#a. Akan tetapi apa!ila #ang diragukan adalah .tetap atau tidakn#a satu
perkara/, maka #ang asal adalah hilang atau tidak adan#a perkara terse!ut.
"B
=onton#aG
seseorang ragu pun#a -udlu atau tidak, maka #ang asal ia tidak memiliki -udlu. Dalam
masalah kepemilikan misaln#aG I-an mengaku kalau sepeda milik Budi sudah men$adi milik
dirin#a. Hal ini diragukan antara sudah pindah kepemilikan sepeda dari I-an ke Budi atau
!elum. 0enurut asal adalah !elum atau tidak pindahn#a sifat kepemilikan terse!ut, sampai
ada dalil #ang men#atakan hilang atau pindahn#a sifat kepemilikan. 9arena pada
asal%dasarn#a manusia .Budi dalam ,ontoh ini/ adalah !e!as tanggungan dari
ke-a$i!an%tuntutan.
Istisha! diterima se!agai sum!er hukum !isa dilihat dari segi s#ara( maupun akal.
Dari segi s#ara(, disimpulkan !ah-a hukum&hukum itu tetap !erlaku sesuai dalil #ang ada
16
@ah!ah As :uhaili Usul Fiqh $l Islami, hal, BA8
17
@ah!ah As :uhaili Usul Fiqh $l Islami, hal, BA8
18
@ah!ah As :uhaili Usul Fiqh $l Islami, hal,BA8
sampai ada dalil #ang meru!ahn#a. )emisal anggur #ang mema!ukkan, !erdasarkan
ketetapan s#ara( adalah minuman haram ke,uali apa!ila telah !eru!ah sifatn#a, #akni sifat
is#kar .mema!ukkan/ karena !eru!ah dengan sendirin#a men$adi ,uka.
Dari segi logika, akal sehat dengan mudah menerima dan mendukung penggunaan
istisha!. Dapat dikemukakan !e!erapa ,ontoh !erikut ini5
". )eseorang #ang adil tidak !oleh dituduh telah fasi+, ke,uali apa!ila ada dalil #ang
menun$ukkan atas kefasi+ann#a. >akni sampai orang #ang !ersangkutan !enar&!enar
!erperilaku #ang !erla-anan dari sifat adil.
4. Apa!ila seseorang se!elumn#a diketahui masih hidup, maka ia tidak !isa dihukumi telah
meninggal ke,uali apa!ila ada !ukti #ang menun$ukkan atas kematiann#a.
6. Apa!ila I-an adalah pemilik suatu !arang, maka hak milik itu tidak !erpindah ketangan
orang lain ke,uali adan#a !ukti. Dan masih !an#ak ,ontoh lain #ang !erdasar istisha!.
"A
PE2BEDAAN PENDAPA3 3EN3AN1 9EHU7AHAN I)3I)HAB
Para ulama ushul fi+ih, seperti di kemukakan 0uhammad azhrah, sepakat !ah-a
!e!erapa ma,am istisha! !isa di $adikan landasan hukum ke,uali istiha! al&-asf, dalam hal
ini ada per!adaan pendapat ada dua pendapat 5
9alangan hana!ila dan s#afii##ah !erpendapat !ah-a istisha! al -asf dapat di
$adikan landasan se,ara penuh !aik dalam menim!ulkan hak #ang !aru maupun dalam
mempertahankan hakn#a #ang sudah ada. 0isaln#a seseorng #ang hilang tidak tahu
tempatn#a tetap di anggap hidup sampai ter!ukti !h-a ia telah -afat, oleh karena masih di
anggap hidup maka !erlaku !agin#a segala hal seperti orang #ang masih hidup seperti !ah-a
harta dan istrin#a masih dianggap kepun#aan#a, dan $ika ada ahli! -arisn#a #ang -afat,
maka dia turut me-arisi harta peninggalann#a dan kadar pem!agiann#a langsung din#atakan
se!agai hak milikn#a.
9alangan hanafi##ah dan malikki##ah !erpendapat, !ah-a istisha! al -asf han#a
!erlaku untuk memperthankan hakn#a #ang sudah ada !ukan menim!ulkan hak #ang !aru.
Dalam ,ontih diatas orang #ang hilang itu meskipun ia masih di anggap hidup #ang dengan
itu istrin#a masih di anggap se!agai istrin#a dan hartan#a $uga masih !erstatus se!agai hak
milikn#a se!agai orang #ang masih hidup, namun $ika ada ahli -arisn#a #ang -afat dan
tern#ata le!ih dulu -afatn#a di !andingkan dengan -aktu -afatn#a ahli -arisn#a maka kadar
pem!agiann#a #ang di simpan terse!ut di !agi di antara ahli -aris #ang ada. Alasan mereka
karena keadaan#a masih hidup semata&mata di dasarkan atas dalil istisha! #ang !erupa
dugaan, !ukan hidup se,ara fakta.
19
0uhammad A!u :ahrah, Ushul &iqih, hal, 8;6.
Ulama ushul fi+h !er!eda pendapat tentang kehu$ahan istisha! ketika tidak ada dalil s#ara(
#ang men$elaskan suatu kasus #ang dihadapi Pendapat pertama dikemukakan oleh Ulama
0utakallimin. 0enurutn#a istisha! !ukanlah merupakan hu$$ah atau tidak !isa di$adikan
dalil, karena hukum #ang #ang ditetapkan pada masa lampau $uga menghendaki adan#a dalil.
Hal itu $uga !erlaku $uga untuk menetapkan hukum #ang sama pada masa sekarang dan #ang
akan datang.
4?
0enurutn#a dasar hukum pada istisha! merupakan penetapan hukum tanpa
dalil. 7adi sekalipun suatu hukum telah ditetapkan pada masa lampau dengan suatu dalil,
untuk mem!erlakukan hukum itu pada masa sekarang atau #ang akan datang diperlukan dalil
lain.
4"
Pendapat #ang kedua dikemukakan oleh ma#oritas Ulama madzha! Hanafi. 0enurut
mereka istisha! !isa di$adikan hu$$ah untuk menetapakan hukum. 0ereka mengatakan
istisha! adalah hu$$ah untuk mempertahankan, !ukan untuk menetapkan. Artin#a, istisha!
han#a dapat di$adikan hu$$ah untuk mempertahankan hukum #ang sudah ada, selama tidak
ada dalil #ang meru!ahn#a, dan tidak !erlaku untuk menetapkan hukum pada kasus #ang
!aru mun,ul.
Pendapat #ang terakhir dikemukakan oleh madzha! 0aliki, )#afi(i, Ham!ali, az&
:ahiri dan )#iah. 0ereka mengatakan istisha! !isa di$adikan hu$$ah se,ara mutlak untuk
menetapkan hukum #ang sudah ada, selama tidak ada dalil #ang meru!ahn#a.
44
9AIDAH&9AIDAH lI'H >AN1 3E20A)U9 DALA0 I)3I)HAB.
Ulama fi+h menetapkan !e!erapa kaidah #ang didasarkan pada istisha!, diantaran#a
adalahG
Mn op qpr Yr s n btr ur bPr vr bwr xyrzr bPr vr bwr x[{Sr |r cn}p Vr bPr `n Rn f~r Vn
0aksudn#a adalah pada dasarn#a seluruh hukum #ang sudah ada dianggap !erlaku
terus sampai ditemukan dalil #ang menun$ukkan hukum itu tidak !erlaku lagi. =ontohn#a
seperti kasus orang hilang diatas. Ia tetap dihukumi masih hidup sampai ada dalil #ang
menun$ukkan atas kematiann#a.
Mn op qpr Yr x s bfrp qpr Y Tn Sr burqp Yr
0aksudn#a adalah pada dasarn#a hal&hal #ang !ersifat !ermanfaat !agi manusia
hukumn#a adalah !oleh dimanfaatkan. 0elalui kaidah ini, maka seluruh akad%transaksi
dianggap sah, selama tidak ada dalil #ang menun$ukkan atas !ataln#a. )e!agaimana $uga
pada sesuatu #ang tidak ada dalil s#ara( #ang melarangn#a, maka hukumn#a !oleh&!oleh a$a.
20
@ah!ah As :uhaili Usul Fiqh $l Islami, hal. BA<
21
Ensiklopedi Hukum Islam. Dol.II. CCC
22
@ah!ah As :uhaili Usul Fiqh $l Islami, hal. BAC
Mn op qpr Yr x T P{ ~ LY n sr YRr crLpYr Or P fp LbKr [{LY i p tnn LpYhr
0aksudn#a adalah pada dasarn#a seseorang tidak di!e!ani tanggung $a-a! se!elum
adan#a dalil #ang menetapkan tanggung $a-a! seseorang. Fleh karana itu, seorang tergugat
dalam masalah apapun tidak !isa din#atakan !ersalah se!elum adan#a pem!uktian #ang kuat
dan men#akinkan !ah-a ia !ersalah.
On fp t frLpY n Yr Vnqr ~ { Lbu
Artin#a 5 sesuatu #ang ter!ukti dengan #akin tidak hapus karena keragu&raguan.
0aksudn#a adalah suatu ken#akinan tidak !isa di!atalkan oleh suatu #ang diragukan.
Atas dasar kaidah ini, maka seseorang #ang telah -udlu apa!ila merasa ragu apakah sudah
!atal atau !elum, maka ia !erpegang pada ken#akinann#a !ah-a ia !elum !atal. =ontoh lain
apa!ila seseorang makan sahur di akhir malam, kemudian ia ragu apakah sudah ter!it fa$ar
ataukah !elum, maka dalam hal ini sahurn#a diteruskan dan puasan#a sah. 9arena ke#akinan
!ah-a hari masih malam le!ih kuat di!anding keraguan !ah-a fa$ar telah ter!it. 3etapi
Ulama madzha! 0aliki menge,ualikan dalam masalah shalat. 0enurut mereka apa!ila
keraguan terse!ut !erkaitan dengan shalat, maka ia -a$i! !er-udlu lagi.
46
Berkaitan dengan hal ini Imam )#aifi(i !erpendapat !ah-a Allah itu maha Bi$aksana,
sehingga men,iptakan sesuatu, lalu mengharamkan sesuatu atas ham!a&N#a. Beliau
!erdasarkan sa!da 2osulullah )A@ 5
MSYbP XY S bPh QRS QYRS bPh |K Uz z
Artin#a 5 apa sa$a #ang dihalalkan Allahadalah halal, dan apa sa$a #ang diharamkan
Allah adalah haram, sedangkan apa sa$a #ang di diamkan adalah dimanfaatkan.
48
0enurut al&)u#uthi dalam kita!n#a, al&As#!ah -a al&Nazhair, kaidah fi+hi#ah #ang
pokok itu didasarkan kepada !e!erapa hadits Na!i, di antaran#a adalah5
Hadits dari A!u Hurairah menurut ri-a#at 0uslim5
Jp wn n Sr _rr r hr Yr x Ugp ur bfp r Mr Kr p brr fp yrzr \r Rr ^r _r n Up P bfp r Qp Yr qr r r O{ r Rn p Vr Or ]]P x[{Sr ]]p LrYp r r ]]p Vr
bp or r Vrhp Yr b Vp /VLY/
Bila salah seorang di antaramu merasakan pada perutn#a sesuatu, kemudian ia ragu
apakah ada sesuatu #ang keluar dari perutn#a itu atau tidak, $anganlah ia keluar dari mas$id
sampai ia mendengar suara atau men,ium !au.
Hadits dari A!u )a(id al&9hudri menurut ri-a#at 0uslim5
23
@ah!ah As :uhaili Usul Fiqh $l Islami, hal, A?"
24
Drs. H. 0u,htah Hadi, Ushul Fiqh. .>og#akarta 5 3rust 0edia Pu!lishing, 4?""/, hal. C6&C8
{ r Yr Y Jp wn n Sr Yr x r or Jp yrr p Vr Jp ]wr xy{]or b]r rYr Qp _r b]d urp _r Rr ]g p frypr { ]{ LY O ]cp frLphr x]yrzr Or tr fp [r]p YbPr
/VLY/
Apa!ila salah seorang di antaramu ragu dalam shalatn#a apakah telah tiga rakaat atau
empat rakaat, maka hendaklah ia !uang apa #ang meragukan dan mengam!il apa #ang
me#akinkan.
4;
2elemansi Istisha! Dengan UU Positif )erta 3erhadap Perkem!angan 0as#arakat Pada
:aman )ekarang
Istisha! dipergunakan dalam Undang&Undang Pidana se!agai landasan, karena segala
sesuatu dipandang mu!ah se!elum ada ketentuan tegas #ang menetapakan keharamann#a,
4<
dan ke!an#akan dari hukum Undang&Undang perdata pun demikian. Dalam istisha! pada
dasarn#a seseorang itu din#atakan tidak !ersalah sampai ada !ukti se,ara me#akinkan !ah-a
orang terse!ut !ersalah. Prinsip ini di dalam hukum positif Indonesia khususn#a dikenal
dengan istilah praguga tak !ersalah.

25
Amir )#arifuddin, Ushul Fiqh Jilid 1, hal. 6C?.
26
=haerul Umam, dkk, Ushul Fiqih 1, hal. ";C.
BAB III
PENU3UP
9esimpulan
Istisha! adalah menetapkan !erlakun#a suatu hukum #ang telah ada se!elum ada dalil
atau !ukti #ang mengu!ah hukum terse!ut. 3er$adi per!edaan pendapat mengenai s#arat&
s#arat istisha! di kalangan para ulama #aitu menurut )#afi(i##ah dan Hana!illah serta
:aidi#ah dan :hahiri#ah !erpendapat !ah-a hak&hak #ang !aru tim!ul tetap men$adi hak
seseorang #ang !erhak terhadap hak&hakn#a terdahulu, sedangkan menurut Hanafi##ah dan
0aliki#ah mem!atasi istisha! terhadap aspek #ang menolak sa$a dan tidak terhadap aspek
#ang menarik .i$a!i/ men$adi hu$$ah untuk menolak, tetapi tidak untuk mentsa!itkan.
Para ulama ushul fikih mengemukakan istisha! itu ter!agi dalam lima ma,am, #ang
se!agiann#a disepakati dan se!agian lainn#a diperselisihkan, #aitu5 istisha! hukm al&i!ahah
al&asli##ah, istisha! #ang menurut akal dan s#ara( hukumn#a tetap dan !erlangsung terus,
istisha! terhadap dalil #ang !ersifat umum se!elum datangn#a dalil #ang mengkhusukann#a
dan istisha! dengan nash selama tidak ada dalil nash .#ang 0em!atalkann#a/, istisha!
hukum akal sampai datangn#a hukum s#ar(i, dan istisha! hukum #ang ditetapkan
!erdasarkan i$ma( tetapi ke!eradaan i$ma( diperselisihkan.
Ada tiga pendapat dikalangan ulama mengenai kehu$$ahan istisha!, #aitu5 0a#oritas
dari pengikut 0alik, )#afi(i, Ahmad, dan se!agian ulama Hanafi !erpendapat !ah-a istisha!
dapat men$adi hu$$ah dalam menetapkan hukum s#ara(, selama !elum ada dalil #ang
mengu!ahn#a. )e!agian !esar dari ulama mutakhirin, Hanafi !erpendapat, !ah-a istisha!
dapat men$adi hu$$ah dalam menetapkan hukum s#ara( #ang dalam hal ini han#a !erlaku pada
kasus #ang sudah ada hukumn#a dan tidak !erlaku !agi kasus #ang akan ditetapkan
hukumn#a. )egolongan dari ulama mutakallimin seperti Hasan Al&Bashri dan #ang
sependapat dengann#a !erpendapat !ah-a istisha! se,ara mutlak tidak dapat
dipakai%di$adikan hu$$ah di dalam menetapkan hukum s#ara(.
Berikut adalah kidah pokok #ang populer dan telah dirumuskan para ulama tentang
istisha!5 apa #ang ditetapkan dengan suatu #ang me#akinkan tidak dapat dihilangkan dengan
suatu #ang meragukan. Istisha! dipergunakan dalam Undang&Undang Pidana se!agai
landasan. 9arena segala sesuatu dipandang mu!ah se!elum ada ketentuan tegas #ang
menetapakan keharamann#a. Dan ke!an#akan dari hukum Undang&Undang perdata pun
demikian.
DAl3A2 2U7U9AN
A!u :ahrah, 0uhammad. "AAA. Ushul &iqih% Pustaka lirdaus5 Pasar minggu
As :uhaili, @ah!ah. 4??". Usul Fiqh $l Islami% Baerut5 Le!anon. Dol.4.
D$azuli, A.. 4??<. Ilmu Fiqh: Peggalia, Pe!kem"aga, da Pee!a#a Hukum Islam.
7akarta5 9en,ana Prenada 0edia 1roup. =et. Di
Effendi, )atria. 4??;. Ushul Fiqh. 7akarta5 Prenada 0edia. =et. I
Ensiklopedi Hukum Islam.
Hadi, 0u,htah. 4?"". Ushul Fiqh. >og#akarta5 3rust 0edia Pu!lishing.
0u!arok, 7aih. 4??4. Metodologi Ijtihad Hukum Islam. >og#akarta5 UII Press.
2ifa(i, 0oh.. tt. Ushul Fiqih. Bandung5 P3 Alma(arif. =et. E
)#arifuddin, Amir. 4??A. Ushul Fiqh Jilid 2. 7akarta5 9en,ana Prenada 0edia 1roup.
Umam, =haerul. dkk. 4???. Ushul Fiqih 1. Bandung5 =D Pustaka )etia. =et. II
@ahha! 9hallaf, A!dul. "ABB. Kaidah-kaidah Hukum Islam (Ilmu Ushul Fiqh)% 7akarta5 P3
2a$a 1rafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai