Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENYULUHAN

Kesulitan Makan Pada Anak











DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
2013




HALAMAN PERSETUJUAN


Penyuluhan dengan judul :

Kesulitan Makan Pada Anak

Yang Dipersiapkan oleh

Makalah ini telah diperiksa dan disetujui untuk dilakukan penyuluhan

Medan,09 November 2013



















BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesulitan makan pada anak masih merupakan keluhan utama orang tua terhadap anaknya,
terutama pada golongan balita. Hal ini menyebabkan orang tua membawa anak ke dokter karena
anak sulit untuk makan dan banyak orang tua juga mengeluhkan anaknya kurang gizi atau pun
berat badan anak menjadi turun.

Anak prasekolah merupakan sorotan utama dalam keluhan nafsu
makan pada anak karena masih belum dapat mengambil dan memilih makanannya sendiri, anak
masih sulit untuk diberi pengertian tentang makanan serta masih terbatas untuk menerima
berbagai jenis makanan yang diberikan oleh orang tuanya. Biasanya anak kecil menyukai
makanan jajanan yang mengandung pengawet, tentunya sebagai orang tua selalu resah setiap
jajanan yang dimakan oleh anak.
1
Pemberian makan pada anak memang sering menjadi masalah buat orang tua atau
pengasuh anak. Keluhan tersebut sering dikeluhkan orang tua kepada dokter yang merawat
anaknya. Faktor kesulitan makan pada anak inilah yang sering dialami oleh sekitar 25% usia
anak, jumlah akan meningkat sekitar 40-70% pada anak yang lahir prematur atau dengan
penyakit kronik. Hal ini yang sering membuat masalah tersendiri bagi orang tua, bahkan dokter
yang merawatnya. Penelitian yang dilakukan di Jakarta menyebutkan pada anak prasekolah usia
4-6 tahun, didapatkan prevalensi kesulitan makan sebesar 33,6%. Sebagian besar 79,2% telah
berlangsung lebih dari 3 bulan.
1
Kesulitan makan karena sering dan berlangsung lama sering dianggap biasa. Sehingga
akhirnya timbul komplikasi dan gangguan tumbuh kembang lainnya pada anak. Salah satu
keterlambatan penanganan masalah tersebut adalah pemberian vitamin tanpa mencari
penyebabnya sehingga kesulitan makan tersebut terjadi berkepanjangan. Akhirnya orang tua
berpindah-pindah dokter dan berganti-ganti vitamin tapi kesulitan makan anak tidak membaik.
1
Pemenuhan nutrisi anak sangat penting karena gizi yang baik akan mengurangi resiko
anak terkena penyakit. Kalaupun ada infeksi kuman atau virus, dengan daya tahan tubuh yang
bagus, anak tidak akan mudah sakit, sehingga tidak mengganggu proses tumbuh kembang.
Penuhi kebutuhan gizi anak dengan menu seimbang yang mengandung karbohidrat, lemak,
protein, vitamin dan mineral yang sesuai untuk kebutuhan mereka. Memang ada kalanya anak
sulit makan, tetapi dengan menyediakan kudapan sehat di rumah yang mengandung unsur-unsur
gizi seimbang serta makanan tambahan yang dapat menutupi kekurangan asupan gizi tertentu.
1
Hasil penelitian Nutriplanet yang sejalan dengan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Kementerian Kesehatan tahun 2007 menunjukkan, 27,7% anak Indonesia usia 14 tahun
menderita anemia. Itu dikarenakan kekurangan zat besi yang mengakibatkan pertumbuhan dan
pencapaian kognitifnya tidak optimal. Selain itu, terdapat 36,8% anak Indonesia usia 15 tahun
yang mengalami stunting, yaitu gangguan pertumbuhan yang mengakibatkan anak tumbuh
pendek.
2



1.2 Tujuan
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mensosialisasikan kepada para orang tua di poliklinik Ilmu Kesehatan Anak tentang
kesulitan makan pada anak.
2. Meningkatkan kesadaran para orang tua tentang pentingnya konsumsi makan yang
bergizi untuk anak mereka.
3. Meningkatkan pengetahuan para orang tua tentang masalah kesulitan makan yang dialami
oleh anak dan penatalaksanaannya.

1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diberikan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi kepada masyarakat luas, khususnya orang tua mengenai masalah
kesulitan makan pada anak, gejala yang biasanya timbul, komplikasi dan cara mengatasi
masalah ini.
2. Memberikan pengetahuan, wawasan, dan keterampilan kepada penulis mengenai
kesulitan makan pada anak.




BAB II
TINJAUAN PUSAKA

2.1 Pengertian
Kesulitan makan bukanlah diagnosis atau penyakit, tetapi merupakan gejala atau tanda adanya
penyimpangan, kelainan dan penyakit yang sedang terjadi pada tubuh anak. Pengertian kesulitan
makan adalah jika anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan
mengkonsumsi makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis
(alamiah dan wajar), yaitu mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan
hingga sampai terserap dipencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan
obat tertentu.
2

2.2 Gejala
Gejala kesulitan makan yang biasanya dialami oleh seorang anak adalah:
3
Kesulitan mengunyah, menghisap, menelan makanan atau hanya bisa makanan lunak atau
cair.
Memuntahkan atau menyembur-nyemburkan makanan yang sudah masuk di mulut anak.
Makan berlama-lama dan memainkan makanan.
Sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam mulut atau menutup mulut rapat.
Memuntahkan atau menumpahkan makanan, menepis suapan dari orang tua.
Tidak menyukai banyak variasi makanan.

2.3 Proses Makan
Fase Pra-makan
Proses makan yang baik dimulai ketika bayi atau anak merasa lapar dan memberikan sinyal ingin
makan. Dalam keadaan ini pusat lapar di otak menerima sinyal dari banyak sumber. Rasa lapar
atau kenyang dapat timbul karena rangsangan zat di dalam tubuh, obat-obatan atau zat yang
dilepaskan pada keadaan terinfeksi virus atau bakteri bayi atau anak terlihat kehilangan nafsu
makannya untuk sementara waktu. Nafsu makan juga dipengaruhi oleh keadaan emosi. Bayi
yang tidak diasuh dengan baik dapat menurun nafsu makannya. Anak sehat yang menolak makan
makanan tertentu mungkin berhubungan dengan pengalaman rasa nyeri atau rasa tidak nyaman
sebelumnya dan menolak untuk makan makanan tersebut.
3
Bayi atau anak dengan kelainan metabolik, refluks gastroesofagus, atau alergi dapat timbul
rasa mual atau tidak nyaman setelah menelan makanan yang tidak dapat diterimanya. Bayi yang
pernah tersendak atau tercekik selama makan akan menunjukan penolakan makan.
3
Rasa lapar biasanya akan diikuti dengan usaha mencari makan. Bayi dan anak umumnya
tidak mempunyai akses langsung terhadap makanan karena itu biasanya ia akan memberikan
sinyal kepada orang dewasa menunjukan ia lapar. Bayi akan menangis, anak batita mungkin
menjadi rewel dan murung, anak yang lebih besar lagi akan bilang saya lapar.
3
Fase Makan
Makan makanan merupakan proses yang rumit, mulai dari proses mekanik membawa makanan
ke mulut, mengisi mulut dengan makanan, mengunyah dan menelannya. Untuk itu di perlukan
koordinasi sensoris, gerakan motor kasar dan halus. Proses menelan sendiri merupakan proses
yang kompleks. Para ahli membagi fase ini menjadi fase oral (di mulut), fase farings (di
tenggorokan), dan fase esofagus (di pipa saluran makanan). Di setiap fase terlibat persyarafan,
otot, dan memerlukan koordinasi yang baik di antara keduanya.
3

Fase oral umumnya dibagi menjadi 2 bagian yaitu fase persiapan dan fase transfer
makanan. Pada fase persiapan, makanan padat dihancurkan secara mekanis dan dibasahi oleh air
ludah untuk membuat bolus makanan yang siap untuk ditelan. Fase transfer makanan dimulai
dari gerakan bolus dari lidah sampai ke farings. Pada fase ini diperlukan pengaturan otot-otot di
rongga mulut yang baik. Pada fase farings proses menelan terjadi secara tidak disadari. Pada fase
ini terjadi pemberhentian pernafasan sejenak agar makanan tidak masuk ke saluran nafas.
Koordinasi fase oral dan fase farings penting untuk mencegah makanan atau minuman masuk ke
dalam saluran nafas.
3
Esofagus menghubungkan antara farings dan lambung. Di esofagus terdapat 2 katup yang
mengatur masuknya makanan, yaitu katup atas dan katup bawah. Relaksasi katup atas makanan
dapat masuk ke lambung. Kelainan-kelainan di esofagus ini dapat menyebabkan kesulitan
makan. Misalnya refluks gastroesofagus yang menyebabkan esofagitis akan menimbulkan rasa
nyeri waktu makan dan menyebabkan anak sulit makan.
3


2.4 Penyebab Sulit Makan
Ketakutan (FEAR)
Adanya kejadian yang membuat anak takut pada waktu makan, misalnya pengalamannya
tersedak atau tercekik, terbatuk-batuk waktu makan karena makanan salah masuk ke
saluran nafas akan membuatkan anak menolak makan, Untuk proses makanan yang baik
perlu ada penghentian nafas sejenak dan penutupan saluran nafas. Bila ini tidak terjadi
maka anak dapat tersedak. Keadaan ini terutama terjadi pada anak dengan masalah medis
tertentu, contohnya anak dengan kelainan saraf. Memaksa anak makan sangat tidak
dianjurkan bahkan mungkin membahayakan anak. Pengaturan posisi waktu makan,
pengaturan waktu makan, pengaturan konsistensi makanan dan usaha untuk menghindari
tersedak secara perlahan-lahan akan menghilangkan ketakutan anak.
4
Anoreksia (ANOREXI A)
Anoreksia berarti hilangnya nafsu makan. Anoreksia dapat terjadi karena penyebab
organik (ada organ yang terlibat) tetapi juga dapat karena sebab non-organik (tidak ada
kelainan organ). Anoreksia nervosa yang sering mengenai anak remaja ternyata juga
dapat dialami bayi. Anoreksia nervosa bayi dapat terjadi pada anak berusia 6 bulan
sampai 3 tahun. Anak ini akan menolak makan karena respons anak terhadap perpisahan.
Perpisahan dengan orang tua atau pengasuh misalnya dapat menimbulkan kelainan ini.
Pada umumnya anoreksia bukan disebabkan ansietas perpisahan tetapi karena penyakit
kronis, kelainan neurologis atau kelainan metabolik.
4

Penyakit kronis dapat menyebabkan nafsu makan menurun. Penyakit jantung
kongenital, tuberkulosis paru, infeksi saluran kemih, dan kanker merupkan contoh-contoh
penyakit kronis yang dapat menimbulkan anoreksia.
4
Kelainan neurologis misalnya sindrom diensefalik dapat menyebabkan hilangnya
nafsu makan. Tumor hipotalamus yang berfungsi sebagai pusat lapar dan kenyang dapat
menyebabkan anoreksia. Anak dengan ukuran kepala yang sangat kecil dan retardasi
mental berhubungan juga dengan anoreksia.
4

Gangguan metabolisme nutrien, adanya zat dari dalam tubuh atau produk sisa
metabolisme dapat menyebabkan gangguan kimiawi di dalam tubuh karena terjadi
penumpukan zat yang toksik. Pada kelainan ginjal atau kelainan paru yang berat dapat
terjadi asidosis (darah menjadi asam). Kelainan metabolik lain yang dapat menurunkan
nafsu makan adalah uremia dan hiperkalsemia. Kelainan hipofosfatasia suatu keadaan
kekurangan fosfatase alkali menyebabkan kalsium tidak dapat diikat oleh tulang dan
menyebabkan hiperkalsemia. Bayi dengan kelainan ini akan merasa mual setelah minum
sedikit susu. Kelainan metabolik lain seperti hereditary frucose intolerance, urea cycle
disorders, dan organic acidemia juga dapat menimbulkan kesulitan makan.
4

Perkembangan (DEVELOPMENT)
Kesulitan makan karena perkembangan terlihat jelas pada bayi prematur dan pada anak
balita (toddler). Bayi prematur umumnya tidak menunjukan pola menghisap yang efektif
sampai pada usia kehamilan 32 minggu. Bayi prematur sebelum usia tersebut umumnya
tidak pandai minum sehingga memerlukan sonde lambung untuk minum. Pemakaian
sonde lambung yang lama akan menimbulkan masalah baru berupa kesulitan transisi
minum melalui mulut.
4
Obstruksi (OBSTUCTION)
Obstruksi saluran gastrointestial walaupun jarang dapat mengganggu nafsu makan.
Penyempitan di daerah usus (stenosis pilorus hipertrofi) pada beberapa bulan pertama
kehidupan dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan. Obstruksi fungsional pada
keadaan lambung lambat mengosong (misalnya karena konsumsi lemak tinggi) atau usus
halus berkontraksi buruk (misalnya karena menggunakan obat yang menggangu motilitas
usus) dapat menyebabkan anoreksia. Konstipasi atau sembelit, walaupun jarang, dapat
juga menyebabkan obstruksi dan anoreksia.
4
Nyeri (PAI N)
Nyeri kronis di mulut atau di esofagus akan menyebabkan anak menolak makan. Anak
dengan higiene mulut yang buruk, sisa makanan dan perawatan gigi yang buruk akan
menyebabkan kerusakan gigi dan gingiivitas. Refluks gastroesofagus dapat menyebabkan
peradangan di esofagus (esofagitis) dan menyebabkan nyeri hebat baik, terutama
sewaktu makan.
4




2.5 Penanganan Kesulitan Makan Pada Anak
Beberapa langkah yang dilakukan pada penatalaksanaan kesulitan makan pada anak adalah
Pastikan apakah betul anak mengalami kesulitan makan. Cari penyebab kesulitan
makanan pada anak.
Identifikasi adakah komplikasi yang terjadi.
Pemberian pengobatan terhadap penyebab .
Bila penyebabnya gangguam saluran cerna seperti alergi, intoleransi atau celiac, hindari
makanan tertentu yang menjadi penyebab gangguan.
Gangguan fungsi pencernaan kronis pada anak tampaknya sebagai penyebab paling
penting dalam kesulitan makan. Gangguan fungsi saluran cerna kronis yang terjadi seperti alergi
makanan, intoleransi makanan, penyakit coeliac dan sebagainya. Reaksi simpang makanan
tersebut tampaknya sebagai penyebab utama gangguan-gangguan tersebut. Hal ini bisa dilihat
dengan timbulnya permasalahan kesulitan makan ini terbanyak saat usia di atas 6 bulan ketika
mulai diperkenalkannya variasi makanan tambahan baru. Penelitian yang dilakukan di Picky
Eater Clinic Jakarta menunjukkan, setelah dilakukan penghindaran makanan tertentu pada 218
anak dengan kesulitan makan dengan gangguan intoleransi makanan, alergi makanan, penyakit
coeliac, Setelah dilakukan penghindaran makanan selama 3 minggu, tampak perbaikan kesulitan
makan sejumlah 78% pada minggu pertama, 92% pada minggu ke dua dan 96% pada minggu
ketiga. Gangguan saluran cerna juga tampak membaik sekitar 84% dan 94% penderita antara
minggu pertama dan ketiga. Tetapi perbaikan gangguan mengunyah dan menelan hanya bisa
diperbaiki sekitar 30%.Gangguan ini akan membaik maksimal seiring dengan pertambahan usia.
5
Penanganan dalam segi neuromotorik dapat melalui pencapaian tingkat kesadaran yang
optimal dengan stimulasi sistem multisensoris, stimulasi kontrol gerak oral dan refleks menelan,
teknik khusus untuk posisi yang baik. Penggunaan sikat gigi listrik dan minum dengan sedotan
kadang membantu memperbaiki masalah ini. Aktifitas meniup balon atau harmonika dan senam
mulut dengan gerakan tertentu juga sering dianjurkan untuk gangguan ini.
5
Pemberian suplemen vitamin atau obat tertentu sering diberikan pada kasus kesulitan
makan pada anak. Tindakan ini bukanlah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah, bila tidak
disertai dengan mencari penyebabnya. Kadangkala pemberian vitamin atau obat-obatan justru
menutupi penyebab gangguan tersebut, kalau penyebabnya tidak tertangani tuntas maka keluhan
tersebut terus berulang.
5

Selain mengatasi penyebab kesulitan makan sesuai dengan penyebab, harus ditunjang
dengan cara pemberian makan yang sesuai untuk anak dengan kesulitan makan pada anak.
Karena anak dengan gangguan makan kebiasaan dan perilaku makannya berbeda dengan anak
yang sehat lainnya. Kesulitan makan disertai gangguan fungsi saluran cerna biasanya terjadi
jangka panjang, dan sebagian akan berkurang pada usia tertentu. Gangguan alergi makanan akan
membaik setelah usia setelah usia 5-7 tahun. Tetapi pada kasus penyakit coeliac atau intoleransi
makanan terjadi dalam waktu yang lebih lama bahkan tidak sedikit yang terjadi hingga dewasa.
6

2.6 Komplikasi Kesulitan Makan Pada Anak
Komplikasi yang baisanya timbul adalah gangguan asupan gizi seperti kekurangan kalori,
protein, vitamin, mineral dan anemia (kurang darah). Defisiensi zat gizi ini ternyata juga akan
memperberat masalah gangguan metabolisme dan gangguan fungsi tubuh .Kekurangan kalori
dan protein yang terjadi tentunya akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan. Tampilan klinis
yang dapat dilihat adalah kegagalan dalam peningkatan berat badan atau tinggi badan. Dalam
keadaan normal anak usia di atas 2 tahun seharusnya terjadi peningkatan berat badan 2 kilogram
dalam setahun. Pada penderita kesulitan makan sering terjadi kenaikkan berat badan terjadi agak
susah bahkan terjadi kecenderunagn tetap dalam keadaan yang cukup lama.
7














BAB III
KESIMPULAN

Kesulitan makan cukup sering dijumpai pada bayi dan anak. Problem kesulitan makan yang
ringan dapat dijumpai pada 25-30% anak normal. Kejadiannya dapat meningkat pada bayi yang
lahir prematur atau anak dengan problem medis kronis. Kesulitan makan dapat terjadi pada
semua kelompok usia anak. Penyebab kesulitan makan mungkin karena disebabkan oleh suatu
penyakit atau kelainan tertentu. Dengan penanganan kesulitan makan yang optimal pada anak
diharapkan dapat mencegah komplikasi yang ditimbulkan, sehingga dapat meningkatkan kualitas
anak Indonesia dalam menghadapi persaingan di era globalisasi mendatang khususnya. Tumbuh
kembang dalam usia anak sangat menentukan kualitas seseorang bila sudah dewasa nantinya.




















DAFTAR PUSTAKA

1.Agusman S.Upaya Dietetik Dalam Mengatasi Kesulitan Makan Pada Anak.Dalam Samsudin
dan Aryatmo Tjokranegoro, Eds Gizi dan Tumbuh Kembang.Balai penerbit FKUI,Jakarta.1998
75-89.
2. Rudolf CD. Feeding disorders in infants and children. Pediatr Clin North Am 2002; 49:97-
112.
3.Foy TM, Czyzewski D. Feeding difficulties. Dalam: Walker WA, Durie PR, Hamilton JR,
dkk, penyunting. Pediatric gastrointestinal disease. Edisi ke-3. Canada: BC Decker Inc, 2000.
H.1683-90.
4.Blackman JA. Children who refuse to eat. Contemp Pediatr 1998; 15: 198-216.
5.Hillard RI. Nutrition problems in childhood. Dalam: Feldman W, penyunting. Evidence-
based pediatric. Edisi pertama. Hamilton: BC Decker Inch, 2000. h. 65-820.
6.Reau NR, Senturia YD, Lebailly SA, Christoffel KK.. Infant and toddler feeding patterns and
problems: normative data and a new direction. Pediatric Practice Research Group.J Dev Behav
Pediatr. 1996 Jun;17(3):149-53.
7.Robb AS. Eating disorders in children. Diagnosis and age-spesific treatment. Psychiatr Clin
Nort Am 2001; 24:259-70.

Anda mungkin juga menyukai