Anda di halaman 1dari 15

Pengertian Limbah Padat

Limbah padat adalah hasil buangan industri berupa padatan,lumpur, bubur yang berasal
dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu limbah
padat yaitu dapat didaur ulang, seperti plastik, tekstil, potongan logam dan kedua limbah padat
yang tidak punya nilai ekonomis. Bagi limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis dapat
ditangani dengan berbagai cara antara lain ditimbun pada suatu tempat, diolah kembali kemudian
dibuang dan dibakar. Dalam usaha untuk mengurangi jumlah limbah organik padat yang sampai
ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), limbah organik padat dari limbah kota dimanfaatkan
sebagai bahan baku untuk biodegradasi anaerob dan produksi methan.
Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur atau bubur yang
berasal dari suatu proses pengolahan. Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik.
Limbah domestic pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan
perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis
limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri,
kulit telur, dll. Dengan meningkatnya populasi penduduk di setiap daerah/kota maka jumlah
sampah yang dihasilkan setiap rumah tangga makin meningkat. Hal ini menjadi masalah besar
bagi kota-kota besar yang padat penduduknya seperti Jakarta, Surabaya dan lain-lainnya untuk
menangani masalah yang dihasilkan setiap hari.
Klasifikasi Limbah Padat
Sumber-sumber dari limbah padat sendiri meliputi seperti pabrik gula, pulp, kertas, rayon,
plywood, limbah nuklir, pengawetan buah, ikan, atau daging. Secara garis besar limbah padat
terdiri dari:
1) Limbah padat yang mudah terbakar.
2) Limbah padat yang sukar terbakar.
3) Limbah padat yang mudah membusuk.
4) Limbah yang dapat di daur ulang.
5) Limbah radioaktif.
6) Bongkaran bangunan.
7) Lumpur.
Berdasarkan klasifikasi limbah padat serta akibat-akibat yang ditimbulkannya sistem
pengelolaan dilakukan menurut:
1. Limbah padat yang dapat ditimbun tanpa membahayakan.
2. Limbah padat yang dapat ditimbun tetapi berbahaya.
3. Limbah padat yang tidak dapat ditimbun.
Sumber Limbah Padat Di Indonesia
Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Bina Lingkungan Hidup DKI,
ada sembilan kelompok besar penghasil limbah B3, delapan kelompok industri
skala menengah dan besar, serta satu kelompok rumah sakit yang juga
memiliki potensi menghasilkan limbah B3.
1. Industri Tekstil dan industri kulit
Sumber utama limbah B3 pada industri tekstil adalah penggunaan zat warna. Beberapa
zat warna dikenal mengandung Cr, seperti senyawa Na
2
Cr
2
O
7
atau senyawa Na
2
Cr
3
oO
7
.
Industri batik menggunakan senyawa Naftol yang sangat berbahaya. Senyawa lain dalam
kategori B3 adalah H
2
O
2
yang sangat reaktif
dan HClO yang bersifat toksik. Beberapa tahap proses pada industri kulit yang mneghasilkan
limbah B3 antara lain washing, soaking, dehairing, lisneasplatting, bathing, pickling, dan
degreasing. Tahap selanjutnya meliputi tanning, shaving, dan polishing. Proses tersebut
menggunakan pewarna yang mengandung Cr dan H
2
SO
4
. Hal inilah yang menjadi
pertimbangan untuk memasukkan industrikulit dalam kategori penghasil limbah B3.
2. Pabrik kertas dan percetakan
Sumber limbah padat berbahaya di pabrik kertas berasal dari proses pengambilan
kembali (recovery) bahan kimia yang memerlukan stabilisasi sebelum ditimbun. Sumber
limbah lainnya ada pada permesinan kertas, pada pembuangan (blow down) boiler dan proses
pematangan kertas yang menghasilkan residu beracun. Setelah residu tersebut diolah,
dihasilkan konsentrat lumpur beracun. Produk samping proses percetakan yang dianggap
berbahaya dan beracun adalah dari limbah cair pencucian rol film, pembersihan mesin, dan
pemrosesan film. Proses ini menghasilkan konsentrat lumpur sebesar 1-4 persen dari volume
limbah cair yang diolah. Industri persuratkabaran yang memiliki tiras jutaan eksemplar
ternyata memiliki potensi sebagai penghasil limbah B3.
3. Industri kimia besar
Kelompok industri ini masuk dalam kategori penghasil limbah B3, yang antara lain
meliputi pabrik pembuatan resin, pabrik pembuat bahan pengawet kayu, pabrik cat, pabrik
tinta, industri gas, pupuk, pestisida, pigmen, dan sabun. Limbah cair pabrik resin yang sudah
diolah menghasilkan lumpur beracun sebesar 3-5 persen dari volume limbah cair yang diolah.
Pembuatan cat menghasilkan beberapa lumpur cat beracun, baik air baku (water-base) maupun
zat pelarut (solvent-base). Sedangkan industri tinta menghasilkan limbah terbesar dari dari
pembersihan bejana-bejana produksi, baik cairan maupun lumpur pekat. Sementara, timbulnya
limbah beracun dari industri pestisida bergantung pada jenis proses pada pabrik tersebut, yaitu
apakah ia benar-benar membuat bahan atau hanya memformulasikan saja.
4. Industri farmasi
Kelompok indusrti farmasi terbagi dalam dua sub-kelompok, yaitu sub-kelompok
pembuat bahan dasar obat dan sub-kelompok formulasi dan pengepakan obat. Umumnya di
Indonesia adalah sub-kelompok kedua yang tidak begitu membahayakan. Tapi, limbah
industri farmasi yang memproduksi atibiotik memiliki tingkat bahaya cukup tinggi. Limbah
industri farmasi umumnya berasal dari proses pencucian peralatan dan produk yang tidak
terjual dan kadaluarsa.
5. Industri logam
Dasar Industri logam dasar nonbesi menghasilkan limbah padat dari pengecoran,
percetakan, dan pelapisan, yang mengahasilkan limbah cair pekat beracun sebesar 3 persen
dari volume limbah cair yang diolah. Industri logam untuk keperluan rumah tangga
menghasilkan sedikit cairan pickling yang tidak dapat diolah di lokasi pabrik dan memerlukan
pengolahan khusus. Selain itu juga terdapat cairan pembersih bahan dan peralatan, yang
konsentratnya masuk kategori limbah B3.
6. Industri perakitan kendaraan bermotor
Kelompok ini meliputi perakitan kendaraan bermotor seperti mesin, disel, dan
pembuatan badan kendaraan (karoseri). Limbahnya lebih banyak bersifat padatan, tetapi
dikategorikan sebagai non B3. Yang termasuk B3 berasal dari proses penyiapan logam
(bondering) dan pengecatan yang mengandung logam berat seperti Zn dan Cr.
7. Industri baterai kering dan aki
Limbah padat baterai kering yang dianggap bahaya berasal dari proses filtrasi.
Sedangkan limbah cairnya berasal dari proses penyegelan. Industri aki menghasilkan limbah
cair yang beracun, karena menggunakan H
2
SO
4
sebagai cairan elektrolit.
8. Rumah sakit
Rumah sakit menghasilkan dua jenis limbah padat maupun cair, bahkan juga limbah
gas, bakteri, maupun virus. Limbah padatnya berupa sisa obat-obatan, bekas pembalut,
bungkus obat, serta bungkus zat kimia. Sedangkan limbah cairnya berasal dari hasil cucian,
sisa-sisa obat atau bahan kimia laboratorium dan lain-lain. Limbah padat atau cair rumah sakit
mempunyai karateristik bisa mengakibatkan infeksi atau penularan penyakit. Sebagian juga
beracun dan bersifat radioaktif. Selama ini sangat sulit mengetahui secara persis, berapa
jumlah limbah B3 yang dihasilkan suatu industri, karena pihak industri enggan melaporkan
jumlah dan akrakter limbah yang sebenarnya. Padahal, kejujuran pihak industri untuk
melaporkan secara rutin jumlah dan karakter limbahnya merupakan informasi berharga untuk
menjaga keselamatan lingkungan bersama. Keengganan mereka berawal dari biaya
pengolahan limbah yang terlampau mahal, sehingga yang terjadi adalah kucing-kucingan
guna menghindari keharusan melakukan pengolahan. Untuk itu diperlukan kebijaksanaan yang
tidak terlampau menekan industri, agar industri terangsang untuk mengolah limbahnya sendiri.
Dampak Pencemaran Limbah Padat
Limbah pasti akan berdampak negatif pada lingkungan hidup jika tidak ada pengolahan
yang baik dan benar, dengan adanya limbah padat didalam lingkungan hidup maka dapat
menimbulkan pencemaran seperti :
1) Timbulnya gas beracun, seperti asam sulfida (H
2
S), amoniak (NH
3
), methan (CH
4
), C0
2
dan
sebagainya. Gas ini akan timbul jika limbah padat ditimbun dan membusuk dikarena adanya
mikroorganisme. Adanya musim hujan dan kemarau, terjadi proses pemecahan bahan organik
oleh bakteri penghancur dalam suasana aerob/anaerob.
2) Dapat menimbulkan penurunan kualitas udara, dalam sampah yang ditumpuk, akan terjadi
reaksi kimia seperti gas H
2
S, NH
3
dan methane yang jika melebihi NAB (Nilai Ambang Batas)
akan merugikan manusia. Gas H
2
S 50 ppm dapat mengakibatkan mabuk dan pusing.
3) Penurunan kualitas air, karena limbah padat biasanya langsung dibuang dalam perairan atau
bersama-sama air limbah. Maka akan dapat menyebabkan air menjadi keruh dan rasa dari air
pun berubah.
4) Kerusakan permukaan tanah
Penanggulangan Pencemaran Limbah Padat
Dampak negatif dari sampah tersebut dapat terjadi di tempat penampungan sementara
(TPS) yang terdapat di setiap wilayah seperti di setiap RW atau Kelurahan, pasar dan sebagainya
maupun di tempat penampungan akhir (TPA). Dampak negatif di TPS biasanya dalam bentuk
bau yang kurang sedap karena terjadi penguraian secara anaerob, kumpulan lalat di atas sampah
yang dapat menimbulkan berjangkitnya penyakit dan estetika. Tempat penampungan sampah
akhir (TPA) dalam bentuk penimbunan sampah terbuka akan menimbulkan dampak negatif yang
lebih besar karena selain bau yang tidak sedap yang berasal dari penguraian secara anaerob dari
komponen-komponen sampah, seperti gas H
2
S, NH
3
, CH
4
juga dapat terjadi rembesan dari proses
leaching logam-logam berbahaya ke dalam air tanah atau sumber air. Untuk menanggulangi
pencemaran tanah akibat penumpukan sampah itu dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti
melalui program 3 R yaitu Reduce, Reuse, Recycle.
Reduce artinya mengurangi atau mereduksi sampah yang akan terbentuk. Hal ini dapat dilakukan
bila ibu-ibu rumah tangga kembali ke pola lama yaitu membawa keranjang belanja ke pasar.
Dengan demikian jumlah kantong plastik yang dibawa ke rumah akan berkurang (tereduksi).
Selain itu bila setiap orang menggunakan kembali saputangan daripada tissue, di samping akan
mengurangi sampahnya, dengan tidak menggunakan tissue dapat terjadi penghematan terhadap
bahan baku untuk tissue, yang tidak lain adalah kayu dari hutan. Kalau setiap orang melakukan
hal tersebut beberapa ton sampah yang akan tereduksi per bulan dan beberapa hasil hutan yang
dapat diselamatkan.
Reuse adalah program pemakaian kembali sampah yang sudah terbentuk seperti penggunaan
bahan-bahan plastik/kertas bekas untuk benda-benda souvenir, bekas ban untuk tempat pot atau
kursi taman, botol-botol minuman yang telah kosong diisi kembali dan sebagainya.
Proses Recycle agak berbeda dengan kedua program sebelumnya. Dalam hal ini sampah sebelum
digunakan perlu diolah ulang terlebih dahulu. Bahan-bahan yang dapat direcycle atau didaur-
ulang seperti kertas atau sampah bekas, pecahan-pecahan gelas atau kaca, besi atau logam bekas
dan sampah organik yang berasal dari dapur atau pasar dapat didaur-ulang menjadi kompos
(pupuk). Proses daur-ulang ini juga dapat mengubah sampah menjadi energi panas yang dikenal
dengan proses insenerasi. Insenerasi sederhana sudah ada yang melakukan oleh beberapa industri
misal di Jakarta, yaitu menggunakan limbah padat dalam bentuk lumpur hasil akhir pengolahan
air limbahnya tidak dibuang ke tanah tetapi digunakan sebagai bahan bakar setelah mengalami
pengeringan.
Senyawa organik yang dapat membusuk karena diuraikan oleh mikroorganisme, seperti
sisa-sisa makanan, daun, tumbuh-tumbuhan dan hewan yang mati.
Senyawa organik dan senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan/diuraikan oleh
mikroorganisme seperti plastik, serat, keramik, kaleng-kaleng dan bekas bahan bangunan,
menyebabkan tanah menjadi kurang subur.
Pencemar Udara berupa gas yang larut dalam air hujan seperti oksida nitrogen (NO dan
NO
2
), oksida belerang (SO
2
dan SO
3
), oksida karbon (CO dan CO
2
), menghasilan hujan
asam yang akan menyebabkan tanah bersifat asam dan merusak kesuburan tanah/tanaman.
Pencemar berupa logam-logam berat yang dihasilkan dari limbah industri seperti Hg, Zn,
Pb, Cd dapat mencemari tanah.
Zat radioaktif yang dihasilkan dari PLTN, reaktor atom atau dari percobaan lain yang
menggunakan atau menghasikan zat radioaktif. Misalnya unsur Sr-90 sebagai hasil fisi
nuklir dapat mempengaruhi perkembangan xilem pada?tumbuh-tumbuhandan tulang
hewan, akan menyebabkan jaringan tubuh menjadi lemah, adalah bahan radioaktif, masuk
ke dalam rantai makanan dan akhirnya dapat menyebabkan kematian pada makhluk yang
memakannya.


Pengolahan Limbah Padat
Pengolahan limbah padat dapat dilakukan dengan berbagai cara yang tentunya dapat
menjadikan limbah tersebut tidak berdampak buruk bagi lingkungan ataupun kesehatan. Menurut
sifatnya pengolahan limbah padat dapat dibagi menjadi dua cara yaitu pengolahan limbah padat
tanpa pengolahan dan pengolahan limbah padat dengan pengolahan.
Limbah padat tanpa pengolahan: Limbah padat yang tidak mengandung unsur kimia yang
beracun dan berbahaya dapat langsung dibuang ke tempat tertentu sebagai TPA (Tempat
Pembuangan Akhir).
Limbah padat dengan pengolahan: Limbah padat yang mengandung unsur kimia beracun dan
berbahaya harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke tempat-tempat tertentu.
Pengolahan limbah juga dapat dilakukan dengan cara-cara yang sedehana lainnya
misalnya, dengan cara mendaur ulang, Dijual kepasar loakatau tukang rongsokan yang biasa
lewat di depan rumah rumah. Cara ini bisa menjadikan limbah atau sampah yang semula bukan
apa-apa sehingga bisa menjadi barang yang ekonomis dan bisa menghasilkan uang. Dapat juga
dijual kepada tetangga kita yang menjadi tukang loak ataupun pemulung. Barang-barang yang
dapat dijual antara lain kertas-kertas bekas, koran bekas, majalah bekas, botol bekas, ban bekas,
radio tua, TV tua dan sepeda yang usang. Dapat juga dengan cara pembakaran. Cara ini adalah
cara yang paling mudah untuk dilakukan karena tidak membutuhkan usaha keras. Cara ini bisa
dilakukan dengan cara membakar limbah-limbah padat misalnya kertas-kertas dengan
menggunakan minyak tanah lalu dinyalakan apinya. Kelebihan cara membakar ini adalah mudah
dan tidak membutuhkan usaha keras, membutuhkan tempat atau lokasi yang cukup kecil dan
dapat digunakan sebagai sumber energi baik untuk pembangkit uap air panas, listrik dan
pencairan logam.
Faktorfaktor yang perlu kita perhatikan sebelum kita mengolah limbah padat tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Jumlah Limbah
Sedikit dapat dengan mudah kita tangani sendiri. Banyak dapat membutuhkan
penanganan khusus tempat dan sarana pembuangan.
2. Sifat fisik dan kimia limbah
Sifat fisik mempengaruhi pilihan tempat pembuangan, sarana pengangkutan dan
pilihan pengolahannya. Sifat kimia dari limbah padat akan merusak dan mencemari
lingkungan dengan cara membentuk senyawa-senyawa baru.
3. Kemungkinan pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Karena lingkungan ada yang peka atau tidak peka terhadap pencemaran, maka
perlu kita perhatikan tempat pembuangan akhir (TPA), unsur yang akan terkena, dan
tingkat pencemaran yang akan timbul.
4. Tujuan akhir dari pengolahan
Terdapat tujuan akhir dari pengolahan yaitu bersifat ekonomis dan bersifat non-
ekonomis. Tujuan pengolahan yang bersifat ekonomis adalah dengan meningkatkan
efisiensi pabrik secara menyeluruh dan mengambil kembali bahan yang masih berguna
untuk di daur ulang atau di manfaat lain. Sedangkan tujuan pengolahan yang bersifat non-
ekonomis adalah untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Proses Pengolahan Limbah Padat
1). Proses Pengolahan
Dalam memproses pengolahan limbah padat terdapat empat proses yaitu pemisahan,
penyusunan ukuran, pengomposan, dan pembuangan limbah.
1. Pemisahan: karena limbah padat terdiri dari ukuran yang berbedan dan kandungan bahan yang
berbeda juga maka harus dipisahkan terlebih dahulu, supaya peralatan pengolahan menjadi awet.
Sistem pemisahan ada tiga yaitu diantaranya:
- Sistem Balistik. Adalah sistem pemisahan untuk mendapatkan keseragaman ukuran / berat /
volume.
- Sistem Gravitasi. Adalah sistem pemisahan berdasarkan gaya berat misalnya; barang yang
ringan / terapung dan barang yang berat / tenggelam.
- Sistem Magnetis. Adalah sistem pemisahan berdasarkan sifat magnet yang bersifat magnet,
akan langsung menempel. Misalnya untuk memisahkan campuran logam dan non logam.
2. Penyusunan Ukuran: Penyusunan ukuran dilakukan untuk memperoleh ukuran yang lebih kecil
agar pengolahannya menjadi mudah.
3. Pengomposan: Pengomposan dilakukan terhadap buangan / limbah yang mudah membusuk,
sampah kota, buangan atau kotoran hewan ataupun juga pada lumpur pabrik. Supaya hasil
pengomposan baik, limbah padat harus dipisahkan dan disamakan ukurannya atau volumenya.
4. Pembuangan Limbah: Proses akhir dari pengolahan limbah padat adalah pembuangan limbah
yang dibagi menjadi dua yaitu:
a) Pembuangan Di Laut: Pembuangan limbah padat di laut, tidak boleh dilakukan pada
sembarang tempat dan perlu diketahui bahwa tidak semua limbah padat dapat dibuang ke laut.
Hal ini disebabkan:
1. Laut sebagai tempat mencari ikan bagi nelayan.
2. Laut sebagai tempat rekreasi dan lalu lintas kapal.
3. Laut menjadi dangkal.
4.Limbah padat yang mengandung senyawa kimia beracun dan berbahaya dapat membunuh biota
laut.
b) Pembuangan Di Darat Atau Tanah: Untuk pembuangan di darat perlu dilakukan pemilihan
lokasi yang harus dipertimbangkan sebagai berikut:
1. Pengaruh iklim, temperatur dan angin.
2. Struktur tanah.
3. Jaraknya jauh dengan permukiman.
4. Pengaruh terhadat sumber lain, perkebunan, perikanan, peternakan, flora atau fauna. Pilih
lokasi yang benar-benar tidak ekonomis lagi untuk kepentingan apapun.
Bagi limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis dapat ditangani dengan berbagai cara antara
lain ditimbun pada suatu tempat, diolah kembali kemudian dibuang dan dibakar. Perlakuan
limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis sebagian besar dilakukan sebagai berikut:
- Ditumpuk pada Areal Tertentu. Penimbunan limbah padat pada areal tertentu
membutuhkan areal yang luas dan merusakkan pemandangan di sekeliling penimbunan.
Penimbunan. ini mengakibatkan pembusukan yang menimbulkan bau di sekitarnya,
karena adanya reaksi kimia yang rnenghasilkan gas tertentu.Dengan penimbunan,
permukaan tanah menjadi rusak dan air yang meresap ke dalam tanah mengalami
kontaminasi dengan bakteri tertentu yang mengakibatkan turunnya kualitas air tanah.Pada
musim kemarau timbunan mengalami kekeringan dan ini mengundang bahaya kebakaran.
- Pembakaran. Limbah padat yang dibakar menimbulkan asap, bau dan debu. Pembakaran
ini menjadi sumber pencemaran melalui udara dengan timbulnya bahan pencemar baru
seperti NOR, hidrokarbon, karbon monoksida, bau, partikel dan sulfur dioksida.
- Pembuangan. Pembuangan tanpa rencana sangat membahayakan lingkungan.Di antara
beberapa pabrik membuang limbah padatnya ke sungai karena diperkirakan larut ataupun
membusuk dalam air. Ini adalah perkiraan yang keliru, sebab setiap pembuangan bahan
padatan apakah namanya lumpur atau buburan, akan menambah total solid dalam air
sungai.
Metode Pembuangan
a). Penimbunan Darat
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang
sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan di
tanah yg ditinggalkan , lubang bekas pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah situs
penimbunan darat yg di desain dan di kelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan
sampah yang hiegenis dan murah. Sedankan penimbunan darat yg tidak dirancang dan tidak
dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan , diantaranya angin berbau
sampah , menarik berkumpulnya Hama , dan adanya genangan air sampah. Efek samping lain
dari sampah adalah gas methan dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya. (di bandung
kandungan gas methan ini meledak dan melongsorkan gunung sampah). Karakter desain dari
penimbunan darat yang modern diantaranya adalah metode pengumpulan air sampah
menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik.Sampah biasanya dipadatkan untuk menambah
kepadatan dan kestabilannya , dan ditutup untuk tidak menarik hama (biasanya tikus). Banyak
penimbunan samapah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang terpasang untuk mengambil gas
yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di
menara pemabakar atau dibakar di mesin berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik.
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang
sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan di
tanah yg ditinggalkan , lubang bekas pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah situs
penimbunan darat yg di desain dan di kelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan
sampah yang hiegenis dan murah. Sedankan penimbunan darat yg tidak dirancang dan tidak
dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan , diantaranya angin berbau
sampah , menarik berkumpulnya Hama , dan adanya genangan air sampah. Efek samping lain
dari sampah adalah gas methan dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya. (di bandung
kandungan gas methan ini meledak dan melongsorkan gunung sampah) Kendaraan pemadat
sampah penimbunan darat.
Karakter desain dari penimbunan darat yang modern diantaranya adalah metode
pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik.Sampah biasanya
dipadatkan untuk menambah kepadatan dan kestabilannya , dan ditutup untuk tidak menarik
hama (biasanya tikus). Banyak penimbunan samapah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang
terpasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari
tempat penimbunan dan dibakar di menara pemabakar atau dibakar di mesin berbahan bakar gas
untuk membangkitkan listrik.
Metode Daur Ulang
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan
kembali disebut sebagai daur ulang.Ada beberapa cara daur ulang , pertama adalah mengambil
bahan sampahnya untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar utnuk
membangkitkan listik. Metode metode baru dari daur ulang terus ditemukan dan akan dijelaskan
dibawah.

a). Pengolahan Kembali Secara Fisik
Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang , yaitu mengumpulkan dan
menggunakan kembali sampah yang dibuang , contohnya botol bekas pakai yang dikumpulkan
kembali untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah
dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah
tercampur.
Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum , kaleng baja
makanan/minuman, Botol HDPE dan PET , botol kaca , kertas karton, koran, majalah, dan
kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa di daur ulang.Daur ulang
dari produk yang komplek seperti komputer atau mobil lebih susah, karena harus bagian
bagiannya harus diurai dan dikelompokan menurut jenis bahannya.
b). Pengolahan Biologis
Material sampah organik , seperti zat tanaman , sisa makanan atau kertas , bisa diolah
dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah
pengkomposan.Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagi pupuk dan gas methana
yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik. Contoh dari pengelolaan sampah
menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin Program (program tong hijau) di Toronto,
Kanada, dimana sampah organik rumah tangga , seperti sampah dapur dan potongan tanaman
dikumpulkan di kantong khusus untuk di komposkan.
c). Pemulihan Energi
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara
menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menajdi bahan
bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara perlakuan panas bervariasi mulai dari
menggunakannya sebagai bahan bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya
untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan
gasifikasi adalah dua bentuk perlakukan panas yang berhubungan , dimana sampah dipanaskan
pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di wadah
tertutup pada Tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi produk
berzat padat , gas, dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi atau
dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk
seperti karbon aktif. Gasifikasi dan Gasifikasi busur plasma yang canggih digunakan untuk
mengkonversi material organik langsung menjadi Gas sintetis (campuran antara karbon
monoksida dan hidrogen). Gas ini kemudian dibakar untuk menghasilkan listrik dan uap.
Metode Penghindaran dan Pengurangan
Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah adalah pencegahan zat sampah
terbentuk , atau dikenal juga dengan pengurangan sampah. Metode pencegahan termasuk
penggunaan kembali barang bekas pakai , memperbaiki barang yang rusak , mendesain produk
supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali (seperti tas belanja katun menggantikan tas
plastik ), mengajak konsumen untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai (contohnya
kertas tissue) ,dan mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi
yang sama (contoh, pengurangan bobot kaleng minuman).
Peran Lokasi Penimbunan Limbah
Tujuan pembuatan penimbunan limbah ialah menstabilkan limbah padat dan membuatnya
menjadi bersih melalui penyimpanan limbah secara benar dan penggunaan fungsi metabolis alami
yang benar. Adapun klasifikasi struktur penimbunan limbah digolongkan ke dalam 5 jenis
menurut struktur sebagaimana ditunjukkan pada penjelasan dibawah ini. Dari segi mutu lindi dan
gas yang ditimbulkan dari lokasi penimbunan limbah, baik metode penimbunan limbah semi-
aerobik maupun aerobik yang dikehendaki.
- Penimbunan Limbah Anaerobik: Limbah padat harus ditimbun kedalam galian di area
tanah datar atau lembah. Limbah berisi air dan dalam keadaan anaerobic.
- Penimbunan Limbah Saniter Anaerobik: Penimbunan limbah anaerobic dengan penutup
berbentuk sandwich. Kondisi limbah padat sama dengan penimbunan limbah anaerobic.
- Penimbunan limbah saniter anaerobic yang telah disempurnakan (penimbunan limbah
saniter yang telah disempurnakan: Saluran penampungan lindi didasar lokasi penimbunan
limbah, sedangkan yang lainnya sama seperti penimbunan limbah saniter anaerobic.
Kondisinya tetap anaerobic dan kadar air jauh lebih sedikit dibandingkan dengan
penimbunan limbah saniter anaerobic. Penimbunan limbah semi-anaerobik: Saluran
penampungan lindi lebih besar daripada saluran penimbunan limbah saniter yang telah
disempurnakan. Lubang saluran dikelilingi udara dan salurannya ditutupi batu yang telah
dihancurkan kecil-kecil. Kadar air pada limbah padat kecil. Oksigen disediakan bagi
limbah padat dari saluran penampungan lindi. Struktur penimbunan limbah semi-aerobik
memungkinkan terjadinya proses masuknya udara melalui pipa penampung lindi yang
dipasang di dasar penimbunan limbah, yang membantu memperbesar terjadinya proses
aerobik, dan membuat bakteri aerobik menjadi aktif, serta mempercepat terjadinya
dekomposisi limbah. Selanjutnya kegiatan ini akan membuat mutu dari lindi menjadi
lebih baik dengan terjadinya penurunan kepekatan lindi, juga mengurangi terbentuknya
gas berbahaya, yang seluruhnya dapat menimbulkan stabilisasi lokasi dari penimbunan
limbah menjadi lebih cepat.
- Penimbunan limbah aerobic: Disamping saluran penampungan lindi, pipa persediaan
udara dipasang dan udara didorong agar memasuki limbah padat sehingga kondisinya
menjadi lebih aerobic dibandingkan dengan penimbunan limbah semi-aerobik. Lokasi
penimbunan limbah dapat melaksanakan fungsinya hanya apabila kita memiliki
rancangan dan cara kerja yang baik. Rancangan yang baik dengan cara kerja yang buruk
atau rancangan yang buruk dengan cara kerja yang baik tidak akan menimbulkan hasil
yang baik.
Pengelolaan dan Kegiatan Lokasi Penimbunan limbah
Hal yang penting diperhatikan ialah memelihara lokasi penimbunan limbah agar tetap
bersih dan sehat, dan memperbesar kapasitas lokasi penimbunan limbah dengan operasi yang
baik. Aktivitas pengelolaan dan operasi lokasi meliputi hal-hal berikut:
(a). Analisa limbah
Periksa semua jenis limbah yang masuk. Jangan menerima limbah berbahaya jenis
apapun. Buat catatan limbah yang masuk mengenai jenis dan banyaknya.
(b). Penimbunan limbah saniter
Membuat rencana kegiatan lokasi penimbunan limbah dimuka, dan ikuti rencana ini.
Merencanakan sebelum Operasi sungguh penting bagi sanitasi lokasi penimbunan limbah.
(c). Upaya pelestarian lingkungan hidup
Memantau lindi dan gas secara reguler, dan kontrol vektor.
(d). Catatan Penimbunan limbah
Ukur dan buat catatan ketinggian lokasi penimbunan secara rutin, yang dapat berguna
untuk memperkirakan kapasitas lokasi penimbunan yang masih ada. Sediakan semua bahan yang
diperlukan.
(e). Pengelolaan lokasi paska-penimbunan limbah
Bahkan setelah penyelesaian pembuatan lokasi penimbunan limbah, perlu dilanjutkan
dengan pemantauan penurunan tanah dan polusi lingkungan hidup yang diakibatkan oleh lindi.

Anda mungkin juga menyukai