Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Abses leher dalam adalah abses yang terbentuk di dalam ruang potensial di antara fasia
leher dalam sebagai akibat perjalanan infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut,
tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher. Abses leher dalam itu sendiri terbagi atas
abses peritonsil, abses retrofaring, abses parafaring, abses submandibula dan angina ludovici.
1,2
1.2 Tujuan Penulisan
1. Untuk dapat mendiagnosis dini pasien dengan abses leher dalam
2. Untuk dapat mencegah dan mengobati pasien abses leher secara adekuat
1.3 Manfaat Penulisan
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan mengkaji permasalahan tentang abses leher
dalam sehingga diharapakan penulis dapat melakukan diagnosa dini untuk menentukan terapi
yang adekuat bagi pasien serta dapat mencegah terjadinya abses leher dalam.
BAB II
TINJAUAN PUTA!A
2.1 Anat"#i Tengg"r"kan
enggorokan merupakan bagian dari leher depan dan kolumna vertebra, terdiri dari faring
dan laring. !agian terpenting dari tenggorokan adalah epiglottis, ini menutup jika ada makanan
dan minuman yang lewat dan menuju esophagus.
"ongga mulut dan faring dibagi menjadi beberapa bagian. "ongga mulut terletak di
depan batas bebas palatum mole, arkus faringeus anterior dan dasar lidah. !ibir dan pipi
terutama disusun oleh sebagian besar otot orbikularis oris yang dipersarafi oleh nervus fasialis.
#ermilion berwarna merah karena ditutupi lapisan sel skuamosa. "uangan diantara mukosa pipi
bagian dalam dan gigi adalah vestibulum oris.
$alatum dibentuk oleh dua bagian% premaksila yang berisi gigi seri dan berasal
prosesusnasalis media, dan palatum posterior baik palatum durum dan palatum mole, dibentuk
olehgabungan dari prosesus palatum, oleh karena itu, celah palatum terdapat garis tengah
belakang tetapi dapat terjadi kearah maksila depan.
&idah dibentuk dari beberapa tonjolan epitel didasar mulut. &idah bagian depan terutama
berasal dari daerah brankial pertama dan dipersarafi oleh nervus lingualis dengan cabang
kordatimpani dari saraf fasialis yang mempersarafi cita rasa dan sekresi kelenjar submandibula.
'araf glosofaringeus mempersarafi rasa dari sepertiga lidah bagian belakang. (tot lidah berasal
dari miotom posbrankial yang bermigrasi sepanjang duktus tiroglosus ke leher. )elenjar liur
tumbuh sebagai kantong dari epitel mulut yang terletak dekat sebelah depan saraf*saraf penting.
+uktus submandibularis dilalui oleh saraf lingualis. 'araf fasialis melekat pada kelenjar parotis.
,aring bagian dari leher dan tenggorokan bagian belakang mulut. ,aring adalah suatu
kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar di bagian atas dan sempit
dibagian bawah. )antong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esophagus
setinggivertebra servikalis ke enam. )e atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui
koana,ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui isthmus orofaring, sedangkan dengan
laring dibawah berhubungan melalui aditus laring dan kebawah berhubungan dengan esophagus.
$anjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih empat belas sentimeter- bagian
ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. +inding faring dibentuk oleh selaput
lender, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal.,aring terbagi
atas nasofaring, orofaring, dan laringofaring .hipofaring/.
$ada mukosa dinding belakang faring terdapat dasar tulang oksiput inferior, kemudian
bagian depan tulang atas dan sumbu badan, dan vertebra servikalis lain. 0asofaring membuka
kearah depan hidung melalui koana posterior. 'uperior, adenoid terletak pada mukosa atap
nasofaring. +isamping, muara tuba eustachius kartilaginosa terdapat didepan lekukan yang
disebut fosa rosenmuller.(tot tensor velipalatini, merupakan otot yang menegangkan palatum
dan membuka tuba eustachius masuk ke faring melalui ruangan ini.
(rofaring kearah depan berhubungan dengan rongga mulut. onsila faringeal dalam
kapsulnya terletak pada mukosa pada dinding lateral rongga mulut. +idepan tonsila, arcus faring
anterior disusun oleh otot palatoglossus, dan dibelakang dari arkus faring posterior disusun oleh
otot palatofaringeus, otot*otot ini membantu menutupnya orofaring bagian posterior. 'emua
dipersarafi oleh pleksus faringeus.
#askularisasi
!erasal dari beberapa sumber dan kadang*kadang tidak beraturan. 1ang utama berasal
daricabang a. )arotis eksterna serta dari cabang a.maksilaris interna yakni cabang palatine
superior.
$ersarafan
$ersarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif.
$leksus ini dibentuk oleh cabang dari n.vagus, cabang dari n.glosofaringeus dan serabut
simpatis.2abang faring dari n.vagus berisi serabut motorik.+ari pleksus faring yang ekstensif ini
keluar untuk otot*otot faring kecuali m.stilofaringeus yang dipersarafi langsung oleh cabang
n.glossofaringeus.
)elenjar 3etah !ening
Aliran limfe dari dinding faring dapat melalui 4 saluran yaitu superior,media dan inferior.
'aluran limfe superior mengalir ke kelenjar getah bening retrofaring dan kelenjar getah bening
servikal dalam atas. 'aluran limfe media mengalir ke kelenjar getah bening jugulodigastrik dan
kelenjar getah bening servikal dalam atas, sedangkan saluran limfe inferior mengalir ke kelenjar
getah bening servikal dalam bawah.
!erdasarkan letak, faring dibagi atas%
1. 0asofaring
!erhubungan erat dengan beberapa struktur penting misalnya adenoid, jaringan limfoid
pada dinding lareral faring dengan resessus faring yang disebut fosa rosenmuller, kantong rathke,
yang merupakan invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi
mukosa faring diatas penonjolan kartilago tuba eustachius, konka foramen jugulare, yang dilalui
oleh nervus glosofaring, nervus vagus dan nervus asesorius spinal saraf kranial dan vena
jugularis interna bagian petrosus os.tempolaris dan foramen laserum dan muara tuba eustachius.
3ambar 2.11. Anatomi faring dan struktur sekitarnya
2. (rofaring
+isebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum mole, batas bawahnya
adalah tepi atas epiglotis kedepan adalah rongga mulut sedangkan kebelakang adalah vertebra
servikal. 'truktur yang terdapat dirongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil
palatina fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen
sekum.
4. +inding $osterior ,aring
'ecara klinik dinding posterior faring penting karena ikut terlibat pada radang akut atau
radang kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot bagian tersebut.3angguan otot
posterior faring bersama*sama dengan otot palatum mole berhubungan dengan gangguan
n.vagus.
5. ,osa tonsil
,osa tonsil dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior. !atas lateralnya adalah
m.konstriktor faring superior. $ada batas atas yang disebut kutub atas .upper pole/ terdapat suatu
ruang kecil yang dinamakan fossa supratonsil. ,osa ini berisi jaringan ikat jarang dan biasanya
merupakan tempat nanah memecah ke luar bila terjadi abses. ,osa tonsil diliputi oleh fasia yang
merupakan bagian dari fasia bukofaring dan disebu kapsul yang sebenar* benarnya bukan
merupakan kapsul yang sebenar*benarnya.
6. onsil
onsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat
dengan kriptus didalamnya.
erdapat 4 macam tonsil yaitu tonsil faringal .adenoid/, tonsil palatina dan tonsil lingual
yang ketiga*tiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin waldeyer. onsil palatina yang
biasanya disebut tonsil saja terletak di dalam fosa tonsil. $ada kutub atas tonsil seringkali
ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong faring yang kedua. )utub bawah tonsil
biasanya melekat pada dasar lidah.
$ermukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah yang disebut
kriptus. 7pitel yang melapisi tonsil ialah epitel skuamosa yang juga meliputi kriptus. +i dalam
kriptus biasanya biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa
makanan.
$ermukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang sering juga disebut kapsul tonsil.
)apsul ini tidak melekat erat pada otot faring, sehingga mudah dilakukan diseksi pada
tonsilektomi.onsil mendapat darah dari a.palatina minor, a.palatina ascendens, cabang tonsil
a.maksila eksterna, a.faring ascendens dan a.lingualis dorsal.
onsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. +i garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum pada
apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papila sirkumvalata. empat ini kadang*kadang
menunjukkan penjalaran duktus tiroglosus dan secara klinik merupakan tempat penting bila ada
massa tiroid lingual .lingual thyroid/ atau kista duktus tiroglosus.
8. &aringofaring .hipofaring/
!atas laringofaring disebelah superior adalah tepi atas yaitu dibawah valekula epiglotis
berfungsi untuk melindungi glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan pada saat bolus
tersebut menuju ke sinus piriformis .muara glotis bagian medial dan lateral terdapat ruangan/
dan ke esofagus, nervus laring superior berjalan dibawah dasar sinus piriformis pada tiap sisi
laringofaring.'inus piriformis terletak di antara lipatan ariepiglotika dan kartilago tiroid. !atas
anteriornya adalah laring, batas inferior adalah esofagus serta batas posterior adalah vertebra
servikal. &ebih ke bawah lagi terdapat otot*otot dari lamina krikoid dan di bawahnya terdapat
muara esofagus.
!ila laringofaring diperiksa dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan laring tidak
langsung atau dengan laringoskop pada pemeriksaan laring langsung, maka struktur pertama
yang tampak di bawah dasar lidah ialah valekula. !agian ini merupakan dua buah cekungan yang
dibentuk oleh ligamentum glosoepiglotika medial dan ligamentum glosoepiglotika lateral pada
tiap sisi. #alekula disebut juga 9kantong pil: . pill pockets/, sebab pada beberapa orang, kadang*
kadang bila menelan pil akan tersangkut disitu.
+ibawah valekula terdapat epiglotis. $ada bayi epiglotis ini berbentuk omega dan
perkembangannya akan lebih melebar, meskipun kadang*kadang bentuk infantil .bentuk omega/
ini tetap sampai dewasa. +alam perkembangannya, epiglotis ini dapat menjadi demikian lebar
dan tipisnya sehingga pada pemeriksaan laringoskopi tidak langsung tampak menutupi pita
suara. 7piglotis berfungsi juga untuk melindungi .proteksi/ glotis ketika menelan minuman atau
bolus makanan, pada saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke esofagus. 0ervus
laring superior berjalan dibawah dasar sinus piriformis pada tiap sisi laringofaring.;al ini
penting untuk diketahui pada pemberian anestesia lokal di faring dan laring pada tindakan
laringoskopi langsung.
"uang faringeal
Ada dua ruangan yang berhubungan dengan faring yang secara klinik mempunyai arti
penting, yaitu ruang rerofaring dan ruang parafaring
"uang rerofaring ."etropharyngeal space/
!atas*batas%
Anterior % ruang buccofaringeal .faring dan esophagus/
$osterior % Alar fascia
&ateral % 2loison sagittale
'uperior % !asis cranii
<nferior % 'uperior mediastinum
+inding anterior ruang ini adalah dinding belakang faring faringobasilaris dan otot*otot
faring."uang ini berisi jaringan ikat arang dan fasia prevertebralis."uang ini mulai dari dasar
tengkorak di bagian atas sampai batas paling bawah dan fasia servikalis.'erat*serat jaringan ikat
di garis tengah mengikatnya pada vertebra. +i sebelah lateral ruang ini berbatasan dengan fosa
faringomaksila. Abses retrofaring sering ditemukan pada bayi atau anak.)ejadiannya ialah kaena
di ruang retrofarin terdapat kelenjar*kelenjar limfa.$ada peradangan kelenjar limfa itu, dapat
terjadi supurasi, yang bilamana pecah. 0anahnya akan tertumpah di dalam ruang retrofaring. <ni
akan banyak menghilang pada pertumbuhan anak.
"uang $arafaring .,osa ,aringo*maksila = pharyngo*ma>illary fossa/
!atas ? batas%
Anterior % raphe pterygomandibular
$osterior % prevertebral fascia
Medial % fascia buccofaringeal
&ateral % m. pterygoid medial
'uperior % basis cranii
<nferior % os. hyoid
"uang ini berbentuk kerucu dengan dasarnya yang terletak pada dasar tengkorak dekat
foramen ugularis dan puncaknya pada kornu mayus os hioid. "uang ini dibatasi di bagian dalam
leh m.konstriktor faring superior, batas luarnya adalah ramus asenden mandibula yang melekat
dengan m.pterigoid interna dan bagian posterior kelenjar parotis.
,osa ini dibagi menjadi dua bagian yang tidak sama besarnya oleh os stiloid dengan otot
yang melekat padanya. !agian anterior.presteloid/ adalah bagian yang lebih luas dan dapat
mengalami proses supuratif sebagai akibat tonsil yang meradang, beberapa bentukmastoiditis
atau petrositis, atau dari karies dentis.
!agian yang lebih smepit di bagian posterior .post stilid/ berisi a.karotis interna,
v.jugularis interna, n.vagus, tan dibungkus dalam suatu sarung yang disebut selubung karotis
.carotid sheath/. !aguan ini dipisahkan dari ruang retrofaring oleh suatu lapisan fasia yang tipis.
2
2.2 $isi"l"gi Tengg"r"kan
,ungsi faring yang terutama ialah untuk respirasi, waktu menelan, resonasi suara dan
untuk artikulasi.
1. $roses menelan
$roses penelanan dibagi menjadi tiga tahap. $ertama gerakan makanan dari mulut ke
faring secara volunter. ahap kedua, transport makanan melalui faring dan tahap ketiga, jalannya
bolus melalui esofagus, keduanya secara involunter. &angkah yang sebenarnya adalah%
pengunyahan makanan dilakukan pada sepertiga tengah lidah. 7levasi lidah dan palatum mole
mendorong bolus ke orofaring. (tot supra hiod berkontraksi, elevasi tulang hioid dan laring
intrinsik berkontraksi dalam gerakan seperti sfingter untuk mencegah aspirasi. 3erakan yang
kuat dari lidah bagian belakang akan mendorong makanan kebawah melalui orofaring, gerakan
dibantu oleh kontraksi otot konstriktor faringis media dan superior. !olus dibawa melalui
introitus esofagus ketika otot konstriktor faringis inferior berkontraksi dan otot krikofaringeus
berelaksasi. $eristaltik dibantu oleh gaya berat, menggerakkan makanan melalui esofagus dan
masuk ke lambung.
2. $roses !erbicara
$ada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot*otot palatum dan
faring. 3erakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole kearah dinding belakang
faring.3erakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula*mula m.salpingofaring
dan m.palatofaring, kemudian m.levator veli palatine bersama*sama m.konstriktor faring
superior.$ada gerakan penutupan nasofaring m.levator veli palatini menarik palatum mole ke
atas belakang hampir mengenai dinding posterior faring. @arak yang tersisa ini diisi oleh tonjolan
.fold of/ $assavant pada dinding belakang faring yang terjadi akibat 2 macam mekanisme, yaitu
pengangkatan faring sebagai hasil gerakan m.palatofaring .bersama m,salpingofaring/ oleh
kontraksi aktif m.konstriktor faring superior. Mungkin kedua gerakan ini bekerja tidak pada
waktu bersamaan.
8
2.3 A%ses Le&er Dala#
0yeri tenggorok dan demam yang disertai dengan terbatasnya gerakan membuka mulut
dan leher, harus dicurigai kemungkinan disebabkan oleh abses leher dalam.
1
Abses leher dalam terbentuk di dalam ruang potensial di antara fasia leher dalam sebagai
akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal,
telinga tengah dan leher tergantung ruang mana yang terlibat. 3ejala dan tanda klinik berupa
nyeri dan pembengkakan.
1
Abses leher dalam dapat berupa abses peritonsil, abses retrofaring, abses parafaring,
abses submandibula dan angina &udovici .Ludwigs angina/.
1
1. Abses $eritonsil .Auinsy/
Abses peritonsil merupakan terkumpulnya material purulen yang terbentuk di luar kapsul
tonsil dekat kutub atas tonsil.
Etiologi
)adang*kadang, infeksi tonsila berlanjut menjadi selulitis difusa dari daerah tonsila
meluas sampai palatum mole. )elanjutan proses ini menyebabkan abses peritonsilaris. )elainan
ini dapat terjadi cepat, dengan awitan awal dari tonsillitis, atau akhir dari perjalanan penyakit
tonsillitis akut.
2
<nfeksi ini bersumber dari kelenjar mucus Beber di kutub atas tonsil.!iasanya
kuman penyebab sama dengan penyebab tonsillitis, dapat ditemukan kuman aerob dan
anaerob.
1
;al ini dapat terjadi walaupun diberikan penisilin.!iasanya unilateral dan lebih sering
pada anak*anak yang lebih tua dan dewasa muda.
2
Patologi
+aerah superior dan lateral fosa tonsilaris merupakan jaringan ikat longgar, oleh karena
itu infiltrasi supurasi ke ruang potensial peritonsil tersering menempati daerah ini, sehingga
tampak palatum mole membengkak.
1
Balaupun sangat jarang, abses peritonsil dapat terbentuk di bagian inferior.
1
$ada stadium permulaan .stadium infiltrat/, selain pembengkakan tampak permukaannya
hiperemis. !ila proses berlanjut, daerah tersebut lebih lunak dan berwarna kekuning*kuningan.
onsil terdorong ke tengah, depan, dan bawah, uvula membengkak dan terdorong ke sisi kontra
lateral.
1
!ila proses berlangung terus, peradangan jaringan di sekitarnya akan menyebabkan iritasi
pada m.pterigoid interna, sehingga timbul trismus.
1
Abses dapat pecah spontan, mungkin dapat terjadi aspirasi ke paru.
1
Gejala dan Tanda
$ada kasus yang agak berat, biasanya terdapat disfagia yang nyata, nyeri alih ke telinga
pada sisi yang terkena .otalgia/, salivasi yang meningkat .hipersalivasi/, odinofagia .nyeri
menelan/ yang hebat pada sisi yang sama, muntah .regurgitasi/, mulut berbau .foetor e> ore/,
suara sengau .rinolalia/, pembengkakan kelenjar submandibula dengan nyeri tekan,dan
khususnya trismus. $embengkakan mengganggu artikulasi dan, jika nyata, bicara menjadi sulit.
+emam sekitar 1CC
o
,, meskipun adakalanya mungkin lebih tinggi.
1,2
Pemeriksaan
<nspeksi terperinci daerah yang membengkak mungkin sulit karena ketidakmampuan
pasien membuka mulut .trismus/.$emeriksaan menyebabkan pasien merasa tidak enak.
+iagnosis jarang sangsi jika pemeriksa melihat pembengkakan peritonsilaris yang luas,
mendorong uvula melewati garis tengah, dengan edema dari palatum mole dan penonjolan dari
jaringan ini ke arah garis tengah, dan depan, serta dapat teraba fluktuasi. Uvula bengkak dan
terdorong ke sisi kontra lateral. onsila sendiri nampak normal juga terdorong ke medial, dan
pembengkakan terjadi lateral terhadap tonsila. onsil bengkak, hiperemis, mungkin banyak
detritus dan terdorong kea rah tengah, depan dan bawah. $alpasi, jika mungkin, membantu
membedakan abses dari selulitis.
1,2
Bakteriologi
!iakan tenggorokan diambil tetapi seringkali tidak membantu dalam mengetahui
organisme penyebab.$asien tetap diobati dengan terapi antibiotik terlebih dahulu.!iakan dari
drainase abses yang sebenarnya dapat menunjukkan terutama Streptococcus pyogenes dan, yang
agak jarang, Staphylococcus aureus.'prinkle dan lainnya menemukan insidens yang tinggi dari
bakteri anaerob, yang memberikan bau busuk pada drainase. (rganisme*organisme tersebut
biasanya ditemukan dalam rongga mulut termasuk anggota dari famili !acteroidaceae.
7tiologi Antibiotik
Streptococcus $enisilin
Bakteroides 'efalosporin
Hemoilus )lindamisin
!uso"akterium
Staphylococcus aureus
Peptokokus
Terapi
$ada stadium infiltrasi, diberikan antibiotika dosis tinggi, dan obat simtomatik. @uga perlu
kumur*kumur dengan cairan hangat dan kompres dingin pada leher.
1
!ila telah terbentuk abses, memerlukan pembedahan drainase, baik dengan teknik
aspirasi jarum atau dengan teknik insisi dan drainase.)esulitan dapat timbul dalam memastikan
apakah berhubungan dengan selulitis akut atau pembentukan abses yang sebenernya telah
terjadi.@ika ragu*ragu, jarum ukuran 1D dapat dimasukkan .setelah aplikasi dengan anestesi
semprot/ ke dalam tiga lokasi yang tampaknya paling mungkin untuk menghasilkan aspirasi
pus.@ika pus ditemukan secara kebetulan, metode ini mungkin cukup untuk drainase dengan
diikuti antibiotik.@ika jumlah pus banyak ditemukan dan tidak cukup didrainase dengan metode
ini, insisi yang lebih jauh dan drainase dapat dilakukan.empat insisi ialah di daerah yang paling
menonjol dan lunak, atau pada pertengahan garis yang menghubungkan dasar uvula dengan
geraham atas terakhir pada sisi yang sakit.@ika tidak ditemukan pus, tampaknya ini masih
berhubungan dengan selulitis dibandingkan abses. Mereka yang meolak teknik ini berpatokan
pada kenyataan bahwa 4CE dari abses terdapat pada sisi inferior dari fosa tonsilaris dan tidak
dapat dicapai dengan menggunakan teknik jarum.
1,2
eknik insisi dan drainase membutuhkan anestesi lokal.$ertama faring disemprot dengan
anestesi topika.)emudian 2cc Filokain dengan Adrenalin 1G1CC.CCC disuntikkan.$isau tonsila
no.12 atau no.11 dengan plester untuk mencegah penetrasi yang dalam yang digunakan untuk
membuat insisi melalui mukosa dan submukosa dekat kutub atas fosa tonsilaris.;emostat tumpul
dimasukkan melalui insisi ini dan dengan lembut direntangkan.$engisapan tonsila sebaiknya
segera disediakan untuk mengumpulkan pus yang dikeluarkan. $ada anak yang lebih tua atau
dewasa muda dengan trismus yang berat, pembedahan drainase untuk abses peritonsilatis
mungkin dilakukan setelah aplikasi cairan kokain 5E pada daerah insisi dan daerah ganglion
sfenopalatina pada fosa nasalis. ;al ini kadang*kadang mengurangi nyeri dan trismus.Anak*anak
yang lebih muda membutuhkan anestesi umum.Menganjurkan tonsilektomi segera .tonsilektomi
Huinsy/ merasa bahwa ini merupakan prosedur yang aman yang membantu drainase sempurna
dari abses jika tonsila diangkat.;al ini mengurangi kebutuhan tonsilektomi terencana yang
dilakukan enam minggu kemudian, di mana saat itu sering terdapat jaringan parut dan fibrosis
dan kapsul tonsilaris kurang mudah dikenali. <ndikasi*indikasi untuk tonsilektomi %
2
obstruksi jalan napas atas
sepsis dengan adenitis servikalis atau abses leher bagan dalam
riwayat abses peritonsilaris sebelumnya
riwayat faringitis eksudatifa yang berulang
2
+isamping pembedahan drainase, apakah dengan aspirasi jarum atau dengan insisi,
pasien diobati dengan antibiotik dan irigasi cairan garam hangat.Balaupun biakan tidak
menunjukkan adanya pertumbuhan karena pemberian antibiotik terlebih dahulu, antibiotik
diberikan yang efektif melawan Streptokokus# Stailokokus# dan anaerob oral. $ada individu
dengan abses peritonsilaris ulangan atau riwayat episode faringitis ulangan, tonsilektomi
dilakukan segera atau dalam jangka waktu enam minggu kemudian dilakukan tonsilektomi.
2
!ila terdapat trismus, maka untuk mengatasi nyeri, diberkan analgesia .lokal/, dengan
menyuntikkan >ylocain atau 0ovocain 1E di ganglion sfenopalatinum. 3anglion ini terletak di
bagian belakang atas lateral dari konka media. 3anglion sfenopalatinum mempunyai cabang n.
palatina anterior, media, dan posterior yang mengirimkan cabang aferennya ke tonsil dan
palatum mole di atas tonsil. +aerah yang paling tepat untuk insisi mendapat inervasi dari cabang
palatina n. trigeminus yang melewati ganglion sfenopalatinum.
1
)emudian pasien dianjurkan untuk operasi tonsilektomi.!ila dilakukan bersama*sama
tindakan drenase abses, disebut tonsilektomi IaJchaudK. !ila tonsilektomi dilakukan 4*5 hari
sesudah drenase abses, disebut tonsilektomi IaJtiedeK, dan bila tonsilektomi 5*8 minggu sesudah
drenase abses, disebut tonsilektomi IaJfroidK.
1
$ada umumnya tonsilektomi dilakukan sesudah infeksi tenang, yaitu 2*4 minggu sesudah
drenase abses.
1
$omplikasi
Abses pecah spontan, mengakibatkan terjadi perdarahan, aspirasi paru atau piemia.
1
$enjalaran infeksi dan abes ke daerah parafaring, sehingga terjadi abses parafaring. $ada
penjalaran selanjutnya, masuk ke mediastinum, sehingga terjadi mediastinitis.
1
!ila terjadi penjalaran ke daerah intracranial, dapat mengakibatkan thrombus sinus
kavernosus, meningitis, dan abses otak.
1
2. Abses "etrofaring
$enyakit ini biasanya ditemukan pada anak yang berusia dibawah 2*6 tahun. ;al ini
terjadi karena pada usia tersebut ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfa, masing*masing 2*
6 buah pada sisi kanan dan kiri. )elenjar ini menampung aliran limfa dari hidung, sinus
paranasal, nasofaring, faring, tuba 7ustachius dan telinga tengah.erdapat akumulasi pus antara
dinding faring posterior dan fasia prevertebra yang terjadi akibat supurasi dan pecahnya nodi
limfatisi pada jaringan retrofaring. 0odi*nodi ini terletak anterior terhadap vertebra servikalis
kedua dan pada anak*anak yang lebih tua tidak ditemukan lagi, karena pada usia di atas 8 tahun
kelenjar limfa akan mengalami atrofi.
1,2
$ada anak yang lebih tua atau dewasa penyakit ini hampir selalu terjadi sekunder akibat
dari penyebaran abses spatium parafaringeum atau gangguan traumatik dari batas dinding faring
posterior oleh trauma yang berasal dari benda asing atau selama penggunaan alat*alat atau
intubasi.
1,2
Etiologi
)eadaan yang dapat menyebabkan terjadinya abses ruang retrofaring adalah %
<nfeksi saluran napas atas yang menyebabkan limfadenitis retrofaring.
1
rauma dinding belakang faring oleh benda asing seperti tulang ikan atau tindakan
medis, seperti adenoidektomi, intubasi endotrakea dan endoskopi.
1
uberkulosis vertebra servikalis bagian atas .abses dingin/
1
Gejala dan Tanda
3ejala abses retrofaring ialah rasa nyeri dan sukar menelan.$enyakit sebaiknya dicurigai
jika pada bayi atau anak yang masih kecil terdapat demam yang tidak dapat dijelaskan setelah
infeksi pernapasan napas bagian atas, yang menyebabkan anak menangis terus .rewel/, leher
kaku dan nyeri, tidak mau makan atau minum dan terdapat gejala*gejala hilangnya nafsu makan,
perubahan dalam bicara, dan kesulitan menelan. +apat timbul sesak napas karena sumbatan jalan
napas, terutama di hipofaring. !ila proses peradangan berlanjut sampai mengenai laring dapat
timbul stridor.$ada dewasa terdapat gejala disfagia, nyeri menelan, dan gejala*gejala yang
memberi kesan adanya obstruksi jalan napas.$ada orang dewasa, jika abses semakin besar
terdapat nyeri dan pembengkakan pada leher, spatium parafaringeum biasanya terkena secara
bersamaan.'umbatan oleh abses juga dapat mengganggu resonansi suara sehingga terjadi
perubahan suara. $ada dinding belakang faring tampak benjolan yang teraba lunak, biasanya
unilateral.
1,2
Anestesi umum yang diberkan memungkinkan bahwa intubasi tersebut dapat dilakukan
dan tidak akan menyebabkan pecahnya abses. $ada bayi mungkin dapat dilakukan drainase abses
dengan menggunakan anestesi lokal sebagai tindakan darurat, tetapi lebih disukai intubai yang
aman oleh ahli anestesi yang berpengalaman.
2
%iagnosis
+iagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat infeksi saluran napas bagian atas atau
trauma. 3ejala dan tanda klnik serta pemeriksaan penunjang foto "ontgen jaringan lunak leher
lateral, akan tampak pelebaran ruang retrofaring dan berkurangnya lordosis kolumna vertebra
servikalis.
1
$ada bayi pembengkakan dinding faring tidak dapat dengan mudah dideteksi dengan
inspeksi atau palpasi. $ada kasus*kasus ini, radiografi jaringan lunak lateral leher menunjukkan
peningkatan bayangan jaringan lunak yang jelas antara saluran udara faring dan korpus vertebra
servikalis. &aring dan trakea ditunjukkan dalam posisi kea rah depan. @ika terdapat keraguan
mengenai radiografi, maka dapat dipertegas dengan radiografi penelanan barium.
2
%iagnosis Banding
Adenoiditis
1
umor
1
Aneurisma aorta
1
Terapi
erapi abses retrofaring ialah dengan medikamentosa dan tindakan bedah.'ebagai terapi
medikamentosa diberikan antibiotika dosis tingi, untuk kuman aerob dan anaerob, diberikan
secara parenteral.'elain itu dilakukan juga pungsi dan insisi abses dengan laringoskopi langsung
dalam posisi pasien baring rendelnburg.$us yang keluar segera diisap agar tidak terjadi
aspirasi.indakan dapat dilakukan dalam analgesia lokal atau anestesia umum. $asien dirawat
inap sampai gejala dan tanda infeksi reda.
1
)arena pemberian antibiotik dini, maka stadium abses yang sebenarnya tidak pernah
terjadi, tetapi terdapat adenitis retrofaring yang luas, yang akan memberikan respons yang sesuai
terhadap antibiotik intravena. @ika diagnosis abses yang sebenarnya sudah pasti, sebaiknya
dilakukan drainase abses.@alan napas harus dilindungi. )epala direndahkan sehingga
pengeluaran pus tidak akan diaspirasi, dan dengan menggunakan pisau skapel tajam yang kecil
dilakukan insisi vertical yang pendek pada titik di mana pembengkakan paling besar. Untuk
faktor keamanan, pisau sebaiknya dituntun oleh jari telunjuk yang diletakkan pada abses. @ika
pus tidak keluar, dimasukkan hemostat tertutup yang kecil pada luka, kemudian dengan lembut
didorong ke arah lebih dalam, dan meluas.
2
!iakan dilakukan untuk organisme aerobik dan anaerobic seperti tubekulosis.@uga
dilakukan pewarnaan 3ram. $engobatan antibiotik sebaiknya termasuk untuk Stailokokus#
Streptokokus# dan anaerob oral yang biasa, termasuk strain Bacteroides &B. ragilis' yang resisten
terhadap penisilin.
2
'ekarang ini lebih banyak terdapat pada bayi yang muda dengan gambaran klinis khas
yang memberi kesan suatu abses spatium retrofaringeum."adiografi jaringan lunak memperjelas
edema yang terdapat pada spatium retrofaringeum.$ada bayi yang lebih besar digunakan
pendekatan servikal lateral.)elainan yang ditemukan adalah jaringan menjadi lunak atau
nekrotik, pembesaran nodi limfasiti yang massif dan edematous.@aringan dikirim untuk evaluasi
patologik untuk menyingkirkan leukemia dan limfoma disamping biakan. 3ambaran klinis ini
paling sering menunjukkan perubahan dari gambaran yang klasik karena pemberian terapi
antibiotik dini pada pasien yang diduga menderita abses spatium retrofaringeum.
2
$omplikasi
Asfiksia karena aspirasi debris septic dan perdarahan merupakan komplikasi abses
retrofaring yang ditakuti.Asfiksia terjadi waktu memasukkan alat ke mulut unutk pemeriksaan
dan drainase atau akibat pecahnya abses yang besar tiba*tiba, sehingga memenuhi laring dengan
pus. @ika terjadi perdarahan, perdarahan biasanya terjadi berlebihan dan mungin membutuhkan
ligasi arteri karotis interna pada sisi yang terkena untuk mengendalikan perdarahan.
2
<nfeksi pada ruang ini dapat meluas ke mediastinum dengan akibatnya terjadi
mediastinitis.
2
)omplikasi*komplikasi progresif dari obstruksi saluran jalan napas bagian atas jangka
panjang diawali dengan obstruksi jalan napas bagian atas, yang menimbulkan penurunan $a(
2
secara signifikan dengan peningkatan $a2(
2
.biasanya kurang dari 16 mm;g/. ;al ini
menyebabkan peningkatan tekanan arteri pulmonal, hipertrofi jantung kanan .kor pulmonal/ dan
akhirnya dapat menimbulkan dekompensasi jantung.
2
'elain itu, komplikasi yang mungkin terjadi ialah %
1
$enjalaran ke ruang parafaring, ruang vaskuler visera
Mediastinitis
(bstruksi jalan napas sampai asfiksia
!ila pecah spontan, dapat menimbulkan pneumonia aspirasi dan abses paru.
4. Abses $arafaring
Etiologi
"uang parafaring dapat mengalami infeksi dengan cara %
&angsung, yaitu akibat tusukan jarum pada saat melakukan tonsilektomi dengan
analgesia. $eradangan terjadi karena ujung jarum suntik yang telah terkontaminasi kuman
menembus lapisan otot tipis .m.konstriktor faring superior/ yang memisahkan ruang
parafaring dari fosa tonsilaris.
1
$roses supurasi kelenjar limfa leher bagian dalam, gigi, tonsil, faring, hidung, sinus
paranasal, mastoid, dan vertebra servikal dapat merupakan sumber infeksi untuk
terjadinya abses ruang parafaring.
1
$enjalaran infeksi dari ruang peritonsil, retrofaring atau submandibula.
1
Gejala dan Tanda
3ejala dan tanda yang utama ialah trismus, indurasi atau pembengkakan di sekitar
angulus mandibula, demam tinggi dan pembengkakan dinding lateral faring, sehingga menonjol
ke arah medial.
1
%iagnosis
+iagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, gejala dan tanda klinik. !ila
meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa foto "ontgen jaringan lunak A$ atau
2 'can.
1
$omplikasi
$roses peradangan dapat menjalar secara hematogen, limfogen atau langsung .per
kontinuitatum/ ke daerah sekitarnya. $enjalaran ke atas dapat mengakibatkan peradangan
intrakranial, ke bawah menyusuri selubung karotis mencapai mediastinum.
1
Abses juga dapat menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah.!ila pembuluh
karotis mengalami nekrosis, dapat terjadi ruptur, sehingga terjadi perdarahan hebat. !ila terjadi
periflebitis atau endoflebitis, dapat timbul tromboflebitis dan septikemia.
1
Terapi
Untuk terapi diberi antibiotika dosis tinggi secara parenteral terhadap kuman aerob dan
anaerob. 7vakuasi abses harus segera dilakukan bila tidak ada perbaikan dengan antibiotika
dalam 25*5L jam dengan cara eksplorasi dalam narkosis. 2aranya melalui insisi dari luar dan
intra oral.
1
<nsisi dari luar dilakukan 2 M jari dibawah dan sejajar mandibula. 'ecara tumpul
eksplorasi dilanjukan dari batas anterior m. sternokleidomastoideus kea rah atas belakang
menyusuri bagian medial mandibula dan m.pterigoid interna mencapai ruang parafaring dengan
terabanya prosesus stiloid. !ila nanah terdapat di dalam selubung karotis, insisi dilanjutkan
vertical dari pertengahan insisi horiNontal ke bawah di depan m. sternokleidomastoideus .cara
Mosher/.
1
<nsisi intraoral dilakukan pada dinding lateral faring.+engan memakai klem arteri
eksplorasi dilakukan dengan menembus m. konstriktor faring superior ke dalam ruang parafaring
anterior. <nsisi intraoral dilakukan bila perlu dan sebagai terapi tambahan terhadap insisi
eksternal.
1
$asien dirawat inap sampai gejala dan tanda infeksi reda.
1
5. Abses 'ubmandibula
"uang submandibula terdiri dari ruang sublingual dan ruang submaksila. "uang
sublingual dipisahkan dari ruang submaksila oleh otot milohioid.
1
"uang submaksila selanjutnya dibagi lagi atas ruang submental dan ruang submaksila
.lateral/ oleh otot digastrikus anterior.
1
0amun ada pembagian lain yang tidak menyertakan ruang sublingual ke dalam ruang
submandibula, dan membagi ruang submandibula atas ruang submental dan ruang submaksila
saja. Abses dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu komponennya sebagai
kelanjutan infeksi dari daerah kepala leher.
1
Etiologi
<nfeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar liur atau kelenjar limfe
submandibula. Mungkin juga sebagian kelanjutan infeksi ruang leher dalam lain.
1
)uman
penyebab biasanya campuran, dapat kuman aerob atau anaerob.
1
Gejala dan Tanda
0yeri leher disertai pembengkakan di bawah mandibula dan atau dibawah lidah mungkin
berfluktuasi.
1
Terapi
Antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob harus diberikan secara
parenteral.
1
7vakuasi abses dapat dilakukan dalam anestesi lokal untuk abses yang dangkal dan
terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan luas.
1
<nsisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi os hioid, tergantung letak
dan luas abses.
1
$asien dirawat inap sampai 1*2 hari gejala dan tanda infeksi reda.
1
6. Angina &udovici
Angina &udovici ialah infeksi ruang submandibula berupa selulitis dengan tanda khas
berupa pembengkakan seluruh ruang submandibula, tidak membentuk abses, sehingga keras
pada perabaan submandibula.
1
Etiologi
'umber infeksi seringkali berasal dari gigi atau dasar mulut, oleh kuman aerob dan
anaerob.
1
Gejala dan Tanda
erdapat nyeri tenggorok dan leher, disertai pembengkakan di daerah submandibula,
yang tampak hiperemis dan keras pada perabaan.
1
+asar mulut membengkak, dapat mendorong lidah ke atas belakang, sehingga
menimbulkan sesak napas, karena sumbatan jalan napas.
1
%iagnosis
+iagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat sakit gigi, mengorek atau cabut gigi, gejala
dan tanda klinik.
1
$ada I$seudo Angina &udoviciK, dapat terjadi fluktuasi.
1
Terapi
'ebagai terapi diberikan antibiotika dengan dosis tinggi, untuk kuman aerob dan anaerob,
dan diberikan secara parenteral.'elain itu dilakukan eksploriasi yang dilakukan untuk tujuan
dekompresi .mengurangi ketegangan/ dan evakuasi pus .pada angina &udovici jarang terdapat
pus/ atau jaringan nekrosis.<nsisi dilakukan di garis tengah secara horiNontal setinggi os hioid .4*
5 jari di bawah mandibula/. $erlu dilakukan pengobatan terhadap penyebab infeksi .gigi/, untuk
mencegah kekambuhan.
1
$asien dirawat inap sampai infeksi reda.
1
$omplikasi
)omplikasi yang sering terjadi ialah %
'umbatan jalan napas
1
$enjalaran abses ke ruang leher dalam lain dan mediastinum
1
'epsis
1
BAB III
!EIMPULAN
Abses leher dalam dapat berupa abses peritonsil, abses retrofaring, abses submandibula,
angina ludovici, dan abses parafaring. 'umber infeksi dapat berasal dari gigi geligi, faring atau
traumatic di mana terjadi pada membran mukosa perlindungan mulut atau ruang faring.
$enatalaksanaan abses leher dalam meliputi operasi untuk evakuasi dan drainase abses,
identifikasi kuman penyebab, dan pemberian antibiotika. )uman penyebab abses leher dalam
adalah kuman aero" dan anaero". )uman aerob yang lebih dominan adalah stafilokokus dan
streptokokus. )uman anaerob yang paling banyak adalah kuman gram negative anaerob.
$emberian antibiotika dosis tinggi harus segera diberikan, setelah identifikasi biakan kuman dan
uji kepekaan antibiotika terhadap kuman penyebab telah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai