Anda di halaman 1dari 26

APA PERBEDAAN ANTARA HIV DAN AIDS?

HIV /AIDS sering dikaitkan satu sama lainnya dengan pengertian yang sama. Akan tetapi HIV dan
AIDS mempunyai arti yang berbeda. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus.Virus
ini yang menyerang system kekebalan tubuh seseorang. Seseorang dapat terjangkit virus HIV apabila
virus tersebut masuk ke dalam saluran peredaran darah. Virus HIV menyerang system kekebalan
seseorang. !ika tidak diatasi maka virus ini akan merusak system kekebalan tubuh sehingga daya tahan
tubuh melemah terhadap penyakit lain bahkan dapat mengakibatkan kematian. "ondisi inilah yang
dinamakan AIDS #Ac$uired Immune Deficiency Syndrome%.
&enderita HIV bukan berarti pengidap penyakit AIDS atau seseorang yang akan segera mati.'ahkan
tanpa pengobatan banyak penderita HIV masih dapat bertahan hidup cukup lama. &ada saat ini
pengobatan yang telah dikembangkan hanya dapat memperlambat kerusakan pada sistim kekebalan
tubuh.Dengan pengobatan tersebut banyak penderita HIV dapat hidup sehat dan bahagia.
&erjalanan HIV / AIDS ( )asa inkubasi atau masa laten sangat tergantung pada daya tahan tubuh
masing*masing orang rata*rata +*,- tahun selama masa ini orang tidak memperlihatkan gejala*gejala
.alaupun jumlah HIV semakin bertambah dan sel*sel /*0 semakin menurun. Semakin rendah jumlah sel
/*0 semakin rusak fungsi sistem kekebalan tubuh. &ada .aktu sistem kekebalan sudah dalam keadaan
parah 1DHA akan mulai menampakkan gejala*gejala AIDS.
PEMBANTU DIAGNOSIS UNTUK MIKOSIS
&emeriksaan mikologik untuk membantu menegakkan diagnosis terdiri atas emeriksaan langsung
basah dan biakan. &emeriksaan lain misalnya pemeriksaan histopatologik percobaan binatang dan
imunologik tidak berpelukan.
&ada pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan bahan jamur diperlukan bahan klinis yang
dapat berupa kerokan kulit rambut dan kuku. 'ahan untuk pemeriksaan mikologik diambil dan
dikumpulkan sebagai berikut ( terlebih dahulu tempat kelainan dibersihkan dengan spiritus 2-3
kemudian untuk (
,. "ulit /idak 'erambut #4labrous Skin%
Dari bagian tepi kelainan sampai dengan bagian sedikit diluar kelainan sisik kulit dan kulit dikerok
dengan pisau tumpu steril.
5. "ulit 'erambut
6ambut dicabut pada bagain kulit yang mengalami kelainan ( kulit didaerah tersebut dikerok untuk
mengumpulkan sisik kulit pemeriksaan dengan lampo 7ood dilakukan sebelum pengumpulan bahan
untuk mengetahui lebih jelas daerah yang terkena infeksi dengan kemungkinan adanya fluoresensi pada
kasus*kasus tinea kapitis tertentu.
8. "uku
'ahan diambil dari permukaan kuku yang sakt dan dipotong sedalam*dalamnya sehingga mengenai
seluruh ketebalan kuku bahan diba.ah kuku diambil pula.
&emeriksaan langsung sediaan basah dilakukan dengan mikroskop mula*mula dengan
pembesaran ,-9,- kemudian dengan pembesaran ,-90+. &emeriksaan dengan pembesaran ,-9,--
biasanya tidak diperlukan.
Sediaan basah dilakukakn dengan meletakkan bahan diatas gelas alas kemudian ditambah ,*5
tetes larutan "1H. "onsentrasi larutan "1H untuk sediaan rambut adalah ,-3 dan untuk kulit dan kuku
5-3. Setelah sediaan dicampur dengan larutan "1H ditunggu ,+*5- menit hal ni diperlukan untuk
melarutkan jaringan. :ntuk mempercept proses pelarutan dapat dilakukan pemanasan sediaan basah
diatas api kecil. &ada saat mulai keluar uap dari sediaan tersebut pemanasan sudah cukup. 'ila terjadi
penguapan maka akan terbentuk "ristal "1H sehingga tujuan yang diinginkan tidak tercapai. :ntuk
melihat elemen jamur lebih nyata maka dapat ditambahkan ;at .arna pada sediaan "1H misalnya tinta
&arer super*chroom blue black.
&ada sediaan kulit dan kuku yang terlihat adalah hifa sebagai dua garis sejajar terpisah oleh
bersekat dan bersekat maupun spora berderet #artrospora% pada kelainan kulit lama dan atau sudah
diobati. &ada sediaan rambut yang dilihat adalah spora kecil #mikrospora% atau besar #makrospora%. Spora
dapat tersusun diluar rambut #ektotris% atau didalam rambut #endoktris%. "adang*kadang data juga
ditemukan hifa pada sediaan rambut.
&emeriksaan dengan pembiakan dilakukan untuk menyokong pemeriksaan langsung sediaan
basah dan menentukan spesies jamur. &emeriksaan ini dilakukan deengan menanamkan bahan klinis pada
media nuatan. <ang dianggap paing baik pada .aktu ini adalah medium agar dekstrosa Sabouraud. &ada
agar Sabouraud dapat ditambahkan antibiotik saja #kloramfenikol% atau ditambah klorheksimid. "edua ;at
tersebut diperlukan untuk menghindarkan kontaminasi bakterial maupun jamur kontaminan.
TANDA KLINIS MIKOSIS SUPERFISIALIS
,. /inea &edis
/inea pedis atau yang sering dikenal dengan nama athlete=s foot atau kutu air adalah
dermatofitosis pada kaki terutama sela* sela jari dan telapak kaki. Selain pada kaki kelainan juga dapat
terjadi pada tangan dan disebut tinea manus. /erdapat beberapa jenis tinea pedis. <ang sering terlihat
adalah bentuk interdigitalis dengan predileksi terutama pada sela jari ke*0 dan ke*+. "elainan berupa
fisura yang dilingkari oleh sisik halus dan tipis. "elainan dapat meluas ke daerah subdigital dan sela jari
lain. "elainan juga sering disertai maserasi akibat dari keadaan daerah kaki yang seringkali lembab. 'ila
maserasi dibersihkan akan terlihat kulit baru yang umumnya juga telah diserang oleh jamur. Hal ini dapat
berlangsung dalam jangka .aktu yang lama hingga bertahun* tahun dengan sedikit atau bahkan tanpa
keluhan sama sekali. "elainan juga dapat disertai infeksi sekunder sehingga dapat terjadi selulitis
limfangitis atau erisipelas. Selain bentuk interdigitalis dapat terjadi juga bentuk moccasin foot berupa
kulit yang menebal dan bersisik pada seluruh kaki dengan eritema ringan pada tepi lesi disertai papul atau
vesikel atau bentuk subakut yang ditandai dengan vesikel dan vesikopustul yang jika pecah membentuk
lingkaran yang disebut dengan koleret. /inea pedis banyak terjadi pada orang* orang yang sehari* hari
sering memakai sepatu tertutup dan pera.atan kaki yang tidak baik atau para pekerja yang kakinya sering
basah.
5. /inea :nguium
/inea unguium adalah dermatofitosis pada kuku. /erdapat 8 bentuk klini menurut >AIAS yaitu(
* subungual distalis yang dimulai dari tepi distal atau disolateral kuku dan menjalar ke proksimal. &ada
bagian ba.ah kuku dapat ditemui sisa kuku yang rapuh. !ika proses berlanjut kuku pada bagian distal
akan hancur menjadi menyerupai kapur?
* subungual proksimalis dimulai dari pangkal kuku. &ada kelainan tipe ini didapatkan kuku bagian distal
masih utuh sedangkan bagian proksimal sudah rusak. Sering dijumpai pada kuku kaki?
* leukonikia trikofita kelainan kuku berupa keputihan di permukaan kuku. "elainan ini disebabkan oleh
/richophyton mentagrophytes.
8. /inea "ruris
/inea kruris adalah dermatofitosis pada daerah lipat paha perineum dan sekitar anus. "elainan
dapat bersifat akut atau menahun bahkan hingga seumur hidup. @esi dapat meluas dari daerah genito*
krural hingga ke sekitar anus daerah gluteus atau perut bagian ba.ah. /inea kruris menimbulkan
kelainan berupa lesi berbatas tegas pada daerah kruris. &eradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah
tengah. Aflorosensi bersifat polimorf terdiri dari lesi primer dan sekunder. 'ila berjalan kronik lesi dapat
berupa bercak hitam yang bersisik sedikit. /inea kruris sering ditemukan di Indonesia.
0. /inea "orporis
/inea korporis merujuk pada semua dermatofitosis pada daerah kulit yang tidak berambut kecuali
telapak tangan telapak kaki dan skrotum. "elainan berupa lesi yang bulat atau lonjong berbatas tegas
dengan eritema dan skuama kadang disertai vesikel dan papul di tepinya. Seperti jenis tinea lainnya lesi
lebih aktif pada tepinya. @esi* lesi pada umumnya merupakan bercak* bercak terpisah satu dengan lainnya
dan jika menjadi satu membentuk lesi dengan tepi polisiklik. "elainan lebih sering ditemukan pada anak*
anak. &ada tinea korporis menahun biasanya tidak terlihat tanda radang lagi. 'entuk menahun dengan
penyebab /richophyton rubrum sering terlihat bersama* sama tinea unguium. /erdapat bentuk tinea
korporis lain yang khas yaitu tinea imbrikata berupa lingkaran* lingkaran skuama yang konsentris. &ada
kasus menahun penderita seringkali sudah tidak merasa gata seperti pada a.al infeksi dan kadangi
kadang lesi dapat menyerupai iktiosis
+. /inea Basialis
/inea fasialis adalah dermatofitosis pada kulit tidak berambut pada .ajah. Secara tidak langsung
tinea fasialis sebenarnya merupakan bagian dari tinea korporis akan tetapi karena penampakan yang
seringkali atipikal tinea ini dibedakan dari tinea korporis. &ada laki* laki dapat juga terjadi tinea barbae
yaitu dermafitosis pada bagian jenggot. /inea fasialis seringkali didapatkan dari binatang peliharaan akan
tetapi juga dapat ditularkan dari individu lain yang memiliki dermatofitosis dari bagian tubuh lainnya.
Sehubungan dengan kompleksitas anatomi .ajah penampakan atipikal seringkali muncul pada kulit
.ajah dibandingkan dengan lesi tinea korporis pada bagian tubuh lainnya. @esi muncul berupa bercak
eritematosa tunggal atau multipel tanpa struktur anular yang seringkali menyerupai penyakit kulit lainnya
sehingga seringkali salah didiagnosis. )anifestasi tipikal seperti pada tinea korporis lainnya juga dapat
terjadi yaitu lesi eritematosa anular atau serpiginosa dengan tepi yang aktif dan kadang ditemui papul atau
vesikel. 'agian kulit yang paling sering terkena adalah pipi disusul dengan hidung periorbital dagu dan
dahi.

C. /inea "apitis
/inea kapitis merupakan dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala. "elainan ditandai dengan
lesi bersisik kemerahan alopesia dan kadang terjadi kerion. /inea kapitis terbagi menjadi 8 bentuk
secara klinis yaitu(
* grey patch ring.orm merupakan tinea kapitis yang disebabkan oleh microsporum sp. A.alnya berupa
papul merah kecil di sekitar rambut kemudian melebar membentuk bercak dan menjadi pucat bersisik.
"eluhan terutama berupa rasa gatal. Selain itu ditemukan perubahan pada .arna rambut dan menjadi
tidak berkilat. 6ambut kemudian mudah patah dan terlepas dari akar sehingga pencabutan dengan pinset
tidak menimbulkan rasa nyeri. &ada akhirnya dapat ditemukan alopesia setempat yang terlihat sebagai
grey patch. &ada pemeriksaan dengan lampu .ood dapat terlihat fluoresensi hijau kekuningan yang
luasnya dapat melebihi grey patch.
* kerion merupakan tinea kapitis dengan peradangan yang berat. Dapat terlihat pembengkakan dengan
bentukan seperti sarang lebah dengan sebukan sel radang di sekitarnya. "erion dapat menyebabkan
jaringan parut yang menyebabkan alopesia menetap.
* black dot ring.orm disebabkan oleh /richophyton tonsurans dan /richophyton violaceum. 4ambar
klinis a.alnya menyerupai grey patch ring.orm. 6ambut yang terinfeksi kemudian patah tepat pada
muara folikelmeninggalkan ujung rambut yang penuh spora memberikan gambaran black dot.
HISTOPATOLOGI LAPISAN KULIT
Di Apidermis
Hiperkeratosit a/ penebalan st. korneum D bia inti sel masih terlihat pd penebalan st.
korneum disebut parakeratosit bila tidak terlihat lagi inti disebut ortokeratosit
Hipergra!"osis a/ penebalan st. 4ranulosum
Akatosis a/ penebalan st. Spinosum
Hiperp"asia a/ penebalan epidermis akibat bertambahnya #!$"a% sel
Hipop"asia a/ penipisan epidermis akibat berkurangnya #!$"a% sel
Hipertro&i a/ penebalan epidermis akibat sel5 bertambah 'esar
Atro&i a/ penipisan epidermis akibat sel5 bertambah ke(i"
Spogiosi a/ penimbunan cairan di antara sel5 epidermis sehingga celah antar sel jadi
renggang
Degeerasi 'a"o a/ edema di dalam sel epidermis sehingga sel jadi besar
Eksositosis a/ sel5 radang yg masuk ke dalam epidermis bisa juga Sel darah merah
Akato"isis a/ hilangnya daya kohesi antar sel epidermis sehingga menyebabkan
terbentuknya celah vesikel atau bula dlam epidermis
Se" )iskeratotik a/ sel epidermis yg mengalami keratinisasi lebih a.al
Nekrosis a/ kematian sel atau jaringan setempat pada organisme yg masih hidup
Degeerasi %i)ropik st* Basa" a/ rongga di ba.ah/atas st basalis yg dapat bergabung dan
berisi serum yg mengakibatkan susunan st basalis jadi tiak teratur
Di Dermis
Papi"o$atosis a/ papil yg memanjang melampaui batas permukaan kulit
Fi'rosis a/ jumlah kolagen bertambah serta susunannya berubah dan &i'ro'"as 'erta$'a%
'a+ak
Sk"erosis a/ jumlah kolagen bertambah susunan berubah tampak lebih homogen dan
eosinofilik seperti degenerasi hialin dengan jumlah &i'ro'"as 'erk!rag
Gra!"o$a a/ histiosit yg tersusun berkelompok
,ariga gra!"asi a/ penyembuhan luka yg terdiri atas jaringan edematosa proliferasi
pembluh darah dan sel radang campuran
Note. Gambar liat di buku merah halaman 25 (kalo mau liat itu juga)
PERBEDAAAN MH PAUSIBASILAR DAN MULTIBASILAR
&' )'
@esi kulit
#makula datar papul
yg meninggi nodus%
,*+ lesi
Hipopigmentasi/eritema
Distribusi tidak simetris
Hilangnya sensasi yg jelas
E + lesi
Distribusi simetris
Hilangnya sensasi
kurang jelas
"erusakan saraf
#menyebaban hilngnya
sensasi/kelemahan
otot yg dipersarafi
oleh saraf yg terkena
Hanya satu cabang saraf 'anyak caang saraf
Sediaan apusan '/A negatif '/A positif
+ A pada )H ( #anastesi achromiatropianhidrosis alopesia%
-* SIFILIS
,. Stadium apa sajaF
* Stadium dini menular #dalam satu tahun sejak infeksi%. /erdiri atas S I SII stadium rekuren
dan stadium laten dini.
* Stadium lanjut tak menular #setelah satu tahun sejak infeksi%. /erdiri atas stadium laten lanjut
dan SIII.
5. Stadium II gejala klinisnya.
*/imbul setelah enam sampai delapan minggu sejak SI. @ama S II dapat sampai sembilan bulan.
* 4ejala umumnya tidak berat ( anoreksia turun berat badan malaise nyeri kepala demam yang
tidak tinggi atralgia.
"elainan kulit ( dapat menyerupai berbagai penyakit kulit #the great imitator%
Dapat juga memberi kelainan pada mukosa "4' mata hepar tulang dan saraf.
"elainan kulit pada S II tidak gatal sering disertai limfadenitis generalisata pada S II dini
kelainan kulit juga terjadi pada telapak tangan.
*&erbedaan S II dini dan S II lanjut (
S II dini ( kelainan kulit generalisata simetrik lebih cepat hilang # beberapa hari hingga
beberapa minggu.
S II lanjut ( kelainaan kulit setempat asimetrik dan bertahan lebih lama #beberapa
minggu hingga beberapa bulan%.
*'entuk lesi ( roseola papul pustul atau bentuk lain.
a. roseola adalah kelainan kulit yang pertama kali terlihat pada S II disebut roseola
sifilitika #S II dini%.
b. papul bentuk yang paling sering terlihat pada S II. Dapat berskuama pada pinggir
#koleret% disebut papulo*skuamosa. Skuama bisa menutupi papul mirip dengan psoriasis
disebut psoriasiformis. 'ercak bekas papul dinamakan leukoderma sifilitikum. 'entuk
lain adalah kondiloma lata.
c. pustul jarang ditemukan.
d. bentuk lain ( sifilis impetiginosa. Aktima sifilitikum. 6upia sifilitika. Sifilis ostrasea.
* S II pada mukosa ( Angina sifilitika eritematosa. pla$ue mu$ueuses.
* S II pada rambut ( alopesia areata alopesia areolaris.
* S II pada kuku ( onikia sifilitika. &aronikia sifilitika.
* S II pada alat lain (
"4' ( pembesaran "4'
)ata ( S II lanjut *E uveitis anterior.
Hepar ( hepatitis.
/ulang ( pembengkakan pada sendi dan bursa #jarang% tidak nyeri pergerakan tidak
terganggu. &eriostitis *E nyeri.
Saraf ( 4" pada stadium ini jarang tetapi dapat disebabkan oleh meningitis akut/subakut.
&eningkatan /I" #mual muntah udem papil%
.* PMS
,. &)S akibat virus.
Atiologi &)S
Herpes Simple9 Virus Herpes genitalis
Herpes ' virus Hepatitis fulminan akut dan kronik
Human papiloma virus "ondiloma akuminatum papiloma laring
pada bayi.
)olluscum contangiosum virus )oluskum kontangiosum
Human Immmunideficiensy virus A.I.D.S #Ac$uired Immune Deficiency
Syndrome%
5. &)S akibat bakteri
Atiologi &)S
Geisseria gonorrhoeae :retritis epididimitis servisitis. &roktitis
faringitis konjungtivitis 'artholinitis.
Hhlamydia trachomatis :retritis epididimitis servisitis proktitis
salpingitis limfogranuloma venereum.
)ycoplasma hominis :retritis epididimitis servisitis proktitis
salpingitis
:reaplasma urealyticum :retritis epididimitis servisitis proktitis
salpingitis
/reponema pallidum Sifilis
4ardnerella vaginalis Vaginitis
Dono.ania granulomatis 4ranuloma inguinal
7.Pengobatan Multi Drug Therapy Morbus Hansen
MDT-L ( LL, BL, BB )
Rifampisin : 600 mg / bulan
Klofazimin : 300 mg / bulan + 50 mg / hari
DDS : 100 mg / hari
bulan ( selesai < 1 bulan !
MDT T ( TT, BT )
Rifampisin : 600 mg / bulan
DDS : 100 mg / hari
6 bulan ( Selesai < " bulan !
Ke#:
$$: %ipe leproma#osa
%%: %ipe %ube&uloi'
($: %ipe (or'erline $eproma#osa
((: %ipe (or'erline
(%: %ipe (or'erline %uber&uloi'
8. !" #$MP%&' "()T%"(#T)(%D #%#TM%" D$& T(P%"$L
Secara umum efek samping dari kortikosteroid topikal termasuk atrofi striaeatrofise
telangiektasis purpura dermatosis akneformis hipertrikosis setempathipopigmentasi dermatitis
peroral.
Afek samping dapat terjadi apabila (
&enggunaan kortikosteroid topikal yang lama dan berlebihan.
&enggunaan kortikosteroid topikal dengan potensi kuat atau sangat kuat atau penggunaan
sangat oklusif. Afek samping yang tidak diinginkan adalah berhubungan dengan sifat
potensiasinya tetapi belum dibuktikan kemungkinan efek samping yang terpisah dari
potensi kecuali mungkin merujuk kepada supresi dari adrenokortikal sistemik. Denganini
efek samping hanya bisa dielakkan sama ada dengan bergantung pada steroid yanglebih
lemah atau mengetahui dengan pasti tentang cara penggunaan kapan dan dimana harus
digunakan jika menggunaka
E&ek Sa$pig Kortikosteroi) topi(a"
Diabetes )elitus
osteoporosis
Dermatitis kontak alergi
steroid atrofi
"omplikasi terapi glukokortikoid sistemik meningkat sebanding dengan peningkatan
dosis lamanya terapi dan peningkatan frekuensi administrasi. 1steoporosis dan katarak
dapat terjadi dalam berbagai dosis harian dan nekrosis avaskular dapat terjadi pada
pemakaian glukokortikoid jangka pendek.
Osteoporosis
1steoporosis terjadi pada 0-3 penderita dengan terapi glukokortikoid? terutama
terjadi pada anak*anak orang tua dan .anita post*menopause. Sepertiga dari
pasien mengalami fraktur vertebra setelah pemakaian glukokortikoid selama +*,-
tahun proporsi ini lebih tinggi pada .anita post*menopause. 'one loss terjadi
dengan cepat pada C bulan pertama pemakaian glukokortikoid dan berlanjut
dengan lebih lambat setelahnya dengan pengurangan massa tulang sebanyak 8*
,-3 per tahun. Dalam beberapa kasus bone loss dapat reversibel setelah
pemakaian glukokortikoid dihentikan terutama pada orang muda.
4lukokortikoid menginhibisi osteoblas meningkatkan ekskresi kalsium oleh
ginjal menurunkan absorbsi kalsium oleh usus dan meningkatkan resorpsi tulang
oleh osteoklas.
4lukokortikoid juga menurunkan kadar estrogen dan testosteron yang merupakan
faktor penting pada patogenesis osteoporosis.
1steokalsin serum suatu penanda fungsi osteoblas menurun sehari setelah
memulai pemakaian dosis regimen prednison ,- mg per hari? dosis regimen
prednison 2+ mg per hari atau lebih dan sering menyebabkan bone loss yang
signifikan dan meningkatkan frekuensi terjadinya fraktur. /rabekula tulang adalah
yang terutama terkena dan menyebabkan fraktur vertebra yang nyeri.
Nekrosis Avaskular
Gekrosis avaskular menyebabkan nyeri dan pembatasan gerak pada satu atau
lebih sendi. Dapat terjadi hipertensi intra*ossea yang berakhir pada iskemik tulang
dan nekrosis.
:mumnya hipertensi intra*ossea pada orang yang mengkonsumsi glukokortikoid
disebabkan oleh hipertrofi liposit intra*ossea.
Selain itu glukokortikoid menginduksi apoptosis osteoblas seperti yang biasa
terjadi pada nekrosis avaskular. &enyakit yang mendasari seperti Systemic @upus
Arythematosus #S@A% dapat meningkatkan induksi steroid pada nekrosis
avaskular.
Dari penelitian didapatkan bah.a pasien yang menderita nekrosis avaskular
mengalami trombofilia atau hipofibrinolisis yang mengarah pada oklusi
trombotik dari outflo. vena tulang penurunan perfusi arterial dan infark tulang.
Aterosklerosis
4lukokortikoid mendorong banyak faktor resiko yang berhubungan dengan
aterosklerosis termasuk hipertensi arterial resistensi insulin intoleransi glukosa
hiperlipidemia dan obesitas sentral. 1leh karena itu pasien dengan terapi
glukokortikoid memiliki peningkatan resiko aterosklerosis.
&asien dengan HushingIs disease yang tidak diobati memiliki angka mortalitas
empat kali lebih tinggi akibat komplikasi kardiovaskular termasuk penyakit
arteri koronaria gagal jantung kongestif dan stroke jantung.
Baktor*faktor resiko aterosklerosis menetap selama sedikitnya + tahun setelah
normalisasi kadar kortisol serum pada HushingIs disease hal yang sama juga
ditemukan pada pasien dengan terapi glukokortikoid jangka panjang.
Supresi Aksis Hipotalmik-Pituitari-Adrenal
Aksis Hipotalmik*&ituitari*Adrenal #H&A% dengan cepat disupresi setelah onset
terapi glukokortikoid. 'ila terapi dibatasi selama ,*8 minggu aksis H&A akan
membaik dengan cepat.
/erapi harian glukokortikoid yang lebih lama akan menyebabkan supresi aksis
H&A yang menetap sampai satu tahun setelah terapi dihentikan.
4ejala*gejala dari supresi adrenal antara lain letargi lemah mual anoreksia
demam hipotensi ortostatik hipoglikemi dan penurunan berat badan.
Dijumpai pula sindrom .ithdra.al dari steroid di mana pasien mengalami gejala*
gejala insufisiensi adrenal meskipun tampaknya memiliki respon kortisol
terhadap adreno*corticotropic hormone #AH/H% yang normal. 4ejala*gejala
utamanya termasuk anoreksia letargi malaise mual penurunan berat badan
deskuamasi kulit sakit kepala dan demam. Sedangkan gejala*gejala yang jarang
terjadi muntah mialgia dan artralgia. &asien*pasien ini telah menyesuaikan diri
dengan kadar glukokortikoid yang tinggi dan gejala*gejala hilang setelah setelah
pengulangan pemberian glukokortikoid. )asalah ini dapat diatasi dengan
menurunkan dosis glukokortikoid secara bertahap umumnya , mg prednison tiap
beberapa minggu.
Efek Samping Imunologi
4lukokortikoid memperbaiki reaksi hipersensitivitas tipe lambat karena dapat
menginhibisi limfosit dan monosit. &rednison dengan dosis harian ,+ mg atau
lebih dapat menekan respon terhadap tuberkulin meskipun diperlukan .aktu
sekitar ,8C hari untuk prednison oral pada dosis 0- mg per hari untuk
menginhibit respon terhadap tuberkulin. 1leh karena itu bahkan pada situasi yang
membutuhkan prednison segera adalah mungkin untuk melakukan tes purified
protein derivat #&&D% terhadap tuberkulin dan panel anergi.
Secara keseluruhan terjadi peningkatan insiden infeksi yang dapat disebabkan
oleh glukokortikoid maupun perubahan imunologis yang berhubungan dengan
penyakit yang mendasari.
E&ek sa$pig kortikosteroi) kepa)a 'e'erapa tigkat/
E&ek Epi)er$a" &enipisan epidermal yang disertai dengan peningkatan aktivitas kinetik
dermalsuatu penurunan ketebalan rata*rata lapisan keratosit dengan pendataran
darikonvulsi dermo*epidermal. Afek ini bisa dicegah dengan penggunaan tretino intopikal
secara konkomitan. Inhibisi dari melanosit suatu keadaan seperti vitiligo telah
ditemukan."omplikasi ini muncul pada keadaan oklusi steroid atau injeksi steroid
intrakutan.
E&ek Der$a" /erjadi penurunan sintesis kolagen dan pengurangan pada substansi dasar.
Inimenyebabkan terbentuknya striae dan keadaan vaskulator dermal yang lemah
akanmenyebabkan mudah ruptur jika terjadi trauma atau terpotong. &endarahan
intradermalyang terjadi akan menyebar dengan cepat untuk menghasilkan suatu blot
hemorrhage. Ininantinya akan terserap dan membentuk jaringan parut stelata yang
terlihat seperti usiakulit prematur.
E&ek Vask!"ar Afek ini termasuk Vasodilatasi yang terfiksasi. "ortikosteroid pada
a.alnya menyebabkanvasokontriksi pada pembuluh darah yang kecil di superfisial.
Benomena rebound. Vasokontriksi yang lama akan menyebabkan pembuluh darahyang
kecil mengalami dilatasi berlebihan yang bisa mengakibatkan edemainflamasi lanjut
dan kadang*kadang pustulasi.
"etergantungan atau 6ebound( sindrom penarikan kortikosteroid adalah kejadian sering
terlihat juga disebut JSindrom "ulit )erahK. &enghentian total steroid adalah .ajib dan
sementara reversibel dapat menjadi proses yang berkepanjangan dan sulit diatasi
/erlalu sering menggunakan steroid topikal dapat menyebabkan dermatitis. &enarikan
seluruh penggunaan steroid topikal dapat menghilangkan dermatitis.
Dermatitis perioral( Ini adalah ruam yang terjadi di sekitar mulut dan daerah mata yang
telah dikaitkan dengan steroid topikal.
Afek pada mata. /etes steroid topikal yang sering digunakan setelah operasi mata tetapi
juga dapat meningkatkan tekanan intra*okular #/I1% dan meningkatkan risiko glaukoma
katarak retinopati serta efek samping sistemik
/achyphyla9is( &erkembangan akut toleransi terhadap aksi dari obat setelah dosis
berulang tachyphyla9is signifikan dapat terjadi dari hari ke hari 0 terapi. &emulihan
biasanya terjadi setelah istirahat 8 sampai 0 hari. Hal ini mengakibatkan terapi seperti 8
hari 0 hari libur atau satu minggu pada terapi dan satu minggu off terapi.
Afek samping lokal( Ini termasuk hipertrikosis .ajah folikulitis miliaria ulkus kelamin
dan granuloma infantum gluteale.
&enggunaan jangka panjang mengakibatkan Scabies Gor.egia sarkoma "aposi dan
dermatosis yang tidak biasa lainnya.
!amkhedkar &reeta dkk tahun ,LLC pernah melakukan studi untuk mengevaluasi
keamanan dan tolerabilitas fluticasone ini dalam terapi eksim dan psoriasis. Bluticasone
propionate -.-+3 dibandingkan dengan krim betamethasone valerate -,53. Ada ,-2
pasien yang menyelesaikan studi C, menderita psoriasis dan 0C menderita eksim.
Secara efikasi dan afinitas fluticasone propionate maupun betamethasone valerate
menunjukkan hasil yang setara. &enipisan kulit setelah dilakukan ultrasound atau biopsi
tidak signifikan dibandingkan placebo dalam terapi lebih dari M minggu dengan sekali
terapi sehari. Bluticasone propionate sama sekali tidak menimbulkan efek samping
sistemik berupa supresi H&A*a9is.
Studi untuk menilai efek samping penggunaan fluticasone propionate dalam hal ini
supresi H&A*a9is dilakukan oleh Hebert dkk dari :niversity of /e9as*Houston )edical
School. Studi dilakukan pada anak*anak #8 bulan*C tahun% penderita dermatitis atopik
skala luas yakni hampir C+3 permukaan kulit mendapat terapi. &enilaian studi adalah
absennya supresi adrenal dengan pemberian fluticasone propionate --+3. /ernyata tidak
ada perbedaan signifikan dalam kadar kortisol rata*rata sebelum dan setelah terapi. &ada
pasien usia 8 bulan fluticasone tidak berimbas pada fungsi H&A a9is serta tidak
menyebabkan penipisan kulit meskipun diberikan fluticasone secara ekstensif.
"ortikosteroid topikal tidak seharusnya dipakai se.aktu hamil kecuali dinyatakan perlu
atau sesuai oleh dokter untuk .anita yang hamil. &ercobaan pada he.anmenunjukkan
penggunaan kortikosteroid pada kulit he.an hamil akan menyebabkan abnormalitas pada
pertumbuhan fetus. &ercobaan pada he.an tidak ada kaitan dengan efek pada manusia
tetapi mungkin ada sedikit resiko apabila steroid yang mencukupi diabsorbsi di kulit
memasuki aliran darah .anita hamil. 1leh karena itu penggunaan kortikosteroid topikal
pada .aktu hamil harus dihindari kecuali mendapat nasehat daridokter untuk
menggunakannya. 'egitu juga pada .aktu menyusui penggunaankortikosteroid topikal
harus dihindari dan diperhatikan. "ortikosteroid juga hati*hati digunakan pada anak*
anak.
0* Lapisan kulit dari luar ke dalam:
1. Lapisan Epidermis
a. Stratum Korneum :
$apisan #an'u&) #'' 'ari sel epi#el gepeng *ang ma#i) #i'a& berin#i) pro#oplasman*a berubah
men+a'i &era#in,
b. Stratum Lusidum :
$apisan sel gepeng #anpa in#i) pro#oplasman*a berubah men+a'i pro#ein elei'in, $apisan paling
+elas 'i #elapa& #angan 'an &a&i,
c. Stratum Granulosum :
$apisan &era#ohialin) - / 3 lapis sel sel gepeng 'engan si#oplasma berbu#ir &asar (&era#ohialin!
'an #er'apa# in#i 'ian#aran*a, +elas pa'a #elapa& #angan 'an &a&i, mu&osa #i'a& a'a lapisan ini,
d. Stratum Spinosum :
S#ra#um malphigi / pri.&le .ell la*er / lapisan a&an#a, #'' beberapa lapis sel ben#u& poligonal
'gn /ariasi u&uran) pro#oplasma +ernih mengan'ung gli&ogen) in#i #erle#a& 'i #engah, an#ara sel
s#ra#um #er'apa# in#reselular bri'ges #'' 'r pro#oplasma 'an #enofibril/&era#in, 0erle&a#an an#ara
+emba#an 1 no'ulus bizzozero, an#ara sel spinosum ban*a& sel langerhans,
e. Stratum Basale :
%'' sel berben#u& &ubus (&olumnar! #ersusun /er#i&al memben#u& palisa'e pa'a perba#asan
'ermo2epi'ermal, $apisan epi'ermis #erba3ah, $apisan ini #'' 'ua sel *ai#u sel &olumnar 'an
sel pemben#u& melanin (melanosi#!/ .lear .ell,
2. Lapisan Dermis
$apisan ba3ah epi'ermis *ang +auh lebih #ebal 'ari epi'ermis,
a. Pars papilare: (agian *ang menon+ol &e epi'ermis) berisi u+ung serabu# saraf 'an pembuluh
'arah,
b. Pars retikulare: (agian *ang menon+ol &e sub&u#an) #'' serabu#- penun+ang4 serabu#
&olagen) elas#in 'an re#i&ulin, 'asar / ma#ri&s lapisan #'' asam hialurona# 'an &on'roi#in sulfa#,
serabu# &olagen 'iben#u& fibroblas# *ang mengan'ung hi'ro&siprolin 'an hi'ro&sisilin,
3. Lapisan Subkutis
%'' +aringan i&a# longgar berisi sel sel lema& 'i'alamn*a, $apisal sel lema& 'isebu# peni&ulus
a'iposa) 5ungsi: .a'angan ma&anan) 'i lapisan ini #er'apa# u+ung- saraf #epi) pembuluh 'arah
'an ge#ah bening, 6as&ularisasi 'ia#ur - ple&sus, 0le&sus superfi.ialis (a#as 'ermis! 'an
ple&sus profun'a ('i sub&u#is!, 0le&sus 'ermis bagian a#as beranas#omosis 'i papil 'ermis,
Faal kulit
5ungsi pro#e&si
5ungsi absorpsi
5ungsi e&s&resi
5ungsi persepsi
5ungsi pengah#uran suhu #ubuh
5ungsi pemben#u&an pigmen
5ungsi &era#inisasi
5ungsi pemben#u&an 6i#, D
1. PE!"#K$% &E!'L#( SEKS'#L )P&S*
I. GONORE
DEFINISI
Gonore mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae. Gonore disebabkan oleh gonokok yang ditemuakan oleh Neisser. Kuman tersebut
dimasukkan dalam kelompok Neisseria gonorrhoeae. Kuman ini bersifat gram negatif , tampak
di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati pada keadaan
kering, tidak tahan suhu di atas 39
o
C, dan tidak akan menimbulakan reaksi radang. Daerah
yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng
yang belum berkembang (imatur, yakni pada !agina "anita sebelum pubertas.
GAMBARAN KLINIS
#asa tunas gonore sangat singkat, pada pria umumnya berkisar antara $%& hari,
kadang%kadang lebih lama. 'ada "anita masa tunas sulit untuk ditentukan karena pada
umumnya asimtomatik. (empat masuk kuman pada pria di uretra menimbulkan uretritis. )ang
peling sering adalah yretritis anterior akuta dan dapat men*alar ke proksimal dan dapat
menyebabkan komplikasi lokal, asendens serta diseminata. Keluhan sub*ekstif berupa rasa
gatal, panas di bagian distal uretra di sekitar orifisum uretra eksternum, kemudian disusul
disuria polakisuria, keluar duh tubuh dari u*ung uretra yang kadang%kadang disertai darah,
dapat pula disertai nyeri pada "aktu ereksi. 'ada pemeriksaan tampak orifisum uretra
eksternum kemerahan, edema, dan ektropion. (ampak pula tubuh yang mukopurulen. 'ada
beberapa kasus dapat ter*adi pembesaran kelen*ar getah bening inguinal unilateral atau
bilateral. +nfeksi pada "anita pada mulanya hanya mengenai ser!iks uteri. Dapat asimtomatik
kadang%kadang menimbulkan rasa nyeri pada pinggul ba"ah. 'ada pemeriksaan ser!iks
tampak merah dengan sekresi dan sekret mukopurulen.Duh tubuh akan terlihat lebih banyak
bila ter*adi ser!isitis akut atau disertai!aginitis yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan
pembantu yang terdiri atas beberapa tahapan ,
-. .ediaan /angsung
'ada sediaan langsung denagn pengecatan Gram akan ditemukan gonokok negatif%Gram,
intraseluler, dan intraseluler. 0ahan duh tubuh pada pria diambil dari daerah fosa na!ikularis,
sedangkan pada "anita diambil dari uretra, muara kelen*ar 0artholin, ser!iks, dan rektum.
0. Kultur
1ntuk identifikasi perlu dilakukan kultur (pembiakan. Dua macam media yang dapat
digunakan ialah media transpor seperti media .tuart dan media (ransgro" dan media
pertumbuhan seperti media (hayer%#artin, #odifikasi (hayer%#artin dan -gar coklat #c/eod.
C. (es Definitif
2. (es oksidasi
3eagen oksidasi yang mangandung larutan tetrametil%p%fenilendiamin hidroklorida 24
ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. .emua Neisseria memberikan reaksi positif
dengan perubahan "arna koloni yang semula bening berubah men*adi merah muda sampai
merah lembayung.
$. (es 5ermentasi
(es oksidasi positif dilan*utkan dengan tes fermentasi menggunakan glukosa, maltosa, dan
sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa.
D. (es beta%/aktamase
(es ini menggunakan cefinase (# disc. -pabila kuman yang mengandung en6im beta%
laktamase akan menyebabkan perubahan "arna dari uk mengetahui kuning men*adi merah.
7. (es (homson
(es ini berguna untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung. 'ada tes ini
ada syarat yang perlu diperhatikan ,
.ebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
1rin dibagi dalam dua gelas
(idak boleh menahan kencing dari gelas + ke gelas ++.
.yarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit 89%299 ml,
*ika kurang maka gelas ++ sukar dinilai karena baru menguras uretra anterior.
PENGOBATAN
'ada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efekti!itas, harga, dan sesedikit
mungkin efek toksiknya. 'emilihan regimen pengobatan sebaiknya mempertimbangkan pula
tempat infeksi, resistensi galur N. Gonorrhoeae terhadap anti mikrobial, dan kemungkinan
infeksi Chlamydia Trachomatis yang ter*adi bersamaan. :leh karena seringkali ter*adi
koinfeksi dengan C. Trachomatis maka pada seorang dengan gonore dian*urkan pula untuk
diberi pengobatan secara bersamaan dengan re*imen yang sesuai untuk C. Trachomatis.
0anyak antibiotika yang aman dan efektif untuk mengobati gonore. #embasmi N.
Gonorrhoeae, menghentikan rantai penularan, mengurangi ge*ala dan mengurangi
kemungkinan ter*adinya ge*ala sisa. 'ilihan utama ialah 'enisilin ; probenesid, kecuali di
daerah yang tinggi insidens N. Gonorrhoeae penghasil penisilinase (NG''. .ecara
epidimiologis pengobatan yang dian*urkan ialah obat denagn dosis tunggal. #acam%macam
obat yang dapat dipakai adalah antara lain ,
Penisilin
)ang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 3%<,8 *uta unit ; 2 gam probenesid.
:bat tersebut dapat menutupi ge*ala sifilis . Kontraindikasinya ialah alergi penisilin.
Ampisilin dan amoksisilin
-mpisilin dosisnya ialah 3,& gram ; 2 gram probenesid. .untikan ampisilin tidak
dian*urkan. Kontraindikasinya ialah alergi penisilin.
Sefalosporin
.eftriakson (generasi ke%3 cukup efektif dengan dosis $&9 mg i.m. .efopera6on
denagn dosis 9,&9 sampai 2,99 g secara intramuskular. Dosis ini cukup aman dan efektif untuk
mengobati gonore tanpa komplikasi di semua tempat. :bat ini dapat menutupi ge*ala sifilis.
Spekinomisin
Dosisnya ialah $ gram i.m. baik untuk penderita yang alergi penisilin, yang megalami
kegagalan pengobatan dengan penisilin, dan terhadap penderita yang *uga tersangka
menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi ge*ala sifilis. Namun obat ini relatif tidak
efektif untuk infeksi gonore pada farings.
Kenamisin
Dosisnya $ gram i.m. Kebaikan obat ini sama dengan spektinomisin. Kontraindikasinya
kehamilan
K!inolon
Dari golongan kuinolon, obat yang men*adi pilihan adalah ofloksasin <99 mg,
siprofloksasin $&9%&99 mg, dan norfloksasin 899 mg secara oral. Kuinolon tidak boleh
diberikan untuk "anita hamil atau menyusui ataupun orang yang berusia diba"ah 2= tahun.
:bat dengan dosis tunggal yang tidak efektif lagi untuk mengobati gonore saat ini
adalah tetrasiklin, streptomisin, dan spiramisin.
:bat%obat yang dapat digunakan untuk pengobatan gonore denagn galur NG'' adalah
.pektinomisin, kanamisin, sefalosporin, ofloksasin, dan tiamfenikol. 'eningkatan frekuensi
timbulnya galur NG'' ini ter*adi begitu cepat dan harus kita "aspadai. Karena itu pengobatan
gonore dengan penisilin dan deri!atnya perlu dipikirkan lagi megenai efekti!itasnya.
II. INFEKSI GENITAL NON SPESIFIK
DEFINISI
+nfeksi genital non spesifik (+GN. merupakan satu infeksi traktus genital yang
disebabkan oleh penyebab yang non spesifik yang meliputi uretritis nonspesifik, proktitis
nonspesifik pada pria homoseksual, dan infeksi nonspesifik pada "anita.1retritis nonspesifik
(1N. adalah peradangan uretra yang penyebabnya dengan pemeriksaan laboratorium tidak
dapat dipastiakn atau diketahui. 1retritis non gonore (1GN adalah peradangan uretra yang
bukan disebabkan oleh kuman N. Gonorrhoeae.
GAMBARAN KLINIK
Gambaran klinik infeksi pada pria ditun*ukkan dengan keluarnya duh tubuh uretra,
berupa lendir yang *ernih sampai keruh. Keluhan yang paling umum adalah "aktu pagi hari,
tetapi bisa *uga berupa bercak di celana dalam. Nyeri kencing atau disuri merupakan salah
satu keluhan yang banyak di*umpai, dan sangaat ber!ariasi dari rasa terbakar sampai rasa
tidak enak pada saluran kencing "aktu mengeluarkan urin, gatal di saluran kencing, bila
peradangan hebat maka pada "aktu muskulus sfingter uretra berkontraksi timbul pendarahan
kecil. 'ada pemeriksaan klinis muara uretra tampak tanda peradangan berupa edema dan
eritema. .ekret uretra bisa banyak atau sedikit sekali, atau kadang%kadang terlihat pada
celana dalam penderita. .ekret umumnya serosa, seromukus, mukous, dan kadang bercampur
nanah. Gambaran klinis infeksi pada "anita sering tidak khas, asimtomatik, atau sangat
ringan. 0ila ada keluhan berupa du tubuh genital yang kekuningan.
DIAGNOSIS
Dasar untuk menegakkan diagnosis +GN. adalah pemeriksaan laboratorium berupa
apusan sekret uretra> ser!iks. 'ada pemeriksaan sekret uretra dengan pe"arnaan gram
ditemukan leukosit ? & pada pemeriksaan mikroskopis dengan pembesaran 2999 kali. 'ada
pemeriksaan sekret uretra dengan pe"arnaan gram ditemukan ? 39 leukosit per lapangan
padang dengan pembesaran 2999 kali.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan memperhatikan anamnesis, pemeriksaan klinis dan
laboratorium aadanya tanda uretritis, serta tidak ditemukan kuman penyebab spesifik.
PENGOBATAN
(etrasiklin sampai saat ini masih efektif untuk pengobatan Chlamydia dan 1reaplasma
urealyticum. Dosis yang dian*urka adalah < kali &99 mg sehari selama 2 minggu atau lebih.
7ritromicin lebih efektif terhadap 1reaplasma dibandingkan terhadap Chlamydia, dosis
yang dian*urkan ialah < kali &99 mg selama 2 minggu atau lebih. :bat ini dipakai untuk
mengobati "anita hamil denagn +GN.. Doksisiklin merupakan obat yang paling banyak
dian*urkan karena cara pemakaian yang lebih mudah dan dosis lebih kecil yaitu $ kali 299 mg
selama seminggu atau lebih.
-6ithromisin merupakan suatu terobosan baru dalam pengobatan masa sekarang,
dengan dosis tunggal 2 gram sekali minum dan *uga efektif untuk gonore.
(etrasiklin, doksisiklin, dan a6itromisin tidak boleh diberikan untuk "anita hamil.
Pen"o#aan Kom#inasi
.ekarang ini diperkenalkan pengobatan kombinasi mengingat insidens infeksi
campuran yang cukup banyak, obat yang digunakan ialah ,
2. (hiamfenikol
Dosis $,& g hari pertama kemudian 3 kali &99 mg selam & hari.
$. .iprofloksasin &99 mg hari pertama, lalu doksisiklin $ @ 299 mg selama = hari.
3. -6ithromisin 2 gram dosis tunggal.
Dalam pengobatan +GN. harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan dan
pengobatan terhadap mitra seksual penderita. 'enderita dikatakan sembuh bila kontrol
setelah pengobatan dilakukan setiap = hari sampai 3 kali berturut%turut tidak ditemukan
adanya keluhan dan pemeriksaan laboratorium men*adi negatif. 'engobatan +GN. dapat
dilan*utkan sampai < minggu.
**. M%"(#%#
Derma#ofi#osis
Klasifi&asi (lo&asi!
%inea &api#is
%inea barbae
%inea &ruris
%inea pe'is e# manum
%inea unguium
%inea &orporis
7e+ala Klinis Khas :
Kelainan berba#as #egas
0olimorfi
%epi lebih a&#if
Diser#ai rasa ga#al
8on2Derma#ofi#osis
0i#iriasis /ersi&olor
9a&ula/pla&a# hipopigmen#asi/hiperpigmen#asi 'gn s&uama halus
5oli&ular 'iser#ai ga#al
0ie'ra hi#am : pu#ih
(en+olan (no'us! sepan+ang rambu#
Krus#a mele&a# era# p' rambu#
%inea nigra palmaris
9a&ula #engguli hi#am : bersisi&
Tinea
Klasifi&asi 0re'ile&si 7ambaran Klinis
6, %inea &orporis
(agian lain *g #i'a&
#ermasu& 'i a#as,
$esi bula# lon+ong)
ba#as #egas
0inggir lebih a&#if)
polimorfi) &a'ang
polisi&lis
12. Gejala Penderita HIV/AIDS Menurut Tingkatan Klinisnya
Tingkat klinis 1 (asi!t"atik atau li#aden"!ati generalisata !ersisten ($GP%
%anpa 7e+ala sama se&ali
$70
0a'a #ing&a# ini) pen'eri#a belum mengalami &elainan 'an 'apa# mela&u&an a&#ifi#as normal
Tingkat klinis 2 (dini%
0enurunan (( &urang 'ari 10;
"elainan +ulut ,an -ulit yang ringan) misaln*a ,er+atitis seboroi-) prurigo,
oni-o+i-osis, ul&us pa'a mulu# *ang berulang 'an -eilitis angularis
Herpes .oster *ang #imbul pa'a lima #ahun #era&hir
<nfe&si saluran napas berulang
0a'a #ing&a# ini) pen'eri#a su'ah menun+u&an ge+ala) #e#api a&#ifi#as masih normal,
Tingkat Klinis & (enenga'%
0enurunan (( lebih 'ari 10;
Diare &roni& lebih 'ari 1 bulan) #anpa 'i&e#ahui pen*ebabn*a
Demam *ang #i'a& 'i&e#ahui sebabn*a selama sa#u bulan) hilang #imbul maupun #erus
menerus
"an,i,osis +ulut
=air* $eu&opla&ia
%( 0aru se#ahun #era&hir
<nfe&si ba.#erial bera# misaln*a pneumonia
Tingkat Klinis ( (lanjut%
=<6 >as#ing S*n'rome ?? (( #urun lebih 'ari 10;) 'emam 'an 'iare &roni& lebih 'ari
sa#u bulan #anpa 'i&e#ahui apa sebabn*a a#au 'emam 'engan &elemahan &roni& leih
'ari 1 bulan #anpa 'i&e#ahui sebabn*a,
0neumonia 0neumo.*s#is .arinii
%o&soplasmosis o#a&
Krip#o&o&osis 'engan 'iare lebih 'ari sa#u bulan
Krip#o&o&osis 'i luar paru
<nfe&si @96 pa'a organ #ubuh &e.uali limpa) ha#i 'an K7(
%n/e-si Herpes si+ple-s 'i mu&o&u#an lebih 'ari sa#u bulan a#au 'i ala# 'alam
(/is.eral!) lama #i'a& 'iba#asi,
Mi-osis apa sa+a *ang en'emi.) men*erang ban*a& organ #ubuh ('isemina#a!
Mi-oba-teriosis atipi- ,ise+inata
Sep#i.emia salmonella non #ifoi'
TB e-tra pul+onal
$imfoma
Sar.oma Kaposi
Ansefalopa#i =<6, Sesuai .ri#eria @D@: gangguan &ogni#if a#au 'isfungsi mo#ori& *ang
mengganggu a&#ifi#as sehari2hari progresif sesu'ah beberap minggu a#au bulan #anpa
'i#emu&a pen*ebab selain =<6,
(Sumber: bu&u merah =al: B-"!
Ta)a'an lain tentang HIV/AIDS
Sing&a#an =<6/C<DS (&a#an*a &emarin ini &eluar!, =<6: =uman <mmuno'efi.ien.* 6irus,
C<DS CDuire' <mmune Defi.ien.* S*n'rome
@ara penularann*a ('ulu a'a per#an*aan ini) #api ga& sering!: 'ari .airan #ubuh (semen)
.airan /agina ?? &e.il &emung&inan #er#ular melalui &eringa#) CS<) air liur) air ma#a)
&eringa#) gigi#an serangga! ) +alur pemin'ahan 'arah a#au pro'u& 'arah (misal: #ransfusi)
ala# sun#i&) ala# be'a) #a#o) mi&rolesi 'sb! 'an Ealur #ransplasen#al
*0. D)M$T%T%#
Der+atitis pera'angan &uli# (epi'ermis 'an 'ermis! sebagai respons #erha'ap pengaruh
fa&#or e&sogen maupun fa&#or en'ogen *g #imbul&an &elainan &uli# polimorfi&) resi'if 'an &roni&
tiologi
*. -sogen 1
bahan &imia (.on#oh : 'e#ergen) asam) basa) oli!
5isi& (.on#oh : sinar) suhu!
9i&ro organisme (.on#oh: ba&#eri)+amur!
2. n,ogen : 0a'a 'erma#i#is a#opi&
Tata na+a ,er+atitis ber'asar&an :
A#iologi ('erma#i#is &on#a&) me'i&amen#osa) ra'io'erma#i#is!
9orfologi ('erma#i#is /esi&ulosa) papulosa) ma'i'ans)e&sfolia#i/a!
(en#u& ('erma#i#is numularis!
$o&alisasi ('erma#i#is #angan) in#er#riginosa!
S#a'ium ('erma#i#is a&u#) &ronis!
D)M$T%T%# "(&T$"
DKC DK<
A0<DA9<F$F7< =an*a pa'a orang &uli# pe&a Semua orang
A%<F$F7< Cllergen (ahan iri#an &ua# (bahan pelaru#)
'e#er+en) min*a& pelumas) asam) al&ali)
serbu& &a*u!
0C%F7A8<%CS Kon#a& bahan &imia se'erhana
(hap#en!/allergen Rea&si
hipersensi#i/i#as #ipe lamba# (#ipe
<6!
(ahan iri#an rusa& lapisan #an'u& )
'ena#urasi &era#in) sing&iri&an
lap,#an'u& ) ubah 'a*a i&a# air2&uli#
in'u&si /aso'ila#asi 'an #ing&a#&an
permeabili#as /as&uler
KACDCC8 %<9(G$
$AS<
Kon#a& berulang Kon#a& per#ama
KA$G=C8 7a#al 0erih 'an panas
$C9C8HC Kronis C&u# 'an &ronis
(A8%GK $AS< (en#u& eri#ema#osa berba#as
&urang #egas e'ema)
papulo/esi&el) /esi&el) bula
erosi (polimorfi&!
CKG% : eri#ema) /esi&el) bula ba#as
#egas
KRF8<S : &uli# &ering) eri#ema) s&uama
hiper&era#osis) li&enifi&asi) ba#as #i'a&
#egas (monomorf!
0C%@= %AS%
(se#elah B +am
Rea&si mening&a# (.res.en'o! Rea&si menurun ('e.res.en'o!
'ibu&a!
%ARC0< Cn#i his#amin (ringan!)
&or#i&os#eroi' (bera#! 0re'nison
30mg/hari
=in'ar&an iri#an) pelembab) bila
pera'angan &or#i&os#eroi' #opi&al
hi'ro&or#ison
)ea-si hipersensiti3itas D"$
!ase sensitisasi : 'isebab&an oleh sin*al iri#an 'ari hap#en (bahan &imia *g blm
'iproses! han*a in'i/i'u *g su'ah mengalami sensi#isasi *ang &ena DKC
!ase elitisasi : #er+a'i pa'a pa+anan ulang hap#en
DAR9C%<%<S C%F0<K
0era'angan &uli# &roni& 'an resi'if) 'iser#ai ga#al
pi,e+iologi : sering pa'a ba*i 'an ana&2ana&) 3ani#a 1)3:1 ) &e#urunan DC
tiologi : berhubungan 'engan pening&a#an &a'ar igA 'alam serum) pening&a#an eosinofil)
ri3a*a# a#opi pa'a &eluarga/pen'eri#a) asma bron&ial/ rini#is alergi& I berhubungan se.ara
sis#emi& (rea&si imun #ipe 1!
5a&#or pemi.u : ana& &e.il ma&anan (#elur) susu) gan'um)&e'elai) &a.ang #anah!) mu'ah
#erinfe&si sering 'i#emu&an s,aureus sehingga #ubuh membua# igA spesifi& #h' superan#igen
'an 'egranulasi mas# .ell memi.u si&lus ga#al garu&
D,C <nfan#il D,C Cna& D,C rema+a :
'e3asa
Gsia - bulan I - #ahun - #ahun I 10 #ahun ?10 #ahun
$o&asi >a+ah) 'aerah popo&
lesi meluas &e
s&alp) leher)
pergelangan #angan)
lu#u# (bila mulai
merang&a&!
$ipa# si&u) lipa# lu#u#)
fle&sor pergelangan
#angan) &elopa&
ma#a) leher
Sama D,C ana& +
'ahi
Afluorosensi Ari#ema) papulo2
0apul lebih ban*a&)
0la& papular
/esi&el halus
('igaru& men+a'i
&rus#alesi meluas!
li&enifi&asi) s&uama
se'&i#
eri#ema#osa
bers&uama)
li&enifi&asi
@iri lesi A&su'a#if 'apa#
men+a'i generalisa#a
&ronis :resi'if
Kering Kering) aga&
menimbul) ga#al
#eru#ama pa'a
malam hari) saa#
s#ress
0ena#ala&sanaan :
=i'rasi &uli# &rim hi'rofili& urea 10; + hi'ro&or#ison 1 ;
%ega&&an 'iagnosis 'engan 3 &ri#eria ma*or + 3 &ri#eria minor (&ri#eria ra+fa : hanifin!
8AGRFDAR9C%<%<S S<RKG9SK<0%C / $<KA8 S<90$AKS KRF8<KGS
0era'angan &uli# &ronis) ga#al se&ali sampai ganggu #i'ur2mun.ul saa# #i'a& sibu&) sir&ums&rip
'i#an'ai &uli# #ebal 'an garis &uli# #ampa& lebih menon+ol men*erupai &uli# ba#ang &a*u 'i'asari
pen*a&i# *ang men'asari (gagal gin+al)obs#ru&si saluran empe'u)limfoma ho'g&in!
DAR9C%<%<S 8G9G$CR<S
$esi berben#u& seper#i ma#a uang .oin) a#au aga& lon+ong) eri#ema#osa) berba#as #egas)
efloresensi papulo/esi&el mu'ah pe.ah, Se#elah pe.ah pen*embuhan mulai 'ari #engah
(ber&esan seper#i 'erma#omi&osis!
DAR9C%<%<S S%CS<S
Derma#i#is se&un'er a&iba# insufisiensi &roni& /ena/ hiper#ensi /ena #ung&ai ba3ah , #er+a'i
pelebaran /ena/ /arises 'an e'ema mu'ah #erliha# bila pasien ber'iri mulai 'ari permu&aan
#ung&ai bagian ba3ah me'ial a#au la#eral 'ia#as maleolus ber#ahap meluas,
DAR9C%<%<S CG%FSA8S<%<SCS<
Derma#i#is a&u# *g #imbul pa'a #empa# +auh 'ari fo&us inflamasi lo&al) pen*ebabn*a #i'a&
berhubungan langsung 'engan pen*ebab fo&us inflamasi #ersebu#, Arupsi /esi&ular a&u# 'an
luas, Sering berhubungan 'engan e&zem &ronis #ung&ai ba3ah ('erma#i#is s#asis!
DAR9C%<%<S SA(FRF<K (#ergolong 'erma#osis eri#ros&uamosa!
Kelainan &uli# eri#ema 'an s&uama bermin*a& 'an aga& &e&uningan ba#as &urang #egas) ringan
mengenai &uli# &epala berupa s&uama halus pi#iriasis si&a (&e#ombe! pi#iriasis s#ea#oi'es
(ben#u& bermin*a& ! sering meluas &e 'ahi) glabela) #elinga posauri&ular 'an leher
0a'a 'aerah supraorbi#al s&uama halus 'i alis ma#a) &uli# 'i ba3ahn*a eri#ema#osa 'an ga#al
*4. H)P# #%MPL"#
6=S (6irus =erpes =ominis! %ipe </<<
Khas: 6esi&el ber&elompo& 'i a#as &uli# *ang lembab
7e+ Klinis :
1, <nfe&si 0rimer
6=S < 0inggang &ea#as (mulu# : hi'ung!
6=S << 0inggang &eba3ah (geni#al!
(erlangsung &urang lebih 3 minggu
7e+ sis#emi& : 'emam) malaise) anore&sia) limfa'enopa#i regional
-, 5ase la#en
%i'a& a'a ge+ &linis)6=S #i'a& a&#if 'i#emu&an 'i ganglion 'orsalis
3, <nfe&si re&uren
%imbul lebih ringan J K210 hari,
7e+ala pro'ormal lo&al sebelum #imbul /esi&el) rasa panas) ga#al) n*eri,
0emeri&saan penun+ang :
%zan& giemsa Sel 'a#ia berin#i ban*a& 'an ba'an in#ranu&lear
0engoba#an :
2 Csi&lo/ir 5L-00mg (5 hari!
$upi'on 7 (u#& 6=S <!
$upi'on = (u#& 6=S <<!
2 $e/amisol) <soprinosin imunos#imula#or
*5. P)BD$$& 6$)%7LL$ 8 6$)%(LL$
6$)%7LL$
2 7ambaran polimorfi&
2 0en*ebaran sen#rifugal ba'an 3a+ah : e&s#remi#as
6$)%(LL$
- 7ambaran monomorfi&
- 0en*ebaran 'ari a&ral (#elapa& #angan : &a&i!
- Klinis lebih bera#
1.* PI*D+,MA
Pioderma merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus atau
keduanya. Spesies bakteri penyebab pioderma tersering adalah S.aureus dan Streptococcus Beta
hemolyticus. Sementara itu, S.epidermidis sebagai flora normal juga bisa menyebabkan infeksi,
meskipun jarang. Dapat juga disebabkan oleh kuman gram negatif seperti Pseudomonas
aeruginosa, Proteus vulgaris, Proteus
mirabilis, E.Coli, dan lebsiella.
Pi"dera !rier
- terjadi pada kulit yang normal
! biasanya disebabkan oleh satu mikroorganisme
! gambaran klinisnya tertentu
". Erisipelas
eritema ber#arna merah cerah dan berbatas tegas disertai gejala konstitusi $demam,malaese%
pada dermis dan epidermis. Predileksinya adalah tungkai ba#ah dengan didahului trauma. Pada
pinggir lesi tampak tanda radang akut, bisa terdapat edema, vesikel, dan bula.
&. Selulitis
Sama dengan erisipelas namun, kelainan kulitnya lebih difus, disubkutan dengan tanda!tanda
radang akut.
'. impetigo krustosa, bulosa
(. )olikulitis
peradangan pada folikel rambut
superfisial * muncul di tungkai ba#ah berupa papul atau pustul eritematosa dan di tengahnya
terdapat rambut, biasanya multipel.
profunda * teraba infiltrat di subkutan. Contohnya adalah sikosis barbe yang berlokasi di bibir
atas dan dagu, bilateral.
+. )urunkel,arbunkel
)urunkel merupakan radang folikel rambut dan sekitarnya. -kan disebut furunkulosis jika lebih
dari satu. umpulan dari furunkel disebut karbunkel. .ika pecah, dapat tampak banyak fistel.
uman penyebabnya paling sering S.aureus. Pasien seringkali mengeluhkan nyeri.
elainan yang dapat muncul berupa nodus eritematosa berbentuk kerucut, di tengahnya terdapat
pustul. /esi ini kemudian dapat melunak menjadi abses berisi pus dan jaringan nekrotik, lalu
memecah membentuk fistel. Predileksi furunkel adalah tempat yang banyak gesekan seperti
aksila dan bokong. Pada gejala klinis karbunkel, infeksi a#alnya terasa sangat nyeri dan tampak
benjolan merah, permukaan halus, bentuk seperti kubah dan lunak. Dalam beberapa hari, makin
membesar hingga berukuran '!"0 cm. Supurasi terjadi setelah +!1 hari dan pus keluar dari
banyak lubang fistel. Setelah nekrosis, tampak nodula yang menggaung atau luka yang dalam
dengan dasar yang purulen.
2.ektima
dasar ulkus dangkal diatasnya krusta tebal ber#arna kuning pada tungkai ba#ah
1. eritrasma
3. paronikia
4. Staphylococcal Scalded Skin Syndrome $SSSS%
Pi"dera sekunder
! terjadi pada kulit yang sudah mengalami lesi sebelumnya
! 5ambaran tidak khas dan mengikuti perjalanan penyakit yang sudah ada
". 6idradenitis supurativa
infeksi kelenjar apokrin, biasanya didahului oleh trauma, seperti banyak keringat, pemakaian
deodoran atau rambut ketiak digunting.
&. 7lcers
'. 8nfeksi sekunder
(. intertrigo
9bat pioderma utk penghasil penisilinase
9ksasilin
losaksilin
Diklosaksilin
)lukosaksilin
6asil p: 96 pd tinea versikolor $;% apabila ditemukan hifa pendek, lurus, < spora bulat
berkelompok
Perbedaan D8 dan D-
D8 D-
penyebab iritan primer alergen kontak
Permulaan pada kontak pertama kontak berulang
Penderita semua orang pada orang alergi
/esi batas lebih jelas, eritema
jelas
batas tidak terlalu jelas,
eritema kurang jelas
tes tempel lbh dari &( jam bila
diangkat, lesi akan hilang
lebih dari &( jam bila
diangka, lesi akan
menetap,meluas

Anda mungkin juga menyukai