Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK

TANAMAN MENGKUDU (Morinda citrifolia)


PADA REAKSI INFLAMASI


Topaz Kautsar Tritama
1118011135
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung


ABSTRAK

Latar Belakang : Mengkudu, atau lebih dikenal sebagai buah noni (Morinda citrifolia L.),
adalah tanaman yang sering digunakan sebagai obat herbal untuk berbagai penyakit, antara
lain arthritis, diabetes, asthma, hipertensi, pada karya tulis ini, akan dibahas pengaruh dari
kandungan ekstrak buah mengkudu dan cara kerja substansi yang terkandung pada
ekstrak tersebut terhadap reaksi inflamasi yang menjadi dasar dari berbagai masalah
kesehatan. Pembahasan : Pada karya tulis ini, pembahasan didapat dari 4 jurnal
penelitian; (1) Penelitian tentang aktivitas antirekombinan (antigenotoxisitas) ekstrak
buah mengkudu yang diberikan terhadap Drosophila melanogaster yang telah diinduksi
mitomycin C dan doxorubicin, (2) pengaruh induksi ekstrak buah mengkudu terhadap
differensiasi osteogenik dan mineralisasi matriks pada sel ligamen periodontal, (3) efek
antinosiseptif dan anti inflamasi ekstrak mengkudu pada tikus yang diinduksi rasa sakit
dengan formalin Simpulan : Dari keempat penelitian tersebut, semua penelitian
menunjukkan ekstrak mengkudu memiliki efek protektif dan efek kuratif terhadap
arthritis.

Keywords : Morinda citrifolia, antigenotoxisitas, anti inflamasi, anti nosiseptif







PENDAHULUAN


Latar Belakang

Mengkudu, atau juga dikenal dengan nama buah noni (Morinda citrifolia
L), adalah salah satu tanaman yang dikenal sebagai tanaman obat yang digunakan
pada berbagai penyakit selama ribuan tahun oleh masyarakat, baik dalam bentuk
rebusan, ditumbuk, atau dijadikan jamu, dan dalam berbagai sediaan lain.
Penyakit-penyakit yang disembuhkan dengan menggunakan tanaman ini antara
lain arthritis (radang sendi), hipertensi, asma, hingga kanker. Morinda citrifolia
ini sendiri dikonsumsi sebagai obat baik dari kulit, daun, daging buah, hingga
akarnya.

Dari penyakit-penyakit yang disebutkan sebelumnya, penulis mendapatkan
adanya beberapa persamaan, yang paling mencolok adalah kegunaan mengkudu
terhadap penyakit yang melibatkan proses inflamasi. Dan dari tingkat
penggunaannya di masyarakat, mengkudu paling banyak digunakan untuk
masalah kesehatan yang didasari oleh reaksi inflamasi.

Dengan alasan yang diuraikan diatas, penulis tertarik untuk menjadikan
tanaman mengkudu sebagai focus penelitian, dimana akan dibahas tentang ekstrak
dari tanaman mengkudu, kandungan dari ekstrak tersebut, dan pengaruhnya
terhadap penyakit yang disebabkan oleh peradangan (inflamasi).







Tujuan Penulisan

Tidak sedikit obat yang ditemukan dan dibuat dengan bahan dasar ekstrak
tanaman maupun sekedar substansi tunggal yang berasal dari tanaman tersebut,
namun masyarakat masih sangat bergantung terhadap sediaan obat komersial yang
memiliki resiko penggunaan yang tinggi, sehingga konsep pengobatan
herbal/agromedicine belum maksimal dapat diterapkan di masyarakat.

Karya tulis ini ditujukan baik bagi pembaca maupun penulis sendiri agar
dapat lebih mengenali manfaat buah mengkudu, dimana untuk bahasan ini
difokuskan pada penyakit yang disebabkan oleh reaksi peradangan.

Selain itu, besar harapan penulis untuk mengenalkan konsep agromedicine
ini agar dapat lebih diterapkan, dan manfaatnya dapat dimaksimalkan di dunia
medis, untuk kemudian didedikasikan untuk peningkatan kesehatan masyarakat.














PEMBAHASAN


Aktivitas Antimutagenik, Antirekombinan, dan Antitoxisitas Buah
Mengkudu/Noni (Morinda citrifolia) Pada Sel Somatik Drosophila
melanogaster


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan ekstrak buah Morinda citrifolia
pada Drosophila melanogaster yang telah diinduksi lesi dengan larutan
doxorubicin (DRX), yang kemudian diuji dengan Somatic Mutation and
Recombinant Test (SMART).

SMART dilakukan untuk mengidentifikasi ada tidaknya fenotip mutan yang
timbul akibat cedera pada tingkat DNA pada sayap Drosophila melanogaster,
yang ditujukan untuk menilai efek antimutagenik dan antitoksisitas ekstrak buah
mengkudu.
(Andrade et al. 2003, Graf et al. 1984)

Pada tahap pertama diambil lalat Drosophila melanogaster jantan dan betina
dengan gen sayap normal untuk kemudian dikawinkan dalam ruang yang telah
disediakan selama 3 hari hingga betina menghasilkan telur. Telur kemudian
diambil dengan melewatkan air pada dasar ruang dimana telur diletakkan,
kemudian disaring.

Telur kemudian diletakkan pada 3 tabung yang berisi larutan DRX dan ekstrak
buah mengkudu dengan konsentrasi DRX terhadap ekstrak buah mengkudu
berturut-turut adalah; 25%, 50%, dan 75%, hingga menetas menjadi larva.

Setelah 2 hari, larva kemudian berkembang menjadi lalat Drosophila
melanogaster dewasa, dan dikumpulkan dalam tabung ethanol 70 %. Sayap lalat
kemudian diambil dan diletakkan pada kaca objek, kemudian diberi larutan Faure,
dan dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x.
Hasilnya, terbentuk 3 klon mutan dari hasil percobaan, yakni; (1) sayap lalat
dengan bercak tunggal akibat rekombinasi mitotic dan mutasi kromosom, (2)
sayap lalat dengan bercak kembar akibat rekombinasi mitotic saja, dan (3) sayap
lalat dengan homolog letal
(Graf et al. 1984, Vergel et al. 1999)

Pada akhir penelitian, dilakukan pengamatan dengan metode SMART dan uji
statistic data temuan, dimana terbukti bahwa ekstrak mengkudu memiliki efek
inhibitor yang bergantung pada besar konsentrasinya terhadap lesi yang diinduksi
oleh DXR terhadap lalat Drosophila melanogaster (P<0,05)
(Edwards 2003, Ratanavalachai et al. 2008, West et al. 2006)

















Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Mengkudu (Morinda citrifolia)
Terhadap Peningkatan Differensiasi Osteogenik dan Mineralisasi Sel
Ligamen Periodontal Manusia

Pada tahap pertama percobaan, dilakukan pengumpulan daun mengkudu yang
akan dijadikan ekstrak. Ekstrak dibentuk dari daun mengkudu yang telah dicuci
dengan air, kemudian dimasukkan ke blender elektrik bersama air yang sudah
diionisasi, lalu diblender hingga halus. Hasil campuran kemudian diperas, dan
hasil perasan disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 10 menit dengan
sentrifugator. Ekstrak kemudian disimpan pada suhu -80 derajat celcius, dan
disterilisasi dengan sinar UV selama 30 menit sebelum digunakan.
(Kajohnkiart et al. 2008)

Tahap kedua dari percobaan adalah mengumpulkan sel ligament periodontal (PDL
cells) yang akan digunakan, yang diambil dari pasien dengan rentang usia 17-25
tahun yang menjalani pengobatan. PDL diambil dari gigi molar 3 atau premolar
menggunakan scalpel, disterilisasi 2x dengan larutan buffer phosphate, kemudian
ditumbuk hingga halus, dan diletakkan pada media kultur jaringan pada suhu
ruangan (37 derajat celcius)

Setelah pengumpulan bahan uji coba dikumpulkan, sel PDL dibagi menjadi 5
sediaan yang kemudian ditetesi ekstrak daun mengkudu dengan konsentrasi
masing-masing 0.025, 0.625, 1.25, 2.5, dan 5 %. Kemudian campuran diinkubasi
pada suhu ruangan selama 24 jam.
(Kajohnkiart et al. 2008, Kawepong 2009)







Setelah masa inkubasi campuran berakhir, ke 5 campuran tersebut ditambahkan
cairan MTT 0,5 % untuk mengukur konsentrasi ekstrak daun mengkudu yang
ideal untuk pertumbuhan sel PDL, lalu diinkubasi lagi selama 24 jam. Hasil
inkubasi kemudian dihitung kecepatan proliferasinya (cell proliferation rate)
dengan rumus:

Densitas Optikal Sel yang Diberi Perlakuan x 100%
Densitas Optikal Sel Kontrol .

Hasil yang didapat adalah benar bahwa pertumbuhan sel PDL menjadi optimal
setelah diinduksi proliferasinya dengan ekstrak daun mengkudu, namun
pertumbuhan paling optimal adalah pada pemberian ekstrak daun mengkudu
sebesar 1,25 %. Setelah dilakukan percobaan tambahan, pada paparan konsentrasi
ekstrak daun mengkudu >7,5 %, sel PDL mengalami kematian. Hal ini disebabkan
oleh pada konsentrasi optimalnya, ekstrak daun mengkudu dapat menginduksi
sintesis protein pada tingkat selular, namun dalam konsentrasi berlebihan, dapat
mengakibatkan denaturasi protein sel, sehingga mengakibatkan lisis dari sel
tersebut.
(Surintorn et al. 2008, Wanida et al. 2010)












Efek Kerja Anti Nosiseptif dan Anti Inflamasi pada Larutan dan Komponen
Aktif CHCl3, Damnacanthal, yang Diisolasi dari Akar Tanaman Mengkudu
(Morinda citrifolia)

Pada percobaan ini, subjek eksperimen yang dipilih adalah 4 mencit jantan berusia
5-6 minggu, dan ekstrak akar tanaman mengkudu.

Akar tanaman mengkudu kemudian dihaluskan, dan dilakukan ekstraksi MeOH,
CHCl3, dan BuOH dari kandungan ekstrak akar tanaman mengkudu tersebut.
Kandungan aktif Damnacanthal juga diekstraksi setelah dipisahkan dengan
substansi CHCl3.

Pada tahap percobaan kedua, tiap mencit diberikan Indometasin (50mg/kg BB)
per oral, Morphine (5 mg/kg BB) via injeksi subcutan, dan 20 menit kemudian
diberikan Naloxone (1 mg/kg BB) via injeksi intraperitoneal.
(Yoshiyuki et al. 2006, Shogo et al. 2005)

Tahap ketiga percobaan dimulai setelah 10 menit setelah pemberian Naloxone, ke
4 mencit masing-masing diberikan bahan coba; (1) Mencit A diberikan sediaan
MeOH (3 gr/kg BB) per oral, (2) Mencit B diberikan sediaan CHCl3 (3 gr/kg BB)
per oral, (3) Mencit C diberikan sediaan BuOH (3 gr/kg BB) per oral, dan (4)
Mencit D diberikan sediaan Damnacanthal (10-100 mg/kg BB) per oral.
(Shogo et al. 2005)

30 menit setelah perlakuan tahap ketiga, dilakukan induksi rasa sakit dengan
larutan formalin 5% (10 ml) yang diinjeksikan ke kaki depan kanan dari tiap
mencit. Rasa sakit dinilai pada menit ke 0-5 (tahap awal) dan menit ke 5-30 (tahap
lanjutan).

Rasa sakit ditunjukkan dengan respon rasa sakit yang ditunjukkan oleh tiap
mencit, menggaruk, menggigit, dan bertingkah gelisah, hingga kematian.
Penilaian dilakukan dengan bagan uji Diol.

Hasil yang didapatkan adalah terdapat pengaruh yang signifikan yang ditunjukkan
tiap mencit terhadap rasa sakit yang telah diinduksi dan substansi yang diberikan
terhadap mencit tersebut (P<0.001).

Hal ini ditunjukkan mencit pada tahap lanjutan dari induksi rasa sakit yang
diberikan. Artinya, benar bahwa tiap substansi akar daun tanaman mengkudu
memiliki efek kerja anti nosiseptif dan anti inflamasi. Namun kedua efek kerja ini
tidak meredakan rasa sakit, melainkan mengurangi durasi dari rasa sakit yang
diinduksi sebelumnya.
(Kohei 2007, Toshiko et al. 2008, Kazuo et al. 2008)


















KESIMPULAN

1. Terdapat efek kerja anti inflamasi yang signifikan yang didapat dari
ekstrak tanaman mengkudu, baik yang diambil dari daun, akar, kulit,
maupun buahnya.

2. Berbagai bahan aktif yang terdapat dalam tanaman mengkudu terbukti
dapat meningkatkan proliferasi dalam tingkat selular, namun dalam dosis
yang berlebihan, dapat menyebabkan kematian sel.

3. Ekstrak tanaman mengkudu selain memiliki efek kerja sebagai anti
peradangan (anti inflamasi), juga memiliki efek kerja menumpulkan rasa
sakit (anti nosiseptif).

4. Kandungan ekstrak tanaman mengkudu juga memiliki efek anti
rekombinan yang dapat mencegah terjadinya kelainan rekombinasi genetic
karena kemampuan efek kerjanya yang bersifat anti rekombinan.

5. Efek kerja ekstrak buah mengkudu yang terbukti memiliki daya protektif
anti toksisitas juga dapat membantu mencegah dan meredakan inflamasi,
karena inflamasi sendiri umumnya terjadi sebagai respon cedera jaringan
yang disebabkan bahan toksik maupun bahan asing.








DAFTAR PUSTAKA


Mokrane, A., Michel, Lehucher. (1996). Protective Effects of Alpha-Hederin,
Chlorophyllin and Ascorbic Acid Towards the Induction of Micronuclei by
Doxorubicin in Cultured Human Lymphocytes. New York ; Nevada
Research Institute.
Andrade, H., Lehmann, M. (2003). Wing Somatic Mutation and Recombination
Test In Drosophila Cytogenetics Protocols -Methods in Molecular
Biology. Frankfurt ; Humana Press Inc.
Bianchi, Antunes. (2007). Acetylsalicylic Acid Exhibits Anticlastogenic Effects
on Cultured Human Lymphocytes Exposed to Doxorubicin. Prague ;
Mutat Res Genet Toxicol Environ.
Cardon, D. ( 2003). Le Monde des Teintures Naturelles. Paris : Universiteit la
Nautetum.
Blanco, Y., Reynes, M., Brat, P. The Noni Fruit (Morinda citrifolia L.): A
Review of Agricultural Research, Nutritional and Therapeutic Properties.
London : J Food Compos Anal.
Costa, W.F., Nepomuceno, J.C., (2006). Protective Effects of a Mixture of
Antioxidant Vitamins and Minerals on the Genotoxicity of Doxorubicin in
Somatic Cells of Drosophila melanogaster. Mexico City ; Environ Mol
Mutagen.
Dinkova-Kostova., Talalay, P. (2000). Persuasive Evidence That Quinone
Reductase Type 1 (DT Diaphorase) Protects Cells Against the Toxicity
of Electrophiles and Reactive Forms of Oxygen. Ch e c n ya ; Free
Radic Bio-Med.
Dussossoy, E., Bony, E., Boudard, F., PouDUSSOSSOY E Boucheret P.,
(2011). Characterization, Anti-oxidative and Anti-inammatory Effects
of Costa Rican Noni Juice (Morinda citrifolia L.). Costa Rica ;
Ethnopharmacol.

Anda mungkin juga menyukai