Anda di halaman 1dari 161

Obat-obat opioid yang biasanya digunakan dalam anastesi antara lain adalah morfin, petidin dan

fentanil.
1
Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium maupun
morfin. Meskipun mempelihatkan berbagai efek farmakologik yang lain, golongan obat ini
digunakan terutama untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri.
2, 3
Pengaruh dari berbagai obat golongan opioid sering dibandingkan dengan morfin, dan tidak
semua obat golongan opioid yang dipasarkan di Indonesia. Akan tetapi dengan sediaan yang
sudah ada kiranya penangganan nyeri yang membutuhkan obat opioid dapat dilakukan.
erbatasnya peredaran obat tersebut tidak terlepas pada kekha!atiran ter"adinya penyalahgunaan
obat.
#, $
%ahulu digunakan istilah analgesik narkotik untuk analgesik kuat yang mirip morfin. Istilah ini
berasal dari kata yunani yang berarti stupor. Istilah narkotik ini telah lama ditinggalkan "auh
sebelum ditemukannya ligand yang mirip opioid endogen dan reseptor untuk &at ini. %engan
ditemukannya obat yang bersifat 'ampuran agonis dan antagonis opioid yang tidak meniadakan
ketergantungan fisik akibat morfin maka penggunaan istilah analgesik narkotik untuk pengertian
farmakologik tidak sesuai lagi.
3
II. 1 DEFINISI
Opioid adalah semua &at baik sintetik atau natural yang dapat berikatan dengan reseptor morfin,
misalnya. Opioid disebut "uga sebagai analgesia narkotik yang sering digunakan dalam anastesia
untuk mengendalikan nyeri saat pembedahan dan nyeri paska pembedahan.
2, 3
II. 2 KLASIFIKASI OPIOID
(ang termasuk golongan opioid ialah ) *1+ obat yang berasal dari opium-morfin , *2+ senya!a
semisintetik morfin , *3+ senya!a sintetik yang berefek seperti morfin.
3
%idalam klinik opioid dapat digolongkan men"adi lemah *kodein+ dan kuat *morfin+. Akan tetapi
pembagian ini sebetulnya lebih banyak didasarkan pada efikasi relatifnya, dan bukannya pada
potensinya. Opioid kuat mempunyai rentang efikasi yang lebih luas, dan dapat menyembuhkan
nyeri yang berat lebih banyak dibandingkan dengan opioid lemah.

Penggolongan opioid lain
adalah opioid natural *morfin, kodein, pa-aperin, dan tebain+, semisintetik *heroin, dihidro
morfin.morfinon, deri-ate tebain+ dan sintetik *petidin, fentanil, alfentanil, sufentanil dan
remifentanil+.
2, #
/edangkan berdasarkan ker"anya pada reseptor opioid maka obat-obat Opioid dapat digolongkan
men"adi ,
2, 3, #
1. Agonis opoid
Merupakan obat opioid yang menyerupai morfin yang dapat mengaktifkan reseptor, tertama pada
reseptor m, dan mungkin pada reseptor k 'ontoh , morfin, papa-eretum, petidin *meperidin,
demerol+, fentanil, alfentanil, sufentanil, remifentanil, kodein, alfaprodin.
2. Antagonis opioid
Merupakan obat opioid yang tidak memiliki akti-itas agonis pada semua reseptor dan pada saat
bersamaan men'egah agonis merangsang reseptor, 'ontoh , nalokson.
3. Agonis-antagonis (campuran opioid
Merupakan obat opioid dengan ker"a 'ampuran, yaitu yang beker"a sebagai agonis pada beberapa
reseptor dan sebagai antagonis atau agonis lemah pada reseptor lain, 'ontoh penta&osin, nabulfin,
butarfanol, bufrenorfin.
II. 1 !EKANIS!E KE"#A
0eseptor opioid sebenarnya tersebar luas diseluruh "aringan system saraf pusat, tetapi lebih
terkonsentrasi di otak tengah yaitu di sistem limbi', thalamus, hipothalamus 'orpus striatum,
system akti-asi retikuler dan di korda spinalis yaitu substantia gelatinosa dan di"umpai pula di
pleksus saraf usus. Molekul opioid dan polipeptida endogen *metenkefalin, beta-endorfin,
dinorfin+ berinteraksi dengan reseptor morfin dan menghasilkan efek.
2
0eseptor tempat terikatnya opioid disel otak disebut reseptor opioid dan dapat diidentifikasikan
men"adi $ golongan, yaitu antara lain)
2, 3, #
1 0eseptor m *mu+ ) m-1, analgesia supraspinal, sedasi.
m-2, analgesia spinal, depresi nafas, euphoria, ketergantungan fisik, kekakuan otot.
1 0eseptor d *delta+ ) analgesia spinal, epileptogen..
1 0eseptor k *kappa+ ) k-1, analgesia spinal.
k-2 tak diketahui.
k-3 analgesia supraspinal.
1 0eseptor s *sigma+ ) disforia, halusinasi, stimulasi "antung.
1 0eseptor e *epsilon+ ) respon hormonal.
/uatu opioid mungkin dapat berinteraksi dengan semua "enis reseptor akan tetapi dengan afinitas
yang berbeda, dan dapat beker"a sebagai agonis, antagonis, dan 'ampuran.
3, #
Opioid mempunyai persamaan dalam hal pengaruhnya pada reseptor , karena itu efeknya pada
berbagai organ tubuh "uga mirip. Perbedaan yang ada menyangkut kuantitas, afinitas pada
reseptor dan tentu "uga kinetik obat yang bersangkutan.
/e'ara umum, efek obat-obat narkotik.opioid antara lain ,
#
A. E$%& s%ntra' (
a. Menurunkan persepsi nyeri dengan stimulasi *pa'uan+ pada reseptor opioid *efek analgesi+.
b. Pada dosis terapik normal, tidak mempengaharui sensasi lain.
'. Mengurangi akti-itas mental *efek sedati-e+.
d. Menghilangkan konplik dan ke'emasan *efek trans2uali&er+.
e. Meningkatkan suasana hati *efek euforia+, !alaupun se"umlah pasien merasakan sebaliknya
*efek disforia+.
f. Menghambat pusat respirasi dan batuk *efek depresi respirasi dan antitusif+.
g. Pada a!alnya menimbulkan mual-muntah *efek emetik+, tapi pada akhirnya menghambat
pusat emetik *efek antiemetik+.
h. Menyebabkan miosis *efek miotik+.
i. Memi'u pelepasan hormon antidiuretika *efek antidiuretika+.
". Menun"ukkan perkembangan toleransi dan dependensi dengan pemberian dosis yang
berkepan"angan.
3.E$%& p%ri$%r ,
a. Menunda pengosongan lambung dengan kontriksi pilorus.
b. Mengurangi motilitas gastrointestinal dan menaikkan tonus *konstipasi spastik+.
'. 4ontraksi sfingter saluran empedu.
d. Menaikkan tonus otot kandung ken'ing.
e. Menurunkan tonus -askuler dan menaikkan resiko reaksi ortostastik.
f. Menaikkan insidensi reaksi kulit, urtikaria dan rasa gatal karena pelepasan histamin, dan
memi'u bronkospasmus pada pasien asma.
II. 1 !O"FIN
Meskipun morfin dapat dibuat se'ara sintetik, tetapi se'ara komersial lebih mudah dan
menguntungkan, yang dibuat dari bahan getah papa-er somniferum. Morfin paling mudah larut
dalam air dibandingkan golongan opioid lain dan ker"a analgesinya 'ukup pan"ang *long
a'ting+.
2, 3
5fek ker"a dari morfin *dan "uga opioid pada umumnya+ relatife selektif, yakni tidak begitu
mempengaharui unsur sensoris lain, yaitu rasa raba, rasa getar *-ibrasi+, penglihatan dan
pendengaran , bahakan persepsi nyeripun tidak selalu hilang setelah pemberian morfin dosis
terapi
3, #
.
5fek analgesi morfin timbul berdasarkan 3 mekanisme , *1+ morfin meninggikan ambang
rangsang nyeri , *2+ morfin dapat mempengaharui emosi, artinya morfin dapat mengubah reaksi
yang timbul dikorteks serebri pada !aktu persepsi nyeri diterima oleh korteks serebri dari
thalamus , *3+ morfin memudahkan tidur dan pada !aktu tidur ambang rangsang nyeri
meningkat.
3
Farma&odinami&
5fek morfin ter"adi pada susunan syaraf pusat dan organ yang mengandung otot polos. 5fek
morfin pada system syaraf pusat mempunyai dua sifat yaitu depresi dan stimulasi. %igolongkan
depresi yaitu analgesia, sedasi, perubahan emosi, hipo-entilasi al-eolar. /timulasi termasuk
stimulasi parasimpatis, miosis, mual muntah, hiper aktif reflek spinal, kon-ulsi dan sekresi
hormone anti diuretika *A%6+.
2, 3, #, 7
Farma&o&in%ti&
Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat menembus kulit yang luka. Morfin "uga
dapat mmenembus mukosa. Morfin dapat diabsorsi usus, tetapi efek analgesik setelah pemberian
oral "auh lebih rendah daripada efek analgesik yang timbul setelah pemberian parenteral dengan
dosis yang sama. Morfin dapat mele!ati sa!ar uri dan mempengaharui "anin. 5kresi morfin
terutama melalui gin"al. /ebagian ke'il morfin bebas ditemukan dalam tin"a dan keringat.
2, 3, #, 7
Indi&asi
Morfin dan opioid lain terutama diidentifikasikan untuk meredakan atau menghilangkan nyeri
hebat yang tidak dapat diobati dengan analgesik non-opioid. 8ebih hebat nyerinya makin besar
dosis yang diperlukan. Morfin sering diperlukan untuk nyeri yang menyertai , *1+ Infark miokard
, *2+ 9eoplasma , *3+ 4olik renal atau kolik empedu , *#+ Oklusi akut pembuluh darah perifer,
pulmonal atau koroner , *$+ Perikarditis akut, pleuritis dan pneumotorak spontan , *7+ 9yeri
akibat trauma misalnya luka bakar, fraktur dan nyeri pas'a bedah.
3
E$%& samping
5fek samping morfin *dan deri-at opioid pada umumnya+ meliputi depresi pernafasan, nausea,
-omitus, di&&ines, mental berkabut, disforia, pruritus, konstipasi kenaikkan tekanan pada traktus
bilier, retensi urin, dan hipotensi.
2, 3, #, $, 7
Dosis dan s%diaan
Morfin tersedia dalam tablet, in"eksi, supositoria. Morfin oral dalam bentuk larutan diberikan
teratur dalam tiap # "am. %osis an"uran untuk menghilangkan atau mengguranggi nyeri sedang
adalah :,1-:,2 mg. kg 33. ;ntuk nyeri hebat pada de!asa 1-2 mg intra-ena dan dapat diulang
sesuai yamg diperlukan.
2, 3
III. 2 PE)IDIN
Petidin * meperidin, demerol+ adalah &at sintetik yang formulanya sangat berbeda dengan morfin,
tetapi mempunyai efek klinik dan efek samping yang mendekati sama. /e'ara kimia petidin
adalah etil-1metil-fenilpiperidin-#-karboksilat.
3
Farma&odinami&
Meperidin *petidin+ se'ara farmakologik beker"a sebagai agonis reseptor m *mu+. /eperti halnya
morfin, meperidin *petidin+ menimbulkan efek analgesia, sedasi, euforia, depresi nafas dan efek
sentral lainnya. <aktu paruh petidin adalah $ "am. 5fekti-itasnya lebih rendah dibanding morfin,
tetapi leih tinggi dari kodein. %urasi analgesinya pada penggunaan klinis 3-$ "am. %ibandingkan
dengan morfin, meperidin lebih efektif terhadap nyeri neuropatik.
3, 7
Perbedaan antara petidin *meperidin+ dengan morfin sebagai berikut )
2
1. Petidin lebih larut dalam lemak dibandingkan dengan morfin yang larut dalam air.
2. Metabolisme oleh hepar lebih 'epat dan menghasilkan normeperidin, asam meperidinat
dan asam normeperidinat. 9ormeperidin adalah metabolit yang masih aktif memiliki sifat
kon-ulsi dua kali lipat petidin, tetapi efek analgesinya sudah berkurang $:=. 4urang dari
1:= petidin bentuk asli ditemukan dalam urin.
3. Petidin bersifat atropin menyebabkan kekeringan mulut, kekaburan pandangan dan
takikardia.
#. /eperti morpin ia menyebabkan konstipasi, tetapi efek terhadap sfingter oddi lebih
ringan.
$. Petidin 'ukup efektif untuk menghilangkan gemetaran pas'a bedah yang tidak ada
hubungannya dengan hipiotermi dengan dosis 2:-2$ mg i.- pada de!asa. Morfin tidak.
7. 8ama ker"a petidin lebih pendek dibandingkan morfin.
Farma&o&in%ti&
Absorbsi meperidin setelah 'ara pemberian apapun berlangsung baik. Akan tetapi ke'epatan
absorbsi mungkin tidak teratur setelah suntikan IM. 4adar pun'ak dalam plasma biasanya
di'apai dalam #$ menit dan kadar yang di'apai antar indi-idu sangat ber-ariasi. /etelah
pemberian meperidin I>, kadarnya dalam plasma menurun se'ara 'epat dalam 1-2 "am pertama,
kemudian penurunan berlangsung lebih lambat. 4urang lebih 7:= meperidin dalam plasma
terikat protein. Metabolisme meperidin terutama dalam hati. Pada manusia meperidin mengalami
hidrolisis men"adi asam meperidinat yang kemudian sebagian mengalami konyugasi. Meperidin
dalam bentuk utuh sangat sedikit ditemukan dalam urin. /ebanyak 1.3 dari satu dosis meperidin
ditemukan dalam urin dalam bentuk deri-at 9-demitilasi.
Meperidin dapat menurunkan aliran darah otak, ke'epatan metabolik otak, dan tekanan intra
kranial. 3erbeda dengan morfin, petidin tidak menunda persalinan, akan tetapi dapat masuk
kefetus dan menimbulkan depresi respirasi pada kelahiran.
Indi&asi
Meperidin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia. Pada beberapa keadaan klinis,
meperidin diindikasikan atas dasar masa ker"anya yang lebih pendek daripada morfin. Meperidin
digunakan "uga untuk menimbulkan analgesia obstetrik dan sebagai obat preanestetik, untuk
menimbulkan analgesia obstetrik dibandingkan dengan morfin, meperidin kurang karena
menyebabkan depresi nafas pada "anin.
Dosis dan s%diaan
/ediaan yang tersedia adalah tablet $: dan 1:: mg , suntikan 1: mg.ml, 2$ mg.ml, $: mg.ml, ?$
mg.ml, 1:: mg.ml. , larutan oral $: mg.ml. /ebagian besar pasien tertolong dengan dosis
parenteral 1:: mg. %osis untuk bayi dan anak , 1-1,@ mg.kg 33
.#, 7
E$%& samping
5fek samping meperidin dan deri-at fenilpiperidin yang ringan berupa pusing, berkeringat,
euforia, mulut kering, mual-muntah, perasaan lemah, gangguan penglihatan, palpitasi, disforia,
sinkop dan sedasi.
3, #, 7
III. 3 FEN)ANIL
Aentanil adalah &at sintetik seperti petidin dengan kekuatan 1:: B morfin. Aentanil merupakan
opioid sintetik dari kelompok fenilpiperedin. 8ebih larut dalam lemak dan lebih mudah
menembus sa!ar "aringan.
2, 3, #
Farma&odinami&
urunan fenilpiperidin ini merupakan agonis opioid poten. /ebagai suatu analgesik, fentanil ?$-
12$ kali lebih potendibandingkan dengan morfin. A!itan yang 'epat dan lama aksi yang singkat
men'erminkan kelarutan lipid yang lebih besar dari fentanil dibandingkan dengan morfin.
Aentanil *dan opioid lain+ meningkatkan aksi anestetik lokal pada blok saraf tepi. 4eadaan itu
sebagian disebabkan oleh sifat anestetsi lokal yamg lemah *dosis yang tinggi menekan hantara
saraf+ dan efeknya terhadap reseptor opioid pada terminal saraf tepi. Aentanil dikombinasikan
dengan droperidol untuk menimbulkan neureptanalgesia.
3, 7
Farma&o&in%ti&
/etelah suntikan intra-ena ambilan dan distribusinya se'ara kualitatif hampir sama dengan
dengan morfin, tetapi fraksi terbesar dirusak paru ketika pertama kali mele!atinya. Aentanil
dimetabolisir oleh hati dengan 9-dealkilase dan hidrosilasidan, sedangkan sisa metabolismenya
dikeluarkan le!at urin.
7
Indi&asi
5fek depresinya lebih lama dibandingkan efek analgesinya. %osis 1-3 .kg 33 analgesianya
hanya berlangsung 3: menit, karena itu hanya dipergunakan untuk anastesia pembedahan dan
tidak untuk pas'a bedah. %osis besar $:-1$: mg.kg 33 digunakan untuk induksi anastesia dan
pemeliharaan anastesia dengan kombinasi bensodioa&epam dan inhalasi dosis rendah, pada
bedah "antung. /ediaan yang tersedia adalah suntikan $: mg.ml.
#, 7
E$%& samping
5fek yang tidak disukai ialah kekakuan otot punggung yang sebenarnya dapat di'egah dengan
pelumpuh otot. %osis besar dapat men'egah peningkatan kadar gula, katekolamin plasma, A%6,
rennin, aldosteron dan kortisol.
2
Obat terbaru dari golongan fentanil adalah remifentanil, yang dimetabolisir oleh esterase plasma
nonspesifik, yang menghasilkan obat dengan !aktu paruh yang singkat, tidak seperti narkotik
lain durasi efeknya relatif tidak tergantung dengan durasi infusinya.
#
KESI!P*LAN
1. Pengaruh dari berbagai obat golongan opioid sering dibandingkan dengan morfin, dan
tidak semua obat golongan opioid yang dipasarkan di Indonesia. erbatasnya peredaran
obat tersebut tidak terlepas pada kekha!atiran ter"adinya penyalahgunaan obat.
2. Obat golongan obat yang agonis yang sering digunakan didalam anastesia antara lain
adalah morfin, petidin, fentanil.
3. Opioid adalah semua &at baik sintetik atau natural yang dapat berikatan dengan reseptor
morfin,. Opioid disebut "uga sebagai analgesia narkotik yang sering digunakan dalam
anastesia untuk mengendalikan nyeri saat pembedahan dan nyeri paska pembedahan.
#. /edangkan berdasarkan ker"anya pada reseptor opioid maka obat-obat Opioid dapat
digolongkan men"adi , Agonis opioid, Antagonis opioid, agonis-antagonis *'ampuran+
opioid.
(medlinux. 2009. Seputar Kedokteran Obat GOLONGAN Opiat Pada anestesi.
http!!medlinux.blo"spot.#om!2009!02!obat$"olon"an$opiat$pada$anestesi.html
CC/aat ini banyak terdapat berbagai "enis obat penghilang rasa nyeri. Obat anti nyeri yang sering
digunakan dan di"ual bebas tanpa resep dokter adalah golongan obat Anti Inflamasi 9on /teroid
*AI9/+, misalnya) ibuprofen, natrium diklofenak atau "enis lainnya. Pada kondisi tertentu,
dimana rasa nyeri sedemikian hebat, obat golongan AI9/ tidak lagi 'ukup untuk dapat
menghentikan rasa nyeri tersebut. %alam kondisi tersebut, dokter dapat menggunakan narkotik,
salah satu golongan obat penghilang rasa nyeri yang sangat potensial namun ra!an
penyalahgunaan.
/alah satu dampak penyalahgunaan obat penghilang rasa nyeri, yaitu pada kasus te!asnya
Mi'hael Da'kson. 4ematian Mi'hael Da'kson diduga akibat penggunaan obat-obat se'ara
berlebihan tanpa penga!asan dokter yang ber!enang. %i antara obat-obat yang ditenggarai
tersebut, termasuk didalamnya adalah obat penghilang rasa nyeri golongan narkotik, meperidin
6El.
Apa itu m%p%ridin +,'-
Meperidin 6El yang biasa dikenal dengan nama petidin, merupakan salah satu obat penghilang
rasa sakit golongan narkotik. Obat ini ditemukan pada tahun 1F3F, oleh dua orang ilmu!an
Derman, yaitu 5isleb and /'haumann. Pada a!al kemun'ulannya, obat ini "uga digunakan untuk
mengatasi otot yang kaku *spasme+. Meperidin 6El termasuk golongan obat sintetik. /e'ara
umum, rumus kimia meperidin hampir sama dengan metadon dan fentanil, yang merupakan dua
"enis penghilang nyeri yang sudah 'ukup dikenal.
0umus kimia petidin

,ara &%r.a dari m%p%ridin +,L atau p%tidin-
Petidin merupakan narkotika sintetik deri-at fenilpiperidinan dan terutama berefek terhadap
susunan saraf pusat. Mekanisme ker"a petidin menghambat ker"a asetilkolin *senya!a yang
berperan dalam mun'ulnya rasa nyeri+ yaitu pada sistem saraf serta dapat mengaktifkan reseptor,
terutama pada reseptor G, dan sebagian ke'il pada reseptor kappa. Penghambatan asetilkolin
dilakukan pada saraf pusat dan saraf tepi sehingga rasa nyeri yang ter"adi tidak dirasakan oleh
pasien
5feknya terhadap //P adalah menimbulkan analgesia, sedasi, euphoria, dapresi pernafasan serta
efek sentral lain. 5fek analgesik petidin timbul aga lebih 'epat daripada efek analgetik morfin,
yaitu kira-kira 1: menit, setelah suntikan subkutan atau intramuskular, tetapi masa ker"anya lebih
pendek, yaitu 2H# "am. Absorbsi petidin melalui pemberian oral maupun se'ara suntikan
berlangsung dengan baik. Obat ini mengalami metabolism di hati dan diekskresikan melalui urin

K%gunaan P%tidin Da'am Dunia !%dis--
Petidin digunakan sebagai analgesia untuk semua tipe nyeri yang sedang sampai berat. Misalnya
sebagai suplemen sedasi sebelum pembedahan, nyeri pada infark miokardium !alaupun tidak
seefektif morfin sulfat, mengatasi nyeri setelah operasi, atau nyeri lainnya yang tidak dapat
diatasi dengan obat biasa, untuk menghilangkan ansietas *ke'emasan+ pada pasien dengan
dispnea *sesak nafas+ karena a'ute pulmonary edema I a'ute left -entri'ular failure.
/ediaan yang tersedia adalah tablet $: dan 1:: mg , suntikan 1: mg.ml, 2$ mg.ml, $: mg.ml, ?$
mg.ml, 1:: mg.ml. , larutan oral $: mg.ml. Akan tetapi sebagian besar pasien tertolong dengan
dosis parenteral 1:: mg. %osis untuk bayi dan anak , 1-1,@ mg.kg 33
.
Petidin memiliki !aktu paruh selama $ "am. %an durasi analgesinya pada penggunaan klinis 3-$
"am.
Adapun perbedaan petidin dan morfin)
1. Petidin memiliki kelarutan dalam lemak lebih besar dibandingkan dengan morfin yang larut
dalam air.
2. Metabolisme petidin oleh hepar lebih 'epat dan menghasilkan normeperidin, asam
meperidinat dan asam normeperidinat. 9ormeperidin merupakan metabolit yang masih aktif
memiliki sifat kon-ulsi dua kali lipat petidin, tetapi efek analgesinya sudah berkurang $:=.
3. Petidin bersifat atropin menyebabkan kekeringan mulut, kekaburan pandangan dan takikardia.
#. /eperti morfin ia menyebabkan konstipasi, tetapi efek terhadap sfingter oddi lebih ringan.
$. Petidin 'ukup efektif untuk menghilangkan gemetaran pas'a bedah yang tidak ada
hubungannya dengan hipiotermi dengan dosis 2:-2$ mg i.- pada de!asa, sedangkan morfin
tidak memiliki aksi tersebut.
7. %urasi ker"a petidin lebih pendek dibandingkan morfin.

E$%& Samping P%tidin
Petidin sebagai salah satu obat analgesik golongan narkotik tentu memiliki efek samping berupa
ketagihan terhadap penggunaan obat. /elain ketagihan, petidin "uga memiliki efek samping
menekan sistem pernapasan.
5fek samping yang ditimbulkan oleh petidin antara lain sakit kepala ringan, kepala terasa
berputar, mual, muntah, gangguan aliran darah, gangguan koordinasi otot serta gangguan
"antung. 5fek samping yang tidak terlalu parah dapat berupa kesulitan buang air besar
*konstipasi+, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, sakit kepala dan mulut terasa kering serta
keringat berlebihan.
Obat ini "uga dapat menimbulkan efek alergi berupa kemerahan, gatal danbengkak pada daerah
sekitar tempat penyuntikan. Je"ala alergi ini dapat bermanifestasi parah, seperti kesulitan
bernafas, bengkak pada !a"ah, bibir dan lidah, serta tenggorokan.
5fek samping yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian adalah menekan sistem
pernafasan. 5fek samping ini akan semakin berbahaya apabila petidin digunakan se'ara
berlebihan atau dikonsumsi bersamaan dengan obat lain yang "uga menekan sistem pernafasan,
seperti obat pelemas otot atau obat penenang. 4ematian dapat disebabkan la"u nafas yang
semakin menurun kemudian berhenti. /elain itu, penurunan tekanan darah serta gangguan pada
sistem saraf pusat yang ditimbulkan "uga dapat mengakibatkan kematian.
5fek samping berupa ketagihan dapat menimbulkan ter"adinya o-erdosis. Je"ala o-erdosis yang
timbul berupa perubahan !arna pada kulit, kulit men"adi dingin, dan kelemahan otot. /eseorang
yang telah menggunakan obat ini dalam "angka !aktu yang 'ukup lama, penghentiannya harus
dilakukan se'ara bertahap dengan 'ara menurunkan dosis obat se'ara perlahan-lahan. 6al ini
disebabkan adanya efek withdrawal atau ge"ala putus obat yang dapat ter"adi. Apabila
penggunaan obat ini dihentikan se'ara tiba-tiba, maka akan mun'ul ge"ala berupa "antung
berdebar, denyut nadi meningkat, serta pernafasan tertekan. /elain itu, penderita akan merasa
tidak nyaman, merasa nyeri pada seluruh tubuh yang disertai muntah.* Aarmakoterapi info.
2:11.petidim madu atau ra'unhttp)..yosef!.!ordpress.'om.2:11.:#.11.petidin-madu-atau-
ra'un.
CCA9A8J5I4A
Analgetika atau obat penghalang nyeri adalah kelompok obat-obatan yang mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
0asa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu ge"ala, yang fungsinya adalah
melindungi dan meberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan di tubuh seperti , peradangan
*rematik, en'ok+, infeksi kuman, ke"ang otot, dll.
Penyebab timbulnya nyeri adalah adanya rangsangan mekanis atau kimia!i yang dapat
menimbulkan kerusakan pada "aringan dan menyebabkan dilepaskannya mediator nyeri
*histamin, serotonin, bradikinin, prostagladin, dll+. Kat-&at tersebut akan merangsang reseptor
nyeri yang terletak pada u"ung syaraf bebas di kulit, selaput lendir atau "aringan atau organ lain.
%ari tempat tersebut rangsangan nyeri dialirkan melalui syaraf sensoris ke //P */usunan /yaraf
Pusat+ melalui sumsum tulang belakang ke thalamus dan kemudian ke pusat nyeri di dalam otak
besar, dimana rangsangan dirasakan sebagai nyeri.
%emam adalah suatu ge"ala pula, dan bukan merupakan penyakit tersendiri sebagaimana
dianggap banyak orang. Para ahli perpendapat bah!a demam adalah suatu reaksi tangkis tubuh
yang berguna dan menun"ukan adanya infeksi, bila suhu melampaui #: E barulah ter"adi situasi
kritis yang bisa fatal, karena tidak terkendali lagi oleh tubuh.
Mekanisme Penghalang 0asa 9yeri )
1. Merintangi pembentukan rangsang dalam reseptor-reseptor nyeri perifer, oleh analgetik
perifer atau Anestetika 8okal.
2. Merintangi penyaluran rangsang nyeri dalam syaraf-syaraf sensoris, misalnya dengan
Anestetika 8okal.
3. 3lokade dari pusat nyeri dalam //P dengan Analgetika 9arkotik atau Anestetika ;mum.
erapi Denis-"enis 9yeri )
1. 9yeri 0ingan , seperti sakit gigi, sakit kepala, sakit otot pada infeksi -irus, nyeri haid,
keseleo, dll , dapat meggunakan Analgetik Perifer seperti Asetosal, Parasetamol, Antalgin,
dll.
2. 9yeri 0ingan yang Menahun , seperti rematik, pada mana terdapat peradangan pada sendi ,
dapat digunakan Analgetik dan atau Antiimflamasi *anti radang+ seperti ) Asetosal,
Ibupropen, Indometa&in, dll.
3eberapa penyakit kronis lainnya antara lain )
- /akit punggung ba!ah *lo! ba'k pain+ antara lain akibat adanya kelainan tulang punggung
yang merangsang syaraf-syaraf atau "aringan ikat, dapat digunakan Anatgetik-antiimflamasi
bersama relaksan otot *dia&epam+.
- /akit kepala -askuler, antara lain Migrain, dapat diobati dengan 5rgotamin atau 4lonidin.
- 9yeri urat syaraf *neuralgia+ yang se'ara spesifik hanya dapat disembuhkan dengan obat-obat
epilepsi seperti 4arbama&epin *egretol+ dan Primidon *Mysolin+
3. 9yeri yang hebat, seperti nyeri organ-organ dalam *lambung, usus+ antara lain akibat kolik .
ke"ang pada serangan batu gin"al atau batu empedu, dapat digunakan Analgetik /entral
*9arkotik+ dengan Antispasmodik, misalnya Morfin dengan atropin, 3utilskopolamin dengan
antalgin
*3uskopan+, dll. Pada infark "antung "angan menggunakan Morfin berhubung efeknya
terhadap tekanan darah dan pernafasan, tetapi gunakan obat yang ker"anya sangat 'epat
seperti , Aentanyl.
#. 9yeri hebat yang menahun, sepeti kanker, atau kadang-kadang rematik dan neuralgia.
6anya obat yang berkhasiat kuat yang dapat digunakan seperti, Aentanyl, ramadol, dll.
Penggolongan Analgetika )
Analgetika dapat dikelompokan dalam dua golongan besar, yaitu Analgetik 9arkotik dan
Analgetik 9on-9arkotik.
Analgetik 9arkotik
Analgetik 9arkotik atau disebut "uga Analgetik Opioid, memiliki daya penghalang nyeri yang
kuat sekali dengan titik ker"a di //P. Kat tersebut umumnya mengurangi kesadaran *Meredakan
dan menidurkan+ , menimbulkan perasaan nyaman *euforia+ serta dapat menimbulkan toleransi
dan kebiasaan *habituasi+, serta menyebabkan ketergantungan fisik dan psikis *adiksi+.
4elompok obat tersebut adalah )
Alkaloid Eandu ) Morfin, 6eroin, 6idromorfin, 6idrokodon dan %ionin.
Pengganti morfin , yaitu ) Petidin, Aentanyl, metadon, fenantren , dll.
Mekanisme 4er"a Obat 9arkotika )
Pada tahun 1F?$ telah ditemukan analgetik endogen dalam otak binatang per'obaan, yaitu
5ndorfin atau 5nkefalin *morfin endogen+. /e'ara kimia!i endorfin adalah suatu molekul besar
yang tersusun dari polipeptida dengan $ asam amino dan mampu menduduki reseptor-reseptor
nyeri di //P hingga perasaan nyeri diblokir.
4hasiat analgetik narkotik berdasarkan kemampuannya untuk menduduki sisa reseptor nyeri
yang belum ditempati oleh enkefalin-enkefalin tersebut. etapi apabila analgetik tersebut
diberikan terus-menerus, maka pembentukan reseptor-reseptor tersebut akan distimulir dan
produksi enkefalin diu"ung syaraf otak dirintangi sehingga ter"adi kebiasaan dan ketagihan.
5fek samping umum dari morfin dan analgetik narkotik lainnya bah!a pada dosis biasa
menyebabkan gangguan lambung-usus *mual, muntah, obstipasi+, "uga efek pusat lainnya seperti
kegelisahan, sedasi, euforia. Pada dosis lebih tinggi menimbulkan efek yang lebih berbahaya
seperti ) depresi pernafasan, tekanan darah menurun, sirkulasi darah terganggu, dan dapat
menimbulkan koma dan pernafasan terhenti.
A1. Morfin
/umber ) diperoleh dari getah buah Papa-er /omniferum
4hasiat ) disamping sebagai analgetik kuat, morfin memiliki ker"a sentral lain seperti ,
menurunkan rasa kesadaran */edasi, 6ipnotis+, menghambat pernafasan, menghilangkan
reflek batuk, euforia *rasa nyaman+.
Penggunaan ,
erutama digunakan pada pengobatan nyeri yang hebat, baik akut maupun kronis, misalnya ,
kanker, operasi. Pemberian se'ara oral tidak efektif karena absorpsi dari usus kurang baik,
se'ara sub'utan atau intra muskular lebih baik dan efektif. 4ombinasi dengan atropin atau
skopolamin berguna untuk mengurangi efek sampingnya.
Antidotum ) pada o-erdosis atau intoksikasi dengan Morfin digunakan antidotum .
antagonisnya, yaitu 9alorfin atau 9alokson.
%osis ) Oral ) /ehari 3 kali L 1:- 3: mg
i.m. ) 1: H 2: mg , maksimal 1:: mg per hari
5fek /amping ) %epresi pernapasan, konstipasi, gangguan //P, hipotensi, mual, muntah.
A2. 6eroin *%iasetilmorfin+
6eroin atau diasetil morfin adalah turunan semi-sintetis dari morfin dengan khasiat analgetik
lebih kuat dari Morfin, tetapi mengakibatkan adiksi yang 'epat dan hebat sekali sehingga tidak
digunakan lagi dalam terapi.
A3. 4odein *Metilmorfin+
4odein merupakan turunan morfin yang mempunyai khasiat analgetik yang 7 kali lebih lemah
dibanding morfin, berhubung efek sampingnya "uga lebih ringan maka kodein digunakan
untuk menekan rangsang batuk dan nyeri dalam tubuh.
Penggunaan , digunakan sebagai obat batuk, sering dikombinasi dengan barbiturat
karena efek kodein terhadap batuk lebih kuat.
5fek samping ) (ang sering ter"adi adalah pusing-pusing dan mual.
%osis ) /ehari 3 H $ kali L 2: H #: mg.
A#. Petidin
Petidin merupakan Analgetik narkotik yang dibuat se'ara sintetik dimana struktur kimianya lebih
mirip dengan atropin dibanding morfin.
Penggunaan ) Petidin mempunyai efek analgetik lebih ringan dibanding morfin tetapi lebih
kuat dari kodein, berhkasiat "uga menekan rangsang batuk dan memiliki daya spasmolitik.
5fek samping ) lebih ringan dibanding morfin yaitu pada dosis tinggi menyebabkan
-asodilatasi, tremor, dan kon-ulsi, sehingga boleh digunakan pada kasus persalinan dan asma.
Petidin dapat menimbulkan adiksi dengan pesat pula.
%osis ) 0ektal atau i.m. $: H 1:: mg. maksimal 2:: mg sekali dan 7:: mg perhari.
A$. Aentanyl
Aentanyl adalah deri-at fenilpiperidin *seperti petidin+ dengan khasiat analgetik @: kali lebih
kuat dari morfin. Mulai ker"anya 'epat, dalam 2-3 menit *i.m. atau i.-.+ tetapi pendek sekali,
hanya sekitar 3: menit.
Penggunaan ) digunakan untuk mengurangi nyeri setelah operasi, biasanya dikombinasi
dengan neuroleptika droperidol.
5fek /amping ) lebih kurang sama dengan morfin.
%osis ) :,:$ H :,1: mg setiap 1-2 "am *setelah operasi+
A7. 9alorfin
9alorpin mempunyai rumus kimia mirip morfin dengan gugus alil pada atom-9. Kat ini dapat
merupakan antagonis morfin sehingga dapat meniadakan khasiat dari morfin dan analgetik
narkotik lainnya, terutama penghambatan pernafasan.
Penggunaan ) pada o-erdosis atau intoksikasi dengan obat-obat analgetik narkotik.
%osis ) i.-. $ H 1: mg, bila perlu diulang setelah $ menit, lama ker"anya lebih kurang #
"am.
A?. 9alokson
9alokson adalah deri-at terbaru yang mempunyai efek antagonis lebih kuat, tetapi ker"anya
pendek.
Penggunaan ) digunakan pada kasus ketagihan morfin atau heroin.
%osis ) Oral 1 H $ mg.
(%urnadi.20&&. Anal"etika. http!!a#ep'urnadi.(ordpress.#om!20&&!09!22!anal"etika!
CCAnalgetik adalah senya!a yang dapat menekan fungsi sistem saraf se'ara selektif. %igunakan
untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran. Analgetik beker"a dengan
meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit. 3erdasarkan mekanisme ker"a pada tingkat
molekul, analgetik dibagi men"adi dua golongan yaitu analgetik narkotik dan analgetik non-
narkotik.
Ana'g%ti& Nar&oti&
Analgetik narkotik adalah senya!a yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat se'ara selektif.
%igunakan untuk mengurangi rasa sakit, yang moderat ataupun berat, seperti rasa sakit yang
disebabkan oleh penyakit kanker, serangan "antung akut, sesudah operasi, dan kolik usus atau
gin"al. Analgetik narkotik sering pula digunakan untuk pramedikasi anestesi, bersama-sama
dengan atropin, untuk mengontrol sekresi.
Akti-itas analgetik narkotik "auh lebih besar dibandingkan golongan analgetik non-narkotik,
sehingga disebut "uga analgetik kuat. Jolongan ini pada umumnya menimbulkan euphoria
sehingga banyak disalahgunakan. Pemberian obat se'ara terus-menerus menimbulkan
ketergantungan fisik dan mental atau ke'anduan, dan efek ini ter"adi se'ara 'epat. Penghentian
pemberian obat se'ara tiba-tiba menyebabkan sindrom abstinen'e atau ge"ala !ithdra!al.
/edangkan kelebihan dosis dapat menyebabkan kematian karena ter"adi depresi pernapasan.
5fek analgesik dihasilkan oleh adanya pengikatan obat dengan sisi reseptor khas pada sel dalam
otak dan spinal 'ord. 0angsangan reseptor "uga menimbulkan efek euphoria dan rasa mengantuk.
3erdasarkan struktur kimianya, analgetik narkotik dibagi men"adi # kelompok.
1. )urunan !or$in
Eontoh ) morfin, kodein, dan heroin. 4odein memiliki efek analgetik yang lebih rendah
daripada morfin, namun mempunyai efek antibatuk yang kuat, dan tidak menyebabkan
ke'anduan. /edangkan heroin memiliki efek analgetik dan euphoria yang lebih tinggi
daripada morfin, sehingga sering disalahgunakan. 6eroin menyebabkan ke'anduan dan
digolongkan ke dalam obat terlarang.
2. )urunan !%p%ridin
Eontoh ) petidin dan loperamid. Petidin mempunyai efek analgetik antara morfin dan
kodein, sering digunakan untuk pengobatan ke'anduan morfin karena mempunyai efek
analgetik seperti morfin namun tidak menyebabkan ketergantungan. /edangkan
loperamid mempunyai efek langsung terhadap otot longitudinal dan sirkular usus,
sehingga digunakan sebagai konstipan pada kasus diare akut dan kronis.
3. )urunan !%tadon
Eontoh ) metadon. Metadon mempunyai akti-itas analgetik 2 kali morfin dan 1: kali
petidin. /eperti petidin, metadon sering digunakan untuk pengobatan ke'anduan morfin
karena mempunyai efek analgetik seperti morfin namun tidak menyebabkan
ketergantungan.
#. )urunan Lain-'ain
Eontoh ) tramadol. ramadol merupakan analgetik kuat dengan akti-itas :,1 H :,2 kali
morfin. Meskipun efeknya melalui reseptor opiat, tramadol tidak menyebabkan depresi
pernapasan.
Ana'g%ti& Non-nar&oti&
Analgetik non-narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan sampai moderat,
sehingga sering disebut analgetik ringan. Analgetik non-narkotik beker"a menghambat en&im
siklooksigenase dalam rangka menekan sintesis prostaglandin yang berperan dalam stimulus
nyeri dan demam. 4arena itu kebanyakan analgetik non-narkotik "uga beker"a antipiretik.
3eberapa golongan analgetik non-narkotik antara lain sebagai berikut.
1. )urunan Ani'in dan Para-amino$%no'. Eontoh ) asetaminofen *analgetik dan
antipiretik+
2. )urunan /-pira0o'on. Eontoh ) metami&ol *analgetik dan antipiretik+
3. )urunan Asam Sa'isi'at. Eontoh ) asetosal *analgetik, antipiretik, antiradang+
#. )urunan /-pira0o'idindion. Eontoh ) fenilbuta&on *analgetik dan antiradang+
$. )urunan Asam N-ari'antrani'at. Eontoh ) asam mefenamat *analgetik dan antiradang+
7. )urunan Asam Ari'as%tat. Eontoh ) ibuprofen dan diklofenak *analgetik, antipiretik,
antiradang+
?. )urunan O&si&am. Eontoh ) piroksikam *analgetik, antipiretik, antiradang+
11ANAL2E)IKA OPIOID
4arakteristik analgetika opioid)
Mengurangi nyeri dan menimbulkan euforia dengan berikatan pada reseptor opioid di
otak, yaitu reseptor pada reseptor opioid di otak, yaitu reseptor G *mu+, M *kappa+, dan d
*delta+
5nkefalin dan endorfin berikatan dengan reseptor G dan d
%inorfin berikatan dengan reseptor M
Obat analgetik opioid)
morfin, metadon, meperidin *petidin+, fentanil, buprenorfin, de&osin, butorfanol, nalbufin,
nalorfin, dan penta&osin
!or$in dan deri-atnya )
5fek analgetik yaitu dengan mengurangi persepsi nyeri di otak *meningkatkan ambang
nyeri+, mengurangi respon psikologis terhadap nyeri *menimbulkan euforia+,
danmenyebabkanmengantuk.tidur *efek sedatif+ !alau ada nyeri.%iberikan se'ara per
oral, in"eksi IM, I>, /E, dan rektal, durasinya rata-rata #-7 "am.%iindikasikan untuk nyeri
berat yang tak bisa dikurangi dengan analgetika non opioidatau obat analgetik opioid lain
yang lebih lemah efeknya.
Eontoh ) Morfin, 6eroin, 6idromorfon, Oksimorfon, 8e-orfanol, 8e-alorfan, 4odein,
6idrokodon, Oksikodon, 9alorfin, 9alokson, 9albufin, eNbain
!%p%ridin dan derifat fenilpiperidin )
Menimbulkan efek analgetik, efek euforia, efek sedatif, efek depresi nafas dan efek
samping lain seperti morfin, ke'uali konstipasi.5fek analgetiknya mun'ul lebih 'epat
daripada morfin, tetapi durasi ker"anya lebih singkat hanya 2-# "am. %iindikasikan untuk
obat praoperatif pada !aktu anestesi.
Eontoh ) Meperidin, Alfaprodin, %ifenoksilat, Aentanil, 8operami
!%tadon %an Opioid lain)
Mempunyai efek analgetik mirip morfin, tetapi tidak begitu menimbulkan efek sedatif.
%iberikan se'ara per oral, in"eksi IM, dan /E. %ieliminasi dari tubuh lebih lambat dari
morfin *!aktu paruhnya 2$ "am+ dan ge"ala!ithdra!alnya tak sehebat morfin, tetapi
ter"adi dalam "angka !aktu lebihlama. %iindikasikan untuk analgetik pada nyeri hebat,
dan "uga digunakan untuk mengobati ketergantungan heroin.
Eontoh ) Metadon, Propoksifen, %ekstromoramida, 3e&itramida
F%ntani'
Merupakan opioid sintetik dengan efek analgetik @: kali lebih kuat dari morfin, tetapi
depresi nafas lebih "arang ter"adi. %iberikan se'ara in"eksi I>, dengan !aktu paruh hanya
# "am dan dapat digunakan sebagai obat praoperatif saat anestesi.
Obat Antagonis Opioid )
9altrekson, 9alorfin, 8e-alorfan, /ikla&osin, Penta&osin, 3utorfanol

NSAID (Non St%roida' Anti-In$'ammator3 Drugs

Obat antiinflamasi *anti radang+ non steroid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan 9/AI%
*Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs+ adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat
analgesik *pereda nyeri+, antipiretik *penurun panas+, dan antiinflamasi *anti radang+. Istilah Onon
steroidP digunakan untuk membedakan "enis obat-obatan ini dengan steroid, yang "uga memiliki
khasiat serupa.9/AI% bukan tergolong obat-obatan "enis narkotika.
Mekanisme ker"a 9/AI% didasarkan atas penghambatan isoen&im EOQ-1 *cyclooxygenase-1+
dan EOQ-2 *cyclooxygenase-2+.5n&im cyclooxygenase ini berperan dalam mema'u
pembentukan prostaglandin dan tromboksan dari arachidonic acid. Prostaglandin merupakan
molekul pemba!a pesan pada proses inflamasi *radang+.
9/AI% dibagi lagi men"adi beberapa golongan, yaitu golongan salisilat *diantaranya
aspirin.asam asetilsalisilat, metil salisilat, magnesium salisilat, salisil salisilat, dan
salisilamid+, golongan asam arilalkanoat *diantaranya diklofenak, indometasin, proglumetasin,
dan oksametasin+, golongan profen.asam 2-arilpropionat *diantaranya ibuprofen, alminoprofen,
fenbufen, indoprofen, naproBen, dan ketorola'+, golongan asam fenamat.asam 9-
arilantranilat *diantaranya asam mefenamat, asam flufenamat, dan asam tolfenamat+, golongan
turunan pira&olidin*diantaranya fenilbuta&on, ampiron, metami&ol, dan fena&on+, golongan
oksikam *diantaranya piroksikam, dan meloksikam+, golongan penghambat EOQ-2 *'ele'oBib,
lumira'oBib+, golongan sulfonanilida *nimesulide+, serta golongan lain *li'ofelone dan asam
lemak omega 3+.
Penggunaan 9/AI% yaitu untuk penanganan kondisi akut dan kronis dimana terdapat kehadiran
rasa nyeri dan radang.<alaupun demikian berbagai penelitian sedang dilakukan untuk
mengetahui kemungkinan obat-obatan ini dapat digunakan untuk penanganan penyakit lainnya
seperti colorectal cancer, dan penyakit kardio-askular.
/e'ara umum, 9/AI% diindikasikan untuk mera!at ge"ala penyakit berikut) rheumatoid
arthritis, osteoarthritis, en'ok akut, nyeri haid, migrain dan sakit kepala, nyeri setelah operasi,
nyeri ringan hingga sedang pada luka "aringan, demam, ileus, dan renal 'oli'.
/ebagian besar 9/AI% adalah asam lemah, dengan p4a 3-$, diserap baik pada lambung dan
usus halus.9/AI% "uga terikat dengan baik pada protein plasma *lebih dari F$=+, pada
umumnya dengan albumin.6al ini menyebabkan -olume distribusinya bergantung pada -olume
plasma. 9/AI% termetabolisme di hati oleh proses oksidasi dan kon"ugasi sehingga men"adi &at
metabolit yang tidak aktif, dan dikeluarkan melalui urin atau 'airan empedu.
9/AI% merupakan golongan obat yang relatif aman, namun ada 2 ma'am efek samping utama
yang ditimbulkannya, yaitu efek samping pada saluran pen'ernaan *mual, muntah, diare,
pendarahan lambung, dan dispepsia+ serta efek samping pada gin"al *penahanan garam dan
'airan, dan hipertensi+. 5fek samping ini tergantung pada dosis yang digunakan.
Obat ini tidak disarankan untuk digunakan oleh !anita hamil, terutama pada trimester ketiga.
9amun parasetamol dianggap aman digunakan oleh !anita hamil, namun harus diminum sesuai
aturan karena dosis tinggi dapat menyebabkan kera'unan hati
Obat golongan Antiinflamasi non /teroid
urunan asam sa'isi'at ) aspirin, salisilamid,diflunisal.
Aspirin adalah agen antiinflamasi yang tertua, merupakan penghambat prostaglandin
yang menurunkan proses inflamasi dan dahulu merupakan agen antiinflamasi yang paling
sering dipakai sebalum adanya ibuprofen. Aspirin yang denga dosis tinggi untuk
inflamasi menyebabkan rasa tidak enak pada lambung.Pada situasi seperti ini, biasanya
digunakan tablet enteri'-'oated. Aspirin tidak boleh dipakai bersama-sama dengan
9/AIA.9/AI% karena menurunkan kadar 9/AIA.9/AI% dalam darah dan
efektifitasnya. Aspirin "uga dianggap sebagai obat antiplatelet untuk klien dengan
gangguan "antung atau pembuluh darah otak.
urunan paraamino$%no' ) Para'etamol
Parasetamol *asetaminofen+ seringkali dikelompokkan sebagai 9/AI%, !alaupun
sebenarnya parasetamol tidak tergolong "enis obat-obatan ini, dan "uga tidak pula
memiliki khasiat anti nyeri yang nyata.Merupakan penghambat prostaglandin yang
lemah.Parasetamol mempunyai efek analgetik dan antipiretik, tetapi kemampuan
antiinflamasinya sangat lemah. Intoksikasi akut parasetamol adalah 9-asetilsistein, yang
harus diberikan dalam 2# "am se"ak intake parasetamol.
urunan /-pira0o'idindion ) Aenilbuta&on, Oksifenbuta&on.
4elompok deri-at pira&olon tinggi berikatan dengan protein. Aenilbuta&on *buta&olidin+
berikatan F7= dengan protein. elah dipakai bertahun-tahun untuk obat artritis rematoid
dan gout akut.Obat ini mempunyai !aktu paruh $:-7$ "am sehingga sering timbul reaksi
yang merugikan dan akumulasi obat dapat ter"adi.Iritasi lambung ter"adi pada 1:-#$=
klien. Agen lain) oksifenbuta&on *tandearil+, aminopirin *dipirin+, dipiron *fe-erall+,
"arang dipakai kerena reaksi yang ditimbulkannya karena ter"adi toksisitas. 0eaksi yang
paling merugikan dan berbahaya dari kelompok ini adalah diskrasia darah, seperti
agranulositosis dan anmeia aplastik. Aenilbuta&on hanya boleh dipakai untuk obat artritis
dengan keadaan 9/AIA.9/AI% yang berat dimana 9/AIA.9/AI% lainnya yang kurang
toksik telah digunakan tanpa hasil
urunan asam N-antrani'at ) Asam mefenamat, Asam flufenamat
;ntuk keadaan artritis akut dan kronik.%apat mengiritasi lambung.4lien dengan ri!ayat
tukak peptik "angan menggunakan obat ini. 5fek lain) edema, pusing, tinnitus, pruritus.
Aenamanat lain) meklofenamanat sodium monohidrat *me'lomen+, dan asam mefenamat
*ponstel+.
urunan asam ari'as%tat4asam propionat ) 9aproksen, Ibuprofen, 4etoprofen
4elompok ini lebih relatif baru.Obat-obat ini seperti aspirin, tetapi mempunyai efek yang
lebih kuat dan lebih sedikit timbul iritasi gastrointestinalRtidak seperti pada aspirin,
indometa'in, dan fenilbuta&on.%iskrasia darah tidak sering ter"adi. Agen ini yaitu)
fenoprofen kalsium *nalfon+, naproksen *naprosyn+, suprofen *suprol+, ketoprofen
*orudis+, dan flurbiprofen *ansaid+.
Aarmakokinetik ibuprofen) diabsorpsi dngan baik melalui saluran gastrointestinal. Obat-
obatan ini mempunyai !aktu paruh singkat tetapi tinggi berikatan dengan protein. Dika
dipakai bersama-sama obat lain yang tinggi "uga berikatan dengan protein, dapat ter"adi
efek samping berat. Obat ini dimetabolisme dan dieksresi sebagai metabolit inaktif di
urin.
Aarmakodinamik ibuprofen) menghambat sintesis prostaglandin sehingga efektif dalam
meredakan inflamasi dan nyeri. Perlu !aktu beberapa hari agar efek antiinflamasinya
terlihat.Duga dapat menambah efek koumarin, sulfonamid, banyak dari falosporin, dan
fenitoin.%apat ter"adi hipoglikemia "ika ibuprofen dipakai bersama insulin atau obat
hipoglikemik oral.Duga berisiko ter"adi toksisitas "ika dipakai bersama-sama penghambat
kalsium.
urunan o&si&am ) Peroksikam, enoksikam, Meloksikam.
Piroksikam.feldene adalah 9/AIA.9/AI% baru.Indikasinya untuk artritis yang lama
seperti rematoid dan osteoartritis.4euntungan utama, !aktu paruh pan"ang sehingga
mungkin dipakai satu kali sehari. Menimbulkan masalah lambung seperti tukak dan rasa
tidak enak pada epigastrium, tetapi "arang daripada 9/AIA.9/AI% lain. Oksikam "uga
tinggi berikatan dengan protein.
Asam Para&'oro5%n0oat.asam as%tat indo'
9/AIA.9/AI% yang mula-mula diperkenalkan adalah indometa'in.indo'in, yang
digunakan untuk obat rematik, gout, dan osteoartritis.Merupakan penghambat
prostaglandin yang kuat. Obat ini berikatan dengan protein F:= dan mengambil alih obat
lain yang berikatan dengan protein sehingga dapat menimbullkan toksisitas. Indometa'in
mempunyai !aktu paruh sedang *#-11 "am+.Indo'in sangat mengiritasi lambung dan
harus dimakan se!aktu makan atau bersama-sama makanan. %eri-at asam
parakloroben&oat yang lain adalah sulindak *'linoril+ dan tolmetin *tole'tin+, yang dapat
menimbulkan penurunan reaksi yang merugikan daripada indometa'in. olmetin tidak
begitu tinggi berikatan dengan protein seperti indometa'in dan sulindak dan mempunyai
!aktu paruh yang singkat.4elompok 9/AIA.9/AI% ini dapat menurunkan tekanan
darah dan menyebabkan retensi natrium dan air.
urunan asam $%ni'as%tat ) 9atrium diklofenak
%iklofenak sodium *-oltaren+, adalah 9/AIA.9/AI% terbaru yang mempunyai !aktu
paruh plasmanya @-12 "am. 5fek analgesik dan antiinflamasinya serupa dengan aspirin,
tetapi efek antipiretiknya minimal atau tidak sama sekali ada. Indikasi untuk artritis
rematoid, osteoartritis, dan ankilosing spondilitis. 0eaksi sama seperti obat-obat
9/AIA.9/AI% lain. Agen lain) ketorelak.toradol adalah agen antiinflamasi pertama
yang mempunyai khasiat analgesik yang lebih kuat daripada yang lain. %ian"urkan untuk
nyeri "angka pendek. ;ntuk nyeri pas'abedah, telah terbukti khasiat analgesiknya sama
atau lebih dibanding analgesik opioid
http!!diaharra)*.(ordpress.#om!20&2!0+!09!obat$anal"etika$antipiretik$antiin,lamasi!
==ANALGETIKA
-anuar* 2&. 20&&
Ana'g%ti&a atau o5at p%nga'ang nyeri adalah &at-&at yang mengurangi atau menghalau rasa
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Atas dasar ker"a farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok besar, yakni,
&. analgetika perifer (non-narkotik). *an" terdiri dari obat$obat *an" tidak bersi,at
narkotik dan tidak beker/a sentral. Anal"etika antiradan" termasuk /enis ini.
2. analgetika narkotik khusus di"unakan untuk men"halau rasa n*eri hebat. seperti pada
,ra#tura hebat dan kanker.
3erdasarkan proses ter"adinya rasa dapat dila!an dengan beberapa 'ara, yakni dengan,
&. analgetika perifer. *an" merintan"i terbentukn*a ran"san"an pada reseptor n*eri
peri,er.
2. anastetika lokal. *an" merintan"i pen*aluran ran"san"an di sara,$sara, sensoris.
0. analgetika sentral (narkotika). *an" memblokir pusat n*eri di SSP den"an anastesi
umum.
+. antidepresiva trisiklis. *an" di"unakan pada n*eri kanker dan sara,. mekanisme
ker/an*a belum diketahui. misaln*a amitriptilin.
%. anti%pi'%pti&a, yang meningkatkan "umlah neurotransmitter di ruang sinaps pada nyeri,
misalnya pregabilin "uga karbama&epin, okskarba&epin, fenitoin, -alproat, dan lain-lain.
Pada pengobatan nyeri dengan analgetika, faktor-faktor psikis "uga turut memegang peran seperti
sudah diuraikan diatas, misalnya kesabaran indi-idu dan daya mengatasi nyerinya. Obat-obat
diba!ah ini dapat digunakan sesuai "enis nyerinya.
P%nanganan 5%ntu&-5%ntu& n3%ri
9yeri ringan dapat ditangani dengan obat perifer, seperti parasetamol, asetosal, mefenaminat,
propifenazon atau aminofenazon, begitu pula rasa nyeri dengan d%mam. ;ntuk nyeri sedang
dapat ditambahkan dengan kofein atau kodein. 9yeri yang disertai dengan pembengkakan atau
akibat trauma *"atuh, tendangan, tubrukan+ sebaiknya diobati dengan suatu analgetikum
antiradang, seperti aminofena&on dan 9/AI%s *ibuprofen, mefenaminat, dll+. 9yeri yang hebat
dapat ditangani dengan morfin atau opiat lainnya *tramadol+. 9yeri kepala migrain dapat
ditangani dengan obat-obat khusus.
9yeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat empat,yakni pemberian,
&. obat peri,er (non$opioid1 per oral atau re#tal parasetamol atau asetosal.
2. obat peri,er bersama kodein. atau tramadol.
0. obat sentral (opioid1 per oral atau re#tal
+. obat opioid parenteral.
Juna memperkuat efek analgetikum dapat ditambahkan suatu 'o-analgetikum, sepeti
psikofarmaka *amitripitilin, le-oproma&in+ atau predniso. N3%ri sara$ &ronis antara lain dikenal
dengan nyeri saraf nociceptif yang disebabkan oleh saraf terluka atau ter"epit, nyeri neuropatis
perifer dan nyeri sarafyang berasal dari SS.
Po'3n%uropati adalah suatu gangguan saraf perifer dengan perasaan seperti ditusuk-tusuk,
kelemahan otot, hilang perasaan dan refleks yang dia!ali dari "ari-"ari, kemudian meimbulkan
kelumpuhan pada kedua kaki atau tangan. Penyebab utamanya adalah diabetes, selain itu "uga
minum alkohol berlebihan, peradangan, gagal gin"al atau "uga obat-obat neurotoksis seperti
-irustatika anti-6I>. %asar keluhan-keluhan ini ber-ariasi karena berbagai sistem reseptor
memegang peranan. maka itu umumnya digunakan kombinasi dari dua atau lebih obat. 9yeri in
sukar diatasi dengan analgetika klasik *parasetanol, 9/AI%, dan opioid+ karena bersifat
no'i'eptif. (ang ternyata lebih efektif adalah antidepresi!a trisiklis dan antiepileptika, tunggal
atau "uga sebagai tambahan pada &at opioid seperti tramadol dan fentanil.
Pada nyeri neuropatis akut yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk "arum, karbama&epin ternyata
paling efektif, sedangkan pada nyeri terus-menerus yang men"emukkan atau sepeti pada perasaan
terbakar amitriptilin dan gabapentin lebih ampuh.
Pregabalin,obat baru ini telah dipasarkan dengan indukasi khusus nyeri neuropatis. Pregabalin
mengurangi "umlah noradrenalin, glutamat, dan substan'e-P di ruang sinaps, dengan efek
peringanan nyeri. 5fek samping utamanya adalah perasaan pusing hebat yang mirip keadaan
mabuk dan ke"ang kaki, yang tidak hilang sesudah #-$ hari seperti halnya pada obat-obat nyeri
saraf lain.

ANAL2E)IKA PE"IFE"
/e'ara kimia!i analgetika perifer dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yakni,
&. parasetamol
2. salisilat: astosal. salisilamida.dan benorilat
0. penghambat prostaglandin (nsaid) ibupro,en. dll
+. derivat-antranilat: me,enaminat. "la,enin
2. derivat-pirazolinon: propi,ena)on. isopropilamino,ena)on dan metami)ol
3. lainnya: ben)idamin (tantum1
,o-ana'g%ti&a adalah obat yang khasiat dan indikasi utamanya bukanlah menghalau
nyeri,misalnya antid%pr%si6a trisi&'is *amitripilin+ dan anti%pi'%pti&a *karbama&epin,
pregabalin, fenytoin, -alproat+. Obat-obat ini digunakan tunggal atau terkombinasi dengan
analgetika lain pada keadaan-keadaan tertentu, seperti pada nyeri neuropatis.
Obat-obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi //P
atau menurunkan kesadaran, "uga tidak menimbulkan ketagihan. 4ebanyakan &at ini "uga
berdaya antipir%tis dan atau antiradang. Oleh karena itu tidak hanya digunakan sebagai obat
antinyeri, melainkan "uga pada demam *infeksi -irus.kuman, pilek+ dan peradangan seperti rema
dan en'ok. Obat-obat ini banyak diberikan untuk nyeri ringan atau sedang, yang penyebabnya
beraneka ragam, misalnya nyeri kepala, gigi, otot atau sendi *rema,en'ok+, prut, haid
*dysmenorroe+, nyeri akibat benturan atau ke'elakaan *trauma+.
Da3a antipir%tisn3a berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengtu kalor hypothalamus yang
mengakibatkan -asodilatasi perifer *di kulit+ dengan bertambahnya pengeluaran kalor yang
disetai keluarnya banyak keringat.
Da3a antiradang (anti$'ogistis kebanyakan analgetika memiliki daya antiradang khususnya
kelompok besar dari 0at-0at p%ng7am5at (NSAIDs8 termasuk asetosal, begitu pula
ben&idamin. Kat-&at ini banyak digunakan untuk rasa nyeri yang disertai peradangan.
4ombinasi dari dua atau lebih analgetika sering kali digunakan karena ter"adi efek potensias"
8agi pula efek sampingnya yang berlainan, dapat berkurang karena dosis dari masing-masing
komponenya dapat diturunkan. 4ombinasi analgetika dengan kofein dan kodein sring kali
digunakan khususnya dalam sediaan dngan parasetamol dan asetosal.
5fek sampingnya yang paling umum adalah gangguan lambung-usus, kerusakan darah,
kerusakan hati dan gin"al, dan "uga reaksi alergi kulit. 5fek-efek samping ini terutama ter"adi
pada penggunaan lama atau dalam dosis tinggi. Oleh karena itu penggunaan analgetika s'ara
kontinu tidak dian"urkan. Interaksi analgetika m%mp%r&uat %$%& anti&oagu'ansia, ke'uali
parasetamol dan glafenin. 4edua obat ini pada dosis biasa dapat dikombinasi dengan aman untuk
!aktu maksimal dua minggu. hanya parasetamol yang dianggap aman bagi !anita hamil dan
menyusui, !alaupun dapat men'apai air susu. Asetosal dan salisilat, 9/AI%s dan metami&ol
dapat mengganggu perkembangan "anin,sebaiknya dihindari. %ari aminofena&on belum terdapat
'ukup data.
9A)-9A) :AN2 )E"KAND*N2
1. Amino$%na0on ; Aminopyrin, yramidon
%eri-at-pira&olinon ini berkhasiat untuk ana'g%tis8 antipir%tis dan antiradang. 0esorpsinya di
usus 'epat, mulai ker"anya sesudah 3:-#$ menit. 3ila timbul borok-borok ke'il, di mulut, nyeri
tenggorokkan atau demam *tanda-tanda agranulositosis+ pengobatan harus segera dihentikan.
a. Isopropi'amino$%na0on (isopirin8 *Pehazon,*Migran adalah deri-at-aminopirin dengan
khasiat yang sama,disamping itu &at ini "uga 5%rda3a s%dati$ dan pada dosis tinggi 5%rda3a
7ipnotis.
5. F%na0on (antipirin adalah senya!a induk dari obat-obat tersebut di atas tanpa khasiat
antiradang. 4arena berkhasiat lebih lemah dan lebih sering menimbulkan reaksi kulit, obat ini
kini praktis sudah di tinggalkan. adakalanya fena&on masih digunakan dalam obat kumur pada
nyeri tenggorokan, berdasarkan efek lokal-anestetis *lemah+ dan ker"a -asokonstriksinya.
c. Propi$%na0on (propi'antipirin8 *Saridon adalah deri-at fena&on tanpa daya antiradang
dengan sifat sama. 0esiko agranulositosis lebih ringan.
d. !%tami0o' (anta'gin8 dipiron8 no6aminsu'$on8 m%tampiron8 *Dolo Neurobion, Novalgin,
*Unagen adalah deri-at-sulfonat dari aminofena&onyang larut dalam air. 4hasiat dan efek
sampingnya adalah sama. Obat ini sering dikombinasi dengan obot-obat lain. Obat ini dapat
se'ara mendadak dan tak terduga menimbulkan kelainan darah yang ada kalanya fatal.
2. Asam as%ti'sa'isi'at: Asetosal, Aspirin, #afenol, Naspro
Asetosal adalah obat anti nyeri tertua yang paling banyak digunakan diseluruh dunia. Kat ini
berkhasiat anti-d%mam kuatdan pada dosis rendah sekali 5%rda3a m%ng7am5at agr%gasi
trom5osit. pada dosis lebih besar darinormal obat ini "uga berkhasiat antiradang akibat
gagalnya sintesa prostaglandin.
selain merupakan analgetikum asetosal de!asa ini banyak digunakan sebagai alternatif dari
antikoagulansia untuk obat pencegah infark kedua setelah ter"adi serangan. 6al ini berkat daya
antitrombotisnya. Obat ini"uga efektif untuk prokfilaksis serangan stroke kedua setelah
menderita IA *serangan kekurangan darah sementara di otak+, terutama pada pria.
5fek samping yang paling sering ter"adi berupa iritasi mu&osa 'am5ung dengan resiko tukak
lambung dan perdarahan samar. /elain itu "uga, asetosal menimbulkan efek spesifik, seperti
reaksi alergi kulit dan tinnitus. 5fek yang lebih serius adalah &%.ang-&%.ang 5ronc7i 7%5at,
yang pada pasien asma dapat menimbulkanserangan, !alaupun dalam dosis rendah. Ana&-ana&
&%ci' 3ang m%nd%rita cacar air atau $'u4s%'%sma sebaiknya "angan diberikan asetosal
*melainkan parasetamol+ karena beresikoterkena Sindroma Rye yang berbahaya. /indroma ini
ber'irikan muntah hebat, termangu-mangu, gangguan pernapasan, kon-ulsi dan adakalanya
koma. <anita hamil tidak dian"urkan menggunakan asetosal dalam dosis tinggi terutama pada
tri!ulan terakhir dan sebelmum persalinan karena lama kehamilan dan persalinan dapat
diperpan"ang "uga ke'enderungan perdarahan meningkat. 4endati masuk ke dalam air susu,ibu
dapat menggunakan asetosalselama laktasi, tetapi sebaiknya se'ara insidentil.
a. Di$'unsia' (Di$'onid8 Do'ocid adalah deri-at-difluorfenil dengan khasiatnya ana'g%tis8
antiradang8 dan uri&osuris *mengeluarkan asam urat+. "arang mengakibatkan pendarahan
lambung-usus.
5. <%nori'at (<%ntu8 <%nortan adalah ester-asetosal dengan parasetamol. /etelah resorpsi
segera dihidrolisa men"adi asam salisilat dan parastamol. Jangguan lambung-usus lebih "arang
ter"adi dibanding dengan asetosal.
c. Sa'isi'amida (Sa'imid8 =N%o0%p8 ="%$agan adalah deri-at-salisilat dengan khasiat lebih
lemah disemua bidang. 5feknya kurang dapat diper'aya. %i dinding-usus mengalami AP5 besar,
sehingga dosisnya harus tinggi. Kat ini sering mengganggu pen'ernanan, perdarahan samar
"antung timbul dibandingkan dengan asetosal.
d. Natriumsa'isi'at (=N%p7ro'it8 Ent%rosa'ic3' lebih lemah khasiatnya dibanding kan dengan
asetosal. 5fek sampingnya lebih kurang sama, ke'uali tidak menghambatagregasi trombosit.
%. !%ti'sa'isi'at (>int%rgr%%n oi'8 =S'oan?s 'inim%nt adalah 'airan dengan bau khas yang
diperoleh dari daun dan akar tumbuhan akar !angi. Metilasilat diresorpsi baik oleh kulit dan
banyak digunakan dalam obat gososk dan krem untuk nyeri otot, sendi, dll.
3.F%ni'5uta0on <uta0o'idin (=N%@ S&%'an8 =P%7a0on%4Fort% adalah deri-at-pyra&olidin yang
khasiatnya sebagai antiradang lebih kuat daripada analgetisnya. 5fek sampingnya serius terhadap
darah dan lambung.
A. 2'a$%nin (2'ap7%n8 2'i$anan adalah suatu deri-at-aminokinolin *seperti obat rema
klorokuin+. Pada dosis biasa obat ini tidak berdaya antipiretis atau antiradang, potensi ker"a
analgetisnya dapat disamakan dengan asetosal. 0epsorpsinya diusus 'epat, didalam hati &at ini
dirombak men"adi asam glafeninat, yang mungkin berperan utama bagi efek anti nyerinya. 5fek
sampingnya adalah gangguan lambung-usus, rasa kantuk dan pusing. (ang lebih serius adalah
reaksi ana$i'a&tis8 &%rusa&an 7ati dan an%mia 7%mo'itis, yang adakalanya berakibat fatal.
/. Paras%tamo' (As%tamino$%n8 Panado'8 )3'%no'8 )%mpra8 =Nip% adalah deri-at-asetanilida.
4hasiatnya ana'g%tis dan antipir%tis tetapi tidak antiradang. 5fek samping tak "arang ter"adi,
antara lain reaksi hipersensiti-itas dan kelainan darah . <anita hamil dapat menggunakan
parasetamol dengan aman, "uga selama laktasi !alaupun men'apai air susu ibu.
B. )ramado' ()rama'8 )7%rado' analgetikum opiat ini tidak menekan pernapasan dan tidak
mempengaruhi sistem kardio-askuler dan mobilitas lambung-usus. Obat ini digunakan untuk
nyeri tidak terlampau hebat bila kombinasi parasetamol-kodein dan 9/AI%s kurang efektif atau
tidak dapat digunakan.
ANAL2E)IKA NA"KO)IK
Ana'g%ti&a nar&oti&8 kini disebut "uga opioida * C mirip opiati+ adalah obat-obat yang daya
ker"anya meniru *mimi'+ opioid endogen dengan memperpan"ang akti-asi dari reseptor-reseptor
opioid *biasanya G-reseptor+. Kat-&at ini beker"a terhadap reseptor opioid khas di //P, hingga
persepsi nyeri dan respons emosional terhadap nyeri berubah *dikurangi+. %aya ker"anya
diantagonir oleh a.1. na'o&son. Minimal ada # "enis reseptor, yang pengikatan padanya
menimbulkan analgesia. ubuh dapat mensintesa zat-zat opioidnya sendiri, yakni zat-zat
endorfin, yang "uga beker"a melalui reseptor opioid tersebut.
Endor$in *morfin endogen+ adalah kelompok polipeptoda yang terdapat di EE/ dan dapat
menimbulkan efek yang menyerupai efek morfin. Kat-&at ini dapat dibedakan antara $-
endorfin, dynorfin dan enkefalin *(un. %nkephalos C otak+, yang menduduki reseptor-reseptor
berlainan. /e'ara kimia!i &at-&at ini berkaitan dengan hormon-hormon hipofisis dan berdaya
menstimulasi pelepasan dari kortikotropin *AE6+, "uga dari somatropin dan prolaktin.
/ebaliknya, pelepasan 86 dan A/6 dihambat oleh &at-&at ini. S-endorfin pada he!an berkhasiat
menekan pernapasan, menurunkan suhu tubuh dan menimbulkan ketagihan. 8agi pula berdaya
analgetik kuat, dalam arti tidak mengubah persepsi nyeri, melainkan memperbaiki
OpenerimaannyaP. &angsangan listrik dari bagian-bagian tertentu otak mengakibatkan
peningkatan kadar endorfin dalam EE/. Mungkin hal ini men"elaskan %$%& ana'g%sia yang
timbul selama elektrostimulasi pada a&upuntur atau pada stress, misalnya pada 'edera hebat.
Peristi!a %$%& p'as%5o "uga dihubungkan dengan endorfin.

P%nggo'ongan
Atas dasar 'ara ker"anya, obat-obat ini dapat dibagi dalam 3 kelompok, yakni )
&. Agonis opiat, *an" dapat diba"i dalam
Alkaloida candu mor,in. kodein. heroin. nikomor,in
Zat$zat sintetis metadon dan deri4at (dekstromoramida. propoksiten. be)itramida1.
petidin dan deri4atn*a (,entanil. su,entanil 1 dan tramadol.
Eara ker"a obat-obat ini sama dengan morfin, hanya berlainan mengenai potensi dan lama
ker"anya, efek samping dan risiko akan kebiasaan dengan ketergantungan fisik.
&. Antagonis opiat : nalokson, nalofin, fentazosin dan buprenofin (Temgesic). 5ila
di"unakan seba"ai anal"etikum. obat$obat ini dapat menduduki salah satu reseptor.
2. Campuran : nalorfin, nalbufin (nubain). 6at$)at ini den"an ker/a #ampuran /u"a
men"ikat pada reseptor opioid. tetapi tidak atau han*a sedikit men"akti4asi da*a
ker/an*a. Kur4a dosis!e,ekn*a memperlihatkan pla,on. sesudah dosis tertentu
penin"katan dosis tidak memperbesar la"i e,ek anal"etikn*a. Praktis tidak menimbulkan
depresi pernapasan.

Pot%nsi ana'g%ti&
4hasiat analgetik dari morfin oral 3:-7: mg dapat disamakan dengan dekstromoramida $-1: mg,
metadon 2: mg, dekstropropoksifen 1:: mg, tramadol 12: mg, penta&osin 1::.1@: mg dan
kodein 2:: mg.
4hasiat analgetik dari morfin subkutan. i.m 1: mg adalah kurang lebih eki-alen dengan fentanil
:,1 mg, heroin $ mg, metadon 1: mg, nalfubin 1: mg, petidin ?$.1:: mg, penta&osin 3:.7: mg
dan tramadol 1:: mg.
*ndang-undang nar&oti&a. %ikebanyakan negara, beberapa unsur dari kelompok obat ini,
seperti propoksifen, pentazosin, dan tramadol tidak termasuk dalam ;ndang-undang narkotika
karena bahaya kebiasaan dan adikisnya ringan sekali. 9amun penggunaannya untuk "angka
!aktu lama tidak di an"urkan. /e"ak tahun 1F?@ sediaan-sediaan dengan kandungan propoksifen
di atas 13$ mg di negeri 3elanda dimasukkan dalam opium!at *;ndang-undang opiat+.

!%&anism% &%r.a
5ndorfin beker"a dengan "alan meduduki reseptor-reseptor nyeri di //P, hingga perasaan nyeri
dapat diblokir. 4hasiat analgetik opiopida berdasarkan kemampuannya untuk menduduki sisa-
sisa reseptor nyeri yang belum ditempati endorfin. etapi bila analgetika tersebut digunakan
terus-menerus, pembentukan r%s%ptor-r%s%ptor 5aru distimulasi dan diproduksi %ndor$in di
u"ung saraf otak. Akibatnya ter"adilah kebiasaan dan ketagihan.


P%nggunaan
"asa n3%ri 7%5at *seperti pada kanker+. Ada banyak penyakit yang disertai rasa nyeri, yang
terkenal adalah influen&a dan ke"ang-ke"ang *pada otot atau organ+, artrose dan renal *pada
sendi+ dan migrain. ;ntuk gangguan-gangguan ini tersedia obat-obat khasiat *parasetamol,
9/AI%Ts, sumatriptan+ tetapi yang paling hebat dan men'emaskan adalah rasa sakit pada
&an&%r8 !alaupun sebetulnya hanya k.1. dua per tiga dari penderita yang mengalaminya. 3egitu
pula hanya k.1. ?:= disebabkan langsung oleh penyakit ganas ini, diluar ini perasaan sakit
memiliki etiologi lain, misalnya artritis. Oleh karena itu prinsip untuk menghilangkan atau
mengurangi rasa sakit berupa penelitian dengan saksama penyebabnya, obat-obat apa yang layak
digunakan sesuai tangga analgetika dan memantaunya se'ara periodik untuk mendapatkan 'ara
pengendalian rasa sakit yang optimal.
0asa sakit merupakan suatu pengalaman yang rumit dan unik untuk tiap indi-idu yang "uga
dipengaruhi oleh faktor-faktor psikososial dan spiritual dari yang bersangkutan. Oleh karena itu
untuk kasus-kasus perasaan nyeri yang tidak.sukar terkendalikan adalah penting untuk
memperhitungkan faktor-faktor tersebut.
)angga an'ag%ti&a *tiga tingkat+. <6O telahg menyusun suatu program penggunaan
analgetika untuk nyeri hebat, seperti pada kanker, yang menggolongkan obat dalam tiga kelas,
yakni )
&. Non-opiopida : NSA789s termasuk asetosal. parasetamol dan kodein
2. Opiopida lema : d$propoksi,en. tramadol dan kodein. atau kombinasi parasetamol
den"an kodein
0. Opiopida kuat : mor,in dan deri4atn*a (heroin1 serta opiopida sintetis.
Menurut program pengobatan ini pertama-tama diberikan # dd 1 gram parasetamol, bila efeknya
kurang, beralih ke 3-7 dd parasetamol-kodein 3:-7: mg. 3aru bila langkah kedua ini tidak
menghasilkan analgesi yang memuaskan, dapat diberikan opioid kuat. Pilihan pertama dalam hal
ini adalah mor$in *oral, subkutan kontinu, intra-ena, epidural atau spinal+..
u"uan utama dari program ini adalah untuk menghindarkan risiko kebiasaan dan adiksi untuk
opioida, bila diberikan sembarangan.



E$%&-%$%& samping umum
Morfin dan opiopida lainnya menimbulkan se"umlah besar efek samping yang tidak di inginkan,
yaitu )
Supresi SSP. .misaln*a sedasi, menekan pernapasan dan batuk, mioisis, hipothermia
dan perubahan suasana /i(a (mood1. Akibat stimulasi lan"sun" dari :;6 (!emo
Trigger Zone1 timbul mual dan muntah. Pada dosis lebih tin""i men"akibatkan akti4itas
mental dan motoris.
Saluran napas broncokonstriksi, pernapasan men/adi lebih dan"kal dan ,rekuensin*a
menurun.
Sistem sirkulasi : 4asodilatasi peri,er. pada dosis tin""i ipotensi dan brad"acardia.
Saluran erna : motilitas berkuran" (obstipasi1, kontraksi s,in"ter kandun" empedu
(kolik babtuk empedu1. sekresi pankreas, usus dan empedu berkurang.
Saluran urogenital : retensi urin (karena naikn*a tonus dari s,in"ter kandun" kemih1.
motolitas uterus berkuran" ((aktu persalinan di perpan/an"1
!istamin liberator : urti#aria dan "atal$"atal. karena menstimulasi pelepasan histamin
"ebiasaan den"an risiko adiksi pada pen""unaan lama. 5ila terapi dihentikan dapat
ter/adi "e/ala abstinensi.
ehamilan dan laktasi! Opiopida dapat melintasi plasenta, tetapi boleh digunakan sampai
beberapa !aktu sebelum persalinan. 3ila diminum terus-menerus, &at ini dapat merusak "anin
akibat depresi pernapasan dan memperlambat persalinan. 3ayi dan ibu yang ketagihan menderita
ge"ala abstinensi. /elama laktasi ibu dapat menggunakan opiopida karena hanya sedikit terdapat
dalam air susu ibu.

K%5iasaan dan &%t%rgantungan
Penggunaan untuk "angka !aktu lama pada sebagian pemakai menimbulkan kebiasaan dan
ketergantungan. Penyebabnya mungkin karena berkurangnya resorpsi opioid atau
perombakan.eliminasinya yang diper'epat, atau bisa "uga karena penurunan kepekaan "aringan.
Obat men"adi kurang efektif, sehingga diperlukan dosis yang lebih tinggi untuk men'apai efek
semula. Peristti!a ini disebut to'%ransi *menurunnya response+ dan ber'irikan pula bah!a dosis
tinggi dapat lebih baik diterima tanpa menimbulkan efek intoksikasi.
%i samping ketergantungan fisik tersebut terdaapat pula ketergantungan psikis, yaitu kebutuhan
mental akan %$%& psi&otrop *euforia, rasa nyaman dan segar+ yang dapat men"adi sangat kuat,
hingga pasien seolah-olah terpaksa melan"utkan penggunaan obat.
2%.a'a a5stin%nsi *withdrawal syndrome+ selalu timbul bila penggunaan obat dihentikan dengan
mendaddak dan semula dapat berupa menguap, berkeringat hebat dan air mata mengalir, tidur
gelisah dan kedinginan. 8alu timbul muntah-muntah, diare tachycardia, mydriasis *pupil
membesar+, tremor, ke'ang otot, peningkatan tensi yang dapat disertai dengan reaksi psikis hebat
*gelisah, mudah marah, kekha!atiran mati+.
5fek-efek ini men"adi penyebab mengapa penderita yang sudah ketagihan sukar sekali
menghentikan penggunaan opiat. Juna menghindari efek-efek tidak nyaman ini, mereka terpaksa
melan"utkan penggunaannya.
K%t%rgantungan $isi& la&imnya sudah lenyap dua minggu setelah penggunaan obat dihentikan.
K%t%rgantungan psi&is sering kali sangat erat, maka pembebasan yang tun tas sukar sekali
di'apai.
Antagonis mor$in
Antagonis morfin adalah &at-&at yang dapat mela!an efek-efek samping opiopida tertentu tanpa
mengurangi ker"a analgetisinya. (ang paling terkenal adalah na'o&son8 na'tr%&son8 dan
na'or$in. Obat ini terutama digunakan pada e-erdose atau intoksikasi. 4hasiat antagonisnya
diperikakan berdasarkan penggeseran opioida dari tempatnya di reseptor-reseptor otak.
Antagonis morfin ini sendiri "uga berkhasiat analgetik, tetapi tidak digunakan dalam terapi
karena khasiatnya lemah dan efek samping tertentu mirip morfin *depresi pernapasan, reaksi
psikotis+.

9at-0at t%rs%ndiri
1. !or$in (F.L ) (S) continus, (S contin, *apanol.

,andu atau opium adalah getah yang dikeringkan dan diperoleh dan tumbuhan apa!er
somniferum *8at menyebabkan tidur+. Morfin mengandung dua kelompok alkaloida yang se'ara
kimia!i sangat berlainan. elompok "enantren meliputi morfin, kodein dan tebam+ kelompok
kedua adalah kelompok isokinolin dengan struktur kimia!i dan khasiat amat berlainan *a.1.
non-narkotik+ yakni papa!erin, noskapin *Cnarkotin+ dan narsein.
2. Kod%in (F.L ) metilmorfin, UEodipront.
Alkaloida 'andu ini memiliki khasiat yang sama dengan induknya, tetapi lebih lemah, misalnya
efek analgetiknya 7-? B kurang kuat. 5fek samping dan risiko adiksinya lebih ringan, sehingga
sering digunakan sebagai obat batuk, obat anti diare dan obat anti nyeri, yang diperkuat melalui
kombinasi dengan parasetamol.asetosal. Obstipasi dan mual dapat ter"adi terutama pada dosis
lebih tinggi *di atas 3 dd 2: mg+.
U%ti'mor$in *Dionin+ adalah deri-at dengan khasiat analgetik dan hipnotik lebih lemah,
penghambatannya terhadap pernapasan "uga lebih ringan. ;ntuk menekan batuk, &at ini kurang
efektif dibandingkan dengan kodein, tetapi dahulu banyak digunakan dalam obat sediaan batuk.
Unos&apin *narkotin, ,ongatin, (ercotin, Necodin+ adalah alkaloida 'andu lain, tanpa sifat
narkotik, yang lebih efektif sebagai obat batuk. 9oskapin tidak termasuk dalam %aftar 9arkotika
karena tidak menimbulkan ketagihan.

3. F%ntani' ) -entanyl, Durogesic, .)halamonal.

%eri-at piperidin ini *1F73+ merupakan turunan dari p%tidin yang "arang digunakan lagi karena
efek samping dan sifat adiksinya, lagi pula daya ker"anya singkat *3 "am+ sehingga tidak layak
untuk meredakan rasa sakit "angka pan"ang. 5fek analgetik agonis-opiat ini @: B lebih kuat dari
pada morfin. Mulai ker"anya 'epat, yaitu dalam 2-3 menit *i.-+, tetapi singkat, hanya k.1. 3:
menit. Kat ini digunakan pada anastesi dan infark "antung. 5fek sampingnya mirip moefin,
termasuk depresi pernapasan, bron'hospasme dan kekuatan otot *thoraB+.
Usu$%ntani' /sufenta0forte1 adalah deri-at dengan daya analgetik k.1. 1: B lebih kuat. /ifat dan
efek sampingnya sama dengan fentanil. Kat ini terutama digunakan pada !aktu anastesi dan
pas'a bedah, "uga pada !aktu his dan persalinan *terkombinasi dengan suatu anastetikum+

#. !%tadon ) Amidon, /ymoron

Kat sintetis ini adalah suatu 'ampuran rasemis, yang memiliki daya analgetik 2 B lebih kuat
daripada morfin dan "uga berkhasiat anastetik lokal. ;mumnya metadon tidak menimbulkan
euforia, sehingga banyak digunakan untuk menghindari ge"ala abstinensi setelah penghentian
penggunaan opiopida lain. 4husus digunakan pada para pe'andu sebagai obat pengganti heroin
dan morfin pada terapi substitusi. 5fek sampingnya kurang hebat dari morfin, terutama efek
hipnotis dan euforianya lemah, tetapi bertahan lebih lama. Pengguanaan lama "uga menimbulkan
adiksi yang lebih mudah disembuhkan. 5fek obstipasinya agak ringan, tetapi penggunaannya
selama persalinan harus dengan beerhati-hati karena dapat menekan pernapasan.

$. )ramado' ) )ramal
%eri-at-sikloheksanol sintetis ini adalah 'ampuran resemis dari 2 isomer. 4asiat analgetiknya
sedang dan berdaya menghambat reuptake noradrenalin dan beker"a antitussif *anti batuk+. Kat
ini tidak menekan pernapasan, praktis tidak mempengaruhi sistem kardio-askuler atau motilitas
lambung usus. 5fek sampingnya tidak begitu serius dan paling sering berupa termangu-mangu,
berkeringat, pusing, mulut kering, mual dan muntah, "uga obstipasi, gatal-gatal, rash, nyeri
kepala dan rasa letih.
2anita hamil dan menyusui. Opiopida dapat melintasi plasenta dan selama ini diketahui tidak
merugikan "anin bila digunakan "auh sebelum partus. 6anya :,1 = dari dosis masuk ke dalam air
susu ibu. Meskipun demikian tramadol tidak dian"urkan selama kehamilan dan laktasi.

7. Na'o&son ) Narcan
Antagonis morfin ini memiliki rumus morfin dengan gugus alil pada atom-9. Kat ini dapat
meniadakan semua khasiat morfin dan opiopida lainnya, terutama depresi pernapasan tanpa
mengurangi efek analgetiknya. 5fek sampingnya dapat berupa ta'hy'ardia *setelah bedah
"antung+, "arang reaksi alergi dengan sho'k dan udema paru-paru. Pada penangkalan efek
opiopida terlalu pesat dapat ter"adi mual, muntah, berkeringat, pusing-pusing, hipertensi, tremor,
serangan epilepsi dan berhentinya "antung.

?. P%nta0osin ) -ortral
Kat sintetis ini diturunkan dari morfin, dimana 'in'in fenantren diganti oleh naftalen. Jugus-9-
allil memberikan efek antagonis terhadap opiopida lainnya. 4hasiatnya beragam, yakni
disamping antagonis lemah, "uga merupakan agonis parsiil. 4hasiat analgetiknya sedang sampai
kuat, k.1. antara kodein dan petidin *3-7 B lebih lemah dari pada morfin+.

@. Kana5is ) marihuana, Uhashi&, !eed, grass
Pusuk dengan kembang dan buah-buah muda yang dikeringkan dari bentuk !anita
tumbuhan.6E banyak khasiat farmakologisnya, yang terpenting di antaranyua adalah sedatif,
hipnotik, dan analgetik, antimual dan spasmolitik. 4hasiat analgetik dari 6E ter"adi di batang
otak, dimana terletak pula titik ker"a dan opiopida. 6anya mekanisme ker"anya yang berlainan.
%ahulu kanabis digunakan sebagai obat tidur, sedati!um dan spasmolitikum pada tetanus,
umumnya dalam bentuk ekstrak, sekarang kanabis banyak disalah gunakan sebagai &at penyegar
narkotik *OdrugP+
http!!sul4iatandina.(ordpress.#om!20&&!0&!2&!anal"etika!
<< Analgetik adalah senyawa yang dalam dosis terapeutik meringankan atau
menekan rasa nyeri, tanpa memiliki kerja anestesi umum. Berdasarkan potensi kerja,
mekanisme kerja dan efek samping analgetika dibedakan dalam dua kelompok.
Analgetika yang berkhasiat kuat, bekerja pada pusat (hipnotika, kelompok opiat)
Analgetika yang berkhasiat lemah (sampai sedang), bekerja terutama pada perifer
dengan sifat antipiretika dan kebanyakan juga mempunyai sifat antiinflamasi dan
antireumatik
Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun nyeri
sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan
diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang tidak mengenakkan, kebanyakan
menyiksa dan karena itu berusaha untuk bebas darinya. ada beberapa penyakit,
misalnya pada tumor ganas dalam fase akhir, meringankan nyeri kadang!kadang
merupakan satu!satunya tindakan yang berharga.
"eluruh kulit luar mukosa yang membatasi jaringan dan juga banyak organ
dalam bagian tubuh yang peka terhadap rasa nyeri, tetapi ternyata terdapat juga organ
yang tak mempunyai reseptor nyeri, seperti misalnya otak.
Nyeri timbul jika rangsang mekanik, termal, kimia atau listrik melampaui suatu
nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri) dan karena itu menyebabkan kerusakan
jaringan dengan pembebasan yang disebut senyawa nyeri .
enghantaran nyeri, presepsi nyeri. otensial aksi (impuls nosiseptif) yang
terbentuk pada reseptor nyeri diteruskan melalui serabut aferen ke dalam akar dorsal
sumsum tulang belakang. ada tempat kontak awal ini bertemu tidaknya hanya serabut
aferen, yang impulsnya tumpang tindih, tetapi disini juga terjadi refleks somati# dan
$egetati$e awal (misalnya menarik tangan pada waktu tersentuh benda panas,
terbentuknya eritema lokal) melalui interneuron. %i samping itu pada tempat ini juga
terjadi pengaruh terhadap serabut aferen melalui sistem penghambat nyeri menurun.
(Mutschler,1991)
Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat seperti opium.
&pium yang berasal dari getah apa$er somniferum mengandung sekitar '(jenis
alkaloid diantaranya morfin, kodein, tebain, dan papa$erin. Analgetik opioid terutama
digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri, meskipun juga
memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain. )stilah analgesi# narkotik
dulu seringkali digunakan untuk kelompok obat ini, akan tetapi karena golongan obat
ini dapat menimbulkan analgesia tanpa menyebabkan tidur atau menurunnya
kesadaran maka istilah analgesi# narkotik menjadi kurang tepat.
*ang termasuk golongan opioid adalah alkaloid opium, deri$at semisintetik
alkaloid opium, senyawa sintetik dengan sifat farmakologik menyerupai morfin. &bat
yang mengantagonis efek opioid disebut antagonis opioid. (Gunawan, 2007)
+ediator nyeri antara lain dapat mengakibatkan reaksi radang dan kejang!
kejang, yang mengaktifasi reseptor nyeri di ujung!ujung saraf bebas di kulit, mukosa
dan jaringan lain. Nosiseptor ini terdapat di seluruh jaringan dan organ tubuh, ke#uali
di "". %ari sini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk!tajuk
neuron dengan amat banyak sinaps $ia sumsum belakang, sumsum lanjutan dan otak
tengah. %ari thalamus impuls kemudian diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana
impuls dirasakan sebagai nyeri.
+ediator nyeri kini juga disebut auta#oida dan terdiri dari antara lain histamin,
serotonin, bradykikin, leukotrien, dan prostaglandin. Bradykikin adalah polipeptida
(rangkaian asam amino) yang dibentuk dari protein plasma. rostaglandin mirip
strukturnya dengan asam lemak dan terbentuk dari asam ara#hidonat. +enurut
perkiraan, ,at!,at ini meningkatkan kepekaan ujung saraf sensoris bagi rangsangan
nyeri yang diakibatkan oleh mediator lainnya. -at!,at ini dan juga bradykinin
berkhasiat $asodilatasi kuat dan memperbesar permeabilitas kapiler yang
mengakibatkan radang dan udema. Berhubung kerjanya dan inaktifasinya pesat dan
bersifat lokal, maka juga dinamakan hormon lokal. +ungkin sekali ,at!,at ini bekerja
juga sebagai mediator demam. (Tan Hoan Tjay, 2002)
&piat lemah (narkotik) meliputi kodein phosphate, dihidrokodein, dan
dekstropropoksifen. "emua opiat memiliki efek analgesi#, antitusif, dan menyebabkan
konstipasi, dan semuanya berpotensi menimbulkan ketergantungan.
Analgesik kuat (narkotik). Narkotik adalah agens penting dalam penatalaksanaan
nyeri pas#a!bedah dan dapat diberikan se#ara kontinu melalui infus atau se#ara
intermiten dengan dosis ke#il!ke#il melalui suntikan dengan inter$al teratur.
engobatan nyeri $is#eral dengan analgesi# narkotik sangat efektif, terutama nyeri terus
menerus.
.eburukan narkotik adalah depresi pernapasan, konstipasi, toleransi, dan
ketergantungan bila sering digunakan. ada orang tertentu penggunaan narkotik lebih
dari beberapa hari saja dapat berakibat ketergantungan psikis dan fisik. /fek
halusinogen dan euphoria obat ini adalah faktor!faktor yang memudahkan
ketergantungan. Alkaloid yang berasal dari opium adalah morfin, kodein, papa$erin dan
nos#apin. (Goodman, 2007)
=lla. 20&&. Anal"etika. http!!marermurer.blo"spot.#om!20&&!0+!anal"etika.html
<< #A$A% &'#A"A()
N*eri merupakan suatu mekanisme perlindun"an tubuh untuk melindun"i dan
memberikan tanda baha*a tentan" adan*a "an""uan di tubuh.
*ekanisme nyeri
>an"san"an diterima oleh reseptor n*eri. diubah dalam bentuk impuls *an" di
hantarkan ke pusat n*eri di korteks otak. Setelah di proses dipusat n*eri. impuls di kembalikan
ke peri,er dalam bentuk persepsi n*eri. >an"san"an *an" diterima oleh reseptor n*eri dapat
berasal dari berba"ai ,aktor dan dikelompokkan men/adi beberapa ba"ian. *aitu
&. >an"san"an ?ekanik
N*eri *an" disebabkan karena pen"aruh mekanik seperti tekanan. tusukan /arum. irisan pisau
dan lain$lain.
2. >an"san"an ;ermal
N*eri *an" disebabkan karena pen"aruh suhu. rata$rata manusia akan merasakan n*eri /ika
menerima panas diatas +2 :. dimana mulai pada suhu tersebut /arin"an akan men"alami
kerusakan.
0. >an"san"an Kimia
-arin"an *an" men"alami kerusakan akan membebaskan )at *an" disebut mediator *an"
dapat berikatan den"an reseptor n*eri antara lain bradikinin. serotonin. histamin. asetilkolin
dan prosta"landin. 5radikinin merupakan )at *an" palin" berperan dalam menimbulkan n*eri
karena kerusakan /arin"an. 6at kimia lain *an" berperan dalam menimbulkan n*eri adalah
asam. en)im proteolitik. 6at P dan ionK@ (ion K positi, 1.
Proses $er+adinya (yeri
>eseptor n*eri dalam tubuh adalah u/un"$u/un" sara, telan/an" *an" ditemukan
hampir pada setiap /arin"an tubuh. 7mpuls n*eri dihantarkan ke Sistem Sara, Pusat (SSP1
melalui dua sistem serabut. Sistem pertama terdiri dari serabut AA bermielin halus ber"aris
ten"ah 2$2 Bm. den"an ke#epatan hantaran 3$00 m!detik. Sistem kedua terdiri dari serabut :
tak bermielin den"an diameter 0.+$&.2 Bm. den"an ke#epatan hantaran 0.2$2 m!detik. Serabut
AA berperan dalam men"hantarkan Cn*eri #epatC dan men"hasilkan persepsi n*eri *an" /elas.
ta/am dan terlokalisasi. sedan"kan serabut : men"hantarkan Cn*eri lambatC dan men"hasilkan
persepsi samar$samar. rasa pe"al dan perasaan tidak enak. Pusat n*eri terletak di talamus.
kedua /enis serabut n*eri berakhir pada neuron traktus spinotalamus lateral dan impuls n*eri
ber/alan ke atas melalui traktus ini ke nukleus posteromidal 4entral dan posterolateral dari
talamus. 8ari sini impuls diteruskan ke "*rus post sentral dari korteks otak.
"lasifikasi (yeri
N*eri dapat diklasi,ikasikan berdasarkan beberapa kriteria antara lain
a. Klasi,ikasi n*eri berdasarkan (aktu
N*eri Akut
N*eri *an" ter/adi se#ara tiba$tiba dan ter/adin*a sin"kat
:ontoh N*eri trauma
N*eri Kronis
N*eri *an" ter/adi atau dialami sudah lama
:ontoh Kanker
b. Klasi,ikasi n*eri berdasarkan tempat ter/adin*a n*eri
N*eri Somatik
N*eri *an" dirasakan han*a pada tempat ter/adin*a kerusakan atau "an""uan. bersi,at ta/am.
mudah dilihat dan mudah ditan"ani
:ontoh N*eri karena tertusuk
N*eri Dis#eral
N*eri *an" terkait kerusakan or"an dalam
:ontoh N*eri karena trauma di hati atau paru$paru
N*eri >eperred
N*eri *an" dirasakan /auh dari lokasi n*eri
:ontoh N*eri an"ina.
a. Klasi,ikasi N*eri 5erdasarkan Persepsi N*eri
N*eri Nosiseptis
N*eri *an" kerusakan /arin"ann*a /elas
N*eri neuropatik
N*eri *an" kerusakan /arin"an tidak /elas
:ontoh N*eri *an" diakibatkan oleh kelainan pada susunan sara,
Setelah men"etahui mekanisme n*eri. proses ter/adin*a n*eri. klasi,ikasi n*eri. kita
harus men"etahui pen"obatan n*eri den"an men""unakan anal"etik dan antipiretika *an" akan
dibahas di bab selan/utn*a.
,-. %/*/SA( *ASA#A!
Perkemban"an teknolo"i membuat semua #aban" ilmu pen"etahuan men/adi
landasan dalam kehidupan manusia. ;ermasuk ilmu ,armakolo"i *an" kita pela/ari san"at erat
den"an kehidupan manusia. Kita akan men"etahui pen""olon"an obat /u"a mekanisme ker/a
dari masin"$masin" obat. ?akalah ini membahas anal"etika antipiretika *an" merupakan
ba"ian dari pen""olon"an obat. -enis$/enis obat dari "olon"an anal"etik antipiretik ini sudah
tidak asin" di kalan"an mas*arakat. konsumsi mas*arakat den"an obat anal"etika antipiretika
pun menin"kat.
,-0 $/1/A( P'(/#2SA(
Entuk memenuhi salah satu tu"as mata kuliah 5iomedik D
Entuk men"etahui se"ala sesuatu tentan" n*eri
Entuk mempela/ari /enis$/enis obat anal"etika antipiretika
,-3- *A(4AA$ P'(/#2SA(
8apat memperka*a teori men"enai se"ala sesuatu tentan" n*eri
8apat men"enal berba"ai /enis obat anal"etika antipiretika
&A& 22
$2(1A/A( P/S$A"A
.-, A(A#)'$2"A
.-,-, 5'42(2S2
Anal"etika berasal dari bahasa *unani. *aitu an berarti tanpa. dan al"ia berarti n*eri.
Kesimpulann*a anal"etika adalah obat atau )at *an" dalam dosis teurapeutik dapat
men"uran"i atau menekan rasa n*eri tanpa memiliki ker/a anaestesi umum.
.-,-. PA$6)'('S2S
N*eri adalah suatu "e/ala *an" ber,un"si untuk melindun"i dan memberikan tanda
baha*a tentan" adan*a "an""uan$"an""uan pada tubuh seperti peradan"an. in,eksi$in,eksi
kuman. dan ke/an" otot. Sehin""a sesun""uhn*a rasa n*eri ber"una seba"ai FalarmG bah(a
ada *an" salah pada tubuh. ?isaln*a. saat seseoran" tidak sen"a/a men"in/ak pe#ahan ka#a.
dan kakin*a tertusuk. maka ia akan merasakan rasa n*eri pada kakin*a dan se"era ia
memindahkan kakin*a. ;etapi adakalan*a n*eri *an" merupakan pertanda ini dirasakan san"at
men""an"u apala"i bila berlan"sun" dalam (aktu *an" lama. misaln*a pada penderita kanker.
a- Penyebab timbulnya rasa nyeri
Sebab$sebab rasa n*eri adalah ran"san"an mekanis atau kimia (kalor atau listrik1 *an"
dapat menimbulkan kerusakan$kerusakan pada /arin"an dan melepaskan )at$)at tertentu *an"
disebut mediator n*eri (perantara1. ?ediator ini meran"san" reseptor n*eri *an" terletak di
u/un" sara, bebas dari kulit. selaput lendir dan /arin"an lainn*a dan dari sini ran"san"an
dirasakan seba"ai n*eri.
?ediator$ mediator n*eri *an" terpentin" adalah histamin. serotonin. plasmakinin$
plasmakinin (antara lain bradikinin 1 dan prosta"landin. dan ion$ion kalium. 6at$)at ini
meran"san" reseptor$reseptor n*eri pada u/un" sara, bebas di kulit. selaput lendir. dan
/arin"an. lalu dialirkan melalui sara, sensoris ke susunan s*ara, pusat ( SSP 1 melalui sumsum
tulan" belakan" ke talamus dan ke pusat n*eri di otak besar ( ran"san"an seba"ai n*eri 1. 6at$
)at ini dapat men"akibatkan reaksi radan". ke/an"$ke/an" otot dan men"akti,kan reseptor n*eri.
Prosta"landin dan plasmakinin /u"a dapat berkhasiat 4asodilator kuat. men"akibatkan radan"
dan edema.

Gambar ?ekanisme N*eri dan -alurn*a
a- Penggolongan nyeri
N*eri dapat diklasi,ikasikan berdasarkan beberapa kriteria antara lain
Klasi,ikasi n*eri berdasarkan (aktu
N*eri Akut
N*eri *an" ter/adi se#ara tiba$tiba dan ter/adin*a sin"kat
:ontoh N*eri trauma
N*eri Kronis
N*eri *an" ter/adi atau dialami sudah lama
:ontoh Kanker
Klasi,ikasi n*eri berdasarkan tempat ter/adin*a n*eri
N*eri Somatik
N*eri *an" dirasakan han*a pada tempat ter/adin*a kerusakan atau "an""uan. bersi,at ta/am.
mudah dilihat dan mudah ditan"ani
:ontoh N*eri karena tertusuk
N*eri Dis#eral
N*eri *an" terkait kerusakan or"an dalam
:ontoh N*eri karena trauma di hati atau paru$paru
N*eri >eperred
N*eri *an" dirasakan /auh dari lokasi n*eri
:ontoh N*eri an"ina.
Klasi,ikasi N*eri 5erdasarkan Persepsi N*eri
N*eri Nosiseptis
N*eri *an" kerusakan /arin"ann*a /elas
N*eri neuropatik
N*eri *an" kerusakan /arin"an tidak /elas
:ontoh N*eri *an" diakibatkan oleh kelainan pada susunan sara,
b- Penanganan rasa nyeri
5erdasarkan proses ter/adin*a. rasa n*eri dapat dila(an den"an beberapa #ara. *aitu
?erintan"i pembentukan ran"san"an dalam reseptor n*eri peri,er. oleh anal"etika peri,er atau
anestetika lokal.
?erintan"i pen*aluran ran"san"an n*eri dalam s*ara,$s*ara, sensoris. misaln*a oleh anestetika
lokal.
5lokade pusat n*eri pada SSP den"an anal"etika sentral ( narkotika 1 atau anestetika umum.
.-,-, P'())6#6()A( A(A#)'$2"A
5erdasarkan aksin*a. anal"etika diba"i dalam 2 "olon"an besar
A- A(A#)'$2"A 6P2625 7 A(A)'$2"A (A%"6$2"A
Anal"etika opioid serin" disebut anal"etika sentral. ?emiliki da*a pen"halan" n*eri
*an" kuat sekali den"an titik ker/a *an" terletak di SSP. Emumn*a dapat men"uran"i
kesadaran (men"antuk1 dan memberikan perasaan n*aman (euphoria1. Anal"etik opioid ini
merupakan pereda n*eri *an" palin" kuat dan san"at e,ekti, untuk men"atasi n*eri *an" hebat.
8apat /u"a men*ebabkan toleransi. kebiasaan (habituasi1. keter"antun"an ,isik dan
psikis (adiksi1 dan "e/ala$"e/ala abstinensia bila diputuskan pen"obatan ("e/ala putus obat1.
Karena baha*a dan "e/ala$"e/ala di atas maka pemakaian obat$obat ini dia(asi den"an
seksama oleh 8=PK=S dan dimasukkan kedalam Endan"$undan" Obat 5ius (Narkotika1.
Anal"etika narkoti. kini disebut /u"a opioida (< mirip opiate1 adalah )at *an" beker/a
terhadap reseptor opioid khas di susunan sara, pusat. hin""a persepsi n*eri dan respon
emosional terhadap n*eri berubah (dikuran"i1. ?inimal ada + /enis reseptor. pen"ikatan
padan*a menimbulkan anal"esia. ;ubuh dapat mensintesa )at$)at opioidn*a sendiri. n*akni )at
H)at endorphin *an" /u"a beker/a melalui reseptor opioid tersebut.
;ubuh sebenarn*a memiliki sistem pen"hambat n*eri tubuh sendiri (endo"en1. terutama
dalam batan" otak dan sumsum tulan" belakan" *an" mempersulit penerusan impuls n*eri.
8en"an sistem ini dapat dimen"erti men"apa n*eri dalam situasi tertekan. misaln*a luka pada
ke#elakaan lalu lintas mula$mula tidak terasa dan baru disadari beberapa saat kemudian.
Sen*a(a$sen*a(a *an" dikeluarkan oleh sistem endo"en ini disebut opioid endo"en. 5eberapa
sen*a(a *an" termasuk dalam pen"hambat n*eri endo"en antara lain enke,alin. endor,in. dan
dinor,in.
=ndorphin (mor,in endo"en1 adalah kelompok polipeptidaendo"en *an" terdapat di ::S
dan dapat menimbulkan e,ek *an" men*erupai e,ek mor,in. 6at$)at ini dapat dibedakan antara
I$endor,in. d*nor,in dan enke,alin (*un. =nkephalos < otak1. *an" menduduki reseptor$reseptor
berlainan.se#ara kimia(i )a$)at ini berkaitan den"an kortikotro,in (A:;J1. menstimulasi
pelepasan*a /u"a dari somatotropin dan prolaktin. Sebaikn*a pelepasan LJ dan KSJ dihambat
oleh )at ini. I$endor,in pada he(an berkhasiat menahan pernapasan. menurunkan suhu tubuh
dan menimbulkan keta"ihan. 6at ini berda*a anal"etis kuat. dalam arti tidak merubah persepsi
n*eri. melainkan memperbaiki L9penerimaann*aG. >an"san"an listrik dati ba"ian$ ba"ian tertentu
otak men"akibatkan penin"katan kadar endorphin dalam ::S. ?un"kin hal ini men/elaskan
e,ek anal"esia *an" timbul (selama elektrostimulasi1 pada akupunktur. atau pada stress
(misaln*a pada #edera hebat1. Peristi(a e,ek pla#ebo /u"a dihubun"kan den"an endomor,in.
Opioid endo"en ini berhubun"an den"an beberapa ,un"si pentin" tubuh seperti ,luktuasi
hormonal. produksi anal"esia. termore"ulasi. mediasi stress dan ke"elisahan. dan
pen"emban"an toleransi dan keter"antun"an opioid. Opioid endo"en men"atur homeostatis.
men"apli,ikasi sin*al dari permukaan tubuh ke otak. dan bertindak /u"a seba"ai neuromodulator
dari respon tubuh terhadap ran"san" eksternal.
5aik opioid endo"en dan anal"esik opioid beker/a pada reseptor opioid. berbeda den"an
anal"esik nonopioid *an" tar"et aksin*a pada en)im.
Ada beberapa /enis >eseptor opioid *an" telah diketahui dan diteliti. *aitu reseptor
opioid M. N. O. A. P. (dan *an" terbaru ditemukan adalah N!OK% re#eptor. initiall* #alled the
opioid$re#eptor$like & (O>L$&1 re#eptor or ForphanG opioid re#eptor dan e$re#eptor. namum
belum /elas ,un"sin*a1.
>eseptor M memediasi e,ek anal"esik dan eu,oria dari opioid. dan keter"antun"an ,isik
dari opioid. Sedan"kan reseptor M 2 memediasi e,ek depresan perna,asan.
>eseptor A *an" sekuran"n*a memiliki 2 subtipe berperan dalam memediasi e,ek
anal"esik dan berhubun"an den"an toleransi terhadap M opioid. reseptor N telah diketahui dan
berperan dalam e,ek anal"esik. miosis. sedati,. dan diuresis. >eseptor opioid ini tersebar dalam
otak dan sumsum tulan" belakan". >eseptor A dan reseptor N menun/ukan selekti,itas untuk
ekek,alin dan dinor,in. sedan"kan reseptor M selekti, untuk opioid anal"esi#.
*ekanisme umumnya :
;erikatn*a opioid pada reseptor men"hasilkan pen"uran"an masukn*a ion :a
2@
ke
dalam sel. selain itu men"akibatkan pula hiperpolarisasi den"an menin"katkan masukn*a ion
K
@
ke dalam sel. Jasil dari berkuran"n*a kadar ion kalsium dalam sel adalah ter/adin*a
pen"uran"an terlepasn*a dopamin. serotonin. dan peptida pen"hantar n*eri. seperti #ontohn*a
substansi P. dan men"akibatkan transmisi ran"san" n*eri terhambat.
=ndor,in beker/a den"an /alan menduduki reseptor H reseptor n*eri di susunan sara,
pusat. hin""a perasaan n*eri dapat diblokir. Khasiat anal"esi# opioida berdasarkan
kemampuann*a untuk menduduki sisa$sisa reseptor n*eri *an" belum di tempati endok,in.
;etapi bila anal"etika tersebut di"unakan terus menerus. pembentukan reseptor$reseptor baru
di stimulasi dan pdoduksi endorphin di u/un" sara, pusat dirintan"i. Akibatn*a ter/adilah
kebiasaan dan keta"ihan.
'fek-efek yang ditimbulkan dari perangsangan reseptor opioid diantaranya:
Anal"esik
?edullar* e,,e#t
?iosis
7mmune ,un#tion and Jistamine
Antitussi4e e,,e#t
J*pothalami# e,,e#t
G7 e,,e#t
'fek samping umum
Pada dosis biasa "an""uan lambun" usus (mual. muntah. obstipasi1. e,ek sara, pusat
(ke"elisahan. rasa kantuk. euphoria1. dan lain$lain.
Pada dosis tin""i e,ek *an" lebih berbaha*a seperti sulit berna,as. tekanan darah turun.
sirkulasi darah ter"an""u. koma. dan sampai perna,asan terhenti.
Supresi susunan sara, pusat. misaln*a sedasi. menekan perna,asan dan batuk. miosis.
h*pothermia. dan perubahan suasana /i(a (mood1. Akibat stimulasi la"sun" dari :;6 (:hemo
;ri""er 6one1 timbul mual dam muntah. Pada dosis lebih tin""i men"akibatkan menurunn*a
akti,itas mental dan motoris.
Saluran #erna motilitas berkuran" (obstipasi1. kontraksi s,in"ter kandun" empedu (kolik batu
empedu1.
Saluran uro"enital retensi urin (karena naik nonus dari tonus dan s,in"ter kandun" kemih1.
motilitas uterus berkuran" ((aktu persalinan diperpan/an"1.
Saluran na,as bron#hkontriksi. pena,asan men/adi lebih dan"kal dan ,rekuensi turun.
S*stem sirkulasi 4asodilatasi. h*pertensi dan brad*#ardia.
Jistamine$liberator urti#aria dan "atal$"atal. karena menstimulasi pelepasan histamine.
Kebiasaan den"an resiko adiksi pada pen""unaan lama. 5ila terapi dihentikan dapat ter/adi
"e/ala abstinensia.
P'())6#6()A(
Atas dasar #ara ker/an*a. obat H obat ini dapat diba"i men/adi 0 kelompok. *akni
&. A"onis opiate. *an" dapat diba"i dalam
Alkaloida #andu mor,in. kodein. heroin. ni#omor,in.
6at$)at sintesis metadon dan deri4ate$deri4atn*a (dekstromoramida. propoksi,en.
be)itramida1. petidin dan deti4atn*a (,entanil. su,entanil1 dan tramadol.
:ara ker/a obat$obat ini sama den"an mor,in han*a berlainan den"an potensi dan lama
ker/an*a. =,ek sampin" dan resiko akan kebiasaan den"an keter"antun"an ,isik.
2. Anta"onis opiate nalokson. nalor,in. penta)osin. buprenor,in. dan nalbu,in. 5ila di"unakan
seba"ai anal"etika. obat ini dapat menduduki salah satu reseptor.
0. Kombinasi. )at$)at ini /u"a men"ikat pada reseptor opioid. tetapi tidak men"akti,asi ker/an*a
den"an sempurna.
Endan" H undan" narkotika. 8ikeban*akan Ne"ara.beberapa obat dari kelompok obat ini.
seperti propoksi,en. penta)osin. dan tramadol. tidak termasuk dalam undan" H undan"
narkotika. karena baha*a kebiasaan dan adiksin*a rin"an sekali. Namun. pen""unaann*a
dalam /an"ka (aktu lama tidak dian/urkan. Pada tahun &9QR. propeksi,en di ne"eri 5elanda
dimasukkan dalam Fopium(etG.
P'())/(AA(
;an""a anal"etika. SJO telah men*usun suatu pro"ram pen""unaan anal"etika untuk n*eri
hebat misaln*a pada kanker. *an" men"olon"kan obat dalam 0 kelas. *akni
a. Non$opioida NSA789s. termasuk asetosal dan kodein
b. Opioida lemah d$propoksi,en. tramadol. dan kodein. atau kombinasi parasetamol den"an
kodein
#. Opioida kuat mor,in dan deri4ate H deri,atn*a serta )at H )at sintetis opioid.
?enurut pro"ram ini. pertama$tama obat diberika + dd & " parasetamol. bila e,ekn*a kuran"
beralih ke +$3 dd kodein 00$30 m" (bersama parasetamol1. 5aru bila lan"kah ini tidak
men"hasilkan anal"esi *an" memuaskan. dapat biberikan opioid kuat. Pilihan pertama dalam
hal ini adalah mor,in ( oral. subkutan kuntinu. intra4ena. epidural atau spinal1.
;u/uan utama dari pro"ram ini adalah untuk me"hindari resiko kebiasaan dan adiksi untuk
opioid bila diberikan sembaran"an.
"'!A*2#A( 5A( #A"$AS2
Opioida dapat melintasi plasenta. tetapi dapat di"unakan beberapa (aktu sebelum
persalinan. 5ila diminum terus. )at ini dapat meursak /anin akibat depresi perna,asan dan
memperlambat persalinan. 5an*i dan ibu *an" keta"ihan menderita "e/ala abstinensi. Selama
laktasi. ibu dapat men""unakan opioida karena han*a sedikit terdapat pada air susu ibu.
"'&2ASAA( 5A( "'$'%)A($/()A(
Pen""unaan pada /an"ka (aktu *an" lama pada seba"ian pemakai menimbulkan
kebiasaan dan kete"antun"an. Pen*ebabn*a mun"kin karena berkuran"n*a resoprpsi opioid
atau perombakan !eliminasin*a *an" diper#epat atau bisa /u"a karena penurunan kepekaan
/arin"an. Obat men/adi kuran" e,ekti,. sehin""a diperlukan la"i dosis *an" lebih tin""i la"i untuk
men#apai e,ek semula. Peristi(a ini disebut den"an toleransi dan ber#irikan pula bah(a dosis
tin""i dapat lebih baik diterima tanpa menimbulakn e,ek intoksikasi.
8isampin" keter"antun"an ,isik tersebut dapat pula keter"antun"an psikis. *aitu kebutuhan
mental akan e,ek psikotrop (euphoria. rasa n*aman dan se"ar1 *an" dapat men/adi san"at
kuat. hin""a pasien seolah olah terpaksa melan/utkan pen""unaan obat.
Ge/ala abstinensi selalu timbul bila pen""unaan obat dihentikan ( den"an mendadak1 dan
semula dapat berupa men"uap. berkerin"an hebat dan air mata men"alir. tidur "elisan dan
merasa kedin"inan.. lalu timbul muntah$muntah. diare. ta#h*#ardia. *driasis (pupil membesar1.
tremor. ke/an" otot. penin"katan tensi. *an" dapat disertai den"an reaksi psikis hebat ("elisah.
mudah marah dank e kha(atiran mati1.
=,ek$e,ek ini men/adi pen*ebab men"apa penderita *an" duah keta"ihan sukar sekali
men"hentikan opiate. Guna men"hindari e,ek$e,ek opiate ini. mereka terpaksa melan/utkan
pen""unaann*a.
Keter"antin"an ,isik la)imn*a sudah len*ak dua min""u setelah pen""unaan obat
dihentikan. Keter"antun"an psikis serin""kali san"an erat. maka pembebasan *an" tuntas skar
sekali di#apai.

A($A)6(2S *6%42(
Anta"onis mor,in adalah )at$)at *an" dapat mela(an e,ek$e,ek opioida tanpa men"uran"i
ker/a anal"etisn*a. Tan" palin" terkenal adalah nalokson. naltrekson. dan nalor,in. Obat ini
di"unakan terutama pada o4erdose intoksikasi. Khasiat anta"onisn*a diperkirakan berdasarkan
pen""eseran opioda dari tempatn*a di reseptor$reseptor otak. Anta"onis mor,in /u"a berkhasiat
anal"etis. tetapi tidak di"unakan dalam terapi karena khasiatn*a lemah an e,eksampin"n*a
mirip mor,in (depresi perna,asan. reaksi psikotis1.
*aam-maam obat Analgesik 6pioid :
a. ?or,in (K.71 ?S :ontin. kapanol.
:andu atau opium adalah "etah *an" dikerin"kan dan diperolah dari tumbuhan papa4er
somni,erum (Lat < men*ebabkan tidur1 mor,in men"andun" 2 kelompok alkaloida *an" se#ara
kimia san"an berlainan. Kelompok ,enantren meliputi mor,in. kodein dan tebain. Kelompok
kedua adalah isokinolin den"an struktur kimia(i dan khasian amat berlainan (antara lain non$
narkotis1. *akni papa4erin. nosapin ( < narkotin1. dan narsein. 6at ini berkhasiat anal"etis
san"an kuat. la"i pula memiliki /enin ker/a sentral lainn*a . antara lain sedati4e dan hipnotis.
menimbukakn euphoria. menekan perna,asan. dan men"hilan"kan e,ek batuk. *an" semuan*a
berdasarkan supresi susunan sara, pusat (SSP1. ?or,in /u"a menimbulakn e,ek stimulasi SSP.
misaln*a miosis (pe#iutan pupil mata1. mual. muntah$muntah. eksitasi. kon4ulsi. =,ek peri,ern*a
*an" pentin" adalah obstipasi. retensi kemih. dan 4asodilatasi pembuluh kulit.
Pen""unaann*a khusus pada n*eri kuat kronis dan akut. seperti pas#a$bedah dan setekah
in,ark /antun". /u"a pada ,ase terminal dari kanker. 5an*ak di"unakan seba"ai tablet retard
untuk memperpan/an" ker/an*a (?S :ontin. kapanol1.
>esorpsin*a di usus baik. tetapi 5A n*a han*a #a 22 U akibat KP= besar. mulai ker/an*a
setelah &$2 /am dan bertahan samai Q /am. >esorpsi dari suppositoria umumn*a sedikin lebih
baik. se#ara s.#.!i!m baik sekali. PP n*a 02U dalam hati )at ini diubah men/adi Q0U dalam
bentuk "lukuronida. dan han*a seba"ian ke#il ( 0U1 dari /umlah ini terdiri dari mor,in$3$
"lukuronida. den"an ker/a anal"etis lebih kuat. =kskresin*a melalui kemih. empedu den"an
siklus enterohepatis. dan tin/a.
AN;78O;A. Pada intoksikasi di"unakan anta"onis mor,in seba"ai antidotum. *akni nalokson
8osis de(asa oral 0$3 dd &0$20 m" "aram$J:l. s.#!i.m. 0$3 dd 2$20 m".
Anak$anak oral 2 dd 0.&$0.2 m"!k".
Sediaan
a. Pul4. Opii &0U mor,in
b. Pul4. 8o4eri &U mor,in @ >ad. 7pe#a#uanhae @ K2SO+.
#. A#ido4 77 p. 8o4eri&20 m" @ salamid 020 m".
d. Jeroin (diamor,in. diasetilmor,in1 adalah turunan semi$sintesis den"an ker/a anal"etis *an" 2
kali lebih kuat. tetapi men"akibatkan adiksi *an" #epat dan hebat sekali. 8en"an alas an ini
heroin tidak di"unakan la"i dalam terapi. tetapi san"at disukain sekali oleh para pe#andu dru".
b. ?etadon amidon. s*moron
6at sintetis ini (&9+Q1 adalah suatu #ampuran rasemis. *an" memiliki da*a anal"etik dua
kali lebih kuat dari pada mor,in. dan berkhasiat anastetik lo#al.
7ndikasi 8etoksi,ikasi keter"antun"an mor,in. n*eri hebat pada pasien *an" di ra(at di
rumah sakit.
>esorpsin*a di usus baik. PP$n*a 90U plasma$t$&!2$n*a rata$rata 22 /am dan e,ekn*a
dapat bertahan sampai +R /am pada terapi pemeliharaan ba"i para pe#adu. Emumn*a metadon
tidak menimbulkan euro,ia. sehin""a ban*ak di"unakan untuk men"hindari "e/ala abstinensi
setelah pen"hentian pen""unaan )at opioida *an" lain. Khusus di"unakan seba"ai )at
pen""anti heroin dan mor,in pada terapi subtitusi para #andu.
=,ek sampin"n*a kuran" hebat dari mor,in terutama e,ek hipnotis dan eu,orian*a lemah.
tetapi bertahan lebih lama. Pen""unaan lama /u"a menimbulkan adiksi *an" lebih mudah
disembuhkan. =,ek obstipasin*a a"ak rin"an tetapi pen""unaann*a selama selama persalinan
harus den"an hati$hati karena dapat menekan perna,asan.
8osis pada n*eri oral +$3 dd 2.2 $&0 m" "aram J:l. maksimum &20 m"!hari. ;erapi
pemeliharaan pe#andu permulaan 20$00 m". setelah 0$+ /am 20 m". lalu & dd 20$&00 m"
selama 3 bulan.
V8ekstromoramida (pat,ium1 adalah opioid sintetis (&9231 *an" rumusn*a mirip
metadon. Khasiat anal"etisn*a lebih kuat sedikit dari pada mor,in. ?ulai ker/an*a #epat.
e,ekn*a setelah 20$00 menit. dan bertahan lebih sin"kat. #a 0 /am. 8epresi perna,asann*a lebih
kuat dibandin"kan mor,in. pada dosis biasa dapat te/adi apnoe. be"itu pula e,ek adiksin*a.
;idak la*ak untuk pen"obatan n*eri kronis. =,ek sedasi dan obstipasin*a lebih rin"an
8osis oral. s.#. atau i.m. 0$+ dd 2.2$2 m" seba"ai hidro"entartrat.
=,ek tak diin"inkan
8epresi pernapasan
Konstipasi
Gan""uan SSP
Jipotensi ortostatik
?ual dan muntah pada dosis a(al
b. Kentanil ,etan*l. duro"esi#. V;halamonal.
8eri4ate pi4eridin ini (&9301 merupakan turunan dari petidin (dolnatin1 *an" /aran" di"unakan
la"i karena e,ek sampin" dan si,at adiksin*a. =,ek anal"enis a"onis opiate ini R0x lebih kuat
dari pada mor,in. ?ulai ker/an*a #epat. *aitu 2$0 menit (i.4.1. tetapi sin"kat han*a #a 00 menit.
7ndikasi ?edikasi praoperasi *an" di"unakan dalan anastesi dan in,a#k /an"tun".
=,ek sampin"n*a mirip mor,in. termasuk de,resi perna,asan. bron#hospasme. dan kekakuan
otot (thorax1. 6at ini /aran" menimbulkan pen"hambatan sirkulasi. *akni penurunan #ardia#k
output dan brad*#ardia.
8osis pada in,ark i.4. 0.02 m" @ 2.2 m" droperidl (thalamonal1. bila perlu diulan" setelah
seten"ah /am. Plester (duro"eni#1 melepaskan se#ara konstan mor,in selama Q2 /am.
Su,entanil (su,ental,orte1 adalah deri4at (&9R&1 den"an da*a anal"etis #a &0x lebih kuat.
Si,at dan e,ek sampin"n*a sama den"an ,entanil. 6at ini terutama di"unakan pada (aktu
anestesi dan pas#a bedah. /u"a pada (aktu his dan persalinan (dikombinasi den"an suatu
anestetikum1.
8osis pada (aktu his dan persalinan epidural &0 m#" bersama bupi4akain. bila perlu
diulan" 2 kali.

b. kodein (K.7.1 ?etilmor,in. V:odipront
Alkaloida #andu ini memiliki khasiat *an" sama den"an indukn*a. tetapi lebih lemah
misaln*a e,ek anal"etisn*a 3$Q x kuran" kuat. =,ek sampin" dan resiko adiksin*a lebih rin"an.
sehin""a serin" di"unakan seba"ai obat batuk dan obat antin*eri. *an" diperkuat melalui
kombinasi dena"n parasetamol!asetasal. Obstipasi dan mual dapat ter/adi teruatama pada
dosis lebih tin""i (diatas 0 dd 20 m"1. resorpsi oral dan re#tal baikW didalam hati obat ini diubah
/adi narkodein dan mor,in (&0U1. =kskresin*ale(at kemih deba"ai "lukuronoda dan &0U se#ara
utuh. Plasma$t& ! 2$n*a 0$+ /am.
8osis pada n*eri oral 0$3 dd &2$30 m" "aram$J:l. anak$anak diatas & tahun 0$3 dd 0.2
m"!k". pada batuk +$3 dd &0$20 m". maksimal &20 m"!hari. anak$anak +$3 dd & m"!k".
V=tilmor,in (8ionin1 adalah deri4ate den"an khasiat anal"etis dan hipnotis lebih lemah.
pen"hambatann*a terhadap perna,asann*a pun lebih rin"an. Entuk menekan batuk. obat ini
kuran" e,ekti, dibandin"kan den"an kodein. tetapi dahulu ban*ak di"unakan dalam sediaan
batuk.
Vnoskapin (narkotin. lon"antin. mer#otin. neo#odin1 adalah alkaloida #andu lain. tanpa
si,at narkotis. *an" lebih e,ekti, seba"ai obat batuk
8osis pada anak$anak 2$0 dd &20 m". maksimum 200 m"! hari

#. ;ramadol tramal
8eri4at sikloheksanol ini (&9QQ1 adalah #ampuran rasemis dari 2 isomer. Khasiat
anal"etisn*a sedan" dan berda*a men"hambat reuptake noradrenalin dan antitusi, (anti$batuk1.
Obat ini diseba"ian ne"ara sian""ap seba"ai anal"etikum opiat karena beker/a sentral. *akni
melalui pendudukan reseptor opioid. ?eskipun demikina )at ini tidak menekan perna,asan.
praktis tidak mempen"anruhi sistem kardio4askuleratau motilitas lambun"$usus. ;ramadol
di"unakan untuk sakit n*eri menen"ah hin""a parah. Sediaan tramadol pelepasan lambat
di"unakan untuk menan"ani n*eri menen"ah hin""a parah *an" memerlukan (aktu *an" lama.
Salaupun memiliki si,at adiksi rin"an tetapi dalam praktek tern*ata rasikon*a praktis nihil
sehin""a tidak termasuk da,tar narkotika di keban*akan ne"ara deperti AS. G5. 5>8. S(is.
S(edia. -epan". termasuk 7ndonesia. =,ek anal"etis dari &20 m" tramadol oral setara, den"an
00$30 m" mor,in. Pen""unaann*a oral. rektal. dan parental untuk n*eri sedan" sampai hebat.
bila kombinasi parasetamol$kodein dan NSA78s kuran" e,ekti, atau tidak dapat di"unakan.
Entuk n*eri akut atau pada kanker pada umumn*a mor,in lebih ampuh.
>esorpsin*a di usus #epat dan tuntas den"an 5A rata$rata QRU. plasma$t$&!2$
n*a 3 /am. =,ekn*a dimulai sesudah & /am dan dapat bertahan hin""a 3$R /am. 8alam hati .
seba"ian besar )at diuraikan men/adi antara lain metabolit den"an da*a ker/a 3 kali lebih kuat.
=kskresin*a berlan"sun" le(at urin. untuk &0U se#ara utuh.
=,ek sampin"n*a tak be"itu berat dan serin" berupa terman"u$man"u.
berkerin"at. pusin". mual dan muntah. /u"a obstipasi. "atal$"atal. rash. n*eri kepala dan rasa
letih. >esiko habituasi. keter"antun"an dan adiksi dian""ap rin"an. Namun tidak di an/urkan
pen""unaann*a oleh penderita den"an se/arah pen"alah"unaan dru"s.
8anita hamil dan menyusui- Opioda dapat melintasi plasenta dan sebe"itu /auhdiketahui
tidak meru"ikan /anin bila di"unakan /auh sebelum partus. Jan*a o.&U dari dosis masuk
kedalam air susu ibu. ?eskipun demikian. tramadok tidak dian/urkan selama kehamilan dan
laktasi.
5osis: di atas &+ tahun 0$+ dd 20$&00 m". maksimum +00 m" sehari. Anak$anak diats & tahun
0$+ dd &$0 m"!k".
?inumlah tramadol sesuai dosis *an" diberikan. /an"an minum den"an dosis lebih besar atau
lebih lama dari *an" diresepkan dokter. -an"an minum tramadol lebih dari 000 m" sehari.
d. Nalokson nar#an
Anta"onis mor,in ini memiliki rumus mor,in den"an "u"us alil pada atom N
(&9391. 6at ini dapat meniadakan semua khasiat mor,in dan opioida lain*a. terutama depresi
perna,asan tanpa men"uran"i e,ek anal"etisn*a. Penekanan pernapasan dari obat$obat
depresi SSP lain ( barbital. siklopropan. eter1 tidak ditiadakan. tetapi /u"a tidak diperkuat seperti
nalor,in. 5ila madiri tidak memiliki ker/a a"onistis (anal"etis1. Pen""unaann*a seba"ai
antidotum pada o4erdose opioida (dan barbital1. paska operasi untuk men"atasi depresi
pernapasan oleh opioid. Atau se#ara dia"nostis untuk menentukan adiksi sebalum dimulai
den"an pen""unaan naltrexon.
Kinetik. Setelah in/eksi i.4. sudah bere,ek setelah 2 menit. *an" bertahan &$+
/am. plasma$t$&!2$n*a han*a +2$90 menit. lama ker/an*a lebih sin"kat dari opioida. maka
la/imn*a perlu diulan" beberapa kali.
=,ek sampin"n*a dapat berupa ta#h*#arsia (setelah bedah /antun"1. /aran"
reaksi aler"i den"an sho#k dan edema paru$paru.
Pada penan"kalan e,ek opioida terlalu pesat dapat men/adi mual. muntah.
berkerin"at. pusin"$pusin". hipertensi. tremor. seran"an epilepsi. dan berhentin*a /antun".
8osis pada o4erdose opioida. intra4ena permula 0.+ m". bila perlu diulan" setiap 2$0 menit.
V Nalor,in (alilnormor,in1 adalah )at induk nalokson (&9221 den"an khasiat sama.
ke#uali /u"a berkhasiat anal"esik lemah.
6at ini mampu meniadakan depresi eXpernapasan *an" hebat oleh opioida. tetapi /ustru
memperkuat depresi *an" bersi,at rin"an. atau akibat opioida den"an ker/a #ampuran (a"onistis
dan anta"onistis1 dan )at$)at sentral lain. Oleh karena itu. )at ini han*a di"unakan pada
operdose opioida bila nalokson tidak tersedia.
8osis pada o4erdose s.#.!i.m.!i.#. 2$&0 m" bila perlu diulan" setelah &0$&2 menit sampai
maksimum +0 m" sehari.
V Naltrekson (Nalorex1 adalah deri4at nalokson dimana "u"us alil di"anti den"an
siklopropil (&9R21. Si,atn*a anta"onis murni *an" tidak men"akibatkan toleransi atau
keter"antun"an ,isik dan psikis. 8alam hati )at ini diubah men/adi metabolit akti, 3I$naltreksol
*an" terutama diekresi melalui kemih. Naltrekson men"alami siklus enterohepatis. masa
paruhn*a +$&2 /am.
Pen""unaann*a terutama untuk men"hambat e,ek$e,ek opioida berdasarkan pen"ikatan
kompetiti, pada reseptor opioida dan seba"ai obat antiketa"ihan heroin. Pada pe#andu obat
opiat dapat menimbulkan "e/ala abstinensi hebat dalam (aktu 2 menit. *an" dapat bertahan +R
/am. Obat ini han*a boleh diberikan setelah pen"hentian heroin ! mor,in atau metadon
sekuran"$kuran"n*a masin" H masin" Q dan &0 hari.
8osis permulaan 22 m". bila tidak men/adi e,ek abstinensi setelah & /am diulan" den"an 22
m". Lalu
e. Penta)o#in Kortral
6at sintetis ini diturunkan dari mor,in (&93+1. dimana #in#in ,enantren di"anti oleh
na,talen. Gu"us$N$allil memberika e,ek anta"onis terhadap opioida lainn*a. Khasiatn*a
bera"am. *akni disampin" anta"onis lemah. /u"a merupakan a"onis parsiil. Khasiat
anal"etisn*a sedan" sampai kuat. lebih kuran" antara kodein dan petidin 0 H 3 kali lebih lemah
dari pada mor,in. 8i AS serin" disalah"unakan dalam kombinasi den"an antihistaminika dan
nalokson.
>esorpsin*a diusus baik. tetapi 5A han*a #a 20U akibat KP= besar. ?ulai
ker/n*a #epat. setelah &2$00 menit dan bertahan minimal 0 /am. =,ek rektaln*a sama den"an
pen""uaan oral. PPn*a 30U plasma$t$&!2$n*a 2$0 /am. 8alam hati )at ini diubah men/adi
metabolit *an" diekresi terutama le(at kemih.
8osis pada n*eri sedan" H kuat 0$+ dd 20$&00 m". maksimal 300 m" sehari.
,. Kanabis Vmarihuana. Vhashi).. (eed. "rass
Pu#uk den"an kemban" dan buah$buah muda *an" dikerin"kan dari
bentuk(anita tumbuhan #annabis sati4a (Asia 5arat1. Kandun"ann*a 0.0U min*ak atsiri
den"an )at$)at terpen. terutama tetrahidrokanabinol (;J:1. 6at ini ban*ak khasiat
,armakolo"isn*a. *an" terpentin" diantaran*a adalah sedati,. hipnotis. dan anal"etis. antimual
dan spasmolitis.
Khasiat anal"etis pada ;J: ter/adi di batan" otak. dimana terletak pula titik ker/a
dari opioida. Jan*a mekasime ker/an*a *an" berlainan. reseptor mor,in tidak meme"an"
peranandan nalokson tiak mela(an e,ek anal"etisn*a. 8isampin" itu amban" n*eri diturunkan.
8ahulu meski /aran" kanabis di"unakan seba"ai obat tidur. sedati,um. dan spasmolotikum pada
tetanus. umumn*a dalam bentuk ekstrak 2$0 dd 00$20 m". Sekaran" kanabis ban*ak
disalah"unakan seba"ai )at pen*e"ar narkotik. Akhir$akhir ini mulai di"unakan la"i den"an e,ek
seba"ai anti emetikum dan anal"etikum. pada kan"ker. stimulans na,su makan pada penderita
A78S. an obat relaksasi ke/an"!otot pada ?S.
". 8olantin
?erupakan )at sintetis . se#ara kimia lebih men*erupai atropin daripada mor,in. ?emiliki
si,at spasmolitik. sedan"kan si,at menekan terhadap pusat batukn*a sama den"an mor,in.
h. 8ihidromor,in dan 8ilaudid
Adalah turunan mor,in den"an khasiat anal"etikn*a kuran" lebih 2 kali mor,in. tetapi /an"ka
(aktu beker/an*a lebih pendek dan khasiat membiusn*a lebih lemah.
A- A(A#)'$2"A (6( (A%"6$2"A
Obat$obat ini dinamakan anal"etika peri,er karena tidak mempen"aruhi susunan sara,
sentral. tidak menurunkan kesadaran dan tidak men"akibatkan keta"ihan.
Pen""unaan Obat Anal"etik Non$Narkotik atau Obat Anal"esik Peri,er ini #enderun"
mampu men"hilan"kan atau merin"ankan rasa sakit tanpa berpen"aruh pada sistem susunan
sara, pusat atau bahkan hin""a e,ek menurunkan tin"kat kesadaran. Obat Anal"etik Non$
Narkotik ! Obat Anal"esik Peri,er ini /u"a tidak men"akibatkan e,ek keta"ihan pada pen""una
(berbeda haln*a den"an pen""unanaan Obat Anal"etika /enis Anal"etik Narkotik1.
Obat$obatan dalam kelompok ini memiliki tar"et aksi pada en)im. *aitu en)im
siklooksi"enase (:OY1. :OY berperan dalam sintesis mediator n*eri. salah satun*a adalah
prosta"landin. ?ekanisme umum dari anal"etik /enis ini adalah men"eblok pembentukan
prosta"landin den"an /alan men"inhibisi en)im :OY pada daerah *an" terluka den"an
demikian men"uran"i pembentukan mediator n*eri . ?ekanismen*a tidak berbeda den"an
NSA78 dan :OY$2 inhibitors.
=,ek sampin" *an" palin" umum dari "olon"an obat ini adalah "an""uan lambun" usus.
kerusakan darah. kerusakan hati dan "in/al serta reaksi aler"i di kulit. =,ek sampin" biasan*a
disebabkan oleh pen""unaan dalam /an"ka (aktu lama dan dosis besar. oleh karena itu
pen""unaan anal"etika se#ara kontinu tidak dian/urkan.
Kerusakan lambun" usus ("olon"an salisilat dan p$amino,enol1
Kerusakan darah seperti leukopenia. a"ranulositosis ("olon"an salisilat. p$amino,enol. pira)olon
dan antranilat1
Kerusakan hati dan "in/al. khususn*a deri4ate p$amino,enol
7nteraksi. keban*akan anal"etik memperkuat e,ek koa"ulasi antikoa"ulansia. ke#uali
parasetamol dan "la,enin. Kedua obat ini pada dosis biasa dapat dikombinasi den"an aman
untuk (aktu maksimal 2 min""u.

(onopioid
Analgetika non narkotika memiliki daya ker+a :
Khasiat antipiretik menurunkan suhu badan pada saat demam (anal"etika1.
Khasiat berdasarkan ran"san"an terhadap pusat pen"atur kalor di hipotalamus. men"akibatkan
4asodilatasi peri,er di kulit den"an berbaha*an*a pen"eluaran kalor disertai keluarn*a ban*ak
kerin"at . ?isaln*a Parasetamol. Amino,ena)on. dan lain$lain.
Khasiat anti ,lo"istik anti radan" atau anti in,lamasi.
Anti radan" sama kuat den"an anal"etik di"unakan seba"ai anti n*eri atau rematik.
:ontoh Asetosal. Amidopirin. 7bupro,en. dan Asam ?e,enamat.
Anti radan"n*a lebih kuat Kenilbuta)on. Ni,luminat. ?etia)inan. dan lain$lain.
5eker/a anal"etik /ika serentak terdapat peradan"an . antara lain 7ndometa)in dan
5en)idamin.
Penggolongan obat analgetika non narkotika :
Se#ara kimia(i. anal"etika peri,er dapat diba"i dalam beberapa kelompok. *akni
&. Parasetamol
2. Salisilat asetosal. salisilamida. dan benorilat
0. Pen"hambat prosta"landin (NSA8s1. ibupro,en. dan lain$lain
+. 8eri4ate$deri4at antranilat me,enaminat. asam ni,lumat "la,enin. ,lokta,enin
2. 8eri4ate$deri4at piri)olinon amino,ena)on. isopropil,ena)on (Vmi"rant. Vsedanal1.
isopropilamino,ena)on
3. Lainn*a ben)idamin
V #o$anal"etika adalah obat *an" khasiat dan indikasi utaman*a bukanlah men"halau
n*eri. *akni NSA8s (Non Sterois Anti 7n,lamantor* 8ru"s1. antisedati4a trisiklis (amitriptilin1. dan
antiepileptika (karmama)epin. 4alproat1. Obat H obat ini di"unakan tun""al atau kombinasi
den"an anal"etika lain pada keadaan H keadaan tertentu seperti pada n*eri akibat peradan"an
dan neuropatik.
Penggunaan
obat ini mampu nerin"ankan atau me"hilan"kan rasa n*eri. tanpa mempen"aruhi SSP
atau menurunkan kesadaran. /u"a tidak menimbulkan keta"ihan. Keban*akan )at ini /u"a
berda*a antipiretis dan atau antiradan". Oleh karena itu obat ini tidak han*a di"unakan untuk
obat n*eri melainkan pula pada "an""uan demam (in,eksi 4irus!kuman. salesma. pilek1 dan
peradan"an seperti rema dan en#ok. Obat ini ban*ak di"unakan pada n*eri rin"an sampai
sedan". *an" pen*ebabn*a beraneka ra"am misaln*a n*eri kepala. "i"i. otot atau sendi (rema.
en#ok1. perut. n*eri haid (d*smenorroe1. n*eri akibat benturan atau ke#elakaan (trauma1. Entuk
kedua n*eri terakhir. NSA78s lebih la*ak. Pada n*eri lebih berat. seperti n*eri setelah
pembedahan atau ,raktur (tulan" patah1 ker/an*a kuran" e,ekti,.
9 5aya antipiretisnya, berdasar ran"san"an terhadap pusat pen"atur kalor di hipotalamus.
*an" men"akibatkan 4asodilatasi peri,er (dikulit1 den"an bertambahn*a pen"eluaran kalor dan
disertai keluarn*a ban*ak kerin"at.
95aya antiradangnya (antifogistis), keban*akan anal"etika memiliki da*a antiradan".
khususn*a kelompok barat dari )at$)at pen"hambat prosta"landin. (NSA78. termasuk asetasol1.
be"itu pula ben)idamin. 6at$)at ini ban*ak di"unakan untuk rasa n*eri *an" disertai dan
peradan"an.
9"ombinasi dari dua atau lebih anal"etika serin" kali di"unakan. karena ter/adi e,ek potensiasi.
La"i pula e,ek sampin"n*a. *an" masin"$masin" terletak dibidan" *an" berlainan. berkuran"
karena dosisn*a masin"$masin" dapat diturunkan. Kombinasi anal"etika den"an ko,ein dan
kodein serin" kali dibuat. khususn*a dalam sediaan den"an parasetamol dan asetasol.
"ehamilan dan #aktasi
Jan*a parasetamol *an" dian""ap aman ba"i (anita hamil dan men*usui. meskipun
dapa men#apai air susu. Asetasol dan salisilat. NSA78s dan metama)ol dapat men""an""u
perkemban"an /anin. sehin""a sebaikn*a dihindari. 8ari amino,ena)on dan propi,ena)on belum
terdapat #ukup data.
*aam-maam obat Analgetika (on-(arkotika :
a. 7bupro,en
7bupro,en merupakan de4irat asam propionat *an" diperkenalkan ban*ak ne"ara. Obat ini
bersi,at anal"esik den"an da*a antiin,lamasi *an" tidak terlalu kuat. =,ek anal"esikn*a sama
den"an aspirin. 7bu hamil dan men*usui tidak di an/urkan meminum obat ini.

b. Para#etamol asetamino,en. panadol. ;*lenol. tempra. Vnipe
8eri4ate asetanilida ini adalah metabolit dari ,enasetin. *an" dahulu ban*ak di"unakan
seba"ai anal"etikum. tetapi pada tahun &9QR telah ditarik dari peredaran karena e,ek
sampin"n*a (ne,rotoksisitas dan karsino"en1. Khasiatn*a anal"etis dan antipiretis. tetapi tidak
antiradan". 8e(asa ini pada umumn*a dian""ap seba"ai )at antin*eri *an" palin" aman. /u"a
untuk s(amedikasi (pen"obatan mandiri1. =,ek anal"etisn*a diperkuat oleh ko,ein den"an kira$
kira 20U dan kodein.
>esorpsin*a dari usus #epat dan praktis. se#ara re#tal lebih lambat. PP$n*a #a 22U.
plasma$t&!2$n*a &$+ /am. Antara kadar plasma dan e,ekn*a tidak ada hubun"an. 8alam hati )at
ini diuraikan men/adi metabolit$metabolit toksis *an" dieksresi den"an kemih dXseba"ai
kon*u"at$"lukuroni$da dan su,at.
=,ek sampin" tak /aran" ter/adi. antara lain reaksi h*persensiti4itas dan kelainan darah.
Pada pen""unaan kronis dari 0$+ " sehari dapat ter/adi kerusakan hati. pada dosis diatas 3 "
men"akibatkan nekrosis hati *an" tidak re4ersible. Jepatoksisitas ini diakibatkan oleh
metabolit$metabolitn*a. *an" pada dosis normal dapat ditan"kal oleh "lutathione (suatu
tripeptida den"an HSJ1. Pada dosis diatas &0 ". persediaan peptide tersebut habis dan
metabolit$metabolit men"ikat pada protein den"an HSJ di sel$sel hati dan ter/adilah kerusakan
irre4ersible. 8osis dari 20 " sudah bere,ek ,atal. o4erdose bias menimbulkan antara lain mual.
muntah dan anorexia.penan""ulan"ann*a den"an #u#i lambun". /u"a peru diberikan )at$ )at
pena(ar (asam amino N$asetilsistein atau metionin1 sedini mun"kin. sebaikn*a dalam R$&0 /am
setelah intoksikasi.
7nteraksi. Pada dosis tin""i dapat memperkuat e,ek antikoa"ulansia dan pada dosis biasa
tidak interakti,. ?asa paruh kloampenikol dapat san"at diperpan/an". Kombinasi den"an oabt
A78S )ido4udin menin"katkan resiko akan neutropenia.
8osis untuk n*eri dan demam oral 2$0 dd 0.2 $& . maksimal +"!hari. pada pen""unaan
kronis maksimal 2.2 "!hari. Anak Hanak +$3 dd &0 mh!hari *akni rata$rata usia 0$&2 bulan 30
m". &$+ tahun &20$&R0 m". +$3 tahun &R0 m". Q$&2 tahun 2+0$030 m". +$3 kali sehari. >e#tal
20 mh ! k" tiap kali. de(asa + dd 0.2$& ". anak$anak usia 0$&2 bulan 2$0 dd &20 m". &$+ tahun
2$0 dd 2+0 m". 2$3 tahun + dd 2+0 m". dan Q$&2 tahun 2$0 dd 0.2 ".

#. Asam ?e,enamat
Asam me,enamat di"unakan seba"ai anal"esik. Asam me,enamat san"at kuat terikat pada
protein plasma. sehin""a interaksi den"an obat antikoa"ulan harus diperhatikan. =,ek sampin"
terhadap saluran #erna serin" timbul misaln*a dispepsia dan "e/ala iritasi lain terhadap mukosa
lambun".
d. Asam asetil salisilat
8ari semua sen*a(a salisilat. asetosal memiliki khasiat anal"etik. antipiretik. dan anti
,lo"istik *an" terkuat. ?aka ban*ak di"unakan dalam se"ala ma#am preparat untuk mela(an
demam. in,luen)a. sakit kepala. oto. sendi. "i"i dan lainn*a. namun untuk n*eri di dalam (or"an$
or"an1 kuran" e,ekti,. Entuk rematik. pen"hambat prosta"landin ini serin" dian""ap seba"ai
obat pilihan pertama. meskipun ban*ak obat rematik baru telah dikeluarkan.
=,ek sampin" *an" serin" ter/adi adalah iritasi mukosa lambun" den"an ter/adin*a borok
lambun" dan kehilan"an darah okult (tersembun*i1. =,ek$e,ek ini lumrah sekali pada )at$)at
*an" berkhasiat anti radan" dan dapat dikuran"i den"an pen""unaan bersamaan den"an
antasida atau den"an men""unakan "aram kalsium (As#al1 *an" mudah larut atau pula
seba"ai tablet enteri# #oated *an" baru melarut (pe#ah1 dalam usus.
Selain itu Asetosal memperban*ak keluarn*a kerin"at dan pada dosis lebih tin""i dari
normal dapat men"akibatkan tinnitus (suara ber"ema di telin"a1. "an""uan pada perna,asan
(hiper4entilasi1. /u"a men"i"au.
Natrium salisilat. berkhasiat lebih lemah dari asetosal. maka dosisn*a harus lebih tin""i. e,ek
sampin"n*a lebih kuran" sama den"an Asetosol. terke#uali tidak men"uran"i ter"umpaln*a
pelat$pelat darah namun han*a pada dosis tin""i (rematik1 dapat memperpan/an" (aktu
protrombin.
Salisilamida. adalah turunan salisilat. *an" /u"a lebih lemah dari asetosal khasiat anal"etikn*a.
la"i pula e,ekn*a tidak dapat di per#a*a. Lebih serin" men""an""u pen#ernaan. pendarahan
okult lebih rin"an. 8i dindin" usus men"alami KP= (Kirst Pass =,,e#t < pen"urain1 *an" besar.
maka dosisn*a harus tin""i. 8alam tubuh tidak dirombak men/adi salisilat.
e. Amino,ena)on (Aminopirin1
8eri4at pira)olon ini memiliki khasiat anal"etik. antipiretik dan anti,lo"istik *an" kuat sekali
dan di"unakan pada n*eri hebat (den"an radan"1 *an" tidak dapat di kendalikan oleh asetosal
atau parasetamol. ?ula ker/an*a lebih #epat dari pada salisilat. Jampir tidak di"unakan seba"ai
obat rematik.
.-, A($2P2%'$2"A
.-.-, 5'42(2S2
Obat antipiretik adalah obat untuk menurunkan demam. Pada umumn*a demam adalah
suatu "e/ala dan bukan merupakan pen*akit tersendiri. Kini para ahli berpendapat bah(a
demam adalah suatu reaksi tan"kis *an" ber"una ba"i tubuh terhadap in,eksi. Pada suhu
diatas 0Q
o
: lim,osit dan makro,a" men/adi lebih akti,. Suhu melampaui +0$+&
o
:. barulah ter/adi
situasi kritis *an" bisa men/adi ,atal. karena tidak terkendalikan la"i oleh tubuh.
Jan*a menurunkan temperatur tubuh saat panas tidak bere,ekti, pada oran" normal.
8apat menurunkan panas karena dapat men"hambat prostat"landin pada :NS.
.-.-. 1'(2S 6&A$ A($2P2%'$2"A
&. 5enor*late
5enor*late adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini di"unakan
seba"ai obat antiin,lamasi dan antipiretik. Entuk pen"obatan demam pada anak obat ini beker/a
lebih baik dibandin" den"an parasetamol dan aspirin dalam pen""unaan *an" terpisah. Karena
obat ini deri4at dari aspirin maka obat ini tidak boleh di"unakan untuk anak *an" men"idap
Sindrom >e*e.
2. Kentan*l
Kentan*l termasuk obat "olon"an anal"esik narkotika. Anal"esik narkotika di"unakan
seba"ai pen"hilan" n*eri. 8alam bentuk sediaan in/eksi 7? (intramuskular1 Kentan*l di"unakan
untuk men"hilan"kan sakit *an" disebabkan kanker.
?en"hilan"kan periode sakit pada kanker adalah den"an men"hilan"kan rasa sakit
se#ara men*eluruh den"an obat untuk men"ontrol rasa sakit *an" persisten!menetap. Obat
Kentan*l di"unakan han*a untuk pasien *an" siap men""unakan anal"esik narkotika.
Kentan*l beker/a di dalam sistem s*ara, pusat untuk men"hilan"kan rasa sakit.
5eberapa e,ek sampin" /u"a disebabkan oleh aksin*a di dalam sistem s*ara, pusat. Pada
pemakaian *an" lama dapat men*ebabkan keter"antun"an tetapi tidak serin" ter/adi bila
pemakaiann*a sesuai den"an aturan.
Keter"antun"an biasa ter/adi /ika pen"obatan dihentikan se#ara mendadak. Sehin""a
untuk men#e"ah e,ek sampin" tersebut perlu dilakukan penurunan dosis se#ara bertahap
den"an periode tertentu sebelum pen"obatan dihentikan.
0. Pira)olon
8i pasaran pira)olon terdapat dalam antal"in. neural"in. dan no4al"in. Obat ini amat
man/ur seba"ai penurun panas dan pen"hilan" rasa n*eri. Namun pira)olon diketahui
menimbulkan e,ek berbaha*a *akni a"ranulositosis (berkuran"n*a sel darah putih1. karena itu
pen""unaan anal"esik *an" men"andun" pira)olon perlu disertai resep dokter.
.-. (SA25s (A($2 2(4#A*AS2)
7n,lamasi adalah rekasi tubuh untuk mempertahankan atau men"hindari ,aktor lesi.
:OY2 dapat mempen"aruhi terbentukn*a PGs dan 5K. Peran PGs didalam peradan"an *aitu
4asodilatasi dan /arin"an edema. serta berkoordinasi den"an bradikinin men*ebabkan
keradan"an.
?ekanisme Anti 7n,lamasi ?en"hambat prosta"landin den"an men"hambat :OY.
Karakteristik Anti 7n,lamasi
NSA78 han*a men"uran"i "e/ala klinis *an" utama (er*thema. edema. demam.
kelainan ,un"si tubuh dan sakit1. >adan" tidak memiliki e,ek pada autoimunolo"i#al proses
pada reumatik dan reumatoid radan" sendi. ?emiliki antithrombik untuk men"hambat trombus
atau darah *an" membeku.
Obat ini dipakai pula untuk men#e"ah pemben"kakan bila diminum sedini mun"kin
dalam dosis *an" #ukup tin""i. Selan/utn*a NSA78s /u"a di"unakan untuk kolik saluran empedu
dan kemih. serta keluhan tulan" pin""an" dan n*eri haid. Akhirn*a NSA78s /u"a ber"una untuk
kanker akibat metastase tulan". Tan" ban*ak di"unakan untuk kasus ini adalah )at$)at *an"
e,ek sampin"n*a relati4e sedikit. *akni ibupro,en. naproksen. dan diklo,enak.
Penggolongan
Se#ara kimia(i obat H obat ini dapat di kelompokan men/adi
a. Salisilat asetaso. benorelat. dan di,lunisal. 8osis antiradan" n*a terletak 2$0 kali lebih tin""i
dari pada dosis anal"etisn*a. 5erhubun" resiko e,ek sampin"n*a maka /aran" di"unakan pada
rema.
b. Asetal alklo,ena# (mir4an1. diklo,ena#. indometasin. dan sulinda#. /u"a ,entia)a# (nor4edan1.
Al#o,ena# /aran" di"unakan la"i karena serin" menimbulkan reaksi kulit. 7ndometasin termasuk
obat *an" terkuat obat antiradan"n*a. tetapi serin" men*ebabkan keluhan lambun" usus.
#. Propionate ibupro,en. ketopro,en. ,lurbpro,en. naproksen. tiapro,enat. dan ,enopro,enat
(,e,ron1.
d. Oxi#am piroxi#am. tenoxi#am. dan meloxi#am
e. d.antranilat me,enaminat. ni,luminat. dan me#lo,enami# a#id (me#lomen1
,. pira)olon (ox*1 ,enilbuta)on dan a)aproma)on (prolixan1
". lainn*a nabumeton. ben)idamid krem 0U. bu,exama# krem 2U (par,ena#1. ben)idamin
berkhasiat antiradan" a"ak kuat. tetapi kuaran" e,ekti, pada "an""uan rematik.
Penggunaan loal- Se/umlah NSA78 di"unakan topi#al dalam krem atau "el. misaln*a
piroxi#am 0.2U. naproxen &0U ("el1. ni,lumix a#id. dan diklo,ena# (dieter$amonium1 &U. /u"a
ben)idamid 2U.
P%6S$A)#A(52(
Jormone /arin"an ini memiliki rumus asam bebas lemak tak /enuh*an" dihidroksilasi.
Semula sintesan*a didu"a han*a dalam prostat sehin""a diberi naman*a. Akan tetapi.
kemudian tern*ata sen*a(a ini dapat di bentuk lo#al diseluru tubuh. misaln*a didindin"
pembuluh dan lambun". trombosit. "in/al. rahim. dan paru$paru. Obat ini memiliki se/umlah e,ek
,asiolo"is dan ,armakolo"i luas. antara lain terhadap otot polos (dindin" pembuluh dan rahim.
bron#i. dan lambun"$usus1. a"re"asi trombosit . produksi hormone. lipol*sis di depot lemak dan
SSP.
Sintesan*a. 5ila membrane sel men"alami kerusakan oleh suatu ran"san"an kimia(i.
,isik atau mekanik. maka en)im ,os,olipase diakti,kan untuk men"ubah ,os,olipida *an" terdapat
di situ men/adi asam ara#hidonat. Asam lemak poli tak /enuh ini (:20. delta 2.R.&&.&+1
kemudian untuk seba"ian diubah oleh en)im #*#lo$ox*"enase men/adi asam endoperoksida
dan seterusn*a men/adi )at$)at prosta"landin. 5a"ian lain dari ara#hidonan diubah oleh en)im
lipox*"enase men/adi )at$)at leukotrien. 5aik prosta"landin maupun leukotrien bartan""un"
/a(ab ba"i seba"ian besar dari "e/ala peradan"an. Peroksida melepaskan radikal bebas
oksi"en *an" /u"a meme"an" peranan pada timbuln*a rasa n*eri.
V:*#lo$ox*"enase terdiri dari dua isoen)im. *akni :OY$& dan :OY$2. den"an berat
molekul dan da*a en)imatis *an" sama. :OY$& terdapat dikeban*akan /arin"an. antara lain
dipelat$pelat darah. "in/al. dan saluran #erna. 6at ini berperan pada pemeliharaan per,usi "in/al.
homeostase 4askuler. dan melindun"i lambun" den"an /alan membentuk bikarbonan dan
lender. serta men"hambat produksi asam. :OY$2 dalam keadaan normal tidak terdapat di
/arin"an. tetapi di bentuk selama proses peradan"an oleh sel$sel radan". dan kadarn*a dalam
sel menin"kat sampei R0 kali. Penurut perkiraan. pen"hambatan :OY$2 lah *an" memberikan
NSA78 e,ek antiradan"n*a.
VPen"hambatan :OY$& den"an demikian bertan""un" /a(ab atas e,ek sampin"n*a
terhadap mukosa lambun"$usus dan di "in/al. sedan"kan e,ek ne"ati,n*a. seperti ritasi dan e,ek
toksikn*a terhadap "in/al. Atas dasar perbedaan ini telah dikemban"kan NSA78 selekti,. *an"
terutama men"hambat :OY$2 dan kuran" mempen"aruhi :OY$&. Obat ini dinamakan
pen"hambat :OY$2 selekti, dan kini tersedia nabumeton. moloxi#am. dan #ele#oxib.
Pen""olon"an. -enis prosta"landin *an" dikenal termasuk 0 "olon"an. *akni
&. Prosta"landin A$K (P"A H P"K1. *an" dapat di bentuk oleh semua /arin"an. Tan" terpentin"
adalah P"=2 dan P"K2. Setiap P" memiliki no seban*ak /umlah ikatan tak /enuhn*a. /ika perlu
den"an tambahan al,a atau beta ter"antun" dari posisi rantai sisin*a dalam ruan". :ontohn*a
P"K2 adalah stereoisomeral,a den"an dua ikatan tak /enuh. 6at$)at ini berda*a 4asodilatasi dan
menin"katkan permiabilitas dindin" pembuluh dan membrane s*no4ial. sehin"" ter/adi radan"
dan rasa n*eri. Selain itu. reseptor n*eri disensibilisasi hin"" e,ek dari mediator lain (histamine.
bradikinin. dan lain$lain1 diperkuat. -ika mandiri obat ini tidak men*ebabkan n*eri.
VP"=2 dan ter/adin*a tumor. P"=2 berkhasiat menstimulasi pertumbuhan tumor dan
terdapat dalam kadar tin""i di mukosa usus. pen"hambatan sintesan*a untuk (aktu *an" lama
men"hasilkan e,ek antitumor kuat terhadap kanker di usus besar dan re#tum. Si,at ini
khususn*a pada NSA78s den"an siklus enterohepatis. seperti indometasin. sulinda#. dan
piroxi#am. Supresi lambun" dari pelepasan bradikinin. pen"hambatan mi"rasi. dan ,a"o#*tose
dari "ranulosit /u"a meme"an" peranan.
2. prosta#*#lin (P"721 dibentuk terutama di dindin" pembuluh. 5erda*a 4asodilatasi (bro#hi.
lambun". rahim. dan lain$lain1. dan antitrombosis. /u"a memiliki e,ek protekti, terhadap mukosa
lambun". Pada perokok dan pasien tukak lambun". produksi P"72 menurun.
0. tromboxan (;xA2.;x521 khusus dibentuk dalam thrombosis. berda*a 4asokontriksi (antara lain
di/antun"1 dan menstimulasi a"resi pelat darah (thrombosis1.
8alam otak. prosta"landin dibentuk seba"ai reaksi terhadap )at$)at piro"en
berasal dari bakteri. P" ini menstimulasi pusat re"ulasi suhu di hipotalamus dan menimbulkan
demam.
8i rahim. P" men"akibatkan kontraksi den"an ter/adin*a kekuran"an darah. dari
otat rahimdisensibilisasi. *an" men*ebabkan kontraksilitas berlebihan dan n*eri mirip kolik.
Selain itu )at ini /u"a dapat men*ebabkan n*eri kepala. diare. nausea. muntah. *an"
intensitasn*a berhubun"an lan"sun" den"an kadar PG.
*ekanisme ker+a (SA25s dan kortokosteroida
:ara ker/a NSA78s untuk seba"ian besar berdasarkan hembatan sintesa
prosta"landin. dimana kedua /enis #*#lo$ox*"enase diblokir. NSA78s ideal hendakn*a han*a
men"hambat :OY$2 (peradan"an1 dan tidak :OY$& (perlindun"an mukosa lambun"1. la"i pula
men"hambat lipo$ox*"enase (pembentukan leukotrien1. Salaupun dilakukan da*a upa*a
intensi, se/ak tahun &9R0$an. hin""a kini obat ideal demikian belum ditemukan. de(asa ini
han*a tersedia 0 obat den"an ker/a a"ak selekti,. *akni :OY$2 inhibitor a"ak baru nabumeton
dan meloxi#am. 8ari obat baru #ele#oxib (#elebrex.&9991 diklaim tidak men"hambat :OY$&
sama sekali pada dosis biasa. tetapi e,ek klinisn*a men"alami iritasi mukosa lambun" perlu
dibuktikan. 8iklo,ena#. naproksen dan katopro,en /u"a kuran" lebih beker/a selekti,. sedan"kan
sul,asala)im diperkirakan men"hambat kedua en)im :OY.
'fek samping
Se/umlah e,ek sampin" berkaitan den"an pen"hambatan sintesa prosta"landin. dan
terutama ter/adi pada lambun"$usus.. "in/al. dan ,un"si trombosit. Krekuensin*a berbeda$beda
untuk berba"ai /enis obat dan pada umumn*a e,ek He,ek ini menin"kat den"an besarn*a dosis
dan lama pen""unaann*a. ke#uali e,ekn*a terhadapa thrombosis.
&. =,ek ul#ero"en mual. muntah. n*eri lambun". tukak lambun"$usus. dan perdarahan samar
(o##ult1 *an" disebabkan perintan"an sintesa prosta#*#lin dan kehilan"an da*a
perlindun"ann*a. Karena perintan"an ini si,atn*a sistemis. maka e,ek ini /u"a ter/adi pada
pen""unaan re#tal. >isikin*a terutama pada mereka diatas 30 tahun. khususn*a (anita.
Pen""unaan serentak pada kortikosteroida menin"katkan resiko. Pro,ilaksis dapat dilakukan
den"an pemberian misoprostol seba"ai substitusi P"72. den"an e,ek protekti, terhadap mukosa.
Obat den"an masa paruh pan/an" men"nakibatkan resiko "an""uan lambun"$usus
lebih besar dari pada obat den"an masa paruh pendek. Obat *an" terban*ak menimbulkan
keluhan lambun"$usus serium adalah indometasin. a)apropa)on. dan piroxi#am. Obat den"an
keluhan lebih kuran" salah satun*a adalah ketopro,en. naproksen. ,lurbipro,en. sulinda#. dan
dklo,ena#. dedan"kan ibupro,en palin" sedikit.
2. Gan""uan ,un"si "in/al insu,isiensi. ne,ritis interstisiil. dan kelainan pada re"ulasi air dan
elektrolit (edema. h*perkaliemia1. Prosta"landin memelihara 4olume darah *an" men"alir
melalui "in/al (per,usi1. 6at ini /u"a men"halan"i 4asokontriksi terlampau kuat dalam "in/al pada.
misaln*a pasien "a"al /antun". #irrhosis hati. dan pen*akit "in/al kronis. Karena terhambatn*a
sistesa P". maka per,usi dan la/u ,iltrasi "lomelurus berkuran" den"an e,ek$e,ek tersebut. para
lansia san"an peka untuk e,ek "in/al ini. dan dapat menderita ne,ritis irre4eribel. khususn*a
pada indometasin. =,ek diuretika dikuran"i oleh NSA78s.
0. A"re"asi trombosit dikuran"i. sehin""a masa pendarahan dapat diperpan/an". =,ek ini
re4ersible. ke#uali pada asetosal.
+. >eaksi kulit ruam dan urti#aria. relati4e serin" ter/adi pada diklo,ena#dan sulinda#.
2. 5ron#hokontriksi pada penderita asma *an" hipersensiti, ba"i NSA78s.
3. =,ek sentral n*eri kepala. pusin". tinnitus (telin"a berden"un"1. terman""u$man""u. sukar
tidur. adakalan*a depresi dan "an""uan pen"lihatan.
Q. Lain$lain "an""uan ,un"si hati (khususn*a diklo,ena#1. "an""uan haid (diklo,ena#.
indometasin1. /aran" anemia aplastis.
Sanita hamil tidak boleh diberikan NSA78s selama tri(ulan terakhir berhubun"
men"hambat his dan memperlambat persalinan. NSA78 masuk kedalam air susu ibu maka
sebaikn*a /an"an di"unakan selama laktasi. Pen"e#ualiann*a adalah ibupro,en. ,lurbipro,en.
naproksen. dan diklo,ena#. *an" pada dosis biasa han*a sedikut timbul dalam air susu ibu.
Penderita asma dan lambun" /u"a tidak boleh diberikan obat H obat ini.
7nteraksi. NSA78s adalah asam$asam or"anis *an" terikat kuat pada protein darah *an"
mampu men""eser obat$obat lain den"an PP tin""i dan demikian memperkuat ker/an*a.
:ontohn*a antikoa"ulansia dan antidiabetika oral. -u"a ekskresi dari asam$asam or"anis lain
seperti penisilin. ,urosemida. J:;. dan metotreksat diperlambat. hin""a obat ini lebih lama
ker/an*a.
*aam :maam 6bat Anti %adang :
a. 7bupro,en bru,en. arthro,en
Obat pertama dari kelompok propionate ini adalah NSA78 *an" palin" ban*ak di"unakan.
berkat e,ek sampin"n*a *an" relati4e rin"an dan status O;:$n*a dikeban*akan Ne"ara. 6at ini
merupakan #ampuran rasemis. den"an bentuk dextro *an" akti,. 8a*a anal"etis dan
antiran"n*asudah #ukup baik dan sudah ban*ak mendesak salisilat pada penan"anan bentuk
rema *an" tidak be"itu hebatdan "an""uan dari alat "erak. 7bupro,en +00 m" oral sama
e,ekn*a den"an 200 m" re#tal.
>esorpsin*a dari usus #epat dan baik (#a R0U1. resorpsi re#tal lebih lambat. PP n*a 90$
99U. plasma$t&!2$n*a #a 2 /am.
=kskresin*a berlan"sun" terutama seba"ai metabolit$metabolit dan kon*u"at$
kon*u"atn*a.
8osis n*eri (haid1. demam. dan rema. permulaan +00m" p.#!d.#.. lalu 0$+ dd 200$+00
m" . demam pada anak$anak 3$&2 tahun 0 dd 20 m". &$0 tahun 0$+ dd 20 m". +$R tahun 0$+
dd &00 m". 9$&2 tahun 0$+ dd 200 m". pada mi"raine$sin"le$dose 300 m". &2$00 menit
sesudah diberikan domperidon atau metoklopramida. >e#tal 0$+ dd 200 m".
Vketopro,en ( pro,enid. orudis. os#orel1 adalah deri4ate ben)oil *an" sedikit lebih kuat
khasian*a. si,at$si,at lain hamper sama den"an ibupro,en. e,ek sampin" n*a lebih serin" ter/adi.
8osis &$0 dd 22$20 m" p.#.!d.#. pada rema 2$+ dd 22$20 m". re#tal 2$0 dd &00 m".
b. Naproksen naxen. mapros*n
8eri4ate$deri4at dari propionate ini berda*a anal"etis dan antiradan" *an" baik. maka serin"
di"unakan dalam berba"ai n*eri. /u"a untuk men"natasi seran"an en#ok kuat.
>esorpsin*a dari usus #epat dan len"ka. muali ker/an*a & /am dan bertahan Q /am. PP n*a
lebih dari 99U. plama$t&!2$n*a pan/an" &0$&3 /am. ekskresin*a terutama melalui kemih seba"ai
kon*u"atn*a.
8osis oral dan re#tal 2 dd 0Q2$200 m" ("aram H Na1 d.#.!p.#. n*eri haid permulaan 200 m".
lalu 2$0 dd 220 m". seran"an en#ok permulaan Q20 m". setelah R /am 200 m". lalu setiap R
/am 220 m". mi"raine sekali"us &000 m". &2$00 menit setelah minum domperidom atau
metoklopramida.
#. 8iklo,ena# 4oltaren. #ata,lam. Varthrote#
8eri4ate ,enilasetat ini termasuk NSA78 *an" terkuat da*a antiradan"n*a den"an e,ek
sampin" *an" kuana" keras dibandin"kan den"an obat kuat lain*a seperti. indometasin dan
piroxi#am. Obat ini serin" di"unakan untuk se"ala ma#am n*eri. /u"a pada mi"raine dan en#ok.
Se#ara parenteral san"at e,ekti, untuk menan""ulan"i n*eri kolik hebat (kadun" kemih dan
kandun" empedu1. Kerusakan hati ,atal telah dilaporkan.
>esorpsin*a dari usus #epat dan len"kap. tetapi 5An*a rata$rata 22U akibat KP= besar.
=,ek anal"etisn*a dimulai setelah & /am. se#ara re#tal dan itramuskuler lebih #epat. masin"$
masin" setelah 00 dan &2 menit. Pen*erapan "aram$K (#ata,lam1 lebih pesat daripada "aram$
Na PP n*a diatas 99U. plasma$t&!2$n*a #a & /am. =kskresin*a melalui kemih berlan"sun"
untuk 30U seba"ai metabolit dan untuk 20U den"an empedu dan tin/a.
8osis oral 0 dd 22$20 m" "aramNa!K d.#.!p.#. re#tal & dd 20$&00 m". i.m. pada n*eri
kolik atau seran"an en#ok &$2 dd Q2 m" selama &$0 hari. Pra$ dan pas#a$bedah (FstaarG.
bular$mata1 dalam tetes mata 0.&U 0$2 kali & tetes.
d. 7ndometasin #on,ortid. indo#id.
8eri4ate indolilasetat berkhasiat amat kuat. dapat disamakan den"an diklo,ena#. tetapi
lebih serin" menimbulkan e,ek sampin". khususn*a e,ek ulsero"en dan perdarahan o##ult.
Pen""unaann*a /u"a sama termasuk pada mata untuk men#e"ah udema ma#ula lutea (ber#ak
kunin" diselaput /ala1setelah pembedahan bular mata (katarak. FstaarG1. Se#ara lo#al "el 0U
dikatakan e,ekti, untuk men"hilan"kan n*eri sendi (/ari$/ari1.
>esorpsin*a dari usus len"kap dan #epat. pada re#tum ter"antun" basis suppositorian*a dan
dapat menurun sampai 30U.
=,eksampin"n*a berupa "e/ala umum. terutama pada permulaan dan dosis tin""i serin"
ter/adi "an""uan usus dan lambun". dan e,ek$e,ek sentral seperti n*eri kepala. perasaan
ka#au. rasa lelah dan depresi. >eaksi "astrointrestianal anorexia (kehilan"an na,su makan1.
4omitin" (mual1. sakit abdominal. dan diare. Aler"i reaksi *an" umumn*a adalah aler"i pada
kulit dan dapat men*ebabkan asma.
8osis oral 2$0 dd 22$20 m" d.#.!p.#.. maks. 200 m" sehari. re#tal &$2 dd &00 m" i.m. seba"ai
permulaan terapi 22$&00 m" "aram$Na. okuler untuk pro,ilaksis udema 0$2 kali & tetes
sebelum dan setelah pembedahan.
e. Piroxi#am ,eldene. brexine
8eri4ate ben)othia)in ini berkhasiat anal"etis. antipiretis. dan antiradan" kuat dam lama
(plama$t&!2$n*a rata$rata 20 /am1. Kompleksn*a den"an betadex (<#*#lodextrin1 (brexine1
dikatakan lebi" #epat resorpsin*a dari usus. tetapi diperlambat olah makanan. Obat ini serin"
di"unakan untuk n*eri haid dan seran"an en#ok.
8osis oral. re#tal dan i.m. & dd 20 m" (d.#.!p.#.1. d*smenorrea primer. & dd +0 m" selama 2
hari. lalu bila perlu & dd 20 m" pada seran"an en#ok. permulaan +0 m". lalu 2 dd 20 m" selama
+$3 /am.
,. Asam me,enaminat me,enamik a#id. menin. ponstan
8eri4ate antranilat (< o$aminobem)oat1 ini memiliki da*a antiradan" sedan". kira$kira
20U dari khasiat ,enilbuta)in. Plasma$t&!2$n*a 2$+ /am. Pen""unaann*a seba"ai obat antin*eri
dan obat rema terbatas karena serin" menimbulkan "an""uan lambun"$usus. terutama
d*spepsia dan diare hebat. ;idak din/urkan untuk anak$anak.
8osis pada n*eri kuat permulaan 200 m" d.#.!p.#. kemudian 0$+ dd 220 m" selama
maksimal Q hari.
". Kenilbuta)on buta)olidin. ir"apa. peha)on. ne( skelan
8eri4ate p*ra)olidin ini seba"ai pen"hambat sintesa prosta"landin. berkhasiat antiradan" *an"
lebih kuat dari pada da*a anal"enisn*a. /u"a berda*a urikosuris lemah. tetapi kini tidak
di"unakan la"i dalam terapi en#ok. berhubun"an e,ek burukn*a terhadap darah.
pen""unaann*a sudah ban*ak teredesak. 8e(asa ini khusus di"unakan untuk kasus$kasus
*an" tidak dapat ditan"ani oleh obat NSA78s lainn*a misaln*a p.be#hter( dan S.reiter.
>esorpsin*s diusus baik PP n*a 9RU. plasma$t&!2$n*a rata$rata QQ /am. dari oksi,enbuta)ol QQ
/am sampai &02 /am (pada lansia1. 8idalam hati obat ini diubah men/adi metabolit$metabolit
akti,n*a oksi,enbuta)on dan hidroksi,enbuta)on. *an" dimetabolisasikan lebih lan/ut dan
dikeluarkan terutama melalui kemih.
=,ek sampin"n*a berma#am H ma#am dan tidak ter"antun" dari dosis dan ter/adi
pada rata$rata 00U dari pasien *an" tidak ter"antun" dari dosis. Tan" terpentin" adalah
supresi sumsum tulan" hebat. den"an a"ranulo#*tos. anemia aplastis den"an an"ka kematian
tin""i. Leu#openia. dan kelainan darah lainn*a. Tan" serin" ter/adi adalah keluhan lambun".
pusin". reaksi aler"i pada kulin dan udema. akibat resorpsi kembali dari natrium dan air
sehin""a 4olume plasma menin"kat. Gan""uan ,un"si hari. kerusakan "in/al. dan
memburukn*a tukak lambun". serta per,orasi /aran" ter/adi. Pembesaran tiroid den"an
hipotirosis telah dilaporkan.
8osis diatas &+ tahun oral & dd 000$+00 m" d.#.!p.#. selama & min""u. pemeliharaan & dd
&00$200 m". pen"a(asan darah se#ara teratur mutlak dilakukan.
h. 5en)idamin tantum,oral rinse
Struktur deri4ate inda)ol ini mirip rumus indometasin. tetapi da*a antiradan"n*a
berlainan dari anal"etika anti,lo"istis dan kortikosteroida. Oleh karena itu obat ini tidak
di"unakan untuk obat rema. melainkan terhadap peradan"an dan ben"kaka sesudah
pembedahan dan trauma. misaln*a luka akibat /atuh dan keseleo. /u"a seba"ai obat kumur
pada radan" mulut dan ten""orokan.
>esorpsin*a dari usus a"ak lambat. plasma$t&!2$n*a #a 2 /am. PP n*a a"ak besar.
=,ek sampin"n*a a"ak rin"an dan berupa "an""uan lambun" usus. /aran" /u"a
pen"lihatan "anda. ta#h*#ardia. dan debar /antun". Pada pen""unaan lo#al kreem 0U dapat
ter/adi iritasi.
8osis oral 20 dd 20 m" "aram HJ:l p.#. anak$anak 22$20 m" sehari. Seba"ai obat kumur 0.&2
U 3 dd &2 ml.
i. ?isoprostol #*tote#. atrhote#
=ster meti ini dari prosta"landin$=& berkhasiat men"hambat produksi asam lambun" dan
melindun"i mukosa. Obat ini menin"katkan sekresi mu#us dan bikarbonat dan memperbaiki
sirkulasi darah dimukosa erapi tulambun". ?isoprostol khusus di"unakan untuk pre4ensi tukak
lambun" selama pen""unaan NSA78 dimana ter/adi kekuran"an prosta#*#lin *an" berda*a
melindun"i. Entuk tukak. obat ini tidak berman,aat dibandin"kan )at$)at pen"hambat asam.
>esorpsin*a #epat dan baik. 8idalam hati )at ini dirombak men/adi metabolit akti, asam
misoprostolat den"an PP #a R2U dan t&!2 20$+0 menit. =kskresi berlan"sun" terutama le(at
kemih dan seba"ai ke#il den"an tin/a.
=,ek sampin"n*a serin" berupa diare (sele(at1. 8an "an""uan lambun" usus lain
( mual. d*spepsia. n*eri perut. ,latulensi1. saki kepala. pusin"$pusin". 8*smenorrea dan
perdarahan. Sanita hamil tidak boleh diberi obat ini karena resiko kontrasi uterus.
8osis seba"ai pen#e"ah tukak 2 dd 200$+00 ms". bersama suatu NSA78. terapi tukak
lambun" usus + dd 200 m#" selama 2$R min""u.
&A& 222
P'(/$/P
0-, "'S2*P/#A(
N*eri merupakan perasaan tidak men*enan"kan *an" merupakan pertanda bah(a
tubuh telah men"alami kerusakan atau teran#am oleh suatu #edera.
N*eri bera(al dari reseptor n*eri *an" tersebar di seluruh tubuh.
>eseptor n*eri ini men*ampaikan pesan seba"ai impuls listrik di sepan/an" sara, *an" menu/u
ke medula spinalis dan kemudian diteruskan ke otak.
Anal"etika antipiretika /u"a NSA78 ini dalam dosis teurapeutik ini dapat merintan"i n*eri
dan menekan n*eri tanpa menimbulkan keter"antun"an.
8apat disimpulkan bah(a Anal"etika terba"i atas 2 ba"ian
Anal"etika narkotika
Anal"etika non narkotika
Obat$obat anal"etika narkotika terdiri dari mor,in. metadon. tramadol. petidin. dolantin.
kodein. dihidromor,inon. dilaudid. heroin. diasetilmor,in. penta)o#in. ,ortal. (introp. nalor,in.
alilnomor,in. pentoxosin. dan nalokson.
Obat$obat anal"etika non narkotika terdiri dari ibupro,en. a#etaminophen atau
para#etamol. asam me,enamat. asam asetilsalisilat. dan amino,ena)on.
Sedan"kan antipiretika. obat$obatn*a adalah benor*late. ,entan*l. pira)olon. tramadol.
asam me,enamat. ibupro,en. /u"a a#etaminophen!para#etamol.
Tan" terakhir *aitu NSA78. obat$obatn*a adalah naproksen. indometa)ine. diklo,enak.
piroksikam. asam me,enamat. ,enilbuta)on. ibupro,en. ben)idamin. /u"a misoprostol.
2012
analgetika dan antipiretika
anisakrairunnisa.20&2.anal"etika dan
antipiretikahttp!!aniskhoe2&&0.blo"spot.#om!20&2!03!anal"etika$dan$antipiretika.html
== Rabu, 10 November 2010
Analgetika
Anal"etika adalah sen*a(a *an" dalam dosis terapeutik merin"ankan atau menekan rasa n*eri
tanpa memiliki ker/a anestesi umum.
5erdasarkan potensi ker/a. mekanisme ker/a dan e,ek sampin" anal"etik dibedakan dalam dua
kelompok. *aitu
&. Anal"esik *an" berkhasiat kuat. beker/a pada pusat (hipoanal"etik. kelompok opiat!narkotika1
2. Anal"esik *an" berkhasiat lemah (sampai sedan"1. beker/a terutama pada peri,er den"an
si,at antipiretik dan keban*akan /u"a mempun*ai si,at antiim,lamasi dan antireumatik.
(yeri
N*eri adalah perasaan sensoris dan emosional *an" tidak n*aman. berkaitan den"an an#aman
kerusakan /arin"an. Keadaan psikis san"at mempen"aruhi n*eri. misaln*a emosi. N*eri
merupakan suatu perasaan sub/ekti, pribadi dan amban" toleransi n*eri berbeda$beda ba"i
setiap oran". N*eri dapat disebabkan oleh ran"san"an mekanis. kimia(i atau ,isis (kalor atau
listrik1 dapat menmbulkan kerusakan /arin"an.
*ekanisme ter+adinya nyeri ada 3 maam, yaitu:
a- $ransduksi
Proses dimana n*eri diubah men/adi suatu akti4itas listrik *an" akan diterima u/un"$u/un"
s*ara,. ;er/adi perubahan patolo"is karena mediator n*eri mempen"aruhi /u"a nosiseptor diluar
daerah daerah trauma n*eri *an" meluas. Selan/utn*a ter/adi proses sensitisasi peri,er. *aitu
menurunn*a nilai amban" ran"san" nosiseptor karena pen"aruh mediator dan penurunan pJ.
akibatn*a n*eri dapat timbul. >an"san"an n*eri diubah men/adi depolarisasi membran reseptor
*an" kemudian men/adi impuls s*ara,.
b- $ransmisi
Proses pen*ampaian impuls n*eri dari nosiseptor sara, peri,er mele(ati kornu dosalis. dari
spinalis menu/u korteks serebri. ;ransmisi sepan/an" akson berlan"sun" karena proses
polarisasi. sedan"kan dari neuron presinaps ke pas#a sinaps mele(ati neurotransmitor.
- *odulasi
Proses pen"endalian internal sistem sara,. dapat menin"katkan atau men"uran"i penerusan
impuls n*eri. ?odulasi n*eri dapat timbul di nosiseptor peri,er medula spinalis.
d- Persepsi
Jasil rekonstruksi SSP tentan" impuls n*eri *an" diterima. >ekonstruksi merupakan hasil
interaksi sistem sara, sensoris. in,ormasi ko"niti, (korteks serebri1 dan pen"alaman emosional.
Persepsi menentukan berat rin"an n*eri *an" dirasakan.
Atas dasar farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok besar, yakni:
a- Analgesik (arkotika (6pioid)
Anal"esik narkotika merupakan kelompok obat *an" memiliki si,at$si,at seperti opium atau
mor,in. ?eskipun memperlihatkan berba"ai e,ek ,armakodinamik *an" lain. "olon"an obat ini
terutama di"unakan untuk meredakan atau men"hilan"kan rasa n*eri *an" san"at hebat.
5erbeda den"an "olon"an anal"esik non narkotik. /enis obat ini dapat menimbulkan e,ek adiksi
(keta"ihan1 /ika di"unakan se#ara berulan". maka usaha untuk mendapatkan suatu anal"esik
*an" ideal masih tetap diteruskan den"an tu/uan mendapatkan anal"esik *an" sama kuat
den"an mor,in tanpa baha*a adiksi. :ontoh obat anal"esik narkotika adalah mor,in (opium1.
8ahulu di"unakan istilah anal"esik narkotik untuk anal"esik kuat *an" mirip mor,in. 7stilah ini
berasal dari kata narkosis. bahasa Tunani *an" berarti stupor. 7stilah narkotik telah lama
ditin""alkan /auh sebelum li"an *an" mirip opioid endo"en dan reseptor untuk )at ini. 8en"an
ditemukann*a obat *an" bersi,at #ampuran a"onis dan anta"onis opioid *an" tidak meniadakan
keter"antun"an ,isik akibat mor,in. maka pen""unaan istilah anal"esik narkotik untuk
pen"ertian ,armakolo"i tidak sesuai.
Golon"an obat opioid (narkotika1 adalah
&. Obat *an" berasal dari opium$mor,in
2. Sen*a(a semisintetik mor,in
0. Sen*a(a sintetik *an" bere,ek seperti mor,in.
Obat *an" men"anta"onis e,ek opioid disebut anta"onis opioid. >eseptor tempat terikatn*a
opioid di sel otak disebut reseptor opioid.
b- Analgesik (on-narkotika
?ekanisme ker/a anal"esik non narkotika adalah men"hambat biosintesis prosta"landin
den"an pen"hambatan terhadap ker/a en)im siklooksi"enase. Prosta"landin ber,un"si seba"ai
pen"hantar sensasi n*eri dan /u"a ,aktor proteksi pada keseimban"an sekresi saluran #erna.
Kema/uan penelitian dalam dasa(arsa terakhir memberikan ban*ak pen/elasan men"apa
kelompok hetero"en tersebut memiliki kesamaan e,ek terapi dan e,ek sampin". ;ern*ata
seba"ian besar e,ek *an" ditimbulkan berdasarkan atas pen"hambatan biosintesis
prosta"landin (PG1.
Golon"an obat ini men"hambat en)im siklooksi"enase sehin""a kon4ersi asam arahidonat
men/adi PGG2 ter"an""u. Karena adan*a pen"hambatan sintesis prosta"landin seba"ai
pen"hantar rasa n*eri. biasan*a diikuti den"an adan*a e,ek sampin" seperti tukak lambun"
(ul#us pepti#um1. Prosta"landin dalam keadaan normal dalam tubuh ber,un"si seba"ai ,aktor
proteksi bersama asam lambun". -ika prosta"landin dihambat maka akan ter/adi
ketidakseimban"an pada saluran "astrointestinal *an" men*ebabkan sekresi asam lambun"
menin"kat dan ter/adilah tukak lambun".
Obat anal"esik non narkotika di"olon"kan seba"ai berikut
&. ;urunan salisilat. misal asetosal. salisilamid
2. ;urunan p$amino,enol. misal asetamino,en (Parasetamol1
0. ;urunan pira)olon. misal ,enilbuta)on. oksibuta)on
+. ;urunan asam ,enilpropionat. misal ibupro,en. naproksen. ketopro,en
2. ;urunan indol. misal indometa#in
3. ;urunan antranilat. misal asam me,enamat. meklo,enamat
Q. ;urunan oksikam. misal piroksikam
Asam *efenamat:
Z Si,at ,isiko kimia
Pemerian serbuk hablur. putih atau hampir putihW melebur pada suhu lebih kuran" 200o:
disertai peruraian. larut dalam larutan alkali hidroksidaW a"ak sukar larut dalam kloro,ormW sukar
larut dalam etanol dan dalam methanolW praktis tidak larut dalam air.
Asam me,enamat memiliki kelarutan *an" ke#il dalam air (0.00+& "!&00 ml (22[:1 dan 0.00R
"!&00 ml (0Q[:1 pada pJ Q.&1. Kelarutan asam me,enamat *an" ke#il dalam air men/adikan
tahap penentu ke#epatan terhadap bioa4ailabilitasn*a adalah la/u disolusi asam me,enamat
dalam media a'ueous.
Z Karmakokinetika
Asam me,enamat diabsorbsi den"an #epat dari saluran "astrointestinal apabila diberikan
se#ara oral. Kadar plasma pun#ak dapat di#apai & sampai 2 /am setelah pemberian 2x220 m"
kapsul asam me,enamatW :max dari asam me,enamat bebas adalah sebesar 0.2 M"!mL dan
;&!2 dalam plasma sekitar 0 sampai + /am. Pemberian dosis tun""al se#ara oral sebesar &000
m" memberikan kadar plasma pun#ak sebesar &0 M"!mL selama 2 sampai + /am den"an ;&!2
dalam plasma sekitar 2 /am. Pemberian dosis "anda memberikan kadar plasma pun#ak *an"
proporsional tanpa adan*a bukti akumulasi dari obat. Pemberian berulan" asam me,enamat
(kapsul 220 m"1 men"hasilkan kadar plasma pun#ak sebesar 0.Q sampai 3.Q M"!mL dalam &
sampai 2.2 /am setelah pemberian masin"$masin" dosis.
Asam me,enamat memiliki dua produk metabolit. *aitu hidroksimetil dan turunan suatu karboksi.
keduan*a dapat diidenti,ikasi dalam plasma dan urin. Asam me,enamat dan metabolitn*a
berkon/u"asi den"an asam "lukoronat dan seba"ian besar diekskresikan le(at urin. tetapi ada
/u"a seba"ian ke#il *an" melalui ,e#es. Pada pemberian dosis tun""al. 3QU dari total dosis
diekskresikan melalui urin seba"ai obat *an" tidak men"alami perubahan atau seba"ai & dari 2
metabolitn*a. 20$22U dosis diekskresikan melalui ,e#es pada 0 hari pertama.
Z Karmakodinamika
Asam me,enamat dapat di"unakan untuk men"hilan"kan rasa n*eri sedan" dalam berba"ai
kondisi seperti n*eri otot. n*eri sendi. n*eri ketika atau men/elan" haid. sakit kepala dan sakit
"i"i. Se#ara terperin#i e,ek dari asam me,enamat antara lain
&. N*eri perut ketika masa menstruasi (d*smenorrhoea1
2. Pendarahan *an" tidak normal pada saat menstruasi
0. Sakit kepala
+. Pen*akit *an" disertai den"an radan"
2. N*eri otot (m*al"ia1
3. Osteoarthritis
Q. N*eri dan in,lamasi
R. N*eri pada saat melahirkan
9. N*eri ketika dioperasi
&0. Sakit "i"i
Karena asam me,enamat termasuk kedalam "olon"an (NSA781. maka ker/a utama keban*akan
nonsteroidal antiin,lammator* dru"s (NSA781 adalah seba"ai pen"hambat sintesis
prosta"landin. sedan"kan ker/a utama obat antiradan" "lukokortikoid men"hambat
pembebasan asam arakidonat.
Asam me,enamat beker/a den"an memblokin" akti4itas dari suatu en)im dalam tubuh *an"
dinamakan siklooksi"enase. Siklooksi"enase adalah en)im *an" berperan pada beberapa
proses produksi substansi kimia dalam tubuh. salah satun*a adalah prosta"landin.
Prosta"landin diproduksi dalam merespons kerusakan!adan*a luka atau pen*akit lain *an"
men"akibatkan rasa n*eri. pemben"kakan dan peradan"an. Prosta"landin (PG1 sebenarn*a
bukan seba"ai mediator radan". lebih tepat dikatakan seba"ai modulator dari reaksi radan".
Seba"ai pen*ebab radan". PG beker/a lemah. berpotensi kuat setelah berkombinasi den"an
mediator atau substansi lain *an" dibebaskan se#ara lokal. autakoid seperti histamin. serotonin.
PG lain dan leukotrien. Prosta"landin palin" sensibel pada reseptor rasa sakit di daerah peri,er.
Prosta"landin merupakan 4asodilator potensial. dilatasi ter/adi pada arteriol. prekapiler.
pembuluh s,in"ter dan postkapiler 4enula. Salaupun PG merupakan 4asodilator potensial tetapi
bukan seba"ai 4asodilator uni4ersal. Selain PG dari alur sikooksi"enase /u"a dihasilkan
tromboksan. ;romboksan A2 berkemampuan men"induksi a"re"asi platelet maupun reaksi
pembebasan platelet.
Z =,ek Sampin" dan 8osis
=,ek sampin" asam me,enamat *an" palin" menon/ol adalah kemampuann*a meran"san" dan
"e/ala iritasi terhadap mukosa lambun". Oleh karena itu. asam me,enamat sebaikn*a tidak
diberikan pada pasien *an" mempun*ai sakit ma" atau "an""uan lambun" lainn*a. >isiko
perdarahan lambun" ini akan lebih besar la"i pada peminum alkohol. Entuk men"uran"i risiko
"an""uan lambun". sebaikn*a obat$obat *an" men"andun" asam me,enamat dikonsumsi
bersama makanan atau susu.
Selain dapat men*ebabkan "an""uan lambun" (kembun". n*eri. keram. dan perdarahan
lambun"1. Asam me,enamat /u"a dapat men*ebabkan sakit kepala. pusin". diare. mual dan
muntah ba"i oran"$oran" *an" peka. Kadan"$kadan" /u"a dapat ter/adi "an""uan pen"lihatan
dan penden"aran. pen"lihatan men/adi kabur dan telin"a berden"in". Asam me,enamat /u"a
dapat men*ebabkan kantuk. Karena itu. oran" *an" sedan" men"onsumsi asam me,enamat
dilaran" men"endarai kendaraan. men/alankan mesin. dan melakukan akti4itas lain *an"
memerlukan kesadaran tin""i.
Perdarahan *an" #ukup parah di lambun" dapat ter/adi /ika men"onsumsi asam me,enamat
dalam /an"ka (aktu #ukup lama ditandai den"an kotoran (,ae#es1 berubah (arna men/adi
kehitaman. atau terdapat ber#ak$ber#ak darah dan ter/adi muntah darah. O4er dosis asam
me,enamat biasan*a ditandai den"an mual. muntah. perdarahan lambun". pusin". sakit kepala.
diare. telin"a berden"in". pen"lihatan kabur. berkerin"at ban*ak. napas melemah. ke/an". dan
dapat men"akibatkan kematian.
Selain tidak boleh diberikan kepada penderita "an""uan lambun" dan peminum alkohol. asam
me,enamat /u"a tidak boleh diberikan kepada oran"$oran" *an" aler"i terhadap salah satu obat
"olon"an NSA78S (misaln*a *an" men"andun" ketopro,en. naproxen. di#lo,ena#. ,enopro,en.
,lurbipro,en. indometha#in. nabumetone. oxapro)in. piroxi#am. dan lain$lain1. penderita
"an""uan /antun". "in/al. atau hati. dan penderita hipertensi (tekanan darah tin""i1.
Sanita hamil /u"a sebaikn*a tidak men"onsumsi asam me,enamat. sebab (alaupun belum
dapat dipastikan asam me,enamat dapat membaha*akan /anin di dalam kandun"an. beberapa
obat *an" satu "olon"an den"an asam me,enamat terbukti dapat men""an""u perkemban"an
/antun" /anin di dalam kandun"an.
Asam me,enamat /u"a dapat keluar bersama air susu ibu (AS71. Oleh karena itu. (anita
men*usui sebaikn*a tidak men"onsumsi asam me,enamat. Asam me,enamat sebaikn*a /u"a
tidak diberikan pada anak$anak atau pasien usia lan/ut. sebab dapat men*ebabkan e,ek
sampin" *an" lebih parah. Karena e,ek toksikn*a maka di Amerika Serikat obat ini tidak
dian/urkan untuk diberikan kepada anak diba(ah &+ tahun dan (anita hamil. dan pemberiann*a
tidak lebih dari Q hari.
8osis asam me,enamat adalah 2$0 kali 220$200 m" sehari. 8osis *an" dian/urkan untuk n*eri
akut pada de(asa dan anak diatas &+ tahun adalah 200 m" seba"ai dosis a(al *an" diikuti
den"an 220 m" tiap 3 /am bila diperlukan. biasan*a tidak lebih dari satu min""u. Entuk
men"atasi n*eri haid. dosis *an" dian/urkan adalah 200 m" seba"ai dosis a(al *an" diikuti
den"an 220 m" tiap 3 /am. pen""unaan tidak boleh lebih dari 2 sampai 0 hari *an" dimulai saat
menstruasi hari pertama atau pada saat adan*a rasa n*eri.
$ Sediaan *an" beredar di pasaran
Ponstan. me,inal. me,amat. stan)a. molasi# dan lain seba"ain*a.
Asetosal (C;!<63)
Z Si,at ,isika kimia
Asam asetilsalisilat merupakan hablur tidak ber(arna atau serbuk hablur putih. tidak berbau
atau hamper tidak berbau. dan rasa asam. A"ak sukar larut dalam air. mudah larut dalam
etanol (92U1 P. larut dalam kloro,orm P dan dalam eter P. ;itik leleh antara &+&[: sampai
&++[:.
Z Karmakokinetik
>esorpsin*a #epat dan praktis len"kap. terutama di ba"ian pertamam duodenum. Namun.
karena bersi,at asam. seba"ian )at diserap pula di lambun". ?ulai e,ek anal"eis dan
antipiretisn*a #epat. *akni setelah 00 menit dan bertahan 0$3 /am. ker/a antiradan"n*a baru
nampak setelah &$+ hari. >esorpsi dari rektum (suppositoria1 lambat dan tidak emnentu.
sehin""a dosisn*a perlu di"andakan. 8alam hati. )at ini se"era dihidrolisa men/adi asam
salisilat den"an da*a anti n*eri lebih rin"an.
Z Karmakodinamik
Asetosal atau asam asetil salisilat merupakan sen*a(a anti in,lamasi non steroid *an" /u"a
menun/ukkan akti4itas antitrombosis. anal"esik dan antipiretik. Asetosal se#ara tradisional
merupakan anal"esik anti iin,lamasi pilihan pertama. tapi ban*ak dokter sekaran" lebih suka
memilih A7NS (antiin,lamasi non steroid1 lain *an" mun"kin lebih dapat diterima dan lebih
men*enan"kan ba"i pasien. 8alam dosis tin""i *an" umum. e,ek anti in,lamasi asetosal sama
den"an e,ek A7NS lain.
Selain seba"ai anal"etikum. asetosal di"unakan seba"ai alternati, dari antikoa"ulansia seba"ai
obat men#e"ah in,ark kedua setelah ter/adi seran"an. Obat ini /u"a e,ekti, untuk pro,ilaksis
seran"an stroke kedua setelah menderita ;7A (;ransient 7s#haemi# Atta#k < seran"an
kekuran"an darah sementara di otak1. terutama pada pria.
Z =,ek sampin" dan 8osis
Asetosal tidak dian/urkan bila lambun" pasien tidak tahan karena si,at asamn*a. Asetosal
dalam dosis & tablet de(asa men*ebabkan darah men/adi en#er sehin""a perdarahan (seperti
dalam haid atau terluka1 akan sulit berhenti karena darah tidak dapat membeku. Pada dosis
besar men*ebabkan hilan"n*a e,ek pelindun" dari prostasiklin (P"721 terhadap mukosa
lambun".
Asetosal dapat emenimbulkan e,ek spesi,ik. seperti reaksi aler"i kulit dan tinnitus (telin"a
berden"un"1 pada dosis lebih tin""i. 8ilaran" pemberikan asetosal (aspirin1 pada anak diba(ah
usia &3 tahun (ke#uali pada kondisi medis *an" khusus1. Pelaran"an pen""unaan asetosal
pada anak$anak terutama karena berhubun"an den"an pen*akit >e*e9s s*ndrome. Sanita
hamil tidak dian/urkan men""unakan asetosal dalm dosis besar. terutama pada tri(ulan dan
sebelum persalinan. karena lama kehamilan dan persalinan dapat diperpan/an".
Asetosal &20$000 m" sehari di"unakan untuk men"uran"i kematian setelah in,ark miokard.
Asetosal dosis rendah (misal Q2 atau &00 m" sehari1 /u"a diberikan setelah pembedahan
b*pass.
8osis pada n*eri dan demam oral + dd 0.2$& " p.#.. maksimum + " sehari. anak$anak sampai &
tahun &0 m"!k" 0$+ kali sehari. &$&2 thn +$3 dd. diatas &2 thn + dd 020$200 m". maksimum 2
"!hari. >ektal de(asa + dd 0.2$& ". anak$anak sampai 2 thn 2 dd 20 m"!k". di atas 2 thn 0 dd
20 m"!k" p.#.
Parasetamol
8eri4at asetanilid ini merupakan metabolit dari ,enasetin. Khasiatn*a anal"etis dan antipiretis.
tetapi tidak antiradan". 8e(asa ini dian""ap aman seba"ai )at anti*eri *an" palin" aman. /u"a
untuk s(amedikasi (pen"obatan mandiri1. =,ek anal"etisn*a diperkuat oleh ka,ein den"an kira$
kira 20U.
Z Karmakokinetik
>esorpsin*a dari usus #epat dan praktis tuntas. se#ara rektal lebih lambat. Konsentrasi tertin""i
dalam plasma di#apai dalam (aktu seten"ah /am dan masa paruh plasma antara &$0 /am.obat
ini tersebar ke seluruh #airan tubuh. 8alam plasma. 22U parasetamol dan 00U ,enasetin terikat
protein plasma. Kedua obat ini dimetabolisme oleh en)im mikrosom hati. 8alam hati. )at ini
diuraikan men/adi metabolit$metabolit toksik *an" diekskresi den"an kemih seba"ai kon*u"at$
"lukuronida dan sul,at.
Z Karmakodinamik
Parasetamol (asetamino,en1 memiliki e,ek seba"ai anti$piretik tetapi /u"a memiliki e,ek
anal"esik dan e,ek anti$in,lamasin*a kuran" bermakna. Parasetamol relati, lebih aman
dibandin" obat$obat lainn*a *an" terdapat dalam "olon"an ini. ;idak meran"san" asam
lambun" sehin""a dapat diminum saat perut koson". Pada dosis tin""i dapat memperkuat
antikoa"ulansia. dan pada dosis biasa tidak interakti,. ?asa paruh kloram,enikol dapat san"at
diperpan/an". Kombinasi den"an obat A78S )ido4udin menin"katkan resiko akan neuropenia.
Z =,ek sampin" dan 8osis
=,ek sampin"n*a san"at /aran" ter/adi (anemia hemolitik. methemo"lobinemia1 dan baru
mun#ul pada dosis *an" san"at besar (\ &0 " sehari1. Kematian karena parasetamol
disebabkan oleh kerusakan hati akibat memakan parasetamol dalam dosis *an" san"at besar
sekali"us. Jati$hati pemberiann*a kepada penderita kelainan hati. O4erdose bisa menimbulkan
antara lain mual. muntah. dan anoreksia. Penan""ulan"ann*a den"an #u#i lambun". /u"a perlu
diberikan )at$)at pena(ar (asam amino N$asetilsistein atau metionin1 sedini mun"kin.
sebaikn*a dalam R$&0 /am setelahintoksikasi. Sanita hamil dapat men""uankan parasetamol
den"an aman. /u"a selama laktasi (alaupun men#apai air susu ibu.
8osis untuk n*eri dan demam oral 2$0 dd 0.2$&". maksimum + "!hari. pada pe""unaan kronis
maksimum 2.2 m"!hari. Anak$anak +$3 dd &0 m"!hari. >ektal 20 m"!k" setiap kali. de(asa + dd
0.2$& ". ana$anak usia 0$&2 bulan 2$0 dd &20 m". &$+ thn 2$0 dd 2+0 m". +$3 thn+ dd 2+0 m".
dan Q$&2 thn 2$0 dd 0.2 ".
:ontoh sediaan di pasaran adalah bio"esi#. tempra. bodrexin. bodrex. sanmol. pamol .
pharmaspi#a.20&0.anal"etikahttp!!pharmaspi#a.blo"spot.#om!20&0!&&!anal"etika.html
<< Pendahuluan
Per#obaan$per#obaan pada he(an per#obaan khusus serin" dilakukan pada he(an$he(an
men"erat ke#il (tikus dan men#it1. 8isini ban*ak sekali tidak dipertimban"kan bah(a he(an$
he(an ini berbeda den"an manusia *an" akti, pada sian" hari$akti, pada malam hari. Karena itu
per#obaan$per#obaan pada sian" hari dapat memberi hasil seba"ian sa/a *an" dapat dialihkan
kepada manusia. Pen"u/ian$pen"u/ian ker/a anal"etik pada men#it (sore sekitar pukul &2.00
dan ten"ah malam sekitar pukul 00.001 menun/ukkan bah(a e,ek anal"etik pada malam hari.
pada dasarn*a. lebih kuat dari e,ek pada sian" hari. =,ek anal"etik pada manusia. berbeda
den"an pada he(an$he(an men"erat. pada pokokn*a sore hari lebih kuat dibandin"kan
den"an e,ek pada dini hari atau ten"ah malam. Anal"etika adalah sen*a(a *an" dalam dosis
terapeutik merin"ankan atu menekan rasa n*eri. tanpa memiliki ker/a anastesi umum.
5erdasarkan potensi ker/a dan e,ek sampin" anal"etik dibedakan dalam dua kelompok. *aitu
anal"etik *an" berkhasiat kuat. beker/a pada pusat (hipoanal"etika. kelompok opiat1 dan
nanal"etik *an" berkhasiat lemah (sampai sedan"1. beker/a terutama pada peri,er den"an si,at
antipiretika dan keban*akan /u"a mempun*ai si,at antiin,lamasi dan antireumatik ( ;/a*.200Q1 .
N*eri merupakan suatu keadaan *an" tidak n*aman dan men*iksa ba"i penderitan*a. namun
terkadan" n*eri dapat di"unakan seba"ai tanda adan*a kerusakan /arin"an. 7n,lamasi
merupakan mani,estasi dari ter/adin*a kerusakan /arin"an. dimana n*eri merupakan salah satu
dari "e/alan*a. Karena dipandan" meru"ikan maka in,lamasi memerlukan obat untuk
men"endalikann*a.
( =s4andiar*. 20021
Obat *an" dikenal seba"ai anal"etik$narkotik san"at ber"una untuk meredakan dan
men"hilan"kan rasa n*eri. Semua anal"esik$narkotik dapat menimbulkan adiksi. maka usaha
pen*elidik untuk mendapatkan suatu anal"esik *an" ideal masih tetap diteruskan. ;u/uan
pen*elidikan adalah suatu anal"etik *an" sama kuat seperti mor,in. tanpa baha*a adiksi mor,in.
8isini akan dibi#arakan obat seperti morphin den"an alkaloid morphin dan deri4at semisintetik.
anal"etik narkotik sintetik seperti meperidin dan deri4at ,enilpiperidin (termaksud al,aprodin dan
anileridin1. metadon dan deri4at serupa ( =s4andiar*. 20021.
77. ;E-EAN P=>:O5AAN
$ Entuk menetahui e,ek anal"esia pada nilai amban" sakit *an" diakibatkan oleh sen*a(a kimia
( asam asetat 1
$ ?embandin"kan e,ek anal"etik dari antal"in dan morphin
$ Entuk men"etahui ba"aimanana #ara pemberiaan penandaan pada he(an per#obaan
$ Entuk men"etahui persen proteksi "eliat dari masin"$masin" men#it
$ Entuk men"etahui berapa /umlah "eliat *an" dihasilkan oleh masin"$masin" men#it terhadap
setelah pemberian asam asetat 0 U
777. P>7NS7P P=>:O5AAN
Sen*a(a anal"etik antal"in dan mor,in beker/a den"an #ara menin"katkan nilai amban" n*eri
*an" men"ubah persepsi terhadap rasa sakit dan n*eri *an" diakibatkan oleh asam asetat
den"an kekuatan e,ek dan dosis *an" berbeda.
7D. ;7N-AEAN PES;AKA
Anal"etika atau obat pen"halan" n*eri adalah )atH)at *an" men"uran"i atau men"halau rasa
n*eri tanpa men"hilan"kan kesadaran. Obat$obat ini beker/a den"an berba"ai #ara sesuai
den"an "olon"ann*a (Kat)un". 5.G.. &9921.
>asa sakit sendiri timbul karena berba"ai /enis ran"san"an sakit. baik *an" bersi,at mekanik.
,isika maupun kimia melalui mekanisme *an" /u"a melibatkan prosta"landin dan hormon lokal
lainn*a. N*eri adalah perasaan sensoris dan emosional *an" tidak enak dan *an" berkaitan
den"an (an#aman1 kerusakan /arin"an. ?ediator n*eri antara lain dapat men"akibatkan reaksi
radan" dan ke/an"$ke/an". *an" men"akti4asi reseptor n*eri di u/un"$u/un" sara, bebas di kulit.
mukosa dan /arin"an lain. ?or,in atau opium termasuk ke dalam kelompok obat anal"esik
opiod. ?eskipun memperlihatkan berba"ai e,ek ,armakdinamika *an" lain. "olon"an obat ini
terutama di"unakan untuk meredakan atau men"hilan"kan rasa n*eri (Kat)un". 5.G.. &9921.
Oleh sebab itu. obat$obat antipiretik "olon"an NSA7 /u"a berpen"aruh pada persepsi sakit.
Sama haln*a den"an obat antipiretik. "olon"an NSA7 ini memberikan e,ek sampin" tertentu.
5erbeda den"an NSA78s. obat anal"etik "olon"an narkotik beker/a spesi,ik di SSP. den"an
e,ek sampin" *an" san"at spesi,ik pula. Obat lain *an" /u"a dapat men"ubah persepsi sakit
dapat di"unakan se#ara lokal. seperti balsem dan se/enisn*a. 8alam per#obaan rasa sakit
dapat diinduksi se#ara mekanik (benturan. /epitan1 .,isika (panas.sinar ED1 maupun kimia ()at$
)at kimia tertentu1.
(Kat)un". 5.G.. &9921
Anal"etik adalah obat *an" men"uran"i atau melen*apkan rasa n*eri tanpa men"hilan"kan
kesadaran (Anie,. &9921.
>asa n*eri han*a merupakan suatu "e/ala. ,un"sin*a memberi tanda tentan" adan*a
"an""uan$"an""uan ditubuh seperti peradan"an. in,eksi kuman atau ke/an" otot. >asa n*eri
disebabkan ran"san"an mekanis atau kimia(i. kalor atau listrik *an" dapat menimbulkan
kerusakan /arin"an dan melepaskan )at *an" disebut mediator n*eri (pen"antar1 (Anie,. &9921.
6at ini meran"san" reseptor n*eri *an" letakn*a pada u/un" s*ara, bebas dikulit. selaput lendir
dan /arin"an lain. 8ari tempat ini ran"san"an dialirkan melalui s*ara, sensoris ke SSP
(sususnan s*ara, pusat1. melalui sumsum tulan" belakan" ke talamus (optikus1. kemudian
kepusat n*eri dalam otak besar. dimana ran"san"an terasa seba"ai rasa n*eri. Seba"ai
mediator n*eri adalah Jistamin. serotonin. plasmokinin. prosta"landin. ion kalium (Anie,.
&9921.
Anal"etik opioid merupakan kelompok obat *an" memiliki si,at$si,at seperti opium atau mor,in.
?eskipun memperhatikan berba"ai e,ek ,armakodinamik *an" lain. "olon"an obat ini terutama
di"unakan untuk meredakan atau men"hilan"kan rasa n*eri. ;etapi semua anal"etik opioid
menimbulkan adiksi. maka usaha untuk mendapatkan suatu anal"esik *an" ideal masih tetap
diteruskan den"an tu/uan mendapatkan anal"esik *an" sama kuat den"an mor,in tanpa baha*a
adiksi.
(Anie,. &9921
Tan" termasuk "olon"an obat opioid ialah (&1 obat *an" berasal dari opium$mor,inW (21 sen*a(a
semi sintesis mor,inW dan (01 sen*a(a sintetik *an" bere,ek seperti mor,in. Obat *an"
men"anta"onis e,ek opioid disebut anta"onis opioid. >eseptor tempatterikatn*a opioid di sel
otak disebut reseptor opioid (Anie,. &9921
8ahulu di"unakan istilah anal"esik narkotik untu*k anal"esik kuat *an" mirip mor,in. 7stilah ini
berasal dari kata narkosis bahasa Tunani *an" berarti stupor. 7stilah narkotik telah lama
ditin""alkan /auh sebelum ditemukann*a li"and *an" mirip opioid endo"en dan reseptor untuk
)at ini. (Anie,. &9921
N*eri /u"a dapat merupakan "e/ala dari hampir semua pen*akit. Salaupun kadan"$kadan"
san"at men*iksa. n*eri san"at berhar"a seba"ai petun/uk untuk membantu dia"nosis dan
seba"ai perin"atan tentan" adan*a sesuatu *an" tidak beres pada tubuh. N*eri dikatakan
seba"ai super,isial (permukaan1. 4iseral (dalam1. atau somatik. N*eri super,isial berasal dari
kulit atau membran mukosa dan biasan*a terasa pedih dan terlokalisasi. N*eri 4iseral lebih
dalam. berasal dari sistem or"an seperti lambun" atau "in/al. N*eri somatik berasal dari otot
keran"ka. sendi. atau li"amen dan biasan*a merupakan n*eri *an" tumpul. menusuk dan tidak
terlokalisasi se#ara n*ata$ #ontohn*a sakit kepala. sakit "i"i. artritis dan n*eri otot.
Anal"etika dikelompokkan men/adi 2
$ Anal"etika opiod
$ NSA78! Non Steroidal Antiin,lamator* 8ru"s (OA7NS!Obat Antiin,lamasi Non Steroid1
Anal"etik Opioid
$ ?en"uran"i n*eri dan menimbulkan eu,oria den"an berikatan pada reseptor
opioid di otak. *aitu reseptor B (mu1.B (kappa1. dan ] (delta1
$ =nke,alin dan endor,in berikatan den"an reseptor B dan ]. 8inor,in berikatan
den"an reseptor kappa
$ Obat anal"etik opioid mor,in. metadon. meperidin (petidin1. ,entanil. buprenor,in.
de)osin. butor,anol. nalbu,in. nalor,in. dan penta)osin (?uts#hler. &99&1.
Anal"etik non$opioid atau NSA78!OA7NS
Obat A7NS dikelompokkan seba"ai berikut
$ deri4at asam salisilat. misaln*a aspirin
$ deri4at paraamino,enol. misaln*a para#etamol
$ deri4at asam propionat. misaln*a ibupro,en. ketopro,en. naproksen
$ deri4at asam ,enamat. misaln*a asam me,enamat
$ deri4at asam ,enilasetat. misaln*a diklo,enak
$ deri4at asam asetat indol. misaln*a indometasin
$ deri4at pira)olon. misaln*a ,enilbuta)on dan oksi,enbuta)on
$ deri4at oksikam. misaln*a piroksikam dan meloksikam (?uts#hler. &99&1
Obat pen"hilan" rasa n*eri diba"i atas dua kelompok non narkotik dan narkotika.
&. 7nteraksi obat non$narkotik
$ Asetamino,en$alkohol (bir. minuman keras. an""ur. dll1
Kombinasi ini dapat merusak hati. 7nteraksi un"kin han*a terlihat n*ata pada mereka *an"
se#ara teratur minum ban*ak alkohol dan /umlah besar sediaan asetamino,en.
$ Aspirin$antasida
=,ek aspirin dapat berulan". Nama paten antasida aiternaGel. 8el#id. 8i$Gel. Gelusin. Kudrox.
?*lanta. ?aalox. >iopan. Sin$Gel. dsb.
$ Aspirin$ antikoa"ulan
=,ek koa"ulan dapat menin"kat. Antikoa"ulan dapat di"unakan untuk men"en#erkan darah dan
men#e"ah pembekuan. Akibatn*a resiko pendarahan menin"kat. Aspirin dapat men*ebabkan
tukak lambun". *an" dapat diperburuk oleh interaksi obat ini.
$ Aspirin$ kortikosteroid
=,ek aspirin dapat berkuran". Akibatn*a "e/ala pen*akit mun"kin tidak terkendali den"an baik.
ke#uali /ika takaran aspirin ditin"katkan men/adi lebih tin""i dari takaran la)im. Ada /u"a risiko
pendarahan lambun" dan ter/adi tukak lambun" pada pen""unaan kombinasi obat ini.
$ Aspirin$ metotreksat (mexate1
=,ek metotreksat dapat menin"kat. ?etotreksat dapat di"unakan pada pen"obatan kanker.
Akibatn*a mun"kin ter/adi e,ek sampin" meru"ikan karena keban*akan metotreksat.
2. interaksi Narkotik
Narkotik adalah depresan susunan sara, pusat. Obat tersebut menekan atau melemahkan
,un"si seperti koordinasi dan ke(aspadaan. Penekanan *an" berlebihan atau merusak ,un"si
bila ter/asi suatu trankuilansia *an" di"unakan bersama den"an depresan susunan sara, pusat
lainn*a. Akhirn*a men"antuk. pusin". hilan"n*a koordinasi otot dan ke(aspadaan mental. pada
kasus berat ter/adi "an""uan peredaran darah dan ,un"si pernapasan. men*ebabkan koma dan
kematian. 8okter harus membantu pasien den"an teliti dan men"atur takaran obat untuk
menekan e,ek depresan *an" berlebihan.
Kelompok depresan *an" berinteraksi dan nama paten
ALKOJOL (bir. minuman keras. an""ur. dll1
AN;7KOL7N=>G7K H Pen""unaan dan nama paten
Tan" di"unakan untuk men"endalikan tremor karena pen*akit parkinson atau karena
pen"obatan den"an antipsikotika akineton. artane. #o"entin. kemadrin. pa"itane.
AN;7KONDELSAN (di"unakan untuk men"endalikan ke/an" seperti pada a*an1. Nama paten
8epakene. 8ilantin. ?esantoin. ?*solin. Pe"anone. ;e"retol. ;ridione. 6arotin.
AN;78=P>=SAN (/enis siklik1 H di"unakan untuk merin"ankan tekanan /i(a. Nama paten
Adapin. Asendin. A4ent*l. 8es*rel. =la4il. =ndep. =tro,on. Lambitrol. Ludiomil. Norpramin.
Pamelor. dll.
AN;7J7S;A?7N ( di"unakan untuk aler"i ,lu1. Nama paten A#tidil. Anti4ert. Atarax. 5enadril.
5ende#tin. 5onine. dll. ( Jarkness. &9R91.
Ana"esik opioid kuat
Anal"etik ini khususn*a di"unakan pada terapi n*eri tumpul *an" tidak terlokalisai den"an baik
(piseral1. N*eri somatik dapat ditentukan den"an /elas dan bisa diredakan den"an anal"eik
lemah atau den"an obat antiin,lamasi non steroid. ?orphin parenteral dapat di"unakan untuk
men"obati n*eri hebat dan morphin oral merupakan obat terkini pada pera(atan terminal.
?orphin dan anal"esik lainn*a men"hasilkan suatu kisaran e,ek sentral *an" meliputi
anal"esia. imporia. sedasi. depresi napas. depresi pusat 4asomotor. miosis akibat stimulasi
nukleus s*ara, 777 (ke#uali petidin *an" mempun*ai akti,itas men*rupai antrophin *an" lemah1.
mual . serta muntah *an" disebabkan oleh stimulasi #emore#eptor tr*"er )one diamorphin
(heroin. diasetil morphin1 lebih larut dalam lemak dari pada morphin sehin""a mempun*ai
a(itan ker/a lebih #epat bila diberikan se#ara suntikan. Phena)osin merupakan obat san"at
paten *an" di"unakan pada n*eri hebat. 8extromoramid mempun*ai ker/a durasi ker/a sin"kat (
2 $ + /am 1 dan dapat diberikan se#ara oral maupun sublin"ual sesaat sebelum tindakan *an"
men*akitkan. Phentanil dapat diberikan se#ara transdermal pada pasien den"an n*eri kronis
*an" stabil. terutama bila opiot oral men*ebabkan mual dan muntah hebat. ?ethadon
mempun*ai ker/a pan/an" dan kuran" sedati4 bila dibandin"kan morphin. ?ethadon di"unakan
se#ara oral untuk terapi rumatan pe#andu heroin dan morphin. Petidin mempun*ai a(itan ker/a
#epat tetapi durasin*a *an" sin"kat (0 /am1 membuatn*a tidak #o#ok untuk pe"endalian n*eri
/an"ka pan/an". 5uprenor,in merupakan a"onis parsial reseptor B.
5uprenor,in mempun*ai a(itan ker/a lambat. tetapi merupakan anal"esik e,ekti, setelah
pemberian sublin"ual (Neal. ?.-. 20031.
Anal"esik opioid lemah
Anal"esik opioid lemah di"unakan pada n*eri rin"an sampai sedan" anal"esik ini bisa
men*ebabkan keter"antun"an dan #enderun" disalah "unakan. Kodein ( metil morphin 1
diabsorpsi lebih baik se#ara oral. tetapi mempun*ai a,initas san"at lambat terhadap reseptor
opioid e,ek sampin". konti,asi. muntah. sedasi. membatasi dosis ke kadar *an" men"hasilkan
ana"lesik *an" /auh lebih rin"an dari pada morphin. Kodein /u"a di"unakan seba"ai obat
antitusi, dan antidiare (Neal. ?.-. 20031.
>eseptor opioid ma/emuk (multiple1. Konsep reseptor anal"esik *an" berinteraksi den"an
berba"ai sen*a(a untuk menimbulkan anal"esia sudah dia/ukan se/ak lama. akan tetapi baru
se/ak &9Q0 reseptor opioid di de,enisikan dan dapat ditentukan distribusi anatomin*a. Opioid
berinteraksi den"an reseptor opioid untuk menimbulkan e,ekn*a dan potensi anal"esik
ter"antun" pada a,initasn*a terhadap reseptor opioid spesi,ik. ;elah terbukti dapat berba"ai
/enis reseptor opioid di SSP dan adan*a berba"ai /enis reseptor tersebut dapat men/elaskan
adan*a berba"ai e,ek opioid. >eseptor M(mu1 diperkirakan memperantai e,ek anal"etik mirip
mor,in. eu,oria. depresi na,as. miosis. berkuran"n*a motilitas saluran #erna. >eseptor N (kappa1
didu"a memperantai anal"esia seperti *an" ditimbulkan penta)osin. sedasi. serta miosis dan
depresi na,as *an" tidak sekuat a"onis M. >eseptor O (si"ma1 diperkirakan berhubun"an
den"an psikotomimetik *an" ditimbulkan oleh penta)osin dan lain a"onis$anta"onis. Seain itu
dari susunan s*ara, pusat /u"a didapatkan reseptor A (delta1 *an" selekti, terhadap enke,alin
dan reseptor P (epsilon1 *an" san"at selekti, terhadap beta$endor,in tetapi tidak mempun*ai
a,initas terhadap enke,alin. ;erdapat bukti$bukti *an" menun/ukkan bah(a reseptor A (delta1
meme"an" peranan dalam menimbulkan depresi perna,asan *an" ditimbulkan opioid. 8ari
penelitian pada tokus didapatkan bah(a reseptor A dihubun"kan den"an berkuran"n*a
,rekuensi na,as. sedan"kan reseptor M dihubun"kan den"an berkuran"n*a tidal 4olume.
>eseptor M ada dua /enis *aitu reseptor M&. *an" han*a didapatkan di SSP dan dihubin"kan
den"an anal"esik supraspinal. pen"lepasan prolaktin. hipotermia dari katalepsi sedan"kan
reseptor M2 dihubun"kan den"an p^enurunan tidal 4olume dan bradikardia. Anal"esik *an"
berperan dalam tin"kat spinal didu"a bberinteraksi den"an reseptor A dan N (Tah*a. &9901.
KA>?AKOK7N=;7K
a. Absorpsi
Keban*akan anal"etik narkotik terabsorpsi baik dari tempat subkutis dan intra muskulat maupun
dari permukaan mukosa hidun" dan tra#tus "rastrointestinalis namun. potensi ,armakolo"i
beberapa sen*a(a *an" diberikan melalui /alur ini mun"kin /auh lebih rendah dari pada setelah
pemberian parenteral karena bermaknan*a metabolisme lintasan pertama dalam hepar setelah
absorpsi (Kat)un". 5.G.. &9RQ1
b. 8istribusi
5atan" otak reseptor opioid mempen"aruhi pernapasan. batuk. mual dan muntah. memelihara
tekanan darah. diameter pupil. dan men"ontrol sekresi lambun"
;alamus medialis daerah ini mempen"aruhi n*eri *an" dalam *an" tidak terlokalisasi dan
mempen"aruhi emosi.
?edula spinalis reseptor$reseptor didalam supstansia "elatinosa terlibat den"an penerimaan
dan inte"rasi hasil pembentukan sensorik. *an" mempen"aruhi pen"uran"an rasa n*eri
stimulus aperen.
Jipotalamus reseptor ini mempen"aruhi sekresi neuron endokrin
Sistem limbik konsetrasi reseptor opiod *an" terbesar terdapat pada ami"dala. >eseptor$
reseptor ini kemun"kinan tidak mempun*ai ker/a anal"esik. tetapi dapat mempen"aruhi tin"kah
laku emosi
Periper opioid /u"a terikat pada serabut Hserabuat s*ara, periper dan u/un"$u/un" terminaln*a.
Sama seperti di SSP. opioid ini men"hambat /an"kitan eksikasi s*ara, *an" timbuln*a
ber"antun" pada ion :a@@. substansi proin,lamasi dari akhir u/un" s*ara, ini telah diusulkan
bah(a ini dapat men*okon" e,ek antiin,lamasi opioid
Sel imun tempat penin"katan /u"a terdapat dalam sell 7mun. Peranan reseptor$reseptor ini
dalam nosiseksi (respon! sensiti,itas terhadap ran"san"an n*eri1 tidak ditentukan.
(?*#ek. ?. -. dkk. 200&1.
#. ?etabolisme adalah seba"ian obat opiat diubah men/adi metabolit polar dan mudah
disekresikan oleh "in/al. Sen*a(a *an" mempun*ai "u"usan hidroksil bebas mudah
dikon/u"asi den"an asam "lukoronat misaln*a morphin dan le4or,anol. Anal"esik narkotika
/u"a didemetilasi! N oleh hepar tetapi ini lintasan ke#il. 5ila ada pen*akit hepar. maka kadar
darah terapiutik mun"kin dapat ter#apai den"an tin"kat lebih rendah dari pada dosis biasa
sen*a(a ini.
(?*#ek. ?. -. dkk. 200&1.
d. =kresi metabolit polar opiat terutama diekresikan kedalam urin kon/u"at "lukuronida /u"a
diekresikan kedalam empedu tetapi sirkulasi enterohepatik han*a merupakan sebaha"ian ke#il
proses ekresi (Kat)un". 5.G.. &9RQ1
KA>?AKO87NA?7K
=,ek morphin pada susunan s*ara, pusat dan usus terutama ditimbulkan . Akan tetapi
selainkarena morphin beker/a pada a"onis pada reseptor dan itu morphin /u"a mempun*ai
a,initas *an" lemah terhadap reseptor (Ganis(arna. &9921.
SESENAN STA>AK PESA;.
Narkosis. =,ek morphin terhadap SSP berupa anal"esia dan narkosis. Anal"esia oleh morphin
dan opioid lain udah timbul sebelum penderita tidur dan serin" anal"esia ter/adi tanpa disertai
tidur. morphin dosis ke#il 2$ &0 m" menimbulkan eu,oria *an" sedan" menderita n*eri. sedih
dan "elisah. Sebalikn*a. dosis *an" sama pada oran" normal serin" kali menimbulkan disporia
berupa perasaan kuatir! takut disertai mual dan muntah (Ganis(arna. &9921.
Anal"esia. =,ek narkotik dan opioid lain san"at selekti, dan tidak disertai oleh hilan"na* ,un"si
sensorik lain *aitu rasa raba. rasa "etar. pen"lihatan dan penden"aran. 8en"an dosis morphin
dapat meredakan n*eri koli"renal atau koli" empedu. =,ek anal"etik morphin timbul
berdasarkan 0 mekanisme
a. ?orphin menin""ikan amban" rasa n*eri. mekanisme ini san"at berperan pentin" /ika
morphin diberikan ran"san"an n*eri
b. ?orphin dapat mempern"aruhi emosi artin*a morphin dapat men"ubah reaksi *an" timbul
dikorteks selebri pada (aktu persepsi n*eri diterima oleh korteks seleberi dihipotalumus
#. ?orphin memudahkan tidur dan pada (aktu tidur amban" ran"san" n*eri menin"kat.
S7S;=? KA>87ODASKELA>
Pemberian morphin dalam dosis terapi tidak mempen"aruhi tekanan darah ,rek(ensi maupun
irama den*ut /antun". ?orphin dan opioid lain menurunkan kemampuan sistem kardio4askular
untuk bereaksi terhadap perubahan sikap. ?orphin dan opioid lain harus di"unakan den"an
hati$hati pada keadaan hipo4olemia karena mudah timbul hipotensi.
(Ganis(arna. &9921.
O;O; POLOS LA7N
?orphin menimbulkan penin""ian tonus. amplitudo serta kontraksi ureter dan kandun" kemih.
=,ek ini dapat dihilan"kan den"an pemberian 0.3 m" antropin subkutan. Jilan"n*a rasa n*eri
pada kolik "in/al disebabkan oleh anal"esia morphin (Ganis(arna. &9921.
KEL7;
8alam dosis terapi morphin men*ebabkan pelebaran pembuluh darah pada kulit. sehin""a kulit
tampak merah dan terasa panas terutama dimuka. leher. dan dada ba"ian atas.
(Ganis(arna. &9921.
?=;A5OL7S?=
?orphin men*ebabkan suhu badan turun akibat akti,itas otot *an" menurun. paso dilatasi
peri,er dan pen"hambatan neural di SSP. Ke#epatan metabolisme dikuran"i oleh morphin
(Ganis(arna. &9921.
Sediaan. >ute Pemberian dan 8osis
?or,in tersedia dalam larutan. tablet. in/eksi. supositoria. ?or,in oral dalam bentuk larutan
diberikan teratur tiap + /am. N*eri rin"an #ukup den"an dosis a(al 2$&0 m". N*eri *an" berat
memerlukan &0$20 m". ?or,in tablet (modi,iet$release tablets1 diberikan tiap &2 /am. 8osis
mulai den"an &0$20 m". atau 20$00 m" tiap &2 /am. bila sebelumn*a telah mendapat obat
opioid lemah. 8osis oral de(asa biasan*a &0$00 m". 8osis intramiXuskular adalah seten"ah
dosis larutan oral. atau seten"ah dosis tablet. Pada n*eri *an" terbatas pada daerah tertentu.
dapat diberikan seba"ai nXblokin" sara,. ?or,in subkutan atau intramuskuler dapat diberikan
den"an dosis &0 m" per Q0 K" berat badan. seba"ai dosis a(al untuk n*eri sedan" sampai
berat. Pemberian intra4enus dapat diberikan pada n*eri pas#a operasi *an" berat. premedikasi.
n*eri /antun" berat. atau kolik renal. atau udem pulmo. 8osisn*a biasan*a 2.2$&0 m". 8osis
mor,in untuk ba*i dan anak ialah 0.&$0.2 m"!K" berat badan (maksimum &2 m"1 den"an in/eksi
subkutan atau intramuskuler. ?or,in dapat /u"a diberikan se#ara intraartikuler. Entuk kasus
n*eri pas#a operasi didaerah sendi nampakn*a in/eksi intraartikuler mor,in mempun*ai man,aat
men"uran"i intensitas n*eri dan konsumsi obat$obat anal"etika (Anonim. 200Q1.
N*eri bera(al dari reseptor n*eri *an" tersebar di seluruh tubuh. >eseptor n*eri ini
men*ampaikan pesan seba"ai impuls listrik di sepan/an" sara, *an" menu/u ke medula spinalis
dan kemudian diteruskan ke otak. Kadan" ketika sampai di medula spinalis. sin*al ini
men*ebabkan ter/adin*a respon re,leksW /ika hal ini ter/adi. maka sin*al se"era dikirim kembali di
sepan/an" sara, motorik ke sumber n*eri dan men*ebabkan ter/adin*a kontraksi otot.#ontoh
dari respon re,leks adalah reaksi se"era menarik tan"an ketika men*entuh sesuatu *an"
san"at panas. Sin*al n*eri /u"a sampai ke otak. Seseoran" akan akan merasakan n*eri han*a
/ika otak men"olah sin*al ini dan men"artikann*a seba"ai n*eri. >eseptor n*eri dan /alur
sara,n*a berbeda pada setiap ba"ian tubuh. Karena itu. sensasi n*eri ber4ariasi berdasarkan
/enis dan lokasi dari #edera *an" ter/adi. >eseptor n*eri di kuklit san"at ban*ak dan mampu
meneruskan in,ormasi se#ara akurat. sedan"kan sin*al n*eri dari usus san"at terbatas dan
tidak akurat. otak tidak dapat menentukan sumber *an" tepat dari n*eri di usus. lokasi n*eri
sulit ditentukan dan #enderun" dirasakan di daerah *an" lebih luas.
N*eri *an" dirasakan di beberapa daerah tubuh tidak se#ara pasti me(akili lokasi kelainann*a.
karena n*eri bisa berpindah ke daerah lain (re,erred pain1.
re,erred pain ter/adi karena sin*al dari beberapa daerah di tubuh serin"kali masuk ke dalam
/alur sara, *an" sama ke medula spinalis dan otak.
(http!!,armakolo"i$pharma#olo"*.blo"spot.#om!200R!&&!obat$anal"etik$berdasarkan$ilmu.html1
-enis n*eri
N*eri neuropatik.
N*eri neuropatik disebabkan oleh suatu kelainan di sepan/an" suatu /alur sara,. suatu kelainan
akan men""an""u sin*al sara,. *an" kemudian akan diartikan se#ara salah oleh otak. n*eri
neuropatik bisa men*ebabkan suatu sakit dalam atau rasa terbakar dan rasa lainn*a (misaln*a
hipersensiti4itas terhadap sentuhan1.
N*eri setelah pembedahan.
Jampir setiap oran" merasakan n*eri setelah men/alani pembedahan. n*erin*a bisa menetap
dan hilan"$timbul. semakin memburuk /ika penderita ber"erak. batuk. terta(a atau menarik
na,as dalam atau ketika perban pembun"kus luka di"anti
.
N*eri karena kanker.
;er/adin*a n*eri karena kanker bisa melalui beberapa #ara. tumor tumbuh ke dalam tulan".
sara, dan or"an lainn*a dan men*ebabkan rasa tidak n*aman atau n*eri hebat *an" tak
tertahankan.
beberapa pen"obatan kanker (misaln*a pembedahan dan terapi pen*inaran1 /u"a bisa
men*ebabkan n*eri.
N*eri *an" berhubun"an den"an kelainan psikis
N*eri biasan*a disebabkan oleh pen*akit. sehin""a dokter akan men#ari pen*ebab *an" bisa
diobati.
beberapa penderita memiliki n*eri *an" menetap tanpa adan*a pen*akit *an" bisa
menimbulkan n*eri.
/enis n*eri *an" lainn*a
5eberapa pen*akit. seperti aids. dapat men*ebabkan n*eri sehebat n*eri karena kanker.
pen"obatan terhadap n*eri *an" berhubun"an den"an pen*akit ini serupa den"an pen"obatan
untuk kanker.
artritis. baik karena osteoartritis maupun karena pen*akit tertentu (misaln*a artritis rematoid1
merupakan pen*akit *an" palin" serin" men*ebabkan n*eri.
untuk men"atasin*a bisa diberikan obat$obatan atau melakukan latihan$latihan tertentu.
pen"obatan n*eri
5eberapa /enis anal"etik (obat pereda n*eri1 bisa membantu men"uran"i n*eri.
obat ini di"olon"kan ke dalam 0 kelompok
Z anal"etik opioid (narkotik1
Z anal"etik non$opioid
Z anal"etik a/u4an.
anal"etik opioid merupakan pereda n*eri *an" palin" kuat dan san"at e,ekti, untuk men"atasi
n*eri *an" hebat (http!!(((.medi#astore.#om!1.
Epa*a pertama adalah untuk men"obati pen*akit *an" meninbulkan n*erin*a. /ika bisa. Namun
sambil men#ari alasan atau obat *an" #o#ok. kita sebalikn*a /u"a men"obati "e/ala den"an
obat anal"esik ( antin*eri1. Penan""anan n*eri ter"antun" dari dera/at rasa n*eri dan
tan""apan serta obat anal"esik. Pemberian dan pen""antian obat anal"esik dilakukan se#ara
bertahap. ;ahapan di"ambarkan den"an /en/an". anal"esik den"an ti"a tahap atau lan"kah.
Lan"kah pertama den"an obat anal"esik nonnarkotik. misaln*a aspirin atau para#etamol.
Perhatikan Para#etamol (mis. Panadol1 sebaikn*a dihindari oleh oran" den"an hepaitis.
Lan"kah kedua den"an memberi narkotik lemah. misaln*a kodein. bila dibutuhkan den"an tetap
diberi anal"esik biasa. Sedan" pada lan"kah tertin""i. diberikan obat narkotik kuat. misaln*a
morphin. sekali la"i den"an anal"esik biasa bila dibutuhkan. Obat anal"etik /u"a dapat
ditambah den"an ad/u4an. obat untuk membantu khasiat obat pokok. Ad/u4an bisa termaksud
obat bius lokal. steroid. dan obat antimual. serta terapi penun/an" *an" dibahas diatas. -enis
obat anal"etik *an" diberi dapat dinaikkan ke lan"kah berikutn*a bila tidak ada perbaikkan
den"an pen""unaan takaran *an" dian/urkan. Sebalikn*a bila diberi anal"esik lan"kah keti"a
dan n*eri mulai hilan". obat di"anti den"an obat /enis lan"kah kedua dulu. terus (bila n*eri
masih tetap rin"an1 den"an obat /enis lan"kah pertama. terus dihentikan /ika masalahn*a hilan"
total. -an"an lan"sun" berhenti memakai obat pada lan"kah kedua atau keti"a. 5iasan*a obat
diberikan pada saat kita merasakan n*eri. 7ni dapat berarti bah(a (aktu n*eri diobati.
dibutuhkan takaran besar. den"an kemun"kinan ada e,ek sampin" (Anonim. 200Q1.
#a,einusuhttp!!ka,einusu.blo"spot.#om!20&&!00!anal"etika.html
CC /eptember 22, 2:11 inggalkan 4omentar
A9A8J5I4A
Analgetika atau obat penghalang nyeri adalah kelompok obat-obatan yang mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
0asa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu ge"ala, yang fungsinya adalah
melindungi dan meberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan di tubuh seperti , peradangan
*rematik, en'ok+, infeksi kuman, ke"ang otot, dll.
Penyebab timbulnya nyeri adalah adanya rangsangan mekanis atau kimia!i yang dapat
menimbulkan kerusakan pada "aringan dan menyebabkan dilepaskannya mediator nyeri
*histamin, serotonin, bradikinin, prostagladin, dll+. Kat-&at tersebut akan merangsang reseptor
nyeri yang terletak pada u"ung syaraf bebas di kulit, selaput lendir atau "aringan atau organ lain.
%ari tempat tersebut rangsangan nyeri dialirkan melalui syaraf sensoris ke //P */usunan /yaraf
Pusat+ melalui sumsum tulang belakang ke thalamus dan kemudian ke pusat nyeri di dalam otak
besar, dimana rangsangan dirasakan sebagai nyeri.
%emam adalah suatu ge"ala pula, dan bukan merupakan penyakit tersendiri sebagaimana
dianggap banyak orang. Para ahli perpendapat bah!a demam adalah suatu reaksi tangkis tubuh
yang berguna dan menun"ukan adanya infeksi, bila suhu melampaui #: E barulah ter"adi situasi
kritis yang bisa fatal, karena tidak terkendali lagi oleh tubuh.
Mekanisme Penghalang 0asa 9yeri )
1. Merintangi pembentukan rangsang dalam reseptor-reseptor nyeri perifer, oleh analgetik
perifer atau Anestetika 8okal.
2. Merintangi penyaluran rangsang nyeri dalam syaraf-syaraf sensoris, misalnya dengan
Anestetika 8okal.
3. 3lokade dari pusat nyeri dalam //P dengan Analgetika 9arkotik atau Anestetika ;mum.
erapi Denis-"enis 9yeri )
1. 9yeri 0ingan , seperti sakit gigi, sakit kepala, sakit otot pada infeksi -irus, nyeri haid,
keseleo, dll , dapat meggunakan Analgetik Perifer seperti Asetosal, Parasetamol, Antalgin,
dll.
2. 9yeri 0ingan yang Menahun , seperti rematik, pada mana terdapat peradangan pada sendi ,
dapat digunakan Analgetik dan atau Antiimflamasi *anti radang+ seperti ) Asetosal,
Ibupropen, Indometa&in, dll.
3eberapa penyakit kronis lainnya antara lain )
- /akit punggung ba!ah *lo! ba'k pain+ antara lain akibat adanya kelainan tulang punggung
yang merangsang syaraf-syaraf atau "aringan ikat, dapat digunakan Anatgetik-antiimflamasi
bersama relaksan otot *dia&epam+.
- /akit kepala -askuler, antara lain Migrain, dapat diobati dengan 5rgotamin atau 4lonidin.
- 9yeri urat syaraf *neuralgia+ yang se'ara spesifik hanya dapat disembuhkan dengan obat-obat
epilepsi seperti 4arbama&epin *egretol+ dan Primidon *Mysolin+
3. 9yeri yang hebat, seperti nyeri organ-organ dalam *lambung, usus+ antara lain akibat kolik .
ke"ang pada serangan batu gin"al atau batu empedu, dapat digunakan Analgetik /entral
*9arkotik+ dengan Antispasmodik, misalnya Morfin dengan atropin, 3utilskopolamin dengan
antalgin
*3uskopan+, dll. Pada infark "antung "angan menggunakan Morfin berhubung efeknya
terhadap tekanan darah dan pernafasan, tetapi gunakan obat yang ker"anya sangat 'epat
seperti , Aentanyl.
#. 9yeri hebat yang menahun, sepeti kanker, atau kadang-kadang rematik dan neuralgia.
6anya obat yang berkhasiat kuat yang dapat digunakan seperti, Aentanyl, ramadol, dll.
Penggolongan Analgetika )
Analgetika dapat dikelompokan dalam dua golongan besar, yaitu Analgetik 9arkotik dan
Analgetik 9on-9arkotik.
Analgetik 9arkotik
Analgetik 9arkotik atau disebut "uga Analgetik Opioid, memiliki daya penghalang nyeri yang
kuat sekali dengan titik ker"a di //P. Kat tersebut umumnya mengurangi kesadaran *Meredakan
dan menidurkan+ , menimbulkan perasaan nyaman *euforia+ serta dapat menimbulkan toleransi
dan kebiasaan *habituasi+, serta menyebabkan ketergantungan fisik dan psikis *adiksi+.
4elompok obat tersebut adalah )
Alkaloid Eandu ) Morfin, 6eroin, 6idromorfin, 6idrokodon dan %ionin.
Pengganti morfin , yaitu ) Petidin, Aentanyl, metadon, fenantren , dll.
Mekanisme 4er"a Obat 9arkotika )
Pada tahun 1F?$ telah ditemukan analgetik endogen dalam otak binatang per'obaan, yaitu
5ndorfin atau 5nkefalin *morfin endogen+. /e'ara kimia!i endorfin adalah suatu molekul besar
yang tersusun dari polipeptida dengan $ asam amino dan mampu menduduki reseptor-reseptor
nyeri di //P hingga perasaan nyeri diblokir.
4hasiat analgetik narkotik berdasarkan kemampuannya untuk menduduki sisa reseptor nyeri
yang belum ditempati oleh enkefalin-enkefalin tersebut. etapi apabila analgetik tersebut
diberikan terus-menerus, maka pembentukan reseptor-reseptor tersebut akan distimulir dan
produksi enkefalin diu"ung syaraf otak dirintangi sehingga ter"adi kebiasaan dan ketagihan.
5fek samping umum dari morfin dan analgetik narkotik lainnya bah!a pada dosis biasa
menyebabkan gangguan lambung-usus *mual, muntah, obstipasi+, "uga efek pusat lainnya seperti
kegelisahan, sedasi, euforia. Pada dosis lebih tinggi menimbulkan efek yang lebih berbahaya
seperti ) depresi pernafasan, tekanan darah menurun, sirkulasi darah terganggu, dan dapat
menimbulkan koma dan pernafasan terhenti.
A1. Morfin
/umber ) diperoleh dari getah buah Papa-er /omniferum
4hasiat ) disamping sebagai analgetik kuat, morfin memiliki ker"a sentral lain seperti ,
menurunkan rasa kesadaran */edasi, 6ipnotis+, menghambat pernafasan, menghilangkan
reflek batuk, euforia *rasa nyaman+.
Penggunaan ,
erutama digunakan pada pengobatan nyeri yang hebat, baik akut maupun kronis, misalnya ,
kanker, operasi. Pemberian se'ara oral tidak efektif karena absorpsi dari usus kurang baik,
se'ara sub'utan atau intra muskular lebih baik dan efektif. 4ombinasi dengan atropin atau
skopolamin berguna untuk mengurangi efek sampingnya.
Antidotum ) pada o-erdosis atau intoksikasi dengan Morfin digunakan antidotum .
antagonisnya, yaitu 9alorfin atau 9alokson.
%osis ) Oral ) /ehari 3 kali L 1:- 3: mg
i.m. ) 1: H 2: mg , maksimal 1:: mg per hari
5fek /amping ) %epresi pernapasan, konstipasi, gangguan //P, hipotensi, mual, muntah.
A2. 6eroin *%iasetilmorfin+
6eroin atau diasetil morfin adalah turunan semi-sintetis dari morfin dengan khasiat analgetik
lebih kuat dari Morfin, tetapi mengakibatkan adiksi yang 'epat dan hebat sekali sehingga tidak
digunakan lagi dalam terapi.
A3. 4odein *Metilmorfin+
4odein merupakan turunan morfin yang mempunyai khasiat analgetik yang 7 kali lebih lemah
dibanding morfin, berhubung efek sampingnya "uga lebih ringan maka kodein digunakan
untuk menekan rangsang batuk dan nyeri dalam tubuh.
Penggunaan , digunakan sebagai obat batuk, sering dikombinasi dengan barbiturat
karena efek kodein terhadap batuk lebih kuat.
5fek samping ) (ang sering ter"adi adalah pusing-pusing dan mual.
%osis ) /ehari 3 H $ kali L 2: H #: mg.
A#. Petidin
Petidin merupakan Analgetik narkotik yang dibuat se'ara sintetik dimana struktur kimianya lebih
mirip dengan atropin dibanding morfin.
Penggunaan ) Petidin mempunyai efek analgetik lebih ringan dibanding morfin tetapi lebih
kuat dari kodein, berhkasiat "uga menekan rangsang batuk dan memiliki daya spasmolitik.
5fek samping ) lebih ringan dibanding morfin yaitu pada dosis tinggi menyebabkan
-asodilatasi, tremor, dan kon-ulsi, sehingga boleh digunakan pada kasus persalinan dan asma.
Petidin dapat menimbulkan adiksi dengan pesat pula.
%osis ) 0ektal atau i.m. $: H 1:: mg. maksimal 2:: mg sekali dan 7:: mg perhari.
A$. Aentanyl
Aentanyl adalah deri-at fenilpiperidin *seperti petidin+ dengan khasiat analgetik @: kali lebih
kuat dari morfin. Mulai ker"anya 'epat, dalam 2-3 menit *i.m. atau i.-.+ tetapi pendek sekali,
hanya sekitar 3: menit.
Penggunaan ) digunakan untuk mengurangi nyeri setelah operasi, biasanya dikombinasi
dengan neuroleptika droperidol.
5fek /amping ) lebih kurang sama dengan morfin.
%osis ) :,:$ H :,1: mg setiap 1-2 "am *setelah operasi+
A7. 9alorfin
9alorpin mempunyai rumus kimia mirip morfin dengan gugus alil pada atom-9. Kat ini dapat
merupakan antagonis morfin sehingga dapat meniadakan khasiat dari morfin dan analgetik
narkotik lainnya, terutama penghambatan pernafasan.
Penggunaan ) pada o-erdosis atau intoksikasi dengan obat-obat analgetik narkotik.
%osis ) i.-. $ H 1: mg, bila perlu diulang setelah $ menit, lama ker"anya lebih kurang #
"am.
A?. 9alokson
9alokson adalah deri-at terbaru yang mempunyai efek antagonis lebih kuat, tetapi ker"anya
pendek.
Penggunaan ) digunakan pada kasus ketagihan morfin atau heroin.
%osis ) Oral 1 H $ mg
.20&&.Anal"etika.http!!a#ep'urnadi.(ordpress.#om!20&&!09!22!anal"etika!
CC Ana'g%ti&a atau obat penghalang nyeri adalah &at-&at yang mengurangi atau menghalau rasa
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran * perbedaan dengan anestetika umum +.
Antipir%ti&a adalah obat yang dapat menurunkan demam *suhu tubuh yang tinggi+. Pada
umumnya *sekitar F:=+ analgesik mempunyai efek antipiretik.
"asa N3%ri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan
* an'aman + kerusakan "aringan. 3atas nyeri untuk suhu konstan, yakni pada ##-#$VE. 9yeri
disebabkan oleh rangsangan yang dapat menimbulkan kerusakan pada "aringan, rangsangan
tersebut memi'u pelepasan &at-&at tertentu yang disebut mediator nyeri, antara lain )
- histamine, yang bertanggung"a!ab untuk kebanyakan reaksi alergi * bron'hokontriksi,
pengembangan mukosa, pruritus + dan nyeri.
- bradikin, adalah polipeptida * rangkaian asam amino + yang dibentuk dari protein plasma.
- leukontrien, dan
- prostaglandin, mirip struktur dengan asam lemak dan terbentuk dari asam ara'hidonat.
D%mam pada umumnya adalah suatu ge"ala dan bukan merupakan penyakit sendiri. 4ini para
ahli sependapat bah!a demam adalah suatu reaksi tangkis yang berguna dari tubuh terhadap
suatu infeksi. Pada suhu di atas 3?VE limfosit dan makrofag men"adi lebih aktif. 3ila suhu
melampaui #:-#1VE, barulah ter"adi situasi kritis yang bisa men"adi fatal, karena tidak
terkendalikan lagi oleh tubuh.
P%nggo'ongan
1. Analgetik Perifer *non narkotik+, analgetik ini tidak dipengaruhi system saraf pusat.
/emua analgetik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu menurunkan suhu.
erdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak beker"a sentral.

1. Analgetika 9arkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada
fra'tura dan kanker.


1. A. Ana'g%ti&a P%ri$%r

P%nanganan 5%ntu&-5%ntu& n3%ri
- N3%ri ringan, dapat ditangani dengan obat perifer, seperti para'etamol, asetosal,
mefenaminat, propifena&on atau aminofana&on, begitu pula rasa nyeri dengan demam.
- N3%ri s%dang, dapat ditambahkan kofein atau kodein.
- N3%ri 3ang dis%rtai p%m5%ng&a&&an atau akibat trauma * "atuh, tendangan, tubrukkan+,
diobati dengan suatu analgetikum antiradang, seperti aminofena&on dan 9/AI% * ibuprofen,
mefenaminat, dll +.
- N3%ri 3ang 7%5at, perlu ditanggulangi dengan morfin atau opiate lainnya * tramadol +.
P%nggo'ongan Ana'g%ti&a P%ri$%r.
/e'ara kimia!i, analgetika perifer dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yakni )
1. a. Parac%tamo' ( Pamo'
2. 5. Sa'isi'at ) Asetosal * bodreBin +, salisilamida dan benorilat.
3. c. P%ng7am5at Prostag'andin ( NSAIDs ) Ibuprofen *proris +, dll.
#. d. D%ri6at-antrani'at ) Mefenaminat , glafenin.
$. %. D%r6at-pira0o'inon ) propifena&on, isopropilaminofena&on dan metami&ol.
7. $. Lainn3a ) ben&idamin * )antum +.
P%nggunaan
Obat-obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi //P
atau menurunkan kesadaran, "uga tidak menimbulkan ketagihan. 4ebanyakan &at ini "uga
berdaya antipiretis dan atau "uga antiradang. Oleh karna itu tidak hanya digunakan sebagai obat
antinyeri, melaikan "uga pada demam * infeksi -irus atau kuman, selesma, pilek + dan
peradangan seperti rema dan en'ok.

E$%& Samping
(ang paling umum adalah gangguan lambung-usus * b,',e+, kerusakan darah * a,b,d, dan e+,
kerusakan hati dan gin"al * a dan ' + dan "uga reaksi alergi kulit. 5fek-efek samping ini terutama
ter"adi pada penggunaan lama atau dala dosis tinggi.
1. <. Ana'g%ti&a nar&oti& * opioida +
adalah obat-obat yang daya ker"anya meniru * mimi' + opioid endogen dengan memperpan"ang
akti-itas dari reseptor:reseptor opioid * biasanya G-reseptor +. Kat-&at ini beker"a terhadap
reseptor opiois khas di //P, hingga persepsi nyeri dan respon emosional terhadap nyeri berubah
* dikurangi +.
P%nggo'ongan Ana'g%ti&a Nar&oti&a
Atas dasar 'ara ker"anya, obat-obat ini dapat dibagi dalam 3 kelompok, yakni )
1. 1. Agonis Opiat, yang dibagi dalam )
- Alkaloida candu ) morfin, kodein, heroin, nikomorfin.
- zat-zat sintetis ) metadon dan deri-atnya * dekstromoramida, propoksifen, be&itramida +,
petidin dan deri-atnya * fentanil, sufentanil + dan tramadol.
Eara ker"a obat-obat ini sama dengan morfin, hanya berlainan mengenai potensi dan lama
ker"anya, efek samping dan risiko akan kebiasaan dengan ketergantungan fisik.
1. 2. Antagonis Opiat ) nalokson, nalorfin, penta&osin, dan buprenorfin * emgesi' +.
3ila digunakan sebagai analgetikum, obat-obat ini dapat menduduki salah satu reseptor.
1. 3. ,ampuran ) nalorfin, nalbufin * 9ubain +.
Kat-&at ini dengan ker"a 'ampuran "uga meningkat pada reseptor-opioid, tetapi tidak atau hanya
sedikit mengakti-asi daya ker"anya.
!%&anism% K%r.a Ana'g%ti&a Nar&oti&a
5ndorfin beker"a dengan "alan menduduki reseptor-reseptor nyeri di //P, hingga perasaan nyeri
dapat diblokir. 4hasiat analgetik opioida berdasarkan kemampuannya untuk menduduki sisa-sisa
reseptor nyeri yang belum ditempati endorphin. etapi bila analgetika tersebut digunakan terus
menerus, pembentukan reseptor-reseptor baru distimulasi dan produksi endofrin di u"ung saraf
otak dirintangi. Akibatnya ter"adilan kebiasaan dan ketagihan.
E$%&-%$%& Samping *mum
Morfin dan opioida lainnya menimbulkan se"umlah besar efek samping yang tidak diinginkan,
yaitu)
1. Supr%si SSP8 misalnya sedasi, menekan pernapasan dan batuk, miosis, hypothermia dan
perubahan suasana "i!a *mood+. Akibat stimulasi langsung dari EK *Ehemo rigger
Kone+ timbul mual dan muntah. Pada dosis lebih tinggi mengakibatkan menurunnya
akti-itas mental dan motoris.
2. sa'uran napas; bronchokonstriksi, pernapasan men"adi lebih dangkal dan frekuensinya
menurun.
3. S3st%m sir&u'asi; -asodilatasi perifer, pada dosis tinggi hipotensi dan brady'ardia.
#. sa'uran-c%rna; motilitas berkurang *obstipasi+, kontraksi sfingter kandung empedu
*kolik batu-empedu+, sekresi pan'reas, usus dan empedu berkurang.
$. sa'uran-urog%nita'; retensi urin *karena naiknya tonus dari sfngter kandung kemih+,
motilitas uterus berkurang *!aktu persalinan diperpan"ang+.
7. +istamin%-'i5%rator; urti'aria dan gatal-gatal, karena menstimulasi pelepasan histamine.
?. K%5iasaan dengan risiko adiksi pada penggunaan lama. 3ila terapi dihentikan dapat
ter"adi ge"ala abstinensi.
2%.a'a A5stin%nsi (!ithdra!al syndrome+
selalu timbul bila penggunaan obat dihentikan dengan mendadak dan semula dapat berupa
menguap, berkeringat hebat dan air mata mengalir, tidur gelisah dan kedinginan. 8alu timbul
muntah-muntah, diare, ta'hy'ardia, mydriasis *pupil membesar+, tremor, ke"ang otot,
peningkatan tensi, yang dapat disertai dengan reaksi psikis hebat *gelisah, mudah marah,
kekha!atiran mati+.
Antagonis !or$in
Antagonis Morfin adalah &at-&at yang dapat mela!an efek-efek samping opioida tertentu tanpa
mengurangi ker"a analgetisnya. (ang paling terkenal adalah nalokson, naltrekson dan nalorfin.
Obat ini terutama digunakan pada o-erdose atau intoksikasi. 4hasiat antagonisnya diperkirakan
berdasarkan penggeseran opioida dari tempatnya di reseptor-reseptor otak. Antagonis morfin ini
sendiri "uga berkhasiat analgetik, tetapi tidak digunakan dalam terapi karena khasiatnya lemah
dan efek samping tertentu mirif morfin *depresi pernapasan, reaksi psikotis+
Lisa ariani.20&&. http!!#hamaiiaariani.(ordpress.#om!pen*ebab$diare!anal"etik$dan$antip*retik$
dan$obat$susunan$s*ara,$pusat!
<< Analgetik
Analgetik atau obat-obat penghilang nyeri adalah &at-&at yang mengurangi atau melenyapkan
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
- P%n3%5a5 sa&it4 n3%ri.
%idalam lokasi "aringan yang mengalami luka atau peradangan beberapa bahan
algesiogeni' kimia diproduksi dan dilepaskan, didalamnya terkandung dalam prostaglandin dan
brodikinin. 3rodikinin sendiri adalah perangsang reseptor rasa nyeri. /edangkan prostaglandin
ada 2 yang pertama 6iperalgesia yang dapat menimbulkan nyeri dan PJ*51, 52, A2A+ yang
dapat menimbulkan efek algesiogeni'.
- !%&anisam%;
Menghambat sintase PJ/ di tempat yang sakit.trauma "aringan.
- Kara&t%risti&;
1. 6anya efektif untuk menyembuhkan sakit
2. idak narkotika dan tidak menimbulkan rasa senang dan gembira
3. idak mempengaruhi pernapasan
#. Junanya untuk nyeri sedang, eB) sakit gigi
Analgesik di bagi menjadi 2 yaitu:
1. Analgesik Opioid/analgesik narkotika
Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memilikisifat-sifat seperti opium atau
morfin. Jolongan obat ini digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri seperti
pada fra'tura dan kanker.
Ma'am-ma'am obat Analgesik Opioid)
a. Metadon.
- Mekanisme ker"a) ker"a mirip morfin lengkap, sedatif lebih lemah.
- Indikasi) %etoksifikas ketergantungan morfin, 9yeri hebat pada pasien yang di rumah sakit.
- 5fek tak diinginkan)
U %epresi pernapasan
U 4onstipasi
U Jangguan //P
U 6ipotensi ortostatik
U Mual dam muntah pada dosis a!al
Methadon
b. Aentanil.
- Mekanisme ker"a) 8ebih poten dari pada morfin. %epresi pernapasan lebih ke'il
kemungkinannya.
- Indikasi) Medikasi praoperasi yang digunakan dalan anastesi.
- 5fek tak diinginkan) %epresi pernapasan lebih ke'il kemungkinannya. 0igiditas otot, bradikardi
ringan.
Fentanil
'. 4odein
- Mekanisme ker"a) sebuah prodrug 1:= dosis diubah men"adi morfin. 4er"anya disebabkan oleh
morfin. Duga merupakan antitusif *menekan batuk+
- Indikasi) Penghilang rasa nyeri minor
- 5fek tak diinginkan) /erupa dengan morfin, tetapi kurang hebat pada dosis yang
menghilangkan nyeri sedang. Pada dosis tinggi, toksisitas seberat morfin.
Kodein
2. Obat Analgetik Non-narkotik
Obat Analgesik 9on-9akotik dalam Ilmu Aarmakologi "uga sering dikenal dengan istilah
Analgetik.Analgetika.Analgesik Perifer. Analgetika perifer *non-narkotik+, yang terdiri dari
obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak beker"a sentral. Penggunaan Obat Analgetik
9on-9arkotik atau Obat Analgesik Perifer ini 'enderung mampu menghilangkan atau
meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga
efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik 9on-9arkotik . Obat Analgesik Perifer ini
"uga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna *berbeda halnya dengan penggunanaan
Obat Analgetika "enis Analgetik 9arkotik+.
5fek samping obat-pbat analgesik perifer) kerusakan lambung, kerusakan darah,
kerusakan hati dan gin"al, kerusakan kulit.
Ma'am-ma'am obat Analgesik 9on-9arkotik)
a. Ibupropen
Ibupropen merupakan de-irat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara. Obat
ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. 5fek analgesiknya sama
dengan aspirin.
Ibu hamil dan menyusui tidak di an"urkan meminim obat ini.
Ibuprofen
b. Para'etamol.a'etaminophen
Merupakan de-irat para amino fenol. %i Indonesia penggunaan parasetamol sebagai
analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. /ebagai analgesik,
parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati
analgesik.
Dika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong.
%alam sediaannya sering dikombinasikan dengan 'ofein yang berfungsi meningkatkan
efektinitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.

Acetaminophen
'. Asam Mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat terikat pada
protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan. 5fek samping
terhadap saluran 'erna sering timbul misalnya dispepsia dan ge"ala iritasi lain terhadap mukosa
lambung.
Asam Mefenamat
B. Antipiretik
Obat antipiretik adalah obat untuk menurunkan panas. 6anya menurunkan temperatur
tubuh saat panas tidak berefektif pada orang normal. %apat menurunkan panas karena dapat
menghambat prostatglandin pada E9/.
Ma'am-ma'am obat Antipiretik)
1. 3enorylate
3enorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini digunakan sebagai
obat antiinflamasi dan antipiretik. ;ntuk pengobatan demam pada anak obat ini beker"a lebih
baik dibanding dengan parasetamol dan aspirin dalam penggunaan yang terpisah. 4arena obat ini
deri-at dari aspirin maka obat ini tidak boleh digunakan untuk anak yang mengidap /indrom
0eye.
2. Aentanyl
Aentanyl termasuk obat golongan analgesik narkotika. Analgesik narkotika digunakan
sebagai penghilang nyeri. %alam bentuk sediaan in"eksi IM *intramuskular+ Aentanyl digunakan
untuk menghilangkan sakit yang disebabkan kanker.
Menghilangkan periode sakit pada kanker adalah dengan menghilangkan rasa sakit se'ara
menyeluruh dengan obat untuk mengontrol rasa sakit yang persisten.menetap. Obat Aentanyl
digunakan hanya untuk pasien yang siap menggunakan analgesik narkotika.
Aentanyl beker"a di dalam sistem syaraf pusat untuk menghilangkan rasa sakit. 3eberapa efek
samping "uga disebabkan oleh aksinya di dalam sistem syaraf pusat. Pada pemakaian yang lama
dapat menyebabkan ketergantungan tetapi tidak sering ter"adi bila pemakaiannya sesuai dengan
aturan.
4etergantungan biasa ter"adi "ika pengobatan dihentikan se'ara mendadak. /ehingga untuk
men'egah efek samping tersebut perlu dilakukan penurunan dosis se'ara bertahap dengan
periode tertentu sebelum pengobatan dihentikan.
3. Piralo&on
%i pasaran piralo&on terdapat dalam antalgin, neuralgin, dan no-algin. Obat ini amat man"ur
sebagai penurun panas dan penghilang rasa nyeri. 9amun piralo&on diketahui menimbulkan efek
berbahaya yakni agranulositosis *berkurangnya sel darah putih+, karena itu penggunaan analgesik
yang mengandung piralo&on perlu disertai resep dokter.
C. NSAID (Anti-Inflamasi
- E$%& dari NSAID (Anti-In$'amasi
Inflamasi adalah rekasi tubuh untuk mempertahankan atau menghindari faktor lesi. EOQ2 dapat
mempengaruhi terbentuknya PJs dan 34. Peran PJs didalam peradangan yaitu -asodilatasi dan
"aringan edema, serta berkoordinasi dengan bradikinin menyebabkan keradangan.
- !%&anism% Anti-In$'amasi
Menghambat prostaglandin dengan menghambat EOQ.
- Kara&t%risti& Anti-In$'amasi
9/AI% hanya mengurangi ge"ala klinis yang utama *erythema, edema, demam, kelainan fungsi
tubuh dan sakit+. 0adang tidak memiliki efek pada autoimunologi'al proses pada reumatik dan
reumatoid radang sendi. Memiliki antithrombik untuk menghambat trombus atau darah yang
membeku.
- ,onto7 o5at NSAID (Anti In$'amasi
1. Jol. Indometha'ine
- Proses didalam tubuh
Absorpsi di dalam tubuh 'epat dan lengkap, metabolisme sebagian berada di hati, yang
dieksresikan di dalam urine dan feses, !aktu paruhnya 2-3 "am, memiliki anti inflamasi dan efek
antipireti' yang merupakan obat penghilang sakit yang disebabkan oleh keradangan, dapat
menyembuhkan rematik akut, gangguan pada tulang belakang dan asteoatristis.
- 5fek samping
a. 0eaksi gastrointrestianal) anoreBia *kehilangan nafsu makan+, -omting *mual+, sakit abdominal,
diare.
b. Alergi) reaksi yang umumnya adalah alergi pada kulit dan dapat menyebabkan asma.
2. Jol. /ulinda'
Potensinya lebih lemah dari Indometha'ine tetapi lebih kuat dari aspirin, dapat mengiritasi
lambung, indikasinya sama dengan Indometha'ine.
3. Jol. Aryla'eti' A'id
/elain pada reaksi aspirin yang kurang baik "uga dapat menyebabkan leu'openia
thrombo'ytopenia, sebagian besar digunakan dalam terapi rematik dan reumatoid radang sendi,
ostheoarthitis.
#. Jol. Arylpropioni' A'id
%igunakan untuk penyembuhan radang sendi reumatik dan ostheoarthitis, golongan ini adalah
penghambat non selektif 'oB, sedikit menyebabkan gastrointestial, metabolismenya dihati dan di
keluarkan di gin"al.
$. Jol. PiroBi'am
5fek mengobati lebih baik dari aspirin indometha'ine dan naproBen, keuntungan utamanya
yaitu !aktu paruh lebih lama 37-#$ "am.
7. Jol. 9imesulide
Denis baru dari 9/AI%, penghambat EOQ-2 yang selektif, memiliki efek anti inflamasi yang
kuat dan sedikit efek samping
7karahma. 20&0.anal"esik.antipiretik.nsaid.http!!ika*eopo.blo"spot.#om!
<< AJO9I/ %A9 A9AJO9I/ OPIOI%
4ata opium berasal dari bahasa (unani yang berarti "us, "us yang berasal dari bunga opium
merupakan sumber dari 2: "enis alkaloid opium. 3piate merupakan istilah yang digunakan untuk
menyatakan obat-obatan yang berasal dari opium. Morphine berhasil diisolasi pada tahun 1@:3,
lalu diikuti oleh 'odeine pada tahun 1@32 dan papa-erine pada tahun 1@@#. Morphine dapat
disintesis se'ara buatan namun "auh lebih mudah bila diisolasi dari opium. Istilah nar'oti'
berasal dari bahasa (unani yang artinya adalah stupor dan se"ak lama telah digunakan untuk
menyatakan analgesik yang memiliki sifat seperti morphine. Pengembangan obat-obatan sintetis
yang memiliki sifat seperti morphine semakin mempopulerkan penggunaan istilah opioid untuk
menyatakan semua "enis substansi eksogen, yang bersifat alami maupun sintetik, yang dapat
membentuk ikatan dengan reseptor opioid dan menghasilkan suatu efek agonis *yang
menyerupai sifat morphine+. Opioid dapat menghasilkan kondisi analgesia tanpa menghilangkan
sensasi sentuhan, proprioseptif, maupun kesadaran. 4lasifikasi yang biasa digunakan untuk
opioid antara lain) agonis opioid, agonis-antagonis opioid, dan antagonis opioid.
6ubungan antara struktur dan akti-itas
Alkaloid opium dapat dibagi men"adi dia kelas yakni) phenanthrene dan ben&yliso2uinolone.
Alkaloid phenantrene yang dapat ditemukan pada opium antara lain morphine, 'odeine, dan
thebaine. Alkaloid ben&yliso2uinolone yang ada pada opium, yang merupakan "enis alkaloid
dengan akti-itas opioid yang lemah, antara lain papa-erine dan nos'apine.
iga buah 'in'in inti phenanthrene terdiri dari 1# buah atom karbon. Ein'in piperidine keempat
terdiri dari sebuah nitrogen amine tersier dan rangkaian seperti ini sering ditemukan pada
kebanyakan senya!a agonis opioid. Pada p6 ?,#, nitrogen amine tersier akan terionisasi,
sehingga lebih mudah larut dalam air. Ada keterkaitan antara struktur sterokimia opioid dengan
potensinya, di mana isomer le-orotary merupakan opioid yang paling aktif.
Opioid /emisintetik
Opioid semisintetik berasal dari molekul morphine yang kemudian dimodifikasi se'ara relatif
sederhana. /ebagai 'ontoh, substitusi sebuah gugus methyl dengan sebuah gugus hydroByl pada
karbon 3 dapat menghasilkan senya!a methylmorphine *'odeine+. Penggantian gugus asetyl
pada karbon 3 dan 7 akan menghasilkan senya!a dia'etylmorphine *heroin+. hebaine memiliki
akti-itas analgesik yang tidak signifikan namun senya!a ini merupakan prekursor untuk
senya!a etorphine *potensi analgesiknya W 1::: kali lipat dari morphine+.
Opioid /intetik
Opioid sintetik mengandung inti phenanthrene dari morphine namun inti tersebut disintesis
dengan menggunakan alat, tidak berasal dari modifikasi morphine. %eri-at morphine
*le-orphanol+, deri-at methadone, deri-at ben&omorphan *peta&o'aine+, dan deri-at
phenylpiperidine *meperidine, fentanyl+ merupakan 'ontoh kelompok snya!a opioid sintetik.
Ada kemiripan antara berat molekul *237 hingga 327+ dan p4 deri-at phenylpiperidine dengan
anestetik lokal amide.
Aentanyl, sulfentanyl, alfentanil, dan remifentanil merupakan "enis opioid semisintetik yang
sering digunakan dalam anestesia umum pada pembedahan "antung. Ada perbedaan
farmakokinetika dan farmakodinamika di antara semua obat-obatan tersebut. Perbedaan utama
tersebut terletak pada potensi dan la"u ekuilibrasi antara plasma dan efek obat *biophase+.
Mekanisme Aksi
Opioid bertindak sebagai suatu agonis pada sterotipik reseptor opioid di neuron presinaptik dan
postsinaptik sistem saraf pusat.//P *terutama di batang otak dan sumsum tulang belakang.spinal
'ord+ serta di luar //P pada "aringan periferal. 4ondisi hiperalgesik inflamasi kemungkinan
besar berkaitan erat dengan aksi opioid antino'i'epti-e. Mekanisme aksi periferal ini
kemungkinan besar diakti-asi pada neuron aferen primer. 9ormalnya, reseptor opioid yang
samaakan diakti-asi oleh tiga buah ligan reseptor peptida endogen yang dikenal sebagai
enkephalins, endorphins, dan dynorphins. 4etiga ligan endogen ini memiliki aksi yang
menyerupai opioid dengan 'ara berikatan dengan reseptor opioid sehingga dapat menimbulkan
akti-asi sistem modulasi nyeri *antino'i'epti-e+.
Adanya opioid dalam bentuk terionisasi sangat penting dalam proses pengikatan dengan reseptor
anionik. 6anya opioid bentuk le-orotary yang dapat menun"ukkan akti-itas opioid. Oleh karena
itu, se'ara alami, morphine "uga berbentuk isomer le-orotary. ingkat afinitas kebanyakan
agonis opioid berhubungan erat dengan potensi analgesiknya.
5fek utama akti-asi reseptor opioid adalah menurunkan neurotransmisi. Penurunan
neurotrasnmisi ini dapat ter"adi karena adanya penghambatan pelepasan neurotransmiter
presinaptik *a'etyl'holine, dopamine, norepinephrine, substan'e P+, dan terkadang "uga ter"adi
penghambatan bangkitan akti-itas di post-synapti'. Peristi!a biokimia!i yang diinisiasi oleh
terikatnya reseptor opioid oleh agonis opioid ditandai oleh peningkatan konduktansi kalium
*yang menyebabkan hiperpolarisasi+, inakti-asi saluran kalsium, atau kombinasi kedua hal
tersebut. Proses tersebut akan menyebabkan penurunan tiba-tiba pada pelepasan neurotransmiter.
Inhibisi adenyl 'y'lase yang dimediasi oleh reseptor opioid tidak berperan dalam efek 'epat
opioid, namun kemungkinan besar mekanisme ini berperan dalam efek lambat melalui
penurunan respon gen neuropeptidea 'y'li' adenosine monophosphate *'AMP+ dan penurunan
konsentrasi neuropeptida messenger *pemba!a pesan+ 09A.m-09A. 0eseptor opioid terletak
pada u"ung perifer neuron aferen primer dan akti-asi pada reseptor ini akan menyebabkan
penurunan neurotransmisi atau penghambatan proses pelepasan neurotransmisi eksitasi, seperti
substan'e P. %engan pertimbangan ini, maka morphine yang diin"eksi se'ara intraartikuler *3
mg+ dapat memberikan efek analgesia yang lebih lama meskipun prosedur artoskopi lutut sudah
selesai dilakukan. %epresi transmisi kolinergik pada //P yang diakibatkan oleh inhibisi
pelepasan a'etyl-'holine dari u"ung saraf memainkan peranan penting dalam menimbulkan efek
analgesia dan beberapa efek samping dari obat-obatan agonis opioid. Opioid tidak
mempengaruhi tingkat respon pada u"ung saraf aferen terhadap stimulasi noBious. Opioid "uga
tidak mengganggu konduksi impuls saraf di sepan"ang saraf perifer.
0eseptor opioid
0eseptor opioid diklasifikasikan men"adi tiga buah reseptor yakni mu, delta, dan kappa. 0eseptor
opioid ini berasal dari gugus senya!a reseptor berpasangan guanine *J+, dan senya!a ini dapat
ditemukan pada @:= reseptor yang ada di dalam tubuh manusia, termasuk untuk reseptor
muskarinik, adrenergik, gamma-butyri' a'id, dan somatostatin. /ebuah gen reseptor-mu sudah
berhasil diidentifikasi dan enam buah reseptor mu "uga telah berhasil diketaui. 4emungkinan
besar reseptor dari morphine-7-glu'oronide merupakan -arian dari reseptor mu. /ebuah agonis
opioid yang ideal harus memiliki spesifitas yang tinggi terhadap reseptor, sehingga dapat
menghasilkan respon yang diinginkan *analgesia+ tanpa harus menimbulkan banyak efek
samping *hipo-entilasi, mual, muntah, ketergantungan fisik+.
4etiga kelompok utama reseptor opioid "uga berpasangan dengan protein J sehingga dapat ikut
menghambat adenyl 'y'lase,menurunkan konduktansi gerbang--oltase saluran kalsium, atau
membuka aliran masuk dari saluran kalium. iap proses tersebut dapat mengakibatkan
penurunan akti-itas neuronal. 0eseptor opioid "uga memodulasi siklus hantaran sinyal
phosphoinisitide dan phospholipase E. 6ambatan pada aliran masuk kalsium dapat menyebabkan
supresi pelepasan neurotransmiter *substan'e P+ pada kebanyakan sistem neuronal.
6iperpolarisasi yang diakibatkan oleh adanya aksi di saluran kalium dapat men'egah eksitasi
atau propagasi potensi aksi. 0eseptor opioid dapat meregulasi fungsi dari sakuran ion lain
termasuk aliran eksitasi post-synapti' yang dibangkitkan oleh reseptor 9-methyl-%-aspartate
*9M%A+.
0eseptor mu atau reseptor morphine berperan dalam tindakan analgesia supraspinal dan spinal.
Akti-asi subpopulasi reseptor mu *mu
1
+ dianggap berperan dalam menghasilkan analgesia,
sedangkan reseptor mu
2
, berperan dalam menimbulkan hipo-entilasi, bradikardia, dan
ketergantungan. Meskipun begitu, 'loning *penggandaan+ reseptor mu tidak dapat mendukung
keberadaan subtipe reseptor mu
1
dan mu
2
. 4emungkinan besar timbulnya subtipe tersebut
diakibatkan oleh modifikasi post-translasi protein. 5ndomorphins merupakan peptida dengan
afinitas yang tinggi dan sangat selektif terhadap reseptor mu yang ada pada otak. Agonis reseptor
mu eksogen antara lain adalah morphine, meperidine, fentanyl, sufentanil, alfentanil, dan
remifentanil. 9aloBone merupakan antagonis reseptor mu, &at ini dapat melekat pada reseptor mu
namun tidak mengaktifkannya.
Agonis, termasuk ligan endogen dynorphin, dapat beraksi pada reseptor kappa, sehingga
mengakibatkan inhibisi pelepasan neurotransmiter melalui saluran kalsium 9. %epresi
pernapasan yang diakibatkan oleh akti-asi reseptor mu, "arang ditemukan pada akti-asi reseptor
kappa meskipun dysphoria dan diuresis biasanya menyertai akti-asi reseptor ini. Agonis-
antagonis opiod biasanya mempengaruhi reseptor kappa. 0eseptor delta dapat memberikan
respon terhadap ligan endogen yang dikenal sebagai enkephalins, dan resepotr opioid ini
berperan dalam memodulasi akti-itas reseptor mu.
/istem /upresi 9yeri /e'ara 5ndogen
Peranan dari reseptor opiod dan endorphins "elas terlihat pada sistem supresi nyeri se'ara
endogen. 0eseptor opioid yang terletak pada otak *substantia griseus batang otak peria2uedu'tal,
amygdala, 'orpus striatum, hypothalamus+ dan spinal 'ord *substantia gelatinosa+ berperan
dalam menimbulkan persepsi nyeri, integrasi impuls nyeri, dan respon terhadap nyeri.
%iperkirakan bah!a endorphins dapat menghambat pelepasan neurotransmiter eksitasi dari
u"ung saraf yang menmba!a impuls no'i'epti-e. /ehingga neuron akan ter-hiperpolarisasi, dan
menekan pelepasan respon bangkitan yang dapat menimbulkan nyeri. Alangesia yang diinduksi
oleh stimulasi listrik dari otak atau stimulasi mekanik dari area perifer *akupuntur+ kemungkinan
besar dapat melepaskan endorphins.
Opioid 9euraBial
Penempatan opioid pada ruangan epidural atau subaraknoid dalam mengatasi nyeri akut atau
kronik didasari oleh pengetahuan mengenai adanya reseptor opioid *terutama reseptor mu+ pada
substantia gelatinosa sumsum tulang belakang *spinal 'ord+. Analgesia yang ditmbulkan oleh
opioid neuraBial, berbeda dengan opioid yang diberikan se'ara inta-ena atau anestesia lokal yang
diberikan se'ara regional. 4arena opioid neuraBial tidak berhubungan dengan dener-asi sistem
saraf simpatetik, kelemahan otot rangka, ataupun hilangnya sensasi proprioseptif. Analgesia ini
berkaitan erat dengan "umlah dosis *dosis epidural sekitar $ hingga 1: kali dosis subaraknoid+
dan opioid ini tidak terlalu beker"a pada nyeri somatik, namun spesifik pada nyeri -is'eral.
9amun bila dibandingkan dengan rute neuraBial, opiod larut lemak seperti morphine dapat
menghasilkan analgesia onset lambat namun durasi ker"anya "auh lebih lama "ika diberikan
se'ara intra-ena.
Aarmakokinetika
Opioid yang dimasukan pada ruangan epidural dapat diserap masuk ke dalam lemak epidural,
absorpsi sistemik, atau difusi melalui dura ke dalam 'airan serebrospinalis *E/A+. Penetrasi obat
melalui dura sangat dipengaruhi oleh tingkat kelarutan dalam lemak.lipid. /elain itu, berat
molekul "uga berperan dalam proses penetrasi ini. 4onsentrasi fentanyl yang diberikan se'ara
epidural dapat men'apai pun'aknya sekitar 2: menit, sedangkan sulfentanil sekitar 7 menit.
/edangkan morphine butuh !aktu sekitar 1 hingga # "am untuk bisa men'apai konsentrasi
pun'ak di E/A.
5fek /amping
5fek samping opioid neuraBial ter"adi karena adanya obat yang memasuki E/A atau sirkulasi
sistemik. /e'ara umum, timbulnya efek samping sangat dipengaruhi oleh "umlah dosis opioid
yang diberikan. 3eberapa efek samping lainnya dipengaruhi oleh reseptor dan interaksi obat.
Ada empat buah efek samping klasik dari opioid neuraBial yakni gatal.pruritus, mual dan
muntah, retensi urin, dan depresi -entilasi.
Pruritus.Jatal
Pruritus merupakan efek samping yang sering ditemukan pada pemberian opioid neuraBal. %an
biasanya ge"ala ini terlokalisasi pada !a"ah, leher, atau dada bagian atas. Pruritus lebih sering
ter"adi pada pasien obstetrik, hal ini mungkin disebabkan oleh adanya interaksi antara reseptor
opioid dengan estrogen.
Antagonis opioid seperti naloBone sangat efektif dalam mengtasi gatal yang diakibatkan oleh
opioid. /e'ara paradoksal, antihistamine "uga dapat mengatasi pruritus, namun efek sekundernya
adalah dapat menimbulkan sedasi.
0etensi ;rin
Dika dibandingkan dengan pemberian I> dan IM, maka insidensi retensi urin lebih sering
ditemukan pada pasien muda yang mendapat opioid neuraBial. 0etensi urin kemungkinan besar
ter"adi karena interaksi opioid dengan reseptor opioid di spinal 'ord bagian sa'ral. Interaksi ini
dapat menghambat aliran sistem saraf parasimpatik sehingga menimbulkan relaksasi otot
detrusor dan peningkatan kapasita buli-buli yang mengakibatkan retensi urin. Morphine epidural
dapat menyebabkan retensi urin dalam 1$ menit dan hal tersebut dapat bertahan selama 17 "am.
6al ini dapat diatasi dengan penggunaan naloBone.
%epresi >entilasi
5fek samping serius dari opioid neuraBial adalah depresi -entilasi, yang dapat ter"adi dalam
beberapa menit atau beberapa "am setelah pemberian opioid. 3anyak yang melaporkan bah!a
depresi -entilasi ter"adi pada 1= populasi, dan kebanyakan disebabkan oleh pemberian fentanyl
atau sulfentanil. %epresi ini ter"adi karena absorpsi opioid ke dalam sirkulasi sistemik. %epresi
pernapasan karena in"eksi morphine intrathe'al "arang ter"adi.
Aaktor-faktor yang dapat menghambat timbulnya depresi pernapasan antara lain adalah "umlah
dosis opioid yang digunakan dan penggunaan opioid kombinasi. 3atuk dapat mempengaruhi
pergerakan E/A sehingga semakin memperbesar kemungkinan depresi -entilasi. Pasien obstetrik
kemungkinan besar tidak terlalu mengalami depresi -entilasi karena adanya stimulasi -entilasi
dari progesterone.
/ulit untuk mendeteksi depresi pernapasan pada pemberian opiod neuraBial karena terkadang
la"u napas tetap normal meskipun telah ter"adi hipoksemia arterial dan hiperkarbia. Pulse
oBimetry dapat di"adikan salah satu alat untuk mendeteksi hal tersebut. Pemberian oksigen
suplemental *2 liter.menit+ merupakan terapi yang efetif untuk mengatasi hal tersebut. Infus
naloBone profilaksis *:,2$ Xg.kg."am I>+ 'ukup efektif dalam mengurangi ter"adinya depresi
pernapasan dan beberaapa efek samping lainnya.
/edasi
/edasi merupakan salah satu efek samping yang dapat ditemukan dari pemberian berbagai "enis
opioid neuraBial, namun efek ini lebih sering ditemukan pada pemberian sulfentanil. %an efek
tersebut berhubungan erat dengan "umlah dosis opioid yang digunakan.
5ksitasi /istem /araf Pusat
0igiditas otot rangka yang menyerupai akti-itas ke"ang tonik dapat timbul karena pemberian
opioid I> dalam "umlah besar. 9amun efek samping seperti ini "arang ditemukan pada opioid
neuraBial. Miklonik "ustru lebih sering ditemukan pada opioid neuraBial, dan bahkan ada yang
melaporkan mengenai efek samping berupa ke"ang grand mal.
Migrasi opiod 'ephalad melalui E/A serta interaksi antara opioid dengan reseptor nonopioid di
batang otak atau basal ganglia dianggap sebagai mekanisme yang berperan dalam eksitasi //P
oleh opioid. %alam hal ini, opioid dapat menghambat inhibisi yang dimediasi oleh gly'ine atau
gamma-aminobutyri' a'id.
0eakti-asi >irus
Ada laporan mengenai reakti-asi herpes simpleks labialis pada pasien obstetrik yang mendapat
morphine epidural. 0eakti-asi ini ter"adi dalam 2 hingga $ hari setelah pemberian opioid. %an
ge"alanya lebih sering mengenai daerah yang dipersarafi oleh saraf trigeminal. Mekanisme yang
berperan dalam reakti-asi ini kemungkinan besar melibatkan migrasi 'ephalad opioid dalam E/A
sehingga opioid tersebut dapat berinterkasi dengan nukelus trigeminal.
Morbiditas 9eonatal
Absorpsi opioid se'ara sistemik akibat anestesia epidural dapat menyebabkan peningkatan kadar
obat dalam serum darah neonatus. /ehingga hal ini dapat menyebabkan depresi -entilasi pada
bayi baru lahir.
5fek /amping 8ain
Morphine epidural berhubungan "uga dengan perpan"angan masa ereksi dan ketidakmampuan
para pria dalam melakukan e"akulasi. Je"ala-ge"ala seperti miosis, nistagmus, dan -ertigo "uga
dapat ditemukan pada pasien yang mendapat opioid neraBial. Opioid neuraBial "uga dapat
menghambat pengosongan lambung. Penghambatan rasa gemetar oleh opioid neuraBial dapat
menurunkan temperatur tubuh. Oligouria dan retensi urin yang bisa menyebabkan edema
kemungkinan besar disebabkan oleh pelepasan -asopressin yang distimulasi oleh migrasi opioid
neuraBial dalam E/A. Opiod neuraBial yang ter'ampur dengan bahan-bahan penga!et "uga dapat
menimbulkan kerusakan spinal 'ord dengan manifestasi klinis berupa disfungsi sensoris dan
motoris, paresis, dan spasme mioklonik.
OPIOI% AJO9I/.Agonis opiod
Agonis opiod terdiri atas morphine, meperidine, fentanyl, sulfentanil, alfentanil, dan
remifentanil. 9amun agonis opioid tidak sa"a terbatas obat-obatan di atas. Masih ada beberapa
"enis lain dari agonis opioid.
Morphine
Morphine merupakan prototip dari agonis opioid dan men"adi &at pembanding untuk semua "enis
opioid lainnya. Pada manusia, morphine dapat menimbulkan alangesia, euphoria, sedasi, dan
penurunan kemampuan konsentrasi. /ensasi lain yang dapat ditimbulkan oleh morphine antara
lain mual, rasa hangat, rasa tebal pada ekstermitas, mulut kering, dan gatal, terutama pada daerah
sekitar hidung. Morphine dapat menurunkan ambang batas nyeri dan memodifikasi persepsi yang
berasal dari stimulasi noBious sehingga rasa nyeri yang timbul tidak akan lagi dianggap sebagai
suatu perasaan nyeri. 0asa nyeri yang tumpul lebih mudah diatasi oleh morphine. 3erbeda
dengan analgesik non-opioid, morphine lebih efektif dalam mengatasi nyeri -is'eral dan sensai
nyeri yang berasal dari otot rangka, sendi, dan usus. 5fek analgesia morphine akan lebih
dominan apabila &at ini diberikan sebelum ter"adi stimulus nyeri. Pada kondisi tanpa adanya
stimulus nyeri, morphine bukannya menimbulkan euforia, "ustru lebih sering menyebabkan
disforia.
Aarmakokinetika
Morphine dapat diserap dengan baik melalui pemberian intramuskuler, dengan onset efek sekitar
1$ hingga 3: menit dan efek pun'aknya ter'apai dalam #$ hingga F: menit. %urasi ker"a
morphine dapat bertahan selama # "am. Morphine, $ mg dalam #,$ ml larutan salin dan dihirup
sebagai aerosol dari nebuli&er, dapat beker"a pada "aras saraf di "alan napas sehingga bisa
mengatasi dispnea yang berhubungan dengan kanker paru-paru dan efusi pleura.
4onsentrasi plasma morphine setelah in"eksi intra-ena tidak berhubungan langsung dengan
akti-itas farmakologis opioid. 6al ini berkaitan erat dengan kemampuan morphine dalam
melakukan penetrasi ke sa!ar darah otak. Analgesia moderat membutuhkan konsentrasi plasma
morphine sekurang-kuranya :,:$ Xg.ml.
%iperkirakan bah!a Y :,1= morphine yang memasuki //P ketika konsentrasinya dalam plasma
telah men'apai pun'ak. 0endahnya penetrasi morphine ke //P antara lain disebabkan oleh *a+
rendahnya kelarutan relatif morphine ke dalam lemak, *b+ tingginya ionisasi morphine dalam p6
fisiologis, *'+ ikatan protein, *d+ ter"adi kon"ugasi yang 'epat dengan asam glu'oroni'.
Alkalinisasi darah, seperti yang dihasilkan oleh hiper-entilasi paru-paru, akan meningkatkan
fraksi morphine yang tak terionisasi sehingga akan memudahkan morphine ketika memasuki
//P. /ehingga hal tersebut menun"ukkan bah!a peningkatan aliran darah yang diinduksi oleh
karbon dioksida lebih berperan dalam menghantarkan morphine ke otak. idak seperti fentanyl,
morphine tidak mengalami uptake first pass ke dalam paru-paru.
Metabolisme
Dalur utama metabolisme morphine adalah kon"ugasi dengan asam glu'oroni' pada hati dan
lokasi ekstra-hati, terutama di gin"al. /ekitar ?$= hingga @$= dosis morphien akan berbentuk
morphine-3-glu'oronide, dan $= hingga 1:= akan berbentuk morphine-7-glu'oronide.
/e'ara farmakologis, morphine-3-glu'oronide bersifat tidak aktif, sedangkan morphine-7-
glu'oronide dapat menimbulkan analgesia dan depresi -entilasi melalui aksi agonis pada reseptor
mu.
Metabolisme gin"al memegang kontribusi yang besar dalam metabolisme morphine. 6al ini
men"elaskan mengapa pada pasien sirosis hati, masih dapat ter"adi proses pembersihan morphine.
Aaktanya, metabolisme gin"al akan semakin meningkat seiring dengan adanya gangguan
metabolisme hati.
5liminasi morphine akan terganggu pada pasien yang mengalami gangguan gin"al sehingga
dapat menimbulkan akumulasi opioid yang dapat mengakibatkan depresi -entilasi. Pembentukan
kon"ugasi glu'oronide dapat terganggu oleh inhibitor monoamine oBidase *MAO+ . 6al ini
men"elaskan adanya penambahan efek morphine ketika diberikan bersama obat-obatan inhibitor
MAO.
<aktu Paruh 5liminasi
5liminasi morphine-3-glu'oronide "auh lebih lama dari eliminasi morphine itu sendiri. Morphine
akan mengalami eliminasi karena metabolisme, dan hanya sedikit konsentrasi morphine yang
dikeluarkan melalui urin dalam bentuk utuh. Pasien yang mengalami gagal gin"al akan
menun"ukkan peningkatan konsentrasi morphine dan metabolitnya dalam plasma dan E/A.
/ehingga kita harus berhati-hati apabila hendak memberikan morphine pada orang yang
mengalami gagal gin"al.
Denis 4elamin
Denis kelamin dapat mempengaruhi analgesia opioid namun besarnya efek tersebut tergantung
pada banyak -ariabel, termasuk "enis opioid yang digunakan. Dika dibandingkan dengan pria,
maka morphine menun"ukkan potensi analgesik dan ke'epatan offset yang lebih lambat pada
!anita. Morphine tidak mempengaruhi ambang batas apneik !anita, namun hal tersebut dapat
meningkatkan ambang batas apneik pria. /ensiti-itas hipoksik "uga dapat mengalami penurunan
pada !anita, namun hal itu tidak ter"adi pada pria.
5fek /amping
/istem 4ardio-askuler
Pemberian morphine, meskipun dalam dosis besar *1 mg.kg I>+, pada pasien supine dan
normo-olemik tidak akan menyebabkan depresi miokardial se'ara langsung atau hipotensi.
9amun "ika pasien tersebut diubah posisinya men"adi posisi berdiri, maka hal tersebut dapat
menyebabkan hipotensi ortostatik dan syn'ope. 6al tersebut kemungkinan besar ter"adi karena
gangguan respon kompensasi dari sistem saraf simpatetik. 5fek lain dari gangguan respon
simpatetik ini dapat menyebabkan gangguan aliran balik -ena sehingga menurunkan 'urah
"antung dan tekanan darah.
Morphine "uga dapat menyebabkan penurunan tekanan darah sistemik yang disebabkan oleh
bradikardia atau pelepasan histamine. Pemberian opioid *morphine+ sebagai medikasi preoperatif
atau sebelum induksi anestesia *fentanyl+ 'enderung dapat menyebabkan penurunan denyut
"antung, terutama ketika terpapar dengan anestetik -olatil.
Premedikasi dengan menggunakan antihistamin 6
1
dan 6
2
tidak dapat mempengaruhi pelepasan
histamine yang diakibatkan oleh morphine, namun tindakan ini dapat men'egah ter"adinya
perubahan tekanan darah sistemik dan resistensi pembuluh darah sistemik.
Morphine tidak akan mensensitasi "antung terhadap katekolamin ataupun menyebabkan
disaritmia "antung selama tidak ada hiperkarbia atau hipoksemia arterial yang bisa ter"adi apabila
ada depresi -entilasi akibat opioid. akikardia dan hipotensi yang ter"adi selama prosedur
operasi bukan disebabkan oleh morphine, namun sebagai akibat dari respon tubuh terhadap
stimulasi nyeri yang tidak berhasil disupresi oleh morphine. 0espon kardio-askuler dipengaruhi
oleh sistem saraf simpatetik dan mekanisme renin-angiotensin. 4ombinasi beberapa obat opioid
dengan anestetik inhalan dapat menyebabkan hipontensi.
>entilasi
/emua opioid dapat menimbulkan efek depresi -entilasi yang dipengaruhi oleh "umlah dosis dan
"enis kelamin. %epresi -entilasi yang diinduksi oleh opioid memiliki 'iri berupa penurunan
respon pusat -entilasi terhadap karbon dioksida, yangi ditandai oleh peningkatan PaEO
2
dan
pergersaran kur-atura respon karbon dioksida ke arah kanan. Agonis opiod "uga dapat
mempengaruhi pusat pernapasan medullry yang berperan dalam regulasi ritme pernapasan.
5fek depresi pernapasan dapat ter"adi dengan sangat 'epat dan bertahan hingga beberapa "am.
Opiod dosis tinggi dapat menyebabkan apnea. 4ematian akibat o-erdosis opiod paling sering
disebabkan oleh depresi -entilasi.
Opioid dapat menyebabkan depresi akt-itas 'iliary di "alan napas. Peningkatan resistensi "alan
napas setelah pemberian opioid mungkin disebabkan oleh efek langsung pada otot polos bronkial
dan pelepasan histamine.
/upresi 3atuk
Opioid dapat menekan batuk dengan 'ara mempengaruhi pusat napas medullary yang letaknya
berbeda dengan pusat -entilasi. /upresi batuk se'ara maksimal dapat dihasilkan oleh 'odeine.
/upressi batuk "uga dapat dihasilkan oleh isomer opioid deBtrorotary *deBtromehrophan+ yang
tidak menghasilkan efek analgesia.
/istem /araf
Apabila opioid tidak menghasilkan hipo-entilasi, maka obat ini dapat menyebabkan penurunan
aliran darah serebral dan tekanan intrakranial *IEP+. Opioid harus hati-hati digunakan pada
pasien yang mengalami 'edera kepala karena *a+ pengaruh opioid berkaitan dengan kesadaran,
*b+ dapat menyebabkan miosis, *'+ dapat menyebabkan depresi -entilasi yang berhubungan
dengan peningkatan IEP "ika PaEO
2
meningkat. Eedera kepala "uga dapat mengganggu integritas
sa!ar darah otak sehingga dapat meningkatkan sensiti-itas terhadap opioid.
/edasi
itrasi morphine pas'aoperasi dapat menginduksi sedasi yang mendahului onset analgesia.
0ekomendasi yang biasa digunakan dalam titrasi morphine adalah membuat inter-al di antara
tiap in"eksi bolus *sekitar $ hingga ? menit+ agar kita dapat menilai efek klinis dari opioid.
raktus 3iliaris
Opioid dapat menyebabkan spasme otot polos bilier yang mengakibatkan peningkatan tekanan
intrabilier sehingga bisa menimbulkan distres epigastrik atau kolik bilier. 9yeri seperti ini dapat
dika'aukan oleh angina pe'toris. 9aloBone dapat menghilangkan nyeri kolik seperti ini.
Meskipun begitu, nyeri kolik tidak selalu ter"adi pada semua pasien, insidensinya adalah sekitar
3= dari semua pasien yang mendapat suplemen fentanyl.
4ontraksi otot polos duktus pankreatikus kemungkinan besar berperan dalam peningkatan kadar
amilase dan lipase yang ditemukan setelah pemberian morphine. 6al ini sering salah didiagnosis
sebagai pankreatitis akut.
raktus Jastrointestinal
3eberapa opioid seperti morphine, meperidine, dan fentanyl, dapat menimbulkan efek spasme
otot polos gastrointestinal, yang mengakibatkan beberapa efek samping seperti konstipasi, kolik
bilier, dan keterlambatan pengosongan lambung.
Morphine dapat menghambat kontraksi propulsi peristaltik pada usus halus dan usus besar serta
memperkuat tonus spin'hter pylori', katup ileo'e'al, dan spin'hter anus. Oleh karena itu akibat
efeknya tersebut, maka pada masa lalu morphine sering digunakan sebagai obat diare.
5fek morphine pada traktus gastrointestinal dapat dibalikkan dengan menggunakan antagonis
opioid.
Mual dan Muntah
Mual dan muntah yang diinduksi oleh opioid dapat ter"adi karena adanya stimulasi langsung
pada &ona pemi'u kemoreseptor *'hemore'eptor trigger &one+ di dasar -entrikel keempat. 6al ini
menun"ukkan bah!a agonis opioid dapat men"adi agonis dopamin parsial pada reseptor
dopamine di &ona pemi'u kemoreseptor. Morphine "uga dapat menyebabkan mual dan muntah
dengan 'ara meningkatkan sekresi gastrointestinal dan menghambat pengosongan isi lambung.
/istem Jenitourinarius
Morphine dapat meningkatkan tonus dan akti-itas peristaltik ureter. 3erbeda dengan efek pada
otot polos traktus biliaris, efek opioid pada traktus urinarius dapat dibalikkan efeknya dengan
menggunakan antikolinergik seperti atropine.
Perubahan 4utaneus
Morphine dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah kutaneus. 6al tersebut mengakibatkan
!a"ah, leher, dan dada bagian atas ber!arna kemerahan. Perubahan tersebut ter"adi karena
adanya pelepasan histamine.
Pelepasan histamine yang terlokalisasi, terutama pada -ena yang men"adi tempat in"eksi
morphine, bukanlah suatu reaksi alergi. /ering kali, pelepasan histamine se'ara lokal, hipotensi
ortostatik, mual dan muntah salah diinterpretasi sebagai suatu reaksi radang.
Plasenta
Plasenta tidak dapat men"adi sa!ar yang ideal terhadap opioid. Oleh karena itu depresi neonatus
dapat ter"adi karena pemberian opioid pada ibu selama proses persalinan. Penggunaan opioid
se'ara kronik dapat menyebabkan timbulnya ge"ala ketergantungan pada neonatus. Pemberian
naloBone pada neonatus dapat mempresipitasi sindrom putus obat yang dapat mengan'am "i!a
neonatus.
Interaksi Obat
5fek depresi -entilasi dari beberapa opioid dapat diperbesar oleh amphetamine, phenothia&ine,
monoamine oBidase inhibitor, dan antidepresan trisiklik. Obat-obatan simpatomimetik dapat
memperbesar efek analgesia dari opioid. /edangkan obat-obatan sistem kolinergik dapat
menghambat efek analgesia dari opioid.
oleransi Aarmakodinamika dan 4etergantungan Aisik
oleransi farmakodinamika dan ketergantungan yang ter"adi akibat penggunaan opioid se'ara
berulang-ulang merupakan salah satu karakteristik dan kelemahan utama yang dimiliki oleh
semua "enis opioid. oleransi silang antara opioid "uga dapat ter"adi.
oleransi merupakan suatu kondisi di mana ter"adi penambahan dosis agonis opioid guna
men'apai efek analgesik yang sebelumnya dapat di'apai dengan dosis yang lebih rendah.
oleransi seperti ini biasanya butuh !aktu sekitar 2 sampai 3 minggu.
6ipotesis pertama mengenai toleransi farmakodinamika berhubungan dengan perubahan
neuroadaptif akibat penggunaan opioid dalam "angka pan"ang. /emua reseptor opioid men"adi
terdesensitasi akibat penurunan transkripsi dan "umlah reseptor.
6ipotesis kedua mengenai toleransi berkaitan dengan peningkatan regulasi sistem 'y'li'
adenosine monophosphate *'-AMP+. Paparan opioid dalam "angka pan"ang berkaitandengan
penurunan "aras '-AMP se'ara bertahap. Peman"angan masa paparan dapat mengakti-asi
reseptor 9M%A melalui mekanisme se'ond messenger serta menurunkan transporter glutamate
spinal. 6al ini menyebabkan toleransi opioid dan sensiti-itas nyeri yang abnormal,
Perubahan 6ormonal
Morfin dapat menyebabkan penurunan progresif dari konsentrasi kortisol plasma. 5fek utama
opioid pada aksis hipotalamus-pituitari-gonad melibatkan pengaturan pelepasan hormone
termasuk peningkatan prola'tin dan penurunan lutenizing hormone *86+, follicle stimulating
hormone *A/6+, testosteron, dan konsentrasi estrogen.
Perubahan imun
erapi opioid bisa menyebabkan perubahan imunitas melalui efek neuroendokrin atau efek
langsung pada sistem imun. Opioid mengubah perkembangan, diferensiasi, dan fungsi dari sel
imun akibat pengaruhnya pada reseptor opioid pada sel imun.
O-erdosis
Prinsip dari o-erdosis opioid adalah depresi pernafasan hingga dapat menyebabkan apneu.
riasnya berupa miosis, hipo-entilasi dan koma. Penanganannya dengan -entilasi mekanik
dengan oksigen dan pemberian antagonis opioid misalnya naloBone.
Morphine-7-Jlu'uronide
<aktu ker"a morphine-4-glucuronide lebih lama, efek analgesiknya "uga 7$:B lebih kuat dari
morfin oleh karena afinitasnya yang lebih tinggi terhadap reseptor opioid. 9amun, akumulasi
morphine-4-glucuronide selain berefek analgesik "uga dapat mendepresi pernapasan. (orphine-
4-glucuronide tidak akan menimbulkan efek klinis atau analgesik apabila diberikan dengan dosis
bolus I> tunggal atau bolus I> diikuti dengan infus selama # "am. 6al ini menun"ukkan
rendahnya permeabilitas sa!ar darah otak terhadap morphine-4-glucuronide dan menekankan
bah!a pemberian infus "angka pendek tidak 'ukup menghasilkan konsentrasi optimal morphine-
4-glucuronide pada //P agar berefek farmakologis.
Aarmakokinetika
Meperidine memiliki potensi 1.1: morfin dengan dosis @:-1:: mg IM setara dengan 1: mg
morfin. %urasi ker"a 2-# "am dan memberi efek sedasi, euphoria, nausea, -omitus, dan depresi
napas seperti morfin, namun dapat diserap baik pada traktus gastrointestinal.
Metabolisme
Metabolisme hepatik meperidine sangat luas oleh karena F:= dari obat langsung mengalami
demetilasi men"adi normeperidine dan dihidrolisis men"adi asam meperidinik. %ieksresi melalui
urin dan bergantung pada p6. 9ormeperidine dapat dideteksi dalam urin hingga 3 hari setelah
pemberian meperidine dan komponen ini dapat menstimulasi //P. oksisitasnya memberi ge"ala
mioklonus, ke"ang, dan gangguan fungsi gin"al.
<aktu Paruh 5liminasi Obat
<aktu paruh eliminasi mepiridine adalah 3-$ "am karena klirensnya bergantung pada
metaboisme hepati'. <aktu eliminasi tidak akan berubah dengan pemberian dosis meperidine
hingga $mg.kg.I>.
Penggunaan 4linis
Prinsip penggunaan meperidine adalah untuk analgesi' selama proses melahirkan dan masa post-
operatif. Obat ini dianggap paling baik untuk pemberian intratekal. Meperidine efektif untuk
menekan ke"adian menggigil post operasi karena ker"anya pada _-2 reseptor yang
mengkontribusi efek anti-shi!erin, namun hal ini dapat menyebabkan perubahan pada
peningkatakan konsumsi oksigen. Meperidine dapat diberikan peroral sehingga lebih baik dari
morfin, namun tidak efektif pada terapi diare dan antitusif sehingga kurang berguna pada
bronkoskopi. Meperidine tidak diberikan dalam dosis tinggi karena dapat memberi efek inotropik
negati-e terhadap "antung dan pelepasan histamine pada se"umlah pasien.
5fek samping
Pada dosis terapeutik, obat ini dapat menyebabkan hipotensi ortostatik akibat inter-ensi efek
refleks kompensasi sistem saraf simpatis. 3erbeda dengan morfin, meperidine tidak
menyebabkan bradikardi, tetapi menimbulkan takikardi. Pemberian dengan dosis yang lebih
besar dapat menurunkan kontraktilitas miokard. %elirium dan ke"ang timbul apabila telah ter"adi
akumulasi obat ini. /indrom serotonin *instabilitas autonom+ dapat ter"adi bila ada pemberian
obat yang merangsang pelepasan serotonin atau pada pasien yang diberikan meperidine dengan
kombinasi antidepresan *(onoamine oxidase inhibitors, fluoBetin+
Opioid ini dapat mele!ati plasenta, namun efek konstipasi dan retensi urin lebih sedikit dari
morfin. Miperidine 'enderung menyebabkan midriasis, mulut kering, dan takikardi yang
menun"ukkan efek seperti atropin. %apat ter"adi ge"ala putus obat akibat penghentian pemberian
meperidine, namun lebih 'epat, durasinya singkat, dan efek sistem saraf otonomnya lebih sedikit
daripada morfin.
Aentanyl
/ebagai analgesik, fentanyl memiliki efek ?$-12$B lebih poten daripada morfin.
Aarmakokinetika
Aentanyl dosis tunggal intra-ena memiliki onset yang lebih 'epat dan durasi ker"a yang lebih
singkat dari morfin oleh karena sifat lipofilik dari fentanyl sehingga dapat mele!ati sa!ar darah
otak dengan mudah. /ebaliknya, durasi singkat fentanyl disebabkan oleh redistribusi 'epat pada
"aringan-"aringan inaktif seperti lemak dan otot skelet. Paru merupakan salah satu tempat
penyimpanan dengan estimasi ?$= dari dosis a!al fentanyl.
Metabolisme
Aentanyl dimetabolisme menghasilan norfentanyl, hydroBypropionyl fentanyl, dan
hydroBypropionyl-norfentanyl. 9orfentanyl disekresi oleh gin"al dan dapat ditemukan dalam urin
selama ?2 "am setelah pemberian dosis tunggal I> fentanyl.
<aktu Paruh 5liminasi Obat
<aktu paruuh eliminasi obat ini lebih lambat dibandingkan morfin sehingga -olume distribusi
obat lebih besar. 8ebih dari @:= dari dosis yang disuntikkan sudah tidak berada dalam plasma Y
$menit. Peman"angan !aktu pareuh eliminasi fentanyl pada pasien usia lan"ut disebabkan oleh
penurunan la"u klirens opioid karena -olume distribusi tidak berubah bila dibandingkan pada
pasien yang lebih muda. 6al ini kemungkinan disebabkan oleh penurunan aliran -ena porta
hepati' akibat usia, atau produksi albumin oleh karena fentanyl sebagian besar terikat protein
*?F-@?=+. Dadi "arang pemberian dosis fentanyl bisa lebih lama pada pasien usia lan"ut.
EonteBt-/ensiti-e 6alf ime
%urasi pemberian infus kontinyu fentanyl meningkat melebehi 2 "am dan 'ontext-sensiti!e half
time pada opioid ini men"adi lebih besar dari sufentanil.
Eardiopulmonary 3ypass
/emua opioid menun"ukkan penurunan konsentrasi plasma pada a!al 'ardiopulmonary bypass.
Penurunannya lebih sedikit pada opioid yang memiliki -olume distribusi yang besar.
Penggunaan 4linis
/e'ara klinis, fentanyl dapat diberikan dalam 'akupan dosis yang 'ukup luas. %osis rendah
fentanyl 1-2 Mg.kg.I> diberikan untuk efek analgesia. Aentanyl 2-2: Mg.kg.I> diberikan sebagai
tambahan untuk anestesi inhalasi guna mengurangi respons sirkulasi terhadap intubasi 5 atau
perubahan mendadak akibat stimulasi operasi. %osis besar fentanyl, $:-1$: Mg.kg.I> dapat
digunakan tunggal untuk anestesi operasi.
Aentanyl dapat diberikan transmukosal dengan dosis $-2: Mg.kg dengan tu"uan untuk
mengurangi ke'emasan dan memfasilitasi induksi anestesi, terutama pada anak-anak. %osis
fentanyl transmukosal bergantung pada usia dan penggunaannya. ;sia 2-@ tahun, dapat diberikan
1$-2: Mg.kg #$ menit sebelum induksi anestesi. Pada usia 7 tahun dengan pemberian fentanyl
transmukosal per oral 1$ Mg.kg dapat meningkatkan insidens -omitus. ;ntuk terapi
postoperati-e setelah operasi ortopedi, 1 mg fentanyl oral transmukosal setara dengan $mg
morfin I>.
%apat diberikan fentanyl transdermal ?$-1:: Mg."am dengan kadar men'apai pun'ak dalam
!aktu 1@ "am dan stabil selama anestesi masih terpasang. Pemberian transdermal fentanyl
dilakukan sebelum induksi anestesi dan ditinggalkan hingga2#"am postoperasi.
5fek /amping
5fek samping yang ditimbulkan akibat fentanyl seperti pada pemberian morfin. %epresi
pernapasan rekuren atau persisten akibat fentanyl merupakan masalah penting yang sering ter"adi
setelah operasi.
5fek 4ardio-askular
3erbeda denngan morfin, meskipun diberikan dalam dosis yang besar, fentanyl tidak akan
merangsang pelepasan histamine sehingga tidak akan ter"adi dilatasi pembuluh dara -enula yang
mengakibatkan hipotensi. 9amun demikian, kontrol perubahan tekanan darah perlu dilakukan
pada pasien neonatus yang diberikan fentanyl oleh karena cardiac output-nya bergantung pada
denyut "antung. 0eaksi alergi "arang ter"adi akibat pemberian obat ini.
Akti-itas 4e"ang
4e"ang dapat timbul akibat pemberian 'epat fentanyl, sufentanil, dan alfentanil intra-ena.
9amun, setelah pemberian 'epat fentanyl 1$: Mg.kg.I> pada konsentrasi plasma setinggi 1?$:
ng.ml, tidak ditemukan bukti 55J yang menun"ukkan adanya akti-itas ke"ang. /ebaliknya,
pemberian opioid dapat menyebabkan mioklonus sekunder akibat depresi sel saraf inhibisi
dengan gambaran klinis ke"ang tanpa adanya perubahan 55J.
0angsangan Potensial /omatosensoris dan 5le'troen'ephalogram
%osis fentanyl 3: Mg.kg.I> akan menyebabkan perubahan pada rangsangan potensial
somatosensoris, namun demikian, meski dapat dideteksi, pemeriksaan dengan monitor 55J
tidak dian"utkan selama proses anestesi.
ekanan Intrakranial
Pemberian fentanyl dan sufentanil pada pasien dengan trauma kepala berkaitan dengan sedikit
peningkatan tekanan intra'ranial *7-F mm6g+ meskipun tidak ada perubahan rumatan PaEO
2
.
Peningkatan ini diikuti dengan penurunan nilai rata-rata tekanan arterial *MA3P+ dan tekanan
perfusi serebral *EPP+.
Interaksi Obat
4onsentrasi analgesi' dari fentanyl meningkatkan potensi efek mida&olam dan menurunkan
kebutuhan penggunaan propofol. 4ombinasi opioid-ben&odia&epine menun"ukkan efek sinergis
hypnosis dan depresi pernapasan.
/ufentanil
/ufentanil merupakan analog thienyl dari fenanyl. Potensi analgesik sufentanil adalah sekitar
lima hingga sepuluh kali dari fentanyl. 6al itu disebabkan oleh sufentanil memiliki afinitas yang
"auh lebih besar terhadap reseptor opioid "ika dibandingkan dengan fenanyl.
Aarmakokinetika
<aktu paruh eliminasi sufentanil berada di antara !aktu paruh fentanyl dan alfentanil. >d dan
!aktu paru eliminasi sulfentanil mengalami peningkatan pada pasien yang obesitas, karena obat
ini sangat larut dalam lipid. Ikatan sufentanil terhadap protein "auh lebih kuat bila dibandingkan
dengan fentanyl.
/ulfentanil memiliki fraksi bebas yang "auh lebih banyak pada neonatus. 6al itu yang
menyebabkan sulfentanil dapat memberikan efek depresi -entilasi yang "auh lebih besar ketika
berada dalam plasma neonatus.
Metabolisme
/ulfentanil dimetabolisme se'ara 'epat oleh 9-dealkylation pada nitrogen piperidine dan O-
demethylation.
Penggunaan 4linis
%osis tunggal sufentanil :,1 hingga :,# Xg.kg I> dapat memberikan efek analgesia yang lebih
baik dan depresi -entilasi yang "auh lebih sedikit dari efek yang dihasilkan oleh fentanyl pada
dosis yang sama *1 hingga # Xg.kg I>+. Meskipun dosis besar sufentanil *1: hingga 3: Xg.kg I>+
dan fentanyl *$: hingga 1$: Xg.kg I>+ tidak memberikan banyak perubahan pada hemodinamika
pasien sehat, namun perubahan hemodinamika tetap sa"a bisa ter"adi karena adanya respon
katekolamin terhadap stimulus bedah. Jangguan -entilasi bisa sa"a ter"adi pada pemberian
sufentanil yang diakibatkan oleh adanya rigiditas otot-otot pernapasan.
Alfentanil
Alfentanil merupakan analog fentanyl yang tidak terlalu poten *potensinya seperlima hingga
sepersepuluh+ dan durasi ker"anya hanya sepertiga dari durasi ker"a fentanyl.
Aarmakokinetika
Alfentanil memiliki !aktu paruh eliminasi yang singkat "ika dibandingkan dengan fentanyl dan
sufentanil. /irosis hati dapat memperpan"ang !aktu paruh tersebut. 9amun gangguan gin"al
tidak mempengaruhi !aktu paruh eliminasi alfentanil. <aktu paruh alfentanil pada anak-anak
"auh lebih 'epat "ika dibandingkan dengan orang de!asa. 6al itu menun"ukkan bah!a >d
alfentanil pada anak "auh lebih ke'il.
>d alfentanil sekitar empat hingga enam kali lebih ke'il dari fentanyl. /ekitar enam kali lebih
ke'ildari sulfentanil. 4arena alfentanil memiliki kelarutan dalam lipid yang lebih rendah dan
ikatannya terhadap protein "auh lebih besar. Pada neonatus, !aktu paruh eliminasi alfentanil "auh
lebih 'epat.
Metabolisme
Alfentanil dimetabolisme melalui dua "alur independen yakni piperidine 9-dealkylation men"adi
noralfentanil, yang merupakan metabolit utama, dan amide 9-dealkylation men"adi 9-
phenylproprionamide.
Alfentanil lebih banyak dimetabolisme di hati oleh akt-itas P-#$: *E(P3A+. Perubahan pada
akti-itas P-#$:, seperti penggunaan erythromy'in, dapat mengganggu metabolisme alfentanil.
<aktu Paruh 5liminasi
<aktu paruh eliminasi alfentanil "auh lebih lama dari sufentanil, sekitar @ "am.
Penggunaan 4linis
Alfentanil memiliki onset dan offset yang 'epat. 4arakteristik ini menyebabkan alfentanilm
dapat digunakan untuk mengatasi stimulasi noBious akut, seperti yang ter"adi pada intubasi
trakeal. /ebagai 'ontoh, pemberian alfentanil 1$ Xg.kg I> selama F: detik dapat membantu
dalam menghambat respon tekanan darah dan denyut "antung. Alfentanil 1$: hingga 3:: Xg.kg
I> yang diberikan se'ara 'epat, , dapat menghilangkan kesadaran pasien selama #$ detik. /etelah
induksi seperti ini, maintenan'e anestesia dapat dipertahankan dengan memberikan alfentanil
'ontinous, 2$ hingga $: Xg.kg."am I>, yang dikombinasikan dengan anestetik inhalan.
0emifentanil
0emifentanil merupakan agonis opioid yang selektif terhadap reseptor mu, dengan potensi
analgesik yang sama dengan fentnayl *sekitar 1$ hingga 2: kali lebih poten dari alfentanil+ dan
la"u ekulibrasi-nya pada otak sama dengan alfentanil. Meskipun se'ara kimia menyerupai gugus
fenanyl, namun struktur remifentanil lebih unik karena &at ini memiliki rantai ester. 6al ini
menyebabkan remifentanil *a+ memiliki aksi ker"a yang 'epat, *b+ lebih mudah dititrasi karena
onset dan offset-nya lebih 'epat, *'+ pasien lebih 'epat siuman ketika pemberian dihentikan.
>entilasi
Pemberian :,$ Xg.kg I> remifentanil dapat menyebabkan penurunan respon -entilasi terhadap
karbon dioksida. 9amun efek ini dapat 'epat pulih hanya dalam !aktu 1$ menit. 4ombinasi
propofol dan remifentanil dapat menghasilkan efek sinergistik yang dapat memperparah depresi
-entilasi.
Aarmakokinetika
Aarmakokinetika remifentanil ditandai oleh >d yang ke'il, pembersihan yang 'epat, dam
-ariabilitas efeknya lebih sedikit "ika dibandingkan dengan opioid lainnya. 4arena memiliki
!aktu eliminasi yang 'epat, maka remifentanil memiliki keunggulan farmakokinetika.
Aarmakokinetika remifentanil pada pasien obesitas tidak "auh berbeda dengan
farmakokinetikanya pada orang normal. <aktu bersihan remifentanil sekitar delapan kali lebih
'epat dari alfentanil.
Metabolisme
0emifentanil merupakan suatu opioid yang unik karena dapat dimetabolisme men"adi metabolit
inaktif oleh esterase "aringan dan plasma yang non-spesifik. Metabolit utama remifentanil, asam
remifentanil, sekitar 3:: hingga #.7:: kali kurang poten "ika dibandingkan dengan remifentanil,
dan metabolit ini diekskresikan melalui gin"al. /elain itu, metabolisme remifentanil tidak
dipengaruhi oleh gagal gin"al maupun gagal hati selama metabolisme esterase tidak terganggu.
<aktu Paruh 5liminasi
/ekitar FF,@= remifentanil dieliminasi pada fase distribusi *:,F menit+ dan fase !aktu paruh
eliminasi *7,3 menit+.
Penggunaan 4linis
0emifentanil dapat digunakan se'ara klinis karena memiliki profil farmakokinetika yang unik.
Pada kasus-kasus di mana kita menginginkan efek analgesia yang dalam untuk !aktu singkat,
maka kita bisa menggunakan remifentanil. 0emifentanil memiliki efek depresi -entilasi yang
"auh lebih ringan bila dibandingkan dengan opioid lainnya.
Anestesia dapat diinduksi dengan menggunakan remifentanil, 1 Xg.kg.I> yang diberikan selama
7: hingga F: detik, atau dengan inisiasi bertahap menggunakan infus :,$ hingga 1,: Xg.kg.I>
selama 1: menit, sebelum memberikan agen hipnotik standar pada intubasi trakeal. 0emifentanil,
:,:$ hingga :,1 Xg.kg.menit I> yang dikombinasikan dengan mida&olam, 2 mg I>, dapat
memberikan efek sedasi dan analgesia yang efektif pada pasien yang mendapat pera!atan
anestesia. /ebelum menghentikan penggunaan remifentanil, maka kita harus memberikan opioid
yang memiliki masa ker"anya lebih pan"ang agar analgesia pasien dapat ter"amin ketika pasien
telah siuman. Penggunaan remifentanil se'ara spinal atau epidural tidak dian"urkan karena
hingga saat ini tingkat keamanannya belum teru"i. 0emifentanil, 1:: Xg I>, dapat menurunkan
respon hemodinamik akut terhadap terapi elektrokon-ulsif.
5fek /amping
4arena memiliki onset dan offset ker"a yang singkat, maka begitu infus remifentanil terhenti,
maka seketika itu pula efek ker"anya akan hilang.
/emua keluarga fentanyl, termasuk remifentanil, memiliki efek samping berupa ke"ang. 5fek
samping lain yang dapat timbul adalah mual, muntah, dan penurunan tekanan darah yang tidak
terlalu besar. %epresi pernapasan yang disebabkan oleh remifentanil tidak akan diperparah oleh
disfungsi hati maupun gin"al. 0emifentanil dosis besar dapat menurunkan aliran darah otak dan
kebutuhan oksigen metabolik otak tanpa mengganggu reakti-itas otak terhadap karbon dioksida.
0emifenanil dapat menghambat pengosongan kandung empedu, namun "angka !aktunya lebih
singkat dari efek opioid lainnya. 0emifentanil dapat menembus plasenta, namun efeknya pada
neonatal tidak terlihat.
oleransi Opioid Akut
%osis remifentanil post-operati-e biasanya lebih banyak dari dosis pre-operati-e, kemungkinan
besar hal ini disebabkan oleh adanya toleransi opioid akut. 9amun tidak terlalu banyak data yang
mendukung hal ini.
Eodeine
Eodeine terbentuk dari hasil substitusi sebuah gugus methyl pada gugus hydroBl di atom karbon
3 morphine. Adanya gugus methyl menyebabkan metabolisme hati first-pass mengalami
hambatan sehingga 'odeine bisa diberikan se'ara oral. 5liminasi 'odeine se'ara oral atau IM
adalah sekitar 3 hingga 3,$ "am. /ekitar 1:= 'odeine di-demetilasi di hati men"adi morphine,
dan hal ini bisa menimbulkan efek analgesia. /edangkan sisanya, 'odeine diubah men"adi
nor'odeine, yang kemudian dikon"ugasi atau dieksresi melalui gin"al.
Pada dosis 1$mg, 'odeine merupakan antitusif yang efektif. Analgesia maksimal, yang dapat
dihasilkan oleh pemberian aspirin 7$: mg, dapat dihasilkan oleh 'odeine 7: mg. 4etika
diberikan se'ara IM, 'odeine 12: mg memiliki efek yang sama dengan morphine 1: mg.
ramadol
ramadol analgesi' yang beker"a sentral yang memiliki afinitas sedang terhadap reseptor mu dan
afinitas lemah terhadap reseptor opioid kappa dan delta, namun lebih kurang potensial $-1:B dari
morfin sebagai analgesik. ramadol merupakan gabungan dua enantiomer dimana salah satunya
berfungsi menghambat pengambilan norepinefrin, sedangkan yang satunya berfungsi
menghambat pengambilan kembali *reuptake+ serotonin serta pelepasannya. ramadol
dimetabolisme oleh en&im hepati' p-#$:.
ramadol 3mg.kg se'ara oral, IM atau I> efektif untuk penanganan nyeri sedang hingga berat.
ramadol berguna dalam penanganan nyeri kronik karena tidak ada efek adiksi dan tidak
menyebabkan toksisitas organ atau efek sedatif yang bermakna.5fek samping obat ini adalah
interaksinya dengan antikoagulan Eoumadin dan ke"ang yang dapat timbul *hindari penggunaan
pada pasien epilepsy atau pasien yang sementara berobat anti-ke"ang atau antidepresan+.
6eroin
6eroin adalah opioid sintetik yang dihasilkan oleh asetilasi dari morfin. Oleh karena sifatnya
yang lipofilik, heroin mudah menembus sa!ar darah otak sehingga onsetnya lebih 'epat. /elain
itu, efek mual kurang namun lebih berpotensial menimbulkan ketergantungan fisik.
Agonis-Antagonis Opioid
Agonis-Antagonis Opioig tidak hanya terbatas pada penta&o'ine, butorphanol, nalbuphine,
buprenorphine, nalophrine,brema&o'ine, dan de&o'ine. Obat-obat ini berikatan pada reseptor mu
dimana mereka akan membatasi respon tertentu. 4euntungan penggunaan agonis-antagonis
opioid adalah kemampua untuk menimbulkan efek analgesia dengan mengurangi depresi
pernapasan dan rendahnya potensial ketergantungan terhadap obat
Penta&o'ine
Penta&o'ine merupakan deri-ate ben&omorphan yang beker"a separti agonis opioid dengan efek
antagonis lemah. 5fek antagonis ini dapat men'etuskan ter"adinya ge"ala putus obat apabila
diberikan pada pasien yang telah mengkonsumsi opioid sehari-hari. 5fek agonis penta&o'ine di-
antagonis oleh naloBone.
Aarmakokinetika
Penta&o'ine diabsopsi baik setelah pemberian oral maupun parenteral. Metabolisme "alur hepati'
'ukup besar dengan sisa obat daam sirkulasi tinggal 2:= setelah pemberian oral.
Penggunaan klinis
Penta&o'ine 1:-3: mg I> atau $: mg per oral yang paling sering digunakan untuk menangani
nyeri sedang. Penta&o'ine bagus untuk terapi nyeri kronik ketika terdapat resiko tingi
ketergantungaan.
5fek /amping
5fek samping yang paling umum adalah sedasi yang diikuti dengan diaphoresis dan pusing.
/edasi 'enderung ter"adi setelah pemberian penta&o'ine -ia epidural. Pemberian berlebihan
dapat menimbulkan disforia termasuk timbulnya rasa takur mati. Akibat pelepasan katekolamin,
dapat menyebabkan peningkatan denyut "antung, tekanan darrah, tekanan arteri pulmonaldan
tekanan akhir diastoli' -entrikel kiri.
3utorphanol
3utorphanol merupakan agonis-antagois opioid yang me!akili penta&o'ine, namun dengan efek
agonis yang 2:B lebih kuat dan efek antagonis yang 1:-3:B lebih kuat. 3utorphanol dengan
'epat dan hampir semua diabsorpsi setelah in"eksi IM. Pada pasien postoperasi, dosis 2-3 mg IM
menghasilkan efek analgesia dan depresi napas setara dengan 1: mg morfin.
5fek samping
5fek samping yang umum ter"adi adalah sedasi, mual dan diaphoresis. %isforia "arang
dilaporkan. %epresi nepas timbul seperti pada pemberian morfin. Je"ala putus obat timbul
setelah pemberhentian tiba-tiba setelah terapi lama dengan butorphanol, tetapi ge"alanya lebih
ringan.
9albuphine
9albuphine merupakan agonis-antagonis opioid yang berkaitan kimia dengan oBymorphone dan
naloBone. 5fek analgesiknya setara dengan morfin, dan Z dari potensi nalorphine sebagai
antagonis. 9albuphine dimetabolisme di hati dan !aktu paruh eliminasinya 3-7 "am. 5fek
samping yang paling umum adalah sedasi dengan insidens disforia lebih "arang bila
dibandingkan dengan pemberian penta&o'ine atau butorphanol. Pemberian obat ini tidak
meningkatkan tekanan darah, tekanan arteri pulmonal, denyut "antung, atau tekanan pengisian
atrium sehingga nalbuphine bagus diberikan pada pasien dengan penyakit "antung 5fek antagonis
nalbuphine pada reseptor mu berupa manfaat untuk menekan efek depresi pernapasan yang
menetap akibat efek agonis opioid selama masa rumatan anestesi.
3uprenorphine
3uprenorphine adalah agonis-antagonis opioid yang berasal dari opium alkaloid thebaine. 5fek
analgesiknya sangat baik dimana :,3 mg setara dengan 1:mg morfin. Onsetnya 3: menit setelah
pemberian IM dan durasinya kurang dari @ "am. %iperkirakan afinitas buprenorphine terhadap
reseptor mu $:B lebih kuat dari pada morfin. 3uprenorphine efektif untuk menangani nyeri
sedang hingga berat seperti pada saat operasi atau yang berkaitan dengan kanker, kolik gin"al,
dan infark miokard.
5fek /amping
5fek samping yang dapat timbul mual,munta, 'enderung mengantuk, dan depresi pernapasan
yang hampir sama pada pemberian morfin tetapi dapat lebih lama atau resisten terhadap
antagonis, yakni naloBone.
9alorphine
9alorphine sama potensinya sebagai analgesik dengan morfin tetapi tidak terlalu baik pada
penggunaan klinis akibat insidens disforia yang tinggi oleh karena akti-itas obat ini pada
reseptor sigma.
3rema&o'ine
3rema&o'ine merupakan deri-ate ben&omorphan yang dua kali lebih poten disbanding morfin
sebagai analgesi', dan pada he!an tidak menun"ukkan adanya keterantungan fisik atau depresi
pernafasan. Jagalnya naloBone memberikan efek re!erse terhadap efek sedasi brema&o'ine
merupakan bukti bah!a obat ini berakti-itas pada tempat lain selain di reseptor mu.
%e&o'ine
%e&o'ine, :.1$ Mg.kg.IM merupakan agonis-antagonis opioid yang potensi analgesi', onset dan
durasi ker"anya sebanding dengan morfin. Absopsi obat ini 1:-1$mg, setelah diberikan IM 'epat
dan lengkap dengan efek analgesia yang timbul setelah 3: menit. /etelah pemberian de&o'ine $-
1: mg, efek analgesi' mun'ul 1$ menit kemudian. Penambahan dosis yang diberikan tidak
mempengaruhi perubahan pada tekanan darah, tekanan arteri pulmonal atau cadiac output.
%e&o'ine memiliki afinitas kuat pada resetor mu dan afinitas sedang pada reseptor delta. Insidens
disforia yang rendah menggambarkan afinitas obat ini kurang terhadap reseptor sigma.
Mepta&inol
Mepta&inol merupakan sebagian agonis opioid yang relatif selektif terhadap reseptor mu
1
. 6al ini
menyebabkan, tidak ter"adi depresi napas dengan pemberian mepta&inol dosis analgesi' *1::mg
IM setara @mg morfin+. Onsetnya 'epat tetapi durasinya kurang 2 "am. 3ioa-abilitas setelah
pemberian oral Y1:=. 5fek samping berupa ual, muntah, kadang ditemukn miosis tanpa adanya
konstipasi maupun efek ketergantungan fisik terhadap obat.
Antagonis Opioid
Perubahan ke'il pada struktur agonis opioid dapat mengkon-ersi obat men"adi antagonis opioid
pada satu atau lebih reseptor opioid.
9aloBone
9aloBone merupakan antagonis nonseletif pada ketiga reseptor opioid. %urasi ker"a naloBone
yang singkat *3:-#$ manit+ diperkirakan akibat eliminasinya yang 'epat pada ota sehingga
diperlukan pemberian infus kontinyu untuk mempertahankan efek antagonis. %engan pemberian
$ Mg.kg."am dapat men'egah depresi napas tanpa mengubah efek analgesia oleh opioid
neuroaksial. 9aloBone terutama dimetabolisme di hati dan !aktu paruh eliminasinya adalah 7:-
F: menit.
5fek /amping
Mual dan muntah timbul berkaitan dengan dosis dan ke'epatan bolus obat. Insidens dapat
dikurangi dengan pemberian pelan selama 2-3 menit. Pemberian naloBone "uga dapat
merangsang akti--itas saraf simpatis yang dapat menyebabkan timbulnya ge"ala nyeri.
Peran dalam Penanganan /yok
9aloBone memperbaiki kontraktilitas miokard yang bergantung pada dosis obat dan
menun"ukkan kemampuan bertahan pada he!an dengan syok hipo-olemik daripada syok septik.
9altreBone
3erbeda dengan naloBone, obat ini sangat efektif dengan pemberian oral menghasilkan efek
antagonis terhadap efek agonis opioid selama 2# "am.
9almefene
9almefene merupakan antagonis opioid murni yang merupakan analog 7-methylene dari
naltreBone. %osis yang direkomendasikan adalah 1$-2$ Mg.I> setial 2-$ menit hingga efek yang
diinginkan ter'apai dengan dosis total tidak mele!ati 1 Mg.kg. Pemberian nalmefene sebagai
profilaksis menurunkan kebutuhan pemberian antiemeti' dan antiprurits pada pasien yang
menggunakan morfin PEA *patient controlled analgesia+. %urasi !aktu ker"anya lebih lama
karena la"u klirens yang lambat bila dibandingkan dengan morfin. %imetabolisme melalui proses
kon"ugasi di hati, Y$= diekskresi tanpa mengalami perubahan ke urin.
MethylnaltreBone
MethylnaltreBone lebih aktif pada reseptor opioid perifer daripada di sentral karena
ketidakmampuannya menembus //P. Obat ini mempengaruhi pengosongan lambung dan
mengurangi insidens mual dan muntah.
4epentingan Anestesi
4ontribusi opioid terhadap keperluan menyeluruh pada anestesi dapat dihitung dengan
menentukan penurunan MAE dari anestesi inhalan karena adanya opioid. Pemberian dosis
tunggal fentanyl, 3 Mg.kg.I> 2$-3: menit sebelum insisi bedah, menurunkan kebutuhan MAE
isoflurane atau desflurane sekitar $:=.
Agonis-antagonis opioid kurang efektif dibandingkan agonis opioid dalam menurunkan MAE.
Misalnya butorphanol, nalbuphine, dan penta&o'ine se'ara maksimal dapat menurunkan MAE
sebesar 11=,@=, dan 2:= meskipun dosis obat ini ditingkatkan hingga #: kali lipat. 6al ini
yang mendasari tidak digunakannya agonis-antogonis opioid dosis besar untuk anestesi.
s*ukrilaranti.20&2. a"onis dan anta"onis
opiate.http!!sk*dru").blo"spot.#om!20&2!02!opioid.html
== Opioid
A. PENDAHULUAN
e!arah "pioid
Opioid adalah kelompok obat yang sering dipergunakan pada penanganan pasien dengan nyeri
yang berat. Berawal dari tumbuhan papaver somniferum atau opium yang diekstrak dan
digunakan seara luas pada peradaban kuno !ersia" #esir dan #esopotamia. $ata opium
sendiri berasal dari bahasa yunani yang berarti %us. &elah diatat bahwa penggunaan opium
yang pertama kali adalah pada salah satu teks kuno bangsa 'umeria pada tahun ())) '#.
Opium digunakan dengan dihirup atau dengan ara ditusukkan pada kulit yang akan
memberikan efek analgesia" selain itu %uga akan menyebabkan depresi pernafasan dan
kematian sesuai dengan dera%at absorbsi yang diberikan. Opium merupakan ampuran
bahan kimia yang mengandung gula" protein" lemak" air" lilin nabati alami" lateks" dan
beberapa alkaloid. Adapun alkaloid yang terkandung antara lain morfin *1)+-1,+-"
kodein *1+-.+-" noskapin *(+-/+-" papaverin *1+-.+-" dan thebain *1+-2+-.
Beberapa dari alkaloid-alkaloid tersebut banyak digunakan untuk pengobatan
diantaranya0 untuk nyeri *morfin dan kodein-" untuk batuk *kodein dan noskapin- dan
untuk mengobati spasme viseral *papaverin-. #orfin berhasil diisolasi oleh 'eturner
pada tahun 1/)." kemudian dilan%utkan dengan kodein tahun 1/.2 lalu papaverin tahun
1/(/. *1"(","1-
2stilah opioid digunakan untuk semua obat baik alami maupun sintetik yang dapat
menduduki reseptor opioid di tubuh manusia. istilah opiat digunakan untuk semua obat
yang diekstrak dari tumbuhan opium yang menempati dan beker%a pada reseptor opioid.
#. KLAIFIKAI "PI"ID
$lasifikasi senyawa opioid
A. A$onis reseptor %
&. Al'aloid (
Morfin
#orfin merupakan obat prototype opiod yang men%adi perbandingan pada semua %enis obat
golongan agonis opioid. 3fek dari morfin berupa analgesia" euforia" sedasi" berkurangnya
konsentrasi" nausea" perasaan berat pada ekstremitas" mulut yang kering dan priritus terutama
pada daerah sekitar hidung. 4enis nyeri tumpul yang ontinu lebih efektif dihilangkan dengan
morfin daripada %enis nyeri yang ta%am dan intermiten. 3fek analgesia dari morfin lebih efektif
bila diberikan sebelum stimulus nyeri diberikan. 'ementara bila tidak ada rangsangan nyeri"
morfin lebih memberikan efek disforia daripada euphoria. *2"."("1-
Hidromorfon
5idromorfon adalah derivat morfin dengan potensi , kali lebih besar %ika dibandingkan dengan
morfin. 4ika dibandingkan dengan morfin" hidromorfon mempunyai efek sedasi yang lebih
besar" efek euphoria yang lebih keil serta durasi ker%a yang lebih pendek. *(","1-
Kodein
$odein merupakan obat antitusif kuat yang sering digunakan pada praktek medis
sehari-hari. 'ekitar 1)+ kodein dimetilasi di hepar men%adi morfin. 5al ini membuat
kodein efektif sebagai analgesik oral. 4ika diberikan im efek analgesia 12) mg kodein
setara dengan 1) mg morfin. !emberian kodein seara iv tidak disarankan oleh karena
ke%adian hipotensi yang dikaitkan dengan efek pelepasan histaminnya ukup besar.
*(","1-
Oksikodon
Oksikodon adalah opioid derivat dari thebain yang ditemukan di 4erman tahun 1611
sebagai salah satu opioid semi sintetik. &erapi oksikodon untuk nyeri sedang hingga
berat sudah terbukti dan oleh 3uropean Assoiation for !alliative 7are" oksikodon
digunakan sebagai seond line alternative drug setelah morfin. 8e%ala withdrawal sering
didapatkan pada pengguna oksikodon %angka pan%ang yang mengalami henti obat
seketika. Oleh karena itu disarankan untuk menghentikan oksikodon bertahap. *1(-
Hidrokodon
5idrokodon adalah opioid semisintetik derivat dari kodein dan thebain. !ertama
disintesis di 4erman tahun 162) yang kemudian digunakan seara luas sebagai terapi
nyeri sedang hingga berat. Opioid ini selain mempunyai kekuatan analgesik %uga
mempunyai efek antitusif yang ukup kuat. *1,-
Dihidrokodein
9ihidrokodein adalah opioid semisintetik yang ditemukan di 4erman tahun 16)/ yang
memiliki struktur kimia menyerupai kodein. 'elain analgesik" obat ini %uga memiliki efek
antitusif yang ukup kuat. *11-
Heroin.
5eroin atau %uga dikenal sebagai diasetilmorfin adalah opioid sintetik sebagai hasil
asetilasi dari morfin. !enetrasi epat ke otak adalah salah satu keistimewaan obat ini
oleh karena kelarutan lemak serta struktur kimianya yang unik. 5eroin sudah tidak
beredar lagi di A' oleh karena potensi ketergantungan fisiknya yang ukup tinggi.
). "pioid sinteti' (
a. Derivat fenil piperidin :
:entanyl
:entanyl adalah opioid sintetik yang seara struktur mirip dengan meperidin. !otensial
analgesiknya ;,-12, kali lebih besar daripada morfin. #empunyai onset dan durasi
yang lebih epat %ika dibandingkan dengan morfin hal ini dikarenakan kelarutan lemak
fentanyl yang tinggi. :entanyl dimetabolisme dengan ara metilasi men%adi norfentanyl"
hydroksipropionil-fentanyl dan hidroksinorpropionil-fentanyl. 9iekskresi melalui urin dan
dapat dideteksi ;2 %am setelah pemberian iv. Namun <1)+ tetap tidak termetabolisme
dan diekskresikan melalui urin. 'etelah pemberian bolus iv" fentanyl tersebar terutama
pada organ yang kaya vaskularisasi seperti otak" paru-paru dan %antung. 9osis fentanyl
2-2) =g/kgBB seringkali diberikan sebagai ad%uvant anestesi inhalasi pada saat operasi.
!emberian intratekal %uga memberikan respon yang memuaskan terutama pada dosis
2, =g. &erdapat %uga sediaan oral transmukosa fentanyl 1,-2) =g/kgBB untuk anak-
anak 2-/ tahun yang diberikan (, menit sebelum induksi anestesi. :entanyl %uga
diberikan transdermal dengan sediaan 12",-1)) =g yang ditu%ukan terutama pasien
postoperatif serta pasien dengan nyeri kanker. 4ika dibandingkan dengan morfin"
fentanyl kurang menyebabkan pelepasan histamin namun lebih sering menetuskan
bradikardi. !emberian fentanyl iv seara epat dapat menetuskan otot rigid" batuk
bahkan ke%ang. :entanyl %uga dapat meningkatkan tekanan intrakranial hingga 1-6
mm5g oleh karena efek vasodilatasi. *,"1-
'ufentanyl
'ufentanyl merupakan analog dari fentanyl dan mempunyai kekuatan analgesi ,-1) kali
lebih besar daripada fentanyl. 9imetabolisme terutama di hepar melalui proses N-
dealkilasi dan O-demetilasi. 3kskresi terutama di urine dan faeses dengan <1+ dari
sufentanyl tidak berubah. !ada pemberian sufentanyl dengan dosis )"1-)"( =g/kgBB
memberikan waktu yang lebih lama serta efek depresi pernafasan yang lebih rendah
%ika dibandingkan dengan dosis fentanyl 1-( =g/kgBB. 4ika dibandingkan dengan opioid
yang lain" sufentanyl mempunyai beberapa kelebihan terutama penurunan kebutuhan
oksigen metabolisme di otak serta aliran darah otak enderung menurun atau hampir
tidak mengalami perubahan ynag berarti. *,"1-
Alfentanyl
Alfentanyl adalah analog dari fentanyl yang mempunyai potensi 1/, sampai 1/1) dari
fentanyl. $eunikan dari alfentanyl adalah onset dan durasi yang lebih epat %ika
dibandingkan dengan fentanyl. Alfentanyl dimetabolisme melalui piperidin N-dealkilasi
men%adi noralfentanyl serta melalui amida N-dealkilasi men%adi N-fenilpropionamid.
'ebagian besar diekskresi melalui urin dengan <1+ yang tidak berubah. Alfentanyl
sering dipakai pada manipulasi singkat seperti intubasi trakeal ataupun blok retrobulbar
dengan dosis 1)-.) =g/kgBB. 4ika dibandingkan dengan opioid yang lain" ke%adian
!ON> lebih rendah pada pemakaian alfentanyl. *,"1-
?emifentanyl
?emifentanyl adalah agonis selektif reseptor opioid u dengan potensi analgesi
menyerupai fentanyl *1,-2) kali lebih poten daripada alfentanyl-. 'truktur kimia
remifentanyl tergolong unik karena meskipun tergolong derivat fenilpiperidin"
remifentanyl mempunyai gugus ester. 'ehingga metabolism remifentanyl %uga ter%adi
oleh hidrolisis en@im esterase di plasma maupun %aringan yang lain men%adi metabolit
yang inaktif. Onset yang epat" waktu pulih yang singkat dan efek yang relative non
kumulatif men%adikan remifentanyl opioid yang sering dipakai intraop di negara-negara
ma%u saat ini. 5asil metabolisme remifentanyl adalah asam remifentanyl" yang %uga
agonis reseptor u dengan potensi 1/.))-1/(1)) dari asalnya. 5asil metabolit yang lain
adalah N-dealkilasi remifentanyl yang %uga diekskresikan terutama melalui urin. 9osis
)"2,-1 =g/kgBB memberikan efek analgesia yang memuaskan. Namun pemberian
remifentanyl intratekal tidak disarankan oleh karena adanya glisin pada vehikulum obat
ini. 8lisin mempunyai efek menginhibisi neurotransmitter pada medulla spinalis. *,"1-
!etidin
#eperidin atau petidin merupakan opioid sintetik yang beker%a agonis terhadap reseptor
u dan k sebagai derivat dari fenilpiperidin. Adapun beberapa analog golongan ini antara
lain fentanil" alfentanyl" sufentanyl dan remifentanyl. 'eara struktur" meperidin
mempunyai bentuk menyerupai atropin sehingga beberapa efek atropine %uga dimiliki
oleh atropine ini seperti takikardi" midriasis dan antispasmodi. #orfin mempunyai
potensi 1/1) morfin dengan durasi ker%a 2-( %am. #eperidin diabsorbsi baik pada 82&
tapi mempunyai efektifitas A %ika dibandingkan dengan pemberian 2#. #etabolisme
meperidin terutama di hepar dengan merubahnya melalui proses dimetilasi 6)+
men%adi normeperidin dan ekskresinya terutama melalui urin. Normeperidin mempunyai
waktu paruh eliminasi 1, %am dan dapat dideteksi di urin . hari setelah pemakaian.
Normeperidin mempunyai potensi A meperidin sebagai analgesik dan menstimulasi
sistem saraf pusat. $e%ang" mioklonus" delirium dan halusinasi yang dapat ter%adi
setelah pemberian meperidin adalah sebagai akibat efek stimulasi saraf pusat oleh
normeperidin. 'ekitar 1)+ meperidin terikat pada protein" sehingga pada pasien tua
ter%adi peningkatan %umlah obat bebas pada plasma dan menetuskan ter%adinya
peningkatan sensitifitas pada opioid. $onsentrasi plasma )";=g dianggap mampu
seara efektif meghilangkan nyeri post operatif. 'elain sebagai analgesia yang poten"
meperidin %uga mempunyai efek anti menggigil postoperatif yang %ika dibiarkan lama
dapat meningkatkan konsumsi oksigen pada tubuh. 3fek anti menggigil postoperatif dari
meperidin didapatkan sebagai salah satu ker%anya pada reseptor k2. 'elain itu klonidin"
ondansetron" dan butorfanol %uga merupakan obat-obatan yang dipakai untuk
mengatasi menggigil setelah operasi. !emberian meperidin dengan obat-obatan
antidepresan dapat menetuskan sindrom serotonin yaitu suatu ketidakstabilan sistem
saraf otonom yang ditandai hipertensi" takikardi" diaphoresis" hipertermi" perubahan
perilaku" agitasi dan perasaan bingung.
b. Derivat difenilheptan :
#ethadon
#ethadon merupakan agonis opioid sintetik yang digunakan untuk penanganan nyeri
kronik berat terutama penanganan ketergantungan opioid oleh karena efek
ketergantungannya yang rendah" penyerapan lewat oral yang bagus" onsetnya relatif
epat dan durasinya lama. #ethadone 2)mg iv dapat menghasilkan analgesia hingga
B2(%am. 9imetabolisme terutama di hepar men%adi metabolit inaktif yang selan%utnya
akan diekskresikan melalui urin dan empedu. *(","1-
!ropoksifen
'truktur propoksifen seara umum sama dengan methadone sebagai salah satu agonis
opioid yang poten. 9imana dosis oral 6)-12) mg menghasilkan efek analgesia setara
dengan 1) mg kodein atau 1,) mg aspirin. !ropoksifen diserap dengan baik melalui
82& yang kemudian dimetabolisme terutama di hepar. 3fek samping yang utama adalah
vertigo" sedasi" mual dan muntah. *(","1-
c. Derivat morfinian :
Cevorfanol
Cevorfanol adalah golongan morfinian sintetik yang digunakan sebagai salah satu terapi
nyeri berat. Obat ini pertama kali ditemukan di 4erman tahun 16(/. Cevorfanol
mempunyai afinitas yang sama pada reseptor opiat seperti morfin tetapi mempunyai
efek ross tolerane yang lebih rendah %ika dibandingkan morfin. 1;
#. A$onis parsial reseptor %
Tramadol
&ramadol adalah analgesik yang beker%a sentral" agonis terhadap reseptor u serta
mempunyai afinitas yang lemah pada reseptor k dan d. melalui reseptor u tramadol
meningkatkan efek inhibisi desending spinal melalui penurunan reuptake norepinefrin
dan serotonin. 3fek tramadol hanya bisa diantagonis oleh nalokson sebesar .)+.
&ramadol dibuat sebagai rasemik yaitu ampuran antara enansiomer dimana
enansiomer yang satu berfungsi menghambat reuptake norepinefrin sedangkan yang
satu lagi beker%a menghambat reuptake serotonin. &ramadol dimetabolisme di hepar
melalui en@im !-(,) men%adi O-dismetiltramadol. 9osis tramadol .mg/kgBB oral" im"
maupun iv efektif untuk penanganan nyeri sedang hingga berat. 'elain itu tramadol %uga
dapat digunakan sebagai agent anti menggigil postoperative. 'alah satu
efeksampingnya yang sering ter%adi adalah mual dan muntah. *(","1-
*. A$onis+anta$onis campuran
1. Alkaloid semisintetik :
Nalbifin
Nalbufin adalah agonis-antagonis opioid yang seara kimia mirip dengan oksimorfon
dan nalokson. Nalbufin dimetabolisme terutama di hepar. 3fek samping yang paling
sering adalah sedasi pada pemberian nalbufin. &idak seperti penta@osin dan butorfanol"
nalbufin tidak menyebabkan pelepasan katekolamin sehingga hemodinamik pasien
relatif stabil. Oleh karena itu nalbufin merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan
pada pasien dengan gangguan %antung" seperti pada tindakan kateterisasi %antung.
*(","1-
2. Opioid sintetik :
a. 9erivat ben@omorfan 0
!enta@oin
!enta@osin merupakan agonis dan antagonis reseptor opioid yang lemah pada reseptor
k dan d dengan potensi sekitar 1/, dari obat nalorfin. !enta@osin diserap baik melalui
rute oral maupun perenteral yang kemudian dimetabolisme di hepar melui proses
oksidasi men%adi glukoronid inaktif yang akan diekskresikan terutama melalui urin dan
kemudian empedu. 9engan dosis 1)-.)mg iv atau ,)mg oral" setara dengan kodein 1)
mg" mampu mengatasi nyeri sedang. 3fek samping yang sering dari penta@osin adalah
sedasi yang kemudian diikuti dengan diaphoresis dan pusing. !enta@osin
menyebabkan pelepasan katekolamin pada tubuh kita sehingga !enta@osin sebesar
2)-.) mg im mempunyai efek analgesia" sedasi dan depresi pernafasan yang setara
dengan 1) mg morfin. &idak seperti morfin" penta@osin tidak memiliki efek miosis pada
pupil mata.*,"1-
b. 9erivat morfinian 0
Butorfanol
Butorfanol adalah agonis dan antagonis opioid yang menyerupai penta@osin. 3fek
agonisnya 2) kali lebih besar dan efek antagonisnya 1) hingga .) kali lebih besar %ika
dibandingkan dengan penta@osin. Butorfanol memiliki afinitas yang lemah sebagai
antagonis pada reseptor u dan afinitas yang sedang pada reseptor k untuk
menghasilkan analgesia dan efek anti menggigil. !ada prakteknya butorfanol 2-. mg im
menghasilkan efek analgesia dan depresi pernafasan setara dengan morfin 1) mg.
Butorfanol terutama dimetabolisme men%adi metabolit inaktif hidroksibutorfanol yang
diekskresi terutama di empedu dan sebagian keil pada urin. 3fek samping yang paling
sering adalah sedasi" mual dan diaphoresis. 3fek pelepasan katekolamin yang dimiliki
penta@osin %uga dimilikioleh butorfanol ini sehingga akan didapat peningkatan la%u nadi
dan tekanan darah pada pasien. *(","1-
D. Antagonis reseptor
&. Anta$onis reseptor %
1. !alokson
Nalokson adalah antagonis nonselektif pada ketiga reseptor opioid. 9engan dosis 1-
(mg/kgBB iv dapat membalikkan efek overdosis akibat obat-obatan opioid. 9urasi ker%a
nalokson sekitar .)-(, menit" sehingga pemberian ontinuous , mg/kgBB iv/%am perlu
dilan%utkan untuk mendapatkan efek yang maksimal. Nalokson dimetabolisme terutama
di hepar melalui proses kon%ugasi dengan asam glukoronat men%adi nalokson-.-
glukoronid. !emberian nalokson iv yang epat dapat menimbulkan ke%adian mual dan
muntah.oleh karena itu pemberian bolus harus pelan yaitu 2-. menit. 3fek stimulasi
kardiovaskuler %uga sering ditemukan pada pemberian nalokson ini sebagai akibat dari
meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatis dan rangsangan nyeri yang kembali terasa.
!eningkatan aktifitas sistem saraf simpatis ini dimanifestasikan dengan takikardi"
hipertensi" edema paru serta disritmia %antung. *(","1-
2. !altrekson
Naltrekson beker%a hampir sama dengan nalokson dan sering diberikan seara oral.
3feknya dapat bertahan lama hingga lebih dari 2( %am.
". !almefen
Nalmefen adalah antagonis reseptor opioid 1-methilen analog dan eDuipoten dengan
naltrekson. 9osis yang direkomendasikan 1,-2,mg iv yang diberikan titrasi tiap 2-,
menit hingga efek sesuai dengan yang diinginkan denga dosis total tidak boleh melebihi
1 mg/kgBB. $elebihan nalmefen %ika dibandingkan dengan naltrekson adalah durasi
ker%anya yang lebih lama. Nalmefen dimetabolisme di hepar melalui proses kon%ugasi
dan diekskresikan terutama di urin.
#. Opioid #ndogen
'elain opioid yang berasal dari luar *eksogen- yang telah diterangkan diatas
sebelumnya" di tubuh kita %uga mengasilkan senyawa opioid yang seara alami
terbentuk yang biasa disebut opioid endogen. Ada beberapa struktur opioid endogen
yang telah ditemukan yaitu 0
1. 8olongan 3nkefalin adalah salah satu %enis opioid endogen yang
merupakan derivat dari prekursornya yaitu proenkefalin. 'etiap molekul
proenkefalin mengandung empat rantai met-enkefalin" satu rantai leu-
enkefalin dan beberapa peptide yang menyerupai enkefalin namun
dengan molekul yang lebih besar. 8olongan enkefalin ini seara umum
beker%a seletif pada reseptor E. 'enyawa ini ditemukan di medulla kelen%ar
adrenal dan di u%ung saraf yang mengandung katekolamin. 8olongan
enkefalin beker%a di reseptor opioid presinaps pada neuron nosiseptif yang
mengandung neurotransmitter seperti substansi !. 'eara alami golongan
enkefalin dihidrolisa oleh dengan epat oleh en@im peptidase di plasma
darah kita.*;"6-
2. !rodinorfin yang %uga biasa disebut sebagai proenkefalin B mengandung
senyawa dinorfin A dan dinorfin B. $eluarga dinorfin terutama berikatan
dengan reseptor F dan distribusi lokasinya hamper sama dengan
enkefalin. 9inorfin yang meningkat ini %uga dapat menetuskan
hiperalgesia yang lama. 5al ini dsisebabkan oleh karena dinorfin A %uga
dapat mengaktivasi N#9A reseptor kompleks.*;"6-
.. !roopiomelanoortin *!O#7- merupakan salah satu prekursor yang
banyak ditemukan di hipotalamus dan kelen%ar pituitari" dimana dalam
satu molekulnya terdapat peptida opioid dan non opioid. 'truktur N-
terminal !O#7 menyerupai met-enkefalin namun !O#7 tidak berubah
men%adi met-enkefalin. .1 asam amino pada rantai terakhir dari !O#7
akan berubah men%adi G-endorfin yang merupakan opioid endogen yang
sangat penting yang berikatan dengan reseptor =. !O#7 %uga berubah
men%adi beberapa hormon non opioid seperti adrenokortikotropik hormon
*A7&5-" melanosit-stimulating hormon *#'5- dan lipotropin.*;"6-
(. !roorphanin akan berubah men%adi orphanin :H *yang disebut %uga
sebagai nosiseptin-" sebuah peptide yang mengandung 1; %enis asam
amino. #eskipun proorphanin mempunyai struktur yang homolog dengan
ketiga %enis yang lainnya namun orphanin tidak berikatan dengan reseptor
=" F" atau E. Orphanin berikatan dengan reseptor oupling protein-8
*NO!-. 9an menyebabkan respon seluler yang menyerupai opioid yang
lain" termasuk hambatan pada adenil siklase" terbukanya gerbang $alium
serta blokade gerbang $alsium tipe-N. Orfanin :H ditemukan di tempat
yang tidak biasa seperti di hippoampus dan korteks sensoris. Orphanin
:H mempunyai efek antianalgesik ketika memproduksi analgesia spinal.
,. 8olongan 3ndomorfin merupakan opioid agonis yang mempunyai afinitas
tinggi dan selektifitas yang tinggi pada reseptor =. #olekul prekursor dari
endomorfin masih belum dapat ditemukan. &erdapat 2 maam endomorfin
dibedakan menurut struktur kiminya" endomorfin 1 dan endomorfin 2.
!ada studi in vivo diketahui bahwa endomorfin 1 beker%a melalui stimulasi
reseptor =2 sementara endomorfin 2 titik tangkap ker%anya melalui
reseptor = dan F. $eduanya baik endomorfin 1 maupun endomorfin 2
beker%a menurunkan potensial aksi pada medulla daerah rostral
ventrolateral" daerah yang men%adi pusat pengatur tekanan darah.
'ementara di perifer endomorfin menurunkan noreprinefrin yang
dilepaskan neuron simpatis vaskuler.
1. $etiga reseptor opioid mempunyai afinitas yang saling tumpang tindih terhadap
kelompok peptida opioid endogen tersebut seperti terlihat di dalam tabel.
&abel.1 &itik aksi dan selektivitas beberapa obat opioid pada beberapa klas
reseptor */-
?.
,. *. FA-MAK"L".I "PI"ID
9.
tru'tur 'imia opioid
1). 'truktur dari klas opioid alkaloid fenantren ukup rumit dan terdiri atas lima atau
bahkan enam inin yang bergabung. #orfin sebagai salah satu anggota dari
fenantren" terdiri atas , inin" . inin terbentuk dalam satu bidang datar
sementara 2 inin yang lainnya tersusun perpendiular yang membentuk huruf
I&I. &erdapat 2 group hidroksil *satu fenolik dan satu alkoholik-" sebuah karbon
atom kuarterner pada posisi 1. dan inin piperidin dengan grup metil pada
gugus nitrogen. 'truktur morfin mempunyai stereoisomer levo dan dekstro
dimana hanya stereoisomer levo yang mempunyai efek analgesik. Anggota
fenantren yang lain adalah kodein" derivat dari morfin" serta thebain" prekursor
dari oksikodon dan nalokson. 4ika dikurangi seara bertahap %umlah inin
fenantren maka akan didapatkan golongan morfinian dengan empat inin"
golongan ben@omorfan dengan tiga inin" golongan fenilpiperidin dengan dua
inin dan yang terakhir peptida opioid endogen dengan struktur separuh tiramin
dengan inin terhidroksilasi tunggal. $emampuan mengikat reseptor apakah
pada sisi romatik atau sisi anion menentukan apakah suatu opioid merupakan
suatu agonis atau antagonis. */-
%ika rantai nitrogen piperidin mempunyai grup kimia yang besar *seperti allil" siklopropil"
siklobutil-" maka sering pada komponen ini memliliki efek antagonis. 'ebagai ontoh derivate N-
aliil morfin dan oksimorfon adalah nalorfin dan nalokson yang memiliki efek antagonis reseptor
opioid. #odifikasi struktur kimia dari opioid sangat menentukan banyak hal baik kemampuan
afinitas reseptor" aktifitas agonis atau antagonis" ketahanan untuk dimetabolisme tubuh"
kelarutan lemak maupun %uga farmakokinetiknya. */-
!ada praktek anestesi klinis opioid pada umumnya digunakan intravena. 'etelah dosis bolus
kadar plasma punak akan diraih dalam hitungan menit. 'elan%utnya konsentrasi obat dalam
plasma akan turun oleh karena distribusi obat menu%u ekstravaskuler" target tempat dia beker%a"
%aringan dan organ. !enurunan awal yang epat pada konsentrasi plasma setelah kadar punak
adalah fase distribusi. 9an penurunan kadar plasma yang berikutnya disebut fase eliminasi.
&abel berikut akan memberikan simpulan tentang parameter farmakokinetik dan kharakteristik
kimiawi dari beberapa senyawa opioid yang biasa dipakai dalam praktek klinis.
Jntuk menapai titik tangkap ker%anya di sistem saraf pusat" opioid terlebih dahulu
harus menembus membrane biologis dari darah menu%u membrane sel neuron.
$emampuan opioid menembus sawar darah otak tergantung pada ukuran molekul"
ionisasi" kelarutan lemak" dan ikatan pada protein. 9iantara kharakteristik tersebut"
kelarutan lemak dan ionisasi memberi peranan penting dalam menentukan kemampuan
penetrasi menu%u sistem saraf pusat.
9alam laboratorium" kelarutan lemak ditentukan berdasarkan koefisien partisi
oktanol0air atau oktanol0buffer. Obat yang terionisasi %uga merupakan hal yang penting
untuk menentukan kelarutannya dalam lemak. Obat yang tidak terionisasi 1))) sampai
1).))) kali lebih larut lemak %ika disbanding dengan obat ynag terionisasi. 9era%at
ionisasi tergantung pada p$a obat opioid serta p5 lingkungan. Opioid dengan p$a lebih
rendah daripada ;"( akan mempunyai fraksi yang tidak terionisasi lebih banyak pada
plasma daripada opioid dengan p$a mendekati atau lebih besar daripada p5 fisiologis.
$elarutan lemak yang tinggi dari suatu opioid menentukan kemampuan permeabilitas
membran terhadap obat tersebut tetapi hal ini tidak linear. $emampuan penetrasi sawar
darah otak mempunyai nilai optimal hidrofobisitas.
2katan protein plasma %uga mempengaruhi redistribusi opioid. 5al ini disebabkan karena
hanya fraksi obat bebas yang dapat menembus membrane sel. !rotein plasma utama
yang berikatan dengan opioid adalah albumin dan K1-aid glyoprotein *AA8-.
!erubahan konsentrasi AA8 ter%adi dalam berbagai kondisi" tingkat keparahan suatu
penyakit sehingga menghasilkan suatu perubahan kronik maupun akut dalam
kebutuhan opioid.
9alam praktek klinis sehari-hari obat opioid dapat diberikan pada berbagai pilihan rute
antara lain 0
1. !emberian 'istemik 0 oral" sublingual" bual" retal" transdermal" subkutaneus"
intramusular" intravena maupun nasal.
2. !emberian serebrospinal 0 epidural dan spinal
.. !emberian melalui %alur perifer 0 lokal atau topikal
$eputusan pemberian obat-obat tersebut sangat beragam pertimbangannya. 5al ini
disesuaikan dengan kondisi pasien" obat yang tersedia maupun kemampuan
pengetahuan klinisi terhadap obat yang ada. *2)"21"22-
Farma'o'ineti'
1. Absorbsi
'ebagian besar analgesik opioid mampu diserap bagus melalui rute subkutan"
intramusular dan oral. Oleh karena efek first pass metabolism opioid pada aliran darah
di hepar maka dosis oral opioid membutuhkan dosis yang lebih besar untuk menapai
efek terapeutik" seperti pada morfin. Beberapa %enis opioid diperaya lebih efektif %ika
diberikan melalui rute oral karena keil yang melalui first pass metabolism seperti
kodein dan oksikodon. 2nsuflasi melalui nasal %uga bisa men%adi rute pilihan untuk
menghindari first pass metabolism. ?ute yang lain yaitu melalui mukosa oral serta
transdermal yang diyakini dapat memberikan analgesik yang poten hingga dalam
hitungan hari.
2. Distrib$si
!enyerapan opioid pada organ sangat bervariasi. #eskipun tiap %enis opioid
mempunyai afinitas yang berbeda terhadap protein" opioid dapat seara epat
meninggalkan kompartemen darah" kemudian berkumpul menu%u %aringan yang
mempunyai perfusi darah yang tinggi seperti otak" paru-paru" hepar" gin%al dan limpa.
$onsentrasi opioid pada otot sebenarnya lebih keil" namun %aringan otot mempunyai
volume yang besar sehingga banyak %uga yang terakumulasi disana. #eskipun aliran
darah pada %aringan lemak rendah" namun akumulasi pada %aringan lemak ini adalah
suatu hal yang penting oleh karena akan ter%adi redistribusi kembali oleh opioid yang
larut baik dengan lemak" seperti fentanyl.
". Metabolisme
'ebagian besar opioid akan diubah men%adi metabolit yang lebih polar sebagian besar
glukoronid" yang kemudian akan diekskresikan melalui gin%al. 'ebagai ontoh morfin"
sebagian besar akan dikon%ugasi men%adi morfin-1-glukoronid" suatu kompenen yang
mempunyai efek neuroeksitatori. 3fek neuroeksitatori ini bukan dimediasi oleh reseptor
opioid melainkan oleh system 8ABA/glisinergik. $urang lebih 1)+ dari morfin akan
diubah men%adi #18" suatu metabolit aktif dengan efek analgesik ( hingga 1 kali lebih
poten %ika dibandingkan dengan morfin. Namun metabolit yang lebih polar ini
mempunyai keterbatasan untuk menembus sawar darah otak. Akumulasi yang
berlebihan dari obat ini seperti pada pasien dengan gagal gin%al ataupun pemakaian
dosis besar tentunya akan menyebabkan berbagai maam efek samping. $e%ang oleh
karena efek neuroeksitasi dari #.8 serta efek ker%a yang meman%ang dari opioid yang
dihasilkan oleh #18. *."(","/-
8olongan ester seperti heroin dan remifentanyl dihidrolisa seara epat oleh en@im
esterase %aringan. 5eroin *diasetilmorfin- dihidrolisa men%adi monoasetilmorfin dan pada
akhirnya men%adi morfin yang kemudian dikon%ugasi oleh asam glukoronat. #etabolism
oksidatif hepatik merupakan rute primer degradasi opioid golongan fenilpiperidin seperti
meperidin" fentanyl" alfentanyl dan sufentanyl. 5asil metabolit dimetilasi dari meperidin
yaitu normeperidin dapat terakumulasi pada pasien dengan penurunan fungsi gin%al
ataupun pada pemakaian dosis yang tinggi. Normeperidin dapat menyebabkan ke%ang
apabila terakumulasi dalam %umlah yang ukup tinggi. 'ebaliknya fentanyl tidak memiliki
metabolit aktif. 2so@im !(,) 7L!.A( memetabolisme fentanyl melalui proses N-
dealkilasi di hepar. 7L!.A( %uga terdapat di mukosa usus halus dan memberikan
kontribusi pada proses first pass metabolism %ika fentanyl diberikan seara oral. $odein"
oksikodon" dan hidrokodon dimetabolisme di hepar oleh iso@im !(,) 7L!291 yang
akan menghasilkan metabolit dengan efek yang lebih besar. 'ebagai ontoh" kodein
dimetilasi men%adi morfin". *,"1-
%. #kskresi
#etabolit yang polar" termasuk kon%ugasi glukoronid dari analgesik opioid" sebagian
besar diekskresi melalui urin. 'e%umlah keil dari bagian yang yang tidak diubah dapat
ditemukan %uga di urin. 'elain itu kon%ugasi glukoronid %uga ditemukan di empedu"
namun sirkulasi enterohepatik hanya berperan keil dalam proses ekskresi
20&2. opioid.http!!i4an$at/eh.blo"spot.#om!20&2!&0!opioid.html
== OPIOID AGONIS
?EJ787N AKSA. 8r
Opioid a"onis dimasukkan.tetapi tidak terbatas pada mor,in. meperidine. ,entan*l. su,entanil.
al,entanil. dan rami,entanil (lihat tabel 0$&1 (:hern*. &9931. Obat ini adalah opioid *an" mun"kin
palin" ban*ak di"unakan den"an obat anestesi inhalan selama anestesi umum. 8osis besar
pada mor,in. ,entan*l. dan su,entanil telah di"unakan seba"ai satu$satun*a obat anestesi pada
pasien *an" kritis. Gambaran pen""unaan klinik *an" palin" ban*ak dipopulerkan pada opioid
adalah /enis *an" luar biasa pada dosis *an" dibutuhkan untuk penan"anan n*eri (Auburn
dkk.20021. Dariasi interindi4idual menekankan bah(a dosis biasa pada opioid mun"kin
men"hasilkan e,ek opioid *an" tidak adekuat atau berebihan. Perputaran opioid dapat
berman,aat ketika penambahan dosis tidak e,ekti, dalam penan"anan n*eri.
?O>K7N
?or,in merupakan /enis opioid a"onis dari semua /enis opioid *an" dibandin"kan. Pada
manusia. mor,in men"ahasilkan e,ek anal"esia. euphoria. sedasi. dan memiliki kemampuan
*an" terbatas untuk konsentrasi. Sensasi lain seperti mual. suatu perasaan tubuh *an" han"at.
dan pruritus. khususn*a pada kulit di sekitar hidun". Pen*ebab n*eri berkepan/an"an. tetapi
dalam dosis rendah. mor,in menin"katkan amban" ran"san" terhadap n*eri dan memodi,ikasi
persepsi pada stimulasi n*eri seperti bah(a obat tersebut tidak menimbulkan n*eri *an"
berkepan/an"an. Selan/utn*a. n*eri tumpul dikuran"i den"an mor,in den"an lebih e,ekti,
dibandin"kan n*eri *an" bersi,at ta/am.demikian pula n*eri *an" bersi,at intermitten. 5erbeda
haln*a pada anal"esia non opioid. mor,in besi,at e,ekti, mela(an n*eri *an" timbul dari or"an
4is#eral seperti haln*a pada otot skelet. persendian. dan struktur inte"umental. Anal"esia palin"
serin" mun#ul ketika mor,in diberikan sebelum stimulus n*eri ter/adi (Sool, dan Sall.&9R31. Jal
ini merupakan pertimban"an *an" berkaitan dalam pemberian opioid pada pasien sebelum
stimulus pembedahan akut. -ika ter/adi n*eri. ba"aimanapun. mor,in men"hasilkan dis,oria
dibandin"kan euphoria.
Karmakokinetik
?or,in diabsorpsi den"an baik setelah pemberian se#ara intramuskuler (7?1. den"an onset
e,ekn*a sekitar &2 sampai 00 menit dan pun#ak e,ekn*a pada +2 sampai 90 menit. 8urasi
ker/an*a sekitar + /am. ?or,in dapat diberikan se#ara oral untuk penan"anan se#ara intra4ena
pada masa perioperati,. kemudian men"eliminasi pen"aruh *an" tidak diperkirakan pada
absorpsi obat. Pun#ak e,ekn*a ( (aktu *an" sama antara darah dan otak1 setelah pemberian
mor,in se#ara 7D lebih lambat dibandin"kan den"an opioid seperti ,entan*l dan al,entanil.
membutuhkan (aktu sekitar &2 sampai 00 menit (;abel 0$21. ?or,in. 2 m" pada +.2 ml salin dan
dihirup seba"ai suatu aeorosol dari suatu nebuli)er. mun"kin beker/a pada /alur sara, a,eren di
/alan napas untuk men"uran"i dispnue *an" berkaitan den"an kanker paru dan berkaitan
den"an e,usi pleura (;ooms dan ?#Ken)ie.&9901. 8epresi pernapasan *an" san"at berat dapat
ter/adi setelah pemberian mor,in aerosol (Lan" dan -adeikin.&99R1. Onset dan durasi pada e,ek
anal"esia pada mor,in sama setelah pemberian 7D atau inhalasi melalui suatu sistem
pen"an"kutan obat paru *an" men"hasilkan suatu monodispersa aerosol *an" baik (8ers(it)
dkk.2000W ;hippha(on" dkk. 20001.
Konsentrasi mor,in plasma setelah in/eksi 7D *an" #epat tidak berkaitan erat den"an akti4itas
,armakolo"i opioid. ;ampakn*a. ketidaksesuaian ini men""ambarkan suatu penundaan pada
penetrasi mor,in melintasi sa(ar darah otak. Konsentrasi #airan serebrospinal pada mor,in
berada dipun#ak sekitar &2 sampai 00 menit setelah in/eksi 7D dan berkuran" men/adi lebih
lambat dibandin"kan konsentrasi plasma (Gambar 0$21 (?urph* dan Ju". &9R&1. Seba"ai
hasiln*a. e,ek anal"esik dan depresi pernapasan pada mor,in mun"kin tidak mun#ul selama
a(al dari konsentrasi plasma *an" tin""i setelah pemberian opioid se#ara 7D. 8isisi lain. e,ek
obat *an" sama bertahan meskipun menurunkan konsentrasi mor,in dalam plasma. Anal"esia
sedan" kemun"kinan membutuhkan dosis lan/utan den"an konsentrasi mor,in dalam plasma
minimal 0.02 B"!ml (Gambar 0$31 (5erko(it) dkk. &9Q21. Pasien *an" kebutuhann*a dikontrol
den"an sistem pen"an"kutan biasan*a menun/ukkan anal"esia setelah operasi *an" dapat
diterima. den"an dosis mor,in total berkisar antara &.0 sampai 2.Q m"!/am
Jan*a se/umlah ke#il pada pemberian mor,in memperoleh akses pada sistem sara, pusat
(SSP1. Seba"ai #ontoh. deiperkirakan bah(a ` 0.& U mor,in *an" diberikan se#ara 7D *an"
masuk kedalam SSP pada saat konsentrai plasma pun#ak. Alasan untuk penetrasi mor,in
kedalam SSP antara lain (a1 kelarutan lemak *an" relati4e /elek. (b1 ionisasi dera/at tin""i pada
pJ ,isiolo"is. (#1 ikatan protein. dan (d1 kon/u"asi *an" #epat den"an asam "lukoronik.
Alkalinisasi di darah. seperti *an" dihasilkan den"an hiper4entilasi pada paru$paru pasien. *an"
akan menin"katkan ,raksi non ionik mor,in. *an" ter/adi pada mor,in den"an konsentrasi *an"
lebih tin""i pada plasma dan otak dibandin"kan *an" ter/adi selama normokarbia (Gambar 0$Q1
(Kin#k dkk.&99Q1. Jal ini menun/ukkan bah(a karbon dioksida men"indukasi penin"katan pada
aliran darah otak dan menambah pen"an"kutan mor,in ke otak *an" lebih pentin" dibandin"kan
,raksi obat *an" ter/adi baik pada ,raksi ionik maupun ,raksi non ionik. 5erbeda haln*a pada
SSP. mor,in berakumululasi se#ara #epat di "in/al. hepar. dan otot skelet. ?or,in. tidak seperti
pada ,entan*l. tidak men"alami uptake pertama kali kedalam paru
?etabolisme
Prinsip /alur metabolisme mor,in adalah men"alami kon/u"asi den"an asam "lukoronik di hepar
dan di luar hepar. khususn*a di "in/al. Sekitar Q2 U sampai R2 U dari dosis mor,in mun#ul
seba"ai mor,in $0$"lukoronide (suatu rasio 9 &1. ?or,in$0$"lukoronide didapatkan di plasma
dalam & menit setelah in/eksi 7D. dan konsentrasin*a berlebihan pada obat *an" tidak berubah
pada hampir sepuluh kali dalam 990 menit (Gambar 0$R1 (?urph* dan Ju". &9R&1. 8iperkirakan
sekitar 2 U mor,in dimetilasi kedalam bentuk normomor,in. dan se/umlah ke#il kodein /u"a
dapat dibentuk. Jasil metabolisme mor,in dibuan" utaman*a melaui urin. den"an han*a Q U
sampai &0 U men/alani ekskresi le(at empedu. ?or,in$0$"likoronide dideteksi di urin sampai
sekitar Q2 /am setelah pemberian mor,in. Suatu ,raksi ke#il (& U sampai 2 U1 dari mor,in *an"
diin/eksikan tidak berubah di urin
?etabolisme "in/al berperan se#ara si"ni,ikan pada metabolisme total pada mor,in. *an"
membutuhkan pen/elasan *an" mun"kin pada ketiadaan beberapa penurunan pada bersihan
mor,in se#ara sistemik pada pasien den"an sirosis hepatik atau selama ,ase anhepatik pada
tranpalntasi hepar ortotopik (Sear.&99&1. Pada ken*ataann*a. penin"katan ke#epatan
metabolisme mor,in di"in/al mun"kin ter/adi /ika metabolisme di hepar ter"an""u.
Pembuan"an mor,in "lukoronide mun"kin men"an""u pasien den"an "a"al "in/la.
men*ebabkan akumulasi hasil metabolisme dan e,ek depresi pernapsan *an" tidak diin"inkan
pada opioid dosis ke#il (Gambar 0$&01 (:ahu4in dkk.&9RQb1. ;entu sa/a. depresi pernapasan
*an" meman/an" (` Q hari1 telah diamati pada pasien den"an "a"al "in/al setelah pemberian
mor,in (8on dkk.&9Q21. Pembentukan "lukoronida terkon/u"asi dapat ter"an""u oleh
monoamine oksidae inhibitor. *an" bertahan den"an e,ek berlebihan pada mor,in /ika diberikan
pada pasien *an" diobati den"an obat ini.
Saktu paruh pembuan"an
Setelah pemberian mor,in se#ara 7D. pembuan"an mor,in$0$"lukoronide a"ak lama
dibandin"kan mor,in (Lihat tabel 0$2 dan Gambar 0$R1 (?urph* dan Ju". &9R&1. Penurunan
pada kosentrasi mor,in dalam plasma setelah distribusi a(al obat ini utaman*a kerena
metabolisme. karena han*a se/umlah ke#il pada opioid *an" tidak berubah dieksresi kedalam
urin. Konsentrasi mor,in dalam plasma lebih tin""i pada oran" tua dibandin"kan pada oran"
de(asa muda (Gambar 0$&&1 (5erko(it) dkk.&9Q21. Pada + hari pertama kehidupan. bersihan
mor,in menurun dan (aktu paruh pembuan"ann*a lebih lama dibandin"kan den"an *an"
ditemukan pada ba*i *an" lebih tua ( L*nn dan Slatter*.&9RQ1. Jal ini menetap den"an
pen"amatan klinik bah(a neonatus lebih sensiti, dibandin"kan anak$anak *an" lebih tua untuk
men"alami e,ek depresi pernapasan pada mor,in. Pasien den"an "a"al "in/al menun/ukkan
konsentrasi mor,in *an" lebih tin""i pada plasma dan pada :SS dan hasil metabolisme mor,in
dibandin"kan pada pasien normal. menun/ukkan suatu 4olume didistribusi *an" lebih ke#il (Dd 1
(Janna dkk.&9901. ;erdapat kemun"kinan akumulasi pada mor,in$3$"lukoronide membutuhkan
perhatian /ika pemberian mor,in pada pasien den"an dis,un"si "in/al. Anesthesia sendiri tidak
men"ubah (aktu paruh pembuan"an pada mor,in. Konsentrasi mor,in di kolustrum pada (anita
*an" telah melahirkan *an" dikontrol den"an anal"esia berupa mor,in adalah sedikit dan
tampakn*a tidak mun"kin bah(a /umlah obat *an" si"ni,ikan akan dipindahkan ke neonatus
*an" disusui (5aka dkk.20021.
-enis kelamin
-enis kelamin dapat mempen"aruhi anal"esia opioid tetapi arah dan besarn*a perbedaan ini
ter"antun" pada ban*ak interkasi 4ariabel termasuk opioid *an" di"unakan (Kest dkk.20001.
?or,in menun/ukkan kekuatan anal"esik *an" lebih besar dan ke#epatan *an" lebih rendah
pada pemberiaan*a pada (anita dibandin"kan pada laki$laki (Sarton dkk.20001. Pen"amatan
ini bertahan den"an konsumsi opioid postoperati4e *an" lebih tin""i pada laki$laki dibandin"kan
pada (anita. 8isisi lain. mor,in menurunkan kemirin"an pernapasan untuk berepon terhadap
karbon dioksida pada (anita dibandin"kan pada laki$laki *an" padan*a tidak tedapat e,ek *an"
si"ni,ikan (8ahan dkk.&99R1. ?or,in tidak memiliki e,ek pada amban" batas apnue pada (anita
tetapi men*ebabkan penin"katan pada laki$laki. Sensiti4itas hhipoksia menurun oleh mor,in
pada (anita tetapi tidak pada laki$laki.
=,ek sampin"
=,ek sampin" *an" ditun/ukkan oleh mor,in /u"a ter/adi sama haln*a den"an opioid a"onis *an"
lain. meskipun insidens dan besarn*a mun"kin ber4ariasi.
S*stem kardio4askuler
Pemberian mor,in. dalam dosis besar (& m"!k" 7D1 pada pasien den"an posisi supine dan
normo4olemia tidak mun"kin men*ebabkan depresi miokardial atau hipotensi se#ara lan"sun".
Pasien *an" sama *an" berubah dari posisi supine ke posisi berdiri. Namun. mun"kin
bermani,estasi seba"ai hipotensi ortostatik dan sinkope. a"akn*a menun/ukkan "an""uan
kompensasi respon sistem sara, otonom *an" diinduksi oleh mor,in. Seba"ai #ontoh. mor,in
menurunkan tonus sistem sara, simpatis pada 4ena peri,er. men"akibatkan pen"umpulan darah
di 4ena dan selan/utn*a menurunkan 4enous return. #ardia# output dan tekanan darah
(Lo(enstein dkk.&9Q21.
?or,in /u"a dapat membankitkan penurunan pada tekanan darah sistemik karena bradikardia
atau pelepasan histamine *an" diinduksi oleh obat. 5radikardia *an" diinduksi oleh obat ter/adi
akibat penin"katan akti4itas pada ner4us 4a"us. *an" mun"kin men""ambarkan stimulasi pada
nukleus ner4us 4a"us di medulla. ?or,in mun"kin /u"a men""unakan suatu e,ek depresi
lan"sun" pada nodus sinostrial dan beker/a untuk memperlambat konduksi pada /antun" *an"
melalui impuls pada nodus atrio4entrikuler. Aksi ini mun"kin. dalam ba"ian. men/elaskan
penurunan ke#enderun"an ter/adin*a ,ibrilasi 4entrikel pada pen""unaan mor,in. Pemberian
opioid (mor,in1 pada pen"obatan preoperati, sebelum induksi anesthesia (,entan*l1 men"arah
pada lambatn*a den*ut /antun" selama pemberian obat anestesi *an" mudah men"uap den"an
atau tanpa stimulasi pembedahan (:ahalan dkk.&9RQ1.
Pelepasan histamine *an" diinduksi oleh opioid dan berkaitan den"an hipotensi adalah 4ariabel
pada kedua insidens dan dera/atn*a. 5esarn*a pelepasan histamine *an" diinduksi oleh mor,in
dan selan/utn*a akan menurunkan tekanan darah sistemik *an" dapat diminimalkan den"an
(a1 membatasi ke#epatan in,us mor,in sapai 2 m"!menit!7D. (b1 mempertahankan pasien pada
posisi supine den"an posisi kepala a"ak te"ak. dan (#1 men"optimalkan 4olume #airan
intra4askuler. dalam periode &0 menit *an" men"hasilkan penin"katan konsentrasi histamine
dalam plasma *an" sesuai den"an penurunan *an" si,ni,ikan pada tekanan darah sistemik dan
resistensi pembuluh darah sistemik (Gambar &0$&2 dan 0$&01 (>oso( dkk.&9R21. Adalah hal
pentin" untuk men"akui. bah(a tidak semua pasien berespon pada ke#epatan pemberian
mor,in *an" mempen"aruhi pelepasan histamine. menentukan 4ariabilitas seseoran" *an"
berkaitan den"an pemberian obat ini (lihat "ambar 0$&21 (>oso( dkk.&9R21. 5erbeda haln*a
den"an mor,in. in,us ,entan*l. 20 B"!k" se#ara 7D dalam masa &0 menit. tidak memban"kitkan
pelepasan histamine pada ban*ak pasien (lihat "ambar 0$&21 (>oso( dkk. &9R21. Su,entanil.
seperti ,entan*l. tidak memban"kitkan pelepasan histamine.
Sebelum pen"obatan pasien den"an anta"onis rsesptor J& dan J2 tidak men"ubah pelepasan
histamine *an" diban"kitkan oleh mor,in tetpai men#e"ah perubahan pada tekanan darah
sistemik dan resistensi pembuluh darah sistemik (Philbin dkk.&9R&1.
?or,in tidak sensiti4e pada /antun" terhadap katekolamin disisi lain men/adi ,aktor predisposisi
terhadap disritmia /antun" selama hiperkarbia atau hipoksemia arterial *an" tidak berakibat dari
e,ek depresi pernapasan dari opioid. ;akikardia dan hipertensi *an" ter/adi selama anesthesia
den"an mor,in bukan e,ek ,armakolo"i dari opioid tetapi dibandin"kan pada respon terhadap
stimulus pembedahan *an" san"at n*eri *an" tidak ditekan oleh mor,in. Sistem sara, simpatis
dan mekanisme rennin$an"iotensin berperan pada respon kardio4askuler ini. 8osis besar
mor,in atau opioid a"onis *an" lain mun"kin menurun *an" kemun"kinan takikardia dan
hipertensi akan ter/adi seba"ai respon terhadap stimulus n*eri. tetapi /ika respon ini telah
ter/adi. pemberian opioid tambahan tampakn*a tidak e,ekti,. Selama anestesi. opioid a"onis
serin" diberikan den"an anesthesia inahlan untuk memastikan sempurnan*a amnesia pada
stimulus pembedahan *an" san"at n*eri. Kombinasi suatu opioid a"onis seperti mor,in atau
,entan*l den"an nitrat oksida akan menimbulkan depresi kardio4askuler (menurunkan #ardia#
output dan tekanan darah sistemik ditambah den"an penin"katan tekanan pen"isisna /antun"1.
*an" tidak ter/adi ketika salah satu obat ini diberika se#ara terpisah (Stoeltin" dan Gibbs.&9Q01.
8i sisi lain. penurunana pada resistensi pembuluh darah sisitemik dan takanan darah sistemik
dapat ter/adi setelah kombinasi suatu opioid dan suatu ben)odia)epine. sedan"kan e,ek ini
tidak ter/adi setelah pemberian salaha satu dari obat ini se#ara terpisah (Gambar 0$&+1
(;omi#he#k dkk.&9R01.
Dentilasi
Semua opioid a"onis men"hasilkan depresi pernapsan *an" ter"antun" dosis dan sesuai /enis
kelamin. utan*a melalui suatu e,ek a"onis pada reseptor mu2 *an" men*ebabkan suatu e,ek
depresi lan"sun" pada pusat pernapasan di batan" otak (At#heson dan Lambert.&9921 (lihat
ba"ian pada -enis Kelamin dan :hapter +9 1. Karena e,ek anal"esik dan e,ek pernapasan
ter/adi oleh mekanisme *an" sama *an" menun/ukkan bah(a dosis anal"esik *an" sama pada
semua opioid akan men"hasilkan beberapa dera/at depresi pernapasan dan berbandin" terbalik
pada depresi pernpasan den"an suatu opioid anta"onis *an" selalu melibatkan beberapa e,ek
berla(anan dari anal"esia. 8epresi pernapasan *an" diinduksi oleh opioid ditandai den"an
penurunan respon pada pusat pernapasan ini terhadap karbon dioksida *an" di"ambarkan
melalui suatu penin"katan pada Pa:O2 istirahat dan pemindahan kur4a repon karbon dioksida
ke kanan. Opioid a"onis /u"a men""an""u pusat pernapasan di pons dan di medulla *an"
men"atur irama pernapasan. *an" men*ebabkan pen"hentian *an" lama antara pernapasan
dan masa bernapas. ;erdapat kemun"kinan bah(a opioid a"onis membatasi sensiti4iats
terhadap karbon dioksida melalui penurunan pelepasan asetilkolin dari sara, di daerah pusat
pernapasan di medular seba"ai respon terhadap hiperkarbia. 8alam hal ini. ,isosti"min. *an"
menin"katkan kadar asetilkolin di SSP. akan mela(an depresi pernapasan tetapi bukan e,ek
anal"esia *an" dihasilkan oleh mor,in (lihat :hapter 91.
8epresi pernapasan *an" dihasilkan oleh opioid a"onis berlan"sun" #epat dan bertahan
selama beberapa /am. *an" ditun/ukkan oleh penurunan respon pernapasan terhadap karbon
dioksida. 8osis opioid tin""i *an" ter/adi pada apnue. tetapi pasien masih sadar dan mampu
untuk memulai suatu pernapasan /ika ditan*akan untuk dilakukan. Kematian akibat o4erdosis
opioid palin" ban*ak tanpa ke#uali diakibatkan pada depresi pernapasan.
Se#ara klinik. depresi pernapasan *an" dihasilkan oleh opioid a"onis *an" bermani,estasi
seba"ai penurunan *an" serin" pada pernapasan *an" serin" ter/adi setelah suatu kompensasi
penin"katan pada tidal 4olume. Ketidaksempurnaan pada kompensasi penin"katan pada
4olume tidal *an" dibuktikan melalui penin"katan *an" diperkirakan pada Pa:O2. 5an*ak
,aktor *an" mempen"aruhi besarn*a dan durasi pada depresi pernapasan *an" dihasilkan oleh
opioid a"onis. Seba"ai #ontoh. usia lan/ut dan ter/adin*a tidur alami *an" menin"kat e,ek
depresi pernapasan pada opioid. Se#ara berla(anan. e,ek anal"esia pada opioid
memperlambat pernapasan *an" *an" telah ber/alan #epat dan dan"kal akibat n*eri.
Opioid *an" men"hasilkan depresi pada akti4itas siliar pada /alan napas *an" ter"antun" pada
dosis. Penin"katan pada resistensi setelah pemberian opioid *an" kemun"kinan karena suatu
e,ek lan"sun" pada otot polos bronkus dan suatu ker/a tidak lan"sun" karena pelepasan
histamine.
Penekanan 5atuk
Opioid menekan batuk melalui e,ek pada pusat batuk dimedulla *an" berbeda dari e,ek opioid
pada pernapasan. Penekanan batuk *an" terbesar ter/adi pada opioid *an" memiliki
pen""antian *an" men"ambil tempat ban*ak pada posisi karbon keti"a (kodein1. Penekanan
batuk dihasilkan oleh isomer dekstrorotasi pada opioid (dextromethorphan1 *an" tidak
men"hasilkan e,ek anal"esia.
Sistem sara,
Opioid pada tidak ter/adin*a hipo4entilasi *an" menurunkan aliran darah otak dan mun"kin pula
pada tekanan intrakranial (;7K1. Obat ini harus di"unakan den"an hati$hati pada pasien den"an
trauma kepala karena pasien ini (a1 berhubun"an den"an e,ek pada kelemahan. (b1
menimbulkan miosis. (#1 depresi pada pusat pernapasan *an" berhubun"an den"an
penin"katan tekanan intra#ranial /ika Pa:O2a menin"kat. Selain itu. trauma kepala mun"kin
men""an""u inte"ritas pada sa(ar darah otak. *an" berakibat pada penin"katan sensiti4itas
terhadap opioid.
=,ek mor,in pada elektroen#e,alo"ram (==G1 mirip den"an perubahan *an" berkaitan den"an
tidur. Seba"ai #ontoh. pemindahan "elomban" al,a den"an #epat den"an "elomban" delta
*an" lebih lambat. >ekaman pada ==G "a"al untuk men"un"kapkan beberapa bukti ter/adin*a
ban"kitan ke/an" setelah pemberian dosis besar pada opioid (lihat ba"ian tentan" Kentan*l1.
Opioid tidak men"ubah respon pada obat *an" memblok neuromus#ular. >i"iditas pada otot
skelet. khususn*a pada otot dada dan otot perut. serin" ter/adi ketika dosis besar pada opioid
a"onis diberikan se#ara #epat dan se#ara intra4ena (>ooke.&99+1. 5an"kitan klonik pada otot
skelet (mioklonus1 ter/adi selama pemberian opioid *an" dapat men*erupai ke/an" "rand mal.
tetapi ==G tidak men""ambarkan ban"kitan ke/an". >i"iditas otot skelet dapat berkaitan
den"an ker/a pada reseptor opioid dan melibatkan inter4ensi den"an dopaminer"ik dan asam
"amma$aminobutirat *an" merespon sara,.
Pemberian opioid 7D se#ara #epat. seperti untuk induksi anesthesia. dapat behubun"an den"an
ri"iditas otot dada dan otot perut *an" #ukup men""an""u 4entilai pada paru se#ara adekuat.
Per#obaan se#ara manual untuk pen"emban"an paru /ika terdapat ri"iditas otot skelet ini
mun"kin menimbulkan tekanan pada /alan napas *an" men""an""u 4enous return. 5erbeda
haln*a den"an terdapatn*a bukti bah(a pen*ebab utama pada kesulitan 4entilasi setelah
induksi anesthesia den"an su,entanil (dan kiran*a den"an opioid lain1 menutup pita suara
(5ennett dkk.&99Qa1. Ke/adian ri"iditas otot skelet *an" diinduksi oleh opioid men*amaratakan
hipertonus pada otot skelet ter"antun" pada opioid (palin" serin" pada ,entanil1 dan dosis *an"
di"unakan serta ke#epatan emberian. 7nhibisi pada striatal melepaskan asam "amma$
aminobutirat dan menin"katkan produksi dopamine *an" mun"kin dapat men/elaskan
penin"katan tonus otot skelet *an" diinduksi oleh opioid. Ke/adian *an" dilaporkan pada
kesulitan pernapsan setelah suatu dosis sedan" pada su,entanil berkisar antara R+ U sampai
&00 U (5ennet dkk. &99Qa1.
?iosis ter/adi karena suatu eksi eksitasi pada opioid pada komponene sistem sara, otonom dari
nu#leus =din"er$Sestpahl pada ner4us okulomotor. ;oleransi pada e,ek miosis pada mor,in
tidak menon/ol. ?iosis dapat diatasi den"an atropine. dan hipoksemia arteri *an" san"at berat
pada pemberian mor,in dapat men"akibatkan midriasis.
Sedasi
;itrasi postoperati4e pada mor,in serin" men"induksi sedasi *an" ter/adi sebelum onset
anal"esia (Pa'ueron dkk.20021. >ekomendasi *an" biasa untuk titrasi mor,in termasuk suatu
den"an inter4al sin"kat antara bolus (2 sampai Q menit1 untuk memun"kinkan untuk menilai
e,ek klinikn*a. Sedasi ter/adi sampai pada 30 U pasien selama titrasi mor,in dan
men""ambarkan suatu pertimban"an *an" serin" untuk men"hentikan titrasi mor,in selama
anal"esia postoperati4e. Perkiraan bah(a tidur ter/adi ketika n*eri berkuran" *an" tidak
dibutuhkan se#ara akurat dan sedasi *an" diinduksi oleh mor,in sebaikn*a tidak
dipertimban"kan seba"ai suatu indi#ator pada anal"esia *an" sesuai selama titrasi mor,in
intra4ena.
;raktus biliaris
Opioid dapat men*ebabkan spasme otot polos biliaris. *an" men"akibatkan penin"katan pada
tekanan intrabiliaris *an" mun"kin berhubun"an den"an "an""uan epi"astrium atau kolik
biliaris. N*eri ini sukar dibedakan den"an an"ina pe#toris. Naloxone akan men"uran"i n*eri
*an" disebabkan oleh spasme biliaris tetapi tidak pada iskemik miokard. Se#ara berla(anan.
nitro"liserin akan men""uran"i n*eri karena spasme biliaris ataupun karena iskemik miokard.
8osis anal"esi# *an" sama pada ,entan*l. mor,in. meperidine. dan penta)o#ine menin"katkan
tekanan duktus biliaris sekitar 99 U. 20 U. 3& U dan &2 U diatas tin"kat predru". se#ara
berturut$turut (>adna* dkk. &9R01. Selama pembedahan. spasme sphin#ter Oddi akibat opioid
dapat tampak se#ara radiolo"i seperti suatu konstriksi *an" run#in" pada u/un" distal pada
duktus biliaris kommunis dan kadan" disalahartikan den"an suatu batu pada duktus biliaris
kommunis. Jal ini mun"kin pentin" untuk menan"ani spasme otot polos traktus biliaris akibat
opioid den"an naloxone sehin""a diinterpretasikan den"an benar den"an kolan"io"ram.
Glu#a"on. 2 m" 7D. /u"a men"uran"i spasme otot polos traktus biliaris akibat opioid dan tidak
seperti naloxone. *an" tidak bersi,at anta"onis terhadap e,ek anal"esik opioid (-ones
dkk.&9R01. Salaupun demikian. spasme otot biliaris tidak ter/adi pada keban*akan pasien *an"
mendapatkan opioid. Sebenarn*a. insidens spasme Sphin#ter Oddi pada sekitar 0 U pasien
*an" mendapatkan ,entan*l seba"ai #adan"an pada obat anestesi inhalan (-ones dkk.&9R&1.
Kontraksi otot polos pada duktus pankreatikus kemun"kinan bertan""un" /a(ab pada
penin"katan konsentrasi amilase plasma dan lipase *an" dapat ter/adi setelah pemberian
mor,in. 5eberapa penin"katan mun"kin membin"un"kan dia"nosis ketika pan#reatitis akut
adalah suatu kemun"kinan.
;raktus "astrointestinal
Opioid *an" serin" di"unakan seperti mor,in. meperidine. dan ,entan*l dapat menimbulkan
spasme pada otot polos "astrointestinal. men"akibatkan berba"ai /enis e,ek sampin" termasuk
konstipasi. kolik biliaris. dan keterlambatan pen"oson"an lambun".
?or,in menurunkan kontraksi peristaltik *an" bersi,at mendoron" pada usus halus dan usus
besar dan menambah tonus pada sphin#ter pilorus. 4al4e ileo#ae#al. dan spin#hter ani.
Perlambatan per/alanan isi usus melalui kolon memun"kinkan penin"katan absorpsi air.
Seba"ai akibatn*a. konstipasi serin" ter/adi setelah terapi den"an opioid dan mun"kin men/adi
suatu masalah *an" telah lama pada pasien *an" membutuhkan terapi opioid *an" lama.
karena sedikit toleransi *an" berkemban" pada e,ek ini. Opium (mor,in1 di"unakan untuk
men"ibat diare sebelum obat ini di"unakan seba"ai suatu anal"esik *an" populer.
Penin"katan tekanan biliar ketika kontraksi kandun" empedu berla(anan den"an suatu
penutupan atau pen*empitan sphin#ter Oddi. Pen*aluran isi lambun" kedalam duodenum
proksimal terlambat karena terdapat penin"katan tonus "astroduodenal /un#tion. 8alam hal ini.
pen"obatan preoperati4e *an" termasuk suatu opioid akan memperlambat pen"oson"an
lambun" (menin"katkan resiko aspirasi1 atau keterlambatan absorpsi obat *an" diberika se#ara
oral. Semua e,ek ini mun"kin berla(anan atau di#e"ah den"an suatu opioid anta"onis *an"
beker/a diperi,er (lihat ba"ian pada ?eth*lnaltrexone1.
?ual dan muntah
?ual dan muntah *an" diinduksi oleh opioid disebabkan oleh stimulasi lan"sun" pada
#hemore#eptor tri""er 6one (:;61 pada dasar 4entrikel keempat (lihat "ambar +&$&31. Jal ini
mun"kin menun/ukkan peranan opioid a"onis seba"ai dopamine a"onis parsial pada reseptor
dopamine pada #hemore#eptor tri""er 6one. Sebenarn*a. apomor,ine adalah emetik *an"
san"at kuat dan /u"a seba"ai opioid *an" palin" kuat pada reseptor dopamine. Stimulasi pada
reseptor dopamine seba"ai suatu mekanisme pada mual dan muntah *an" diinduksi oleh opioid
menetap den"an antiemeti# *an" e,ekti, pada but*ro,enone. ?or,in /u"a mun"kin men*ebabkan
mual dan muntah melalui penin"katan sekresi "astrointestinal dan perlambatan pen"aliran isi
usus ke kolon.
?or,in menekan pusat muntah di medulla (lihat "ambar +&$&31. Seba"ai hasiln*a. pemberian
mor,in se#ara 7D menimbulkan sedikit mual dan muntah dibandin"kan pemberian mor,in se#ara
intramuskuler. *an" tampakn*a karena pemberian opioid se#ara intra4ena men#apai pusat
muntah se#epat untuk men#apai #hemore#eptor tri""er 6one. ?ual dan muntah relati4e /aran"
ter/adi pada pasien *an" telentan" *an" diberikan mor,in. menun/ukkan bah(a suatu komponen
4estibular men"kn berperan pada ke/adian mual dan muntah *an" diinduksi oleh opioid.
Sistem "enitourinar*
?or,in dapat menin"katkan tonus dan akti4itas peristaltik pada ureter. 5erbeda haln*a pada
e,ek *an" sama pada otot polos traktus biliaris. opioid *an" sama men"induksi e,ek pada ureter
dapat ditan"ani den"an obat antikoliner"ik seperti atropine. Er"ensi urin ditimbulkan oleh
tambahan pada tonus otot detrusor *an" diinduksi oleh opioid. pada (aktu *an" sama. tonus
pada sphin#ter 4esika urinaria ditambah. membuat sulit berkemih.
Antidiuresis *an" diberikan setelah pemberian mor,in pada binatan" *an" telah dihubun"kan
den"an pelepasan hormone ar"inine 4asopressin (hormone antidiuretik1 *an" diinduksi oleh
opioid. Pada manusia. pemberian mor,in den"an tidak adan*a stimulasi pembedahan *an"
san"at n*eri tidak memban"kitkan pelepasan hormone ini (Philbin dkk.&9Q31. Selain itu. ketika
mor,in diberikan pada 4olume #airan intra4askuler *an" adekuat. tidak terdapat perubahan pada
output urin.
Perubahan kulit
?or,in men*ebabkan pembuluh darah kulit berdilatasi. Kulit pada (a/ah. leher. dan dada ba"ian
atas serin" men/adi kemerahan dan hana"t. Perubahan ini pada sikulasi kulit merupaakn
ba"ian *an" disebabkan oleh pelepasan histamine. Jistamine melepaskan kemun"kinan
men/adi pen*ebab timbuln*a urtikaria dan eritema *an" serin" ditemukan pada tempat in/eksi
mor,in. Selain itu. pelepasan histamine *an" diinduksi oleh mor,in kemun"kinan diperhitun"kan
terhadap ter/adin*a eritema kon/un"ti4a dan pruritus.
;er/adin*a pelepasan histamine di kulit se#ara lokal. khususn*a di sepan/an" 4ena dimana
mor,in diin/eksikan. tidak menun/ukkan suatu reaksi aler"i. Se#ara keseluruhan. insidens aler"i
*an" sebenarn*a pada opioid /aran" ter/adi. meskipun terdapat kasus *an" pernah dilaporkan
(5ennet dkk. &9R31. Selain itu. e,ek sampin" opioid *an" diperkirakan seperti pelepasan
histamine lokal. hipotensi ortostatik. mual dan muntah disalahartikan seba"ai suatu reaksi
aler"i.
Plasenta
Plasenta tidak men/adi barier *an" sebenarn*a untuk memindahkan opioid dai ibu ke /anin.
Oleh karena itu. depresi pada neonatus dpat ter/adi seba"ai suatu akibat dari pemberian opioid
pada ibu selama persalinan. 8alam hal ini. pemberian mor,in kepada ibu dapat menimbulkan
depresi neonatus *an" lebih besar dibandin"kan pada meperidine (Sa* dkk.&9321. Jal ini
men""ambarkan immaturitas pada sa(ar darah otak pada neonatus. Pen""unaan opioid pada
ibu dalam /an"ka pan/an" dapat men"akibatkan perkemban"an keter"antun"an ,isik (addiksi
intrauterine1 pada ,etus. Selan/utn*a pemberian naloxone pada neonatus dapat memi#u
ter/adin*a sindrom pemantan"an *an" men"an#am /i(a pada neonatus.
7nteraksi obat
=,ek depresi pernapasan pada beberapa opioid dapat diperparah oleh amphetamine.
,enotia)ine. monoamine oksidase inhibitor. dan antidepresan trisiklik. Seba"ai #ontoh. pasien
*an" mendapatkan monoamine oksidase inhibitor dapat men"alami depresi SSP*an"
berlebihan dan hiperpireksia setelah pemberian suatu opioid a"onis. khususn*a meperidine.
>espon *an" berlebihan ini mun"kin men""ambarkan perubahan pada ke#epatan atau /alur
metabolisme pada opioid. Obat simpatomimetik tampakn*a menambah e,ek anal"esia *an"
ditimbulkan oleh opioid. S*stem sara, koliner"ik tampakn*a men/adi suatu modulator positi,
pada anal"esia *an" diinduksi oleh opioid dimana ,isosti"min menambah dan atropine mela(an
e,ek anal"esia.
;oleransi ,armakodinamik dan keter"antun"an ,isik
;oleransi ,armakodinamik dan keter"antun"an ,isik den"an pemberian opioid *an" berulan"
merupakan tanda pada semua opioid a"onis dan merupakan pembatasan utama pada
pen""unaan klinikn*a. Perkembana"n toleransi antara semua opioid. ;oleransi dapat ter/adi
tanpa keter"antun"an ,isik. tetapi e,ek berla(anan tampakn*a tidak ter/adi.
;oleransi men"emban"kan kebutuhan untuk menin"katkan dosis opioid a"onis sampai
men#apai e,ek anal"esia *an" sama *an" di#apai sebelumn*a den"an suatu dosis *an" lebih
rendah. 5eberapa bersihan *an" didapatkan biasan*a men"ambil (aktu selama 2 sampai 0
min""u sampai menimbulkan dosis anal"esi# pada mor,in. ;olernasi berkemban" pada
anal"esik. sedati4e. depresi pernapasan dan e,ek emeti# pada opioid tetapi bukan pada
e,ekn*a pada miosis dan motilitas usus (konstipasi1. Potensial untuk keter"antun"an ,isik
(addiksi1 adalah suatu e,ek a"onis pada opioid. Sebenarn*a. keter"antun"an ,isik tidak ter/adi
pada opioid anta"onis dan tidak mun"kin pada "abun"an opioid a"onis$anta"onis. Ketika opioid
a"onis beker/a dominan. serin" berkemban". den"an pen""unaan berulan". suatu kein"inan
kompulsi, (psikolo"is1 dan kebetuhan berlan/ut (,isiolo"is1 terhadap obat tersebut.
Keter"antun"an ,isik pada mor,in biasan*a membutuhkan (aktu sekitar 22 hari untuk ter/adi.
tetapi dapat ter/adi lebih #epat pada pasien *an" se#ara emosional tidak stabil. 5eberapa
dera/at keter"antun"an ,isik. ter/adi han*a setelah +R /am pada pen"obatan *an" kontin*u.
Ketika keter"antun"an ,isik ter/adi. pen"hentian opioid a"onis menimbulkan suatu sindrom
(ithdra(al (;abel 0$31 (Sinatra.200+1. Ge/ala a(al pada (ithdra(al antara lain serin" men"uap.
diaphoresis. lakrimasi. atau kori)a. 7nsomnia dan "elisah lebih menon/ol. Keram pada abdomen.
mual. muntah dan diare men#apai pun#akn*a dalam Q2 /am dan kemudian turun dalam Q
sampai &0 hari berikutn*a. Selama (ithdra(al. toleransi pada mor,in se#ara #epata
berlan"sun". dan sindrom ini berakhir melalui suatu ker/a sedan" pada opioid a"onis. ?asa
*an" lebih lama pada pantan"an. dosis opioid a"onis den"an dosis *an" lebih ke#il *an"
dibutuhkan.
Perubahan Jormonal
;erapi opioid /an"ka pan/an" mun"kin mempen"aruhi aksis hipotalamus$pituitar*$adrenal dan
aksis hipotalamus$pitutar*$"onad (5allant*ne dan ?ao.20001. ?or,in mun"kin men*ebabkan
suatu penurunan se#ara pro"resi, pada konsentrasi kortisol plasma. =,ek utama pada opioid di
aksis hipotalamus$pitutar*$"onad melibatkan modulasi pada pelepasan hormone termasuk
penin"katan konsentrasi prolaktin dan penurunan hormone luteini)in". ,olli#le stimulatin"
hormone. testosterone. dan estro"en.
?odulasi 7mun
;erapi opioid dapat men"ubah imunitas melalui e,ek neuroendorine atau melaui e,ek lan"sun"
pada s*stem imun (5allantin dan ?ao.200+W Sebster.&99R1. Pemberian opioid /an"ka pan/an"
tampakn*a lebih serin" mun#ul dibandin"kan pemberian /an"ka pendek *an" menimbulkan
imunosupresan khususn*a pada seseoran" *an" rentan dan mendadak e,ek (ithdra(al /u"a
mun"kin memi#u imunosupresan. Opioid men"ubah perkemban"an. di,erensiasi dan ,un"si sel
imun (sel pro"enitor sum$sum tulan". makro,a". sel ;1.>eseptor *an" berkaitan den"an opioid
ter/adi pada sel imun. ?eskipun e,ek imunosupresan opioid menaikkan perhatian (insidens
in,eksi postoperati,1 *an" sama pentin"n*a untuk men"enal bah(a n*eri itu sendiri dapat
memperbaiki ,un"si imun.
O4erdosis
Prinsip utama o4erdosis pada opioid adalah depresi pernapasan *a" bermani,estasi berupa
,rekuensi pernapasan *an" lambat. *an" mun"kin berkemban" men/adi apnue. Pupil simetris
dan dan miosis ke#uali /ika ter/adi hipoksemia arteri *an" berat. *an" men"akibatkan midriasis.
Otot skelet bersi,at ,la##id. dan obstruksi /alan napas atas mun"kin ter/adi. =dema paru serin"
ter/adi. tetapi mekanisme mash belum diketahui. Jipotensi dan ke/an" berkemban" /ika ter/adi
hipoksemia arteri. ;rias berupa miosis. hipo4entilasi. dan koma menun/ukkan o4erdosis suatu
opioid. Penan"anan pada o4erdosis opioid adalah 4entilasi mekanik pada paru pasien den"an
oksi"en dan pemberian opioid anta"onis seperti naloxone. Pemberian opioid anta"onis untuk
men"obati o4erdosis opioid mun"kin memi#u (ithdra(al akut.
?or,in$3$Glukoronide
8urasi ker/a mor,in$3$"lukoronide adalah lebih besar dibandin"kan bah(a mor,in dan
kemun"kinan bah(a ma*oritas akti4itas anal"esi# *an" berhubun"an den"an mor,in karena
mor,in$3$"lukoronide khususn*a den"an pemberian mor,in /an"ka pan/an" (Janna dkk.&9901.
?or,in dan mor,in$3$"lukoronide berikatan den"an reseptor mu opioid den"an a,initas *an"
sebandin" sedan"kan potensi anal"esik pada mor,in$3$"lukoronide adalah 320 kali lipat lebih
tin""i dibandin"kan mor,in (Paul dkk.&9R91. Akumulasi mor,in$3$"lukoronide selama in,us mor,in
/an"ka pan/an" dapat berperan pada anala"esia dan depresi pernapasan. Selain itu. ter/adin*a
"a"al "in/al. e,ek sampin" opioid *an" berat mun"kin ter/adi beberapa /am setelah konsentrasi
mor,in di plasma men#apai pun#akn*a. menun/ukkan konsentrasi pun#ak mor,in$3$"lukoronide
dalam plasma (An"st dkk.20001. ?or,in$3$"lukoronide tidak menimbulkan e,ek klinik atau e,ek
anal"esia ketika diberikan seba"ai suatu bolus intra4ena tun""al atau suatu bolus intra4ena
*an" ter/adi den"an in,use + /am (Louts dkk. &999W ?Otamed dkk.20001. Jal ini kemun"kinan
menun/ukkan permeabilitas *an" rendah pada sa(ar darah otak pada mor,in$3$"lukoronide dan
menekankan bah(a in,use /an"ka pendek tidak menimbulkan konsentrasi mor,in$3$"lukoronide
*an" #ukup di s*stem sara, pusat *an" menimbulkan e,ek ,armakolo"i *an" dapat dideteksi.
Selama kondisi pemberian /an"ka pan/an". konsentrasi mor,in$3$"lukoronide pada s*stem sara,
pusat men/adi lebih rele4an (Lots#h dkk.&9991. Salaupun demikian. mor,in$3$"lukoronide
diberiakn sekitar & /am telah dilaporkan dapat men"hasilkan anal"esia *an" meman/an".
menun/ukkan bah(a obat ini memiliki nilai seba"ai suatu anal"esika intra4ena untuk
men"uran"i n*eri postoperati4e (>omber" dkk.200+1. Pemberian mor,in$3$"lukoronide se#ara
intratekal men"hasilkan anal"esia *an" sama *an" dihasilkan oleh mor,in (Gra#e dan Ke#.
&9931.
?=P=>787N=
?eperidine adalah opioid a"onis sintetik pada reseptor opioid mu dan kappa dan berasal dari
phen*lepiperidine (Gambar 0$&21. ;erdapat beberapa analo" dari meperidine. antara lain
,entan*l. su,entanil. al,entanil dan rami,entanil (lihat Gambar 0$&2 1. ?eperidine menduduki
beberapa ba"ian "ambaran struktur *an" terdapat pada obat anestesi lokal termasuk suatu
amin tersier. suatu kelompok ester dan kelompok phen*l lipo,ilik. Sebenarn*a. meperidine *an"
diberikan se#ara intratekal memblok sodium #hannel menadi suatu bentuk *an" sebandin"
den"an lidokain. Se#ara struktur. meperidine sama den"an atropine. dan memiliki suatu e,ek
antispasmodi# sedan" *an" mirip den"an atropine. Salaupun demikian. e,ek ,armakolo"i *an"
utama pada meperidine mirip den"an mor,in.
Karmakokinetik
?eperidine memiliki kekuatan sekitar sepersepuluh dari mor,in. den"an sampai &00 m" 7?
sama den"an sekitar &0 m" 7? mor,in. 8urasi ker/a meperidine adalah sekitar 2 sampai /am.
membuatn*a men/adi opioid a"onis ker/a sin"kat dibandin"kan mor,in. Pada dosis anal"esik
*an" sama. meperidine men"hasilkan e,ek sedasi. eu,oris. mual. muntah dan depresi
pernapasan seperti haln*a mor,in. ;idak seperti mor,in. meperidine diabsorpsi den"an baik
pada traktus "astrointestinal. namun (alaupun demikian. meperidine han*a sekitar satu
seten"ah kali e,ekti4itasn*a se#ara oral dibandin"kan /ika diberikan se#ara 7?.
?etabolisme
?etabolisme meperidine di hepar berlan"sun" se#ara luas. den"an sekitar 90 obat *an"
a(aln*a men"alami demetilasi men/adi normeperidine dan dihidrolisis men/adi asam
meperidini# (Stone dkk.&9901. Normoperidine selan/utn*a men/alani hidrolisis men/asi asam
normeperidini#. =kskresi le(at urin adalah /alur pembuan"an utama dan ter"antun" pada pJ.
Seba"ai #ontoh. /ika pJ urin ` 2. seban*ak 22 U meperidine tidak berubah diekresikan.
Sebenarn*a. keasaman urin dapat dipertimban"kan dalam suatu pembuan"an *an" #epat pada
meperidine. Penurunan ,un"si "in/al dapat memi#u akumulasi pada normoperidine.
Normoperidine memiliki suatu (aktu paru pembuan"an sekita 2 /am (` 02 /am pada pasien
den"an "a"al "in/al1 dan dapat dideteksi pada urin selama 0 hari setelah pemberian
meperidine. Jasil metabolisme ini sekitar satu seten"ah kali e,ek amal"esia dari meperidine.
Selain itu. normoperidien menimbulkan stimulasi SSP. ;oksisitas normoperidine ditandai
den"an ter/adin*a mioklonus dan ke/an" *an" palin" ban*ak ter/adi sepan/an" anal"esia.
khususn*a /ika terdapat "an""uan ,un"si "in/al (Stone dkk.&9901. Normoperidine /u"a mun"kin
pentin" dalam ke/adian delirium *an" diinduksi oleh meperidine (kon,usi. halusinasi1. *an" telah
diamati pada pasien *an" mendapatkan obat ini lebih dari 0 hari. berkaitan den"an akumulasi
hasil metabolisme *an" akti,.
Saktu Paruh Pembuan"an
Saktu paruh pembuan"an pada meperidine adalah 0 sampai 2 /am (lihat tabel 0$21. Karena
bersihan pada meperidine utaman*a ter"antun" pada metabolisme hepar. hal ini mun"kin
bah(a kehilan"an opioid dalam /umlah besar akan menimbulkan saturasi s*stem en)im dan
men"hasilkan suatu (aktu paruh pembuan"an *an" lebih lama. Salaupun demikian. (aktu
paruh pembuan"an tidak berubah oleh dosis meperidine sampai 2 m"!k" 7D. sekitar 30 U
meperidine berikatan den"an protein plasma. Pasien usia tua men"alami penurunan ikatan
meperidine den"an plasma protein. men"akibatkan penin"katan konsentrasi obat bebas dalam
pasma dan tampakn*a menin"katkan sensiti4itas terhadap opioid. Penin"katan tolernasi
alkoholik pada meperidine dan opioid lain kiran*a men""ambarkan suatu penin"katan Dd.
men"akibatkan konsentrasi meperidine *an" lebih rendah dalam plasma.
Pen""unaan Klinik
Prinsip pen""unaan meperidine adalah untuk anal"esia selama persalinan dan kelahiran serta
setelah pembedahan. ?eperidine adalah satu$satun*a opioid *an" dipertimban"kan #ukup
adekuat untuk pembedahan /ika diberikan se#ara intratekal (:o)ian dkk.&9R31. Suatu in/eksi 7?
meperidine untuk anal"esia postoperati, ter/adi pada konsentrasi pun#ak pada plasma *an"
ber4ariasi ti"a sampai lima kali seperti haln*a den"an (aktu *an" dibutuhkan untuk men#apai
konsentrasi pun#ak *an" ber4ariasi ti"a samapi tu/uh kali lipat diantara pasien. (Austin
dkk.&9R0a1. konsentrasi anal"esi# plasma *an" minimum pada meperidine san"at ber4ariasi
diantara pasienW namun. pada pasien *an" sama. perbedaan pada konsentrasi sama ke#il
den"an 0.02 B"!ml dapat men""ambarkan suatu batas antara belum ada pen"uran"an dan
anal"esia *an" sempurna. Suatu konsentrasi meperidine plasma sekitar 0.Q B"!ml akan
diharapkan untuk menibulkan anal"esia postoperati4e pada sekitar 92 U pasien (Austin dkk.
&9R0b1. pasien *an" dikontrol den"an anal"esia biasan*a menun/ukkan anal"esia
postoperati4e *an" dapat diterima. den"an dosis total meperidine berkisar dari &2 sampai 03
m"!/am (Shite.&9R21. ;oksisitas normoperidine telah ditun/ukkan pada pasien *an"
mendapatkan meperidine untuk pasien *an" dikontrol den"an anal"esia (Stone dkk.&9901.
?eperidine mun"kin e,ekti, dalam menekan keadaan tubuh *an" men""i"il *an" dapat
men"akibatkan penin"katan konsumsi metabolisme oksi"en *an" men""an""u. =,ek anti
men""i"il pada meperidine mun"kin men""ambarkan stimulasi pada reseptor kappa
(diperkirakan ter/adi pada sekitar &0 U dari ker/an*a1 dan suatu penurunan amban" batas
akti4itas men""i"il *an" diinduksi oleh obat ini (tidak ter/adi pada al,entanil. klonidine. propo,ol.
atau obat nestesi *an" mudah men"uap1 (Gambar 0$&31 (Al,onsi dkk.&99RW7keda dkk.&99R.
Kur) dkk.&99Q1. Selain itu. meperidine merupakan suatu a"onis *an" potensial pada reseptor
al,a2 *an" mun"kin berperan pada e,ek anti men""i"il (;akada dkk.20021. Sebenarn*a.
klonidine lebih e,ekti, dibandin"kan meperidine dalam men"uran"i keadaan men""i"il setelah
operasi. 5utorphanol (suatu reseptor kappa a"onis$anta"onis1 men"hentikan keadaan
men""i"il lebih e,ekti, dibandin"kan opioid den"an suatu e,ek reseptor mu opioid a"onis *an"
dominan. 5ukti untuk suatu peranan pada reseptor kappa pada e,ek anti men""i"il pada
meperidine dan butorphanol "a"al pada naloxone untuk men*empurnakan inhibisi e,ek *an"
diinduksi oleh obat ini.
Absorpsi oral mun"kin membuat meperidine lebih berman,aat dibandin"kan mor,in untuk
penan"anan ban*ak bentuk dari n*eri. ;idak seperti mor,in. meperidine tidak berman,aat untuk
menan"ani diare dan tidak e,ekti, seba"ai antitusi,. Selama bronkoskopi. kekuran"an relati4e
pada aktit4itas antitusi, meperidine men/adikan opioid ini kuran" berman,aat. ?eperidine tidak
di"unakan pada dosis tin""i karena e,ek inotropik pada /antun" *an" si"ni,ikan ditambah
den"an pelepasan histamine pada se/umlah pasien (Kla#ke dkk.&9RQ1.
=,ek Sampin"
=,ek sampin" meperidine mirip pada *an" di"ambarkan pada mor,in. Pada dosis teraupetik.
meperidine berkaitan den"an hipotensi ortostatik. Pada ken*ataann*a. hipotensi setelah in/eksi
meperidine lebih serin" ter/adi dan lebih berat dibandin"kan setelah dosis *an" sebandin"
den"an dosis mor,in. Jipotensi ortostatik menun/ukkan bah(a meperidine. seperti mor,in
men""an""u kompensasi re,leks sistem sara, simpatis. ?eperidine. berbeda den"an mor,in.
/aran" men*ebabkan bradikardia tetapi malah dapat menin"katkan den*ut /antun".
men""ambarkan kualitas moderat *an" sama den"an atropine. 8osis besar pada meperidine
men"akibatkan penurunan kontraktilitas miokardial. diantara opioid. unik untuk obat ini. 8elirium
dan ke/an". /ika kedua hal tersebut ter/adi. kiran*a men""ambarkan akumulasi normoperidine.
*an" telah menstimulasi e,ek pada SSP.
Sindrom serotonin (instabilitas otonom den"an hipertensi. takikardi. diaphoresis. hipertermia.
perubahan perilaku termasuk kon,usi dan a"itasi. dan oerubahan neuromuskuler *an"
bermani,estasi dalam bentuk hiperre,leksia1 ter/adi ketika obat mampu menin"katkan
pemberian serotonin *an" diberikan. Pada kasus *an" berat. koma. ke/an". koa"ulopati. dan
asidosis metaboli# *an" mun"kin ter/adi. Pemberian meperidine pada pasien *an" mendapat
obat antidepresan (monoamine oksidase inhibitor. ,luoxetine1 mun"kin menimbulkan sindrom ini
(;issot.20001.
?eperidine siap memperbaiki 4entilasi dan mun"kin lebih serin" men*ebabkan suatu depresi
pernapasan dibandin"kan mor,in. Opioid ini den"an se"era melintasi plasenta. dan konsentrasi
meperidine di darah umbili#us pada saat lahir dapat melebihkan konsentrasi plasma ibu (Sa*
dkk.&9321. ?eperidine mun"kin /aran" menimbulkan konstipasi dan retensi urin dibandin"kan
pada mor,in. Setelah dosis anal"esi# *an" sama. spasme traktus biliaris /aran" ter/adisetelah
in/eksi meperidine dibandin"kan setelah in/eksi mor,in tetapi lebih bear dibandin"kan *an"
disebabkan oleh kodein (>adna* dkk.&9R01. ?eperidine tidak men*ebabkan miosis tetapi
a"akn*a men*ebabkan midriasis. menun/ukkan ker/a sedan" *an" mirip den"an atropine. ?ulut
kerin" dan suatu penin"katan pada den*ut /antun" adalah ,akta selan/utn*a pada e,ek *an"
mirip atropine pada meperidine. Ge/ala neurolo"is *an" sementara telah ditun/ukkan setelah
pemberian meperidine intratekal untuk anesthesia pembedahan (Le(is dan Perrino.20021.
Pola "e/ala (ithdra(al setelah pen"hentian tiba$tiba pada meperidine dibedakan dari mor,in
*an" disana terdapat beberapa e,ek s*stem sara, otonomik. Selain itu. "e/ala (ithdra(al
berkemban" lebih #epat dan memiliki durasi *an" lebih sin"kat dibandin"kan pada mor,in.
K=N;ANTL
Kentan*l adalah suatu opioid a"onis deri,at phen*lpiperidine sintetik *an" se#ara struktur
berkaitan den"an meperidine (lihat "ambar 0$&21. Seba"ai suatu anal"esi#. ,entan*l lebih kuat
Q2 sampai &22 kali dibandin"kan mor,in.
Karmakokinetik
Suatu ,entan*l dosis tun""al *an" diberikan se#ara 7D memiliki suatu onset *an" lebih #epat
dan durasi *an" lebih pendek pada ker/an*a dibandin"kan pada mor,in. ?eskipun pen"aruh
klinik bah(a ,entan*l men"hasilkan suatu onset *an" #epat. terdapat suatu keterlambatan
(aktu *an" n*ata antara konsentrasi pun#ak ,entan*l dalam plasma dan pun#akn*a melambat
pada ==G. Penundaan ini menun/ukkan tempat e,ek *an" (aktun*a sama antara darah dan
otak untuk ,entan*l. *an" berkisar 3.+ menit. Potensi *an" lebih besar dan onset *an" lebih
#epat pada ker/a *an" menun/ukkan kelarutan lipid *an" lebih besar pada ,entan*l
dibandin"kan pada mor,in. *an" memudahkan aliran *an" melintasi sa(ar darah otak. Selain
itu. durasi ker/a *an" pendek pada ,entan*l dosis tun""al *an" men""ambarkan redistribusi
*an" #epat untuk tidak men"akti,kan tempat /arin"an seperti pada lemak dan otot skelet.
den"an suatu penurunan konsentrasi obat dalam plasma *an" berkaitan (Gambar 0$&Q1 (Ju"
dan ?urph*. &9R&1. Paru /u"a men*ediakan suatu tempat *an" besar. tempat pen*impanan
*an" tidak akti,. den"an suatu perkiraan Q2 U pada dosis a(al ,entan*l *an" men/alani uptake
pertama *an" melintasi paru (>oeri" dkk.&9RQ1. Kun"si non pernapasan pada paru membatasi
/umlah a(al obat *an" men#apai sirkulasi sistemik dan mun"kin memainkan suatu peranan
pentin" dalam menentukan pro,il ,armakokinetik pada ,entan*l. -ika dosis multipel ,entan*l 7D
diberikan atau ketika diberika dalam bentuk in,us kontin*u pada obat den"an satuasi pro"resi,
pada ter/adin*a tempat /arin"an inakti,. Seba"ai hasiln*a. dan durasi anal"esia seperti haln*a
pada depresi pernapasan. mun"kin diperpan/an" (lihat ba"ian (aktu paruh pada konteks
sensiti,1. Pen*akit kardiopulmoner men*ebabkan e,ek klinik *an" tidak si"ni,ikan pada
,armakokinetik ,entan*l meskipun berhubun"an den"an hemodilusi. hipotermia. aliran darah
non ,isiolo"is dan respon s*stem in,lamsi sistemik *an" diinduksi oleh e,ek kardiopulmoner.
(=ddison dkk.20001.
?etabolisme
Kentan*l dimetabolisme se#ara luas oleh N$demetilasi *an" men"induksi nor,entan*l.
h*drox*proprion*l$,entan*l. dan hidrox*proprion*l$nor,entan*l. Nor,entan*l se#ara struktur sama
pada normeperidine dan metabolit utama ,entan*l pada manusia. Obat ini diekskresi oleh "in/al
dan dapat dideteksi pada urin selama Q2 /am setelah suatu ,entan*l 7D dosis tun""al. Kuran"
dari &0 U ,entan*l dieksresi diubah pada urin. Akti4itas ,armakolo"i pada metabolisme ,entan*l
diper#a*a men/adi minimal (Pen". &9991. Kentan*l adalah suatu substrat untuk en)im hepar P$
+20 (:TP0A1 dan rentan pada interaksi obat *an" men""ambarkan "an""uan den"an akti4itas
en)im (kemun"kinan kuran" dibandin"kan den"an al,entanil1 (7brahim dkk.20001.
Saktu Paruh Pembuan"an
?eskipun kesan klinik bah(a ,entan*l memiliki suatu durasi ker/a /an"ka pendek. (aktu paruh
pembuan"an lebih lama dibandin"kan pada mor,in (lihat tabel 0$21. Saktu paruh pembuan"an
lebih lama men""ambarkan suatu Dd ,entan*l *an" lebih besar karena bersihan pada kedua
opioid adalah sama (lihat tabel 0$21. Dd ,entan*l *an" lebih besar karena kelarutan lemak *an"
lebih besar dan kemudian lebih #epat dialirkan kedalam /arin"an dibandin"kan den"an
kuran"n*a mor,in *an" larut lemak. Setelah bolus 7D. ,entan*l terdistribusi se#ara #epat dari
plasma pada /arin"an pembuluh darah *an" #ukup tin""i (otak. paru. /antun"1. Lebih dari R0 U
dari dosis *an" diin/eksikan menin""alkan plasma dalam ` 2 menit. Konsentrasi ,entan*l dalam
plasma dipertahankan den"an reuptake *an" lambat dari /arin"an *an" tidak akti,. *an"
/umlahn*a untuk e,ek obat *an" bertahan *an" sesuai (aktu paruh pembuan"an. Pada
binatan". (aktu paruh pembuan"an. Dd. dan bersihan ,entan*l ter"antun" pada dosis opioid
antara 3.+ dan 3+0 B"!k" 7D (?urph* dkk.&9R01.
Saktu paruh pembuan"an *an" meman/an" ,entan*l pada pasien usis tua akibat penurunan
bersihan opioid karena Dd tidak berubah dibandin"kan pada de(asa muda (5entl* dkk. &9R21.
Perubahan ini mun"kin menun/ukkan penurunan pada aliran darah hepar *an" berkaitan
den"an usia. akti4itas en)im mikrosomal. atau produksi albumin. karena ,entan*l san"at
berikatan pada protein (Q9 U sampai RQ U1. 8alam hal ini. terdapat kemun"kinan bah(a suatu
dosis ,entan*l *an" diberikan akan men/adi e,ekti, untuk periode (aktu *an" lama pada pasien
usia tua dibandin"kan pada de(asa muda. Peman/an"an (aktu paruh pembuan"an pada
,entan*l /u"a diamati pada pasien *an" men/alani pembedahan aorta abdominal *an"
membutuhkan in,ra renal aorti# #ross$#lampin" (Judson dkk.&9R31. San"at
men"e/utkan.ke"a"alan pada sirosis hepatik untuk peman/an"an (aktu paruh pembuan"an
pada ,entan*l (Jaberer dkk.&9R21.
Keadaan *an" sensiti4e den"an (aktu paruh
Ketika durasi in,use kontin*u ,entan*l menin"kat melebihi 2 /am. keadaan *an" sensiti, den"an
(aktu paruh pada opioid men/adi lebih besar dibandin"kan den"an su,entanil (Gambar 0$&R1
(="an dkk.&990W Ju"hes dkk.&9921. Jal ini men""ambarkan saturasi pada tempat /arin"an
inakti, pada ,entan*l selama in,us *an" meman/an" dan pen"embalian opioid dari ruan" peri,er
ke plasma. :adan"an /arin"an pada ,entan*l memindahkan ,entan*l *an" dibuan" melalui
metabolisme di hepar *an" ke#epatann*a melambat pada penurunan konsentrasi ,entan*l
dalam plasma /ika in,use dihentikan.
:ardiopulmonar* 5*pass
Semua opioid menun/ukkan penurunan pada konsentrasi plasma pada a(al #ardiopulmonar*
b*pass (Gedne* dan Ghosh.&9921. 8era/at penurunan ini lebih tin""i den"an ,entan*l karena
suatu proporsi *an" si"ni,ikan pada obat *an" melekat pada permukaan sirkuit #ardiopulmonar*
b*pass. Penurunan *an" minimal pada opioid *an" memiliki Dd *an" besar seperti pada
penambahan 4olume utama kuran" pentin". 8alam hal ini. su,entanil dan al,entanil mun"kin
menun/ukkan konsentrasi plasma *an" lebih stabil selama #ardiopulmonar* b*pass.
Pembuan"an ,entan*l dan al,entanil telah menun/ukkan men/adi lebih pan/an" den"an
#ardiopulmonar* b*pass.
Pen""unaan Klinik
Kentan*l diberikan se#ara klinik pada dosis kisaran luas. Seba"ai #ontoh. dosis rendah pada
,entan*l. & sampai 2 B"!k" 7D. diin/eksikan untuk mendapatkan e,ek anal"esia. Kentan*l. 2
sampai 20 B"!k" 7D. mun"kin diberikan seba"ai tambahan pada obat anstesi inhalan pada
penempatan respon sirkulasi *an" samar$samar pada (a1 larin"oskopi dire#t untuk intubasi
pada trakea. atau (b1 perubahan tiba$tiba pada tin"kat stimulasi pembedahan. Saktu in/eksi 7D
pada ,entan*l untuk men#e"ah atau men"obati beberapa respon sebaikn*a
mempertimban"kan (aktu e,ek *an" sama. *an" pada ,entan*l lebih pan/an" dibandin"kan
den"an al,entanil dan rami,entanil. 7n/eksi opioid seperti ,entan*l sebelum pembedahan
mun"kin menurunkan /umlah opioid selna/utn*a *an" dibutuhkan pada masa setelah operasi
untuk mendapatkan e,ek anal"esia (Sool, dan Sall.&9R31. Pemberian ,entan*l &.2 atau 0 B"!k"
7D 2 menit sebelum induksi anestesi menurunkan dosis lan/utan pada iso,luran atau des,luran
den"an 30 U nitrat oksida *an" dibutuhkan untuk memblok respon s*stem sara, simpatis pada
pembedahan (Gambar 0$&91 (8aniel dkk.&99R1. 8osis besar pada ,entan*l. 20 sampai &20
B"!k" 7D. telah di"unakan sendiri untuk mn"hasilkan anestesi pada pembedahan. 8osis besar
,entan*l seba"ai satu$satun*a obat anestesi memiliki keuntun"an pada hemodinamik *an"
stabil karena memiliki prinsip pada (a1 kuran"n*a e,ek depresi lan"sun" pada miokard. (b1 tidak
adan*a pelepasan histamine. dan (#1 penekanan respon stress pada pembedahan. =ru"ian
pada pen""unaan ,entan*l seba"ai satu$atun*a obat anestesi antara lain (a1 ke"a"alan untuk
men#e"ah respon sara, simpatis pada stimulasi pembedahan *an" n*eri pada beberapa dosis.
khususn*a pada pasien den"an ,un"si 4entrikel kiri *an" baik. (b1 kesadaran pasien. (#1 depresi
pernapasan postoperasi (Jil"enber".&9R&W Spri""e dkk.&9R2W S*nands dkk. &9R01. Kentan*l
intratekal (keuntun"an maksimal *an" diperoleh den"an e,ek sampin" minimal den"an dosis 22
B"1 men"ahasilkan anal"esia pada persalinan *an" #epat den"an e,ek sampin" minimal
("ambar 0$201 (Palmer dkk.&99R1. Kentan*l dapat diberikan den"an pemberian transmukosa
(,entan*l oral transmukosa1 *an" didesain untuk dialirkan 2 sampai B"!k" ,entan*l. ;u/uann*a
untuk menurunkan ke#emasan preoperati4e dan memudahkan induksi anestesi. khususn*a
pada anak$anak (?a#aluso dkk.&993W Stanle* dkk.&9R91. Pada anak$anak 2 sampai R tahun.
pemberian ,entan*l transmukosa oral preoperati,. &2 sampai B"!k" +2 menit sebelum induksi
anestesi. *an" memun"kinkan induksi sedasi preoperati4e dan mem,asilitasi induksi anestesi
inhalan (Kriesen dan Lo#khart.&9921. Pasien *an" sama. kemun"kinan untuk men"alami
penurunan pada ,rekuensi pernapasan dan oksi"enasi arterial dan suatu penin"katan ke/adian
mual dan muntah postoperati, *an" tidak dipen"aruhi oleh pemberian droperidol seba"ai
pro,laksis. Pada anak$anak den"an usia *an" lebih muda dari 3 tahun. pemberian ,entan*l
transmukosa oral sebelum operasi. &2 B"!k". berhubun"an den"an suatu insidens *an" tin""i
pada ter/adin*a muntah postoperatai, *an" tidak diin"inkan (=pstein dkk.&9931. 5erbeda haln*a
den"an laporan lain *an" tidak menemukan penin"katan insidens ter/adin*a muntah atau
desaturasi oksi"en arteri setelah premedikasi den"an ,entan*l transmukosa oral (Osida
dkk.&99R1. Entuk pen"obatan n*eri setelah pembedahan ortopedi. & m" ,entan*l transmukosa
oral sama den"an 2 m" mor,in 7D (Ashburn dkk.&9901. Pasien *an" men"alami n*eri karena
kanker dapat diberikan opioid ini untuk memperpan/an" kebutuhan untuk menimbulkan suatu
tin"kat anal"esia *an" diin"inkan.
Kentan*l transdermal den"an dosis Q2 sampai &00 B"!/am men"akibatkan pada konsentrasi
,entan*l pun#ak pada plasma sekitar &R /am *an" masih stabil selama ditempelkan. ter/adi
melalui suatu penurunan konsentrasi dalam plasma pada beberapa /am setelah dibuan" dari
s*stem pen"an"kutan. menun/ukkan absorpsi kontin*u dari #adan"an di kulit. Kentan*l
transdermal di"unakan sebelum induksi anestesi dan tetap di tempatn*a selama 2+ /am *an"
menurunkan /umlah opioid parenteral *an" dibutuhkan seba"ai anal"esia postoperati4e (:aplan
dkk.&9R91. 8elirium akut toksik telah diamati pada pasien den"an n*eri kronik karena kanker
*an" ditan"ani den"an ,entan*l transdermal den"an periode (aktu *an" meman/an" (Ku)ma
dkk.&9921. ;erdapat kemun"kinan bah(a "a"al "in/al dan akumulasi nor,entan*l berperan pada
e,ek toksik pada pen""unaan /an"ka pan/an" pada ,entan*l transdermal.
Pada an/in". anal"esi# maksimal. e,ek pernapasan. dan e,ek akrdio4askuler *an" mun#ul /ika
konsentrasi plasma sekitar 00 n"!mL (Arndt dkk.&9R+1. Jal ini menun/ukkan bah(a ker/a
anal"esi# pada ,entan*l tidak dapat dipisahkan dari e,ekn*a pada pernapasan dan den*ut
/antun". Pada ,aktan*a bah(a semua e,ek *an" dimediasi oleh reseptor sama pada
konsentrasi ,entan*l dalam pasma *an" menun/ukkan saturasi pada reseptor opioid. 5ukti pada
o4erdosis opioid telah diamati ketika dipasan"kan selimut *an" men"han"atkan tubuh ba"ian
atas pada saat operasi dan den"an kontak pada ,entan*l *an" ditempelkan (Kroli#h dkk.200&1.
=,ek Sampin"
=,ek sampin" pada ,entan*l mirip den"an *an" ditun/ukkan pada mor,in. 8epresi pernapasan
rekuren atau menetap pada ,entan*l merupakan masalah postoperati4e *an" potensial
(Gambar 0$2&1 (5e#ker dkk.&9Q31. Pun#ak kedua pada konsentrasi ,entan*l dan mor,in dalam
plasma telah berperan pada #airan lambun" *an" asam akibat ,entan*l (ion trappin"1.
Se'uesterasi ,entan*l kemudian akan diabsorpsi dari usus halus *an" lebih alkalis kemudian
akan masuk kedalam sirkulasi untuk menin"katkan konsentrasi opioid dalam plasma dapat
men*babkan depresi pernapasan timbul kembali. Jal ini mun"kin tidak men/adi ekanisme pada
pun#ak kedua dari ,entan*l. karena absorpsi ulan" opioid pada traktus "astrointestinal atau otot
sklet. *an" diban"kitkan melalui per"erakan *an" berkaitan den"an pemindahan dari ruan"
operasi. akan men/asi sub*ek pada lintasan pertama pada merabolisme hepar. Suatu
pen/elasan alternati4e pada pun#ak kedua pada ,entan*l adalah pembuan"an opioid dari paru
melalui pernapasan men/adi hubun"an per,usi *an" diban"kitkan kembali pada periode
postoperati,.
=,ek Kardio4askuler
-ika dibandin"kan den"an mor,in. ,entan*l dalam dosis besar (20 B"!k" 7D1 tidak
memban"kitkan pelepasan histamine (lihat "ambar 0$&21 (>oso( dkk.&9R21. Seba"ai hasiln*a.
dilatasi pada 4ena men*ebabkan hipotensi adalah suatu hal *an" tidak mun"kin. >e,leks
baroreseptor sinus karotis men"ontrol den*ut /antun" *an" akan diturunkan oleh ,entan*l. &0
B"!k" 7D. *an" diberikan pada neonatus (Gambar 0$221 (?urat dkk.&9RR1. Oleh karena itu.
perubahan pada tekanan darah sistemik ter/adi selama anestesi ,entan*l harus
dipertimban"kan den"an hati$hati karena #ardia# output utaman*a ber"antun" pada
ke#epatann*a pada neonatus. 5radikardia lebih menon/ol ben"an ,entan*l dibandin"kan mor,in
dan nun"kin men*ebabkan penurunan pada tekanan darah dan #ardia# output. >ekasi aler"i
/aran" ter/adi pada respon den"an pemberian ,entan*l (5ennet dkk.&9R31. 8alam hal ini. s*ok
ana,ilaksis terhadap "etah (latex1 telah dikelirukan den"an aler"i terhadap ,entan*l (6u#ker$
Pin#ho,, dan :handler.&9901.
5an"kitan Ke/an"
5an"kitan ke/an" telah ditun/ukkan ter/adi setelah pemberian ,entan*l. su,entanil. dan al,entanil
*an" diberikan se#ara 7D den"an #epat (?anninen.&99Q1. ;idak ada bukti pada ==G terhadap
ban"kitan ke/an". namun. hal ini sulit dibedakan ri"iditas otot skelet atau mioklonus *an"
diinduksi oleh opioid dari ban"kitan ke/an". Sebenarn*a. pen#atatan pada ==G selama periode
ri"iditas otot sklelet *an" diinduksi oleh opioid "a"al menun/ukkan bukti ban"kitan ke/an" di
otak (Smith dkk.&9R91. -ika konsentrasi plasma setin""i &.Q20 n"!mL setelah pemberian
,entan*l se#ara #epat. &20 B"!k" 7D. tidak menimbulkan ban"kitan ke/an" pada ==G (?urkin
dkk. &9R+1. Se#ara berla(anan. opioid mun"kin men"hasilkan suatu bentuk miklonus akibat
depersi pada pusat inhibisi *an" akan menimbulkan suatu "ambaran klinik berupa ban"kitan
ke/an" *an" tidak menimbulkan perubahan ==G.
Potensial ban"kitan somatosensoris dan elektroen#e,alo"ram
Kentan*l pada dosis melebihi 00 B"!k" 7D men"hasilkan perubahan pada potensial ban"kitan
somatosensoris. meskipun terdeteksi. tidak men""an""u den"an pen""unaann*a dan
interpretasi pada monitor ini selama anesthesia (S#hubert dkk. &9RQ1. Opioid. termasuk
,entan*l. melemahkan per"erakan otot skelet pada dosis den"an e,ek *an" kuran" pada ==G.
Jal ini menun/ukkan bah(a per"erakan pada respon pada pembedahan insisi kulit (di"unakan
untuk men"ukur ?A:1 utaman*a menun/ukkan kemampuan suatu obat untuk mendapatkan
re,leks terhadap n*eri dan tidak mun"kin men/adi pen"ukuran *an" palin" sesuai untuk menilai
kesadaran atau kehilan"an kesadaran (Glass dkk. &99Q1. =,ek opioid ini men"a#aukan
pen""unaan analisis bispektral seba"ai suatu pen"ukuran obat anestesi *an" sesuai ketika
kuran"n*a per"erakan den"an pembedahan insisi kulit *an" di"unakan untuk men"artikan
e,ekti4itasn*a (Sebel dkk.&99Q1.
;ekanan 7ntrakranial
Pemberian ,entan*l dan su,entanil pada pasien #edera kepala telah berkaitan den"an
penin"katan pada ;7K sedan" (3 sampai 9 mmJ"1 meskipun mempertahankan Pa:O2
(Albenese dkk. &990W Sperr* dkk.&9921. Penin"katan pada ;7K ini umumn*a disertai den"an
penurunan pada tekanan arteri rata$rata dan tekanan per,usi otak. Pada ken*ataann*a.
penin"katan ;7K tidak men*ertai pemberian su,entanil /ika perubahan pada tekanan arteri rata$
rata dihindari (Gambar 0$201 (Sarner dkk. &9921. Jal ini menun/ukkan bah(a penin"katan pada
;7K diban"kitkan oleh su,entanil (dan mun"kin /u"a ,entan*l 1 mun"kin akibat suatu penurunan
autore"ulasi pada resistensi pembuluh darah otak karena penurunan tekanan darah sistemik
akibat 4asodilatasi. penin"katan 4olume darah. dan penin"katan ;7K. Salaupun demikian.
penin"katan ;7K *an" diinduksi oleh opioid sama *an" ter/adi pada utuhn*a atau "an""uan
aoutore"ulasi *an" menun/ukkan bah(a mekanisme lain *an" dibandin"kan den"an akti4asi
pada kaskade 4asodilatasi perlu dipertimban"kan (de Nadal dkk. 20001.
7nteraksi Obat
Konsentrasi anal"esik pada ,entan*l se#ara luas berpotensial pada e,ek mida)olam dan
menurunkan kebutuhan dosis propo,ol. Kombinasi opioid$ben)odia)epin bersi,at siner"is *an"
berkenaan den"an h*pnosis dan depresi pernapasan (5aile* dkk. &990a1. pada praktek klinik.
keuntun"an e,ek siner"is antara opioid dan ben)odia)epine untuk mempertahankan pasien
merasa n*aman se#ara hati$hati dipertahankan mela(an keru"ian potensial *an" berla(anan
den"an e,ek depresan pada kombinasi ini. Pemberian pre induksi pada ,entan*l 7D (/u"a
su,entanil dan al,entanil 1 mun"kin berkaitan den"an re,leks batuk (;(eed dan 8akin.200&1.
SEK=N;AN7L
Su,entanil adalah suatu analo" thien*l dari ,entan*l (lihat "ambar 0$&21. Potensi anal"esik pada
su,entanil adalah lima sampai sepuluh kali dari ,entan*l. *an" sesuai den"an a,initas *an" lebih
besar dari su,entanil pada reseptor opioid dibandin"kan den"an *an" ter/adi pada ,entan*l.
5erdasarkan konsentrasi plasma *an" dibutuhkan untuk men*ebabkan 20 U dari perlambatan
maksimum pada ==G (=:201. su,entanil lebih kuat &2 kali dibandin"kan den"an ,entan*l (S#ott
dkk. &99&1. Suatu perbedaan pentin" dari ,entan*l adalah &000 kali lipat berbeda antara dosis
anal"esik su,entanil dan dosis *an" menimbulkan ke/an" pada binatan". Perbedaan ini &30 kali
lipat pada ,entan*l dan mun"kin men/adi pentin" ketika dosis besar opioid a"onis *an"
di"unakan untuk menimbulkan anesthesia. Spasme otot skelet sementara telah ditun/ukkan
setelah in/eksi intratekal pada dosis besar su,entanil (+0 B"1. menun/ukkan suatu e,ek iritati,
*an" ditimbulkan oleh opioid (?alino4sk* dkk. &9931.
Karmakokinetik
Saktu paruh pembuan"an pada su,entanil adalah berada diantara ,entan*l dan al,entanil (lihat
;abel 0$21 (5o4ill dkk. &9R+1. Suatu dosis tun""al 7D su,entanil memiliki suatu (aktu paruh
pembuan"an pada pasien den"an atau tanpa sirosis hati (:hau4in dkk. &9R91. Suatu (aktu
paruh pembuan"an *an" meman/an" telah diamati pada pasien usia tua *an" mendapatkan
su,entanil pada pembedahan aorta abdominal (Judson dkk. &9R91. Dd dan (aktu paruh
pembuan"an pada su,entanil menin"kat pada pasien obese. *an" kemun"kinan palin" ban*ak
menun/ukkan kelarutan lemak *an" tin""i pada opioid ini (S#h(art) dkk. &99&1.
Suatu a,initas /arin"an *an" tin""i menetap den"an keadaan lipo,ilik pada su,entanil. *an"
memun"kinkan penetrasi *an" #epat pada sa(ar darah otak dan onset pada e,ek SSP ((aktu
e,ek keseimban"an *an" sama pada 3.2 menit sama haln*a den"an 3.R menit untuk ,entan*l1
(S#ott dkk. &99&1. Suatu redistribusi #epat untuk tempat /arin"an *an" tidak akti, *an"
men"akhiri e,ek pada dosis ke#il. tetapi suatu kumpulan e,ek obat dapat men*ertai dosis besar
su,entanil dan berulan". Su,entanil men/alani uptake pertama *an" melintasi paru (sekitar 30
U1 setelah in/eksi 7D se#ara #epat (5oer dkk. &9931. Eptake pertama *an" melintasi paru sama
pada ,entan*l dan lebih besar dibandin"kan pada mor,in (sekitar Q U1 dan al,entanil (sekitar &0
U1.
7katan protein *an" luas den"an su,entanil (92.2 U1 dibandin"kan den"an pada ,entan*l (Q9 U
sampai RQ U1 *an" berperan pada suatu Dd *an" lebih ke#il. *an" ditandai pada su,entanil.
7katan pada al,a&$asam "likoprotein *an" men*ususn suatu proporsi utama pada protein
plasma total *an" berikatan den"an su,entanil. ;in"kat pada al,a&$asam "likoprotein ber4ariasi
sekitar ti"a kali lipat pada sukarela(an *an" sehat dan menin"kat setelah pembedahan. *an"
akan men"akibatkan penurunan pada konsentrasi dalam plasma se#ara ,armakolo"i akti, *an"
tidak berikatan den"an su,entanil. Konsentrasi al,a&$asam "likoprotein *an" lebih rendah pada
neonatus dan ba*i mun"kin diperhitun"kan men"alami penurunan pada ikatan protein terhadap
su,entanil pada kelompok umur ini *an" dibandin"kan pada anak$anak *an" lebih tua dan
oran" de(asa (?eistelman dkk. &9901. Seba"ai akibatn*a ter/adi penin"katan ,raksi bebas dari
su,entanil pada neonatus *an" mun"kin berperan untuk menambah e,ek opioid ini.
Sebenarn*a. ,entan*l dan deri4atn*a menibulkan anesthesia dan depresi pernapasan pada
dosis *en" lebih rendah pada neonatus dibandin"kan pada oran" de(asa (Greele* dkk. &9RQW
Taster. &9RQ1.
?etabolisme
Su,entanil dimetabolisme lebih #epat oleh N$dealk*lation pada nitro"en piperidine dan oleh
Opioid$demeth*lation. Produk dari N$dealk*lation se#ara ,armakolo"i tidak akti,. sedan"kan
desmeth*l su,entanil memiliki sekitar &0 U akti4itas su,entanil. Kuran" dari & U dari dosis
su,entanil *an" diberikan men"akibatkan reabsorpsi obat bebas di tbulus "in/al se#ara
maksimal seperti haln*a obat ini dapat menambah akses ke en)im mikrosomal hepar. =kstraksi
hepar *an" luas berarti bah(a bersihan su,entanil akan men/adi sensiti, pada perubahan aliran
darah hepatik tetapi tidak men"ubah kapasitas metabolisme obat di hepar. Jasil metabolisme
su,entanil dieksresi hampir dalam /umlah *an" sama di urine dan ,eses. sekitar 00 U mun#ul
seba"ai kon/u"at.produksi pada suatu metabolisme akti, *an" lemah dan /umlah )at pada
pembentukan hasil metabolisme kon/u"asi men*atakan se#ara tidak lan"sun" pentin"n*a
,un"si "in/al normal untuk bersihan su,entanil. Sebenarn*a. depresi pernapasan *an"
meman/an" dalam hubun"ann*a den"an suatu penin"katan konsentrasi su,entanil plasma *an"
tidak normal telah diamati pada seoran" pasien den"an "a"al "in/al kronik (Sa""um dkk.
&9R21.
Keadaan *an" sensiti4e den"an (aktu paruh
Keadaan *an" sensiti4e den"an (aktu paruh pada su,entanil /aran" dibandin"kan pada
al,entanil untuk in,use kontin*u dalam durasi sampai R /am (lihat Gambar 0$&R1 (="an dkk.
&990W Ju"hes dkk. &9921. Keadaan *an" sensiti4e pada (aktu paruh *an" lebih pendek ini
dapat di/elaskan seba"ai ba"ian oleh Dd su,entanil *an" lebih luas dibandin"kan pada
al,entanil. Setelah pen"hentian in,use su,entanil. penurunan pada konsentrasi obat dalam
plasma diper#epat tidak han*a pada metabolisme tetapi /u"a pada redistibusi kontin*u pada
su,entanil ke /arin"an peri,er. 8ibandin"kan den"an al,entanil. su,entanil mun"kin memiliki
suatu e,ek pemulihan *an" lebih baik /ika di"unakan pada periode (aktu *an" lebih lama.
5erbeda haln*a pada al,entanil *an" memiliki suatu keuntun"an ,armakokinetik untuk
penan"anan stimulus n*eri sementara karena (aktu keseimban"an e,ek *an" lebih sin"kat
memun"kinkan akses *an" #epat pada obat ini pada otak dan memudahkan titrasi.
Pen""unaan klinik
Pada sukarela(an. su,entanil dosis tun""al 0.& sampai 0.+ B"!k" 7D. menimbulkan suatu
periode anal"esia *an" lebih pan/an" dan depresi pernapasan *an" /aran" dibandin"kan pada
dosis ,entan*l *an" sebandin" (& sampai + B"!k" 7D1 (5aile* dkk. &990b1. dibandin"kan den"an
dosis mor,in atau ,entan*l *an" lebih besar. su,entanil &R.9 B"!k" 7D. menimbulkan induksi
anesthesia *an" lebih #epat. mu#uln*a anestesi *an" lebih a(al. dan ekstubasi *an" lebih a(al
(Gambar 0$2+ (San,ord dkk.&9R31. Seperti *an" diamati den"an opioid lain. su,entanil
men*ebabkan penurunan pada kebutuhan metabolisme oksi"en di otak dan aliran darah otak
/u"a menurun atau tidak berubah (?a*er dkk.&9901. 5radikardia *an" ter/adi akibat su,entanil
mun"kin #ukup mor,in untuk menurunkan #ardia# output. Seperti *an" diamati pada ,entan*l.
depresi pernapasan *an" terlambat /u"a telah di"ambarkan setelah pemberian su,entanil
(:han" dan Kish. &9R21.
?eskipun dosis besar su,entanil (&0 sampai 00 B"!k" 7D1 atau ,entan*l (20 sampai &20 B"!k"
7D1 men"hasilkan e,ek hemodinamik minimal pada pasien den"an ,un"si 4entrikel kiri baik.
respon tekanan darah sistemik dan hormonal (katekolamin1 pada stimulasi n*eri seperti
strenotomi median tidak diperkirakan dapat di#e"ah (Philbin dkk. &9901. ;erdapat hal *an" tidak
mun"kin bah(a beberapa pen""unaan dosis *an" ber"una pada su,entanil atau ,entan*l akan
men"akhiri respon tersebut pada semua pasien. Pen""unaan dosis besar dari opioid. termasuk
su,entanil atau ,entan*l. untuk men"hasilkan induksi anaestesia 7D akan menimbulkan
kekakuan otot dada dan otot abdomen. Kekauan otot skelet mambuat 4entilasi pada paru
pasien den"an tekanan posisti, men/adi sulit. Kesulitan bernapas selama kekakuan otot skelet
*an" diinduksi oleh su,entanil dapat menun/ukkan obstruksi pada tin"kat "lottis ataupun
diatasn*a.*an" dapat diatasi den"an intubasi endotrakeal (Abrams dkk.&9931.
ALK=N;AN7L
Al,entanil adalah analo" dari ,entan*l *an" kuran" kuat (seperlima atau sepersepuluh1 dan
memiliki seperti"a durasi dari durasi ker/a ,entan*l (lihat Gambar 0$&21. Suatu keuntun"an unik
pada al,entanil dibandin"kan den"an ,entan*l dan su,entanil adalah onset ker/a *an" lebih
#epat (pen*eimban"an e,ek*an" #epat setelah pemberian al,entanil 7D1. seba"ai #ontoh bah(a
(aktu pen*eimban"an e,ek untuk al,entanil adalah &.+ menit dibandin"kan den"an 3.R dan 3.2
menit pada ,entan*l dan su,entanil. se#ara berturut$turut (lihat tabel 0$21 (S#ot dkk. &9R2W S#oot
dan Stanski. &9RQW Sha,er dan Dar4el. &99&1.
Karmakokinetik
Al,entanil memiliki (aktu paruh pembuan"an *an" sin"kat dibandin"kan den"an ,entan*l dan
su,entanil (lihat tabel 0$21. Sirosis hati. tetapi bukan pen*akit #holestatik. memperpan/an" (aktu
paruh pembuana"n pada al,entanil (8a4is dkk. &9R91. Ga"al "in/al tidak men"ubah bersihan
(aktu paruh pembuan"an pada al,entanil (:hau4in dkk. &9RQa1. Saktu paruh pembuan"an
pada al,entanil lebih pendek pada anak$anak (+ sampai R tahun1 dibandin"kan pada oran"
de(asa. menun/ukkan Dd *an" lebih ke#il pada pasien usia muda ini (?eistelman dkk. &9RQ1.
Karakteristik pen*eimban"an e,ek *an" #epat pada al,entanil adalah ter/adi pada pK opioid
*an" rendah hampir men#apai 0 U pada obat *an" ada pada bentuk non ioni# dalam pJ
,isiolo"is. Kraksi non ioni# ini dapat melintasi sa(ar darah otak. =,ek pun#ak al,entanil *an"
#epat pada otak berman,aat /ika suatu opioid dibutuhkan untuk menimbulkan respon tun""al.
stimulus sin"kat seperti intubasi trakea atau timbuln*a blok retrobulbar.
Dd pada al,entanil adalah empat sampai enam kali lebih ke#il dibandin"kan ,entan*l (lihat tabel
0$21 (:arnu dkk. &9R2W Stanski dan J". &9R21. Dd *an" lebi ke#il ini dibandin"kan den"an
,entan*l menun/ukkan kelarutan lemak *an" lebih rendah. menembus sa(ar darah otak oleh
al,entanil lebih #epat karena e,ek non ioni# den"an tin"kat tin""i pada pJ ,isiolo"is. Al,entanil
utaman*a berikatan den"an den"an al,a&$asam "likoprotein. suatu protein *an" konsentrasi
plasman*a tidak diubah oleh pen*akit pada hepar. Karena ikatan protein sama. terdapat
kemun"kinan bah( asuatu penurunan persentasi /arin"an adipose pada anak$anak
bertan""un" /a(ab pada (aktu paruh pembuan"an *an" sin"kat.
?etabolisme
Al,entanil dimetabolisme lebih dominan melalui dua /alur independen. piperidine N$dealk*lation
men/adi noral,entanil dan amide N$dealk*lation men/adi N$phen*lpropionamide. Noral,entanil
adalah metabolit utama *an" dibuan" di urin. den"an ` 0.2 U pada suatu dosis al,entanil *an"
diberikan men"alami ekskresi *an" tidak berubah. =,ekti4itas pada metabolisme hepar
ditekankan oleh bersihan pada sekitar 93 U pada al,entanil dari plasma dalam 30 menit
pemberiann*a.
Kaktor *an" men"a#aukan pada perkemban"an re/imen in,us *an" dapat diper#a*a untuk
men#apai dan mempertahankan konsentrasi plasma spesi,ik pada al,entanil adalah 4ariablitas
interindi4idual pada ,armakokinetik al,entanil. Ka#tor *an" palin" bertan""un" /a(ab pada
ke#enderun"an al,entanil *an" tidak diperkirakan adalah sepuluh kali lipat dari 4ariablilitas
interindi4idual pada bersihan sistemik al,entanil. kiran*a menun/ukkan 4ariablilitas pada
bersihan intrinsi# pada hepar. 8alam hal ini. terdapat kemun"kinan bah(a 4ariablitias populasi
pada akti4itas P$+20 0A+ (:TP0A1 (palin" ban*ak pada en)im hepar P$+20 *an" berlebihan1
dan iso,orm utama pada P$+20 bertan""un" /a(ab pada metabolisme al,entanil dan
bersihann*a1 adalah pen/elasan mekanisme pada 4ariabilitas inter*ndi4idual pada disposisi
al,entanil (Kharas#h dkk. &99Q1. 5ersihan al,entanil dipen"aruhi se#ara n*ata oleh akti4itas
:TP0A dan al,entanil adalah suatu probe *an" sensiti4e dan ter4alidasi untuk akti4itas :TP0A
(7brahim dkk. 20001. Perubahan pada kati4itas P$+20 mun"kin bertan""un" /a(ab pada
kemampuan erithromisin untuk men"hambat metabolisme al,entanil dan men"akibatkan e,ek
opioid *an" lebih lama (5artko(ski dan ?#8onnel. &9901.
Keadaan *an" sensiti4e den"an Saktu Paruh
Keadaan *an" sensiti4e den"an (aktu paruh pada al,entanil biasan*a lebih lama dibandin"kan
pada su,entanil untuk in,use sampai R /am dalam durasin*a (lihat "ambar 0$&R1 (="an dkk.
&990W Ju"hes dkk. &9921. Kenomena ini dapat di/elaskan seba"ai ba"ian Dd su,entanil *an"
luas. Setelah pen"hentian in,use kontin*u su,entanil. penurunan konsentrasi dalam plasma
diper#epat tidak han*a melalui metabolisme tetapi /u"a oleh redistribusi su,entanil kontin*u
kedalam /arin"an peri,er. 5erbeda haln*a pada Dd al,entanil *an" men/adi seimban" den"an
#epatW oleh karena itu redistribusi obat pada obat *an" men/auhi dari plasma adalah tidak
berperan se#ara si"ni,ikan pada penurunan konsentrasi plasma setelah pen"hentian in,use
al,entanil. Kemudian.meskipun (aktu paruh pembuan"an al,entanil *an" sin"kat. hal ini
mun"kin tidak dibutuhkan men/adi pilihan utama pada su,entanil untuk teknik sedasi
pembedahan ra(at /alan.
Pen""unaan klinik
Al,entanil memiliki suatu onset *an" #epat dan pen*eimban"an anal"esia *an" kuat
menun/ukkan obat ini memiliki keseimban"an e,ek *an" san"at #epat. Karakteristik pada
al,entanil ini di"unakan untuk menimbulkan anal"esia /ika stimulus n*eri berlan"snu" akut tetapi
sementara *an" berkaitan den"an larin"oskopi dan intubasi endotrakeal serta blok retrobulbar.
Seba"ai #ontoh. pemberian al,entanil. &2 B"!k" 7D. sekitar 90 derik sebelum memulai
larin"oskopi dire#t e,ekti, dalam men*amarkan respon tekanan darah sistemik dan den*ut
/antun" pada intubasi endotrakeal ("ambar 0$21 (?iller dkk. &9901. >espon katekolamin pada
stimulus n*eri ini /u"a disamarkan oleh al,entanil. 00 B"!k" 7D (Gambar 0$231 (?iller dkk. &9901.
Al,entanil pada dosis &0 sampai 20 B"!k" 7D samar dalam sirkulasi tetapi tidak pada respon
pelepasan katekolamin terhadap pemberian se#ara tiba$tiba des,luran inhalan den"an
konsentrasi tin""i (Tonker$Sell dkk. &9931. Al,entanil. &20 sampai 000 B"!k" 7D. diberikan
se#ara #epat. men"hasilkan penurunan kesadaran dalam sekitar +2 detik. Setelah induksi ini.
pemeliharaan anestesi dapat diperoleh den"an suatu in,us kontin*u al,entanil. 22 sampai &20
B"!k" 7D. dikombinasikan den"an suatu obat inhalan (Ausems dkk. &9R01. ;idak sama den"an
opioid lain. dosis #adan"an al,entanil *ampakn*a mun"kin lebih menurunkan tekanan darah
sistemik *an" menin"kat setelah stimulasi n*eri. Al,entanil menin"katkan tekanan traktus biliaris
sama den"an ,entan*l. tetapi durasi penin"katan ini lebih sin"kat dibandin"kan *an" dihasilkan
oleh ,entan*l (J*n*en dkk. &9R31. Al,entanil. dibandin"kan den"an dosis *an" sama kuat pada
,entan*l dan su,entanil. berhubun"an den"an ke/adian mual dan muntah setelah operasi *an"
lebih rendah pada peasien pembedahan ra(at /alan (Gambar 0$2Q1 (Lan"e4in dkk. &9991.
8istonia akut telah ter/adi setelah pemberian al,entanil pada seoran" pasien den"an pen*akit
Parkinson *an" tidak diobati (?ets. &99&1. Jal ini mun"kin menun/ukkan suatu kemampuan
opioid untuk menurunkan transmisi dopaminer"ik sentral dan perlu berhati$hati pada pemberian
opioid ini pada pasien den"an pen*akit Parkinson *an" tidak diobati.
>=?7K=N;AN7L
>emi,entanil adalah opioid a"onis mu selekti, *an" memiliki potensi anal"etik den"an ,entan*l
(&2 sampai 02 kali lebih kuat dibandin"kan al,entanil 1 dan bdapat melintasi sa(ar darah otak
dan memiliki (aktu pen*eimban"an e,ek *an" sama pada al,entanil (;abel 0$21 (5urkle dkk.
&993W ="an dkk. &990W >oso(. &990W ;hompson dan >obotham. &9991. ?eskipun se#ara kimia
berkaitan den"an ,entan*l. deri4ate phen*lpiperidine ker/a sin"kat. remi,entanil se#ara struktur
bersi,at unik. karena ikatan estern*a (lihat Gambar 0$&01. =ster remi,entanil dihidrolisis oleh
plasma dan /arin"an non spesi,ik dan menin"katkan metabolit inakti, (Gambar 0$2R1 (="an dkk.
&9901. -alur unik pada metabolisme memberi peranan pada (a1 ker/a *an" #epat. (b1 titrasi *an"
tepat dan #epat (#1e,ek mulai pada onset *an" #epat (sama pada al,entanil1 dan (d1 (aktu
pemulihan *an" #epat setelah pen"hentian pemberian obat ini.
Dentilasi
Setelah pemberian remi,entanil 0.2 B"!k" 7D ter/adi penurunan pada pun#ak dan dan per"esean
*an" #enderun" menurun pada kur4a respon pernapasan terhadap karbon dioksida *an"
men#apai titik terendah setelah sekitar &20 detik setelah in/eksi (Gambar 0$291 (5aben#o dkk.
20001. Pemulihan setelah dosis ke#il remi,entanil ini sempurna dalam &2 menit. Kombinasi
antara remi,entanil dan propo,ol bersi,at siner"is dalam men"akibatkan depresi pernapasan
(Gambar 0$001 (Nieu(enhui/s dkk. 20001.
Karmakokinetik
Karmakokinetik remi,entanil ditandai oleh Dd *an" ke#il. bersihan *an" #epat. dan 4ariabilitas
interindi4idual *an" rendah dibandin"kan den"an obat anastesi 7D lain. ?etabolisme
rami,entanil *an" #epat dan Dd *an" ke#il berarti bah(a rami,entanil akan berakumulasi kuran"
dibandin"kan opioid lain. Karena bersihan sistemik *an" #epat. rami,entanil menun/ukkan
keuntun"an ,armakokinetik pada kebutuhan situasi klinik*an" diperkirakan akan men"akihiri
e,ek obat ini. Karmakokinetik rami,entanil sama pada pasien obese dan pasien kurus *an"
men"kon,irmasi re/imen dosis klinik sebaikn*a didasarkan pada massa tubuh idela
dibandin"kan berat badan total (="an dkk. &99R1.
Gambaran ,armakokinetik *an" palin" menon/ol pada remi,entanil adalah bersihan *an" luar
biasa hampir 0 liter!menit. *an" sekitar delapan kali lebih #epat dibandin"kan pada al,entanil.
>emi,entanil memiliki Dd *an" lebih ke#il dibandin"kan dibandin"kan al,entanil. Komninasi
bersihan *an" #epat dan Dd *an" lebih ke#il meninbulkan suatu obat den"an e,ek unik *an"
len*ap. Pada ken*ataann*a. ke#epatan penurunan (keadaan *an" sensiti4e den"an (aktu
paruh1 pada konsentrasi plasma remi,entanil *an" hampir tidak ber"antun" pada durasi in,us
(lihat Gambar 0$&R1 (5urkle dkk. &993W ="an dkk. &9901. Pen*eimban"an e,ek sampin" *an"
#epat berarti bah(a suatu ke#epatan in,use remi,entanil akan memper#epat pendekatan posisi
mantap pada plasma dan e,ek sampin"n*a. 8iperkirakan bah(a konsentrasi remi,entanil
plasma akan men#apai suatu posisi mantap dalam &0 menit permulaan suatu in,use. Jubun"an
antara ke#epatan in,us dan konsentrasi opioid akan kuran" ber4ariasi untuk remi,entanil
dibandin"kan pada opioid lain. Salaupun demikian. bersihan remi,entanil *an" #epat.
dikombinasi den"an pen*eimban"an darah$otak *an" #epat. men*ebabkan perubahan pada
ke#epatan in,use akan sesuai den"an perubahan *an" #epat pada e,ek obat.
5erdasarkan pada analisis pada respon ==G. dapat disimpulkan bah(a remi,entanil sekitar &9
kali lebih kuat dibandin"kan al,entanil (=:20 untuk depresi ==G 20 n"!mL 4ersus 0Q3 n"!mL 1
(="an dkk. &9901. Saktu pen*eimban"an e,ek. ba"aimanapun. sama untuk kedua opioid.
menun/ukkan bah(a remi,entanil akan memiliki suatu onset *an" mirip den"an al,entanil (lihat
;abel 0$21. Seba"ai #ontoh. setelah suatu in/eksi 7D den"an #epat. konsentrasi pun#ak pada
e,ek remi,entanil akan mun#ul dalam &.& menit. dibandin"kan den"an &.+ menit untuk al,entanil.
=,ek ini. akan lebih mun#ul setelah pemberian remi,entanil dibandin"kan al,entanil.
?etabolisme
>emi,entanil bersi,at unik diantara opioid *an" men"alami metabolisme melalui plasma u*an"
non spesi,ik dan esterase /arin"an men/adi metablit *an" inakti, (lihat Gambar 0$231 (="an dkk.
&9901. ?etabloit utama. asam remi,entanil. sekitar 000 sampai +.300 kali lipat kuran" poten
dibandin"kan remi,entanil seba"ai suatu a"onist mu dan utaman*a dieksesi melalui "in/al. Obat
ini dan metabolit inakti, *an" lain men/alani ekskresi melalui "in/al. N$dealk*lation remi,entanil
adalah suatu /alur metabolik minor pada manusia. >emi,entanil tidak mun#ul men/adi suatu )at
untuk but*r*l#holinesterase (pseudo#holinesterase1. dan kemudian bersihan sebaikn*a tidak
dipen"aruhi oleh de,isiensi kolinesterasi atau antikoliner"ik (5urkle dkk. &9931. Selain itu.
terdapat kemun"kinan bah(a ,armakokinetik remi,entanil tidak akan diubah pada "a"al "in/al
atau "a"al hepar karena metabolisme esterase biasan*a dipertahankan pada keadaan ini
(Joke dkk. &99Q1. 8alam hal ini. bersihan remi,entanil tidak berubah selama ,ase anhepatik
pada transplantasi hati. Jipotermik kardiopulmonar* b*pass menurunkan bersihan remi,entanil
melalui den"an rata$rata 20 U. kiran*a menun/ukkan e,ek temperature pada akti4itas esterase
darah dan /arin"an. ?etabolisme esterase tampakn*a men/adi suatu sistem metabolik *an"
dipersiapkan den"an baik den"an sedikit 4ariabilitas antara tiap indi4idu. *an" berperan pada
e,ek obat *an" diperkirakan *an" berkaitan den"an in,us remi,entanil (>oso(. &9901.
Saktu paruh pembuan"an
Suatu perkiraan 99.R U remi,entanil dibuan" selama distribusi (0.9 menit1 dan pembuan"an
(aktu paruh (3.0 menit1. Se#ara klinik. remi,entanil ber/alan seperti suatu obat den"an suatu
(aktu paruh pembuan"an 3 menit atau kuran"n*a.
Keadaan *an" sensiti4e den"an (aktu paruh
Keadaan *an" sensiti4e den"an (aktu paruh pada remi,entanil tidak ter"antun" pada durasi
in,use dan diperkirakan men/adi sekitar + manit (lihat Gambar 0$&R1 (5urkle dkk. &993W ="an
dkk. &990W Kapila dkk. &9921. 5ersihan obat *an" #epat bertan""un" /a(ab untuk kekuran"an
akumulasi selama periode in,use *an" meman/an". 5erbeda haln*a den"an keadaan *an"
sensiti4e den"an (aktu paruh pada su,entanil. al,entanil. dan ,entan*l lebih lama dan
ber"antun" pada durasi in,us (lihat tabel 0$21 (lihat Gambar 0$&R1 (5urkle dkk. &993W ="an dkk.
&9901.
Pen""unaan klinik
Pen""unaan klinik remi,entanil men""ambarkan pro,il ,armakokinetik unik pada opioid ini.
*an" . memun"kinkan onset e,ek obat *an" #epat. titrasi *an" tepat untuk e,ek *an" diin"inkan.
kemampuan untuk mempertahankan suatu konsentrasi opioid plasma *an" #ukup untuk
menekan respon stress. dan pemulihan *an" #epat dari e,ek obat ini. Pada kasus dimana suatu
e,ek anal"esi# *an" san"at dalam diin"inkan sementara (terdapat pada blok retrobulbar1.
remi,entanil mun"kin betman,aat. Onset *an" #epat dan durasi ker/a *an" sin"kat pada
responsistem sara, simpatis sementara pada larin"oskopi dire#t dan intubasi trakeal pada
pasien *an" beresiko (;hompson dkk.&99R1.Pemberian remi,entanil intermitten seba"ai
anal"esia pada pasien bersi,at e,ekti, dan seba"ai anal"esia *an" palin" disukai selama
persalinan(=,ron dkk.20021. >emi,entanil akan di"unakan untuk pembedahan *an"
lamaran.ketika (aktu pemulihan *an" #epat dibutuhkan (penilaian neurolo"is.pemeriksaan
kesadaran1. ;eknik anastesi remi,entanil dosis tin""i akan berkaitan den"an suatu pemulihan
*an" lebih #epat dan kuran"n*a resiko depresi pernapasan postoprati, dibandin"kan teknik
*an" sama den"an opioid lain.Onset *an" #epat dan ker/a remi,entanil membuatn*a mun"kin
men/adi lebih #epat pada tin"kat sedasi *an" diperlukan pada pentilasi mekanik pasien den"an
pen*akit kritis (8ahaba dkk.200+1
Anestesi dapat diinduksi den"an remi,entanil. & B"!k" 7D *an" diberikan selama 30 sampai 90
detik atau den"an im,us a(al pada 0.2 sampai &.0 B"!k" 7D selama &0 menit.sebelum
pemberian suatu obat hipnotis standar terlebih dahulu sebelum intubasi tarakeal (Jo"ue
dkk.&9931.8osis obat hipnotis mun"kin dibutuhkan untuk menurunkan kompensasi pada e,ek
siner"is den"an remi,entanil. >emi,entanil dapat di"unakan seba"ai komponen anal"esik pada
anestesi umum (0.22 sampai &.00 B"!k" 7D atau 0.02 sampai 2.00 B"!k" ! menit 7D1 atau teknik
sedasi den"an kemampuan pemulihan *an" #eopat dari e,ek *an" tidak diin"inkan seperti
depresi pernapasan *an" diinduksi oleh opioid atau sedasi *an" berlebihan (5urkle dkk.&9931.
>emi,entanil.0.02 sampai 0.&0 B"!k"! menit 7D *an" dikombinasikan den"an mida)olam.2 m"
7D.menun/ukan sedasi dan anal"esia *an" e,ekti, selama dimonitor den"an anastesi pada
pasien de(asa sehat (A4ramo4 dkk.&9931. ?ida)olam /u"a men"hasilkan suatu potensiasi e,ek
depresi pernapasan *an" diperkirakan men"ikuti perubahan pda ke#epatan in,us. membuatn*a
mun"kin untuk dititrasi den"an baik pada respon *an" diiin"inkan dibandin"kan den"an opioid
lain. Sebelum pen"hentian in,us remi,entanil. suatu opioid ker/alama mun"kin diberikan untuk
men/amin suatu anal"esia ketika pasien sadar. Pemberian remi,entanil le(at /alur spinal atau
epidural tidak direkomendasikan. pada media *an" aman ("l*#ine. *an" beker/a seba"ai suatu
neurotransmitter inhibitosr*1 atau opioid *an" tidak dibatasi (5urkle dkk. &9931. >emi,entanil.
&00 B" 7D. men"uran"i respon hemodinamik akut pada terapi elektrokon4ulsi, dan tidak
men"ubah durasi ban"kitan ke/an" *an" diinduksi oleh elektrokon4ulsi, (>e#art dkk. 20001.
=,ek sampin"
Keuntun"an remi,entanil menun/ukkan suatu periode pemulihan *an" sin"kat mun"kin
dipertimban"kan suatu keru"ian /ika in,use di hentikan den"an tiba$tiba. apakah obat ini
dihentikan den"an sen"a/a ataupun tidak disen"a/a. Jal ini pentin" dalam pemberian opioid
ker/a pan/an" untuk anal"esia postoperati, ketika remi,entanil diberikan untuk tu/uan ini
intraoperati,. Semua analo" ,entan*l. termasuk remi,entanil. telah dilaporkan men"induksi
ban"kitan *an" Fmirip ke/an"G (Jaber dan L7man. 200&1.
?ual dan muntah. depresi pernapasan dan penin"katan sedan" pada tekanan darah dan
den*ut /antun" mun"kin ter/adi setelah pemberian remi,entanil. 8epresi pernapasan *an"
ditimbulkan oleh remi,entanil tidak berubah pada kelainan "in/al ataupun kelainan hepar.
Pelepasan histamine tidak ter/adi setelah pemberian remi,entanil. ;ekanan intra#ranial dan
tekanan intraokuler tidak berubah oleh remi,entanil (Gu* dkk. &99QW Sarner dkk. &9931.
>emi,entanil dosis tin""i menurunkan aliran darah otak dan kebutuhan oksi"en metaboli#
otaktana men""an""u reakti4itas karbon dioksida serebro4askuler (Klims#ha dkk. 20001.
>emi,entanil menunda drainase dari asam empedu dari kandun" empedu kedalam duodenum
tetpai perlambatan lebih sin"kat dibandin"kan opioid lain (Kra"en dkk.&9991. Aliran plasenta
dari remi,entanil #epat tetapi e,ek pada neonatus tampak*a tidak ter/adi (Kan dkk. &99R1.
;oleransi opioid akut
Kebutuhan anal"esik postoperati, pada pasien *an" mendapatkan dosis remi,entanil *an"
relati4e besar intraoperati, anehn*a serin" menun/ukkan remi,entanil berkaitan den"an toleransi
opioid akut (Gambar 0$0&1 Guinard dkk. 20001. Selain itu. keterlambatan hiperal"esia mun"kin
dihasilkan oleh pemberian opioid dosis besar se#ara akut. ;oleransi terhadap opioid bersi,at
,armakodinamik dan toleransin*a ber"antun" dosis. ?ekanisme *an" mun"kin untuk toleransi
termasuk perubahan pada resptor N?8A dan s*stem se#ond messen"er intraselulern*a.
8alam hal ini. reseptor N?8A anta"onis seperti ketamin dan ma"nesium *an" memblok
toleransi opioid. ;idak semua data mendukun" perkemban"an toleransi opioid akut *an" ter/adi
setelah anesthesia *an" men""unakan remi,entanil (:ortine) dkk. 200&W Gustor,, dkk. 20021.
KO8=7N
Kodein adalah hasil dari susbtitusi dari kelompok metil untuk kelompok hidroksil pada karbon
nomor 0 pada mor,in (lihat "ambar 0$&1. Jadirn*a kelompok metil ini membatasi metabolisme
*an" pertamakali mele(ati hepar dan perhitun"an pada e,ekti4itas kodein ketika diberikan
se#ara oral. Saktu paruh pembuan"an pada kodein setelah pemeberian oral atau 7D adalah 0.0
sampai 0.2 /am. Sekitar &0 U pada pemberian kodein adalah demetilasi di hepar pada mor,in.
*an" mun"kin bertan""un" /a(ab untuk e,ek anal"esia pada kodein. 5eberapa sisa kodein
dimetilasi men/adi norkodein *an" tidak akti,. *an" dikon/u"asi atau ekskresin*a tidak berubah
oleh "in/al.
Kodein merupakan obat *an" e,ekti, seba"ai obat batuk pada dosis oral &2 m". Anal"esia
maksimal. sama pada *an" dihasilkan oleh 320 m" dari aspirin. ter/adi den"an 30 m" kodein.
-ika diberikan se#ara 7D. &20 m" kodein sama pada e,ek anal"esik sampai &0 m" mor,in.
Palin" serin". kodein dimasukkan pada pen"obatan seba"ai suatu antitusi, atau dkombinasikan
den"an anal"esi# non opioid untuk pen"obatan n*eri rin"an sampai sedan". Kerentanan
terhadap depresi pernapasan pada kodein tempakn*a /aran" dibandin"kan pada mor,in dan
/aran" ter/adi setelah pen""unaan anal"esik oral. Kodein menimbulkan sedasi minimal. mual.
muntah dan konstipasi. Pusin" mun"kin ter/adi pada pasien pembedahan ra(at /alan. Pada
dosis besar. kodein tidak mun"kin menimbulkan apnue. Pemberian kodein 7D tidak
direkomendasikan. karena terdapat kemun"kinan ter/adi hipotensi *an" diinduksi oleh
histamine.
JT8>O?O>PJON=
J*dromorphone adalah suatu deri4ate dari mor,in *an" sekitar lima kali lebih kuat dibandin"kan
mor,in tetapi memiliki durasi ker/a *an" a"ak sin"kat. Opioid ini men"hasilkan e,ek sedasi dan
memban"kitkan sedikit euphoria dibandin"kan pada mor,in. Karena pembuan"an *an" #epat
dan redistribusi. dosis oral setiap + /am dibutuhkan untuk mempertahankan konsentrasi plasma
*an" adekuat untuk anal"esia. J*dromorphone adalah suatu alternati4e dari mor,in *an" e,ekti,
dalam penan"anan n*eri sedan" sampai berat *an" berespon den"an opioid (An"st dkk. 200&1.
8urasi ker/a sedan" obat ini dan kelarutan air *an" tin""i membuatn*a mun"kin untuk
men""unakan suatu s*stem pen"an"kutan transmukosal nasal (:oda dkk. 20001. Pen""unaan
dan e,ek sampin" dari h*dromorphone sama den"an mor,in.
OYO?OPJON=
Ox*morphone adal hasil penambahan pada suatu kelompok hidroxil men/adi hidromorphone.
Sekitar &0 kali kekuatan mor,in dan tampakn*a men*ebabkan mual dan mutah *an" lebih
serin". Keter"antun"an ,isik lebih rentan. Suatu preparat oral dari ox*morphone (pelepasan
a(al1 menimbulkan konsentrasi maksimal plasma pada 0.2 /am *an" berhubun"an den"an
onset anal"esia *an" #epat (Gimbel dan Ahdieh. 200+1.
OYT:O8ON=
Preparat oral ox*#odone (Ox*#ontin. Per#o#et. Per#odan1 menun/ukkan konsentrasi plasma
*an" stabil untuk penan"anan n*eri sedan" hin""a berat. Potensi pen*alah"unaan termasuk
tamperin" (pen"han#uran dan po(derin"1 untuk in/eksi intra4ena atau intranasal untuk
mendapatkan suatu e,ek opioid *an" #epat dan dan kuat.
JT8>O:O8ON=
J*dro#odone tersedia seba"ai preparat oral (Di#odan1 untuk pen"obatan n*eri kronik. Potensi
pen*alah"unaan tin""i untuk pasien *an" dioabti den"an h*dro#odone.
?=;JA8ON=
?ethadone adalah suatu opioid a"onis sintetik *an" menimbulkan anala"esia pada
perlan"sun"an sindrom n*eri kronik dan san"at e,ekti, den"an pemberian se#ara oral (Gambar
0$021. Absorpsi oral *an" e,isien. onset ker/a *an" #epat. dan durasi ker/a *an" lama pada
methadone membuatn*a seba"ai obat *an" menarik untuk menekan "e/ala (ithdra(al pada
seseoran" *an" keter"antun"an ,isik misaln*a pada keter"antun"an heroin.
Sithdra(al opioid
?ethadone dapat men""anti mor,in pada keter"antun"an pada sekitar seperempat dosis.
Sithdra(al *an" terkontrol dari opioid men""unakan methadone *an" sedan" dan /aran" akut
dibandin"kan pada mor,in. ?ethadone. 20 m" 7D. men"hasilkan anal"esia postoperati4e *an"
berakhir \ 2+ /am. *an" menun/ukkan (aktu paruh pembuan"an *an" meman/an" (02 /am1.
Obat ini dimetabolisme di hepar men/adi )at *an" tidak akti, *an" diekskresi di urine dan
empedu den"an se/umlah ke#il obat *an" tidak berubah.
=,ek sampin" methadone (depresi pernapasan. miosis. konstipasi. spasme traktus biliaris1 mirip
den"an mor,in. Ker/a sedati4e dan euphoria /aran" dibandin"kan den"an *an" dihasilkan oleh
mor,in. ?ethadone men"induksi miosis kuran" menon/ol dibandin"kan den"an *an"
disebabkan oleh mor,in. dan toleransi keter"antun"an berkemban" sempurna pada ker/a obat
ini.
Pen"obatan terhadap n*eri kronik
?ethadone telah diusulkan seba"ai suatu alternati4e untuk memperlambat pelepasaa ,ormula
untuk pen"obatan n*eri kronik karena potensi pen*ala"unaann*a *an" rendah. Selain itu.
akti4itas reseptor N?8A anta"onis mun"kin berman,aat dalam pen"obatan n*eri neuropatik
dan meminimalkan potensi pada perkemban"an toleransin*a. Keru"ian utama pada
pen""unaan methadone untuk men"obati n*eri kronik adalah (aktu paruh *an" meman/an"
dan tidak diperkirakan. Ketika methadone diberikan lebih dari satu kali dalam sehari. seperti
*an" biasa diberikan dalam pen"obatan sindrom n*eri kronik. obat ini akan berakumulasi dan
ter/adi dalam konsentrasi plasma *an" tin""i dan berkaitan den"an depresi pernapasan
(Kishman dkk. 20021. Entuk alasan ini. ,ormulasi *an" lambat dilepaskan (ox*#odone1 mun"kin
lebih dipilih pada methadone untuk pen"obatan n*eri postopertai, pasien pembedahan ra(at
/alan (Silson. 20021.X
P>OPOYTPJ=N=
Propoxiphene se#ara struktur sama den"an methadone dan terikat pada reseptor opioid *an"
ditun/ukkan oleh anta"onis dari e,ek ,armakolo"is naloxone (Gambar 0$001. 8osis oral 90 m"
sampai &20 m" propox*phene men"hasilkan anal"esia dan e,ek SSP *an" sama den"an *an"
dihasilkan den"an 30 m" kodein dan 320 m" aspirin. Satu$satun*a pen""unaan klinik
propox*phene adalah untuk pen"obatan n*eri rin"an sampai sedan" *an" tidak berkuran"
den"an aspirin. 8osis propox*phene tidak memiliki e,ek antipiretik atau e,ek antiin,lamasi.
sementara ker/a seba"ai antitusi, tidak si"ni,ikan.
Propox*phene diabsorpsi se#ara sempurna setelah pemberian oral. tetapi karena luasn*a
metabolisme *an" pertama melintasi hepar (demetilasi men/adi norpropox*phene1W tersedian*a
s*stem *an" san"at menurunkann*a. Saktu paruh pembuan"an setelha pemberian se#ara oral
adalah sekitar &+.2 /am. =,ek sampin" propox*phene *an" palin" serin" adalah 4erti"o. sedasi.
mual dan muntah. Propoxiphene sekitar seperti"a dari potensi kodein dalam menimbulkan
depresi pernapasan. 8alam keadaan o4erdosis. dapat ter/adi ke/an" dan depresi pernapasan.
Pen"hentian se#ara tiba$tiba pada pemberian propox*phene men"akibatkan suatu sindrom
(ithdra(al sedan". 7nsiden pen*alah"unaan propox*phene sama den"an kodein. Pemberian
obat 7D ini menimbulkan kerusakan pada 4ena *an" berat dan membatasi pen*alah"unaan obat
ini melalui /alur 7D. alkohol dan depresi SSP mun"kin men"akibatkan depresi pernapasan berat
*an" diinduksi oleh obat ini.
>A?A8OL
;ramadol adalah anal"esi# ker/a sentral *an" memiliki a,initas sedan" pada reseptor mu dan
kappa lemah serta reseptor delta opioid. tetapi 2 sampai &0 kali kuran" poten dibandin"kan
mor,in seba"ai suatu anal"esi# (5udd dan Landlord. &9991. Selain itu pada e,ek a"onis opioid
mu. tramadol menambah ,un"si pada /alur inhibisi des#endin" spinal melalui inhibisi reuptake
norepine,rin neuronal dan 2$h*drox*tr*ptamine (serotonin1 seperti haln*a pada stimulasi
pelepasan 2$h*drox*tr*ptamine presinaps. Pada sukarela(an. naloxone anta"onis han*a
diperkirakan 00 U dari e,ek tramadol (:ollart dkk. &9901.
;ramadol adalah suatu per#ampuran ra#emi# pada dua enantiomer. satu diantaran*a
bertan""un" /a(ab untuk inhibisi reuptake norepine,rin sedan"kan *an" lain bertan""un" /a(ab
untuk inhibisi reuptake 2$h*drox*tr*ptamine dan ,asilitasi pelepasann*a. ditambah ke/a dari
reseptor mu obat ini. 8alam hal ini. tramadol mun"kin men/adi suatu pen"e#ualian pada alasan
bah(a persen*a(aan #hiral sebaikn*a dihindari /ika teknolo"i *an" ada dipersiapkan oleh obat
tun""al. isomer murni (:al4e*. &9921. Seba"ai #ontoh. anal"esia *an" dihasilkan oleh tramadol
tanpa e,ek depresi pernapasan dan suatu perkemban"an toleransi. keter"antun"an. dan
pen*alah"unaan den"an potensial rendah.mun"kin men/adi suatu hasil dari kelen"kapan dan
interaksi antinosiseptor pada dua enantiomer *an" siner"is. ;ramadol dimetabolisme oleh
s*stem en)im P$+20 hepar men/adi metabolit utama berupa O$desmeth*ltramadol. *an" /u"a
men""unakan e,ek anal"esi# stereoselekti, sedan".
;ramadol 0 m"!k" *an" diberikan se#ara oral. 7? atau 7D e,ekti, untuk pen"obatan n*eri sedan"
sampai berat. Suatu penurunan keadaan men""i"il setelah operasi tidak di#atat pada pasien
*an" ditan"ani den"an obat ini dan e,ek depresi pernapasan minimal merupakan keuntun"an
obat ini (Nieu(enhu/s dkk. 200&1. ;ramadol memperlambat pen"ososn"an lambun" meskipun
e,ekn*a ke#il dibandin"kan opioid lain (:ri"hton dkk. &99R1. ;ramadol berman,aat pada
penan"anan n*eri kronik karena obat ini tidak men*ebabkan tolernai atau addiksi dan tidak
berkaitan den"an toksisitas or"an utama atau e,ek sedati4e *an" si"ni,ikan. Obat ini
berman,aat pada pasien *an" tidak mentoleransi pada obat anti in,lamasi non steroid. Keru"ian
pada tramadol antara lain interaksin*a den"an antikoa"ulan :oumadin (tidak semua laporan
mendapatkan interaksi ini1 dan ke/adian ke/an" *an" berkaitan den"an obat ini (hindari pada
pasien den"an epileps* atau *an" diobati den"an obat *an" merendahkan amban" ke/an"
seperti antidepresan1 (5udd dan Lan",ord. &999W Kahn dkk. &99Q1. Suatu kekuran"an
selan/utn*a pada pen""unaan perioperati, pada obat ini seba"ai suatu anal"esik den"an
insidens tin""i *an" berkaitan den"an mual dan muntah. Ondansentron mun"kin men""an""u
komponen anal"esi# pada tramadol karena e,ek pada reuptake dan pelepasan 2$
h*drox*tr*ptamine.
J=>O7N
Jeroin (dia#et*lmorphin1 adalah opioid sintetik *an" dihasilkan oleh asetilasi pada mor,in. -ika
diberikan se#ara parenteral. heroin beker/a pada /alan *an" berbeda dibandin"kan mor,in.
Seba"ai #ontoh. terdapat penetrasi heroin *an" #epat kedalam otak. dimana obat ini dihidrolisis
men/adi metabolit akti, monoasetilmor,in dan mor,in. Pemasukan kedalam SSP *an" #epat
palin" mun"kin disebabkan oleh kelarutan dalam lemak dan struktur kimia dari heroin.
8ibandin"kan den"an mor,in. heroin perenteral memiliki (a1 onset *an" lebih #epat. (b1
kuran"n*a e,ek mual. dan (#1 potensi keter"antun"an ,isik *an" lebih besar. Kerentanan
men"alami keter"antun"an ,isik *an" lebih besar adalah alas an bah(a heroin tidak tersedia
se#ara le"al di Amerika Serikat (An"ell. &9R+W ?ond)a#. &9R+1.
(?EJ787N AKSA.2009.opioid a"onis.
http!!asramamedi#a,kunhas.blo"spot.#om!2009!0+!opioid$a"onis.html1

Anda mungkin juga menyukai