Anda di halaman 1dari 9

STUDI VEGETASI HUTAN HUJAN TROPIS PEGUNUNGAN

DI GUNUNG MANGLAYANG JAWA BARAT



Zaenal Muttaqien
*)
, Prihadi Santoso
**
, Joko Kusmoro
**

*)
UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas - LIPI
**
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Padjadjaran

ABSTRACT
A Study on the composition and structure of the tropical mountain rain forest vegetation in Mt.
Manglayang West Java has been conducted from July until September 2004. Sampling has been made
by using six 10x100 meters belt transect and every belt transect was divided into ten subplot 10x10
meters. Based on this study, it is found that 99 species, 68 genuses, from 41 families consisting of
trees, shrubs and herbs were collected from the plots. Castanopsis argentea is the most dominance tree
species, whereas sapling dominated by Schima walichii and seedling dominated by Pinanga coronata.
Eupatorium odoratum is included in shrubs and tall herbs category, and lower herbs are dominated by
Eupatorium riparium. The dominant species is distributed in a cluster. Floristic composition and
vegetation structure of Mt. Manglayang tropical mountain rain forest are different based on the
elevation zones, in which the montane subzone is poorer in species diversity than submontane
subzone. It is found that forest regeneration has been disturbed.

Keywords: Floristic composition, Vegetation structure, Tropical montane forest, Manglayang

PENDAHULUAN
Data Badan Planologi Departemen
Kehutanan, berdasarkan interpretasi citra satelit,
mengindikasikan bahwa luas kawasan yang
masih berhutan di Pulau Jawa pada tahun 1999/
2000 hanya tinggal 1.859.900 hektar atau kurang
dari 14% luas daratan
1
. Sebagian besar hutan
primer yang masih tersisa berada pada ketinggian
lebih dari 1400 m dpl
2 3
, atau termasuk formasi
hutan hujan tropis pegunungan
4 5 6
.
Formasi hutan ini juga merupakan habitat
bagi sejumlah besar jenis endemik, dan
kemungkinan masih banyak yang belum
diketahui secara ilmiah
7
. Hampir semua jenis
endemik Pulau Jawa hanya dapat ditemukan di
hutan pegunungan, walaupun beberapa
diantaranya dahulu mungkin dapat ditemukan di
hutan dataran rendah pada saat hutan dataran
rendah masih luas
6
.
Status konservasi hutan hujan tropis
pegunungan Jawa Barat adalah kritis atau
terancam
8
. Meskipun tidak berstatus kawasan
konservasi, namun Gunung Manglayang yang
terletak 20 Km disebelah timur Kota Bandung
memiliki peranan yang penting sebagai habitat
bagi berbagai jenis satwa liar. Berdasarkan sistem
zonasi vegetasi Asia Tenggara
5
, vegetasi hutan
Gunung Manglayang dengan rentang ketinggian
1.000 hingga 1.812 meter dpl termasuk zona
hutan pegunungan rendah, yang dibagi zona
menjadi dua subzona, yaitu subzona submontana
(1000-1500 m dpl) dan adalah subzona montana
(1500-2000 m dpl)
4
. Namun, sistem zonasi ini
tidak berlaku secara mutlak pada setiap gunung
9
.
Pada awal tahun 2004 masyarakat dan
aparat desa sekitar mencoba membangun objek
wisata alam di kawasan ini. Aktivitas ini
berpotensi merubah struktur vegetasi dan
komposisi floristik pada hutan hujan tropis
pegunungan Gunung Manglayang, terutama pada
subzona submontana yang dekat dengan aktivitas
ini.
Hingga saat ini belum ditemukan
penelitian yang mendeskripsikan vegetasi yang
menyusun hutan hujan tropis pegunungan di
Gunung Manglayang serta perbedaan komposisi
floristik dan struktur vegetasi antara kedua
subzona. Diharapkan dengan penelitian ini akan
diketahui potensi sumberdaya hutan hujan tropis
7 7
6
4 4 4
3 3 3 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12
Famili
j
u
m
l
a
h

j
e
n
i
s
Moraceae Gramineae Urticaceae Lauraceae Euphorbiaceae
Palmae Asteraceae Cyperaceae Fagaceae Melastomataceae
Meliaceae Rubiaceae Smilaceae Zingiberaceae Araliaceae
Elaeocarpaceae Leguminoceae Pteridaceae Solanaceae Theaceae
Verbenaceae Acanthaceae Amarillidaceae Balsaminaceae Blechnaceae
Commelinaceae Davalliaceae Denustaedtiaceae Filices Magnoliaceae
Musaceae Myrtaceae Pandanaceae Piperaceae Polygalaceae
Rhamnaceae Rutaceae Selaginellaceae Sterculiaceae Umbelliferae
Vitaceae
pegunungan Gunung Manglayang serta berguna
bagi penelitian lain di bidang Botani, Zoologi,
maupun bidang lain yang berhubungan.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli
hingga September 2004 di Blok Baru Beureum
Gunung Manglayang, Kabupaten Sumedang-
Jawa Barat. Penelitian bersifat deskriptif analisis
yang dilakukan secara survey dengan
menggunakan enam buah transek sabuk (belt
transect) berukuran 10 x 100 meter. Sampling
dilakukan pada dua zona ketinggian, subzona
montana yaitu ketinggian >1500 m dpl dan
subzona submontana dengan ketinggian antara
1200 m dpl hingga 1500 m dpl. Ketiga buah
transek sabuk diletakkan secara acak pada setiap
zona ketinggian. Setiap transek sabuk dibagi
menjadi sepuluh sub-plot kuadrat bersarang
(nested quadrat) berukuran 10 x 10 meter untuk
mendapatkan data struktur horizontal vegetasi.
Data komposisi floristik didapat dengan
melakukan inventarisasi jenis tumbuhan pada
seluruh transek sabuk. Perbedaan komposisi
floristik pada kedua zona ketinggian dilakukan
dengan membandingkan nilai Indeks Kesamaan
(S), keanekaan (H), Indeks Perataan (E) dan
Indeks dominansi (D). Penghitungan Indeks Nilai
Penting (INP) dengan parameter kerapatan,
frekuensi dan penutupan relatif dilakukan untuk
mengetahui kontribusi suatu jenis terhadap
komunitas hutan secara keseluruhan. Pola
distribusi setiap jenis dinilai dengan
menggunakan indeks hamburan Morisita (I
s
).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi Floristik
Hasil inventarisasi jenis tumbuhan berupa
pohon, semak dan herba pada hutan lindung
Gunung Manglayang didapat sebanyak 41 suku,
68 marga dan 99 jenis tumbuhan. Dari jumlah
tersebut sebanyak 34 suku, 51 marga, dan 63
jenis tumbuhan ditemukan pada subzona
montana, dan 75 jenis tumbuhan, 61 marga dan
33 suku hanya ditemukan pada subzona
submontana dengan komposisi floristik seperti
terlihat pada Gambar 1. dibawah ini:
Gambar 1. menunjukkan pada vegetasi
hutan hujan tropis pegunungan di Gunung
Manglayang suku dengan jumlah jenis terbanyak
adalah Moraceae yaitu sebanyak 12 jenis, sebelas
jenis diantaranya termasuk ke dalam marga Ficus
yang merupakan sumber makanan yang sangat
penting bagi burung dan berbagai jenis hewan
lainnya. Keanekaan jenis Ficus yang cukup tinggi
ini tentu berpengaruh pada tingginya keanekaan
jenis satwa, terutama burung yang
memanfaatkannya sebagai sumber makanan
10
.
Tidak heran jika Birdlife-International
mengidentifikasi kawasan Gunung Manglayang
Gambar 1. Komposisi floristic Penyusun Vegetasi Hutan Hujan Tropis Pegunungan Gunung
Manglayang berdasarkan Suku
sebagai salah satu dari 42 daerah penting bagi
burung (Important Birds Area) di Jawa dan
Bali
11
.
Dari 99 jenis tumbuhan yang ditemukan
ternyata 24 jenis tumbuhan hanya ditemukan
pada Subzona Montana. Jenis-jenis tumbuhan
yang hanya ditemukan pada Subzona
Submontana berjumlah 36 jenis. Jenis tumbuhan
yang dapat ditemukan pada kedua zona
ketinggian berjumlah 39 jenis. Suku tumbuhan
yang hanya ditemukan pada subzona vegetasi
Montana diantaranya adalah Achantaceae,
Araliaceae, Commelinaceae, Davalliaceae,
Fillices, Sellaginaceae, Umbelliferae dan
Vitaceae. Suku tumbuhan yang hanya ditemukan
pada subzona vegetasi Submontana diantaranya
adalah Blechnaceae, Leguminoceae,
Magnoliaceae, Melastomataceae, Musaceae,
Polygalaceae, Rhamnaceae dan Verbenaceae.
Sedangkan sisanya dapat ditemukan pada seluruh
subzona vegetasi.
Dari 41 suku yang ditemukan, tidak ada
suku megaterm yang ditemukan, dan tercatat lima
suku mikroterm seperti terlihat pada Tabel 1.
Pada vegetasi hutan hujan tropis
pegunungan Gunung Manglayang penyebaran
jenis dari suku Lauraceae, Fagaceae, Myrtaceae,
Theaceae dan Actinidiaceae cenderung lebih
banyak ditemukan pada pada subzona
submontana. Suku-suku ini termasuk suku yang
banyak terdapat di hutan pegunungan
12
dan
cenderung lebih banyak ditemukan pada elevasi
menengah dan tinggi dibandingkan dengan di
dataran rendah
3
.
Berdasarkan bentuk pertumbuhannya
13
,
tumbuhan penyusun vegetasi hutan hujan tropis
pegunungan di Gunung Manglayang akan terlihat
seperti pada Tabel 2.

Tabel 1. Keanekaan Jenis Tumbuhan dari Suku yang Tergolong Microterm
No. Suku Nama Daerah Nama Ilmiah Montana Submontana
1
Fagaceae


Saninten Castanopsis argentea + +
2 Pasang
beunyeur Quercus lineata
+
3 Pasang bodas Quercus induta + +
4
Lauraceae





Huru batu Litsea fulva +
5 Huru dapung Litsea polyantha +
6 Huru sereh Laura diversifolia + +
7 Huru payung Actinodaphne glabra +
8 Huru gambir Machilus rimosa +
9 Ki amis Cinamomum inners +
10 Myrtaceae Ki sireum Syzigium corymbifera + +
11 Theaceae Puspa Schima walichii + +
12 Actinidiaceae Ki leho Saurauia bracteosa + +

Tabel 2. Komposisi floristik di G. Manglayang Berdasarkan Bentuk Pertumbuhannya

Kategori
Bentuk
Pertumbuhan
Jumlah Jenis
Montana Submontana
Berkayu Pohon 33 43
Palmae 1 4
Paku Tiang 1 0
Semak 3 4
Herba Pisang-pisangan 2 3
Pandan-pandanan 1 1
Herba Tinggi 1 3
Herba Pemanjat 5 1
Herba Rendah 12 11
Paku Terestrial 4 5


Vegetasi hutan hujan tropis pegunungan di
Gunung Manglayang lebih banyak ditumbuhi
jenis tumbuhan yang memiliki batang berkayu
yaitu sebanyak 63 jenis, yaitu dari kelompok
pohon, semak, palmae, dan paku tiang.
Tumbuhan dengan batang berair (herbaceus)
terdapat 36 jenis termasuk didalamnya tumbuhan
dari kelompok herba pemanjat, herba tinggi,
herba rendah, pandan-pandanan dan pisang-
pisangan.
Secara umum, pada Tabel 2. terlihat bahwa
semakin meningkat ketinggian maka jumlah jenis
tumbuhan semakin menurun. Kecuali pada jenis-
jenis herba rendah, paku tiang dan herba
pemanjat terjadi peningkatan. Hal tersebut sesuai
dengan pengamatan yang dilakukan pada hutan
hujan pegunungan rendah di Gunung Gede,
semakin meningkat ketinggian suatu tempat pada
hutan tropis semakin sedikit jumlah jenis yang
ada
13
. Hutan pegunungan biasanya tidak begitu
kaya akan jenis pepohonan, jenis tumbuhan
pemanjat berkayu sangat sedikit ditemukan, dan
suburnya berbagai tumbuhan pemanjat dan
epifit
14
.
Namun, menurunnya keanekaan jenis
dari kelompok tumbuhan semak, paku terestrial
dan pisang-pisangan tampaknya lebih banyak
dipengaruhi oleh keadaan vegetasi hutan, yang
mana pada vegetasi hutan Gunung Manglayang
semakin meningkat ketinggian tempat, penutupan
kanopi pepohonan lebih rapat, sehingga intensitas
cahaya yang sampai ke lantai hutan pun semakin
sedikit dan hanya jenis-jenis yang tahan naungan
saja yang dapat hidup.

Struktur Vegetasi
Penilaian kelimpahan suatu jenis
berdasarkan Indeks Nilai Penting (INP) untuk
mengetahui struktur horizontal vegetasi hutan
hujan tropis pegunungan Gunung Manglayang
dapat dilihat pada Tabel 3.
Dari Tabel 3. secara umum terlihat bahwa
vegetasi hutan hujan tropis pegunungan di
Gunung Manglayang didominasi oleh jenis-jenis
pohon yang umum terdapat di hutan hujan tropis
pegunungan bawah di Pulau Jawa.

Tabel 3. Indeks Nilai Penting Jenis Tumbuhan di G. Manglayang untuk Setiap Kategori
NAMA JENIS NAMA
LOKAL
KR
(%)
FR
(%)
PR
(%)
INP
Pohon Dewasa
Castanopsis argentea
Schima walichii
Syzigium corymbifera

Saninten
Puspa
Ki sireum

17.45
14.06
7.55

11.69
12.55
8.66

24.98
10.05
6.78

54.11
36.67
22.99
Tiang
Schima walichii
Mellia azadarach

Puspa
Mindi

26.60
8.51

22.39
7.46

20.71
11.92

69.70
27.89
Anakan
Pinanga coronata
Trema amboinensis
Laura diversifolia
Saurauia bracteosa
Villebrunea rubescens

Bingbin
Ki tamiang
Huru sereh
Kileho
Nangsi

8.39
24.22
19.25
17.70
8.07

22.81
10.53
5.26
7.02
5.26

17.95
8.71
18.37
14.25
9.05

49.14
43.46
42.88
38.97
22.39
Semak dan Herba Tinggi
Eupatorium odoratum
Montanoa hibiscifolia
Alpinia sp

Kirinyuh
-
Tepus

44.83
35.17
9.66

41.94
32.26
6.45

37.44
47.87
4.74

124.20
115.30
20.85
Tumbuhan Lantai
Eupatorium riparium

Teklan

66.37

17.94

34.37

118.67
Keterangan: KR= Kerapatan Relatif FR= Frekuensi Relatif PR= Penutupan Relatif

Hutan hujan pegunungan bawah di Jawa
ditandai oleh melimpahnya jenis pohon pasang,
Lithocarpus, Quercus, Castanopsis dan sejumlah
besar jenis pohon salam, (terutama Fagaceae dan
Lauraceae), namun Magnoliaceae,
Hammamelidaceae dan Podocarpaceae juga
banyak ditemukan
4
.
Beberapa jenis pohon diantaranya, Schima
walichii, Trema amboinensis, Saurauia
bracteosa, dan Villebrunea rubescens terlihat
mendominasi vegetasi hutan Gunung
Manglayang. Jenis-jenis pohon ini merupakan
jenis-jenis vegetasi seral di hutan hujan
pegunungan
12
. Vegetasi seral menunjukkan hutan
hujan tropis pegunungan di Gunung Manglayang
masih dalam tahapan pembangunan. Pada
tahapan ini populasi dari jenis-jenis ini cenderung
mengubah lingkungan fisiknya, membuat
keadaan fisik menjadi lebih baik untuk populasi
lainnya hingga keseimbangan antara biotik dan
abiotik tercapai
15
.
Pada kategori semak jenis Eupatorium
odoratum memiliki nilai INP yang tertinggi.
Tingginya nilai Kerapatan Relatif Eupatorium
odoratum mengindikasikan bahwa hutan Gunung
Manglayang banyak mengalami kerusakan,
karena jenis ini merupakan jenis semak yang
cepat berkembang pada daerah yang terbuka atau
pada daerah yang mengalami gangguan
manusia
12
.
Eupatorium riparium merupakan jenis
yang tumbuhan yang biasa terdapat di daerah
pegunungan hutan sekunder, di daerah terbuka
atau setengah terbuka. Jenis ini merupakan jenis
yang umum terdapat di jalan setapak di hutan
12
.
Tingginya INP jenis ini menguatkan indikasi
bahwa di aktivitas manusia di daerah ini cukup
tinggi.

Pola Distribusi
Penilaian distribusi dengan menggunakan
Indeks Morisita/ I
s
dapat dilihat pada Tabel 4.
Hasil penilaian pada Tabel 4.
menunjukkan bahwa semua jenis yang
dominan pada setiap katagori vegetasi
memiliki nilai I
s
lebih dari satu. Artinya
bahwa populasi dari semua jenis dominan ini
memiliki pola penyebaran yang
berkelompok. Pola ini merupakan pola yang
paling umum ditemukan di alam
15
. Pada
tumbuhan pengelompokkan ini


Tabel 4. Indeks Morisita Jenis Tumbuhan di G. Manglayang untuk Setiap Kategori
NAMA JENIS KR (%) FR (%) PR (%) INP I
s

Pohon Dewasa
Castanopsis argentea
Schima walichii
Syzigium corymbifera

17.45
14.06
7.55

11.69
12.55
8.66

24.98
10.05
6.78

54.11
36.67
22.99

3,23
1,46
3,47
Tiang
Schima walichii
Mellia azadarach

26.60
8.51

22.39
7.46

20.71
11.92

69.70
27.89

1,8
60
Anakan
Pinanga coronata
Trema amboinensis
Laura diversifolia

8.39
24.22
19.25

22.81
10.53
5.26

17.95
8.71
18.37

49.14
43.46
42.88

4,27
19,35
9,35
Semak dan Herba
Tinggi
Chromolaena odorata
Montanoa hibiscifolia
Alpinia sp

44.83
35.17
9.66

41.94
32.26
6.45

37.44
47.87
4.74

124.20
115.30
20.85

4,18
7,52
27,7
Tumbuhan Lantai
Eupatorium riparium

66.37

17.94

34.37

118.67

2,81

merupakan hasil atau akibat dari pengumpulan
individu dalam menanggapi perubahan cuaca
harian dan musiman, menanggapi perbedaan
habitat, dan sebagai akibat dari proses
reproduktif
15
.

Kesamaan Jenis Tumbuhan
Hasil penilaian derajat kesamaan
komposisi floristik berdasarkan pengelompokkan
bentuk kehidupannya antara jenis yang tumbuh
pada kedua subzona ketinggian dengan
menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen
didapat hasil seperti pada Tabel 5. sebagai
berikut:

Tabel 5. Penilaian Derajat Kesamaan Komposisi floristik pada Kedua Zona Ketinggian di G. Manglayang
Kategori Bentuk Pertumbuhan Indeks Kesamaan (S)
Berkayu
Pohon 0,31
0,53
0,56
Palmae 0,25
Paku Tiang 0
Semak 0,25
Herba
Pisang-pisangan 0,20
0,58
Pandan-pandanan 1
Herba Tinggi 0,67
Herba Pemanjat 0,20
Herba Rendah 0,26
Paku Terestrial 0,33

Dari Tabel 5. terlihat bahwa tumbuhan
dengan batang berkayu memiliki derajat
kesamaan jenis yang lebih tinggi dibandingkan
dengan tumbuhan batang berair meskipun tidak
berbeda nyata. Tumbuhan dengan batang berkayu
memiliki derajat kesamaan antara kedua zona
sebesar 0,58 sedangkan derajat kesamaan
tumbuhan dengan batang berair sebesar 0,53.
Nilai ini menunjukkan bahwa vegetasi hutan
pada kedua zona ketinggian 58% tumbuhan
dengan batang berkayu dan 53% tumbuhan
batang berair tersusun dari dari jenis yang sama.
Derajat kesamaan komposisi floristik
antara kedua zona ketinggian didapat nilai
kesamaan 0,56, atau 56% jenis tumbuhan yang
tumbuh pada kedua zona merupakan jenis yang
sama. Nilai ini menunjukkan bahwa secara umum
komposisi floristik pada kedua zona ketinggian
relatif sama.
Jika dilihat dari Tabel 5. ternyata hanya
tumbuhan dari kategori herba yang memiliki nilai
indeks kesamaan lebih besar dari 0,50 atau relatif
sama pada kedua zona ketinggian. Tumbuhan
dengan derajat kesamaan yang ekstrim tampak
pada kategori paku tiang dan pandan-pandanan.
Paku tiang memiliki derajat kesamaan 0 atau
tidak ada jenis paku tiang yang sama tumbuh
pada kedua zona ketinggian. Sedangkan pada
pandan-pandanan memiliki derajat kesamaan 1
atau pada kedua zona tumbuh jenis pandan-
pandanan yang sama.

Keanekaan, Perataan dan Dominansi
Hasil penilaian keanekaan, perataan dan
dominansi jenis tumbuhan dapat dilihat pada
Tabel 6.
Penilaian keanekaan dengan menggunakan
indeks keanekaan Shannon-Wiener terlihat
bahwa secara umum Subzona Submontana
memiliki keanekaan jenis yang lebih tinggi dari
Subzona Montana, kecuali pada jenis tumbuhan
lantai keanekaan jenisnya lebih rendah
dibandingkan Subzona Montana. Pada komunitas
yang memiliki keanekaan yang lebih tinggi
terjadi interaksi jenis yang melibatkan transfer
energi (jaring makanan), kompetisi, dan
pembagian relung yang secara teoritis lebih
kompleks dibandingkan dengan komunitas yang
memiliki keanekaan lebih rendah
15
. Keanekaan
jenis juga dapat digunakan untuk mengukur
stabilitas komunitas
16
.
Tingginya nilai indeks keanekaan pada
Subzona Submontana dibandingkan Subzona
Montana juga dapat diartikan bahwa vegetasi
hutan di Subzona Submontana stabilitasnya
dalam menghadapi gangguan terhadap
komponen-komponen penyusunnya lebih tinggi
dibandingkan pada vegetasi di Subzona Montana.
Penilaian derajat perataan secara umum
menunjukkan Subzona Submontana memiliki
nilai yang lebih besar dibandingkan Subzona
Montana kecuali pada kategori tumbuhan lantai
hutan. Pada pohon di Subzona Montana, ternyata
hanya pohon kategori tiang yang memiliki nilai
indeks perataan >0,5 dengan pohon kategori
tiang memiliki nilai indeks perataan tertinggi
pada kategori pohon. Sedangkan pada Subzona
Submontana, pohon kategori pohon dewasa dan
tiang yang memiliki nilai indeks perataan >0,5
atau distribusi individu pada tiap jenisnya
cenderung merata pada setiap jenisnya.
Hal ini menunjukkan bahwa Subzona
Submontana memiliki keanekaan yang lebih
tinggi karena jumlah jenis penyusunnya lebih
banyak dan populasi individu pada setiap jenis
penyusunnya cenderung lebih merata. Dengan
kata lain hutan hujan tropis pegunungan di
Gunung Manglayang vegetasinya cenderung
seragam.
Indeks dominansi digunakan untuk
menunjukkan ada tidaknya penguasaan populasi
satu atau beberapa jenis pada suatu komunitas.
Pada Tabel 6. terlihat bahwa jenis pohon kategori
dewasa dan anakan serta kategori semak dan
herba tinggi terdapat kecenderungan peningkatan
dominansi suatu jenis seiring dengan
meningkatnya ketinggian tempat. Bahkan pada
vegetasi hutan Subzona Montana, kategori semak
dan herba tinggi hanya didominasi oleh satu jenis
secara mutlak, yaitu oleh jenis Eupatorium
odoratum L.f. squarrosum Koster.
Pada jenis-jenis pohon di kedua zona
ketinggian tampak bahwa derajat keanekaan jenis
pohon cenderung semakin menurun dari kategori
pohon dewasa, tiang hingga anakan, sedangkan
penilaian indeks dominansi menunjukkan nilai
yang sebaliknya. Hal ini menunjukkan adanya
gangguan pada proses regenerasi hutan. Dimana
pada pohon kategori anakan lebih banyak
dikuasai satu atau beberapa jenis anakan pohon
dan beberapa jenis pohon kategori dewasa dan
tiang tidak ditemukan pada kategori anakan.

Perbandingan Struktur Horizontal Vegetasi
pada Kedua Zona
Perbandingan INP kedua subzona dapat
dilihat pada Tabel 7.
Dari Tabel 7. terlihat bahwa untuk kategori
pohon dan tiang pada kedua zona ketinggian
hanya didominasi oleh dua jenis tumbuhan yaitu
Castanopsis argentea dan Schima walichii.
Secara relatif dominasi kedua jenis ini terhadap
jenis lainnya terlihat lebih tinggi pada Subzona
Montana dibandingkan pada Subzona
Submontana.
Pada kategori anakan jenis yang dominan
antara kedua zona ketinggian adalah jenis yang
berbeda dan bukanlah jenis-jenis yang dominan
pada kategori pohon maupun tiang. Laura
diversifolia yang merupakan jenis yang dominan
pada subzona Montana memiliki INP yang lebih
tinggi secara nyata dibandingkan dengan
Acronichia laurifolia yang merupakan jenis
anakan yang dominan pada Subzona
Submontana.
Eupatorium odoratum merupakan satu-
satunya jenis semak yang tumbuh pada Subzona
Montana. Pada Subzona Submontana jenis
Eupatorium odoratum dan Montanoa hibiscifolia
merupakan jenis semak yang memiliki kontribusi
relatif terbesar dibanding jenis lainnya.
Pada lantai hutan, Eupatorium riparium
merupakan satu-satunya jenis tumbuhan yang
dominan pada kedua zona ketinggian.
Eupatorium riparium merupakan tumbuhan
lantai yang umum pada ketinggian 1.000-2.400 m
dpl
12
.

KESIMPULAN
Vegetasi hutan hujan tropis pegunungan di
Gunung Manglayang tersusun dari 41 suku, 68
marga dan 99 jenis tumbuhan. Jenis tumbuhan
yang dominan pada kategori pohon dewasa
adalah Castanopsis argentea, kategori tiang
Schima walichii, kategori anakan Pinanga
coronata, kategori semak dan herba tinggi adalah
Eupatorium odorata, dan pada tumbuhan lantai
adalah Eupatorium riparium. Tipe penyebaran
seluruh jenis tumbuhan adalah berkelompok.
Keanekaan jenis tumbuhan subzona submontana
lebih tinggi dibandingkan dengan subzona
montana dengan derajat kesamaan jenis 0,56.
Terjadi gangguan pada proses regenerasi hutan.

UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih ditujukan pada Yogi,
Fassa, Asep, Yana, Winar, Dani, Ader, Leon,
Opik, Ahmad, Roni, Ikin, Dadan, Jojo dan Hikal
yang telah banyak membantu dalam
melaksanakan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
1.
Badan Planologi Kehutanan. 2002. Rekalkulasi
Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan
dan Areal Penggunaan Lain.
Departemen Kahutanan, Jakarta.
2.
Collins, M dan Attenborrough, D. 1990. The
Last Tropical Rain Forest a world
conservation atlas. Oxford University
Press, New York.
3.
van Steenis , C.G.G.J. 1997. FLORA untuk
sekolah di Indonesia. Balai Pustaka,
Jakarta.
4.
van Steenis, C.G.G.J. 1972. Mountain Flora
of Java. Brill, Leiden.
5.
Withmore, T. C. 1984. Tropical Rain Forests
of Far East. Clarendon Press, Oxford.
6.
Whitten, T et al.,. 1996. The Ecology of Java
and Bali. Periplus Editions, Singapore.
7.
Aldrich, M. et al.,. 1997. Tropical Montane
Cloud Forest: An Urgent Priority for
Concervation. WCMC Biodiversity
Bulletin No. 2. World Conservation
Monitoring Centre, Cambridge.
8.
Morrison, J. 2001. Western Java Montane
Forest (IM0167). World Wildlife Fund
for Nature. www.worldwildlife.org. , 24
Maret 2007.
9.
Aldrich, M. et al.,. 2000. Forts Tropicales
Montagnardes de Nuages Il Est Temps
D Agir. Arborvit. WWF
International/ IUCN The World
Conservation Union., Gland.

10.
Anonimous. 1994. Cibodas to Cibeureum
Mountain Gede Pangrango Natural Park
Impormation Book. Volume I. Gede
Pangrango National Park., Cibodas.
11.
Rombang, W. M. dan Rudyanto. 1999.
Daerah Penting bagi Burung di Jawa
dan Bali. PKA/ Birdlife International
Indonesia Programme, Bogor.
12.
Bacher, C.A dan Bakhuizen van Den Brink,
R.C. 1965. Flora of Java.
(Spermatophytes only). Volume II. The
Neitherlands: N.V.P. Noodhooff-
Groningen.
13.
Jacobs, M. 1981. The Last Tropical Rain
Forest. a first encounter. Springer-
Verlag, Leiden.
14.
Ewusie, J.Y. 1990. Ekologi Tropis
Membicarakan Alam Tropis, Afrika,
Asia-Pasifik dan Dunia Baru. Penerbit
ITB, Bandung.
15.
Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi.
edisi ketiga. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
16.
Soegianto. A. 1994. Ekologi Kuantitatif.
Surabaya: Usaha Nasional.

Anda mungkin juga menyukai