0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
111 tayangan9 halaman
Studi vegetasi hutan hujan tropis pegunungan di Gunung Manglayang menemukan 99 spesies tumbuhan terdiri dari 41 famili. Komposisi floristik dan struktur vegetasi berbeda antara zona submontana dan montana. Moraceae adalah famili dengan jumlah spesies terbanyak. Hutan di Gunung Manglayang memiliki peran penting sebagai habitat satwa.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
Studi Vegetasi Hutan Hujan Tropis Pegunungan di Gunung Manglayang Jabar.pdf
Studi vegetasi hutan hujan tropis pegunungan di Gunung Manglayang menemukan 99 spesies tumbuhan terdiri dari 41 famili. Komposisi floristik dan struktur vegetasi berbeda antara zona submontana dan montana. Moraceae adalah famili dengan jumlah spesies terbanyak. Hutan di Gunung Manglayang memiliki peran penting sebagai habitat satwa.
Studi vegetasi hutan hujan tropis pegunungan di Gunung Manglayang menemukan 99 spesies tumbuhan terdiri dari 41 famili. Komposisi floristik dan struktur vegetasi berbeda antara zona submontana dan montana. Moraceae adalah famili dengan jumlah spesies terbanyak. Hutan di Gunung Manglayang memiliki peran penting sebagai habitat satwa.
*) UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas - LIPI ** Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Padjadjaran
ABSTRACT A Study on the composition and structure of the tropical mountain rain forest vegetation in Mt. Manglayang West Java has been conducted from July until September 2004. Sampling has been made by using six 10x100 meters belt transect and every belt transect was divided into ten subplot 10x10 meters. Based on this study, it is found that 99 species, 68 genuses, from 41 families consisting of trees, shrubs and herbs were collected from the plots. Castanopsis argentea is the most dominance tree species, whereas sapling dominated by Schima walichii and seedling dominated by Pinanga coronata. Eupatorium odoratum is included in shrubs and tall herbs category, and lower herbs are dominated by Eupatorium riparium. The dominant species is distributed in a cluster. Floristic composition and vegetation structure of Mt. Manglayang tropical mountain rain forest are different based on the elevation zones, in which the montane subzone is poorer in species diversity than submontane subzone. It is found that forest regeneration has been disturbed.
PENDAHULUAN Data Badan Planologi Departemen Kehutanan, berdasarkan interpretasi citra satelit, mengindikasikan bahwa luas kawasan yang masih berhutan di Pulau Jawa pada tahun 1999/ 2000 hanya tinggal 1.859.900 hektar atau kurang dari 14% luas daratan 1 . Sebagian besar hutan primer yang masih tersisa berada pada ketinggian lebih dari 1400 m dpl 2 3 , atau termasuk formasi hutan hujan tropis pegunungan 4 5 6 . Formasi hutan ini juga merupakan habitat bagi sejumlah besar jenis endemik, dan kemungkinan masih banyak yang belum diketahui secara ilmiah 7 . Hampir semua jenis endemik Pulau Jawa hanya dapat ditemukan di hutan pegunungan, walaupun beberapa diantaranya dahulu mungkin dapat ditemukan di hutan dataran rendah pada saat hutan dataran rendah masih luas 6 . Status konservasi hutan hujan tropis pegunungan Jawa Barat adalah kritis atau terancam 8 . Meskipun tidak berstatus kawasan konservasi, namun Gunung Manglayang yang terletak 20 Km disebelah timur Kota Bandung memiliki peranan yang penting sebagai habitat bagi berbagai jenis satwa liar. Berdasarkan sistem zonasi vegetasi Asia Tenggara 5 , vegetasi hutan Gunung Manglayang dengan rentang ketinggian 1.000 hingga 1.812 meter dpl termasuk zona hutan pegunungan rendah, yang dibagi zona menjadi dua subzona, yaitu subzona submontana (1000-1500 m dpl) dan adalah subzona montana (1500-2000 m dpl) 4 . Namun, sistem zonasi ini tidak berlaku secara mutlak pada setiap gunung 9 . Pada awal tahun 2004 masyarakat dan aparat desa sekitar mencoba membangun objek wisata alam di kawasan ini. Aktivitas ini berpotensi merubah struktur vegetasi dan komposisi floristik pada hutan hujan tropis pegunungan Gunung Manglayang, terutama pada subzona submontana yang dekat dengan aktivitas ini. Hingga saat ini belum ditemukan penelitian yang mendeskripsikan vegetasi yang menyusun hutan hujan tropis pegunungan di Gunung Manglayang serta perbedaan komposisi floristik dan struktur vegetasi antara kedua subzona. Diharapkan dengan penelitian ini akan diketahui potensi sumberdaya hutan hujan tropis 7 7 6 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Famili j u m l a h
j e n i s Moraceae Gramineae Urticaceae Lauraceae Euphorbiaceae Palmae Asteraceae Cyperaceae Fagaceae Melastomataceae Meliaceae Rubiaceae Smilaceae Zingiberaceae Araliaceae Elaeocarpaceae Leguminoceae Pteridaceae Solanaceae Theaceae Verbenaceae Acanthaceae Amarillidaceae Balsaminaceae Blechnaceae Commelinaceae Davalliaceae Denustaedtiaceae Filices Magnoliaceae Musaceae Myrtaceae Pandanaceae Piperaceae Polygalaceae Rhamnaceae Rutaceae Selaginellaceae Sterculiaceae Umbelliferae Vitaceae pegunungan Gunung Manglayang serta berguna bagi penelitian lain di bidang Botani, Zoologi, maupun bidang lain yang berhubungan.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga September 2004 di Blok Baru Beureum Gunung Manglayang, Kabupaten Sumedang- Jawa Barat. Penelitian bersifat deskriptif analisis yang dilakukan secara survey dengan menggunakan enam buah transek sabuk (belt transect) berukuran 10 x 100 meter. Sampling dilakukan pada dua zona ketinggian, subzona montana yaitu ketinggian >1500 m dpl dan subzona submontana dengan ketinggian antara 1200 m dpl hingga 1500 m dpl. Ketiga buah transek sabuk diletakkan secara acak pada setiap zona ketinggian. Setiap transek sabuk dibagi menjadi sepuluh sub-plot kuadrat bersarang (nested quadrat) berukuran 10 x 10 meter untuk mendapatkan data struktur horizontal vegetasi. Data komposisi floristik didapat dengan melakukan inventarisasi jenis tumbuhan pada seluruh transek sabuk. Perbedaan komposisi floristik pada kedua zona ketinggian dilakukan dengan membandingkan nilai Indeks Kesamaan (S), keanekaan (H), Indeks Perataan (E) dan Indeks dominansi (D). Penghitungan Indeks Nilai Penting (INP) dengan parameter kerapatan, frekuensi dan penutupan relatif dilakukan untuk mengetahui kontribusi suatu jenis terhadap komunitas hutan secara keseluruhan. Pola distribusi setiap jenis dinilai dengan menggunakan indeks hamburan Morisita (I s ).
HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Floristik Hasil inventarisasi jenis tumbuhan berupa pohon, semak dan herba pada hutan lindung Gunung Manglayang didapat sebanyak 41 suku, 68 marga dan 99 jenis tumbuhan. Dari jumlah tersebut sebanyak 34 suku, 51 marga, dan 63 jenis tumbuhan ditemukan pada subzona montana, dan 75 jenis tumbuhan, 61 marga dan 33 suku hanya ditemukan pada subzona submontana dengan komposisi floristik seperti terlihat pada Gambar 1. dibawah ini: Gambar 1. menunjukkan pada vegetasi hutan hujan tropis pegunungan di Gunung Manglayang suku dengan jumlah jenis terbanyak adalah Moraceae yaitu sebanyak 12 jenis, sebelas jenis diantaranya termasuk ke dalam marga Ficus yang merupakan sumber makanan yang sangat penting bagi burung dan berbagai jenis hewan lainnya. Keanekaan jenis Ficus yang cukup tinggi ini tentu berpengaruh pada tingginya keanekaan jenis satwa, terutama burung yang memanfaatkannya sebagai sumber makanan 10 . Tidak heran jika Birdlife-International mengidentifikasi kawasan Gunung Manglayang Gambar 1. Komposisi floristic Penyusun Vegetasi Hutan Hujan Tropis Pegunungan Gunung Manglayang berdasarkan Suku sebagai salah satu dari 42 daerah penting bagi burung (Important Birds Area) di Jawa dan Bali 11 . Dari 99 jenis tumbuhan yang ditemukan ternyata 24 jenis tumbuhan hanya ditemukan pada Subzona Montana. Jenis-jenis tumbuhan yang hanya ditemukan pada Subzona Submontana berjumlah 36 jenis. Jenis tumbuhan yang dapat ditemukan pada kedua zona ketinggian berjumlah 39 jenis. Suku tumbuhan yang hanya ditemukan pada subzona vegetasi Montana diantaranya adalah Achantaceae, Araliaceae, Commelinaceae, Davalliaceae, Fillices, Sellaginaceae, Umbelliferae dan Vitaceae. Suku tumbuhan yang hanya ditemukan pada subzona vegetasi Submontana diantaranya adalah Blechnaceae, Leguminoceae, Magnoliaceae, Melastomataceae, Musaceae, Polygalaceae, Rhamnaceae dan Verbenaceae. Sedangkan sisanya dapat ditemukan pada seluruh subzona vegetasi. Dari 41 suku yang ditemukan, tidak ada suku megaterm yang ditemukan, dan tercatat lima suku mikroterm seperti terlihat pada Tabel 1. Pada vegetasi hutan hujan tropis pegunungan Gunung Manglayang penyebaran jenis dari suku Lauraceae, Fagaceae, Myrtaceae, Theaceae dan Actinidiaceae cenderung lebih banyak ditemukan pada pada subzona submontana. Suku-suku ini termasuk suku yang banyak terdapat di hutan pegunungan 12 dan cenderung lebih banyak ditemukan pada elevasi menengah dan tinggi dibandingkan dengan di dataran rendah 3 . Berdasarkan bentuk pertumbuhannya 13 , tumbuhan penyusun vegetasi hutan hujan tropis pegunungan di Gunung Manglayang akan terlihat seperti pada Tabel 2.
Tabel 1. Keanekaan Jenis Tumbuhan dari Suku yang Tergolong Microterm No. Suku Nama Daerah Nama Ilmiah Montana Submontana 1 Fagaceae
Tabel 2. Komposisi floristik di G. Manglayang Berdasarkan Bentuk Pertumbuhannya
Kategori Bentuk Pertumbuhan Jumlah Jenis Montana Submontana Berkayu Pohon 33 43 Palmae 1 4 Paku Tiang 1 0 Semak 3 4 Herba Pisang-pisangan 2 3 Pandan-pandanan 1 1 Herba Tinggi 1 3 Herba Pemanjat 5 1 Herba Rendah 12 11 Paku Terestrial 4 5
Vegetasi hutan hujan tropis pegunungan di Gunung Manglayang lebih banyak ditumbuhi jenis tumbuhan yang memiliki batang berkayu yaitu sebanyak 63 jenis, yaitu dari kelompok pohon, semak, palmae, dan paku tiang. Tumbuhan dengan batang berair (herbaceus) terdapat 36 jenis termasuk didalamnya tumbuhan dari kelompok herba pemanjat, herba tinggi, herba rendah, pandan-pandanan dan pisang- pisangan. Secara umum, pada Tabel 2. terlihat bahwa semakin meningkat ketinggian maka jumlah jenis tumbuhan semakin menurun. Kecuali pada jenis- jenis herba rendah, paku tiang dan herba pemanjat terjadi peningkatan. Hal tersebut sesuai dengan pengamatan yang dilakukan pada hutan hujan pegunungan rendah di Gunung Gede, semakin meningkat ketinggian suatu tempat pada hutan tropis semakin sedikit jumlah jenis yang ada 13 . Hutan pegunungan biasanya tidak begitu kaya akan jenis pepohonan, jenis tumbuhan pemanjat berkayu sangat sedikit ditemukan, dan suburnya berbagai tumbuhan pemanjat dan epifit 14 . Namun, menurunnya keanekaan jenis dari kelompok tumbuhan semak, paku terestrial dan pisang-pisangan tampaknya lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan vegetasi hutan, yang mana pada vegetasi hutan Gunung Manglayang semakin meningkat ketinggian tempat, penutupan kanopi pepohonan lebih rapat, sehingga intensitas cahaya yang sampai ke lantai hutan pun semakin sedikit dan hanya jenis-jenis yang tahan naungan saja yang dapat hidup.
Struktur Vegetasi Penilaian kelimpahan suatu jenis berdasarkan Indeks Nilai Penting (INP) untuk mengetahui struktur horizontal vegetasi hutan hujan tropis pegunungan Gunung Manglayang dapat dilihat pada Tabel 3. Dari Tabel 3. secara umum terlihat bahwa vegetasi hutan hujan tropis pegunungan di Gunung Manglayang didominasi oleh jenis-jenis pohon yang umum terdapat di hutan hujan tropis pegunungan bawah di Pulau Jawa.
Tabel 3. Indeks Nilai Penting Jenis Tumbuhan di G. Manglayang untuk Setiap Kategori NAMA JENIS NAMA LOKAL KR (%) FR (%) PR (%) INP Pohon Dewasa Castanopsis argentea Schima walichii Syzigium corymbifera
Hutan hujan pegunungan bawah di Jawa ditandai oleh melimpahnya jenis pohon pasang, Lithocarpus, Quercus, Castanopsis dan sejumlah besar jenis pohon salam, (terutama Fagaceae dan Lauraceae), namun Magnoliaceae, Hammamelidaceae dan Podocarpaceae juga banyak ditemukan 4 . Beberapa jenis pohon diantaranya, Schima walichii, Trema amboinensis, Saurauia bracteosa, dan Villebrunea rubescens terlihat mendominasi vegetasi hutan Gunung Manglayang. Jenis-jenis pohon ini merupakan jenis-jenis vegetasi seral di hutan hujan pegunungan 12 . Vegetasi seral menunjukkan hutan hujan tropis pegunungan di Gunung Manglayang masih dalam tahapan pembangunan. Pada tahapan ini populasi dari jenis-jenis ini cenderung mengubah lingkungan fisiknya, membuat keadaan fisik menjadi lebih baik untuk populasi lainnya hingga keseimbangan antara biotik dan abiotik tercapai 15 . Pada kategori semak jenis Eupatorium odoratum memiliki nilai INP yang tertinggi. Tingginya nilai Kerapatan Relatif Eupatorium odoratum mengindikasikan bahwa hutan Gunung Manglayang banyak mengalami kerusakan, karena jenis ini merupakan jenis semak yang cepat berkembang pada daerah yang terbuka atau pada daerah yang mengalami gangguan manusia 12 . Eupatorium riparium merupakan jenis yang tumbuhan yang biasa terdapat di daerah pegunungan hutan sekunder, di daerah terbuka atau setengah terbuka. Jenis ini merupakan jenis yang umum terdapat di jalan setapak di hutan 12 . Tingginya INP jenis ini menguatkan indikasi bahwa di aktivitas manusia di daerah ini cukup tinggi.
Pola Distribusi Penilaian distribusi dengan menggunakan Indeks Morisita/ I s dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil penilaian pada Tabel 4. menunjukkan bahwa semua jenis yang dominan pada setiap katagori vegetasi memiliki nilai I s lebih dari satu. Artinya bahwa populasi dari semua jenis dominan ini memiliki pola penyebaran yang berkelompok. Pola ini merupakan pola yang paling umum ditemukan di alam 15 . Pada tumbuhan pengelompokkan ini
Tabel 4. Indeks Morisita Jenis Tumbuhan di G. Manglayang untuk Setiap Kategori NAMA JENIS KR (%) FR (%) PR (%) INP I s
Pohon Dewasa Castanopsis argentea Schima walichii Syzigium corymbifera
1,8 60 Anakan Pinanga coronata Trema amboinensis Laura diversifolia
8.39 24.22 19.25
22.81 10.53 5.26
17.95 8.71 18.37
49.14 43.46 42.88
4,27 19,35 9,35 Semak dan Herba Tinggi Chromolaena odorata Montanoa hibiscifolia Alpinia sp
44.83 35.17 9.66
41.94 32.26 6.45
37.44 47.87 4.74
124.20 115.30 20.85
4,18 7,52 27,7 Tumbuhan Lantai Eupatorium riparium
66.37
17.94
34.37
118.67
2,81
merupakan hasil atau akibat dari pengumpulan individu dalam menanggapi perubahan cuaca harian dan musiman, menanggapi perbedaan habitat, dan sebagai akibat dari proses reproduktif 15 .
Kesamaan Jenis Tumbuhan Hasil penilaian derajat kesamaan komposisi floristik berdasarkan pengelompokkan bentuk kehidupannya antara jenis yang tumbuh pada kedua subzona ketinggian dengan menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen didapat hasil seperti pada Tabel 5. sebagai berikut:
Tabel 5. Penilaian Derajat Kesamaan Komposisi floristik pada Kedua Zona Ketinggian di G. Manglayang Kategori Bentuk Pertumbuhan Indeks Kesamaan (S) Berkayu Pohon 0,31 0,53 0,56 Palmae 0,25 Paku Tiang 0 Semak 0,25 Herba Pisang-pisangan 0,20 0,58 Pandan-pandanan 1 Herba Tinggi 0,67 Herba Pemanjat 0,20 Herba Rendah 0,26 Paku Terestrial 0,33
Dari Tabel 5. terlihat bahwa tumbuhan dengan batang berkayu memiliki derajat kesamaan jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan tumbuhan batang berair meskipun tidak berbeda nyata. Tumbuhan dengan batang berkayu memiliki derajat kesamaan antara kedua zona sebesar 0,58 sedangkan derajat kesamaan tumbuhan dengan batang berair sebesar 0,53. Nilai ini menunjukkan bahwa vegetasi hutan pada kedua zona ketinggian 58% tumbuhan dengan batang berkayu dan 53% tumbuhan batang berair tersusun dari dari jenis yang sama. Derajat kesamaan komposisi floristik antara kedua zona ketinggian didapat nilai kesamaan 0,56, atau 56% jenis tumbuhan yang tumbuh pada kedua zona merupakan jenis yang sama. Nilai ini menunjukkan bahwa secara umum komposisi floristik pada kedua zona ketinggian relatif sama. Jika dilihat dari Tabel 5. ternyata hanya tumbuhan dari kategori herba yang memiliki nilai indeks kesamaan lebih besar dari 0,50 atau relatif sama pada kedua zona ketinggian. Tumbuhan dengan derajat kesamaan yang ekstrim tampak pada kategori paku tiang dan pandan-pandanan. Paku tiang memiliki derajat kesamaan 0 atau tidak ada jenis paku tiang yang sama tumbuh pada kedua zona ketinggian. Sedangkan pada pandan-pandanan memiliki derajat kesamaan 1 atau pada kedua zona tumbuh jenis pandan- pandanan yang sama.
Keanekaan, Perataan dan Dominansi Hasil penilaian keanekaan, perataan dan dominansi jenis tumbuhan dapat dilihat pada Tabel 6. Penilaian keanekaan dengan menggunakan indeks keanekaan Shannon-Wiener terlihat bahwa secara umum Subzona Submontana memiliki keanekaan jenis yang lebih tinggi dari Subzona Montana, kecuali pada jenis tumbuhan lantai keanekaan jenisnya lebih rendah dibandingkan Subzona Montana. Pada komunitas yang memiliki keanekaan yang lebih tinggi terjadi interaksi jenis yang melibatkan transfer energi (jaring makanan), kompetisi, dan pembagian relung yang secara teoritis lebih kompleks dibandingkan dengan komunitas yang memiliki keanekaan lebih rendah 15 . Keanekaan jenis juga dapat digunakan untuk mengukur stabilitas komunitas 16 . Tingginya nilai indeks keanekaan pada Subzona Submontana dibandingkan Subzona Montana juga dapat diartikan bahwa vegetasi hutan di Subzona Submontana stabilitasnya dalam menghadapi gangguan terhadap komponen-komponen penyusunnya lebih tinggi dibandingkan pada vegetasi di Subzona Montana. Penilaian derajat perataan secara umum menunjukkan Subzona Submontana memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan Subzona Montana kecuali pada kategori tumbuhan lantai hutan. Pada pohon di Subzona Montana, ternyata hanya pohon kategori tiang yang memiliki nilai indeks perataan >0,5 dengan pohon kategori tiang memiliki nilai indeks perataan tertinggi pada kategori pohon. Sedangkan pada Subzona Submontana, pohon kategori pohon dewasa dan tiang yang memiliki nilai indeks perataan >0,5 atau distribusi individu pada tiap jenisnya cenderung merata pada setiap jenisnya. Hal ini menunjukkan bahwa Subzona Submontana memiliki keanekaan yang lebih tinggi karena jumlah jenis penyusunnya lebih banyak dan populasi individu pada setiap jenis penyusunnya cenderung lebih merata. Dengan kata lain hutan hujan tropis pegunungan di Gunung Manglayang vegetasinya cenderung seragam. Indeks dominansi digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya penguasaan populasi satu atau beberapa jenis pada suatu komunitas. Pada Tabel 6. terlihat bahwa jenis pohon kategori dewasa dan anakan serta kategori semak dan herba tinggi terdapat kecenderungan peningkatan dominansi suatu jenis seiring dengan meningkatnya ketinggian tempat. Bahkan pada vegetasi hutan Subzona Montana, kategori semak dan herba tinggi hanya didominasi oleh satu jenis secara mutlak, yaitu oleh jenis Eupatorium odoratum L.f. squarrosum Koster. Pada jenis-jenis pohon di kedua zona ketinggian tampak bahwa derajat keanekaan jenis pohon cenderung semakin menurun dari kategori pohon dewasa, tiang hingga anakan, sedangkan penilaian indeks dominansi menunjukkan nilai yang sebaliknya. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pada proses regenerasi hutan. Dimana pada pohon kategori anakan lebih banyak dikuasai satu atau beberapa jenis anakan pohon dan beberapa jenis pohon kategori dewasa dan tiang tidak ditemukan pada kategori anakan.
Perbandingan Struktur Horizontal Vegetasi pada Kedua Zona Perbandingan INP kedua subzona dapat dilihat pada Tabel 7. Dari Tabel 7. terlihat bahwa untuk kategori pohon dan tiang pada kedua zona ketinggian hanya didominasi oleh dua jenis tumbuhan yaitu Castanopsis argentea dan Schima walichii. Secara relatif dominasi kedua jenis ini terhadap jenis lainnya terlihat lebih tinggi pada Subzona Montana dibandingkan pada Subzona Submontana. Pada kategori anakan jenis yang dominan antara kedua zona ketinggian adalah jenis yang berbeda dan bukanlah jenis-jenis yang dominan pada kategori pohon maupun tiang. Laura diversifolia yang merupakan jenis yang dominan pada subzona Montana memiliki INP yang lebih tinggi secara nyata dibandingkan dengan Acronichia laurifolia yang merupakan jenis anakan yang dominan pada Subzona Submontana. Eupatorium odoratum merupakan satu- satunya jenis semak yang tumbuh pada Subzona Montana. Pada Subzona Submontana jenis Eupatorium odoratum dan Montanoa hibiscifolia merupakan jenis semak yang memiliki kontribusi relatif terbesar dibanding jenis lainnya. Pada lantai hutan, Eupatorium riparium merupakan satu-satunya jenis tumbuhan yang dominan pada kedua zona ketinggian. Eupatorium riparium merupakan tumbuhan lantai yang umum pada ketinggian 1.000-2.400 m dpl 12 .
KESIMPULAN Vegetasi hutan hujan tropis pegunungan di Gunung Manglayang tersusun dari 41 suku, 68 marga dan 99 jenis tumbuhan. Jenis tumbuhan yang dominan pada kategori pohon dewasa adalah Castanopsis argentea, kategori tiang Schima walichii, kategori anakan Pinanga coronata, kategori semak dan herba tinggi adalah Eupatorium odorata, dan pada tumbuhan lantai adalah Eupatorium riparium. Tipe penyebaran seluruh jenis tumbuhan adalah berkelompok. Keanekaan jenis tumbuhan subzona submontana lebih tinggi dibandingkan dengan subzona montana dengan derajat kesamaan jenis 0,56. Terjadi gangguan pada proses regenerasi hutan.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih ditujukan pada Yogi, Fassa, Asep, Yana, Winar, Dani, Ader, Leon, Opik, Ahmad, Roni, Ikin, Dadan, Jojo dan Hikal yang telah banyak membantu dalam melaksanakan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Planologi Kehutanan. 2002. Rekalkulasi Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan dan Areal Penggunaan Lain. Departemen Kahutanan, Jakarta. 2. Collins, M dan Attenborrough, D. 1990. The Last Tropical Rain Forest a world conservation atlas. Oxford University Press, New York. 3. van Steenis , C.G.G.J. 1997. FLORA untuk sekolah di Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta. 4. van Steenis, C.G.G.J. 1972. Mountain Flora of Java. Brill, Leiden. 5. Withmore, T. C. 1984. Tropical Rain Forests of Far East. Clarendon Press, Oxford. 6. Whitten, T et al.,. 1996. The Ecology of Java and Bali. Periplus Editions, Singapore. 7. Aldrich, M. et al.,. 1997. Tropical Montane Cloud Forest: An Urgent Priority for Concervation. WCMC Biodiversity Bulletin No. 2. World Conservation Monitoring Centre, Cambridge. 8. Morrison, J. 2001. Western Java Montane Forest (IM0167). World Wildlife Fund for Nature. www.worldwildlife.org. , 24 Maret 2007. 9. Aldrich, M. et al.,. 2000. Forts Tropicales Montagnardes de Nuages Il Est Temps D Agir. Arborvit. WWF International/ IUCN The World Conservation Union., Gland.
10. Anonimous. 1994. Cibodas to Cibeureum Mountain Gede Pangrango Natural Park Impormation Book. Volume I. Gede Pangrango National Park., Cibodas. 11. Rombang, W. M. dan Rudyanto. 1999. Daerah Penting bagi Burung di Jawa dan Bali. PKA/ Birdlife International Indonesia Programme, Bogor. 12. Bacher, C.A dan Bakhuizen van Den Brink, R.C. 1965. Flora of Java. (Spermatophytes only). Volume II. The Neitherlands: N.V.P. Noodhooff- Groningen. 13. Jacobs, M. 1981. The Last Tropical Rain Forest. a first encounter. Springer- Verlag, Leiden. 14. Ewusie, J.Y. 1990. Ekologi Tropis Membicarakan Alam Tropis, Afrika, Asia-Pasifik dan Dunia Baru. Penerbit ITB, Bandung. 15. Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. edisi ketiga. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 16. Soegianto. A. 1994. Ekologi Kuantitatif. Surabaya: Usaha Nasional.
POTENSI HUTAN TROPIKA INDONESIA SEBAGAI PENYANGGA BAHAN OBAT ALAM UNTUK KESEHATAN BANGSA (The Indonesian Tropical Forest As Buffer of Natural Medicine Product For Nation Healthy