Anda di halaman 1dari 5

TINJAUAN PUSTAKA

1. A. TINJAUAN TEORI
A. 1. Anatomi Payudara
Payudara atau mammae adalah struktur kulit yang dimodifikasi, berglandular pada anterior thorax. Pada perempuan
mengandung unsur untuk mensekresi susu untuk makan bayi.
1. Struktur makroskopis
1) Cauda Axillaris
Cauda Axillaris adalah jaringan payudara yang meluas ke axilla.
2) Areola
Areola adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi dan masing-masing
payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. Areola berwarna merah muda pada wanitayang berkulit coklat, dan warna
tersebut menjadi lebih gelap waktu hamil.
3) Papilla Mammae
Papilla Mammae terletak di pusat areola mammae setinggi iga (costa) keempat. Papilla mamae merupakan suatu
tonjolan dengan panjang kira-kira 6 cm, tersusun atas jaringan erktil berpigmen dan merupakan bangunan yang
sangat peka. Permukaan Papilla Mammae berlubang-lubang berupa ostium papillarre kecil-kecil yang merupakan
muara ductus lactifer.
1. Struktur Mikroskopis
Payudara terutama tersusun atas jaringan kelenjar tetapi juga mengandung sejumlah jarinagn lemak dan ditutupi
oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira 18 lobus yang dipisahkan secara sempurna satu sama lain
oleh lembaran-lembaran jaringan fibrosa.
Setiap lobus tersusun atas bangun sebagai berikut :
1) Alveoli
Alveoli mengandung sel-sel yang menyekresi air susu. Setiap alveolus dilapisi oleh sel-sel yang menyekresi air susu,
disebut acini yang mengekstraksi faktor-faktor dari darah yang penting untuk pembentukan air susu. Di
sekelilingalveolus terdapat sel-sel mioepitel yang kadang disebut sel keranjang, apabila sel ini dirangsang
oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan air susu ke dalam ductus lactifer.
2) Tubulus Lactifer
Tubulus Lactifer merupakan saluran kecil yang berhubungan dengn alveoli.
3) Ductus Lactifer
Ductus Lactifer adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactifer.
4) Ampulla
Ampulla adalah bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang merupakan tempat penyimpanan air
susu. Ampullaterletak di bawah areola.
1. 2. Fisiologi Laktasi
Proses produksi, sekresi dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi. Ketika bayi menghisap payudara, hormon
oksitosin membuat ASI mengalir dari dalam alveoli melalui saluran susu menuju reservoir susu yang berlokasi di
belakang areola, lalu ke dalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja mulai dari bulan ketiga kehamilan, dimana
yubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara (Saleha, 2009).
1. Produksi Air Susu Ibu
Prolaktin merupakan hormon yang disekresi oleh glandula pituitari anterior, penting untuk produksi air susu ibu.
Dalam sirkulasi maternal kadar hormon ini meningkat. Kerja hormon ini dihambat oleh hormon plasenta. Dengan
lepasnya pada akhir proses persalinan, maka kadar estrogen dan progesteron berangsur-angsur turun sampai
tingkat pada dilepaskannya dan diaktifkannya prolaktin (verralls, 1997)
1. Pengeluaran Air Susu
1) Reflek Produksi
Hisapan bayi pada payudara merangsang produksi hormon prolaktin yang akan menyebabkan sel-sel sekretori
danalveoli untuk memproduksi susu yang akan disiapkan dalam lumen. Pembendungan ASI yang terjadi dalam
alveolus akan menyebabkan adanya penekanan pada pembuluh darah, sehingga akan menyebabkan penurunan
prolaktin dalam darah sehingga sekresi ASI berkurang (Mommies, 2006)
Produksi ASI yang rendah adalah akibat dari kurang seringnya menyusui atau memerah payudara, bayi tidak bisa
menghisap secara efektif dan kurangnya gizi ibu. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI antara
lain adalah frekuensi pemberian susu, berat bayi saat lahir, usia kehamilan saat melahirkan, usia ibu dan paritas,
stress dan penyakit akut, merokok, mengkonsumsi alkohol dan penggunaan pil kontrasepsi (Saleha, 2009)
2) Reflek Let Down
Hisapan bayi pada payudara dapat merangsang produksi hormon oksitosin yang akan menyebabkan kontraksi sel
yang terdapat dalam lumen, masuk ke dalam sinus lacteal di daerah areola. Reflek let down ini sangat sensitif
terhadap faktor kejiwaan ibu dan proses produksinya dapat terhambat jika ibu lelah, merasa malu atau tidak pasti.
Produksi ASI akan lancar apabila ibu merasa bangga dan yakin akan kemampuannya menyusui.
Faktor-faktor yang akan meningkatkan reflek let down antara lain : melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium
bayi dan memikirkan untuk menyusui bayi (saleha 2009).
1. 3. Masalah yang Sering Timbul Dalam Masa Laktasi
Masalah yang biasanya timbul dalam pemberian ASI yang disebabkan karena masalah pada payudara antara lain :
puting susu rata, puting susu lecet, bendungan payudara, saluran ASI tersumbat, mastitis dan abses payudara. Dan
masalah yang sering timbul dari faktor bayi antara lain : bayi bingung puting dan enggan menyusu. Sedangkan
masalah lain yang sering timbul adalah adanya sindrom ASI kurang dan ibu bekerja (sarwono, 2005).
1. 4. Engorgement
A. Pengertian
Engorgement yang biasa disebut dengan payudara bengkak disebabkan pengeluaran ASI yang tidak lancar karena
bayi tidak sering menyusu atau terlalu cepat disapih. Dapat pula disebabkan adanya gangguan let down reflex
(Sarwono, 2005).
1. Gejala
Gejala yang biasa muncul bila engorgement terjadi antara lain peyudara terasa penuh, panas, berat dan keras, tidak
terlihat mengkilat, edema atau merah. ASI biasanya mengalir lancar dan kadang-kadang menetes keluar secara
spontan, namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sngat nyeri. Ibu kadang-kadang
menjadi demam, namun biasanya akan hilang dalam 24 jam (Tanaya, 2006).
1. Penyebab
1) Faktor Hormon
Proses pembentukan ASI dan pengeluaran ASI dipengaruhi oleh hormon oksitosin dan hormon prolaktin. Ketika
payudara mulai digunakan untuk menyusui, dibawah areola terdapat saluran yang melebar yang disebut sinus
lactiferus yang berfungsi untuk menampung air susu (Rianto, 2009)
Setelah bayi lahir dan placenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini fungsi dari
hipotalamus yang menghalangi pituitary lactogenic hormone ( prolaktin ) waktu hamil sangat dipengaruhi oleh
estrogen, tidak dikeluarkan lagi dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini
menyebabkan alveolus kelenjarmammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan reflek
yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut
(Sarwono, 2005)
2) Hisapan Bayi
Proses menyusui tergantung 2 reflek (Sarwono,2005), yaitu :
a)Reflek produksi
Hisapan bayi pada payudra merangsang produksi hormon prolaktin yang akan menyebabkan sel-sel sekretori dan
alveoli untuk memproduksi susu yang akan disiapkan dalam lumen
b) Reflek let down
Hisapan bayi pada payudara dapat merangsang produksi hormon oksitosin yang akan menyebabkan kontraksi sel
yang terdapat dalam lumen, masuk ke dalam sinus lacteal di daerah areola. Reflek let down ini sangat sensitif
terhadap faktor kejiwaan ibu dan proses reproduksinya dapat terhambat apabila ibu lelah, merasa malu, atau tidak
pasti. Produksi ASI akan lancar apabila ibu merasa bangga dan yakin akan kemampuannya menyusui.
3) Pengosongan Payudara
Ketika susu mulai masuk menggantikan kolostrum pada hari setelah persalinan, payudara akan menjadi lebih besar,
lebih berat dan lebih empuk karena bertambahnya getah bening dan suplai darah. Pada saat ini akan terjadi
bendungan ASI apabila ibu tidak cukup sering menyusui bayinya dalam jarak waktu yang lama dan jika
menghentikan penyusuan secara mendadak atau payudara tidak dikosongkan secara memadai (Nellson,1995).
Apabila ASI berlebihan sampai keluar memancar, maka sebelum menyusui diusahakan ASI dikeluarkan terlebih
dahulu, untuk menghindari bayi tersedak atau enggan menyusu. Pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan cara :
pengeluaran ASI dengan tangan dan pengeluaran ASI dengan pompa.
4) Cara Menyusui
Menyusui merupakan proses ilmiah dan kadang terlihat amat sangat sederhana, namun bila dilakukan dengan cara
yang salah akan menyebabkan terjadinya puting susu lecet, air susu tidak keluar dengan sempurna sehingga akan
terjadi pembendungan air susu (Inggrid, 2006)
Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui
cara-cara yang sebenarnya, seperti caranya menaruh bayi pada payudara ketika menyusui, hisapan bayi yang
mengakibatkan puting terasa nyeri, dan masih banyak lagi masalah yang lain. Terlebih pada minggu pertama setelah
persalinan seorang ibu lebih peka dalam emosi. Untuk itu seorang ibu butuh seseorang yang dapat membimbingnya
dalam merawat bayi termasuk dalam menyusui. Orang yang dapat membantunya terutama adalah orang yang
berpengaruh besar dalam kehidupannya atau orang yang disegani, seperti suami, keluarga/ kerabat terdekat atau
kelompok kelompok ibu pendukung ASI dan dokter/ tenaga kesehatan (Christine, 2005)
Saat kembali bekerja, usahakan memerah ASI dan kedua belah payudara minimal empat jam sekali sebanyak tiga
kali selama jam kerja (Saleha, 2009).
a)Posisi menyusui
Posisi yang nyaman untuk menyusui sangat penting. Lecet pada puting susu dan payudara merupakan kondisi tidak
normal dalam menyusui, tetapi penyebab lecet yang paling umum adalah posisi dan perlekatan yang tidak benar
pada payudara (Varney, 2007)
1.Posisi Madona ( menggendong )
Bayi berbaring miring, menghadap ibu, kepala, leher, punggung atas bayi diletakkan pada lengan bawah lateral
payudara. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.
2. Posisi Menggendong menyilang
Bayi berbaring miring, menghadap ibu. Kepala, leher dan punggung atas bayi diletakkan pada telapak kontralateral
dan sepanjang lengan bawahnya. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.
3. Posisi football (atau mengempit)
Bayi berbaring miring atau punggung melingkar antara lengan dan samping dada ibu. Lengan bawah dan tangan ibu
menyangga bayi. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara.
4. Posisi Berbaring Miring
Ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Posisi ini merupakan posisi paling nyaman bagi ibu yang menjalani
penyembuhan setelah melahirkan secara secsio sesaria (Murkoff, 2002 )
b) Lama dan frekuensi menyusui
Rentang frekuensi menyusui yang optimal adalah antara 8-12x setiap hari. Tetapi sebaiknya menyusui bayi tanpa
dijadwal (on demand), karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusi bayinya jika bayi
menangis bukan karena sebab lain (kencing, digigit semut/ nyamuk, BAB ) atau ibu sudah merasa ingin menyusui
bayinya.
Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong
dalam waktu 2 jam ( Inggrid, 2006 ).
Untuk menjaga keseimbangan kedua payudara diusahakan sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI tetap
baik. Setiap menyusui dimulai dari payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu
mengunakan BH yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.
c. Pencegahan dan Penanganan Engorgement
Sekitar hari ketiga setelah melahirkan, sering kali payudara terasa penuh, tegang dan nyeri. Kondisi ini disebabkan
karena adanya bendungan pada pembuluh getah bening. Ini merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi.
Jika keadaan ini berlanjut, maka kulit payudara akan tampak lebih mengkilat dan sering ibu sampai mengalami
demam (Suradi 2008 )
1) Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya engorgement apabila memungkinkan, susukan ASI pada bayi segera setelah lahir
dengan posisi yang benar, menyusui bayi tanpa jadwal, keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi ASI
melebihi kebutuhan bayi, melakukan perawatan payudara pasca melahirkan ( postpartum ) secara teratur serta ibu
merasa yakin akan kemampuannya menyusui bayinya dan memberikan ASI pada bayinya.
2) Pentalaksanaan
Mempersiapkan alat (2 buah kom sedang masing-masing diisi dengan air hangat dan dingin, 2 buah waslap, 2 buah
handuk, minyak kelapa/baby oil secukupnya dan kapas)
1. Memberitahu ibu bahwa akan melakukan perawatan pada payudara ibu
2. Meminta ibu untuk melepas pakaian atas dan duduk tegak di kursi
3. Mengenakan satu handuk melintang di bawah payudara
4. Mencuci tangan, lalu menuangkan minyak ke kedua belah telapak tangan secukupnya.
5. Melakukan masasse ringan dengan telapak tangan dari pangkal ke arah areola
6. Menekan areola dengan ibu jari pada sekitar areola bagian atas dan jari telunjuk pada sisi areola yang lain.
7. Mengompres dengan air hangat untuk mengurangi stasis pada pembuluh darah dan mengurangi rasa nyeri,
dilakukan selang-seling dengan kompres dingin untuk melancarkan aliran darah payudara
8. Mengeringkan payudara dengan handuk
9. Merapikan ibu dan membantu ibu memakai pakaian
10. Membereskan alat dan mencuci tangan
Apabila bayi belum menyusui dengan baik atau kelenjar kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna maka akan
terjadi engorgement ( Hamilton, 1999 )
Macklin, 1988 dan Subekti, 2005 mengatakan bahwa pasangan yang bekerja cenderung melakukan pembagian
tugas tugas kewanitaan tradisional daripada melakukan pembagian tugas tugas keluarga dimana salah satu
pasangan atau keduanya bekerja, khususnya dalam bidang perawatan anak.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya kesibukan keluarga dalam pekerjaan akan
menurunkan tingkat perawatan dan perhatian dalam keluarga, maka dengan adanya kesibukan menurunkan tingkat
perawatan dan perhatian ibu dalam melakukan perawatan payudara sehingga akan cenderung mengakibatkan
terjadinya peningkatan angka kejadian kasus engorgement.
Kebutuhan yang harus dipenuhi oleh ibu nifas, antara lain ( Saleha, 2009) :
a) Kebutuhan Fisik
1. Istirahat cukup
2. Makan makanan yang bergizi
3. Sering menghirup udara segar
4. Lingkungan yang bersih
b) Kebutuhan Psikologi
Stress setelah melahirkan dapat distabilkan dari dukungan keluarga yang menunjukkan rasa simpati, mengakui dan
menghargai ibu.
c) Kebutuhan Sosial
Adanya informasi konkret yang sangat berharga dari ibu ibu yang berpengalaman sehingga ibu ibu yang kurang
atau tidak berpengalaman dapat meniru tindakan ibu yang dianggap baik.
d) Dukungan Psikososial

Anda mungkin juga menyukai