PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses persalinan identik dengan rasa nyeri yang akan dijalani.
Secara fisiologis nyeri terjadi ketika otot-otot rahim berkontraksi sebagai
upaya membuka servik dan mendorong kepala bayi kearah panggul. Nyeri
pada persalinan kala I merupakan proses fisiologis yang disebabkan oleh
proses dilatasi servik, hipoksia otot uterus saat kontraksi, iskemia korpus
uteri dan peregangan segmen bawah rahim dan kompresi saraf di servik
(Bandiyah, 2009,).
Nyeri persalinan dapat menimbulkan stres yang menyebabkan
pelepasan hormon yang berlebihan seperti katekolamin dan steroid.
Hormon ini dapat menyebabkan terjadinya ketegangan otot polos dan
vasokonstriksi pembuluh darah. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan
kontraksi uterus, penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengurangan aliran
darah dan oksigen ke uterus, serta timbulnya iskemia uterus yang
membuat impuls nyeri bertambah banyak (Sumarah, 2009).
Bonica (1995) dalam penelitiannya terhadap 2.700 parturien di 121
pusat obstetri dari 36 negara menemukan bahwa hanya 15% persalinan
yang berlangsung tanpa nyeri atau nyeri ringan, 35% persalinan disertai
nyeri sedang, 30% persalinan disertai nyeri hebat dan 20% persalinan
disertai nyeri yang sangat hebat.
Ada dua cara penanggulangan nyeri persalinan, yaitu noninvasif
dengan
hydrotherapy,
massage
therapy,aromatherapy,
herbal
alami yang muncul. Teknik yang dapat digunakan antara lain : vokalisasi
atau mendengarkan bunyi-bunyian untuk menurunkan ketegangan,
relaksasi dengan bantuan imajiner (Imagenery-Assisted relaxation (IAR),
dan visualisasi untuk mengarahkan wanita berfikir positif, kompres panas
diperineum, pijata perineum, mandi siram hangat atau mandi selama
bersalin, dan mendengarjan musik santai serta cahaya yang temaram
(Bobak, 2005).