Anda di halaman 1dari 11

FREKUENSI HOPING DI GSM

Frekuensi Hopping (FH) adalah teknik dimana frekuensi yang digunakan oleh sepasang base
station dan mobile station diubah pada interval waktu yang teratur. Setiap burst dalam physical
channel akan ditransmisikan pada frekuensi carrier yang berbeda dalam tiap frame TDMA, dan
tiap frame TDMA akan ditransmisikan pada frekuensi yang berbeda.
Namun perlu diingat ada logical channel yang tidak dihopping yaitu kanal BCCH (Broadcast
Control Channel), FCH (Frequency Correction Channel), dan SCH (Synchronization Channel)
karena kanal ini harus selalu dipancarkan dengan daya maksimum disebabkan merupakan
signalling utama.

Parameter FH :

1. MA (Mobile Allocation) = merupakan sekumpulan daftar frekuensi tertentu yang digunakan
dalam hopping sequence. Sekelompok MS ditentukan oleh sebuah MA.

2. MAI (Mobile Allocation Index) = index pertukaran yang diperoleh dari algoritma FH yang
menunjukkan frekuensiaktif hopping dari daftar MA. MAI dikalkulasi oleh BTS dan MS
menggunakan HSN, MAIO, dan frame number yang ada.

3. MAIO (Mobile Allocation Index Offset) = suatu frekuensi offset dalam MA dan berfungsi
untuk menunjukkan pada frekuensi mana dalam MA FH tu dimulai. MAIO digunakan untuk
menjamin bahwa tiap TCH menggunakan frekuensi berbeda selama proses hopping.

4 Hopping Group = sekumpulan timeslot (RSTL) yang menggunakan MA dan HSN yang sama
dalam suatu sel.

5. HSN (Hopping Sequence Number) = berfungsi untuk menentukan bagaimana sistem
pseudorandom akan mulai hopping. Tiap TCH yang berpindah ke frekuensi baru dalam MA,
berdasarkan nomor HSNnya. HSN memberikan nomor algoritma untuk mengkalkulasi frekuensi
yang akan digunakan untuk mentransmisikan TCH berikutnya dalam MA. Algoritma yang ada
sampai dengan 63 algoritma HSN (jenis cyclic = 0 dan random = 1 s.d 63).

6. MAIO Step = parameter pilihan untuk meningkatkan kualitas pembagian daftar MA yang
diperoleh dengan MAIO offset.





METODE HOPPING :

FH pada BSS dapat diimplementasikan menggunakan teknik Baseband Hopping (BB-FH) dan
Synthesized Hopping (SFH).

1. BB-FH , pada baseband semua transceiver beroperasi pada frekuensi yang tetap. FH
dihasilkan dengan menswitch burst data baseband secara terus menerus di antara bagian radio
TRX/TRU baik uplink maupun downlink. Kekurangannya dalam BB-FH adalah jumlah
frekuensi hop yang terbatas pada jumlah TRX/TRU.

2. SFH , dengan SFH semua transceiver terkecuali BCCH TRX-1, diset untuk mengubah
frekuensinya frame per frame sesuai hopping sequence. Jumlah loncatan frekuensi yang melalui
channel radio tidak terbatas oleh hardware yang digunakan, namun jumlahnya terbatas pada MA
yang dialokasian berapa tergantung jatah dari tiap operator. Oleh karena itu hopping sequence
dapat mengikutsertakan lebih banyak frekuensi pada TRX dalam suatu sel.

Frekuensi hopping, sebagaimana banyak aplikasi teknologi dalam bidang komunikasi dan
informasi, dipelopori oleh pihak militer. Teknik frekuensi hopping ini merupakan pengembangan
dari teknologi spread spectrum yang dieksplorasi dengan lebih intensif oleh militer AS.
Berbedanya, dan ini pantas diancungi jempol, teknologi ini dimatangkan oleh seorang wanita
yang luar biasa. Bukan sembarang perempuan: sang jenius, Hedy Lamarr, pada waktu itu
dianggap sebagai salah satu perempuan yang paling cantik sedunia. Bukan kebetulan belaka:
sebelum menggagas ide aplikasi teknologi spread spectrum untuk kepentingan militer AS, pada
awal Perang Dunia II, Hedy Lamarr telah duluan menjadi seorang artis Hollywood yang
terkenal.
Frekuensi hopping, sebagaimana yang diindikasikan oleh namanya, menunjukkan aktifitas
pancaran sinyal multi frekuensi, hal mana berbeda pada sistem konvensional yaitu satu saluran
komunikasi hanya bisa dilakukan pada satu frekuensi secara konsisten. Pihak militer yang sangat
bergantung pada komunikasi radio untuk koordinasi dan konsolidasi dan tujuan strategis lainnya
harus mencari cara agar komunikasi mereka tidak terdeteksi oleh pihak musuh. Pada saluran
frekuensi konvensional, pihak lawan lebih mudah mengintai komunikasi tersebut jika berhasil
mengendus kanal frekuensi yang digunakan.
Demi mencegah seteru dengan mudah menelik percakapan, biasanya komunikasi diacak dengan
menggunakan sandi. Pengintaian oleh pihak musuh akan bertambah sulit lagi jika teknologi
spread spectrum digunakan sebab kanal frekuensi beragam terpancar dan selalu berganti-ganti
dalam waktu singkat. Selain itu, dengan disebarkannya kanal frekuensi pada spektrum yang
cukup lebar akan membuatnya lebih mumpuni terhadap interferensi dan pelemahan sinyal yang
disebabkan oleh fading atau gangguan alam lainnya.
Jelas harga yang harus dibayar oleh keuntungan dari teknologi spread spectrum ini adalah pita
spektrum yang lebar untuk melakukan perpindahan multi kanal, meskipun spektrum satu kanal
frekuensi yang terpakai pada satu titik waktu itu sendiri jauh lebih kecil dibandingkan lebar total
pita spektrum tersebut. Pada waktu itu, Perang Dunia II, tentu saja masih banyak alokasi
frekuensi kosong yang bisa dipakai. Dan pasti, demi kepentingan nasional, militer bisa
mengosongkan alokasi spektrum frekuensi manapun yang mereka butuhkan.
Belakangan, sistem komunikasi GSM mengadopsi salah satu ragam teknik spread spectrum ini
yakni synthesiser frequency hopping disingkat SFH, atau sering juga disebut slow frequency
hopping untuk membedakannya dengan fast frequency hopping yang digunakan pada CDMA.
Yang jelas, operator GSM mengadopsi frekuensi hopping bukan sebagai salah satu strategi agar
frekuensinya tidak terdeteksi oleh para operator pesaing, melainkan kemampuan SFH dalam
menjamin performansi komunikasi radio secara keseluruhan dalam hal ketahanan terhadap
interferensi dan pelemahan sinyal dan juga kehandalan keamanan komunikasi, sebagaimana
kasusnya juga pada pihak militer.
Pada GSM, SFH termungkinkan sepanjang rasio antara total lebar spektrum kanal frekuensi yang
akan hopping dan lebar spektrum frekuensi yang dipunyai operator secara keseluruhan
mencukupi; mengingat tidak semua alokasi frekuensi operator akan disiapkan untuk frekuensi
hopping. GSM umumnya mengenal kanal-kanal frekuensi yang digunakan untuk hopping dan
yang non hopping, yang dikenal sebagai kanal BCCH. Kanal hopping biasanya aktif hanya
ketika terjadi percakapan pelanggan; sedangkan kanal BCCH akan terus memancar 24 jam non
stop. Maka, harus ada keseimbangan antara jumlah kanal hopping dan kanal BCCH sebab
masing-masing kategori kanal frekuensi ini menyumbang pada key performance indicator, KPI,
jaringan. Jika kanal hopping terlalu banyak dan BCCH sedikit maka akan sulit bagi pelanggan
untuk bisa tersambung ke jaringan atau bahkan untuk memulai panggilan. Sebaliknya, jika
terlalu sedikit kanal frekuensi yang hopping maka kualitas percakapan pelanggan juga akan
sangat terpengaruh.
Untuk memahami dengan lebih jelas cara bekerjanya SFH pada GSM, pengertian akan sistem
akses komunikasi serentak (multiple access system) yang digunakan oleh GSM perlu dibahas
dulu.
Teknik Multiple Access GSM
Multiple access memaksudkan teknik yang dipakai oleh suatu sistem komunikasi sehingga
banyak pengguna bisa mengakses suatu sistem komunikasi secara serentak. Bisa juga
memaksudkan caranya suatu saluran komunikasi radio diadakan sehingga satu sistem
komunikasi massal yang independen bisa terjadi.
Ada beragam teknik multiple access yang digunakan, entah melalui frekuensi (FDMA, frequency
division multiple access), waktu (TDMA, time division multiple access) atau pengkodean
(CDMA, code division multiple access). Umumnya, teknik-teknik ini lahir dari perkembangan
teknologi komunikasi itu sendiri. Pada FDMA, para pengguna komunikasi akan memiliki
frekuensi yang berbeda ketika mereka mengakses sistem komunikasi pada waktu yang
bersamaan. Contoh sistem radio yang menggunakan sistem akses serentak ini adalah stasiun-
stasiun radio komersial yang beroperasi pada frekuensi-frekuensi berbeda. Pada TDMA, saluran
komunikasi masing-masing pengguna dibedakan melalui suatu time slot, meskipun frekuensi
yang dipancarkan tetap sama; Lazimnya, sistem ini hanya bisa terwujudkan melalui teknologi
digital. Pada CDMA masing-masing pengguna dibedakan melalui suatu kode ortogonal (unik)
meskipun para pengguna semuanya menggunakan frekuensi yang sama. (Lihat Gambar 1).
Seiring makin majunya teknologi, sistem akses ini bisa dikombinasikan untuk menghasilkan
suatu sistem akses hibrid, seperti yang terjadi pada sistem komunikasi GSM yang merupakan
gabungan antara FDMA dan TDMA. Pada sistem akses hibrid FDMA-TDMA ini, para pengguna
dialokasikan frekuensi akses yang berbeda-beda namun dalam tiap frekuensi tersebut masih
dimungkinkan tambahan beberapa pengguna lagi untuk mengakses sistem melalui delay waktu
atau time slot tertentu (lihat Gambar 1, TDMA).

Gambar 1: Tiga teknik multiple access dasar: FDMA, TDMA & CDMA
=====================================================

Ada berbagai teknik tersedia sehingga pengguna komunikasi bisa mengakses suatu sistem
komunikasi secara serentak, atau sering disebut sebagai teknik multiple access. Tiga teknik dasar
yang paling dikenal adalah FDMA, TDM dan CDMA.

Pada FDMA, masing-masing pengguna akan mengakses sistem dengan frekuensi mereka
masing-masing, yang ditunjukkan oleh warna yang berbeda pada Gambar 1. Tidak ada
pembagian lanjutan lagi melalui waktu, karena frekuensi akan dipakai secara ekslusif oleh
masing-masing pengguna.
Pada TDMA, frekuensi kini tidak lagi secara ekslusif dipakai oleh hanya satu pengguna, seperti
yang ditunjukkan oleh warna yang berbeda pada sumbu t (waktu). Jika merujuk pada Gambar 1,
untuk TDMA, satu frekuensi kini dipakai oleh tiga pengguna yang berbeda (merah, biru dan
kuning). Pada Gambar ditunjukkan empat frekuensi yang memakai teknik multiple access
TDMA. Jika dibandingkan dengan FDMA, time slot masing-masing pengguna pada TDMA
lebih singkat. Selain itu, pada bagian ini, karena ada empat frekuensi, maka ini juga merupakan
teknik hibrid antara FDMA (empat frekuensi) dan TDMA (delapan time slot)
Pada CDMA, seluruh pita spektrum akan terpakai, sehingga hanya satu frekuensi yang
operasional; masing-masing pengguna kini akan dibedakan melalui kode mereka masing-masing
yang unik. Pada Gambar 1, kode berwarna biru, kuning dan merah. Jika dibandingkan dengan
dua teknik sebelumnya, CDMA memiliki pita spektrum yang lebih lebar tetapi power/daya
pancar yang lebih rendah per pengguna.
=====================================================
Bagaimana kondisi ini bisa diwujudkan? Nah, lebar spektrum tiap kanal frekuensi GSM adalah
200 kHz (FDMA), masing-masing kanal ini selanjutnya dibagi lagi menjadi 8 time slot (TDMA)
yang digabung menjadi satu frame waktu yang berdurasi 4.615 mili detik sehingga durasi dari
masing-masing time slot tersebut adalah 4.615/8 mili detik atau sekitar 577 mikro detik (Lilhat
Gambar 2). Pada GSM, singkatnya, dengan adanya penggabungan multiple access ini, satu kanal
frekuensi bisa menampung delapan pengguna dalam waktu yang bersamaan. Bandingkan dengan
teknologi FDMA analog yang mana satu frekuensi hanya untuk satu pengguna. Jadi bisa terlihat
teknik akses hibrid ini meningkatkan kapasitas sebanyak delapan kali lipat.

Gambar 2: Pembagian kanal frekuensi dan time slot pada GSM
Seperti dijelaskan sebelumnya, pada GSM, frekuensi hopping berfungsi ketika ada percakapan
yang dilakukan pengguna. Frekuensi hopping menjadi tidak aktif ketika pelanggan dalam
keadaan idle, yaitu ketika sedang tidak melakukan panggilan atau ketika sedang menerima
panggilan tapi tidak ada aktifitas suara yang terdeteksi.
Pertanyaannya, pada waktu frekuensi lain, dalam suatu kelompok hopping, tiba gilirannya untuk
memancar bagaimana dengan pengguna-pengguna yang bisa saja menempati timeslot-timeslot
tertentu pada frekuensi sebelumnya? Pengguna-pengguna ini akan diambil alih oleh frekuensi
berikutnya, dan kalau bisa menempati posisi time slot mereka pada frekuensi sebelumnya,
sehingga tidak ada satu percakapan pelangganpun yang teputus. Selain itu, yang sama benarnya,
tidak ada tambahan percakapan atau kapasitas dari transfer tersebut kecuali memang trafik yang
sudah ada sebelumnya.
Selanjutnya, bagaimana cara bekerjanya SFH sehingga semua pergantian frekuensi ini bisa
berlangsung mulus dan juga pengaturan sehingga frekuensi hopping ini tidak menimbulkan
masalah yang sudah jelas terlihat yakni interferensi yang diakibatkan penggunaan kelompok
frekuensi hopping yang sama pada sebagian besar jaringan? Kuncinya ada pada parameter-
parameter yang mengatur kelompok frekuensi hopping tersebut, urutan loncatan frekuensi dan
juga pola loncatan frekuensi yang harus ditaati sehingga interferensi bisa diminimalkan.
Parameter-Parameter SFH
Hopping atau pergantian frekuensi pada SFH dilakukan per frame bukannya per time slot,
meskipun dalam GSM time slot adalah ukuran satu medium fisik komunikasi. Dengan demikian,
jumlah pergantian frekuensi per detik pada SFH dapat diketahui dengan pembagian durasi satu
time frame GSM -4.615 mili detik- sehingga pergantian frekuensi akan terjadi kurang lebih 217
((1/4.615) x 1000) kali dalam satu detik. Jika ada 10 kanal frekuensi yang dipakai untuk hopping
maka idealnya dalam satu detik masing-masing frekuensi tersebut akan kebagian 21.7 kali untuk
memancar.
Mobile Allocation List
Oleh karena SFH hanya aktif disaat terjadi percakapan pengguna, maka kanal-kanal frekuensi
yang dipakai untuk hopping ini disebut kanal trafik atau TCH channel. Biasanya, kanal-kanal
trafik ini dikelompokkan dalam satu group yang disebut sebagai daftar MAL (Mobile Allocation
List). Daftar MAL ini memperjelas kanal-kanal frekuensi mana yang akan melakukan hopping
dan yang mana tidak. Kanal-kanal yang tidak melakukan hopping akan masuk dalam group
BCCH atau BCCH channel. Kanal BCCH akan tetap memancar meskipun pelanggan tidak
melakukan atau menerima panggilan, sehingga handphone pelanggan tetap terhubung ke
jaringan operator.
Perhatikan, unit-unit radio yang telah dialokasikan sebagai unit-unit radio untuk frekuensi
hopping biasanya akan memakai satu daftar MAL yang sama saat memancar dalam satu sektor
BTS atau bahkan dalam satu BTS jika alokasi frekuensi operator sedikit.
Seberapa banyak kanal frekuensi yang bisa dimasukkan dalam daftar MAL? Tidak ada aturan
yang kaku. Tetapi biasanya tergantung pada: 1) lebar spektrum operator, 2) hopping load factor
yang diinginkan dan 3) spesifikasi teknis dari peralatan radio.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, lebar spektrum operator biasanya akan membatasi seberapa
banyak kanal frekuensi yang bisa tersedia untuk hopping; sebab selain kanal-kanal hopping, juga
harus ada kanal-kanal untuk BCCH. Sehingga nantinya rasio akan diatur antara jumlah alokasi
kanal BCCH dan juga jumlah alokasi kanal hopping.
Jika rasio yang tepat telah ditetapkan dan jumlah persisnya kanal hopping telah diketahui, maka
gampang untuk menentukan jumlah maksimum unit radio yang bisa terpasang, dan dengan
demikian potensi trafik yang bisa diakomodasi. Namun patut diperhatikan, hal itu tidak berarti
bahwa jumlah kapasitas trafiknya akan berbanding lurus dengan jumlah total kanal frekuensi
yang dipakai untuk hopping. Tidak, karena besarnya trafik akan ditentukan oleh banyaknya unit
radio terpasang, dan jumlah unit radio yang bisa terpasang dalam satu sektor BTS ditentukan
oleh apa yang disebut sebagai hopping load factor. Load factor mendiktekan bahwa untuk
menjamin kualitas percakapan yang baik, jumlah maksimum unit radio (TRX) pada satu sektor
BTS yang menggunakan satu daftar MAL haruslah setengah dari total jumlah kanal frekuensi
yang masuk pada daftar MAL tersebut. Ini untuk mencegah degradasi kualitas yang disebabkan
oleh interferensi dari kanal frekuensi yang bersebelahan (adjacent frequency interference).
Sehingga, idealnya, rasio load factor antara jumlah unit radio yang akan dipakai untuk hopping
dan jumlah total kanal frekuensi pada daftar MAL haruslah lebih kecil dari 0,5. Jelaslah, jumlah
total kanal frekuensi pada suatu daftar MAL akan membatasi jumlah total unit radio yang bisa
terpasang pada satu BTS, dan dengan demikian kapasitas trafik.
Selain itu, spesifikasi teknis dari suatu pabrikan BTS bisa jadi membatasi banyaknya kanal
frekuensi yang bisa dimasukkan dalam satu daftar MAL. Misalnya, ada pabrikan BTS yang
hanya membolehkan 12 kanal frekuensi saja dalam satu daftar MAL. Yang lain mungkin
mengijinkan hingga di atas 30 kanal tapi dengan syarat yang semakin ketat seperti selisih antara
nomor kanal frekuensi teringgi dan terendah pada daftar MAL tersebut memenuhi persyaratan
tertentu.
Mobile Allocation Index Offset
Jika semua unit radio dalam satu sektor BTS hanya menggunakan satu daftar MAL yang sama,
bukankah hal itu akan menyebabkan rentannya terjadi interferensi karena frekuensi-frekuensi
yang sama itu akan saling bertabrakan? Dan jika daftar MAL yang sama ini dipakai lagi pada
sektor BTS yang lain -untuk operator yang hanya memiliki alokasi spektrum yang kecil,
kemungkinan hanya satu daftar MAL yang digunakan pada keseluruhan jaringan, atau
katakanlah tiga daftar MAL untuk operator dengan spektrum yang lebar- Bukankah hal ini akan
memperbesar tingkat interferensi?
Tepat sekali. Maka untuk mencegah hal itu terjadi, pada daftar MAL yang ada digunakan suatu
offset yang disebut MAIO, Mobile Allocation Index Offset. MAIO ini akan mengatur kanal
frekuensi mana dalam daftar MAL yang harus memancar duluan. Jadi MAIO mengatur urutan
pancaran kanal frekuensi. Untuk mencegah interferensi, biasanya MAIO akan mengatur sehingga
tidak akan pernah ada unit-unit radio yang memancar bersamaan -jika trafiknya penuh maka
semua unit radio dalam satu sektor BTS ini akan memancar- dengan nomor kanal frekuensi yang
sama atau bersebelahan. (Lihat Gambar 3). Ini tujuan akhir MAIO: mencegah terjadinya
interferensi baik dengan nomor kanal yang sama (co-channel interference) maupun bersebelahan
(adjacent channel interference) dengan mengatur urutan pancaran frekuensi.

Gambar 3 : Contoh Daftar MAL dan MAIO

Pada Gambar 3 diberikan contoh daftar MAL dengan jumlah kanal frekuensi 22 per sektor BTS.
Sektor 1 kanal frekuensi 787 sampai 808, sektor 2 kanal frekuensi 809 sampai 830 sedangkan
sektor 3 kanal frekuensi 589 sampai 610. Dengan jumlah kanal frekuensi sebanyak ini, jumlah
efektif unit radio atau TRX yang bisa terpasang adalah 12 unit radio. Perhatikan, perhitungan
dimulai dengan TRX II karena TRX I biasanya dialokasikan untuk TRX BCCH yang tidak
hopping dan oleh karena itu tidak menggunakan daftar MAL yang ada.

MAIO adalah urutan loncatan frekuensi, dan biasanya ditandai dengan posisi masing-masing
kanal frekuensi pada daftar MAL. Perhatikan bahwa posisi frekuensi-frekuensi pada daftar MAL
dimulai dengan 0 dan berakhir dengan 21. pada sektor 1, MAIO 0 sama dengan kanal frekuensi
nomor 787 sedangkan MAIO 20 sama dengan kanal frekuensi nomor 807. Jadi kanal frekuensi
yang akan memancar duluan pada TRX II di sektor 1 adalah kanal frekuensi nomor 787, 789
untuk TRX III, 797 untuk TRX IV dan seterusnya sampai TRX XII. Hal yang sama juga berlaku
untuk sektor 2 dan sektor 3. Dengan pengaturan semacam ini tidak ada frekuensi dengan nomor
yang sama atau bersebelahan yang memancar bersamaan sehingga co-channel atau adjacent
interference bisa dihindari.
Akan tetapi MAIO hanya efektif meminimalkan co-channel dan adjacent ineterference dalam
satu BTS. BTS-BTS yang lain dalam satu jaringan akan memakai daftar MAL dan MAIO yang
sama sehingga kemungkinan interferensi antar BTS bisa terjadi.
Di sinilah HSN memainkan perannya. Dengan HSN, pola loncatan dari daftar MAL akan
berbeda-beda. Seluruhnya ada 64 set pola yang bisa dipakai. Dengan menggunakan pola HSN
yang berbeda tiap BTS akan meminimalkan resiko daftar MAL yang saling bertabrakan.
Pada contoh daftar MAL di atas untuk sektor 1 yang memakai frekuensi 787-808, frekuensi yang
pertama memancar untuk TRX II adalah 787 frekuensi selanjutnya yang akan menggantikannya
akan menjadi urusan HSN untuk membereskannya. Bisa saja, setelah 787, 790 kemudian 792,
lalu balik lagi 788, dsb, tergantung set pola HSN.
=====================================================
Hopping Sequence Number (HSN)
Namun, jika diamati, meskipun MAIO telah mengatur sehingga tidak akan ada unit radio dalam
satu sektor BTS, dalam waktu bersamaan, memancar dengan nomor kanal frekuensi yang sama
atau dengan nomor kanal yang bersebelahan, bagaimana menghindari hal tersebut antar BTS?
Sebab besar kemungkinannya, BTS-BTS tetangga akan menggunakana daftar MAL yang sama
dan juga MAIO yang sama. Memang, interferensi bisa dicegah dalam satu BTS tetapi bagaimana
dengan BTS-BTS lain dalam satu jaringan?
Untuk mencegah hal ini dipakai satu parameter lain yang disebut HSN, hopping sequence
number. Apabila MAIO mengatur urutan pancaran frekuensi dalam suatu daftar MAL maka
HSN mengatur pola pancaran frekuensi dalam suatu daftar MAL. Andaikan pola loncatannya
tidak diatur, urutan yang sama akan dipakai oleh BTS tetangga sehingga pasti akan terjadi
interferensi. Tugas MAIO berhenti ketika urutan pancar telah diketahui. Namun pertanyaan
selanjutnya adalah, frekuensi berikut mana, dalam satu daftar MAL, yang akan memancar dari
satu unit radio berhubung MAIO hanya menunjuk kanal frekuensi pertama yang harus
memancar. Nah, HSN-lah yang akan membereskan hal tersebut. Parameter ini akan
mengarahkan, misalnya, setelah kanal frekuensi nomor 1 memancar, kanal frekuensi nomor 4,
kemudian kanal frekuensi nomor 2, kemudian kanal frekuensi nomor 7, dan seterusnya.
HSN ada dua macam, yakni HSN acak (random HSN) dan HSN cyclic, yang memiliki pola
loncatan yang jelas. Dalam GSM tersedia 64 pola HSN yang bisa dipakai yang diberi nomor 0-
63. HSN cyclic hanya menggunakan HSN number 0 sedangkan 1-63 untuk random. Untuk HSN
cyclic atau 0 karena pola loncatannya jelas, rentetan pancaran frekuensinya dapat diprediksi.
Tetapi tidak demikian kasusnya pada HSN random, yang bergantung sepenuhnya pada random
number yang di-generate oleh prosesor. Karena menggunakan random number maka angka 1-63
juga akan menjadi seed number untuk menghasilkan pola loncatan yang acak.
Kesimpulannya, MAIO dan HSN sama-sama meminimalkan tabrakan frekuensi pada daftar
MAL. MAIO meminimalkan interferensi dalam satu BTS dengan mengatur urutan pancaran
frekuensi sedangkan HSN meminimalkan interferensi antar BTS dengan mengatur pola pancaran
frekuensi. Dengan demikian, dalam satu BTS yang menggunakan daftar MAL yang sama,
MAIO-nya akan berbeda per unit radio namun HSN-nya sama. Tapi, untuk BTS yang berbeda,
HSN-nya juga harus berbeda; jika tidak, BTS-BTS yang memiliki HSN yang sama itu akan
memiliki pola loncatan yang sama dan dengan demikian frekuensi-frekuensi pada daftar MAL
akan bertabrakan. Oleh karena itu, biasanya, seorang planner akan menempatkan site-site dengan
nomor HSN yang sama sejauh mungkin.
Dengan adanya daftar MAL, MAIO dan HSN kini menjadi jelas kanal-kanal frekuensi mana
yang hanya akan dipakai untuk hopping; MAIO dan HSN akan mengatur urutan dan pola
loncatan kanal-kanal frekuensi dalam daftar MAL tersebut agar interferensi dapat diminimalkan,
baik dalam satu BTS maupun dengan BTS-BTS lainnya dalam satu jaringan.
Akhirnya, bisa dikatakan bahwa pemahaman yang menyeluruh mengenai cara bekerjanya SFH
akan menghasilkan perencanaan parameter-parameter SFH yang lebih maksimal. Perencanaan
yang maksimal akan menghasilkan output berupa kualitas layanan yang lebih bersaing pula,
yang ujung-ujungnya meningkatkan loyalitas pelanggan dan dengan demikian pendapatan
operator.
******

Anda mungkin juga menyukai