(1)
Jika nilai baku mutu Lij memiliki rentang, maka :
- untuk Ci < Lij rata-rata digunakan Persamaan (2).
(
(2)
- untuk Ci > Lij rata-rata digunakan Persamaan (3).
(
(3)
Jika dua nilai (C
i
/L
ij
) berdekatan dengan nilai acuan 1,0, misal C
1
/L
1j
= 0,9 dan C
2
/L
2j
=
1,1 atau perbedaan yang sangat besar, misal C
3
/L
3j
= 5,0 dan C
4
/L
4j
= 10,0. Dalam contoh
ini tingkat kerusakan badan air sulit ditentukan. Cara untuk mengatasi kesulitan ini
adalah:
(1) Penggunaan nilai (C
i
/L
ij
)hasil pengukuran kalau nilai ini lebih kecil dari 1,0.
(2) Penggunaan nilai (C
i
/L
ij
)baru jika nilai (C
i
/L
ij
)hasil pengukuran lebih besar dari 1,0
dengan perhitungan nilai (Ci/Lij)baru dapat dilihat pada Persamaan (4).
(
) (
) (4)
P merupakan konstanta dan nilainya ditentukan dengan bebas dan disesuaikan
dengan hasil pengamatan lingkungan dan atau persyaratan yang dikehendaki untuk
suatu peruntukan (biasanya digunakan nilai 5).
3. Menentukan nilai rata-rata dan nilai maksimum dari keseluruhan C
i
/L
ij
((C
i
/L
ij
)R dan
(C
i
/L
ij
)M).
4. Menentukan harga PIj atau IP dengan Persamaan (5).
(5)
Klasifikasi kriteria kualitas air dengan metode IP dapat dilihat pada Tabel 2.
4
Tabel 2 Klasifikasi kriteria kualitas air dengan metode IPA (KepMenLH No. 115 Th. 2003)
Penentuan Status Kualitas Air dengan Metode STORET
Penentuan status mutu badan air dengan metode STORET dilakukan dengan cara
berikut:
1. Lakukan pengumpulan data kualitas air secara periodik sehingga membentuk data dari
waktu ke waktu.
2. Bandingkan data hasil pengukuran dengan baku mutu yang sesuai dengan kelas air
3. Jika hasil pengukuran memenuhi baku mutu air maka diberi skor 0
4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi baku mutu air maka diberi skor:
Tabel 3 Skor untuk metode STORET
Sample quantity Value
Parameters
Physics Chemical Biology
< 10 Maximum -1 -2 -3
Minimum -1 -2 -3
Average -3 -6 -9
10 Maximum -2 -4 -6
Minimum -2 -4 -6
Average -6 -12 -18
5. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya dari
jumlah skor yang didapat dengan menggunakan kriteria dari US-EPA (Environmental
Protection Agency) menjadi 4 status :
Status A : baik sekali, skor = 0 memenuhi baku mutu
Status B : baik, skor = -1 s.d -10 cemar ringan
Status C : sedang, skor = -11 s.d -30 cemar sedang
Status D : buruk, skor -31 cemar berat
PEMBAHASAN
Hasil Pengukuran Parameter
Sampel air yang diambil di keenam titik diuji 7 parameter yaitu temperatur, pH, DO,
nitrat, ortofosfat, kekeruhan dan COD. Hasil dari pengujian lapangan dan laboratorium dapat
dilihat pada Gambar 1 sampai Gambar 7.
Pada Gambar 1 dapat dilihat nilai temperatur cenderung naik dari titik 1 menuju titik
6. Hal ini wajar karena lokasi titik 1 menuju 6 terdapat perbedaan ketinggian. Untuk pH nilai
berkisar di nilai 7 atau netral dari titik 1 sampai titik 6.
Nilai DO mengalami penurunan dari titik 1 menuju titik 6. Penurunan drastis terjadi
antara titik 3 dan titik 4. Jika dilihat dari lokasinya, titik 3 menuju titik 4 adalah daerah mulai
memasuki tengah kota sampai daerah tengah kota yang kepadatan penduduk dan aktivitas
manusianya meningkat. Kemudian dari titik 4 menuju titik 6 terlihat adanya peningkatan nilai
5
DO. Hal ini kemungkinan karena seiring penurunan kepadatan penduduk dan aktivitas
manusia karena lokasi sungai makin mendekati batas kota.
Gambar 1 Temperatur Gambar 2 pH
Gambar 3 DO Gambar 4 COD
Jika dibandingkan dengan nilai COD, maka terdapat korelasi yaitu saat nilai DO
tinggi maka nilai COD rendah dan begitu pula sebaliknya. Pada grafik dapat dilihat bahwa
nilai COD naik dari titik 1 menuju titik 5, dan sedikit mengalami penurunan dari titik 5 ke
titik 6.
Kadar fosfat dan nitrat menunjukan banyaknya unsur hara yang masuk ke perairan.
Keberadaan unsur hara ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan alga. Pada Gambar 5
dapat dilihat konsentrasi nitrat cenderung meningkat dari titik 1 menuju titik 6. Dan pada
Gambar 6 dapat dilihat konsentrasi fosfat juga cenderung meningkat dari titik 1 sampai titik
4 dengan peningkatan drastis antara titik 3 dan 4. Kemudian konsentrasi fosfat menurun dari
titik 4 menuju titik 6. Namun konsentrasi fosfat pada titik 5 dan 6 masih cenderung lebih
tinggi dibanding titik 1 sampai 3.
0
5
10
15
20
25
30
Stasiun
1
Stasiun
2
Stasiun
3
Stasiun
4
Stasiun
5
Stasiun
6
Sampling
ke-1
Sampling
ke-2
Sampling
ke-3
Sampling
ke-4
Sampling
ke-5
Temperatur (
0
C)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Stasiun
1
Stasiun
2
Stasiun
3
Stasiun
4
Stasiun
5
Stasiun
6
Sampling
ke - 1
Sampling
ke - 2
Sampling
ke - 3
Sampling
ke - 4
Sampling
ke - 5
pH
0
1
2
3
4
5
6
7
8
titik 1 titik 2 titik 3 titik 4 titik 5 titik 6
Sampling
ke-1
Sampling
ke-2
Sampling
ke-3
Sampling
ke-4
Sampling
ke-5
DO (mg/L)
0
20
40
60
80
100
120
140
titik 1 titik 2 titik 3 titik 4 titik 5 titik 6
Sampling
ke-1
Sampling
ke-2
Sampling
ke-3
Sampling
ke-4
COD (mg/L)
6
Gambar 5 Nitrat Gambar 6 Fosfat
Gambar 7 Kekeruhan
Pada Gambar 7 dapat diihat bahwa kekeruhan cenderung meningkat dari titik 1
menuju titik 6. Pada sampling pertama, terdapat peningkatan drastis kekeruhan di titik 5
sampai sekitar 500 NTU. Kekeruhan yang meningkat di sepanjang aliran sungai disebabkan
oleh terbawanya tanah oleh gerusan serta buangan yang masuk ke dalam sungai.
Perhitungan Nilai Indeks STORET dan IP
Setelah semua hasil pengukuran parameter yang diperlukan sudah didapatkan, hasil
pengukuran parameter digunakan untuk kalkulasi metode STORET dan indeks pencemaran
sesuai yang dijabarkan pada bagian metodologi. Pada perhitungan STORET dan IP, baku
mutu air yang digunakan adalah lampiran PP no 82 tahun 2001 yang terdiri atas 4 kelas air
baku. Hasil pengukuran parameter dan perhitungan indeks STORET dapat dilihat pada Tabel
4.
Perubahan nilai indeks STORET di sepanjang aliran digambarkan pada Gambar 8.
Semakin rendah nilai indeksnya artinya semakin tercemar badan air tersebut. Nilai indeks
terkecil terdapat di titik 4 dengan nilai berkisar pada angka -20 pada baku mutu air kelas I
dengan kategori tercemar sedang.
0
2
4
6
8
10
12
14
titik 1 titik 2 titik 3 titik 4 titik 5 titik 6
samplin
g ke-1
samplin
g ke-2
samplin
g ke-3
samplin
g ke-4
Nitrat (mg/L)
0
2
4
6
8
10
12
titik 1 titik 2 titik 3 titik 4 titik 5 titik 6
sampling
ke-1
sampling
ke-2
sampling
ke-3
sampling
ke-4
Fosfat(mg/L)
0
100
200
300
400
500
600
titik 1 titik 2 titik 3 titik 4 titik 5 titik 6
Sampling
ke-1
Sampling
ke-2
Sampling
ke-3
Sampling
ke-4
Kekeruhan (NTU)
7
Tabel 4 Hasil perhitungan indeks STORET
Lokasi
Nilai Indeks STORET
Baku
mutu air
kelas I
Kategori
Baku
mutu air
kelas II
Kategori
Baku
mutu air
kelas III
Kategori
Baku
mutu air
kelas IV
Kategori
titik 1 -10 cemar ringan -8 cemar ringan -6 cemar ringan 0
memenuhi baku
mutu
titik 2 -12 cemar sedang -10 cemar ringan -8 cemar ringan 0
memenuhi baku
mutu
titik 3 -16 cemar sedang -10 cemar ringan -8 cemar ringan 0
memenuhi baku
mutu
titik 4 -20 cemar sedang -18 cemar sedang -16 cemar sedang -4 cemar ringan
titik 5 -18 cemar sedang -16 cemar sedang -12 cemar sedang -4 cemar ringan
titik 6 -18 cemar sedang -16 cemar sedang -14 cemar sedang -4 cemar ringan
Gambar 8 Nilai indes STORET sepanjang aliran sungai Cihampelas
Dari nilai indeks STORET dapat disimpulkan bahwa sungai cihampelas hanya dapat
memenuhi kualitas air kelas IV dari titik 1 sampai titik 3 sehingga pemanfaatan air sungai
secara langsung adalah untuk pertamanan. Sedangkan di titik4 sampai 6 kondisi badan air
tercemar ringan untuk baku mutu air kelas IV sampai tercemar sedang untuk baku mutu air
kelas I sehingga untuk pemanfaatan memerlukan pengolahan terlebih dahulu untuk mencapai
baku mutu sesuai peruntukannya. Hasil perhitungan dengan metode indeks pencemaran dapat
dilihat pada Tabel 5.
Perubahan nilai indeks pencemaran di sepanjang aliran sungai Cihampelas dapat
dilihat pada Gambar 9. Semakin besar nilai indeksnya artinya badan air semakin tercemar.
Nilai IP terendah berkisar pada angka 6 dengan kategori tercemar sedang untuk baku mutu air
kelas I.
Hasil dari perhitungan IP menunjukan perbedaan dengan STORET yaitu sungai
cihampelas memenuhi baku mutu air kelas IV dari titik 1 sampai titik 6 atau hampir
sepanjang alirannya jika dilihat dari pemilihan lokasi sampling. Perbedaan ini kemungkinan
disebabkan perbedaan cara mengolah data, pada STORET data yang digunakan harus berupa
data time series untuk setiap parameter, sedangkan pada IP data yang digunakan adalah data
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
0 1 2 3 4 5 6 7
nilai indeks STORET
BMA kelas I
nilai indeks STORET
BMA kelas II
nilai indeks STORET
BMA kelas III
nilai indeks STORET
BMA kelas IV
Keterangan :
0 = memenuhi baku mutu
-1 s/d -10 = cemar ringan
-10 s/d -30 = cemar sedang
< -30 = cemar berat
N
i
l
a
i
i
n
d
e
k
s
S
T
O
R
E
T
titik sampling
8
per pemantauan. Namun, pada dasarnya kedua metode ini tidak dapat dibandingkan secara
langsung karena kebutuhan data yang berbeda pada kedua metode dan cara perhitungan yang
berbeda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui status kualitas air suatu
sungai dengan kondisi data pemantauan yang minim dari segi frekuensi samplingnya, dapat
digunakan metode Indeks Pencemaran Air.
Tabel 5 Hasil perhitungan IP
Lokasi waktu
Nilai indeks pencemaran
Baku mutu
air kelas I
kategori
Baku mutu
air kelas II
Kategori
Baku mutu
air kelas III
Kategori
Baku mutu
air kelas IV
Kategori
titik 1 12/05/2013 3,794940652 cemar ringan 3,735282677 cemar ringan 1,210850599 cemar ringan 0,329022088
memenuhi
baku mutu
titik 1 19/05/2013 4,486307104 cemar ringan 4,441913742 cemar ringan 1,936133917 cemar ringan 0,318356883
memenuhi
baku mutu
titik 2 12/05/2013 4,451985344 cemar ringan 4,399523793 cemar ringan 1,882363272 cemar ringan 0,315767989
memenuhi
baku mutu
titik 2 19/05/2013 4,8117389 cemar ringan 4,761012344 cemar ringan 2,241996538 cemar ringan 0,390158595
memenuhi
baku mutu
titik 3 12/05/2013 4,878374036 cemar ringan 4,821669705 cemar ringan 2,291478713 cemar ringan 0,443282188
memenuhi
baku mutu
titik 3 19/05/2013 4,864708778 cemar ringan 4,824755803 cemar ringan 2,313696069 cemar ringan 0,409917718
memenuhi
baku mutu
titik 4 12/05/2013 5,930973634 cemar sedang 5,841049618 cemar sedang 3,312552678 cemar ringan 0,71376633
memenuhi
baku mutu
titik 4 19/05/2013 6,03441033 cemar sedang 5,953468342 cemar sedang 3,404083077 cemar ringan 0,845119216
memenuhi
baku mutu
titik 5 12/05/2013 5,430883812 cemar sedang 5,357899282 cemar sedang 2,823284709 cemar ringan 0,559618878
memenuhi
baku mutu
titik 5 19/05/2013 5,420953052 cemar sedang 5,345074652 cemar sedang 2,81139775 cemar ringan 0,719282913
memenuhi
baku mutu
titik 6 12/05/2013 4,849834687 cemar ringan 4,764065152 cemar ringan 2,226323303 cemar ringan 0,384717716
memenuhi
baku mutu
titik 6 19/05/2013 5,738738732 cemar sedang 5,659926423 cemar sedang 3,116426805 cemar ringan 0,670479053
memenuhi
baku mutu
Gambar 9 Nilai IP sepanjang aliran sungai Cihampelas
Dari kedua metode evaluasi status badan air yang digunakan dapat dilihat bahwa tren
status mutu badan air sepanjang aliran sungai dari keduanya mirip. Pencemaran meningkat
dari titik 1 ke arah hilir dan mengalami pencemaran terbesar di sekitar titik 4. Dari titik 4
sampai titik 6 tingkat pencemaran mengalami penurunan. Kenaikan tingkat pencemaran dari
titik 1 ke titik 4 dapat berhubungan dengan perubahan dari wilayah pinggiran kota menuju
Titik sampling
9
wilayah tengah kota yang kepadatan penduduknya meningkat sehingga aktifitas manusia juga
meningkat seperti adanya pasar dan pabrik. Kemudian dari titik 4 menuju titik 6 terjadi
penurunan tingkat pencemaran karena perubahan dari wilayah tengah kota menuju pinggiran
kota yang kepadatannya berkurang. Sehingga dari kedua indeks kualitas air yang digunakan
dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pencemaran pada sungai cihampelas saat
memasuki wilayah kota dan tingkat pencemaran menurun saat meninggalkan wilayah kota.
KESIMPULAN
Dengan menggunakan metode STORET, kondisi sungai untuk baku mutu kelas II dan
III adalah tercemar ringan di segmen Cilengkrang (titik 1) sampai Palasari (titik 3), dan
tercemar sedang untuk segmen Cipadung Kulon (titik 4) sampai Cisaranten Kidul (titik 6).
Sedangkan untuk baku mutu air kelas I sungai tergolong tercemar ringan di segmen
Cilengkrang (titik 1) dan tercemar sedang dari segmen Cisurupan (titik 2) sampai Cisaranten
Kidul(titik 6). Sungai cihampelas dapat memenuhi baku mutu air baku kelas IV dari segmen
Cilengkrang (titik 1) sampai Palasari (titik 3). Sedangkan dari Cipadung Kulon (titik 4)
sampai Cisaranten Kidul(titik 6) sungai cihampelas tergolong cemar ringan untuk golongan
air baku kelas IV.
Dengan metode IP, sungai cihampelas memenuhi baku mutu baku mutu air kelas IV
disemua segmen sampel air diambil. Untuk baku mutu air baku kelas III sungai cihampelas
tergolong tercemar ringan untuk semua segmen. Kemudian untuk baku mutu air baku kelas I
dan II, titik 1 sampai 3 tergolong tercemar ringan, titik 4,5 tergolong tercemar sedang, dan
titik 6 satu kali tergolong tercemar ringan dan satu kali tercemar sedang.
Dari kedua metode indeks kualitas air terdapat kesamaan pola perubahan nilai indeks
yaitu Tingkat pencemaran meningkat dari titik 1 sampai titik 4, tingkat pencemaran terbesar
di sekitar titik 4. Dari titik 4 sampai titik 6 tingkat pencemaran mulai menurun. Jika dilihat
dari lokasi masing masing titik, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pencemaran
pada sungai cihampelas saat memasuki wilayah kota dan tingkat pencemaran menurun saat
meninggalkan wilayah kota.
DAFTAR PUSTAKA
Bharti N,Katyal.D. 2011. Water quality indices used for surface water vulnerability
assessment. International Journal Of Environmental Sciences Volume 2, No 1, 2011
Glfem Bakan, Hlya Bke zko, Sevtap Tlek, and Hseyin Cce. 2010. Integrated
Environmental Quality Assessment of Kzlrmak River and its Coastal Environment.
Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences 10: 453-462 (2010)
Pesce, S.F., and Wunderlin, D.A. 2000. Use of Water quality indices to verify the impact of
Cordoba City (Argentino) on Suquia River. Water Research, 34: 2915-2926.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 tahun 2003 tentang pedoman
penentuan status mutu air
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air
APHA.1998.Standard method for examination of water and waste water
Alaerts G. Metode penelitian air.1984.usaha nasional: surabaya