1. Bagaimana hubungan pengobatan calcium cystein, lentokalin, iontoforesis dan imunisasi
dengan perjalanan penyakit katarak?
a. Calcium cystein Pada mata normal terdapat enzim protease di lensa yang berfungsi dalam autoproteolisis protein di lensa. Hal ini berperan dalam proses pembentukan beberapa jenis katarak salah satunya katarak selenite. Di lensa tikus terdapat enzim protease terbanyak yaitu cystein protease contohnya Calpain. Hal ini sama seperti lensa pada umumnya di manusia. Pada penelitian yang dilakukan pada tikus dengan menggunakan E64 yaitu inhibitor calcium cystein terbukti menghambat pembentukan kekeruhan pada lensa dengan mengurangi autolisis protein di lensa mata yang akan menghasilkan protein yang insoluble serta menghambat terjadi katarak selenit dengan menghambat influx Calcium ke dalam lensa mata dimana salah satu fungsi Calcium cystein adalah influx Ca ke dalam lensa mata sehingga mengurangi pembentukan selenite di lensa. Saat ini agen yang dapat digunakan di pasar yaitu calpeptin (carbobenzoxy-leu-nleu-H)27 and carbobenzoxy-valphe-H28. b. Iontoforesis Strategi untuk memberikan obat ke segmen posterior termasuk administrasi sistemik, modifikasi retinal barier, dan pengiriman obat lokal (termasuk transcorneal, transscleral, dan intravitreal). Baru-baru ini, pengobatan topikal baru telah muncul untuk pengobatan penyakit mata posterior. Iontophoresis, juxtascleral, dan intravitreal rute dapat digunakan untuk mencapai tingkat terapeutik di segmen posterior mata. Iontophoresis adalah suatu proses dimana ion atau molekul dalam larutan yang ingin diterapkan pada permukaan tubuh, dimasukkan ke dalam sel dan jaringan dengan menggunakan arus listrik. Metode ini memiliki beberapa aplikasi dalam oftalmologi, seperti untuk mencapai tingkat terapeutik obat dalam segmen anterior dan posterior mata untuk pengobatan penyakit seperti keratitis, uveitis, katarak dan endophthalmitis. Transcorneal dan iontophoresis trans - scleral antibakteri, antijamur, anti - inflamasi, dan agen antiangiogenetic juga telah dilaporkan penggunaannya. Menurut penelitian sebelumnya, saat ini diterapkan pada kornea pasien dengan iontophoresis tidak boleh melebihi 3 mA untuk jangka waktu 2 minutes. Beberapa variabel, termasuk muatan molekul, berat molekul obat, dan kelarutan lipid, sangat penting dalam meningkatkan penetrasi obat terionisasi ke dalam jaringan selama iontophoresis. Variabel penting lainnya adalah kerapatan arus, durasi prosedur, dan konsentrasi obat dalam solution tersebut. Iontophoresis menembus ke lapisan yang lebih dalam dan dapat meningkatkan jumlah molekul dalam jaringan permukaan mata. Pada pasien katarak penggunaan teknik iontoforesis lebih kepada mempermudah aplikasi pengobatan dan vitamin dosis tinggi yang memperlambat perjalan katarak senilis. c. Imunisasi Imunisasi disini bertujuan untuk memperbaiki gangguan metabolisme lensa sehingga dapat memperlambat terjadinya katarak. Inhibitor reduktase aldosa, yang dipercaya dapat menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam mencegah katarak gula pada hewan. Sorbitol dalam lensa akan menarik cairan ke dalam lensa sehingga menimbulkan katarak seperti pada teori hidrasi. Obat anticataract lain yang sedang diselidiki termasuk agen penurun sorbitol, aspirin, agen glutathione, dan vitamin antioksidan C dan E.
Keluarga Mulai Mencoba Mengubah Perilaku Hidup Menjadi Perilaku Hidup Sehat Dan Pasien Juga Berjanji Untuk Meminum Obat Serta Melakukan Kontrol Rutin Setiap Bulannya