Anda di halaman 1dari 5

Jar penyangga gigi

Ginggiva
Maxila
Sutura intermaksilaris
- Disebut juga sutura palatina mediana
- Dalam radiografik tampak garis radiolusen tipis diantara regio I1 RA. Ka
dang-kadang tampak menyerupai garis fraktur
- Sutura ini dimulai dari batas alveolar crest diantara I1 RA ke spina nasalis
anterior dan berlanjut sampai ke posterior (palatum)
- Muncul pada radiografi periapikal intraoral sebagai radiolusen tipis. Garis di
garis tengah antara dua bagian dari premaksila (Gbr. 1).

(Gambar 1).
Sutura intermaksilaris (tanda panah) muncul sebagai
curving radiolusen di garis tengah rahang atas.

Spina Nasalis Anterior
- Tulang yang terletak 1,5
2 cm di atas alveolar crest geligi insisif sentral RA, biasanya
sedikit di bawah sambungan batas inferior nasal septum dan nasal fossa
- Tampak radiopak menyerupai huruf V terbalik.
- Spina nasalis anterior paling sering ditunjukkan pada radiografi periapikal dari
gigi seri tengah rahang atas (Gambar 2).

(Gambar 2.)
Terlihat radiopaq, proyeksi berbentuk V.
- Terletak di garis tengah, terletak sekitar 1,5 sampai 2 cm di atas puncak
alveolar, biasanya pada atau tepat di bawah persimpangan akhir inferior nasal
septum dan nasal fossa.
- Tampak radiopak karena komposisi tulang dan biasanya V-berbentuk.

Fossa Nasalis
- Kavitas yang terletak sedikit si atasm rongga mulut
- Fossa ini tampak radiolusen karena dipenuhi udara, dibatasi dinding radio
pak bilateral dimulai dari dasar spina nasalis anterior sampai posterior mandibu
la. Tampak jelas pada radiografi periapikal regio I1 RA
- Pada radiografi periapikal regio C dan posterior RA dapat terlihat superimpose
dengan sinus maksilaris sehingga sukit dibedakan.
- Karena nasal fossa berisi udara (rongga) terletak tepat di atas rongga mulut,
gambar radiolusen dapat terlihat pada radiografi intraoral gigi rahang atas,
terutama dalam proyeksi gigi insisivus sentralis. Pada radiografi periapikal dari
gigi seri batas inferior fossa muncul sebagai garis radiopak memperluas
bilateral menjauh dari dasar tulang nasal spinalis anterior (Gambar 3).

(Gambar 3).
Fossa muncul sebagai garis radiopak memperluas bilateral menjauh dari dasar
tulang nasal spinalis anterior.

Foramen Insisivus
- Disebut juga foramen nasopalatina/foramen palatina anterior karena merupakan
terminal oral dari kanalis nasopalatina
- Foramen Insisivus pada rahang atas adalah ujung mulut dari kanal naso
palatine.
- Dalam radiografik tampak bulatan radiolusen, biasanya terletak diantara akar ge
ligi insisif sentral RA kirakira 1/3 apikal, tetapi gambaran bentuk, ukuran, letak
dan ketajamannya sangat bervariasi bergantung pada sudut penyinaran dan vari
asi anatomi individu.
- Kadangkadang gambaran foramen ini bergeser mendekati apikal gigi sehin
gga dapat dikelirukan dengan kelainan periapikal (abses/kista/granuloma) Fora
men Superior dari Kanalis Nasopalatina.
- Kanalis nasopalatina berasal dari 2 foramen pada dasar cavum nasi dari masing
masing septum nasi sampai batas anteroinferior bertemu di bagian medial
menjadi foramen insisivus.
- Tampak jelas pada proyeksi oklusal anterior atau periapikal I1 RA denga
n sudut penyinaran lebih vertikal berupa 2 bulatan radiolusen diatas apikal
I1 RA pada dasar cavum nasi.
- Gambar radiografi yang biasanya diproyeksikan antara akar dan di wilayah
tengah dan pertiga apikal gigi seri tengah (Gambar 4).

(Gambar 4).
Foramen Insisivus muncul sebagai radiolusen berbentuk bulat telur (tanda
panah) antara akar gigi seri tengah.

Sinus Maksilaris
- Sinus maksilaris merupakan sinus paranasal yang terbesar. Sinus paranasal
merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsikan karena
bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu.
- Secara anatomis, oral dan sinus adalah dua bagian yang dekat namun terpisah
satu dengan yang lain. Sinus berbentuk ruangan kosong yang terletak di bawah
orbita kiri dan kanan. Bagian medial dari sinus dibatasi oleh dinding lateral dari
rongga hidung dan bagian dasar dibatasi oleh tulang alveolar rahang atas yaitu
tempat dimana gigi-gigi berada. Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari
anatomi sinus maksilaris adalah dasar sinus yang sangat berdekatan dengan
akar gigi rahang atas, yaitu apeks premolar (P 1 dan P2) dan molar (M1 dan
M2) kiri dan kanan.
Beberapa fungsi sinus maksilaris antara lain:
1. Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning). Sinus berfungsi sebagai
ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur kelembaban udara inspirasi.
memberikan kesan bahwa satu atau lebih akar menonjol ke dalam sinus.
2. Sebagai penahan suhu (thermal insulator). Sinus berfungsi sebagai penahan
(buffer) panas, melindungi orbita dan fossa selebri dari suhu rongga hidung
yang berubah-ubah.
3. Membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka.
4. Membantu resonansi (kualitas) suara.
5. Sebagai peredam perubahan tekanan udara yang besar dan mendadak,
misalnya pada waktu bersin.
6. Membantu produksi mukus yang efektif untuk membersihkan partikel yang
turut masuk dengan udara inspirasi.
7. Mengandung saraf olfaktori yang mempunyai reseptor penciuman.
- Radiografi panoramik dapat digunakan sebagai sarana pemeriksaan mengenai
hubungan antara sinus maksilaris dan gigi rahang atas. Gambaran radiografi
panoramik dari sinus maksilaris adalah radiolusen. Pada area apeks premolar
dan molar rahang atas. Dasar sinus terdiri dari tulang kortikal yang terlihat
seperti garis yang radiopak. Perluasan dasar sinus maksilaris yang berukuran
kecil biasanya meluas dari premolar kedua sampai molar kedua. Bila sinus
besar bisa terlihat dari kaninus atau premolar pertama sampai lebih dari molar
ketiga rahang atas. (White SC et al, 2009)

Anda mungkin juga menyukai