Disadur dari:
Stuart C. White & Michael J. Pharoah Oral Radiologi Principles and Interpretation
2014, 7: 136 -142.
Mahasiswa Mahasiswa
Dosen Pembimbing:
1. MAKSILA
1.1 SUTURA INTERMAKSILA
Intermaxillary suture atau sutura intermaksila juga disebut sutura median yang
terlihat pada radiografi periapikal intraoral seperti garis radiolusen tipis di garis
tengah antara dua bagian premaksila (gambar 1). Garis ini memanjang dari puncak
alveolar di antara gigi insisivus sentral ke arah superior melalui tulang hidung
anterior dan berlanjut ke arah posterior di antara prosessus palatum rahang atas
hingga ke aspek posterior palatum keras. Hal ini bukan sesuatu yang aneh apabila
sutura intermaksila yang sempit dan radiolusen berakhir di puncak alveolar yang
dalam perbesaran terlihat dengan bentuk bulat atau bentuk V (gambar 2). Sutura ini
dibatasi oleh dua garis batas radiopak tulang kortikal tipis di setiap sisi rahang atas.
Daerah radiolusen biasanya memiliki lebar yang sama. Batas kortikal yang
berdekatan mungkin halus atau sedikit tidak teratur. Gambaran sutura intermaksila
tergantung pada variabilitas anatomi dan angulasi sinar x-ray yang melalui jahitan
intermaksila.
Gambar 1. Sutura intermaksila (tanda panah) tampak sebagai radiolusen yang
melengkung di garis tengah rahang atas
Gambar 2. Sutura intermaksila dapat berakhir dengan pelebaran berbentuk V pada puncak
alveolar yang dimana merupakan bentuk variasi namum tergolong normal dan
berbeda dengan kehilangan tulang dalam penyakit periodontal
Gambar 3. Tulang hidung anterior terlihat sebagai proyeksi buram (opak), tidak
beraturan atau berbentuk V dari dasar lubang hidung di garis tengah (tanda panah)
Gambar 4. Dasar anterior dari lubang hidung (tanda panah) terlihat seperti garis opak
yang memanjang ke arah lateral dari tulang belakang hidung anterior
Gambar 5. Septum hidung (panah hitam) terletak tepat di atas tulang belakang hidung
anterior dan ditutupi oleh mukosa di setiap sisinya (panah putih)
Rongga hidung berisi bayangan buram dari konka inferior yang memanjang
dari dinding lateral kanan dan kiri dengan jarak yang bervariasi ke arah septum. Konka
ini mengisi bagian lateral rongga dalam jumlah yang bervariasi (gambar 6). Dasar
lubang hidung dan segmen kecil dari rongga hidung terkadang terlihat tinggi pada
radiografi rahang atas (gambar 7).
Gambar 6. Mukosa yang menutup konka inferior (tanda panah) terkadang dapat terlihat
secara visual di dalam rongga hidung
Gambar 7. Dasar lubang hidung (tanda panah) sering kali terlihat memanjang ke arah posterior
dari tulang belakang hidung anterior di atas gigi insisivus lateral dan gigi taring rahang atas
Selain itu, di daerah rahang atas posterior, dasar rongga hidung dapat terlihat di
daerah sinus maksilaris. Tidak mungkin untuk melihat bagian ini hanya dari satu
radiografi karena terdapat 2 struktur yang bertumpang tindih di depan atau di belakang
struktur lainnya, namun dapat disimpulkan dengan melihat ciri-ciri anatomis dan
relasinya. Hal ini dapat memberikan kesan yang keliru mengenai septum pada sinus atau
dinding sinus superior yang membatasinya (gambar 8).
Gambar 8. Dasar lubang hidung (tanda panah) meluas ke posterior, bertumpang tindih di atas
sinus maksilaris
1.4 FORAMEN INSISIVUS
Foramen insisivus (disebut juga foramen nasopalatina atau foramen palatina
anterior) di rahang atas adalah ujung rongga mulut dari saluran nasopalatina. Kanal ini
berasal dari dasar anterior fossa hidung. Foramen insisivus menghantarkan pembuluh
darah dan saraf (yang berperan dalam persarafan gigi insisivus sentral rahang atas) dan
terletak di garis tengah langit-langit mulut di belakang gigi insisivus sentral di sekitar
pertemuan antara sutura median palatina dan insisivus.
Gambar 9. Foramen insisivus terlihat seperti radiolusen bulat diantara akar dari gigi insisivus sentral
Gambar 10. Saluran Nasopalatina. A. Dinding lateral kanal nasopalatina (tanda panah) memanjang
dari foramen insisivus ke dasar fosa nasal. B. Hasil CBCT pada bidang sagital menunjukkan
foramina superior di dasar fosa nasal, batas anterior dan posterior kanal, dan foramen
insisivus
yang membuka ke jaringan keras. C. Hasil CBCT pada bidang aksial yang setinggi dengan
foramen insisivus menunjukkan batas anterior dan lateral dari kanal insisivus yang terletak
di
palatal akar gigi insisivus yang terlihat pada potongan melintang
Kanal nasopalatina berasal dari dua foramina di dasar rongga hidung. Awalan
dari kanal ini berada di setiap sisi septum hidung, dekat dengan batas anteroinferior
rongga hidung, dan setiap kanal melewati bagian anterior dan medial untuk bersatu
dengan kanal dari sisi lain pada awalan yang sama, yaitu foramen insisivus
(nasopalatina). Foramina superior dari kanal terkadang muncul pada proyeksi gigi
insisivus maksila, terutama apabila sudut vertikal yang digunakan berlebihan (gambar
11). Foramina ini biasanya berbentuk bulat atau oval, walaupun dapat membentuk garis
yang berbeda-beda, tergantung dari sudut proyeksi.
Gambar 11. Foramina superior dari kanal nasopalatina terlihat tepat di sebelah septum hidung dan di
berada belakang tulang belakang hidung