Anda di halaman 1dari 10

ANATOMI INTRAORAL

Disadur dari:
Stuart C. White & Michael J. Pharoah Oral Radiologi Principles and Interpretation
2014, 7: 136 -142.

Mahasiswa Mahasiswa

Fadli Al Habib Natasya Indah


Surya
230631091 230631073

Dosen Pembimbing:

drg. Maria Novita Helen Sitanggang, M.DSc


NIP. 197911052012122001

DEPARTEMEN RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
MEDAN 2023
Penegakkan diagnosa penyakit dengan radiografi membutuhkan pengetahuan
mengenai struktur dan anatomis gigi yang normal. Sebagian besar pasien menunjukkan
banyak tampilan radiografi yang normal, namum tidak menunjukkan semuanya. Tidak ada
kelainan belum tentu dapat dikatakan normal tanpa interpretasi yang mendalam.

1. MAKSILA
1.1 SUTURA INTERMAKSILA
Intermaxillary suture atau sutura intermaksila juga disebut sutura median yang
terlihat pada radiografi periapikal intraoral seperti garis radiolusen tipis di garis
tengah antara dua bagian premaksila (gambar 1). Garis ini memanjang dari puncak
alveolar di antara gigi insisivus sentral ke arah superior melalui tulang hidung
anterior dan berlanjut ke arah posterior di antara prosessus palatum rahang atas
hingga ke aspek posterior palatum keras. Hal ini bukan sesuatu yang aneh apabila
sutura intermaksila yang sempit dan radiolusen berakhir di puncak alveolar yang
dalam perbesaran terlihat dengan bentuk bulat atau bentuk V (gambar 2). Sutura ini
dibatasi oleh dua garis batas radiopak tulang kortikal tipis di setiap sisi rahang atas.
Daerah radiolusen biasanya memiliki lebar yang sama. Batas kortikal yang
berdekatan mungkin halus atau sedikit tidak teratur. Gambaran sutura intermaksila
tergantung pada variabilitas anatomi dan angulasi sinar x-ray yang melalui jahitan
intermaksila.
Gambar 1. Sutura intermaksila (tanda panah) tampak sebagai radiolusen yang
melengkung di garis tengah rahang atas

Gambar 2. Sutura intermaksila dapat berakhir dengan pelebaran berbentuk V pada puncak
alveolar yang dimana merupakan bentuk variasi namum tergolong normal dan
berbeda dengan kehilangan tulang dalam penyakit periodontal

1.2 TULANG HIDUNG ANTERIOR


Tulang hidung anterior paling sering terlihat pada radiografi periapikal gigi
insisivus sentral rahang atas (gambar 3). Terletak di garis tengah, sekitar 1,5 sampai 2
cm di atas puncak alveolar yang berada pada atau tepat dibawah persimpangan ujung
inferior septum hidung dan garis inferior lubang hidung. Tulang hidung anterior
berbentuk radiopak karena komposisi tulangnya dan berbentuk V.

Gambar 3. Tulang hidung anterior terlihat sebagai proyeksi buram (opak), tidak
beraturan atau berbentuk V dari dasar lubang hidung di garis tengah (tanda panah)

1.3 LUBANG HIDUNG


Nassal aperture atau lubang hidung merupakan rongga yang berisi udara dan
terletak tepat di atas rongga mulut. Gambarannya berupa radiolusen yang dapat
terlihat pada radiografi intraoral gigi rahang atas terutama pada gigi insisivus sentral.
Pada radiografi periapikal gigi insisivus, batas inferior aperture fossa tampak
seperti garis radiopak yang memanjang secara bilateral membentang sepanjang dasar
tulang belakang hidung anterior (gambar 4). Di atas garis radiopak ini adalah ruang
radiolusen dari bagian inferior rongga. Jika dalam pembuatan radiografi sinar x-ray
diarahkan pada bidang sagital, septum hidung akan terlihat radiopak pada garis
tengah dari tulang belakang hidung anterior (gambar 5). Bayangan septum
mungkin tampak lebih lebar dari yang seharusnya dan tidak tergambar dengan
tajam karena superimposisi tulang rawan septum dan tulang vomer. Selain itu,
septum juga sering terlihat sedikit menyimpang dari garis tengah, dan
melengkung pada lempengan tulangnya (vomer).

Gambar 4. Dasar anterior dari lubang hidung (tanda panah) terlihat seperti garis opak
yang memanjang ke arah lateral dari tulang belakang hidung anterior
Gambar 5. Septum hidung (panah hitam) terletak tepat di atas tulang belakang hidung
anterior dan ditutupi oleh mukosa di setiap sisinya (panah putih)

Rongga hidung berisi bayangan buram dari konka inferior yang memanjang
dari dinding lateral kanan dan kiri dengan jarak yang bervariasi ke arah septum. Konka
ini mengisi bagian lateral rongga dalam jumlah yang bervariasi (gambar 6). Dasar
lubang hidung dan segmen kecil dari rongga hidung terkadang terlihat tinggi pada
radiografi rahang atas (gambar 7).

Gambar 6. Mukosa yang menutup konka inferior (tanda panah) terkadang dapat terlihat
secara visual di dalam rongga hidung
Gambar 7. Dasar lubang hidung (tanda panah) sering kali terlihat memanjang ke arah posterior
dari tulang belakang hidung anterior di atas gigi insisivus lateral dan gigi taring rahang atas

Selain itu, di daerah rahang atas posterior, dasar rongga hidung dapat terlihat di
daerah sinus maksilaris. Tidak mungkin untuk melihat bagian ini hanya dari satu
radiografi karena terdapat 2 struktur yang bertumpang tindih di depan atau di belakang
struktur lainnya, namun dapat disimpulkan dengan melihat ciri-ciri anatomis dan
relasinya. Hal ini dapat memberikan kesan yang keliru mengenai septum pada sinus atau
dinding sinus superior yang membatasinya (gambar 8).

Gambar 8. Dasar lubang hidung (tanda panah) meluas ke posterior, bertumpang tindih di atas
sinus maksilaris
1.4 FORAMEN INSISIVUS
Foramen insisivus (disebut juga foramen nasopalatina atau foramen palatina
anterior) di rahang atas adalah ujung rongga mulut dari saluran nasopalatina. Kanal ini
berasal dari dasar anterior fossa hidung. Foramen insisivus menghantarkan pembuluh
darah dan saraf (yang berperan dalam persarafan gigi insisivus sentral rahang atas) dan
terletak di garis tengah langit-langit mulut di belakang gigi insisivus sentral di sekitar
pertemuan antara sutura median palatina dan insisivus.

Gambaran radiografinya dapat terlihat di antara akar dan di daerah sepertiga


tengah dan apikal gigi insisivus sentralis (gambar 9). Bentuk Foramen sangat
bervariasi dari bentuk, ukuran dan ketajaman radiografinya. Foramen dapat terlihat
simetris dengan berbagai bentuk, atau bisa juga sangat tidak beraturan dengan batas
yang jelas atau tidak jelas. Posisi foramen juga bervariasi dan dapat dilihat pada apeks
akar gigi insisivus sentralis, di dekat puncak alveolar, diantara keduanya, ataupun
memanjang di seluruh ruang. Hasil radiografi memiliki hasil yang bervariasi
tergantung dari sudut pengambilan sinar x-ray pada gigi insisivus sentral rahang atas
dan ukuran anatomisnya.

Gambar 9. Foramen insisivus terlihat seperti radiolusen bulat diantara akar dari gigi insisivus sentral

Identifikasi tentang foramen insisivus sangat penting dikarenakan foramen


insisivus merupakan tempat yang berpotensi untuk terbentuknya kista. Kista saluran
insisivus dapat dilihat secara radiografis karena sering menyebabkan pembesaran
foramen dan kanal yang mudah terlihat. Keberadaan kista biasanya terlihat jika lebar
foramen melebihi 1 cm atau jika pembesaran dapat ditunjukkan pada radiografi yang
berulang. Selain itu, jika radiolusen foramen yang normal terlihat di atas apeks dari salah
satu gigi insisivus sentralis, hal ini mungkin menunjukkan kondisi periapikal yang
patologis. Ketiadaan penyakit ditunjukkan dengan tidak adanya gejala klinis dan lamina
dura yang utuh di sekitar gigi insisivus sentralis.

Dinding lateral kanal nasopalatina biasanya tidak terlihat pada gambaran


periapikal, tetapi terkadang dapat terlihat pada proyeksi gigi insisivus sentral sebagai
sepasang garis radiopak yang membentang vertikal dari foramina superior kanal
nasopalatin ke foramen insisivus (gambar 10.A). Namun, gambar CBCT pada daerah
ini secara terus-menerus menunjukkan batas-batas kanal nasopalatina (gambar 10.B dan
C). Gambaran pada struktur ini penting ketika menempatkan implan di daerah ini
sedang dipertimbangkan.

Gambar 10. Saluran Nasopalatina. A. Dinding lateral kanal nasopalatina (tanda panah) memanjang
dari foramen insisivus ke dasar fosa nasal. B. Hasil CBCT pada bidang sagital menunjukkan
foramina superior di dasar fosa nasal, batas anterior dan posterior kanal, dan foramen
insisivus
yang membuka ke jaringan keras. C. Hasil CBCT pada bidang aksial yang setinggi dengan
foramen insisivus menunjukkan batas anterior dan lateral dari kanal insisivus yang terletak
di
palatal akar gigi insisivus yang terlihat pada potongan melintang

1.5 FORAMINA SUPERIOR DARI KANAL NASOPALATINA

Kanal nasopalatina berasal dari dua foramina di dasar rongga hidung. Awalan
dari kanal ini berada di setiap sisi septum hidung, dekat dengan batas anteroinferior
rongga hidung, dan setiap kanal melewati bagian anterior dan medial untuk bersatu
dengan kanal dari sisi lain pada awalan yang sama, yaitu foramen insisivus
(nasopalatina). Foramina superior dari kanal terkadang muncul pada proyeksi gigi
insisivus maksila, terutama apabila sudut vertikal yang digunakan berlebihan (gambar
11). Foramina ini biasanya berbentuk bulat atau oval, walaupun dapat membentuk garis
yang berbeda-beda, tergantung dari sudut proyeksi.

Gambar 11. Foramina superior dari kanal nasopalatina terlihat tepat di sebelah septum hidung dan di
berada belakang tulang belakang hidung

1.6 FOSSA LATERAL


Fossa lateral (disebut juga fossa insisivus) adalah suatu cekungan yang kecil pada
rahang atas dekat dengan puncak gigi insisivus lateral (gambar 12). Gambarannya akan
terlihat radiolusen secara difus pada proyeksi periapikal di daerah ini. Gambar tersebut akan
dianggap normal sebagai kondisi patologis, jika pada radiografi ditemukan lamina dura yang
utuh di sekitar akar gigi insisivus lateralis. Penemuan ini jika ditambah dengan tidak adanya
gejala klinis maka menunjukkan kenormalan tulang.
Gambar 12. Fossa lateral terlihat radiolusen (tanda panah) di daerah puncak gigi insisivus lateral. Fossa
ini terbentuk dari depresi pada rahang atas di lokasi ini.

Anda mungkin juga menyukai