Gracia Jovita Kartiko - Skripsi - FK - Naskah Ringkas - 2013
Gracia Jovita Kartiko - Skripsi - FK - Naskah Ringkas - 2013
.
HASIL PENELITIAN
Penetapan status infeksi filaria didasarkan pada pemeriksaan adanya mikrofilaria pada
sediaan darah malam yang diperiksa secara miroskopis, adanya antigen filaria yang diperiksa
dengan metode Immunochromatography test (ICT), dan adanya IgG4 antifilaria dalam darah.
Hasil pemeriksaan IgG4 antifilaria kemudian diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu
positif dan negatif berdasarkan nilai batas ukur 503,3750 (uji ROC oleh Valencia).
6
Hasil pemeriksaan terhadap status filariasis ditetapkan berdasarkan adanya IgG4
antifilaria di kedua kelurahan tersebut.
4
Tabel 1. Analisis Perbandingan Proporsi Filaria Positif berdasarkan IgG4 Antifilaria antara
Kelurahan Jati Sampurna dan Jati Karya
Analisis perbandingan proporsi filaria positif berdasarkan IgG4 antifilaria kedua
kelurahan (tabel 1) menunjukkan bahwa status filariasis berdasarkan IgG4 antifilaria pada
subyek yang tinggal di kelurahan Jati Karya adalah sebanyak 73.9%. Jumlah ini signifikan
(p<0.001) lebih tinggi dibandingkan dengan status filariasis berdasarkan IgG4 antifilaria
sebanyak 53.2% pada subyek yang tinggal di kelurahan Jati Sampurna.
Tabel 2. Analisis Perbandingan Distribusi Faktor Risiko Filaria Positif berdasarkan IgG4
Antifilaria pada Kelurahan Jati Sampurna dan Jati Karya
Faktor Risiko
Kelurahan Chi-
Square
(p<0.05)
Jati
Sampurna
Jati
Karya
Total
Status
Kependudukan
Asli
72
(54.1%)
109
(72.7%)
181
p=0.001
Pendatang
61
(45.9%)
41
(27.3%)
102
Status
Ekonomi
Baik
60
(45.5%)
65
(44.2%)
125
p=0.836
Kurang
72
(54.5%)
82
(55.8%)
154
Status
Pendidikan
Sedang/tinggi
54
(40.6%)
47
(31.3%)
101
p=0.104
Rendah
79
(59.4%)
103
(68.7%)
182
Pekerjaan
IRT
122
(92.4%)
139
(92.7%)
261
p=0.976 Pegawai
5
(3.8%)
5
(3.3%)
10
Pedagang
5
(3.8%)
6
(4.0%)
11
Hasil dari analisis perbandingan distribusi faktor risiko filarisis antara kedua kelurahan
(tabel 2) memperlihatkan faktor risiko yang secara signifikan (p=0.001) mempengaruhi
perbedaan prevalensi filariasis antara kedua kelurahan adalah status kependudukan.
Kelurahan
Status IgG4 Antifilaria (%)
(+) (-) Total
Jati Sampurna
66
(53.2%)
58
(46.8%)
124
(100%)
Jati Karya
105
(73.9%)
37
(26.1%)
142
(100%)
5
DISKUSI
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui perbandingan proporsi filariasis
berdasarkan status IgG4 antifilaria antara kelurahan Jati Sampurna dengan kelurahan Jati
Karya, kecamatan Pondok Gede, kabupaten Bekasi, Jawa Barat, dan kemudian mengetahui
distribusi faktor risiko status kependudukan, status ekonomi, status pendidikan, dan pekerjaan
yang telah diketahui signifikan berpengaruh terhadap filariasis pada kedua kelurahan.
Melalui analisis perbandingan proporsi filariasis berdasarkan status IgG4 antifilaria
antara kedua kelurahan, didapatkan bahwa proporsi filariasis berdasarkan status IgG4
antifilaria pada kelurahan Jati Karya (73.9%) signifikan (p<0.001) lebih tinggi dibandingkan
dengan kelurahan Jati Sampurna (53.2%).
Berdasarkan hasil penelitian Jeffry, pada subyek yang sama, didapatkan hasil bahwa
status kependudukan (p=0.017) berpengaruh terhadap filariasis berdasarkan IgG4 antifilaria
pada kedua kelurahan. Status kependudukan dibedakan menjadi penduduk asli dan pendatang,
dimana rata-rata penduduk asli memiliki lama tinggal yang lebih panjang dibandingkan
dengan pendatang (berdasarkan uji Mann-Whitney).
7
Penelitian lain oleh Wulan menunjukkan bahwa status pendidikan (p=0.040) dan
ekonomi ibu (p=0.037) merupakan faktor yang dominan berpengaruh terhadap filariasis
berdasarkan IgG4 antifilaria pada kedua kelurahan.
8
Tingkat pendidikan dan status ekonomi
saling berhubungan, dimana status ekonomi juga ditentukan oleh pekerjaan ibu dan pekerjaan
ibu juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.
Perbedaan prevalensi filariasis berdasarkan status IgG4 antifilaria antara kedua
kelurahan dan pengaruh status kependudukan, status ekonomi, status pendidikan, serta
pekerjaan ibu terhadap kejadian filariasis, menjadi dasar bagi peneliti untuk menganalisis
bagaimanakah distibusi faktor risiko filariasis pada kedua kelurahan dan apakah faktor risiko
yang telah diteliti berpengaruh terhadap filariasis akan didapatkan lebih tinggi pada kelurahan
yang memiliki prevalensi filariasis berdasarkan status IgG4 antifilaria lebih tinggi
dibandingkan dengan kelurahan dengan prevalensi filariasis berdasarkan status IgG4
antifilaria yang lebih rendah.
Analisis distribusi faktor risiko menunjukkan faktor risiko yang signifikan (p=0.001)
menentukan perbedaan prevalensi filarisis berdasarkan status IgG4 antifilaria antara kedua
kelurahan adalah status kependudukan, yang dibedakan menjadi penduduk asli dan
pendatang. Rata-rata penduduk asli memiliki lama tinggal yang lebih panjang dibandingkan
dengan pendatang sehingga risiko pajanan terhadap antigen filaria pada penduduk asli lebih
tinggi dibandingkan dengan pendatang.
6
Faktor risiko status pendidikan yang dibedakan menjadi pendidikan sedang/tinggi dan
pendidikan rendah telah diteliti mempengaruhi (p=0.040) kejadian filariasis pada kedua
kelurahan. Pada analisis perbandingan distribusi faktor risiko, didapatkan bahwa faktor risiko
pendidikan rendah tidak signifikan (p=0.104) menentukan perbedaan prevalensi filariasis
berdasarkan status IgG4 antifilaria antara kedua kelurahan. Namun, dapat dilihat
kecenderungan faktor risiko pendidikan rendah yang lebih tinggi pada kelurahan Jati Karya
yang memiliki angka kejadian filariasis berdasarkan status IgG4 antifilaria lebih tinggi
dibandingkan dengan kelurahan Jati Sampurna.
Faktor risiko status ekonomi yang dibedakan menjadi ekonomi baik dan ekonomi
kurang telah diteliti mempengaruhi (p=0.037) kejadian filariasis pada kedua kelurahan. Pada
analisis perbandingan distribusi faktor risiko, didapatkan bahwa faktor risiko ekonomi kurang
tidak signifikan (p=0.836) berbeda antara kedua kelurahan. Hal ini menunjukkan bahwa
faktor risiko tersebut tersebar merata dan tidak menentukan perbedaan prevalensi filariasis
berdasarkan status IgG4 antifilaria antara kedua kelurahan.
Faktor risko pekerjaan ibu dibedakan menjadi ibu rumah tangga, pegawai, dan
pedagang. Ibu rumah tangga adalah ibu yang tidak bekerja dan dihubungkan dengan
pendidikan rendah dan ekonomi kurang karena tidak memiliki penghasilan sendiri. Faktor
risiko pekerjaan ibu tidak signifikan (p=0.976) berbeda antara kedua kelurahan. Meskipun
mayoritas pekerjaan ibu pada kedua kelurahan adalah sebagai ibu rumah tangga, distribusi ibu
rumah tangga merata pada kedua kelurahan sehingga tidak menentukan perbedaan prevalensi
filariasis berdasarkan status IgG4 antifilaria antara kedua kelurahan.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: (1) Prevalensi filariasis berdasarkan
status IgG4 antifilaria signifikan lebih tinggi pada penduduk kelurahan Jati Karya
dibandingkan dengan penduduk kelurahan Jati Sampurna; (2) Tingginya prevalensi filariasis
pada penduduk kelurahan Jati Karya dipengaruhi penduduk asli secara signifikan lebih tinggi
sehingga menyebabkan risiko pajanan filariasis lebih tinggi pada penduduk kelurahan Jati
Karya dibandingkan dengan penduduk pada kelurahan Jati Sampurna.
SARAN
Kejadian filariasis pada penduduk kelurahan Jati Karya dan Jati Sampurna perlu
diturunkan melalui edukasi dan pengendalian faktor risiko. Selain itu, diperlukan penelitian
lebih lanjut mengenai pengaruh pengetahuan masyarakat terhadap kejadian filariasis.
7
DAFTAR PUSTAKA
1. Rencana Nasional Program Pencegahan Filariasis di Indonesia. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia; 2010.
2. Wahyono TY, Purwantyastuti, Supali T. Jendela Epidemiologi Filariasis di Indonesia.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2010.
3. Juriastuti P, Kartika M, Djaja IM, Susanna D. Faktor Risiko Kejadian Filariasis di
Kelurahan Jati Sampurna. Jakarta: Makara Kesehatan; 2010.
4. Tabel Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Bandung: Dinas Kesehatan Jawa Barat;
2007.
5. Astuti UN, Hasisusanto S, Sari IY. Periodisitas Nyamuk Culex quinquefasciatus dalam
hubungannya dengan Potensi Transmisi Filariasis di Kelurahan Ngampilan dan
Notoprajan Kecamatan Ngampilan Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada;
2010.
6. Livia V. Perbandingan Diagnosis Filariasis berdasarkan Pemeriksaan Antigen dan Kadar
IgG4 Antifilaria. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.
7. Susatyo JA. Hubungan antara Status IgG4 Antifilaria dengan Lama Menetap di Daerah
Endemis Filariasis Kecamatan Pondok Gede, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.
8. Lestari WA. Distribusi IgG4 Antifilaria pada Ibu Hamil yang Tinggal di Daerah Endemik
Kecacingan di Kecamatan Pondok Gede, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.